Bernat Panjaitan ISSN Nomor PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bernat Panjaitan ISSN Nomor PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK Oleh : Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah atau untuk kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan/agunan berupa rumah. Salah satu bank milik negara yang secara luas telah menyediakan pendanaan bagi masyarakat untuk membeli rumah dengan berbagai tipe dan harga adalah Bank. Dalam pemberian KPR kepada debitur, Bank mengikatkan diri mereka dalam suatu Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah. Adapun permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah dalam pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah debitur yang tidak beritikad kooperatif yaitu adanya debitur yang telat membayar kredit sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, sehingga terjadinya kredit macet pada bank. Upaya penyelesaian kredit macet yang dilakukan Bank dilakukan dengan cara penjadwalan ulang, alih debitur (peralihan utang), subrogasi, gugatan kepada debitur melalui Pengadilan Negeri, dan eksekusi melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kesimpulan menunjukkan bahwa Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank oleh kedua belah pihak (kreditur dan debitur) berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang telah dituangkan dalam sebuah Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut maka masing-masing pihak akan memperoleh hak dan kewajiban. Salah satu penyebab terjadinya kredit macet adalah debitur tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik misalnya tidak membayar angsuran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit. Kata kunci : Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Macet, Penyelesaian Kredit Macet I. PENDAHULUAN membeli rumah sehingga masyarakat 1.1 Latar Belakang dapat memanfaatkan pendanaan dari Perbankan merupakan salah bank yang dikenal dengan Kredit satu sumber dana diantaranya dalam Pemilikan Rumah (KPR). bentuk perkreditan bagi masyarakat Untuk memenuhi kebutuhan perorangan atau badan usaha untuk akan perumahan oleh pemerintah memenuhi kebutuhan konsumsinya maupun pihak swasta memberikan atau untuk meningkatkan produksinya. kemudahan bagi mereka yang belum Kebutuhan menyangkut kebutuhan memiliki rumah sendiri dan tidak dapat produktif misalnya untuk membeli secara tunai maka dapat meningkatkan dan memperluas membeli dan memiliki rumah melalui kegiatan usaha. Kepentingan yang fasilitas Kredit Pemilikan Rumah bersifat konsumtif misalnya untuk (KPR) dari Bank yang lebih dikenal 1

2 KPR-Bank. Dalam pemilikan rumah dengan fasilitas kredit dari Bank atau ingkar janji sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata. meminta jaminan atas agunan dari Untuk mendapat kepastian calon debitur, maka disini terdapat tiga hukum dan mempunyai kekuatan pihak yang terlibat didalamnya yaitu : hukum serta pemenuhan hak dan a. Pihak pengembang (developer) kewajiban, maka bank dalam suatu sebagai penjual rumah. b. Pihak pembeli sekaligus sebagai calon debitur dan pemberi jaminan. c. Pihak Bank selaku pemberi kredit sekaligus pemegang jaminan. Pengikatan Kredit Pemilikan perjanjian kredit juga meminta kuasa jaminan kepada debitur. Hal tersebut diatur dalam Undang - Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan pada Pasal 6 berbunyi : "Apabila debitur cidera janji, Rumah (KPR) dilakukan dengan suatu pemegang Hak Tanggungan perjanjian tertulis yang disebut dengan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Bank yang berbentuk perjanjian baku pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui atau disebut juga dengan perjanjian pelelangan umum serta adhesi (standard contarct). mengambil pelunasan Perjanjian baku (standard piutangnya dari hasil penjualan contract) adalah perjanjian yang tersebut. hampir seluruh klausula-klausulanya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak Pengikatan jaminan tersebut dilakukan dengan pemberian kuasa oleh debitur kepada kreditur. Dalam mempunyai peluang untuk hal ini Bank sebagai pemegang Hak merundingkan atau meminta Tanggungan, dimana debitur memberi perubahan. Perjanjian kredit adalah kuasa kepada Pembebanan Hak suatu ikatan antara kreditur dengan Tanggungan (SKMHT) yang debitur dan merupakan undang-undang merupakan alasan bagi pemegang Hak bagi mereka sehingga harus ditaati Tanggungan untuk mengajukan oleh para pihak berdasarkan hak dan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah kewajiban masing-masing, (PPAT) kepada Badan Pertanahan ketidaktaatan dari undang-undang Nasional (BPN), yang akhirnya Badan yang dibuatnya, maka para pihak tersebut dikatakan wanprestasi, alpa, Pertanahan Nasional (BPN) akan 2

3 menerbitkan Sertifikat Hak tergolong berpenghasilan rendah dan Tanggungan. menengah dapat membeli rumah Surat Kuasa Membebankan dengan pembayaran secara kredit yang Hak Tanggungan (SKMHT) diberikan disepakati bersama yang kemudian untuk menjamin pelunasan jenis-jenis akan ditempati sendiri. kredit usaha kecil sebagaimana 1.2 Permasalahan dimaksud dalam Surat Kementrian Berdasarkan hal-hal yang Direksi Bank Indonesia diuraikan diatas, maka perlu dikaji No.26/24/KEP/Dir tanggal 29 Mei lebih jauh mengenai "Penyelesaian 1993, tersebut di bawah ini berlaku Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit sampai saat berakhirnya masa berlaku Pemilikan Rumah (KPR) Studi Pada pemilikan rumah yang diberikan untuk Bank Tabungan Negara Cabang pengadaan perumahan yaitu : Medan". Yang akan dibahas dalam a) Kredit yang diberikan untuk skripsi ini adalah : pembiayaan pemilikan rumah inti, a. Bagaimana pelaksanaan perjanjian rumah sederhana, atau rumah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) susun dengan luas tanah pada Bank? maksimum 200 m 2 dan luas b. Apa yang menjadi sebab-sebab bangunan tidak lebih dari 70 m 2. timbulnya kredit macet pada Bank? b) Kredit yang diberikan untuk c. Bagaimana upaya penyelesaian Kapling Siap Bangun (KSB) kredit macet dalam perjanjian dengan luas tanah 54 m 2 sampai Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan 72 m 2 dan kredit yang pada Bank? diberikan untuk membiayai bangunannya. II. BANK DAN PERJANJIAN KREDIT c) Kredit yang diberikan untuk Peranan bank sebagai lembaga perbaikan/pemugaran rumah keuangan baik dalam menghimpun dana sebagaimana dimaksud huruf a dan masyarakat maupun menyalurkannya b. kembali ke masyarakat semakin Dalam pengadaan perumahan meningkat dalam kondisi perekonomian untuk rakyat dalam bentuk kredit, saat ini maupun dimasa yang akan Bank menyediakan fasilitas Kredit datang, peranan perbankan mempunyai Pemilikan Rumah (KPR) yang kedudukan yang strategis sebagai diprioritaskan bagi rakyat yang lembaga yang berfungsi memperlancar 3

4 arus lalu lintas pembayaran yang dirasakan amat dibutuhkan. Namun bank dalam melakukan usahanya menghadapi kendala antara lain (Syamsu Iskandar, 2013: 24) : 1. Kebijakan pemerintah dalam bidang moneter sebagai kewajiban mengendalikan keuangan Negara dan roda perekonomian, yang kadang berhubungan dengan kepentingan bank. 2. Berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimal namun tetap berpegang kepada aturan yang ditetapkan pemerintah, dan juga dituntut untuk menjaga likuiditasnya agar dapar memenuhi kewajiban kepada nasabahnya yang dapat menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. 3. Tingkat persaingan yang semakin tajam yng disebabkan oleh bertambahnya bank baru beserta kantor cabang yang baru, juga bertambahnya produk-produk perbankan yang baru yang sudah domidifikasi sesuai dengan permintaan pasar. 4. Bargainingpower nasabah / calon nasabah lebih kuat, mereka semakin pintar memilih sehingga kalau tidak bias memperoleh apa yang diinginkannya, dengan mudah mereka pindah ke bank lain. 5. Otomatis dalam sistem perbankan yang merupakan salah satu usaha meningkatkan kualitas pelayanan semakin diperlukan, namun manajemen menghadapi kendala dalam hal investasi yang relatif tidak kecil nilainya. Selain menghadapi kendala yang bermacam-macam juga terdapat resiko yang dihadapi bank antara lain : 1. Risiko Mismatch Terganggunya likuiditas karena penarikan oleh deposan, penempatan dana, atau placement yang tidak cermat, serta penarikan atas komitmen dan sebagainya. 2. Risiko Bunga Terganggunya likuiditas karena kekeliruan strategi dalam memupuk kemampuan likuiditas dan kemampuan profitabilitas, sehingga terdorong untuk menggunakan dana mahal. 3. Risiko Modal Pada dasarnya fungsi modal adalah untuk menjaga keamanan kreditur dalam penentuan limit kredit, pangsa pasar atau market share dan mutu asset. Apabila kekurangan modal untuk kepentingan diatas, maka tertutuplah kemungkinan untuk mengisi peluang bisnis yang terbuka. 4. Risiko Kredit 4

5 Terjadinya kegagalan kreditur dalam memutar uang untuk mencari keuntungan usahanya, karena tidak mencapai perusahaan, tetapi undang-undang sasaran dan tujuan kredit.. menghendaki agar taraf hidup rakyat Pengertian yang lebih teknis banyak ditingkatkan. Hal ini merupakan dapat ditemukan pada Pernyataan salah satu tanggung jawab bank dalam Standard Akutansi Keuangan (PSAK) rangka mewujudkan cita-cita negara untuk dan Surat Keputusan Menteri Keuangan mencapai masyarakat yang adil dan RI Nomor 792 Tahun Pengertian makmur. Setiap kegiatan bank harus bank menurut PSAK Nomor 31 tentang berhasil guna bagi kepentingan Akutansi Perbankan : masyarakat. "Bank adalah suatu lembaga yang Pada umumnya fungsi bank berperan sebagai perantara keuangan adalah menghimpun dana (funding) (financial intermediary) antara dalam bentuk simpanan, menyalurkan pihak-pihak yang memiliki dana dan dana (lending) dalam bentuk kredit, dan pihak-pihak yang memerlukan dana, bentuk-bentuk usaha lainnya. Fungsi serta sebagai lembaga yang berfungsi bank pada umumnya adalah sebagai memperlancar lalu lintas pembayaran." berikut : 12 Adapun pengertian bank menurut a. Menghimpun dana funding) dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor bentuk simpanan yaitu kegiatan 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas mengumpulkan uang dari masyarakat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dalam bentuk rekening tabungan, tentang Perbankan : rekening giro, dan deposito berjangka. "Bank adalah badan usaha yang b. Menyalurkan dana (lending) dalam mnghimpun dana dari masyarakat bentuk kredit adalah pemberian dalam bentuk simpanan dan fasilitas kredit kepada nasabah maupun menyalurkannya kepada masyarakat masyarakat umum yang membutuhkan dalam bentuk simpanan dan pembiayaan, seperti : Kredit Modal menyalurkannya kepada masyarakat Kerja, Kredit Investasi, Kredit dalam bentuk kredit dan atau Konstruksi, Kredit Komsumtif, Kredit bentuk-bentuk lainnya dalam rangka Pemilikan Rumah, dan lain-lain. meningkatkan taraf hidup rakyat c. Bentuk-bentuk usaha lainnya dari banyak." bank yaitu jasa bank lainnya, seperti : Dari pengertian diatas terlihat pengiriman uang (transfer), kliring, usaha bank lebih terarah tidak semata-mata 5

6 jual-beli valuta asing, pembayaran gaji, uang kuliah dan lain-lain. suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, Adapun fungsi dan tujuan bank tunduk pada peraturan-peraturan tercantum pada Pasal 3 dan 4 umum yang termuat pada Bab II dan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan maupun perubahannya Bab I KUHPerdata." Perjanjian diatur dalam buku III Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 KUHPerdata tentang Perikatan tentang perbankan yang mengatakan dikatakan salah satu sumber hukum bahwa : "Fungsi utama perbankan perikatan bukan hanya perjanjian tetapi Indonesia adalah sebagai penghimpun dan masih ada sumber hukum lainnya yaitu penyalur dana masyarakat." dan undang-undang, yurisprudensi, hukum "Perbankan Indonesia bertujuan tertulis dan tidak tertulis, dan ilmu menunjang pelaksanaan pembangunan pengetahuan hukum. Pengertian nasional dalam rangka meningkatkan perjanjian dalam buku III KUHPerdata pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan dalam Pasal 1313 KUHPerdata stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak." Pengertian Perjanjian Kredit Dan Dasar Hukumnya Dalam KUHPerdata Perjanjian kredit merupakan salah satu disebutkan: "Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih." Ada beberapa sarjana hukum jenis perjanjian sehingga sebelum berpendapat bahwa perjanjian kredit membahas secara khusus mengenai dikuasai oleh ketentuan-ketentuan perjanjian kredit perlu dibahas secara garis KUHPerdata Bab XII Buku III karena besar tentang tentang ketentuan umum perjanjian kredit mirip dengan atau ajaran umum hukum perikatan yang perjanjian pinjam uang menurut terdapat dalam KUHPerdata karena KUHPerdata Pasal 1754 yang berbunyi ketentuan umum dalam KUHPerdata : "Pinjam-meminjam ialah perjanjian tersebut menjadi dasar atau asas umum dengan mana pihak yang satu yang konkrit dalam membuat semua perjanjian apapun. KUHPerdata buku III Bab I s/d Bab IV Pasal 1319 menegaskan : memeberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakian, "Semua perjanjian baik yang dengan syarat bahwa pihak yang mempunyai suatu nama khusus belakangan ini akan mengembalikan maupun yang tidak dikenal dengan 6

7 sejumlah yang sama dari macam dan identik dengan bentuk dan pelaksanaan keadaan yang sama pula." perjanjian kredit perbankan, diantara Perjanjian kredit keduanya ada perbedaan-perbedaan merupakan perjanjian pendahuluan yang gradual, bahkan dapat pula (pactum de contrafendo). Maksudnya merupakan perbedaan yang pokok. adalah perjanjian ini mendahului Perjanjian kredit merupakan perjanjian hutang piutang (pinjam perjanjian baku (standard contract), meminjam). Sedangkan perjanjian dimana isi atau klausula-klausula hutang piutang merupakan pelaksanaan perjanjian kredit tersebut telah dari perjanjian pendahuluan atau dibakukan dan dituangkan dalam perjanjian kredit. Perjanjian kredit bentuk formulir (blanko), tetapi tidak sebagai perjanjian standar Artinya terikat dalam bentuk tertentu. Perjanjian bahwa perjanjian yang bentuk dan baku harus ada suatu keseimbangan isinya telah disiapkan terlebih dahulu antara para pihak sehingga pemuatan oleh kreditur, lantas kemudian klausul tidak boleh diletakkan atau disodorkan kepada debitur. bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat Perjanjian kredit menurut dibaca secara jelas atau hukum perdata Indonesia merupakan pengungkapannya sulit dimengerti. salah satu dari bentuk perjanjian Inti dari kredit yaitu unsur pinjam-meminjam yang diatur dalam kepercayaan, sedangkan unsur yang Buku Ketiga KUHPerdata. Dalam lainnya bersifat sebagai sesuatu yang bentuk apapun pemberian kredit itu berguna dalam rangka pertimbangan diadakan pada hakikatnya merupakan yang menyeluruh dalam mendapatkan salah suatu perjanjian atau memperoleh keyakinan dan pinjam-meminjam sebagaimana diatur kepercayaan untuk terjadinya suatu dalam pasal KUHPerdata. hubungan atau perikatan hukum dalam Perjanjian kredit dikatakan perjanjian bidang perkreditan tersebut. pinjam-meminjam karena tidak terdapat Kegiatan kredit menurut Drs. tawar menawar antara kreditur dengan Thomas Suyatno dapat disimpulkan debitur. Namun dalam praktek adanya unsur-unsur (Thomas Suyatno, perbankan pada dasarnya bentuk dan 1990 : 80-82): pelaksanaan perjanjian a. Kepercayaan pinjam-meminjam yang ada dalam Yaitu keyakinan dari isi pemberi kredit KUHPerdata tidaklah sepenuhnya bahwa prestasi yang diberikannya, 7

8 baik dalam bentuk uang, barang, Prestasi atau objek kredit itu tidak saja maupun jasa akan benar-benar diberikan dalam bentuk uang, tetap diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. b. Tenggang waktu Yaitu suatu masa yang memisahkan juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan ada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering antara pemberian prestasi dan kita jumpai dalam praktek perkreditan. kontraprestasi yang akan dierima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa III. KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah atau untuk kebutuhan yang akan datang. komsumtif lainnya dengan c. Degree of risk Yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi jaminan/agunan berupa rumah. Sedangkan pada Bank Tabungan Negara tempat sebagai akibat dari adanya jangka penulis mengadakan penelitian, KPR waktu yang memisahkan antara didefinisikan sebagai kredit yang pemberian prestasi dan kontraprestasi diberikan oleh bank kepada debitur untuk yang akan diterima kemudian hari. digunakan membeli atau membayar Semakin lama kredit diberikan, sebuah bangunan rumah tinggal dengan semakin tinggi pula tingkat risikonya tanahnya guna dimiliki atau dihuni. karena sejauh-jauh kemampuan Ketentuan umum dan syarat-syarat manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dibawah ini mutlak untuk dipenuhi oleh pemohon, ketidaktentuan yang tidak dapat karena itu apabila pemohon tidak diperhitungkan. Inilah yang menyetujui salah satu syarat maka Bank menyebabkan timbulanya risiko. Tabungan Negara Cabang Medan tidak Dengan adanya unsur risiko inilah akan bersedia meneruskan proses maka timbul jaminan dalam pemberian pemberian Kredit Pemilikan Rumah kredit. (KPR). d. Prestasi 1. Ketentuan umum bagi calon debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yaitu: 8

9 a. Golongan pengusaha Yaitu semua 2. Ketnatuan Mengajukan permohonan pengusaha warga negara Indonesia fasilitas KPR dengan dilampiri yang bergerak diberbagai sektor dokumen sebagai berikut: ekonomi yang ada dalam wilayah a. Photocopy KTP pemohon dan KTP kerja bank Tabungan negara suami/istri. Cabang Medan seperti sektor b. Photocopy Kartu Keluarga. pertanian, perdangan, dan jasa lain c. Potocopy Surat Nikah/cerai. yang karena usahanya tersebut d. Photocopy NPWP pribadi atau layak diberi Kredit Pemilikan perusahaan dengan surat Rumah (KPR); pernyataan bahwa pajak b. Golongan pengahasilan tetap yaitu dibayar/ditanggung oleh Semua golongan pegawai negeri perusahaan. yang dimaksud dalam PP No. 6 e. Photocopy rekening batara atas Tahun 1974 Bab 1 pasal 1 yaitu : nama pemohon. PNS dan TNI/POLRI, Pegawai f. Photocopy SK terakhir gaji BUMN, Pegawai Perusahaan pegawai dan surat keterangan Daerah, Pensiunan dari PNS atau penghasilan pemohon dan ABRI suami/istri. c. Pegawai tetap dari perusahaan g. Photocopy SIUP/TDP/Izin swasta maupun wiraswasta mapan. praktek Profesi bagi 2. Persayaratan Kredit pengusaha/profesional. Pemilikan Rumah (KPR) yaitu : Pemerintah melalui kalangan 1) Warga Negara Indonesia perbankan menyediakan fasilitas kredit (WNI) yang berdomisili di pemilikan rumah yang biasa disebut Kredit Indonesia. Pemilikan Rumah (KPR). Kredit 2) Umur minimal 21 tahun dan Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu pada saat kredit lunas umur fasilitas kredit yang diberikan oleh maksimum 55 perbankan kepada para nasabah 3) tahun (untuk pegawai) dan 60 perorangan yang akan membeli atau tahun (untuk memperbaiki rumah. Pada saat ini di wiraswasta/profesional). Indonesia dikenal ada 2 (dua) jenis KPR: 4) Memiliki pekerjaan dan 1. KPR Subsidi pengahasilan tetap. KPR Subsidi yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat 9

10 berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang namun tidak ada uang tunai untuk membeli atau membangunnnya. Sistem bunga yang berlaku adalah bunga berjenjang dimana setiap diberikan berupa : Subsidi tahunnya BTN berhak menaikkan meringankan kredit dan subsidi bunga tersebut hingga menginjak menambah dana pembangunan atau tahun tertentu dari 15 tahun masa perbaikan rumah. Kredit subsidi ini kredit dengan pemberitahuan diatur tersendiri oleh Pemerintah, diawal sebelum akad kredit. KPR sehingga tidak setiap masyarakat yang Subsidi ini dapat dibedakan mengajukan kredit dapat diberikan menjadi : fasilitas ini. Secara umum batasan 1) Rumah Sederhana Sehat yang ditetapkan oleh Pemerintah (RSS) dalam memberikan subsidi adalah Menurut Keputusan penghasilan pemohon dan maksimum Menteri Pemukiman & kredit yang diberikan. Prasarana Wilayah Tentang 2. KPR Non Subsidi Pedoman Teknis Pembangunan KPR Non Subsidi yaitu suatu Rumah Sederhana Sehat KPR yang diperuntukan bagi seluruh No.403 Tahun 2002, yang masyarakat. Ketentuan KPR dimaksud rumah sehat ditetapkan oleh bank, sehingga sederhana adalah tempat penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan kediaman yang layak dihuni dan harganya terjangkau oleh bank yang bersangkutan. masyarakat berpenghasilan Jenis Kredit Pemilikan rendah dan sedang, berupa Rumah (KPR) yang diberikan oleh bangunan yang luas lantai dan Bank Tabungan Negara, adalah luas kavlingnya memadai sebagai berikut : dengan jumlah penghuni serta a. KPR Subsidi memenuhi persyaratan KPR Subsidi adalah KPR kesehatan rumah tinggal. dengan dana 85% dari pemerintah. KPR ini diperuntukkan kepada masyarakat ekonomi rendah yang Persyaratan umum untuk dapat mengambil kredit KPR RSS ini pada Bank BTN adalah sebagai ingin memiliki rumah pribadi berikut : 10

11 a) Luas tanah 200m 2. masyarakat ekonomi bawah. b) Bunga 6% per tahun untuk Pada Bank BTN KPR komersil gaji Rp s/d juga dibagi menjadi 2 Rp , dan 8% untuk macam,yaitu : gaji Rp s/d Rp. 1) Griya Utama KPR Griya Utama c) Masa kredit maksimal 15 disediakan oleh BTN untuk tahun. masyarakat ekonomi d) Uang muka 15% dari harga menengah dengan persyaratan : jual sebesar 30 juta. a) Pilihan tipe rumah 27 atau 2) Subsidi Swagriya 36. Paket KPR Subsidi b) Bunga 14.5% per tahun Swagriya diperuntukkan untuk kredit sebesar bagi masyarakat golongan dibawah 50juta, bunga 14% ekonomi rendah yang ingin untuk kredit diatas 50 juta membangun rumah diatas hingga 150 juta, dan bunga tanah milik pribadi dengan 13% untuk kredit diatas jaminan berupa tanah 150 juta. tersebut. Persyaratan umum c) Harga jual tidak dari KPR Subsidi Swagriya ditentukan. adalah sebagai berikut : 2) Swagriya a) Besar kredit 90% dari Sama dengan KPR anggaran untuk Subsidi Swagriya namun tanpa membangun rumah dan subsidi dari pemerintah dengan tidak lebih dari 75% nilai ketentuan seperti KPR Griya tanah. Utama. b) Bunga 15% per tahun. c. KPR Ruko c) Masa kredit maksimal KPR Ruko disediakan bagi 15 tahun. masyarakat yang berprofesi b. KPR Komersil sebagai pedagang atau pebisnis KPR Komersil adalah yang ingin mendirikan bangunan KPR yang disediakan bagi bertingkat berfungsi sebagai masyarakat selain yang telah tempat usaha dan rumah sekaligus. ditetapkan pemerintah sebagai 11

12 Persyaratan umum dari kredit ini penyelamatan kredit macet melalui adalah : rescheduling, reconditioning, dan 1) Bangunan 2 lantai. restructuring adalah sebagai berikut : 2) Bunga 15% per tahun. 1. Alternatif penanganan kredit 3) Masa kredit maksimal 15 bermasalah melalui rescheduling tahun. (penjadwalan kembali), merupakan suatu upaya hukum untuk melakukan IV. PENYELESAIAN KREDIT MACET perubahan terhadap beberapa syarat DALAM PERJANJIAN KREDIT perjanjian kredit yang berkenaan PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA dengan jadwal pembayaran BANK TABUNGAN NEGARA kembali/jangka waktu kredit termasuk CABANG MEDAN tenggang waktu (grace period), Untuk menyelesaikan kredit termasuk perubahan jumlah angsuran. bermasalah atau Non Performing Loan Bila perlu, dengan penambahan kredit. (NPL) itu, dapat ditempuh dua cara atau 2. Alternatif penanganan kredit strategi, yaitu penyelamatan kredit dan bermasalah melalui reconditioning penyelesaian kredit. Yang dimaksud (persyaratan kembali), yaitu dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, dan/atau jangka waktu kredit saja. Tetapi Penyelamatan kredit macet, dapat perubahan kredit tersebut tanpa dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26 / 4 / BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan. macet sebelum diselesaikan melalui 3. Alternatif penanganan kredit lembaga hukum yaitu melalui alternatif bermasalah melalui restructuring penanganan secara penjadwalan kembali (penataan kembali), merupakan suatu (rescheduling), persyaratan kembali upaya berupa melakukan perubahan (reconditioning), dan penataan kembali syarat-syarat perjanjian kredit, atau (restructuring). Dalam surat edaran melakukan konversi atas seluruh atau tersebut, yang dimaksud dengan sebagian kredit menjadi perusahaan, 12

13 yang dilakukan dengan atau tanpa bersangkutan membayar 2 (dua) rescheduling dan/atau reconditioning. jenis angsuran, yaitu angsuran Penyelesaian kredit adalah tetap bulanan sesuai dengan langkah penyelesaian kredit bermasalah perjanjian KPR dan angsuran melalui lembaga hukum seperti atas tunggakan. Pengadilan atau KPKNL atau badan 2. Alih Debitur (Peralihan Utang) lainnya dikarenakan langkah Alih debitur atau peralihan penyelamatan sudah tidak utang merupakan pemindahan hak dimungkinkan kembali. Tujuan dan kewajiban dari debitur lama penyelamatan kredit melalui lembaga sesuai dengan perjanjian KPR hukum ini adalah untuk menjual atau kepada debitur baru sebagai mengeksekusi benda jaminan. penggantinya. Debitur baru Adapun kebijakan Bank dalam menggantikan kedudukan debitur penyelesaian kredit macet dalam lama dengan segala hak dan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah kewajibannya dengan melalui (KPR) adalah sebagai berikut : persetujuan BTN terlebih dahulu. 1. Penjadwalan Ulang (PUL) Syarat-syarat dalam peralihan utang Penjadwalan ulang merupakan atau alih debitur adalah sebagai upaya penyelamatan KPR dengan cara berikut : penetapan pembayaran secara a. KPR telah berlangsung minimal 2 angsuran atau tunggakan yang ada, (dua) tahun atau debitur telah yang dibedakan menjadi : menunggak dan tidak sanggup a. Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman untuk membayar. (PUSP) b. Debitur harus memenuhi b. Penjadwalan Ulang Sisa syarat-syarat sebagai pemohon Tunggakan (PUST) yaitu kredit. penjadwalan kembali terhadap c. Apabila pemohon alih debitur jumlah sisa tunggakan yang disetujui, maka akan dibuat untuk dibayar secara angsuran, perjanjian KPR baru lagi dengan sedangkan sisa saldo pinjaman disertai balik nama kepada debitur tetap berjalan sesuai dengan yang baru. perjanjian kredit, baik jumlah 3. Subrogasi maupun jangka waktunya. Subrogasi merupakan salah Dengan demikian debitur yang satu upaya BTN untuk menyelamatkan 13

14 kredit dengan cara melakukan b. Membuat surat kuasa khusus, penggantian hak-hak si berpiutang atau kreditur, oleh pihak ketiga yang telah membayar seluruh utang pihak debitur. Subrogasi merupakan penyelamatan kredit, dimana debitur tidak mau atau tidak mampu membayar angsuran atau bagi pegawai yang mewakili perusahaan yaitu surat kuasa dari direksi perusahaan kepada pegawai. c. Menentukan Pengadilan Negeri mana gugatan harus diajukan utangnya, tetapi perusahaan dimana atau didaftarkan. Untuk debitur bekerja menyatakan sanggup menentukan ke Pengadilan untuk menjamin kelangsungan Negeri mana gugatan harus pembayaran angsuran dan atau diajukan atau didaftarkan, maka melunasi seluruh utang debitur yang merupakan karyawan atau pegawai di suatu perusahaan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di perlu melihat ketentuan Pasal 118 HIR / 142 RBG.. d. Membuat surat gugatan tertulis yang ditandatangani pegawai kemudian hari, maka subrogasi yang telah mendapat surat kuasa dilakukan setelah mendapat khusus dari direksi. HIR/RBG persetujuan dari pihak debitur. (hukum acara perdata Jawa dan Subrogasi diatur dalam Pasal 1400 Madura/Luar jawa) tidak KUHPerdata. mengatur dan menentukan 4. Gugatan kepada debitur melalui syarat isi surat gugatan. Pengadilan Negeri Adapun cara mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri sebagai berikut : a. Menentukan siapa yang menjadi HIR/RBG hanya mengatur cara menentukan cara mengajukan gugatan. Mengenai syarat dan isi gugatan dapat dilihat pada Pasal 8 No. 3 Reglement op de tergugat. Tergugat yaitu debitur. Rechterlijke Rechtscordering Jika ada pihak lain yang ikut (RV) hukum acara perdata untuk bertanggungjawab melunasi golongan Eropa di Hindia utang debitur misalnya ada Belanda (Indonesia sekarang). penjamin maka penjamin Menurut Pasal 8 Nomor 3 RV tersebut dapat diikutsertakan ini dalam membuat surat sebagai turut tergugat; gugatan pada pokoknya memuat 3 hal yaitu : 14

15 1) Identitas para pihak yaitu tergugat untuk menyidangkan penggugat dan tergugat perkara gugatan itu. meliputi nama, tempat h. Jika pengadilan telah tinggal/alamat. memberikan keputusan dan 2) Dalil konkrit mengenai adanya keputusan itu berkekuatan hubungan hukum antara hukum tetap karena selesai di penggugat dan tergugat yang tingkat pengadilan pertama menjadi dasar dan alasan untuk (Pengadilan Negeri) atau selesai mengajukan tuntutan.. di tingkat pengadilan banding e. Tuntutan atau disebut petitum (Pengadilan Tinggi) atau adalah permintaan yang bahkan baru selesai diajukan penggugat kepada ditingkat kasasi (Mahkamah tergugat untuk diputuskan Agung), maka bila penggugat hakim dan tuntutan ini akan sebagai pemenang harus tercermin dalam putusan hakim melakukan tindakan eksekusi disetujui seluruhnya atau atas harta tergugat (jaminan). sebagian atau mungkin malah Bila berdasarkan keputusan ditolak. pengadilan maka tergugat f. Setelah surat kuasa untuk dengan sukarela melaksanakan mewakili perusahaan dalam diktum keputusan. mengajukan gugatan dan surat 5. Eksekusi melalui KPKNL gugatan selesai disiapkan maka Bank/kreditur wajib langkah selanjutnya ialah menyerahkam kredit macet kepada mendaftarkan surat gugatan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Pengadilan Negeri yang wilayah dan Lelang (KPKNL). Penyerahan hukumnya meliputi domisili dilakukan secara tertulis disertai tergugat. resume yang memuat berbagai g. Setelah pengadilan menerima informasi dan dokumen-dokumen pendaftaran perkara perdata perjanjian kredit dan jaminan. tersebut maka dalam waktu Resume berkas penyerahan kredit kurang lebih 2 (dua) minggu macet memuat informasi : pengadilan akan memanggil a) Identitas kreditur/penyerah para pihak yaitu penggugat dan piutang. 15

16 b) Identitas debitur dan penjamin utang (borgtocht). c) Bidang usaha debitur, antara lain i) Rincian utang yang terdiri dari saldo utang pokok, bunga, denda, dan ongkos/beban lainnya. industri manufaktur, perdagangan, j) Daftar barang jaminan, yang pertanian, perkebunan, atau bidang memuat urusan barang, usaha lainnya. pengikatan, kondisi dan nilai d) Keadaan usaha debitur pada saat barang jaminan pada saat diserahkan. e) Dasar hukum terjadinya utang, antara lain perjanjian kredit, akta penyerahan, dalam hal penyerahan didukung oleh barang jaminan. k) Daftar harta kekayaan lainnya. pengakuan utang, atau dasar l) Penjelasan singkat upaya-upaya hukum lainnya. f) Jenis piutang negara, antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit umum, atau jenis piutang negara lainnya. penyelesaian utang yang telah dilakukan oleh kreditur/penyerah piutang. m) Informasi lainnya yang dianggap perlu disampaikan oleh penyerah g) Sebab-sebab kredit/piutang piutang antara lain dinyatakan macet seperti debitur/penanggung utang dan atau kesalahan manajemen, debitur penjamin utang sudah tidak nakal, bencana alam, atau diketahui tempat tinggalnya, ada sebab-sebab lainnya. kasus gugatan di Peradilan, atau h) Tanggal realisasi kredit dan barang jaminan telah disita tanggal-tanggal kreditur/penyerah Pengadilan Negeri untuk piutang mengkategorikan kredit sesuai peraturan yang dikeluarkan kepentingan pihak lain. Dokumen-dokumen yang oleh Bank Indonesia dalam hal dilampirkan dalam penyerahan Piutang Negara berasal dari pengurusan piutang negara sebagai perbankan, atau tanggal debitur berikut : penanggung/utang dinyatakan a) Perjanjian kredit, akta pengakuan wanprestasi sesuai dengan utang, perubahan perjanjian dan perjanjian, peraturan, surat lain- lain. keputusan pejabat berwenang b) Rekening koran, prima nota, sebab apapun dalam hal Piutang faktur, dokumen sejenis yang Negara berasal dari non perbankan. membuktikan besarnya hutang. 16

17 c) Dokumen barang jaminan serta V. PENUTUP pengikatannya dan surat-surat 5.1 Kesimpulan lainnya yang mendukung barang Berdasarkan hasil penelitian jaminan tersebut. dan pembahasan maka dapat ditarik d) Surat menyurat antara kesimpulan yang merupakan jawaban kreditur/penyerah piutang terhadap permasalahan sebagai dengan debitur/penanggung berikut: piutang dan atau penjamin utang 1. Pelaksanaan perjanjian Kredit yang berkaitan dengan upaya Pemilikan Rumah (KPR) pada penyelesaian utang. Bank Tabungan Negara Cabang Penjualan barang melalui Medan oleh kedua belah pihak lelang bertujuan untuk mendapatkan (bank dan debitur) berdasarkan harga penjualan lelang yang tinggi. kesepakatan-kesepakatan yang Oleh karena itu barang yang akan telah dituangkan dalam sebuah dijual melalui lelang harus perjanjian Kredit Pemilikan ditentukan nilai limitnya. Nilai limit Rumah (KPR). Berdasarkan adalah nilai pelepasan barang ketentuan-ketentuan dalam terendah dalam lelang. Nilai limit perjanjian tersebut maka barang yang dilelang ditetapka oleh masing-masing pihak akan panitia cabang berdasarkan laporan memperoleh hak dan kewajiban. penilaian yang masih berlaku dan Salah satu penyebab terjadinya nilai limit disampaikan oleh kredit bermasalah adalah debitur KPKNL. Nilai limit dapat tidak melaksanakan kewajibannya diberitahukan kepada masyarakat dengan baik misalnya tidak umum dengan cara : membayar angsuran sesuai dengan 1. Melalui pengumuman lelang. waktu yang telah diatur dalam 2. Pada saat lelang berlangsung. perjanjian kredit. Penjualan barang lelang 2. Sebab-sebab timbulnya kredi diumumkan melalui surat kabar harian macet pada Bank Tabungan dan diberitahukan secara tertulis Negara Cabang Medan adalah kepada debitur atau penjamin utang sebagai berikut : paling lambat 7 hari sebelum lelang a. Faktor-faktor yang datangnya dilaksanakan. dari pihak debitur yaitu : 17

18 1) Salah dalam penggunaan debitur dan sebagai langkah kredit. terakhir apabila bank 2) Kegagalan usaha debitur mengalami kesulitan yang biasa dari kelompok penanganan terhadap kredit usaha keluarga. bermasalah maka 3) Musibah menimpa usaha penyelesaiannya akan debitur. diserahkan kepada Kantor 4) Terjadinya pemutusan Pelayanan Kekayaan Negara hubungan kerja. dan Lelang (KPKNL). b. Faktor-faktor yang datangnya 5.2 Saran dari pihak kreditur yaitu : Ada beberapa saran bagi 1) Kurangnya pengawasan para pihak, dalam rangka dalam analisa kredit. melakukan pengawasan terhadap 2) Adanya penekanan dari pelaksanaan perjanjian KPR untuk pihak luar dari pemberian menekan timbulnya kredit kredit. bermasalah. 3) Lemahnya sistem informasi kredit. 1. Bagi Bank a. Mengingat obyek jaminan 3. Proses penyelesaian kredit macet kredit merupakan aset yang pada Bank Tabungan Negara berharga bagi bank maka Cabang Medan terdiri dari: seharusnya dilakukan a. Penyelamatan kredit melalui upaya penjadwalan ulang dan monitoring terhadap jaminan secara kontinyu. peralihan debitur sebelum b. Telephone Call dilakukan jika dilakukan upaya-upaya hukum debitur menunggak sebagai oleh pihak bank. Hal ini merupakan upaya yang paling dominan dilakukan. bentuk peringatan, seharusnya Telephone Call ini dilakukan secara kontinyu. b. Melakukan upaya-upaya c. Penambahan personel Loan hukum diantaranya Recovery harus dilakukan memberikan penjualan agunan untuk pelunasan piutang yang oleh BTN, mengingat jumlah debitur yang tidak seimbang terjadi berdasarkan dengan petugas. Terlebih lagi, kesepakatan pihak bank dengan pada saat ini animo masyarakat 18

19 A. Buku untuk memiliki rumah sendiri sangat tinggi. Sehingga untuk mengimbangi permintaan KPR yang tinggi tersebut BTN harus menambah petugas pengawas kredit. d. Memilih developer yang mengadakan atau menyediakan rumah lebih selektif agar tidak ada komplain dari debitur mengenai kondisi rumah yang buruk. 2. Bagi Debitur Sebagi nasabah yang taat hukum dan jujur, nasabah harus merespon positif terhadap usaha bank yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perjanjian KPR. Tindakan kooperatif merupakan suatu tindakan yang harus dimiliki seorang debitur agar kelancaran jalannya KPR tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Bank, Bandung : Alfabeta, 2005 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005 A.S. Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995 Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 2007 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Sigit Trianduri, Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat, 2006 Syamsu Iskandar, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: In Media, 2013 Iswardano, Uang Dan Bank, Edisi Keempat, Cetakan Certama, Yogyakarta : BPFE, 1991 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankandi Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2012 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : PT. Intermasa, 1985 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002 Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta : Djambatan, 1995 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991 Ch. Gatot Wardoyo, Sekitar Klasusul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank Dan Manajemen, Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 1991 M. Rachmat Firdaus, Teori Dan Analisis Kredit, Cetakan Pertama, Bandung : PT : Purna Sarana Lingga Utama,

20 Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Cetakan Ketiga, Jakarta : PT.Gramedia, 1990 Abdiwarman Karim, Bank Islam Dan Analisis Fiqih Dan Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta : The International Institute Isalamic Thought, 2003 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Edisi Revisi, 2008, Jakarta : Kencana B. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen C. Internet n-rumah, diakses pada 20 Januari diakses pada tanggal 20 Januari /03/asas-kebebasan-berkontrak-dala m-standard-kontrak-perjanjian-baku -dalam-bidang-bisnis-dan-perdagan gan, Diakses pada tanggal 20 Januari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada. hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada. hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, maka pembangunan rakyat merupakan salah satu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi, sosial dan politik, telah mendudukkan masyarakat Indonesia pada posisi yang sulit. Hanya segelintir orang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan 1 BAB V PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat BMT Istiqomah Unit II Plosokandang selaku kreditur dalam mencatatkan objek jaminan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

Ronny Kusnandar ISSN Nomor TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR) BERKAITAN DENGAN JAMINAN Oleh: Ronny Kusnandar, SH, SpN Dosen tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Kredit merupakan salah satu program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini kredit merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap orang atau badan usaha untuk memperoleh pendanaan guna mendukung peningkatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, peredaran uang dalam perekonomian sudah tidak bisa lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional dapat bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. BAB I PENDAHULUAN Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. Oleh karena itu, para pihak dalam melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. Dalam suatu pembiayaan memang mengandung resiko, meskipun BMT Citra Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN. yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar, sehingga ada berbagai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN. yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar, sehingga ada berbagai BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN E. Pengertian Kredit Proses pemberian kredit akan menyangkut suatu jumlah uang dari nilai yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar, sehingga ada berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini, perbankan memiliki peranan dan fungsi yang sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di suatu Negara,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Piutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PD BPR Bank Purworejo 1. Profil PD BPR Bank Purworejo PD BPR Bank Purworejo adalah Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat yang seluruh modalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum

BAB I PENDAHULUAN. warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hukum perdata hakikatnya merupakan hukum yang mengatur kepentingan antara warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum perdata sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana prinsip negara hukum adalah menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia, kegiatan bisnis bank umum menjadi semakin canggih dan beraneka ragam. Berbagai macam kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mlati Kredit bermasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi BAB I PENDAHULUAN Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi beberapa tahun terakhir ini telah membawa pengaruh sangat besar bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan a. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan P engertian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN, KREDIT DAN RESTRUKTURISASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN, KREDIT DAN RESTRUKTURISASI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN, KREDIT DAN RESTRUKTURISASI A. Perbankan di Indonesia 1. Pengertian Perbankan Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 atas perubahan Undang-Undang No.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan merupakan sarana bagi pemerintah dalam mengupayakan

Lebih terperinci

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA A. Pengertian Deposito Seperti diketahui salah satu aktivititas perbankan dalam usaha untuk mengumpulkan dana adalah mengarahkan aktivitas deposito. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Dengan menghadapi adanya kebutuhankebutuhan tersebut, manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI Airlangga ABSTRAK Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bank adalah suatu tempat yang didirikan sebagai lembaga untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghimpunan tabungan dari masyarakat dan pemberian kredit kepada nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa bank lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN Oleh Jatmiko Winarno Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang mengalami kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia saling membutuhkan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit 1. Pengertian Bank Membicarakan bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK 2.1. Pengertian dan Fungsi Bank Bank adalah "suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (Financial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kondisi ekonomi nasional semakin hari kian memasuki tahap perkembangan yang berarti. Ekonomi domestik indonesia pun cukup aman dari dampak buruk yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank sesuai dengan Pasal 1 butir 2 Undang-undang no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan di segala bidang pada umumnya merupakan salah satu dari tujuan utama pembangunan nasional. Dalam rangka melindungi segenap Bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting.

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sebuah dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada BAB I PENDAHULUAN Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada umumnya, Perjanjian Pinjam Meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Dalam dunia modern ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu Negara sangatlah besar.begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi diantaranya dalam peningkatan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Bank membantu pemerintah dalam menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Di dalam memahami pengertian kredit banyak pendapat dari para ahli, namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional, semakin banyak industri industri yang didirikan.

Lebih terperinci