BAB I PENDAHULUAN. (sektor jasa atau industri jasa) sebesar 70,03 % terhadap Produk Domestik Regional

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2005, kontribusi sektor tersier (sektor jasa atau industri jasa) sebesar 70,03 % terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Medan. Sedangkan selebihnya sebesar 26,9 % pada sektor sekunder (manufaktur) dan 3,06 % dari sektor primer (pertambangan, pertanian dan perikanan). Dari data tersebut, lapangan usaha dari perdagangan, perhotelan dan restoran menjadi salah satu sektor penyerapan tenaga kerja di kota Medan ( Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun Sektor tersier memberikan sumbangan sebesar 68,70 %, sekunder sebesar 28,37 % dan primer sebesar 2,93 %. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 %, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 %, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 % dan jasa keuangan 13,41 %. Dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan diperoleh data bahwa jumlah tenaga kerja yang tercatat di dalam semua lapangan pekerjaan di Kota Medan sebanyak yang terdiri dari pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Berdasarkan data terakhir mengenai sektor-sektor ekonomi di Kota Medan dapat dilihat dalam penelitian Rural Urban Migration in China Indonesia

2 (RUMiCI) yang dilakukan di kota ini pada pertengahan tahun 2010 lalu. Data terangkum dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan di Medan 2010 Lapangan Pekerjaan Migran ( %) Non migran ( % ) Pertanian Pertambangan dan minyak, galian Industri / Manufaktur Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Restoran dan Hotel Transportasi dan Komunikasi Jasa Keuangan, Bank dan lain-lain Jasa lainnya ( pemerintahan, perorangan dan lain-lain) Lain-lain Total % N Sumber : Survei RUMiCI Medan, 2010 Dari data diatas dapat kita lihat bahwa lapangan pekerjaan perdagangan, restoran dan hotel adalah lapangan pekerjaan paling banyak diminati setelah lapangan pekerjaan jasa lainnya (pemerintahan, perorangan dan lain-lain). Lapangan pekerjaan itu diminati baik oleh migrant (pendatang) maupun non migrant (penduduk tetap).

3 Data sektor ekonomi di Medan tahun 2005, 2006 dan 2010 memiliki proporsi yang sama yaitu lapangan pekerjaan perdagangan, hotel dan restoran merupakan lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja. Namun demikian didalam penelitian ini hanya akan memfokuskan pada lapangan pekerjaan hotel saja. Pasar hotel di Medan cukup menjanjikan bila dilihat dari jumlah pembangunan hotel di Medan yang terus mengalami peningkatan. Untuk meraih pelanggan, setiap hotel tentu memiliki cara tersendiri. Fasilitas hotel, tarif dan pelayanan juga menjadi faktor laku tidaknya sebuah hotel. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Pariwisata Kota Medan, jenis usaha khususnya perhotelan sampai April 2010 tercatat tidak kurang dari 135 hotel mulai dari hotel yang paling sederhana sampai bintang lima. Persaingan mendapatkan tamu di hotel berbintang semakin ketat menyusul terus bertambahnya jumlah hotel di daerah itu. Bisnis hotel di Medan menarik bagi investor karena kota ini menjadi salah satu kota yang dipilih pengusaha untuk membicarakan bisnis (Medan adalah kota yang kondusif). Namun, krisis global yang terjadi sejak tahun 2008 menyebabkan kelesuan di dunia pengusaha. Kelesuan itu mengurangi aktifitas pengusaha dalam melakukan pembicaraan maupun lobi bisnis. Lobi bisnis yang dilakukan antar pengusaha sering dilakukan di hotel berbintang. Berkurangnya aktifitas lobi bisnis pengusaha secara tidak langsung mengurangi jumlah pengguna hotel berbintang. Penurunan pengguna disaat perkembangan hotel berbintang meningkat menyebabkan persaingan makin sengit. Persaingan makin ketat mengingat krisis global juga

4 mengakibatkan menurunnya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota Medan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di Medan Alimuddin Sidabalok menjelaskan bahwa tingkat hunian kamar (TPK) hotel berbintang di Sumut tahun lalu menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Berdasarkan data TPK pada bulan oktober 2008 naik 8,89 poin dibandingkan TPK bulan september sebesar 28,86 %. Dari persentase itu, TPK yang paling tinggi berada di hotel bintang lima atau 53,26 %. Akan tetapi, meski TPK meningkat, rata-rata tamu menginap justru menurun. Pada oktober 2008, rata-rata lama menginap tamu asing dan domestik di hotel berbintang di Sumut hanya mencapai 1,45 hari atau turun 0,10 hari dibandingkan rata-rata posisi september padahal kunjungan wisman ke Sumut selama Januari- November 2008 naik 11,78 % dibandingkan periode sama tahun 2007 atau berjumlah orang. Sesuai pengamatan ANTARA, jumlah hotel berbintang lima di Medan tahun 2008 bertambah dua buah yakni Grand Swiss-Belhotel Medan dan JW Marriot yang masing-masing memiliki 246 kamar dan 287 kamar. Sementara jumlah hotel non-bintang tapi cukup berkualitas di Medan juga menjamur sehingga bisnis hotel semakin ketat di daerah itu ( Persaingan selalu menampilkan pihak yang menang dan pihak yang kalah. Siapa yang kuat akan menang, yang lemah akan kalah. Yang kuat akan memenangi persaingan. Adapun yang tak mampu bersaing akan terjerembab dalam keterpurukan akibat kalah bersaing. Salah satu hotel yang terkena dampak negatif pada persaingan

5 bisnis perhotelan ini adalah Hotel Soechi Internasional. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan tenaga kerja atau PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Selain buruh Hotel Soechi International, Hotel Grand Aquila Bandung juga mengalami masalah PHK pada buruhnya dimana peristiwa pemberangusan serikat buruh Hotel Grand Aquila yang berujung pada PHK massal terhadap 137 karyawan yang tergabung di dalam Serikat Pekerja Mandiri Hotel Grand Aquila Bandung (SPM HGB). Juga disebutkan, aksi pemberangusan itu merupakan tindakan kriminal yang seharusnya diusut oleh Kepolisian RI (dalam situs PHK juga terjadi pada bisnis industri lainnya. PHK ribuan buruh PT Nagasakti Paramashoes Industry (NASA) dan PT Hardaya Aneka Shoes Industry (HASI) mengenai pemberhentian kontrak kerja pembuatan sepatu merk Nike dengan PT NASA dan HASI, sehingga kedua perusahaan itu harus merumahkan ribuan buruhnya. Nasib para buruh atau pekerja-pekerja yang terkena dampak PHK tersebut merupakan masalah sosial yang harus ditanggapi secara serius oleh berbagai lembaga yang terkait dengan permasalahan buruh, terutama buruh yang terkena PHK tanpa sebab yang jelas oleh pihak Management Hotel tersebut dan tidak diberikannya pesangon ataupun upah yang setara dengan pengabdian buruh selama bekerja di hotel tersebut. Nasib para buruh yang menjadi perbincangan ini sangat diekspos karena PHK melibatkan pemberhentian tenaga kerja yang begitu banyak sehingga para buruh

6 sampai mengadakan demonstrasi yang menuntut keadilan dari pihak hotel untuk memberikan keterangan perihal PHK tersebut. Untuk itu perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang apa dan mengapa ini bisa terjadi, dan ada apa di balik banyaknya para buruh yang di-phk sampai mereka menuntut haknya kembali pada hotel tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kondisi korban buruh pasca Pemutusan Hubungan Kerja? b. Bagaimana strategi gerakan buruh Hotel Soechi Internasional dalam memperjuangkan hak-haknya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui kondisi korban buruh pasca Pemutusan Hubungan Kerja. b. Untuk mengetahui strategi gerakan Buruh Hotel Soechi Internasional dalam memperjuangkan hak-haknya.

7 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis: 1. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya akan dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi khususnya sosiologi perburuhan. 2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini Manfaat Praktis Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk melihat bagaimana dampak PHK terhadap kondisi keluarga korban PHK dan melihat bagaimana strategi gerakan buruh Hotel Soechi Internasional dalam memperjuangkan hak-hak.