BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)"

Transkripsi

1 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pretest - posttest design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada design ini tidak diambil secara rondom melainkan dipilih secara sengaja oleh peneliti sebagai kelompok yang akan diperbandingkan (Notoatmodjo, 2007) Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan media leaflet. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut, O1 X 1 O2 O3 O4 X 2 O5 O6 Keterangan : Gambar 3.1. Rancangan Pretest-Postest Design O1 dan O4 Pretest untuk menilai pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet X1 dan X2 Untuk perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet 38

2 39 O2 dan O5 Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap sesaat sesudah dilakukan perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet. O3 dan O6 Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap setelah 2 minggu dilakukan perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kelurahan Martubung merupakan daerah dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik sehingga beresiko meningkatkan terjadinya penularan TB paru anak dan merupakan salah satu kelurahan yang memiliki angka temuan kasus TB paru yang tinggi serta terdapat kasus TB paru anak di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai bulan Desember 2014 sampai Agustus Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah seluruh anak sekolah dasar kelas V di SD Negeri sebanyak 44 orang dan SD Negeri sebanyak 44 orang.

3 Sampel Metode pengambilan sampel yang disebut sebagai respoden dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel pada penelitian ini ditetapkan dengan kriteria inklusi, yaitu: 1. Anak sekolah dasar yang duduk dikelas lima, bertujuan untuk persamaan karakteristik responden dan juga karena pada usia ini ingatan anak mempunyai intensitas paling besar dan paling kuat, anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. 2. Memiliki peringkat 1-20 atau nilai rata-rata raport 7,0. 3. Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai. Menurut Depkes (2003) bahwa media penyuluhan akan efektif jika dilakukan kepada orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 orang yang berasal dari 2 unit sekolah dasar negeri seluruhnya ditetapkan sebagai sampel dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Kelompok I terdiri dari anak sekolah dasar kelas V berjumlah 22 orang, diberi penyuluhan dengan media cerita bergambar di SD Negeri Kelompok II terdiri dari anak sekolah dasar kelas V berjumlah 22 orang, diberi penyuluhan dengan media leaflet di SD Negeri

4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur yang berisi sejumlah pertanyaan yang diisi langsung sendiri oleh responden pada saat dibagikan tentang pengetahuan dan sikap anak terkait dengan TB paru anak. Ketentuan ini berlaku pada saat dilakukan pre dan posttest dilakukan untuk kedua kelompok Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota Medan data demografi dan geografi wilayah penelitian, studi kepustakaan (literatur), dan jurnal kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas adalah alat ukur penelitian berupa kuesioner yang dilakukan sebelum digunakan untuk mengukur nilai pengetahuan dan sikap anakanak sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan benar-benar tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya. Validitas dan reliabilitas alat ukur dilihat dari koefisien korelasinya, semakin tinggi angka koefisien korelasi berarti semakin valid dan reliabel alat ukur tersebut (Sugiono, 2001). Uji validitas dilakukan pada 30 orang anak-anak sekolah dasar yang berasal dari SD Negeri dengan pertimbangan memiliki karakteristik yang hampir sama. Uji ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang

5 42 menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan relialibel (Notoatmodjo, 2010). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan critical value of the product moment pada taraf signifikan 95% Pelaksanaan Pengumpulan Data Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu: 1. Tahap Persiapan a. Di tahapan ini peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian. Kemudian melakukan pengumpulan data awal yang diperkirakan akan diperoleh dari berbagai sumber data yang terpercaya seperti Dinas Kesehatan Kota Medan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan dan Puskesmas Medan Labuhan. b. Setelah mendapat izin dari lokasi penelitian, peneliti melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menentukan lokasi pelaksanaan penyuluhan kesehatan.

6 43 c. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen penelitian termasuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan dan sikap tentang Penyakit TB paru anak terhadap 30 orang dari SD Negeri yang tidak termasuk lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini. Tahapan berikutnya adalah melakukan briefing kepada petugas kesehatan di Puskesmas Martubung yang ada di lokasi penelitian. Petugas kesehatan menjadi bagian penting dalam menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria dan pengambilan data primer di lapangan. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada tanggal Mei 2015 bertempat di ruang kelas. Sebelum pelaksanaan kegiatan peneliti sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas Puskesmas Medan Labuhan untuk mengetahui identitas anak sekolah dasar yang akan mengikuti penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB paru anak. Kegiatan Penyuluhan dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu: a. Kelompok penyuluhan dengan media cerita bergambar Kegiatan penyuluhan pada kelompok ini dilakukan pada tanggal 25 Mei 2015, dimulai pada pukul WIB. Langkah pelaksanaannya adalah : 1) Fasilitator membuka acara, menjelaskan tujuan kegiatan, memperkenalkan peneliti, 2) Melakukan Pretest untuk mengetahui pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan selama 20 menit, 3) pembagian bahan penyuluhan berupa media cerita bergambar tentang TB paru

7 44 anak dan anak SD dapat membaca dengan diberi waktu selama 30 menit, 4) memberikan kesempatan bagi peserta untuk istirahat selama 10 menit. Penyuluhan juga diberikan oleh pemateri yang telah ditunjuk oleh peneliti yaitu seorang dokter umum. Selanjutnya dilakukan posttest kedua pada tanggal 8 Juni 2015 b. Kelompok penyuluhan dengan media leaflet Penyuluhan pada kelompok ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2015 dimulai pada pukul WIB. Penyuluhan pada kelompok media leaflet dilakukan di ruangan kelas. Langkah-langkah pelaksanaan sama dengan penyuluhan menggunakan media cerita bergambar hanya pada kelompok ini penyuluhan dilakukan dengan media leaflet dan penyuluhan juga diberikan oleh pemateri yang telah ditunjuk oleh peneliti yaitu seorang dokter umum. Pegukuran posttest guna mengukur perbedaan pengetahuan dan sikap dilakukan setelah diberikan perlakuan yaitu penyuluhan kesehatan dengan media cerita bergambar dan leaflet yaitu pada tanggal 26 Mei 2015 dan tanggal 9 Juni Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas (independent variabel) yaitu penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet 2. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang penyakit TB paru anak.

8 Definisi Operasional a. Efektivitas adalah tingkat kemampuan media dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap responden. b. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan mengenai penyakit TB paru. c. Sikap adalah tanggapan atau pandangan reponden yang dinyatakan dalam pernyataan tentang penyakit TB paru. d. Cerita Bergambar yaitu media visual yang berupa gambar dan pesan dengan dominasi pesan berisikan gambar dan teks berbentuk cerita yang menjelaskan tentang penyakit TB paru. e. Leaflet yaitu media visual yang berupa gambar dan pesan dengan dominasi pesan berisikan teks yang menjelaskan tentang penyakit TB paru Metode Pengukuran Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Penelitian No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1 Pengetahuan Menjawab Kuesioner 10 pertanyaan: - Benar diberi skor 1 - Salah diberi skor 0 Skala pengukuran pengetahuan dibagi menjadi 3 kelompok (Darwin, 2010) - Baik jika skor Sedang jika skor Tidak baik jika skor 0-5 Ordinal

9 46 Tabel 3.1. (Lanjutan) No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala Sikap Menjawab kuesioner 10 Skala pengukuran Ordinal pertanyaan positif: - Sangat Setuju diberi skor 4 - Setuju diberi skor 3 - Tidak setuju diberi skor 2 - Sangat Tidak Setuju sikap dibagi menjadi 2 kelompok (Azwar, 2012) - Sikap positif jika skor Sikap negatif jika skor diberi skor 1 Untuk pertanyaan negatif maka - Sangat Setuju diberi skor 1 - Setuju diberi skor 2 - Tidak setuju diberi skor 3 - Sangat Tidak Setuju diberi skor Metode Analisis Data Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen (penyuluhan kesehatan media cerita bergambar dan penyuluhan kesehatan media leaflet) dan variabel dependen (pengetahuan dan sikap tentang penyakit TB paru anak) Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan efektivitas metode penyuluhan kesehatan media cerita bergambar dan leaflet dalam

10 47 meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang penyakit TB paru anak di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan tahun 2015 dengan menggunakan statistik uji Wilcoxon kemudian hasilnya akan dinarasikan.

11 48 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keadaan Geografis Puskesmas Martubung yang terletak di Jalan Tempirai Lestari Raya No 1 Blok V Griya Martubung, Kecamatan Medan Labuhan. Puskesmas Martubung merupakan salah satu puskesmas dari 3 puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan. Sebagai fungsinya sebagai puskesmas induk. Puskesmas Martubung memiliki wilayah dengan luas 1200,5 Ha yang terbagi menjadi dua wilayah yaitu: Kelurahan Besar dan Kelurahan Tangkahan. Puskesmas Martubung memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Puskesmas Martubung memiliki penduduk sebanyak berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan. Puskesmas Martubung juga memiliki 1 buah puskesmas pembantu di Kelurahan Tangkahan yaitu Puskesmas Desa Besar. Secara geografis batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Martubung adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Deli 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tangkahan 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Martubung 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli 48

12 49 Puskesmas Martubung telah melaksanakan 7 program wajib yaitu : 1. Promosi Kesehatan 2. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB 3. Pangan dan Gizi 4. Kesehatan Lingkungan 5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 6. Pengobatan Dasar 7. Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Martubung telah melaksanakan 4 program pengembangan yaitu : 1. Pelayanan Kesehatan Jiwa 2. Upaya kesehatan gigi masyarakat 3. UKS 4. Kesehatan Lansia 4.2. Analisis Univariat Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Kelompok Jenis Kelamin Media Leaflet Media Cerita Bergambar N % n % Laki Laki 13 59, ,5 Perempuan 9 40, ,5 Jumlah , ,0 Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan pada kelompok perlakuan media leaflet jumlah responden laki-laki sebanyak 13 orang (59,1%) dan perempuan sebanyak 9

13 50 orang (40,9%). Selanjutnya kelompok perlakuan media cerita bergambar jumlah responden laki-laki sebanyak 10 orang (45,5%) dan perempuan sebanyak 12 orang (54,5%) Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar Tabel 4.2. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar No Pengetahuan Media Leaflet * Media Cerita Bergambar ** Sebelum Intervensi f % f % 1 Baik Sedang 3 13,6 6 27,3 3 Kurang 19 86, ,7 Total , ,0 Hasil uji menunjukkan pada kelompok sebelum pemberian penyuluhan dengan media leaflet ditemukan bahwa tingkat pengetahuan sedang sebelum dilakukan penyuluhan dengan media leaflet sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar (13,6%) dan pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 19 orang siswa sekolah dasar (86,4%). Kelompok media leaflet pretest (sebelum penyuluhan) memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan tempat yang paling baik untuk pasien TB paru membuang dahak, sedangkan pernyataan yang banyak dijawab dengan kesalahan adalah gejala tambahan lainnya dari TB paru adalah dan pertanyaan lama waktu pengobatan TB Paru. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat pengetahuan sedang sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebanyak 6 siswa sekolah

14 51 dasar (27,3%), kategori pengetahuan kurang sebanyak 16 siswa sekolah dasar (72,7%) dan tidak terdapat siswa sekolah dasar dengan tingkat pengetahuan baik Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan (Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar Tabel 4.3. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan (Posttest 1 ) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar No Pengetahuan Setelah Media Leaflet * Media Cerita Bergambar ** Intervensi (Postest1) f % f % 1 Baik 3 13,6 4 18,2 2 Sedang 19 86, ,8 3 Kurang 0 63,6 0 0 Total , ,0 Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui bahwa tingkat pengetahuan kurang menjadi tidak ada, tingkat pengetahuan sedang menjadi sebanyak 19 orang siswa sekolah dasar (86,4%) dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar (13,6%). Untuk kelompok media leaflet posttest pertama memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan penyakit TB paru adalah penyakit sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab dengan salah gejala tambahan lainnya dari TB paru. Kelompok media cerita bergambar pretest memiliki jawaban paling banyak benar pada pertanyaan gejala TB paru sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab dengan kesalahan adalah tempat yang paling baik untuk pasien TB paru membuang dahak. Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar diketahui bahwa tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang (81,8%) dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 orang (18,2%) dan tidak terdapat tingkat

15 52 pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok media cerita bergambar posttest pertama memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan penyakit TB Paru merupakan penyakit, sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah tempat yang paling baik untuk pasien TB paru membuang dahak dan lama waktu pengobatan TB paru dan pertanyaan lama waktu pengobatan TB paru Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan (Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar Tabel 4.4. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan (Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar No Pengetahuan Setelah Media Leaflet * Media Cerita Bergambar ** Intervensi (Postest2) f % f % 1 Baik 6 27, ,3 2 Sedang 16 72, Kurang Total , ,0 Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan media leaflet maka tingkat pengetahuan baik menjadi 6 orang siswa sekolah dasar (27,3%) dan tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang siswa sekolah dasar (72,7%) dan tidak terdapat pengetahuan kurang. Untuk kelompok media leaflet posttest kedua memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan tempat yang paling baik untuk pasien TB paru membuang dahak dan pertanyaan gejala TB paru sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah gejala tambahan lainnya dari TB paru dan pertanyaan gejala tambahan lainnya dari TB paru.

16 53 Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu posttest kedua media cerita bergambar diketahui tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang (77,3%) dan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (22,7%) serta tidak terdapat tingkat pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok media cerita bergambar posttest kedua yaitu memiliki jawaban banyak benar pada penyakit TB paru merupakan penyakit, pertanyaan Pencegahan Penyakit TB dapat dilakukan dengan dan pertanyaan Gejala tambahan lainnya dari TB paru sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah Lama waktu pengobatan TB paru dan pertanyaan Pencegahan Penyakit TB dapat dilakukan dengan Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Sebelum Penyuluhan Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar Tabel 4.5. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Sebelum Penyuluhan Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar No Sikap Sebelum Media Leaflet * Media Cerita Bergambar ** Intervensi f % f % 1 Baik 21 95, ,6 2 Kurang 1 4,5 8 36,4 Total , ,0 Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media leaflet sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat sikap dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (4,5%), sikap kategori baik sebanyak 21 orang (95,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati,

17 54 responden menjawab setuju paling banyak pada pernyataan Bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan dan pernyataan Setiap rumah harus mempunyai ventilasi (tempat pertukaran udara) yang cukup, sedangkan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan jika anggota keluarga menderita TB paru maka semua orang di rumah harus diperiksa serta pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan Penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat. Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat sikap dalam kategori kurang sebanyak 8 orang (36,4%), sikap kategori baik sebanyak 14 orang (63,6%). Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebelum dilakukan penyuluhan menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah jika seorang anggota keluarga menderita TB paru maka semua orang di rumah harus diperiksa, responden menjawab setuju paling banyak pada pernyataan bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan.

18 Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar Tabel 4.6. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar No Sikap Setelah Media Leaflet * Media Cerita Bergambar ** Intervensi (Postest1) f % f % 1 Baik , ,0 2 Kurang Total , ,0 Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui bahwa posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kategori kurang. Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah jika seorang anggota keluarga menderita TB paru maka semua orang di rumah harus diperiksa, responden menjawab setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan dan pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan. Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar diketahui bahwa posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kategori kurang. Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar diketahui bahwa

19 56 posttest didapatkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati, responden terbanyak menyatakan setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak harus menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan ketika bersin dan batuk dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan dan pernyataan penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat Distribusi Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar Tabel 4.7. Distribusi Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar No Sikap Setelah Media Leaflet * Media Cerita Bergambar ** Intervensi (Postest2) f % f % 1 Baik , ,0 2 Kurang Total , ,0 Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan media leaflet tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kaegori kurang. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan media leaflet menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah jika seorang anggota keluarga menderita TB paru maka semua orang di rumah harus diperiksa, responden menjawab setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat, sedangan

20 57 untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan dan pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan dilakukan posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kaegori kurang. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan media cerita bergambar menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati, responden terbanyak menyatakan setuju paling banyak pada pernyataan setiap rumah harus mempunyai ventilasi (tempat pertukaran udara) yang cukup, sedangkan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak harus menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan ketika bersin dan batuk dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap responden sebelum (pretest) dan sesudah diberikan intervensi (posttest 1 dan posttest 2). Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat ini adalah uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%

21 58 (α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap responden tentang penyakit TB Paru PerbedaanPengetahuan Pretest, Posttest 1 dan Posttest 2 pada Kelompok Media Cerita Bergambar Indikator pengetahuan adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan pernyataan pada kuesioner tentang TB paru pada kelompok perlakuan media cerita bergambar dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.8. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Pada Media Leaflet dan Media Cerita Bergambar Variabel Nilai Rata-Rata Nilai p Media Leaflet * 4,0 Pengetahuan sebelum <0.001 intervensi Media Cerita Bergambar ** 4,5 Media Leaflet * 6,3 <0.001 Pengetahuan sesudah intervensi (Posttest 1) Media Cerita Bergambar ** 6,6 Pengetahuan sesudah intervensi (Posttest 2) Media Leaflet * 7,0 <0.001 Media Cerita Bergambar ** 8,1 Berdasarkan hasil analisis pada media leaflet dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh rata-rata jumlah skor pengetahuan sebelum perlakuan penyuluhan dengan media leaflet sebesar 4,0 dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 6 sedangkan pengetahuan posttest pertama rata-rata 6,6 dengan nilai minimum 5 dan nilai maksimum 8. Selain itu, banyak responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 22 orang siswa sekolah dasar Untuk nilai probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media leaflet efektif dalam meningkatkan

22 59 pengetahuan tentang TB paru siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil uji ditemukan bahwa responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 14 responden dan responden yang tidak mengalami penurunan nilai pada pengetahuan sebanyak 8 orang. Untuk nilai probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang TB paru siswa sekolah dasar setelah posttest kedua. Hasil analisis pada media cerita bergambar dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh rata-rata jumlah skor pengetahuan sebelum perlakuan sebesar 4,5 dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 7 sedangkan pengetahuan setelah perlakuan rata-rata 6,3 dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum 8. Selain itu, banyak responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 22 responden dan tidak terdapat responden yang tidak mengalami peningkatan pengetahuan (pengetahuan tetap sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media cerita bergambar). Untuk nilai probabilitas (p) <0,001 yang berarti media cerita bergambar efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang TB paru setelah penyuluhan. Selain itu, responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 21 responden dan terdapat responden yang tidak mengalami peningkatan nilai pada pengetahuan sebanyak 1 orang. Untuk nilai probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media cerita bergambar efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang TB paru setelah posttest kedua.

23 Perbedaan Sikap Pretest, Posttest 1 dan Posttest 2 pada Kelompok Media Cerita Bergambar Indikator sikap adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan pernyataan pada kuesioner tentang TB paru pada kelompok perlakuan media leaflet dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.9. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Pada Media Leaflet dan Media Cerita Bergambar Sikap sebelum intervensi Sikap sesudah intervensi (Post-Test I) Sikap sesudah intervensi (Post-Test II) Variabel Nilai Rata- Rata Media Leaflet * 28,4 Media Cerita Bergambar ** 29,0 Nilai p <0.001 Media Leaflet * 30,7 <0.001 Media Cerita Bergambar ** 33,8 Media Leaflet * 34,8 <0.001 Media Cerita Bergambar ** 37,1 Berdasarkan hasil analisis pada media leaflet dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh rata-rata jumlah skor sikap sebelum perlakuan sebesar 28,4 dengan nilai minimum 22 dan nilai maksimum 32 sedangkan sikap setelah perlakuan rata-rata 30,7 dengan nilai minimum 28 dan nilai maksimum 34. Selain itu, banyak responden yang memiliki peningkatan nilai pada sikap sebanyak 20 responden dan terdapat responden yang tidak mengalami peningkatan sikap (sikap tetap sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media leaflet) sebanyak 2 orang. Untuk nilai probabilitas (p) <0,001 yang berarti media leaflet efektif dalam meningkatkan sikap siswa sekolah

24 61 dasar tentang penyakit TB paru. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media leaflet efektif dalam meningkatkan sikap siswa sekolah dasar tentang penyakit TB paru pada kurun waktu posttest kedua. Berdasarkan hasil analisis pada media cerita bergambar dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh rata-rata jumlah skor sikap sebelum perlakuan sebesar 29,0 dengan nilai minimum 25 dan nilai maksimum 35 sedangkan sikap setelah perlakuan maka didapatkan rata-rata 33,8 dengan nilai minimum 30 dan nilai maksimum 38, Selain itu, banyak responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 22 responden dan tidak terdapat responden yang tidak mengalami peningkatan sikap (sikap tetap sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media cerita bergambar efektif), untuk nilai probabilitas (p) = 0,001 yang berarti media cerita bergambar efektif dalam meningkatkan sikap tentang TB paru. Selain itu, banyak responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 22 responden dan tidak terdapat responden yang tidak mengalami peningkatan sikap (sikap tetap sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media cerita bergambar efektif). Untuk nilai probabilitas (p) = <0,001 yang berarti media cerita bergambar efektif dalam meningkatkan sikap tentang TB paru.

25 62 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Efektifitas Promosi Kesehatan Media Leaflet dalam Peningkatan Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang Penyakit TB Paru Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran. Pengetahuan responden diukur dengan menjawab pertanyaan tentang pengertian penyakit TB paru, gejala utama dan gejala tambahan penyakit TB paru, pencegahan penyakit TB paru dan penularan penyakit TB paru. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan awal siswa sekolah dasar sebelum diberikan penyuluhan dengan media leaflet menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan pengetahuan dalam kategori kurang. Pengetahuan siswa sekolah dasar yang rendah tentang penyakit TB paru dapat dilihat dari masih banyaknya siswa sekolah dasar salah memberikan jawaban tentang gejala tambahan pada penyakit TB paru dan pertanyaan tentang lama waktu pengobatan TB paru. Siswa sekolah dasar juga memiliki nilai rata-rata pengetahuan hanya sebesar 4,5 dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 6, hal ini menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar masih belum mengetahui tentang penyakit TB paru. Siswa sekolah dasar tidak ada yang memiliki pengetahuan baik dan terdapat banyak siswa sekolah dasar yang memiliki pengetahuan kurang, hal ini tidak terlepas 62

26 63 dari petugas kesehatan Puskesmas Martubung tidak pernah memberikan penyuluhan tentang TB paru kepada siswa sekolah dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung padahal berdasarkan data Puskesmas Martubung diketahui Wilayah Kerja Puskesmas Martubung menjadi daerah dengan penderita TB paru sebanyak 104 orang dan 3 orang diantaranya diderita oleh anak usia 1-4 tahun, hal ini membuat anak siswa sekolah dasar memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit TB paru akan membuat mereka rentan menjadi agent penularan penyakit TB paru. Petugas kesehatan Puskesmas Martubung melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan ke sekolah-sekolah dengan menyampaikan penyuluhan tentang mencuci tangan pakai sabun dan kesehatan gigi dan mulut. Terdapat 3 orang siswa yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tidak terlepas mereka memiliki orang tua dan keluarga yang pernah menderita penyakit TB paru sehingga siswa sekolah dasar tersebut memiliki kesempatan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari penginderaan yang dilakukan baik dari penglihatan maupun pendengaran mereka. Untuk 19 orang lainnya mereka tidak mengetahui apakah keluarga mereka menderita penyakit TB paru namun terdapat 2 orang yang menyatakan pernah mengalami batuk-batuk dan dahak diperiksa ke puskesmas serta selanjutnya disuruh minum obat dalam kurun waktu yang lama. Terdapat dua faktor penting terjadinya penularan TB paru yaitu penderita yang menimbulkan agent dan lingkungan di sekitar penderita. Agent di udara disebabkan karena perilaku penderita yang meludah di sembarang tempat dan ketidakteraturan berobat, faktor lingkungan penderita antara lain lingkungan

27 64 perumahan yang buruk dapat menularkan TB pada anggota keluarganya (Depkes, 2009). Hal ini semua tidak terlepas dari minimnya pengetahuan penderita TB dan anggota keluarga penderita TB tentang bahaya dan pencegahan penularan TB. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar maka perlu dilakukan penyuluhan dengan menggunakan alat bantu media promosi kesehatan, dalam penelitian ini salah satu media yang digunakan untuk penyuluhan penyakit TB paru pada siswa sekolah dasar yaitu media leaflet. Penyuluhan tentang penyakit TB paru dilakukan dengan menggunakan media leaflet dan selanjutnya dilakukan pemberian pertanyaan untuk mengukur pengetahuan yang menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui bahwa tingkat pengetahuan sedang sebanyak 19 orang siswa sekolah dasar (86,4%) dan tingkat pengeahuan baik sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar (13,6%) dan tingkat pengetahuan kurang menjadi tidak ada. Peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan dengan media leaflet dapat dilihat dari nilai pengetahuan rata-rata sebesar 6,63 dengan nilai minimum 5 dan nilai maksimum 8. Hal ini dapat dilihat dari siswa sekolah dasar sudah mulai benar menjawab pertanyaan tentang penyakit TB paru, hal ini dapat dilihat dari siswa sekolah dasar yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan tentang TB paru termasuk penyakit sedangkan siswa sekolah dasar yang salah memberikan jawaban paling banyak untuk pertanyaan gejala tambahan lainnya dari TB paru. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh nilai

28 65 probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang TB paru siswa sekolah dasar. Peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media leaflet dapat terjadi karena siswa sekolah dasar dapat mengingat kembali apa yang disampaikan dari penyuluhan, dimana media leaflet yang digunakan berisi tentang pesan teks dan gambar kartun tentang pencegahan TB paru. Hal ini dapat terjadi karena siswa sekolah dasar dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar, siswa sekolah dasar telah mendengar penyuluhan yang diberikan dan membaca isi media leaflet yang telah dibagikan. Ketika pemberi penyuluhan kesehatan menyampaikan materi terdapat diskusi kecil tentang tindakan yang mereka lakukan mengenai pencegahan TB paru sehingga siswa sekolah dasar sudah mulai terlihat telah memahami beberapa gejala yang terjadi disekitar mereka bahwa orang disekitar mereka ada yang menderita TB paru seperti gejala-gejala yang dijelaskan oleh pemateri penyuluhan dan seperti isi media leaflet. Pengetahuan responden akan mengalami peningkatan setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek atau stimulus, responden melakukan penginderaan terhadap stimulus yang diberikan yaitu melalui penyuluhan dengan menggunakan media leaflet. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan akan diperoleh melalui mata dan telinga, dengan kata lain dari hasil mendengar penyuluhan yang diberikan pemateri dan juga siswa sekolah dasar sebagai responden dapat melihat isi penyuluhan yang berisi kata-kata dan gambar yang terdapat pada leaflet.

29 66 Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada sasaran sehingga mudah dimengerti oleh sasaran / pihak yang dituju. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak seperti leaflet. Selanjutnya dilakukan posttest kedua pada kelompok media leaflet setelah dua minggu dilakukan penyuluhan, hasil posttest kedua menunjukkan bahwa setelah penyuluhan media leaflet maka tingkat pengetahuan baik menjadi 6 orang siswa sekolah dasar (27,3%) dan tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang siswa sekolah dasar (72,7%) dan tidak terdapat pengetahuan kurang. Nilai rata-rata jumlah skor pengetahuan sebesar 7,09 dengan nilai minimum 6 dan nilai maksimum 9, berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh nilai probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang TB paru siswa sekolah dasar setelah dua minggu penyuluhan. Hasil penelitian sejalan didapatkan Ambarwati (2014) menunjukkan bahwa media leaflet menjadi media penyuluhan kesehatan yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar. Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan Saiful (2014) juga menunjukkan bahwa penyuluhan dengan menggunakan media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru.

30 67 Media leaflet merupakan yang paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Leaflet menjadi media yang sering digunakan pembelajaran kepada siswa SD karena dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif dan dapat dibawa pulang sehingga bisa dibaca dirumah. Dalam penelitian ini penataan atau kemasan media leaflet dirancang oleh peneliti sendiri dengan sedemikan rupa sehingga telah mengalami inovasi dari segi pewarnaan dan juga gambar yang menggunakan gambar kartun sehingga membuat siswa sekolah dasar akan tertarik melihat dan tertarik dalam membacanya. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti membagikan leaflet anak-anak sangat senang dan menyatakan ingin membawa pulang leaflet yang diberikan untuk dibaca dirumah dan ditunjukkan kepada orang tua mereka, siswa sekolah dasar juga selalu bertanya tentang tokoh kartun yang terdapat didalam leaflet sehingga peneliti berasumsi bahwa siswa sekolah dasar memiliki ketertarikan terhadap pesan dan gambar yang terdapat pada media leaflet. Media leaflet yang berisikan gambar dan warna yang menarik ini memberikan dampak langsung kepada responden, mengingat bahwa kelompok usia ini sangat cenderung mengaktualisasikan dirinya seperti: bermain, bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan / memperagakan sesuatu secara langsung yang menurut mereka menarik khususnya gambar-gambar kartun. Oleh karena itu, pendekatan media leaflet yang lebih efektif pada usia ini dengan karakter yang telah dikemukakan haruslah media yang menarik dan menyenangkan

31 68 agar mudah diserap oleh anak sehingga tidak mengherankan jika leaflet yang berisikan pesan teks dan gambar kartun tentang penyakit TB paru terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan anak tentang penyakit TB paru. Dinas Kesehatan Kota Medan bersama dengan Dinas Pendidikan Kota Medan dapat memperbanyak media leaflet yang digunakan peneliti, hal ini dikarenakan media ini terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang penyakit TB paru. Media leaflet ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu media inovasi dalam pembelajaran untuk siswa sekolah dasar untuk meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang pencegahan penyakit TB paru, hal ini tidak terlepas masih minimnya pengetahuan keluarga dan anak-anak tentang penyakit TB paru serta terdapatnya daerah yang memiliki pasien TB paru dengan jumlah yang banyak serta mulai terdapat penyakit TB paru pada anak-anak seperti di Puskesmas Martubung Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Cerita Bergambar dalam Peningkatan Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang Penyakit TB Paru Departemen Kesehatan RI (2008) melakukan upaya promosi kesehatan disekolah sebaiknya menggunakan pendekatan yang sesuai dengan dunianya siswa sekolah. Salah satu metode promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk anak TK dan SD adalah dengan menggunakan cerita bergambar, dimana pesan-pesan kesehatan dapat dituangkan kedalam cerita tersebut sehingga anak lebih tertarik. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat pengetahuan sedang sebelum

32 69 dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebanyak 6 siswa sekolah dasar (27,3%), kategori pengetahuan kurang sebanyak 16 siswa sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikitnya responden yang mampu menjawab benar beberapa item pertanyaan seperti pertanyaan tentang tempat untuk pengobatan TB paru, pertanyaan tentang gejala tambahan penyakit TB paru, dan pertanyaan tentang pencegahan Penyakit TB paru. Pemberantasan tuberkulosis paru, keluarga atau masyarakat diharapkan bukan hanya berperan dalam pengawasan minum obat penderita saja, tetapi juga berperan untuk mengajarkan hidup sehat dan menganjurkan pemanfaatan pelayanan kesehatan sehingga valensi penderita TB paru tidak semakin meningkat dan tidak terjadi penularan TB didalam anggota keluarga (Sembiring, 2012). Saat ini sudah mulai banyak ditemukan anak-anak dan balita yang terkena TB paru, hal ini mengindikasikan penularan TB paru didalam anggota keluarga semakin mengkhawatirkan (Depkes, 2009). Hasil penelitian Rukmini dan Chatarina (2011) menunjukkan bahwa tindakan pencegahan TB paru yang dilakukan berupa tindakan membuka jendela dan tindakan makan dan minum, kontak serumah dengan pasien TB paru berpengaruh terhadap kejadian TB paru. Hasil penelitian dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 memperlihatkan diagnosis TB paru pada kelompok umur < 1 tahun sebanyak 2, pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 4 dan pada kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 3 sedangkan pada kelompok umur orang dewasa lainnya juga menunjukkan prevalensi yang sama sebanyak 3. Hasil penelitian ini memperlihatkan telah terjadi suatu

33 70 fenomena terbaru terkait kejadian TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita yang disebabkan minimnya pengetahuan keluarga dan anakanak tentang penyakit TB paru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat pengetahuan sedang sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebanyak 16 siswa sekolah dasar, kategori pengetahuan baik sebanyak 6 siswa sekolah dasar dan tidak terdapat responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan rata-rata jumlah skor pengetahuan posttest pertama sebesar 6,32 dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum 9. Setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar diketahui bahwa tingkat pengetahuan sedang menjadi 5 siswa sekolah dasar dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 siswa sekolah dasar dan tidak terdapat tingkat pengetahuan dalam kategori kurang dengan rata-rata 8,13 dengan nilai minimum 7 dan nilai maksimum 9. Pemberian promosi kesehatan dengan media cerita bergambar ternyata mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang penyakit TB paru yang sebelumnya mayoritas pengetahuan sedang dan kurang menjadi pengetahuan sedang dan baik. Peningkatan tersebut dapat diartikan sebagai pengaruh pemberian promosi kesehatan tersebut, banyaknya responden yang mengalami peningkatan pengetahuan dari kategori kurang menuju pengetahuan dalam kategori baik dan pengetahuan dalam kategori buruk ke pengetahuan kategori

34 71 sedang, hal ini menunjukkan besarnya dampak promosi kesehatan yang digunakan dengan menggunakan media cerita bergambar. Pengembangan pembelajaran edukatif yang salah satunya dengan menggunakan media cerita bergambar telah banyak mulai dikembangkan di negara maju. Penelitian Hari P (2010) menunjukkan bahwa alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak. Penelitian Mahafi (2013) memperlihatkan bahwa game edukasi akan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain melalui lingkungan simulasi dan dapat menjadi bagian integral dari pembelajaran dan pengembangan intelektual. Cerita bergambar dapat dijadikan sebagai game edukatif pembelajaran yang akan dapat membantu anak dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang suatu hal seperti penyakit TB paru. Hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon test diperoleh rata-rata jumlah skor pengetahuan posttest pertama sebesar 6,32 dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum 9 sedangkan pengetahuan setelah posttest kedua rata-rata 8,13 dengan nilai minimum 7 dan nilai maksimum 9. Selain itu, responden yang memiliki peningkatan pengetahuan sebanyak 21 responden dan terdapat responden yang tidak memiliki peningkatan nilai pada pengetahuan sebanyak 1 orang. Untuk nilai probabilitas (p) < 0,001 yang berarti media cerita bergambar efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang TB paru setelah posttest kedua.

35 72 Hasil penelitian Ikada (2009) menunjukkan bahwa rata-rata skor dan kategori pengetahuan meningkat setelah pemberian buku cerita bergambar mengenai kesehatan gizi. Hasil penelitian Alfiana (2012) menunjukkan bahwa model pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan pengetahauan siswa sebesar 92,08%. Promosi kesehatan dengan menggunakan media bermain sambil belajar dengan menggunakan media cerita bergambar merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan permainan edukatif, sehingga membuat anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah logika dan meningkatkan pengetahuan juga melatih logika anak untuk dapat mencegah terjadinya penyakit TB paru. Pembelajaran literasi menggunakan media cerita bergambar dapat memenuhi kebutuhan emosional dan rasa sosial anak. Penyampaian pesan dengan menggunakan media cerita bergambar dibuat dengan cetakan hurufnya lebih besar, disertai dengan gambar-gambar yang menarik dengan memiliki jalan cerita tersendiri, sedikit tulisan di setiap halamannya, dan sebagainya. Fakta yang sering dijumpai, siswa sekolah dasar dapat membaca bahkan menulis, tetapi mereka tidak merasa senang dengan kegiatan tersebut karena anak-anak akan menjadi bosan kegiatan yang mereka lakukan. Namun, media cerita bergambar mampu membantu mereka mencerna serta memberikan rasa senang kepada anak-anak tentang cara belajar dan bermain. Agar hal ini terwujud, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menyediakan media cerita bergambar. Ketika orang tua menunjukkan gambar-gambar

36 73 di buku, tulisan-tulisan yang menyertai gambar-gambar, anak mulai menyadari bahwa di dalam buku terdapat sesuatu yang menyenangkan. Fitriani (2011) mengungkapkan bahwa di dalam diri anak, tumbuh kesadaran bahwa jika dapat membaca tulisantulisan itu, ia akan memperoleh cerita dan informasi yang dibutuhkan sehingga penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan media tersebut akan menjadi efektif. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa responden membaca pertanyaan atau perintah dan melihat gambar yang terdapat pada gambar yang terdapat di dalam cerita bergambar. Dalam penelitian ini dapat dilihat responden dalam kelompok media cerita bergambar tidak hanya mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru dari penyuluhan yang diberikan namun dapat membayangkan pesan-pesan dalam cerita bergambar yang mayoritas pesan dalam bentuk gambar yang dirangkai dalam sebuah synopsis cerita yang membuat anak semakin tertarik dengan berbagai kegiatan yang dilakukan tokoh cerita tersebut baik kegiatan yang dapat menularkan penyakit TB paru maupun kegiatan yang harus dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit TB paru. Siswa sekolah dasar dapat menggunakan cerita bergambar sebagai alat permainan ketika dilakukan penyuluhan sehingga membuat siswa sekolah dasar menjadi tidak bosan ketika dilakukan penyuluhan meskipun waktu penyuluhan cukup lama dilakukan. Media cerita bergambar membuat siswa sekolah dasar dapat mengingat kembali segala pesan dalam penyuluhan karena media cerita bergambar lebih

37 74 menarik untuk siswa sekolah dasar dalam usaha belajar dan bermain menggunakan media cerita bergambar. Responden yang membawa pulang cerita bergambar menyatakan bahwa mereka menunjukkan cerita bergambar tersebut ke keluarga mereka dan meminta keluarga untuk membacakan isi cerita bergambar ke mereka, hal ini membuktikan bahwa responden sangat tertarik terhadap cerita bergambar yang diberikan dan pengulangan pesan yang dilakukan responden melalui membaca cerita bergambar akan dapat meningkatkan ingatan responden tentang penyakit TB paru melalui pengulangan pesan. Media cerita bergambar yang terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden siswa sekolah dasar tentang penyakit TB paru namun untuk membuat media cerita bergambar sebagai media pembelajaran bukan hal yang mudah. Pembuatan cerita bergambar yang membutuhkan biaya yang cukup banyak dan kemampuan tersendiri untuk membuatnya sehingga akan menjadi permasalahan tersendiri namun hal ini dapat diatasi dengan adanya kerjasama lintas sektor Dinas Kesehatan dengan Dinas Pendidikan dalam menyiapkan anggaran untuk mencetak dan memperbanyak media cerita bergambar sehingga pembuatan media cerita bergambar dapat lebih mudah Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Leaflet dalam Peningkatan Sikap Siswa Sekolah Dasar tentang Penyakit TB Paru Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebahagian besar negara di dunia yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu penelitian yang menggunakan seluruh subjek dalam kelompok untuk diberi perlakuan. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden non sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized 43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo,

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo, III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo, 1986). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005). Pretest Intervensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain perlakuan semu (quasi experiment designs) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain perlakuan semu (quasi experiment designs) dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan desain perlakuan semu (quasi experiment designs) dengan control group pretest-posttest.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). Meneliti pengaruh program pelatihan pencegahan diare pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment BAB METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah plus tanya jawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group PreTest PostTest.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen yaitu desain penelitian dengan menggunakan 2 kelompok yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen yaitu desain penelitian dengan menggunakan 2 kelompok yaitu BAB III A. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah Quasi Eksperimen yaitu desain penelitian dengan menggunakan 2 kelompok yaitu kontrol dan intervensi, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu, yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7 4 III. METDE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 0/0 yang terdiri atas 7 kelas berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitafif dengan jenis penelitian quasy-experiment (eksperimen semu). Rancangan penelitian ini berupaya mengungkapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6 36 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6 Metro pada semester genap tahun pelajaran 01/013 yang terdiri dari 3 kelas yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 0R2R : 0R3R : 0R4R : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen menurut Sugiyono (2011:77)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experimen semu (Quasi Experiment). Meneliti pengaruh penyuluhan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen atau percobaan merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian praeksperimen atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control group design. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk rancangan Quasy Experiment untuk menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien diabetes melitus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Experiment. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena eksperimen jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dilakukan sebelum dilakukan intervensi penkes (pre test) dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan (post test).

BAB III METODE PENELITIAN. data dilakukan sebelum dilakukan intervensi penkes (pre test) dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan (post test). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen deskriptif kuantitatif dengan rancangan one group pre test post test. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test post test with control group design. Penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menunjukkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas berjumlah 150

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. digilib.uns.ac.id 63 BAB 3 METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Waktu penelitian adalah sejak bulan April sampai dengan Desember

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. eksperiment) dengan rancangan pretest-posttest control group design dengan satu

BAB 3 METODE PENELITIAN. eksperiment) dengan rancangan pretest-posttest control group design dengan satu BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan pretest-posttest control group design dengan satu macam perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan Quasy Eksperimental (eksperimen semu) pretest-posttest

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan Quasy Eksperimental (eksperimen semu) pretest-posttest BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental (eksperimen semu) pretest-posttest with control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo, BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan difokuskan untuk menjawab permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005). 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) dengan rancangan pretest-posttest group design (Dahlan, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif Jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control group design.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh penyuluhan flu Burung terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan flu burung pada siswa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis ini dipilih untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 12 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 12 Bandar 33 III. METDE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N Bandar Lampung pada Semester Genap Tahun Pelajaran 0/0 yang terdiri atas 6 kelas berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan true experiment dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan true experiment dengan rancangan pre and post test with control group design. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Eksperimen Semu. Menurut Sugiyono (2006 : 4), Metode Penelitian Eksperimen merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Adapun rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Trimurjo pada

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Trimurjo pada 37 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan ampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MPN Trimurjo pada semester ganjil Tahun Pelajaran 0/03 memiliki jumlah kelas VIII sebanyak tujuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test Design.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan ulang (Pretest dan Posttest Group Design), dimana rancangan ini menggunakan kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau metode penelitian yang digunakan ialah non equivalent control

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau metode penelitian yang digunakan ialah non equivalent control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experiment (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experiment (penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experiment (penelitian eksperimental semu) dengan rancangan tehnik Simple Random Sampling yaitu pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi,

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi, BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Rancangan yang digunakan yaitu cross sectional, yaitu mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi experiment. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi experiment. Quasi 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi experiment. Quasi experiment (eksperimen semu) disebut demikian karena eksperimen jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan yang digunakan adalah one group pretest-postest.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment yaitu penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subyek dengan atau

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif comparative, yaitu penelitian dengan mengunakan metode studi perbandingan dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena jenis penelitian yang menggunakan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner nyeri leher aksial. Pengujian dilakukan dengan uji Cronbach s

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Eksperimen adalah suatu penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu 38 BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan descriptive correlational, yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 41 BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

3.3 Populasi dan Sampel Populasi

3.3 Populasi dan Sampel Populasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen Semu dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci