MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XII/2014

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A RABU, 19 MARET 2014

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 1 angka 2, angka 14, Pasal 17, Pasal 21 ayat (1), Pasal 29, Pasal 77 huruf a, Pasal 156 ayat (2), dan ayat (4)] terhadap Undang-Undang Dasar 1945 PEMOHON 1. Bachtiar Abdul Fatah ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Rabu, 19 Maret 2014, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Anwar Usman (Ketua) 2) Maria Farida Indrati (Anggota) 3) Muhammad Alim (Anggota) Luthfi Widagdo Eddyono Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Maqdir Ismail 2. Asep Markun 3. Dasril Affandi 4. Sarizal Zainuddin 5. Ade Kurniawan 6. Sucimelianaka 7. Muhammad Ihksan ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ANWAR USMAN Sidang Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Sidang kali ini adalah sidang pendahuluan pertama Perkara Nomor 21 Tahun Untuk itu dipersilakan kepada Pemohon untuk memperkenalkan diri. Silakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: MAQDIR ISMAIL Terima kasih, Yang Mulia. Saya sendiri, nama saya Maqdir Ismail, kemudian dari ujung sebelah kanan saya ini adalah Dr. Asep Markun, kemudian Saudara Dasril Affandi, di sebelah kiri saya mulai, Saudara Sarizal Zainuddin. Kemudian, Saudara Sucimelianaka. Kemudian, Saudara Muhammad Ikhsan, dan Saudara Ade Kurniawan, Yang Mulia. Terima kasih. Kemudian, di belakang masih ada beberapa kawan dari PT Chevron Pacific Indonesia. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: ANWAR USMAN KETUK PALU 3X Baik. Selanjutnya, ini walaupun permohonan ini sudah kami baca, kami teliti, sesuai dengan ketentuan hukum acara dipersilakan untuk menyampaikan pokok-pokoknya saja. Silakan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: MAQDIR ISMAIL Terima kasih, Yang Mulia. Kami hanya akan mencoba memulai membacakan opening statement kami mengenai perkara ini dan kemudian ada beberapa hal nanti yang lainnya akan kami tambahkan di dalam menyampaikan pokok-pokok permohonan ini. Majelis Hakim Yang Mulia, meskipun kata-kata due process of law tidak ditemukan dalam Magna Carta, namun piagam ini yang umumnya dipandang sebagai cikal bakal due process of law. Sebagaimana kita pahami dari catatan sejarah bahwa due process of law ini diadopsi sebagai perjanjian pribadi antara Raja John dan para baron yang melakukan pemberontakan pada tahun Keadaan inilah yang menimbulkan pengertian bahwa Magna Carta adalah simbol dari 1

5 perjuangan melawan kekuasaan sewenang-wenang yang pada awalnya diperjuangkan oleh raja-raja kecil dan merupakan simbol kekal perlawanan yang sukses dalam melawan kekuatan kerajaan. Dalam mengutip pendapat Simon Schama dalam bukunya A Stereo of Writing Intro Young menyatakan bahwa Magna Carta bukanlah akta kelahiran kebebasan dalam tradisi retoris (suara tidak terdengar jelas) kemerdekaan, namun itu adalah sertifikat kematian nepotisme. Ini untuk pertama kalinya raja Inggris ditempatkan di bawah aturan hukum. Misalnya, menghilangkan kekuasaan raja untuk menangkap rakyatnya sewenang-wenang. Sekarang raja harus mengakui habeas corpus, harus mengakui bahwa hak asasi manusia untuk mendapatkan proses hukum dalam masalah penahanan. Magna Carta sebagai perjanjian bukan hanya memberikan perlindungan kepada bangsawan, tetapi kepada semua orang. Dimana dinyatakan bahwa semua orang tidak dapat dipenjarakan atau diasingkan, direbut kebebasannya, tidak dengan proses hukum atau atas nama hukum, kecuali dengan proses hukum yang dilakukan secara adil berdasarkan hukum yang berlaku. Berdasarkan proses peradilan biasa, dengan diberikan kepadanya hak untuk membela diri dan menyampaikan bukti sesuai dengan prosedur hukum. Dengan demikian, maka Magna Carta adalah kesepakatan yang luar biasa dalam membatasi kekuasaan penguasa termasuk negara dalam satu proses hukum. Sebab negara bukanlah hukum, meskipun negara dapat membuat dan menciptakan hukum. Tentu bagi kita bukan persoalan melawan kekuasaan yang sewenang-wenang itu yang perlu disampaikan kepada Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia, yang perlu disampaikan bahwa proses hukum itu harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Prosedur itu adalah cara yang benar dalam satu proses, sehingga kalau dibicarakan perlindungan hukum dalam suatu proses hukum atau yang dikenal secara luas dengan hukum acara, maka perlindungan itu tidak bermakna maka perlindungan itu tidak bermakna sebagai pedoman atau cara yang sah untuk melindungi pelaku kejahatan untuk menghindar dari tangan hukum. Secara ideal, hukum acara itu memberikan kesetaraan antara tersangka, terdakwa dengan penyidik, dan penuntut dan kemudian diberikan penilaian oleh hakim. Dalam proses hukum, selain adanya kesetaraan antarwarga negara dan penegak hukum, maka kesetaraan lain yang harus ada adalah kesetaraan perlakuan antara yang kaya dan yang miskin. Inilah yang dianut oleh hukum acara pidana Indonesia. Penyidikan adalah kegiatan mengumpulkan bukti yang akan membuat terang perkara sehingga kemudian akan menemukan tersangka, sehingga proses penetapan tersangka itu bukanlah penetapan acak karena penetapan tersangka secara acak niscaya akan sangat merugikan orang kebanyakan atau orang yang tidak mampu membela 2

6 diri secara baik dengan cara yang baik dan benar. Sebab sebagaimana dipahami, hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur dan memberikan batasan yang dapat dilakukan oleh negara dalam proses penyelidikan, penyidikan, hingga proses peradilan dengan metode yang baku untuk menegakkan hukum dan melindungi hak-hak individu selama proses hukum berlangsung. Sebab, pada hakikatnya hukum acara pidana adalah aturan hukum untuk melindungi warga negara dari perlakuan sewenang-wenang oleh aparatur penegak hukum karena diduga melakukan perbuatan pidana. Secara khusus, hukum acara pidana dirancang untuk melindungi dan menegakkan hak-hak konstitusional tersangka, terdakwa pada saat dimulai penyelidikan penyidikan, proses peradilan sampai pelaksanaan hukuman atau eksekusi karena secara nyatanya... karena senyatanya hukum acara itu merupakan standar proses hukum yang sesuai dengan rasa keadilan dan keadilan itu sendiri sebab dalam negara yang menganut demokrasi, hukum tidak digunakan untuk memberangus keadilan yang harusnya ditegakkan dan dipelihara, atau untuk membatasi dan menghancurkan hak-hak yang seharusnya dijunjung tinggi. Hukum tidak boleh digunakan untuk melakukan kekejian, sehingga perampasan seperti ini menjadi hak, serta penegakan kebenaran dianggap sebagai kejahatan. Dengan kata lain, hukum acara pidana itu bukan untuk memanjakan orang yang diduga bersalah, tetapi adalah untuk melindungi orang tidak bersalah dari ancaman hukum, sebab perlindungan terhadap orang yang diduga bersalah atau terdakwa yang menjalani proses hukum pada hakikatnya sebagai kebajikan pendekatan dalam proses hukum. Karena lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum seorang yang tidak bersalah dan menderita secara tidak adil. Perlindungan yang diberikan oleh hukum acara pidana ini termasuk perlindungan dari tindakan pencarian bukti kesalahan yang tidak masuk di akal dan menjurus pada unfair prejudice atau penyitaan terhadap barang dengan cara melanggar hukum dalam proses penyelidikan dan penuntutan yang tidak berdasarkan dasar hukum serta proses peradilan yang memihak. Mejelis Hakim Yang Mulia. Dalam satu proses hukum, aparat penegak hukum diberi kewenangan untuk menegakkan hukum kepada siapa pun yang disangka melanggar hukum. Tidak ada perbedaan apakah pelanggar hukumnya pejabat negara atau warga negara biasa. Meskipun demikian, negara hanya dapat melakukan tindakan terhadap individu yang diduga melakukan satu tindak pidana berdasarkan batasbatas yang telah ditentukan oleh undang-undang. Namun pada sisi yang lain, ada kewajiban dari penegak hukum untuk memberikan perlindungan kepada warga negaranya. Perlindungan yang harus diberikan ini harus dilakukan dengan memegang teguh 3

7 keadilan karena melindungi orang bersalah sekalipun adalah lebih penting daripada memberikan basa-basi prosedural sebab sebagaimana yang dikemuka... dikatakan oleh Gustav Prafoch [Sick!] bahwa jika hukum positif isinya tidak adil dan gagal untuk melindungi kepentingan rakyat, maka undang-undang seperti ini adalah cacat secara hukum dan tidak memiliki sikap hukum sebab hukum itu pada prinsipnya untuk menegakkan keadilan. Majelis Hakim Yang Mulia. Isu tanggung jawab negara untuk melindungi warga negaranya tidak bisa dialihkan kepada hakim sebagai pelaksana undang-undang. Akan menjadi sangat naif jika negara gagal dalam tanggung jawab mereka untuk melindungi warga negaranya, kemudian tanggung jawab itu dialihkan kepada hakim untuk memberikan perlindungan. Pergeseran tersebut jika itu terjadi pada akhirnya berfungsi untuk melemahkan kebebasan yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Sebab, pergeseran tanggung jawab tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dari masing-masing hakim yang akan berujung pada tidak adanya kepastian hukum. Pelimpahan tanggung jawab melindungi warga dari kesewenang-wenangan dalam proses hukum akan sangat berbahaya bila dilimpahkan sepenuhnya kepada hakim tanpa ada patokan dan/atau tolak ukur yang diatur secara ketat oleh hukum acara. Karena pada hakikatnya hukum acara termasuk hukum acara pidana, secara spesifik adalah sebagai sarana memberikan perlindungan kepada tersangka atau terdakwa dan pada hal... dan hal tersebut bukanlah merupakan kebajikan dari penyidik penuntut umum atau hakim dalam proses hukum. Oleh karena hukum acara itu bukan sebagai kebajikan, maka pelaksanaan dan kontrol terhadap hukum acara pidana itu harus dilakukan secara ketat dan pasti, sebab perlindungan terhadap seseorang tersangka atau terdakwa bukanlah merupakan kebajikan yang diberikan oleh penyidik penuntut umum atau hakim, tetapi adalah hak yang didasarkan... yang hak-hak... adalah hak dasar yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Ketika hak-hak dasar yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar tersebut dapat diberikan interpretasi sesuai dengan kepentingan penafsir, yaitu penyidik, penuntut umum atau hakim, maka pada saat yang sama ada kewajiban yang sama untuk meluruskan aturan hukum yang dapat diberi interpretasi tersebut dengan memberikan tafsir yang konstitusional, sebab ketika Mahkamah membiarkan adanya tafsir sesuai dengan kebutuhan pemberi tafsir dan penilaiannya diserahkan kepada hakim yang beragam opininya, maka pada saat yang sama sebenarnya telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia melalui pembiaran. Pemohon mengajukan sejumlah pasal KUHAP yang dalam praktik acap kali dirasakan sebagai pelanggaran terhadap hak asasi ini, pada 4

8 hakikatnya diajukan untuk mengingatkan bahwa hak asasi manusia sangat berharga dan melebihi dari segalanya. Majelis Hakim Yang Mulia. Dalam permohonan ini, pada hakikatnya Pemohon melakukan pemo... permohonan... menyampaikan permohonan pengujian terhadap Pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 14, Pasal 17, Pasal 21 ayat (1) juncto Pasal 29 dan Pasal 77 huruf a, Pasal 156 ayat (2), dan pasal... dan ayat (4) KUHAP karena Pemohon telah ditetapkan sebagai tersangka, terdakwa, dan dituntut oleh Kejaksaan Negeri Republik Indonesia, Pemohon telah kehilangan kebebasannya karena telah dicegah untuk meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia oleh Kejaksaan Republik Indonesia. Pemohon telah kehilangan hak untuk bekerja, melakukan berbagai kegiatan, dan berkomunikasi secara layak dan manusiawi karena Pemohon telah berstatus sebagai tersangka, terdakwa tindak pidana korupsi yang sedikit banyak menimbulkan kesan kurang baik di mata masyarakat awam yang kurang memahami asas praduga tak bersalah. 4. Pemohon telah mengalami penahanan terhitung sejak tanggal 26 September 2012 sampai 27 November 2012 dibebaskan berdasarkan putusan pra peradilan namun kemudian dipaksakan untuk ditahan lagi sejak tanggal 17 Mei 2013 sampai dengan saat pengajuan permohonan ini, dan dilimpahkan ke pengadilan tipikor untuk diadili sejak tanggal 22 Mei 2013, dan Pemohon ditahan sampai pengajuan permohonan ini. Majelis Hakim Yang Mulia, berdasarkan pokok-pokok pikiran yang kami sampaikan di atas, kami sebagai Kuasa dari Pemohon menyampaikan dengan ini memohon kepada Majelis Hakim Konstitusi untuk memberikan putusan sebagai berikut. 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan Mahkamah berwenang untuk memeriksa permohonan a quo. 3. Dan Pemohon mempunyai kedudukan hukum atau legal standing untuk mengajukan permohonan a quo. 4. Menyatakan Pasal 1 angka 2 KUHAP bertentangan dengan Undang- Undang Dasar 1945 secara bersyarat, yaitu inkonstitusional secara bersyarat sepanjang frasa dan guna menemukan tersangkanya tidak dimaknai sebagai untuk kemudian dapat menemukan tersangkanya sehingga ketentuan tersebut selengkapnya definisi penyidikan harus dibaca dan dimaknai sebagai berikut. Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari, serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi untuk kemudian dan dapat menemukan tersangkanya. Menyatakan Pasal 1 angka 14 juncto Pasal 17 juncto Pasal 21 ayat (1) KUHAP harus diberi makna 5

9 dan harus dinyatakan inkonstitusional secara bersyarat, conditionally unconstitutional kecuali sepanjang frasa berdasarkan bukti permulaan, bukti permulaan yang cukup, bukti yang cukup harus dimaknai sebagai minimum dua alat bukti secara kualitatif kecuali pada keterangan... kecuali perihal keterangan saksi. 5. Menyatakan Pasal 21 ayat (1) juncto Pasal 29 KUHAP bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu inkonstitusional secara bersyarat (conditionally unconstitutional) sepanjang digunakan untuk melakukan penahanan dan/atau perpanjangan penahanan tanpa adanya keadaan yang faktual dan dapat diukur yang menjadikan penilaian atas keadaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. 6. Menyatakan Pasal 77 huruf a KUHAP bertentangan dengan Undang- Undang Dasar 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional), yaitu inkonstitusional secara bersyarat atau conditionally unconstitutional sepanjang tidak ditambahkan rumusan normanya sehingga menjadi berbunyi pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang. a. Sah atau tidaknya penetapan tersangka penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. 10. Menyatakan bahwa Pasal 156 ayat (2) KUHAP bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang ada perlawanan yang diajukan oleh terdakwa seketika setelah putusan selesai dibacakan, hakim tidak menangguhkan proses persidangan. 11. Menyatakan bahwa Pasal 156 ayat (4) KUHAP mengikat bagi hakim untuk menghentikan persidangan sepanjang ada perlawanan yang diajukan oleh terdakwa seketika setelah putusan sela dibacakan. 12. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. 13. Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon putusan yang seadiladilnya. Demikianlah pokok-pokok permohonan yang dapat kami sampaikan, kalau seandainya ada dari rekan yang hendak menambahkan mohon kami diberikan kesempatan untuk menambahkannya, Yang Mulia. Terima kasih. 5. KETUA: ANWAR USMAN Silakan. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: MAQDIR ISMAIL Ternyata cukup, Yang Mulia. Terima kasih. 6

10 7. KETUA: ANWAR USMAN Baik. Secara umum permohonan ini dari sistematikanya sudah cukup baik, namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, dan sesuai dengan kewajiban undang-undang bahwa Majelis Panel harus memberi masukan yang terkait dengan permohonan Pemohon. Yang pertama dari saya, saya melihat dari segi penulisannya itu mohon untuk pasal-pasal yang diuji itu ada sekian pasal, cukup banyak juga, itu ditulis secara (suara tidak terdengar jelas) pasal dan ayatnya, ya. Begitu juga yang terkait dengan pasal-pasal yang dijadikan batu uji, pasal-pasal dalam UUD Kemudian saya loncat ke belakang. Kemudian saya loncat ke belakang, petitum ya. Ini ya cukup panjang juga. Supaya bisa lebih praktis, ya kiranya diformulasikan kembali ya. Misalnya petitum nomor tiga menyatakan Pasal 1 angka 2 KUHAP bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional) yaitu inkonstitusional secara bersyarat. Conditionally unconstitutional sepanjang frasa dan guna menemukan tersangkanya dan seterusnya. Mungkin ada formula misalnya begini, menyatakan Pasal 1 angka 2 KUHAP ya, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai bla, bla, bla. Ya begitu seterusnya, yang lain-lain juga. Kemudian untuk petitum nomor 2. Ini ya tidak perlu sebenarnya itu dan petitum nomor 1, menerima dan mengabulkan ya. Ya cukup mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Kemudian ya petitum 4 dan seterusnya ke bawah ya kiranya bisa disusun ya. Mencari formulasi yang yang orang lain kira-kira begitu baca karena ini kan apa pun putusannya nanti kan berlaku secara erga omnes ya. Berlaku untuk semua, bukan untuk Pemohon saja, kan begitu putusannya. Ya untuk sementara dari saya cukup. Untuk itu dari Yang Mulia Prof. Maria. 8. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, Pak Ketua. Ya saya melihat dari permohonan ini memang sebetulnya secara sistematika permohonan sudah terlihat jelas, tetapi... ya dari membaca opening statement Anda, itu malah saya melakukan sebetulnya yang dimohonkan itu apa? Ya, kan. Memang setiap kali dikatakan ketidakpastian hukum bahwa hal-hal yang ada yang Anda mohonkan di sini adalah ketidakpastian hukum. Tapi kemudian di dalam rumusan-rumusan yang menjadi pokok permasalahannya yang dinyatakan bahwa ini bertentangan secara konstitusional dengan Undang-Undang Dasar itu apanya ya. Dari hal kewenangan Mahkamah Konstitusi. Sebetulnya ini Anda merumuskan bagus untuk kewenangan Mahkamah Konstitusi tapi terlalu 7

11 berlebihan sebetulnya. Yang nomor 1 itu Anda sudah mengatakan permohonan terhadap Pasal 1 angka 2, angka 14 dan sebagainya. Tapi Anda ulangi lagi nanti di nomor 5 dan nomor 6 ya. Anda dengan mengatakan Pasal 24C Undang-Undang Dasar saja sudah cukup sebetulnya. Tapi ini banyak sekali ya. Kemudian untuk legal standing Pemohon. Legal standing Pemohon ini juga sangat banyak penjelasannya. Walaupun kemudian Anda mengatakan bahwa Pasal angka 11 itu Anda mengatakan siapa Pemohon itu, yaitu warga negara Indonesia yang ditegaskan dengan kartu penduduk ya. Nah, tapi kemudian angka 13 ke bawah, Anda mengatakan bahwa ada ketidakpastian hukum. Di mana ada ketidakpastian hukum ini adalah hal yang menjadikan batu uji Anda bahwa apa yang Anda mohonkan di sini adalah menimbulkan ketidakpastian hukum yang itu kemudian menjadi hak konstitusional warga negara yang kemudian terabaikan oleh pasal-pasal yang Anda mohonkan ya. Tapi pasal-pasal yang Anda mohonkan itu tidak dirumuskan secara lengkap terlebih dahulu. Kemudian Anda berikan apa highlight atau dengan rumusan yang tebal begitu, sehingga yang dipermasalahkan itu adalah kalimat itu, frasa itu demikian. Karena di sini misalnya Anda mengatakan bahwa hak konstitusional Pemohon atas kepastian hukum yang adil tersebut telah sangat dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 angka 2 KUHAP karena ketentuan tersebut telah (suara tidak terdengar jelas) Pemohon diinterpretasikan dan diberi makna oleh Kejaksaan Republik Indonesia bahwa seseorang dapat ditetapkan lebih dari sebagi tersangka sebelum adanya penyelidikan. Pasal 1 angka 2 itu bicara apa? Dan penyidik itu menginterpretasikan apa? Nah, jadi di sini harus jelas karena Anda menuntut Pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 14, 17, 21 tapi tidak menjelaskan rumusan pasal itu, sehingga kita melihat yang mana yang dianggap tidak menimbulkan ketidakpastian hukum tersebut ya, itu. Alasan-alasan permohonan pengujian. Ini juga Anda merumuskan dalam angka 16 misalnya. Hal ini tegas dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor antara lain agar dapat dicapai serta ditingkatkan... kemudian ini apa? Dengan rumusan ini Anda mau mengatakan bahwa Pemohon ini dirugikan hak konstitusionalnya karena apa? Nah, ini yang tidak jelas karena kalau kemudian Anda melihat pada nomor 17, 18, 19 itu semua penjelasan-penjelasan yang tidak langsung mengenai pasal-pasal yang Anda ajukan permohonan ini. Jadi lebih baik Anda mengatakan pasal ini, rumusannya seperti ini, menurut kami bertentangan hak konstitusional dari pasal sekian Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena ini, ini, ini, gitu ya? Jadi, membaca ini memang seperti membaca satu desertasi. Sangat bagus rumusannya, sangat apa sangat baik sebetulnya 8

12 secara dari segi penulisan. Tetapi untuk menjelaskan bahwa ini lho permasalahannya, itu tidak begitu mudah, ya? Jadi, Anda harus lebih memudahkan supaya hakim itu langsung tahu, Oh, ini yang dipermasalahkan, begitu, ya. Bumbu-bumbu di sana-sini boleh, tetapi kemudian harus jelas bahwa ada permasalahan di sana. Misalnya, Anda melihat di sini pasal angka 13 ya, halaman 17, Dengan demikian, maka ketentuan Pasal 1 angka 2 KUHAP yang dapat diberikan tafsir oleh penegak hukum, maka hal tersebut tidak sesuai dengan semangat pembentukan KUHAP untuk melindungi hak asasi manusia, sehingga harus dinyatakan bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Saya membaca kalimat ini berulang-ulang kali, saya enggak tahu maksudnya apa? Begitu, ya? Dan kemudian, yang ini b Pasal 1 angka 14, juga Pasal 17 ayat (1) KUHAP, Dapat merugikan hak konstitusional seseorang warga negara karena adanya pemahaman yang tidak dijelaskan oleh undangundang, sehingga dalam penegakannya menimbulkan ketidakpastian hukum. Pasal 31 bahwa adanya frasa bukti permulaan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 angka 14 frasa bukti permulaan yang cukup sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 17 dan frasa bukti yang cukup sebagaimana terdapat dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP telah menimbulkan ketidakpastian hukum. Tapi pasal-pasal itu secara lengkap yang mana? Kalau itu lengkap, maka kita bisa melihat, Oh, ini maksudnya bukti permulaan, ini bukti permulaan yang cukup, dan sebagainya, itu yang menimbulkan ketidakpastian hukum karena kemudian penyidik atau penegak hukum dapat menafsirkan yang berbeda, ya. Jadi, itu saja sebetulnya. Saya tahu bahwa maksud Anda ada halhal yang bisa menimbulkan ketidakpastian hukum karena di sini ada misalnya kata dapat. Kata dapat itu kan bisa diinterpretasikan macammacam. Ya, kan? Jadi, orang bisa mengatakan dapat dilakukan atau dapat tidak dilakukan, begitu. Nah, tapi kalau frasanya itu kemudian lengkap, maka kemudian kita bisa melihat, Oh, ini yang menimbulkan ketidakpastian hukum, ya. Saya rasa dari saya hanya rumusan yang lebih tegas, mana pasalpasal itu yang kemudian menimbulkan suatu pertentangan dan hak konstitusional Pemohon yang mana yang kemudian karena di sini kalau kita lihat semuanya, permohonan ini pengujiannya atas dasar ketidakpastian hukum. Begitu, kan? Nah, tapi ketidakpastian hukum ini kan di diajukan untuk beberapa pasal sekaligus. Apakah semuanya itu langsung kepada pasal tentang ketidakpastian hukum Pasal 28 itu atau satu per satu dengan pasal-pasal atau batu uji yang berbeda, ya? Dan untuk permohonan petitumnya, saya rasa ini agak tidak biasa seperti petitum yang dibuat oleh amar putusan dalam MK. Biasanya MK langsung (suara tidak terdengar jelas) pasal sekian tidak bertentangan 9

13 dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka pasal sekian tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, begitu ya. Dan juga untuk yang keempat, ini juga tidak tahu yang mana. Kemudian, 10, 11, 12 petitum 10, 11, 12 ini rasanya petitum yang tidak pernah dibuat oleh MK dalam amar. Jadi, kalau pasal-pasal ini kemudian dinyatakan tidak bisa dipakai, kemudian bagaimana nanti due process of law yang harus dilakukan oleh Pemohon-Pemohon yang lain atau para pihak yang akan terkena KUHAP ini? Saya rasa dari saya itu, Pak. Terima Kasih. 9. KETUA: ANWAR USMAN Terima Kasih. Berikut, Yang Mulia Bapak Muhammad Alim. 10. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Terima Kasih, Yang Mulia Ketua. Ini ada beberapa yang saya mau berikan nasihat ini barangkali. Ini yang lazim dipakai di sini, konstruksi yang dipakai lazim dipakai di Mahkamah Konstitusi itu adalah nomor 1 itu identitas Pemohon, siapa yang memohon, dan alamatnya, dan lainlain. Di sini ada opening statement. Oke, ndak apa-apa. Kemudian, kewenangan MK, baru kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, posita, dan petitum petita (petitum), baru ada penutupnya. Itu itu merupakan kelaziman yang semualah dalam hal pengujian undangundang. Di halaman 4 permohonan Saudara di alinea pertama itu... ini kebahasaan barangkali, kata sebab itu tidak boleh menjadi permulaan kecuali dikoma, sebab apabila itu kecuali dikoma. Jadi bisa saja hilangnya sebabnya itu sebagaimana menjadi huruf-huruf awal, itu tidak jadi soal. Di bawah juga di... masih halaman itu baris ke 14 itu juga... itu juga sebab dalam negara yang menganut itu juga barangkali dalam negara saja ya, tidak usahlah pakai sebab di situ. Lalu begini, di baris berikutnya itu, Menganut demokrasi hukum tidak digunakan untuk memberangus keadilan yang seharusnya ditegakkan dan dipelihara atau untuk membatasi dan menghancurkan hak-hak yang seharusnya dijunjung tinggi, hukum tidak boleh begitu. Barangkali harus Anda elaborasi Pasal 28G ayat (2) karena 28G ayat (2) itu diletakkan di bagian terakhir daripada bab tentang hak asasi manusia. Di situ dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang termaksud terdakwa misalnya tersangka, wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, kebetulan ini yang menetapkan ini adalah KUHAP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dengan maksud semata-mata untuk mejamin pengakuan serta penghormatan, kebebasan orang lain, dan untuk (suara tidak terdengar jelas) adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, 10

14 kemanan, dan seterusnya, itu mungkin harus dielaborasi. Karena begini, di dalam pengujian Undang-Undang Narkotika dahulu ketika di Bali itu saya belum masuk di sini itu ada... ada empat, lima. Empat yang setuju pidana mati dan yang tidak setuju, lima yang setuju. Nah, ini kan alasannya pidana mati itu mengambil haknya Tuhan kata mereka, pemohonnya itu, tetapi bisa saja hak untuk hidup itu dibatasi padahal kalau dalam keadaan biasa itu non-derogable itu tetapi dalam hal tertentu bisa dibatasi undang-undang semata-mata untuk kepentingan itu dan... disebutkan dalam (suara tidak terdengar jelas) ayat (2). Jadi mungkin itu Anda elaborasi juga sedikit. Kemudian masih ada halaman empat juga itu. Ini kebetulan Anda menyetir pendapatnya Socrates, Lebih baik membebaskan 1000 orang bersalah daripada menghukum seorang yang tidak bersalah. Kalau tidak salah ini diucapkan ketika dia harus dipaksa meminum racun, Socrates ini dikenal dengan asas in dubio pro reo di dalam bahasa latin, ya. Tidak jadi soallah, terserah itu. Ada... ada... ada kalimat yang barangkali perlu diperhatikan paling tidak dihindari ketajaman... diperbaiki ketajamannya. Pada sisi lain ada kewajiban dari penegak hukum untuk memberikan perlindungan kepada warga negaranya. Kalau bukan warganegaranya ndak dilindungi ndak penegak hukum, orang asing misalnya. Jadi sewenang-wenangnya saja? Itu harus harus hati-hati itu karena ini manusia, manusia... kita... saya setuju bahwa warga negara dilindungi, tapi apa orang asing bisa sewenang-wenangi oleh penegak hukum. Itu di halaman 5 itu, halaman 5. Namun pada sisi lain alinea ke dua, satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, baris ketujuh ada kewajiban dari penagak hukum untuk memberikan kepada warga negaranya. Kalau orang asing tidak, tidak dilindungi tidak. Masih di alinea terakhir di halaman 5 itu, Isu tanggung jawab negara untuk melindungi warga negaranya tidak bisa dialihkan pada hakim sebagai pelaksana undang-undang. Mungkin yang Anda maksud ini, mungkin ya, Pasal 28I ayat (4). Itu Pasal 28I ayat (4) mengatakan begini, Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah, mungkin itu yang Anda maksud. Karena kalau tanggung jawab negara saja, negara dalam konsep ilmu politik kan ada tiga; ada pemerintah, ada rakyat, ada wilayah. Kalau dalam konsep hukum internasional dan hubungan internasional kesanggupan dan kemauan untuk melakukan hubungan dengan negara lain, kan itu tambah... ada empat. Jadi mungkin... mungkin yang Anda maksud ini mungkin adalah Pasal 28I ayat (4), Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah. Mungkin itu yang... mungkin bisa tambahkan ke sana. Nah, halaman 6, ini mohon maaf ya, ini angka 1 kewenangan Mahkamah yang dikatakan oleh Yang Mulia Prof. Maria tadi karena sudah 11

15 disebutkan kembali di dalam angka 5 itu jadi... eh, kewenangan Mahkamah ini bukan kewenangannya Mahkamah ini, justru pasal-pasal yang Anda uji lho. Judulnya itu kewenangan Mahkamah, di mana kewenangan itu, yang dikatakan oleh Prof. Maria tadi adalah Pasal 24C itu lho ayat (1) itu, di situ kewenangannya ditambah dengan ayat (2) tapi impeachment, yang tidak kaitan. Di ayat (1) ini yang Anda anu. Jadi kalau angka 1 itu di halaman 6 dan kemudian halaman 7, sedangkan yang halaman 7 di atas itu adalah pasal-pasal atau dasar pengujian yang Anda maksudkan, kan begitu. Jadi bukan kewenangan lho itu, itu justru dasar pengujian yang Anda kemukakan atau orang yang mengatakan biasa, batu uji daripada pasal-pasal yang tercantum di dalam halaman 6 angka 1 bagian bawah itu lho. Kalau kewenangan itu 24C itu cukup. Kenapa cukup itu seperti yang dikatakan oleh Yang Mulia Prof. Maria tadi? Karena Pasal 45 Undang-Undang MK mengatakan begini, Pasal 45 ayat (1) saya baca, Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sesuai dengan bukti dan keyakinan Hakim. Jadi pegangannya hanya di situ. Ke bawah itu ditambah dengan Undang-Undang Pasal 10 huruf ayat (1) huruf adalah Undang-Undang MK, okelah. Salah satu itu menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dan seterusnya. Kemudian yang Anda (suara tidak terdengar jelas) juga Pasal apa Pasal 29 ayat (1) huruf a adalah Undang-Undang 48 (suara tidak terdengar jelas) oke, tapi jangan yang angka 1 ini tidak boleh Saudara masukkan karena itu bukan kewenangan itu. Justru yang Saudara uji itu dengan dasar pengujiannya yang angka 1 di halaman 6 7, 6 dan 7. Jangan dimasukkan itu karena berbeda dengan judulnya itu kan kewenangan mahkamah. Kemudian, kedudukan hukum Pemohon ada di sini. Saya sedikit menambahkan selain daripada yang dinasihatkan tadi oleh Yang Mulia dua orang itu. Bahwa di dalam petitum itu, itu seharusnya selalu harus berikutan itu. Kalau ini bertentangan menjadi tidak mengikat kecuali begini, begini, bla, bla, bla, yang Anda Jadi selalu berpasangan itu. Bertentangan tidak mengikat, bertentangan tidak mengikat, bertentangan secara bersyarat, tidak mengikat secara bersyarat juga kecuali begini, begini, itu harus selalu berpasangan. Jadi ini kurang ini saya lihat jadi mungkin diperbaiki, selalu ada pasangannya. Jadi angka 1 Pasal 1 angka 2 misalnya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 ini menurut tulisan Saudara, itu karena tadi yang dinasihatkan oleh Yang Mulia Ketua itu, angka 2 petitum Saudara itu tidak usah, saya benar saya setuju itu tidak usah dua angka 2. Apakah kita berwenang atau legal standing justru itu yang dipertimbangkan lebih dahulu. Kalau apakah kita berwenang, oke. Pasti berwenang ini karena undang-undang yang diuji. Apakah kita ada 12

16 mempunyai legal standing? Kayaknya oke juga, jadi tidak usah diminta itu angka 2, jadi angka 3 di sini menjadi angka 2. Di sini kan Anda menyebutkan bertentangan, Pasal 1 angka 2 KUHAP bertentangan itu di halaman 30 paling atas. Kalau dia bertentangan secara bersyarat begini, begini, maka dia juga tidak mengikat secara bersyarat begini, begini, tinggal di-copy paste itu lho. Cuma kalimatnya itu bertentangan dan tidak mengikat, bertentangan dan tidak mengikat. Karena saya katakan di sini, Mahkamah Konstitusi tidak membatalkan undang-undang, dia hanya mengatakan bertentangan dan kemudian tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Karena yang membatalkan itu adalah atasan, saya katakan kita bukan atasannya DPR dengan presiden. Kita sederajat, MK sederajat dengan dia karena itu tidak boleh dia membatalkan, dia hanya mengatakan bertentangan dan karena itu tidak mengikat. Soal nanti ditarik kembali oleh pembuat undang-undang itu urusan dia. Jadi itu, selalu saya ulangi, kalau bertentangan mesti tidak mengikat, bertentangan tidak mengikat, jadi angkanya ini mungkin bertambah ya. Untuk sementara cukup, Pak. 11. KETUA: ANWAR USMAN Ya. Terima kasih, Yang Mulia. Ada tambahan sedikit dari saya, khususnya mengenai Pasal 21 ayat (1) KUHAP itu supaya mendapat perhatian. Sudah tiga kali itu diuji, tahun 2006, 2010 dan juga 2010, 2010 dua kali, jadi sudah ada tiga putusan MK. Nanti supaya nanti di apa namanya, dipelajari 3 putusan itu, Putusan Nomor 18 Tahun 2006, Putusan Nomor 41 tahun 2010 dan terakhir Putusan Nomor 16 ini tahun 2010 tapi diputus tahun 2012, jadi bisa dilihat nanti ya supaya kalau ini mau dilanjutkan pasal ini tidak menabrak asas nebis in idem. Kemudian berikutnya mengenai norma yang diuji supaya diuji uraikan satu-per satu. Kemudian diperhadapkan dengan pasal yang dijadikan batu uji. Jadi, tidak secara umum, jadi harus satu-persatu agar bisa runtut dan tegas. Untuk sementara itu, mungkin ada tanggapan sementara. Ya nanti untuk secara menyeluruh nanti dalam perbaikan. Silakan. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: MAQDIR ISMAIL Baik. Terima kasih, Yang Mulia atas masukan-masukannya akan kami perhatikan secara baik dan akan kami gunakan mencoba untuk mengkaji ulang dan menambahi atau mengurangi kalau yang dianggap tidak perlu dari permohonan yang kami sampaikan ini. Sekali lagi atas nasihat-nasihat yang disampaikan kepada kami, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih, Yang Mulia. 13

17 13. KETUA: ANWAR USMAN Baik. Kalau begitu Pemohon diberi waktu selama 14 hari paling lama ya untuk mengajukan perbaikan lebih cepat ya lebih bagus, tidak perlu menunggu apa hari terakhir begitu ya. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: MAQDIR ISMAIL Ya, baik. Terima kasih, Yang Mulia. Kami akan usahakan segera menyelesaikan perbaikan atas permohonan ini sesuai dengan nasihatnasihat yang disampaikan oleh Majelis Panel. Sekali lagi kami sampaikan terima kasih. 15. KETUA: ANWAR USMAN Baik, kalau memang sudah tidak ada lagi, maka sidang ini saya nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 19 Maret 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 14