JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 7 No. 2 Februari 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 7 No. 2 Februari 2015"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 KAJIAN KERENTANAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DARATAN WILAYAH PESISIR KOTA KUPANG TERHADAP ANCAMAN GELOMBANG TINGGI Tri U. Wibowo, Herry Z. Kotta, Jauhari Effendi Program Magister Ilmu Lingkungan, Fakultas Teknik dan Sains, Program Pasca Sarjana Universitas Nusa Cendana Masuk: 5 Agustus 0, revisi masuk : Desember 0, diterima: Januari 05 ABSTRACT Kupang City is the capital of East Nusa Tenggara Province located in Kupang Bay, based on historical data has encountered several of the earthquake that caused high tide. This study aims to obtain vulnerability of coastal society in land management of Kupang City coastal through those natural disasters, this study covers 5 villages located along the coast of Kupang City. Determination of the vulnerability using spatial analysis with GIS software Quantum Valmiera. and ArcGIS 9., descriptive statistics, scoring systems and weighting limitation vulnerable areas under 0.5 meters above sea level, which is an overlay be physical vulnerability map. Physical vulnerability variable such as structured area, and the density of buildings.non-physical vulnerability variable such economic area parameters, livelihoods, and population density. Environmental vulnerability variable parameters such as elevation, distance from the shoreline and coastal protection forest.there are three levels of vulnerability; high, medium, and low. From the resulting overlay of each variable and parameters obtained the vulnerability of coastal areas in Kupang City was dominated by the 9 villages with medium vulnerability, village with high vulnerability, and there are no villages in the low vulnerability. 5 villages are safe from high tides. Keywords: High Tides, Physical Vulnerability, Non Physical Vulnerability, Coastal Kupang City INTISARI Kota Kupang merupakan Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Timur yang berada di Teluk Kupang, berdasarkan data historis telah beberapa kali mengalami gelombang tinggi yang menyebabkan banjir rob. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kerentanan masyarakat pesisir dalam pengelolaan daratan pesisir Kota Kupang terhadap ancaman tersebut, wilayah penelitian terdiri dari 5 kelurahan yang berada di sepanjang pesisir Kota Kupang. Penentuan kerentanan menggunakan analisis spasial dengan software Quantum GIS Valmiera., dan ArcGIS 9., statistik deskriptif, sistem skoring dan pembobotan dengan batasan wilayah rentan dibawah 0,5 meter dpl, yang dilakukan overlay menjadi peta kerentanan.variabel kerentanan fisik berupa parameter kawasan terbangun, dan kepadatan bangunan.variabel kerentanan non fisik berupa parameter mata pencaharian, kepadatan penduduk, dan kelompok rentan. Variabel kerentanan lingkungan berupa parameter Elevasi, jarak dari garis pantai dan hutan pelindung pantai.tingkat kerentanan terdiri dari kelas yaitu rentan tinggi,rentan sedang dan rentan rendah. Dari hasil overlay masing-masing variabel dan parameter didapatkan kerentanan wilayah pesisir Kota Kupang di dominasi oleh kerentanan sedang sebanyak 9 kelurahan, kerentanan tinggi sebanyak kelurahan, dan tidak ada dalam kerentanan rendah. aman tsunami dan gelombang tinggi terdapat 5 kelurahan. Kata Kunci: Gelombang Tinggi, Kerentanan Fisik,Kerentanan Non Fisik, Pesisir Kota Kupang 9

2 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 PENDAHULUAN Kota Kupang sebagai ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu kota yang terletak di Wilayah Pesisir tepatnya di Teluk Kupang. Kawasan pesisir kota Kupang mempunyai luas.95 km dengan panjang, km (Baun,008). Secara historis wilayah pesisir kota Kupang merupakan awal perkembangan dari kota Kupang sebagai pusat kegiatan ekonomi. Perkembangan wilayah pesisir kota Kupang dari tahun ke tahun juga semakin meningkat dengan ditandai bertambahnya lahan-lahan terbangun baru disepanjang pesisir kota Kupang. Bencana yang sering melanda wilayah pesisir Kota Kupang adalah gelombang tinggi dan angin kencang selama musim penghujan, hal ini karena wilayah pesisir Kota Kupang khususnya dan Nusa Tenggara Timur umumnya berada dalam wilayah dampak terbentuknya badai siklon di sebelah selatan Nusa Tenggara (BMKG), tahun kejadian yang paling terakhir terjadi pada tanggal 0 Februari 0, kejadian ini telah merusakan beberapa rumah di Pesisir Kota Kupang, gelombang tinggi dan angin kencang ini disebabkan oleh dampak badai siklon Edna, oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang mencatat jumlah korban sebanyak 0 kepala keluarga. Korban tersebut tersebar di beberapa kelurahan, yaitu di Namosain 8 kepala keluarga, Pasir Panjang 99 kepala keluarga dan Oesapa kepala keluarga. Banjir itu menyebabkan 8 rumah warga rusak, walau tidak tercatat adanya korban jiwa tapi tentunya hal ini menjadi potensi kerentanan (vulnerability) yang perlu di perhitungkan dalam pengembangan wilayah pesisir Kota Kupang. Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kerentanan fisik dan non fisik masyarakat dalam pengelolaan wilayah daratan pesisir Kota Kupang terhadap ancaman bencana gelombang tinggi. METODE Penelitian menggunakan alat berupa perangkat hardware (GPS, Altimeter, Laptop, Printer, Kamera dan Alat Tulis), dan perangkat software (Arc Gis 9., Quantum Gis(Open Source), microsoft office). Data yang dibutuhkan berupa data primer dan skunder yang di peroleh dari pihak terkait dan survei lapangan. Penelitian dilakukan dengan studi pustaka berupa telaah penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian, survey lapangan berupa pengukuran, pengklasifikasian bangunan. Selain itu juga dilakukan dengan metode analisis yaitu Analisis fisik, analisis non fisik, dan skoring. Analisis fisik dilakukan dengan memetakan dalam suatu Informasi SIG (Sistem Informasi Geografis) atau lebih dikenal Geospasial. Pada Analisis Geospasial setiap indikator dipetakan sehingga menggambarkan keadaan demografis, topografi, struktur dan guna bangunan dalam rona warna yang mewakili masing-masing indikator yang dimaksud (Puntodewo dkk, 00). Kemudian Semua parameter diberi skor dan dibobot. Setelah itu dilakukan proses tumpang tindih (Overlay) peta sebagai analisis keruangan yang kemudian hasilnya dilakukan pembobotan kembali. Setelah proses tersebut terpenuhi maka akan didapatkan kelas kerentanannya berdasarkan kategori yang disusun. Sedangkan asumsi unit-unit poligon yang digunakan yakni poligon kelurahan/poligon yang terbentuk secara otomatis dalam proses analisis. Analisis Non Fisik dilakukan dengan statistik diskriptif, statistik ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dalam tabel atau distribusi frekuensi, sehingga diketahui kecenderungan hasil temuan penelitian apakah masuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi. Hasil kecendrungan katagori parameter diberikan skor dan dibobot setelah itu dilakukan analisis Geospasial untuk mendapatkan peta berdasarkan kelas kerentanannya berdasarkan kategori yang disusun. 80

3 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 Proses Skoring, Skoring dan pembobotan mengacu pada Perka PNPB 0, dengan penyesuaian dan modifikasi pada indikator sehingga dapat menggambarkan kerentanan wilayah penelitian. Penyesuaian dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan data pada Laporan Potensi Desa (PODES), waktu, biaya dan luasnya wilayah penelitian. Nilai Kerentanan Fisik dan Non Fisik dibagi dalam Kelas yaitu: Total Nilai < 5 Rentan Rendah, Total Nilai > 5 0 dan Total Nilai > 0 Rentan Tinggi Rumus perhitungan nilai kerentanan fisik, nilai kerentanan non fisik dan nilai kerentanan total (Perka PNPB Tahun 0): Nilai Kerentanan Fisik = 0,*Skor Luas Rentan elevasi + 0,*Skor Luas terbangun + 0,*Skor Kepadatan Bangunan Nilai Kerentanan Non Fisik = 0,*Mata Pencaharian + 0,*Skor Kepadatan + 0,*Skor Kelompok Usia Rentan. Hasil penyesuaian variabel bobot dan skoring tampak pada Tabel Analisis Kerentan an Fisik Non Fisik. Ekono mi. Sosial Buday a Arahan Operasional Menggambarkan kerentanan bencana secara fisik oleh hubungan topografi dalam area run up m gelombang tinggi yang akan membahayakan bangunan dalam pola penggunaan struktur ruang wilayah Variabel Bobot (%) Luasan daerah terpapar 0 Elevasi (Ketinggian) Luasan Terbangun/Str ukutur Ruang 0 Kepadatan bangunan Unit/Ha 0 Kelas kerentanan (Skor) Tinggi Nilai Sedang Nilai Rendah Nilai > 5% 9 > 5% 5 5 % 5 5% < 5 % < 5% > < 0 Total Menggambarkan keadaan kerentanan ekonomi masyarakat pesisir ketika bencana pesisir tejadi dengan menggenangi pusat-pusat ekonomi Menggambarkan keadaan Sosial budaya masyarakat pesisir ketika bencana pesisir tejadi dimana struktur masyarakat sangat mempengaruhi masyarakat Mata Pencaharian Petani +Nelayan + Pedagang Kepadatan Kelompok Rentan Usia balita Anak- Anak Lansia 0 > 5% 0 > 5% 0 > 0 % 5 5 % 5 5% < 5 % 0 0 % < 5% < 0 % Sumber : Modifikasi dari Penyusunan Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana, PNPB 0 8

4 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada wilayah pesisir dengan Kecamatan dengan 5 yang berada didalamnya yaitu: a).kecamatan Kelapa Lima dengan Lasiana, Oesapa, Oesapa Barat dan Kelapa Lima. b). Kecamatan Kota Lama dengan Pasir Panjang, Fatubesi, Todekisar, Solor dan LLBK c). Kecamatan Alak dengan Fatufeto, Nunhila, Nunbaun Dela, Nunbaun Sabu, Namosain dan Alak. Letak geografis wilayah penelitian yaitu berada di ',8" - 0'55," bujur timur dan 0 ',5" - 0 '5,9" lintang selatan. Luas wilayah penelitian dari 5 kelurahan adalah 8,88 Km. Topografi wilayah pesisir kota Kupang didominasi oleh tingkat kelerengan > 0% (Sangat Curam) mencapai 50,9%, diikuti tingkat kelerengan 5 0% (Curam) mencapai,55%, tingkat kelerengan 5 5% (Agak Curam) mencapai,95%, tingkat kelerengan 8-5% (Landai) mencapai 8,5% dan tingkat kelerengan 0 8% (Datar) mencapai,9 %. Keadaan kelerengan kelurahan wilayah pesisir adalah sebagai berikut: ). Kelerengan datar terdapat di kelurahan Alak, kelurahan LLBK, kelurahan Fatubesi, kelurahan Pasir Panjang, kelurahan Kelapa Lima, kelurahan Oesapa Barat, kelurahan Oesapa dan kelurahan Lasiana. ). Kelerengan Landai,agak curam dan sangat curam terdapat diseluruh kelurahan pesisir Kota Kupang. Ketinggian wilayah pesisir kota Kupang didominasi oleh ketinggian diatas 50 meter diatas permukaan laut (dpl) yaitu sebesar,8%, diikuti oleh diatas 5 s/d 50 meter dpl yaitu sebesar,%. Sedangkan wilayah pesisir dengan ketinggian paling kecil yaitu ketinggian 0-5 meter dpl yang hanya sebesar,5%. Bentuk Morofologi pantai kelurahan pesisir Kota Kupang tidak selalu sama satu kelurahan dengan kelurahan lain nya, pantai di Lasiana membentuk teluk dengan landai di bagian timur dan curam dibagian barat, Oesapa membentuk teluk kemudian garis lurus memanjang ke Oesapa Barat hingga membentuk Teluk kembali di Nubaun Sabu dan membentuk tanjung di Namosain dan di Alak, Di kelurahan Oesapa pantai landai dan membentuk delta di perbatasan dengan Oesapa Barat hal ini desebabkan adanya muara sungai sehingga membentuk hutan manggrove. Tode Kisar, Solor, Fatufeto, Nunhila dan Nunbaun Della mempunyai garis pantai yang curam kemudian mendekati landai ketika berbatasan dengan Nunbaun Sabu. Pantai berpasir terdapat di kelurahan Lasiana, Oesapa, Pasir Panjang dan Nunbaun Sabu, sedangkan pantai berbatu karang terdapat di Kelapa Lima, Fatubesi, Tode Kisar, Solor, LLBK, Fatufeto, Nunhila, Nunbaun Della, Alak dan sebagian kecil Pasir Panjang. Aspek Klimatologi Kota Kupang mengalami jenis musim dengan musim kemarau yang lebih panjang dari musim penghujan yaitu musim kemarau selama 8 bulan dimulai dari bulan april hingga bulan nopember dan musim penghujan yang hanya bulan dimulai dari bulan desember hingga bulan maret. Rata-rata curah hujan di Kota Kupang sangat rendah, selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 009 sampai dengan tahun 0 rata-rata curah hujan berkisar, sampai dengan,9 mm per bulan. Curah hujan terendah terjadi ditahun 009 dengan jumlah curah hujan setahun sebanyak 5,9 mm dan curah hujan tertinggi terjadi ditahun 0 dengan jumlah curah hujan setahun sebanyak 0, mm. Puncak hujan pada umum nya terjadi pada bulan januari hingga bulan maret setiap tahun. Pada beberapa kejadian hujan dapat turun pada musim kemarau walau jumlah curah hujan sangat rendah. Dilihat dari Keadaan, Konsentrasi penduduk di wilayah pesisir 8

5 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 Kota Kupang paling banyak berada di Solor dengan 8 jiwa/ha diikuti Fatubesi dengan 8 Jiwa/Ha, sedangkan konsentrasi paling sedikit berada di Alak dengan Jiwa/Ha. terbanyak berada di Oesapa dengan,0 Jiwa dan penduduk paling sedikit berada di LLBK dengan 99 Jiwa. Berdasarkan Pola dan Pemanfaatan Ruang, berdasarkan terlihat bahwa wilayah pesisir Kota Kupang dimasing masing kelurahan dalam kecamatan telah difungsikan untuk menunjang aktifitas warga masyarakat Kota Kupang sesuai potensi yang dimiliki, adapun pembagian keruangan itu adalah sebagai berikut :).Kawasan Pusat Perkantoran : Kawasan Perkantoran Kota Kupang meliputi Kelapa Lima, Pasir Panjang dan Oesapa dan Kawasan Perkantoran Swasta menyatu dengan pusat pusat perdagangan dan jasa berada di sisi jalan arteri dan kolektor. ). Kawasan Perdagangan, Jasa dan campuran meliputi : Kawasan perdagangan Grosir terdapat di LLBK, Solor, Lasiana dan Oesapa. Kawasan Perdagangan Modern berada di setiap pusat lingkungan dengan besaran disesuaikan dengan jangkauan pelayanan. Kawasan Perdagangan Tradisional berada di Fatubesi (Pasar Oeba), Oesapa (Pasar Oesapa) dan tahap pengembangan di Alak. ). Kawasan Industri berupa Industri Berat (Polutif) di Alak berupa PLTD, PT Semen dan Pelabuhan Tenau, ). Kawasan Pariwisata meliputi Kawasan pariwisata alam terletak di Lasiana dan Oesapa, Pasir Panjang dan Kelapa Lima, Namosain, Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang di Alak. Rencana kawasan pariwisata buatan terletak di Kelapa Lima. Kawasan pariwisata cagar budaya Meriam Jepang di Kelapa Lima dan Nun Baun Delha; kawasan Gereja dan Klenteng Tua di Lai Lai Besi Kopan; kawasan Goa Jepang Nun Bau Delha; benteng Concordia di Fatufeto; kawasan Makam Belanda di Nunhila dan Fatufeto. 5).Kawasan Pendidikan dan Olahraga meliputi tempat pendidikan diwilayah pesisir terdapat di Oesapa dan Lasiana (Undana, Unkris, STIM), di Kelapa Lima (STIE Oemathonis), Oesapa Barat (STIBA Mentari dan STIBA Cakrawala), dan di Fatubesi (Akademi Keuangan Efata). Tempat Olahraga merupakan arahan tingkat lokalan berada di Lasiana ( Lapangan Sitarda). ). Kawasan permukiman meliputi Kawasan kepadatan rendah berada di kelurahan Lasiana, Oesapa, Kelapa Lima, Nunbaun Sabu, Namosain dan Alak. Kawasan kepadatan tinggi berada di Oesapa Barat, Pasir Panjang, Fatubesi, Tode Kisar, Solor, Fatufeto, Nunhila dan Nunbaun Dela Proses Analisis Kerentanan Fisik meliputi Rentan Elevasi, Rentan Kawasan Terbangun, Rentan Kepadatan Bangunan, Hasil Analisis Rentan Fisik, dan Kerentanan Non Fisik. Proses Rentan Elevasi Luas rentan elevasi akibat gelombang tinggi adalah, Km dengan rasio sebesar,8 persen dari luas 0 yang memiliki rentan elevasi. LLBK memiliki rasio wilayah terbesar yaitu sebesar,50 persen dan Kelapa Lima memiliki rasio wilayah terkecil yaitu sebesar, persen, hal ini menyebabkan kerentanan kelurahan pesisir terhadap bencana gelombang tinggi berada dalam kelas rentan rendah karena luasan wilayah terdampak berada di bawah 5 persen dari rasio luasan kelurahan pesisir. Kelerengan wilayah pesisir Kota Kupang memberikan kelebihan tersendiri dalam mengurangi dampak bencana tsunami dan gelombang tinggi akibat angin kencang, hal ini disebabkan wilayah pesisir Kota Kupang pada umumnya mempunyai jenis kelerengan sangat curam sehingga 8

6 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Vol. No. Februari 05 ISSN: perbedaan elevasi cepat berubah dari bibir pantai ke arah daratan. Perbedaan elevasi yang cepat berubah mempengaruhi tingkat kerentanan elevasi akibat tsunami dan gelombang tinggi wilayah pesisir Kota Kupang, dimana kelurahan pesisir Kota Kupang pada umumnya berada dalam rentan r rendah. Luas rentan elevasi masing- tinggi dapat dilihat dalam Tabel dan masing kelurahan akibat gelombang Peta rentan elevasi masing-masing kelurahan akibat a gelombang tinggi dapat dilihat dalamm Gambar Tabel. Wilayah Kerentanan Elevasi Akibat Gelombang Tinggi Pesisir Kota Kupang No Alak Namosain Nunbaun Sabu LLBK Fatubesi Pasir panjang Kelapa Lima Oesapa Barat Oesapa Lasiana Jumlah Sumber : Hasil Analisis,0 Luass Wil(Km ),,5, 0, 0, 0,9,,,,8,9 Luas Rentan Elevasi (Km ) 0,0 0,050 0,00 0,00 0,090 0,00 0,00 0,0 0, 0,0, Persen,,0, 8,8,50,5, 5,5,8,9,8 Sumber: Hasil Analisis,0 Gambar Peta Kerentanan Elevasi Akibat Gelombang Tinggi di Pesisir Kota Kupang 8

7 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Vol. No. Februari 05 ISSN: Analisis Rentan Kawasan Terbangun untuk dengan rasio tertinggi luasan kawasan terbangun yang berada dalam genangan akibat gelombangg tinggi yaitu Fatubesi dan Nunbaunn Sabu sebesar, persen, dan rasio terendah yaitu Lasianaa yaitu sebesar 0, persen. Berdasarkann rasio kawasan terbangun terhadap genangan akibat gelombang tinggi t didapatkan bahwa kelurahan yang masuk dalam rentan tinggi yaitu Nunbaun Sabu, dan Fatubesi. yang masuk dalam rentan r sedang yaitu n Alak, LLBK, Pasir Panjang dan Kelapa Lima. yang masuk dalam rentann rendah yaitu Namosain, N Oesapa Barat, Oesapa dan Lasiana. Luasan L kawasan terbangun terhadap luasan rentan elevasi akibat gelombang tinggi dii masing-masing kelurahan nampak dalam tabel dan Peta kawasan terbangun dalam retan elevasi akibat gelombang tinggi nampak dalam Gambar Tabel. Luasan Kawasan Terbangun Terhadap Luasan Rentan Elevasi Akibat Gelombang Tinggi Di Pesisir Kota Kupang Luas Rentan Luas Kawasan No Elevasi (Km ) Terbangun (Km % ) Alak 0, 0,9, Namosain Nunbaun Sabu LLBK 5 Fatubesi Pasirr panjang Kelapa Lima 8 Oesapa Barat 9 Oesapa 0 Lasiana Jumlah Sumber: Hasil Analisis,0 0,05 0,0 0,0 0,09 0,0 0,0 0, 0, 0,, 0,005 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,00 0,8 0,00, 50,00, 50,00 50,00 8,8 0,08 0, 0,5 Sumber : Hasil Analisis,0 Gambar Peta Kepadatan Bangunan Dalam Genangan Akibat Gelombangg Tinggi Di Pesisir Kota Kupang 85

8 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 Rentan Kepadatan Bangunan untuk hasil survei lapangan dan pengolahan citra satelit di dapatkan jumlah bangunan terbanyak dalam dalam wilayah tergenang akibat gelombang tinggi berada di Oesapa sebanyak 8 unit dan paling sedikit berada di Lasiana sebanyak unit. Berdasarkan kepadatan bangunan tidak terdapat kelurahan yang berada dalam rentan tinggi dan sedang. Luasan wilayah tergenang akibat gelombang tinggi berpengaruh terhadap banyaknya bangunan yang berada dalam wilayah rentan, Oesapa mempunyai wilayah tergenang yang cukup luas sehingga berpengaruh kepada jumlah bangunan terpapar akibat gelombang tinggi. Adapun jumlah unit bangunan berdasarkan dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Jumlah Unit Bangunan Dalam Genangan Akibat Gelombang Tinggi Di Pesisir Kota Kupang No Luasan Genangan Jumlah Unit Unit/Ha (Ha) Bangunan Alak 0 5 Namosain 5 Nunbaun Sabu 9 LLBK 5 Fatubesi 9 5 Pasirpanjang 9 5 Kelapa Lima 0 8 Oesapa Barat 9 9 Oesapa, Lasiana 0 Jumlah, 89 Sumber : Hasil Analisis,0 Hasil Analisis Rentan Fisik dari hasil perhitungan masing-masing indikator kerentanan fisik diperoleh bahwa 0 yang masuk rentan elevasi diperoleh bahwa kelurahan yang memiliki kerentanan fisik tinggi tidak ada, kerentanan sedang berjumlah kelurahan yaitu Alak, Nunbaun Sabu, LLBK, Fatubesi, Pasir Panjang, Kelapa Lima, dan Oesapa, dan kelurahan yang masuk dalam kerentanan rendah terdapat kelurahan yaitu Namosain, Oesapa Barat dan Lasiana. Keadaan kerentanan fisik di Pesisir Kota Kupang dapat dilihat dalam Tabel 5 dan Peta Kerentanan fisik akibat gelombang tinggi dapat dilihat dalam Gambar. Tabel 5. Total Nilai Kerentanan Fisik Berdasarkan Indikator per Indikator Kerentanan / Nilai No Luas Kepadatan Ket Elevasi Total terbangun bangunan Alak Namosain 5 Rentan Rendah Nunbaun Sabu LLBK 5 Fatubesi Pasir Panjang Kelapa Lima 8 Oesapa Barat 5 Rentan Rendah 9 Oesapa 0 Lasiana 5 Rentan Rendah 8

9 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Vol. No. Februari 05 ISSN: Sumber : Hasil Pengolahan,0 Gambar. Peta Kerentanan Fisik Akibat Bencana di Pesisir Kota Kupang Kerentanan Non Fisik untuk Mata Pencaharian untuk kehidupan ekonomi masyarakat berhubungan dengan mata pencaharian yang dimiliki oleh mayarakat itu sendiri, ketika bencana melanda dan merusak sentra-sentra ekonomi tentu berdampak pada mata pencaharian. Bencana pesisir identik dengan hancurnya sarana-sarana mata pencaharian yang berhubungan dengan pesisir dan sentra ekonomi di wilayah pesisir yaitu nelayan, petani dan pedagang. Sehingga semakin besar jumlah penduduk bermata pencaharian nelayan, petani dan pedagang di suatu kelurahan semakin tinggi t kerentanan wilayah tersebut terhadap bencana pesisir yang terjadi. Untuk mendapat kerentanann mata pecaharian tiap-tiap kelurahan mendapatkan dilakukan presentase dengan mata pencaharian rentan terhadap jumlah keseluruhan penduduk yang mempunyai mata pencaharian dikelurahan tersebut. kelurahan yang mempunyai kerentanan tinggi adalah kelurahan Nunbaun Sabu dengan 5, % penduduk masuk dalam kelompok bermata b pencaharian rentan. yang mempunyai kerentanan sedang adalah kelurahan LLBK dengan 5,0% dann kelurahan Fatubesi dengan, % penduduk masuk dalam kelompok bermata b pencaharian rentan. Dan kelurahan yang mempunyai kerentanan rendah adalah kelurahan Alak dengan, %, kelurahan Lasiana dengan,,5%, kelurahan Kelapa Lima dengan 0,5%, kelurahan Namosain dengan,9%, kelurahan Oesapa dengan 5, 9%, kelurahan Oesapa Barat dengan 0,% dan kelurahan Pasir Panjang dengan,% % penduduk masuk dalam kelompok bermata pencaharian rentan. Analisis Kepadatan penduduk yang rentan terhadap gelombang tinggi di wilayah pesisir Kotaa Kupang adalah 509 jiwaa atau,5 persen dari keseluruhann jumlah penduduk, Fatubesi adalah yang paling besar jumlah penduduk terpapar yaitu 0 jiwa atau 5,0 persen, yang paling kecil adalah n Lasiana yaitu jiwa atau 0, 0 persen. Berdasarkan rasio 8

10 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Vol. No. Februari 05 ISSN: secara kepadatan maka kelurahan pesisir Kota Kupang masih berada dalam kerentanann rendah karena berada dibawah 5 persen penduduk terpapar. Keadaan kepadatan penduduk dalam rentan elevasi dapat dilihat dalam. Tabel Tabel. Jumlah per dalam Rentan Elevasi Akibat Gelombang Tinggi Di Pesisir Kota Kupang No Luas (Ha) Luas Terbangu n (Ha)) Jumlah Kepadatan Jiwa/ /Ha Alak Namosain Nunbaun Sabu LLBK Fatubesi Pasir Panjang Kelapa Lima Oesapa Barat , Oesapa Lasiana 8 0,.8 88 Total 9 8, Sumber : Laporan Bulanan Juni, Hasil Analisis,0 Jumlah dalam Luasan Terbangun %, 0,,9 9,05 5,0,08 0,,5 0,8 0,0,5 Komposisi Kelompok Usia Rentan, berdasarkan komposis kelompokk usia penduduk tiap-tiap kelurahan dapat diketahui bahwa kelurahan yang masuk dalam rentan tinggi terdapat kelurahan yaitu Nunbaun Sabu dengan, persen kelompok rentann dan Pasir Panjang dengan,0 persen kelompok rentan. n yang masuk dalam kerentanan sedang terdapat 8 kelurahan dan tidak ada kelurahan dalam kerentanan rendah, kelurahan dalam kerentanan sedang yaitu Alak, Namosain, LLBK, Fatubesi, Kelapa Lima, Oesapa Barat, Oesapa dan Lasiana. Keadaan kelompok umur dalam wilayah 88

11 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Vol. No. Februari 05 ISSN: rentan elevasi dapat dilihat dalam Tabel 0. Hasil Analisis Kerentanann Non Fisik berdasarkan penjumlahan skor indikator akibat tsunami dan gelombang tinggi di Pesisir Kota Kupang didapatkan bahwa terdapat kelurahan berada dalam rentan tinggi yaitu Nunbaun Sabu dengan skorr, sedangkann kelurahan yang masuk dalam rentan sedang terdapat 9 kelurahann yaitu Alak, Namosain, LLBK, Fatubesi, Pasir Panjang, Kelapa Lima, Oesapa Barat, Oesapa dan Lasiana, skor s tertinggi dalam rentan r sedang adalah 9 dann yang terendah adalah. Hasil penskoran masing- fisik masing indikator kerentanan nonn dapat dilihat dalam Tabel dan Gambar. Sumber: Hasil Analisis,0 Gambar 5 Peta Jumlah Dalam Genangan Akibat A Gelombang Tinggi Di Pesisir Kota Kupang Tabel 0. Asumsi Komposisi Berdasarkan Kelompok Umur dalam Rentan Elevasi No Jumlah Kelompok Usiaa (Thn) Pendd Terpapar < > Alak Namosain Nunbaun Sabu LLBK Fatubesi Pasir Panjang Kelapaa Lima Oesapaa Barat Oesapaa Lasianaa Total Sumber: Hasil Analisis,0 89

12 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Vol. No. Februari 05 ISSN: Tabel Total Nilai Kerentanan Non Fisik Akibat Gelombang G Tinggi Di Pesisir Kota Kupang Berdasarkan Indikator No P Alak Namosain Nunbaun Sabu LLBK 5 Fatubesi Pasir Panjang Kelapa Lima 8 Oesapaa Barat 9 Oesapaa 0 Lasianaa Sumber : Hasil Analisis, Mata encaharian 0 Indikator Kerentanan / Nilai Kepadatan Kelompok Usia Rentan Total Ket Rentan Tinggi Gambar Peta Kerentanan Non Fisik Di Pesisir Kota Kupang KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dengan 5 kelurahan yang menjadi objek penelitian dengan batasan elevasi dibawah 0,5 meter dpl dengan asumsi run up meter didapatkan bahwa yang masuk dalam wilayah rentan baik secara fisik dan non fisik adalah yang masuk dalam rentan fisik terdapat 0 kelurahan yaitu Alak, Namosain, Nunbaun Sabu, LLBK, Fatubesi, Pasir Panjang, Kelapa Lima, Oesapa Barat, Oesapa dan Lasiana. Dan D 5 kelurahan tidak masuk dalam rentan fisik, yaitu Nunbaun Dela, Nunhila, Fatufeto, Solor 90

13 JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. No. Februari 05 dan Tode Kisar. yang masuk katagori kerentanan fisik tinggi akibat gelombang tinggi tidak ada, yang masuk katagori kerentanan sedang akibat gelombang tinggi yaitu Alak, Nunbaun Sabu, Fatubesi, Pasir Panjang, Kelapa Lima, Oesapa, adn LLBK. dan kelurahan yang masuk dalam rentan rendah akibat Gelombang tinggi yaitu Namosain, Oesapa Barat dan Lasiana. yang masuk dalam rentan non fisik hanya memperhitungkan kelurahan yang masuk dalam kerentanan fisik, sehingga didapatkan dari 0 kelurahan tersebut yaitu Alak, Fatubesi, Pasir Panjang, Kelapa Lima, Oesapa Barat, Oesapa, Lasiana, Namosain, LLBK berada dalam katogori kerentanan sedang dan kelurahan yang masuk dalam katagori kerentanan tinggi yaitu Nunbaun Sabu dan tidak ada yang berada dalam kerentanan rendah. Berdasarkan wawancara dengan penduduk pesisir kebanyakan responden tidak memahami tanda-tanda terjadinya gelombang tinggi dan langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi keadaan tersebut. tidak mengetahui apakah wilayah permukiman mereka berada dalam jangkauan ancaman atau tidak, untuk itu dengan penempatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir Kota Kupang berdasarkan RTRW Kota Kupang dimana wilayah pesisir merupakan wilayah pengembangan untuk permukiman sedang, permukiman padat, kawasan campuran, kawasan pariwisata, kawasan ekonomi, kawasan industri dan kawasan-kawasan penunjang lainny, dan untuk memaksimalkan upaya mitigasi yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait dengan melakukan mitigasi struktural dan nonstruktural perlu dilakukan pembuatan alat peraga berupa pamflet yang menggambarkan informasi tentang tanda-tanda kejadian gelombang tinggi, peta kawasan zonasi kerawanan wilayah pesisir Kota Kupang, dan arah evakuasi (pelarian) dari bencana tersebut. Pamflet alat peraga ini ditempatkan dalam kawasan publik wilayah pesisir seperti di kantor-kantor lurah, tempat-tempat wisata, ruang terbuka hijau dan hotel-hotel. Masyarakat dapat mengetahui apakah permukimannya berada dalam wilayah aman atau tidak, dapat mengetahui tanda-tanda tsunami dan gelombang tinggi, dan jalur evakuasi (pelarian) ketika terjadi bencana tersebut. DAFTAR PUSTAKA Baun, P,I, 008, Kajian Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun Di Kawasan Pesisir Kota Kupang. Thesis Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Undip Semarang. p.xvii. Peraturan Kepala BNPB Nomor Tahun 0 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Puntodewo, A; Dewi, S dan Tarigan J, 00, Sistem Informasi Geografis Untuk pengelolaan sumberdaya alam, Center for International Forestry Research, Jakarta UU RI No, Thn 00 Tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil UU RI No, Tahun 00 Tentang Penanggulangan Bencana. 9

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 7 (2) (2018) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage Pemetaan Risiko Bencana Longsor Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana di Kecamatan Tembalang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG I. GAMBARAN UMUM. 1. Latar Belakang. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan terdiri dari 566 pulau dimana 42 pulau berpenghuni

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Bahaya Banjir Analisis tingkat bahaya banjir pada penelitian ini berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127 km² atau

Lebih terperinci

BAB IV. Kajian Analisis

BAB IV. Kajian Analisis 97 BAB IV KAJIAN BAB IV ANALISIS Kajian Analisis 4.1 Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir 4.1.1 Karakteristik Kebijakan Kawasan Pesisir 4.1.1.1 Keterkaitan Kebijakan Pemanfaatan Ruang/Peraturan Zonasi,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT

IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT Prosiding SENTIA 2017 Politeknik Negeri Malang Volume 9 ISSN: 2085-2347 IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT Agus Pribadi1 1, Heroe Santoso 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT 1 EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 Muhamad Nur Ichwanuddin 1, Buchori Asyik 2, Zulkarnain 3 ABSTRACT This study aims to investigate the conformity of

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-58 Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso Bambang Budi Utomo dan Rima Dewi Supriharjo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: JOKO SUSILO L2D 004 326 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembobotan Adapun hasil dari kuesioner yang dilakukan dibeberapa instansi terkait kerentanan banjir dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk hasil kuesioner tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki daerah dengan potensi gerakan massa yang tinggi. Salah satu kecamatan di Banjarnegara,

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan & Sasaran... 3 1.3.1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar didunia dengan 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km. Hal ini semakin memperkuat eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENILAIAN RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR DESA WANADRI KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA Muhamad Khasyir, Ananto Aji

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Namosain merupakan salah satu kelurahan pesisir dalam

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN

DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN 1 DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN Physical Impacts of Sea Level Rise on Coastal Areas of Medan Tri Woro Widyastuti 1), Darma Bakti 2), Zulham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK Adi Chandra Kusuma *), Irwani, Sugeng Widada Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH Fadhly Ilhami *), Denny Nugroho, Baskoro Rocchadi Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN 2. Rumusan Masalah 1. Latar Belakang 3. Tujuan Penelitian B. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN 2. Rumusan Masalah 1. Latar Belakang 3. Tujuan Penelitian B. TINJAUAN PUSTAKA A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara garis besar kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara keselatan memiliki kemiringan ±1 derajat, serta terdapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO Iqbal L. Sungkar 1, Rieneke L.E Sela ST.MT 2 & Dr.Ir. Linda Tondobala, DEA 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki luas wilayah sekitar 3.250 Ha atau 32.5 km 2 atau 1,025% dari luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian Proses interpolasi beberapa data titik tinggi yang diekstraksi dari berbagai sumber dengan menggunakan metode semivariogram tipe ordinary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: ARGO MULYANTO L2D 004 299 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian terdahulu tentang analisis tigkat bahaya dan tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan dengan judul

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai tingkat ancaman dan kerentanan suatu daerah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan. Dengan judul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara 20 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara astronomi daerah studi terletak pada 00 28' 17'' - 00 35' 56'' LU dan 122

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter. 8 Gambar 5. Peta Tutupan lahan DAS Sunter (BPDAS Ciliwung-Cisadane 4.6.2 Kecamatan di DAS Sunter Daerah Aliran Sungai (DAS) Sunter memiliki beberapa kecamatan seperti yang terlihat pada gambar 6. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa puguh.draharjo@yahoo.co.id Floods is one of the natural phenomenon which happened in jawa island. Physical characteristic

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) Risma 1, Paharuddin 2,Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Rembang merupakan salah satu daerah di pesisir utara Pulau Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan bencana yang terhitung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai) Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : KETENTUAN UMUM : PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI Bagian Kesatu Indeks Ancaman dan Indeks Kerentanan

Lebih terperinci

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR Oleh: GRASIA DWI HANDAYANI L2D 306 009 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

Alhuda Rohmatulloh

Alhuda Rohmatulloh Dosen Pembimbing: Dr. ing. Ir. Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Alhuda Rohmatulloh 3608100061

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) merupakan bagian dari Provinsi Maluku yang sebagian besar terletak di Pulau Seram yang secara geografis terletak pada 1 19'-7 16'

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian bencana mewarnai penelitian geografi sejak tsunami Aceh 2004. Sejak itu, terjadi booming penelitian geografi, baik terkait bencana gempabumi, banjir,

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT 1 EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG Andre Cahyana 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu 364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY, yusmanwiyatmo@yahoo.com, HP: 08122778263 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci