ANALISIS DAN PERANCANGAN PENGAMANAN DATA PADA CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAN PERANCANGAN PENGAMANAN DATA PADA CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)"

Transkripsi

1 ANALISIS DAN PERANCANGAN PENGAMANAN DATA PADA CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Rika Nova Sari Rangkuti ( ) Mahasiswa STMIK Budidarma Medan Jln. Sisingamangaraja No.338 Simpang Limun Medan Website : http//stmik-budidarma.ac.id, Medan rikanovasari@gmail.com ABSTRAK Pada penelitian ini dibangun suatu perangkat lunak yang dapat melakukan penyisipan pesan teks ke dalam file citra (steganografi) dan steganalisis atau mendeteksi ada tidaknya pesan rahasia pada suatu citra. Citra merupakan media yang paling sering digunakan untuk menyisipkan pesan rahasia, karena dapat menyembunyikan pesan dengan sangat baik dan banyak tersedia. Perangkat lunak yang dibangun mengimplementasikan steganalisis dengan algoritma Least Significant Bit (LSB) yang merupakan algoritma penyisipan pesan yang paling banyak digunakan. Perangkat lunak steganalisis yang dibangun menggunakan algoritma LSB untuk melakukan penyisipan dan mengekstraksi pesan penyisip pada file citra. Algoritma LSB pada penelitian ini menggunakan tools bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. Berdasarkan pengujian perangkat lunak yang dilakukan, dapat dilihat bahwa perangkat lunak dapat berjalan dengan baik pada penyisipan dan mendeteksi ada tidaknya pesan rahasia pada file citra. Kata Kunci : LSB, Citra Digital 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan rahasia ( hiding message) sedemikian sehingga keberadaan (eksist ensi) pesan tidak terdeteksi oleh indera manusia. Kata steganografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulisan tersembunyi ( covered writing). Steganografi membutuhkan dua properti, yaitu: wadah penampung dan data rahasia yang akan disembunyikan. Steganografi digital menggunakan media digital sebagai wadah penampung, misalnya citra, suara ( audio), teks, dan video. Data rahasia yang disembunyikan juga dapat berupa citra, suara (audio), teks, atau video. Jika pada kriptografi, data yang telah disandikan (ciphertext) tetap tersedia, maka dengan steganografi ciphertext dapat disembunyikan sehingga pihak ketiga tidak mengetahui keberadaannya. Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu yang belum ditentukan ukurannya. Citra digital adalah citra yang terdiri dari sinyal sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah di-sampling sehingga dapat ditentukan ukuran titik gambar yang disebut piksel. Untuk menyatakan citra ( image) secara matematis, dapat didefinisikan fungsi f(x,y) di mana x dan y menyatakan suatu posisi dalam koordinat dua dimensi dan harga f pada titik ( x,y) adalah harga yang menunjukkan warna citra pada titik tersebut. Citra digital adalah citra yang dinyatakan secara diskrit (tidak kontinu), baik untuk posisi koordinatnya maupun warnanya. Dengan demikian, citra digital dapat digambarkan sebagai suatu matriks, di mana indeks baris dan indeks kolom dari matriks menyatakan posisi suatu titik di dalam citra dan harga dari elemen matriks menyatakan warna citra pada titik tersebut. Dalam citra digital yang dinyatakan sebagai susunan matriks seperti ini, elemen elemen matriks tadi disebut juga dengan istilah piksel yang berasal dari kata picture element (pixel) Metode penyisipan yang digunakan dalam merancang perangkat lunak ini adalah metode Least Significant Bit (LSB). Bit Least Significant Bit adalah bit yang paling terakhir pada sebuah byte (8 bit). Bit ini merupakan bit yang paling tidak berarti, karena perubahan pada bit tidak akan merubah reprenstasi citra dalam domain spatialnya. Prinsip dasar metode ini adalah dengan mengganti bit terakhir dari piksel citra dengan bit-bit penyisip. Untuk melakukan penyisipan pesan ke dalam citra, maka citra dan pesan penyisip harus diubah menjadi biner. Pengubahan citra menjadi biner dimaksud untuk mendapatkan satu nilai pada satu bit data, dimana satu bit akan digantikan dengan satu bit dari delapan bit satu karakter pesan penyisip. Sebagai contoh huruf A dari pesan penyisip diubah ke biner menjadi dan satu bit dalam satu byte data citra akan digantikan. Jadi jika ada delapan bit pesan yang akan disembunyikan, maka dibutuhkan delapan byte dari citra penampung (cover image). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin menganalisis dan merancang perangkat lunak pengamanan data pada citra digital menggunakan algoritma LSB dengan judul Analisis dan Perancangan Pengamanan Data pada Citra Digital dengan Algoritma Least Significant Bit (LSB). 86

2 1.2 Perumusan Masalah Pada penelitian ini yang menjadi masalah adalah: a. Bagaimana menyisipkan pesan teks ke dalam file citra digital. b. Bagaimana mengekstraksi pesan teks kembali dari dalam file citra digital. 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan tidak menyimpang, maka perlu dibuat suatu batasan masalah sebagai berikut : a. File citra penampung ( cover image) ber-format BMP 24 bit. b. Dimensi cover image berukuran 300 x 200 piksel. c. Data yang diamankan adalah pesan ber-format teks (TXT). d. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk membangun perangkat lunak yang dapat melakukan pengamanan data pesan pada file citra digital. b. Untuk mengetahui cara kerja algoritma Least Significant Bit dalam melakukan penyisipan pesan ke dalam file citra. Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi pada pengamanan data teks ke dalam file citra yang berformat BMP. b. Diperolehnya sebuah perangkat lunak penyisipan pesan pada citra digital dengan algoritma Least Significant Bit. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah teknik menyembunyikan atau menyamarkan keberadaan pesan rahasia dalam suatu media penampungnya sehingga orang lain tidak menyadari adanya pesan di dalam media tersebut. Kata steganografi pada awalnya berasal dari kata steganos, steganos sendiri sebenarnya merupakan kata dari bahasa Yunani. Lebih lengkapnya : steganos memiliki arti penyamaran atau penyembunyian dan graphein atau graptos memiliki arti tulisan. Pengertian steganografi yang cukup sering digunakan dalam pembelajaran dengan metodologi sejarah adalah menulis tulisan yang tersembunyi atau terselubung (Munir, Steganografi dan Watermarking, 2004). Steganografi sudah digunakan sejak dahulu kala sekitar 2500 tahun yang lalu untuk kepentingan politik, militer, diplomatik, serta untuk kepentingan pribadi sebagai alat. Teknik steganografi konvensional berusaha merahasiakan komunikasi dengan cara menyembunyikan pesan ataupun mengkamuflase pesan. Maka sesungguhnya prinsip dasar dalam steganografi lebih dikonsentrasikan pada kerahasian komunikasinya bukan pada datanya (Munir, Steganografi dan Watermarking, 2004). 2.2 Media Cover Media cover digunakan pada steganografi sebagai media untuk menampung pesan tersembunyi. Pesan yang disembunyikan tersebut dapat mempunyai hubungan atau bahkan tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan media dimana pesan tersebut disisipkan (untuk kasus komunikasi rahasia) atau pesan dapat menyediakan info penting tentang media, seperti informasi otentifikasi, judul, tanggal dan waktu pembuatan, hak cipta, nomor seri kamera digital yang digunakan untuk mengambil gambar, informasi mengenai isi dan akses terhadap citra dan lain sebagainya (Munir, Steganografi dan Watermarking, 2004). Secara teori, semua berkas yang ada dalam komputer dapat digunakan sebagai media dalam steganografi, asalkan berkas tersebut mempunyai bitbit data redundan yang dapat dimodifikasi. Beberapa contoh media cover yang digunakan dalam teknik steganografi antara lain adalah: 1. Teks Dalam algoritma steganografi yang menggunakan teks sebagai media penyisipannya, teks yang telah disisipi pesan rahasia tidak boleh mencurigakan untuk orang yang melihatnya. 2. Suara Format ini sering dipilih karena biasanya berkas dengan format ini berukuran relatif besar. Sehingga dapat menampung pesan rahasia dalam jumlah yang besar pula. 3. Citra Format ini paling sering digunakan, karena format ini merupakan salah satu format berkas yang sering dipertukarkan dalam dunia internet. Alasan lainnya adalah banyaknya tersedia algoritma steganografi untuk media penampung yang berupa citra. 4. Video Format ini merupakan format dengan ukuran berkas yang relatif sangat besar namun jarang digunakan karena ukurannya yang terlalu besar sehingga mengurangi kepraktisannya dan juga kurangnya algoritma yang mendukung format ini. 2.3 Pengertian Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f ( x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f pada titik ( x,y) merupakan tingkat kecerahan ( brightness) suatu citra pada suatu titik. Suatu citra diperoleh dari penangkapan kekuatan sinar yang dipantulkan oleh objek. Citra digital tersusun atas sejumlah berhingga elemen, masingmasing memiliki lokasi dan nilai/intensitas tertentu. Elemen-elemen ini disebut elemen gambar, elemen citra, pels, dan juga piksel yang dinyatakan dalam bilangan bulat. Tingkat ketajaman atau resolusi warna pada citra digital tergantung pada jumlah bit 87

3 yang digunakan oleh komputer untuk merepresentasikan setiap piksel tersebut. Tipe yang sering digunakan untuk merepresentasikan citra adalah 8-bit citra (256 colors (0 untuk hitam untuk putih)), tetapi dengan kemajuan teknologi perangkat keras grafik, kemampuan tampilan citra di komputer hingga 32 bit (232 warna) (Sutoyo, Pengolahan Citra Digital, 2009). Piksel (0,0) terletak pada sudut kiri atas pada citra, indeks x begerak ke kanan dan indeks y bergerak ke bawah. Konvensi ini dipakai merujuk pada cara penulisan larik yang digunakan dalam pemrograman komputer. Letak titik origin pada koordinat grafik citra dan koordinat pada grafik matematika terdapat perbedaan. Hal yang berlawanan untuk arah vertikal berlaku pada kenyataan dan juga pada sistem grafik dalam matematika yang sudah lebih dulu dikenal. Gambar berikut memperlihatkan perbedaan kedua sistem ini Citra Analog Citra analog adalah citra yang terdiri dari sinyal-sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya. Analog berhubungan dengan hal yang kontinu dalam satu dimensi, contohnya adalah bunyi diwakili dalam bentuk analog, yaitu suatu getaran gelombang udara yang kontinu dimana kekuatannya diwakili sebagai jarak gelombang. Hampir semua kejadian alam boleh diwakili sebagai perwakilan analog seperti bunyi, cahaya, air, elektrik, angin dan sebagainya (Putra, Pengolahan Citra Digital, 2010) Citra Digital Citra digital adalah citra yang terdiri dari sinyal sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah disampling sehingga dapat ditentukan ukuran titik gambar tersebut yang pada umumnya disebut piksel. Untuk menyatakan citra ( image) secara matematis, dapat didefinisikan fungsi f(x,y) di mana x dan y menyatakan suatu posisi dalam koordinat dua dimensi dan nilai f pada titik (x,y) adalah nilai yang menunjukkan warna citra pada titik tersebut. Contoh indeks baris dan kolom (x,y) dari sebuah piksel dinyatakan dalam bilangan bulat. Piksel (0,0) terletak pada sudut kiri atas pada citra, indeks x bergerak ke kanan dan indeks y bergerak ke bawah (Putra, Pengolahan Citra Digital, 2010) Format File Citra Sebuah format citra harus dapat menyatukan kualitas citra, ukuran file dan kompatibilitas dengan berbagai aplikasi. Saat ini tersedia banyak format grafik dan format baru tersebut yang sudah dikembangkan, diantaranya yang terkenal adalah BMP, JPEG, dan GIF. Setiap program pengolahan citra biasanya memiliki format citra tersendiri. Format dan metode dari suatu citra yang baik juga sangat bergantung pada jenis citranya. Setiap format file citra memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam hal citra yang disimpan. Citra tertentu dapat disimpan dengan baik (dalam arti ukuran file lebih kecil dan kualitas gambar tidak berubah) pada format file citra tertentu, apabila disimpan pada format lain kadang kala dapat menyebabkan ukuran file menjadi lebih besar dari aslinya dan kualitas citra dapat menurun oleh karena itu, untuk menyimpan suatu citra harus diperhatikan citra dan format file citra apa yang sesuai. Misalnya format citra GIF sangat tidak cocok untuk citra fotografi karena biasanya citra fotografi kaya akan warna, sedangkan format GIF hanya mendukung sejumlah warna sebanyak 256 (8 bit) saja. Format JPEG merupakan pilihan yang tepat untuk citra citra fotografi karena JPEG sangat cocok untuk citra dengan perubahan warna yang halus (Putra, Pengolahan Citra Digital, 2010) Format Data Bitmap Pada format bitmap, citra disimpan sebagai suatu matriks di mana masing-masing elemennya digunakan untuk menyimpan informasi warna untuk setiap piksel. Jumlah warna yang dapat disimpan ditentukan dengan satuan bit-per-piksel. Semakin besar ukuran bit-per-piksel dari suatu bitmap, semakin banyak pula jumlah warna yang dapat disimpan. Format bitmap ini cocok digunakan untuk menyimpan citra digital yang memiliki banyak variasi dalam bentuknya maupun warnanya, seperti foto, lukisan, dan frame video. Format file yang menggunakan format bitmap ini antara lain adalah BMP, DIB, PCX, GIF, dan JPG. Format yang menjadi standar dalam system operasi Microsoft Windows adalah format bitmap BMP atau DIB. Karakteristik lain dari bitmap yang juga penting adalah jumlah warna yang dapat disimpan dalam bitmap tersebut. Ini ditentukan oleh banyaknya bit yang digunakan untuk menyimpan setiap titik dari bitmap yang menggunakan satuan bpp (bit per piksel). Dalam Windows dikenal bitmap dengan 1, 4, 8, 16, dan 24 bit per piksel. Jumlah warna maksimum yang dapat disimpan dalam suatu bitmap adalah sebanyak 2 n, dimana n adalah banyaknya bit yang digunakan untuk menyimpan satu titik dari bitmap (Putra, Pengolahan Citra Digital, 2010). Berikut ini tabel yang menunjukkan hubungan antara banyaknya bit per piksel dengan jumlah warna maksimum yang dapat disimpan dalam bitmap, dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 1 : Hubungan antara bit per piksel dengan jumlah warna maksimum pada bitmap (Sumber: Putra, Pengolahan Citra Digital, 2010) No Jumlah bit per piksel Jumlah warna maksimum

4 d. Print shoot (hasil dari print screen) dari programprogram sederhana dengan jumlah warna sedikit Format JPEG JPEG adalah suatu desain untuk mengkompresi citra baik gray-level maupun citra full-color. JPEG tidak hanya menangani data dalam bentuk citra, tetapi juga dapat berhubungan dengan gambar yang disebut dengan motion picture (MPEG). JPEG merupakan singkatan dari Joint Photographic Experts Group, merupakan suatu komite yang menyusun standar citra pada akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an. Kata Joint pada JPEG melambangkan status data di dalam kerja sama panitia ISO dan ITU_T. Format yang dihasilkan merupakan standar ISO IS Format file ini dikembangkan oleh C-Cube Microsystems untuk memberikan sebuah metode yang efisien untuk menyimpan citra dengan jumlah warna yang sangat banyak seperti foto kamera. Perbedaan utama antara format JPEG dengan format citra yang lainnya adalah bahwa file JPEG menggunakan metode lossy untuk proses pemampatannya. Pemampatan secara lossy akan membuang sebagian data citra untuk memberikan hasil kompresi yang baik. Hasil file JPEG yang didekompres tidak begitu sesuai dengan citra aslinya, tetapi perbedaan ini sangat sulit dideteksi oleh mata manusia (Sutoyo, Pengolahan Citra Digital, 2009) Format GIF (Graphics Interchange Format) Tipe file GIF memungkinkan penambahan warna transparan dan dapat digunakan untuk membuat animasi sederhana, tetapi saat ini standar GIF hanya maksimal 256 warna saja. File ini menggunakan kompresi yang tidak menghilangkan data ( lossles compression) tetapi penurunan jumlah warna menjadi 256 sering membuat gambar yang kaya warna seperti pemandangan menjadi tidak realistis. Pada program MS Paint, tidak ada fasilitas penyesuaian warna yang digunakan ( color table) sehingga menyimpan file GIF di MS Paint seringkali menghasilkan gambar yang terlihat rusak atau berubah warna. Pada program pengolah gambar yang lebih baik, seperti Adobe Photoshop, color table bisa diatur otomatis atau manual sehingga gambar tidak berubah warna atau rusak. File GIF cocok digunakan untuk: a. Gambar dengan jumlah warna sedikit (dibawah 256). b. Gambar yang memerlukan perbedaan warna yang tegas seperti logo tanpa gradien. c. Gambar animasi sederhana seperti banner-banner iklan, header, dan sebagainya. File GIF tidak cocok digunakan untuk: a. Gambar yang memiliki banyak warna seperti pemandangan. b. Gambar yang di dalamnya terdapat warna gradien atau semburat (spot light) Citra Format PNG ( Portable Network Graphics) Citra berformat PNG dikembangkan sebagai alternatif lain untuk GIF, yang menggunakan paten dari LZW algoritma kompresi. PNG adalah format citra yang sangat baik untuk grafis internet, karena mendukung transparansi didalam perambah (browser) dan memiliki keindahan tersendiri yang tidak bisa diberikan GIF atau bahkan JPG. Format PNG menggunakan teknik kompresi Loseless dan mendukung kedalaman warna 48 bit dengan tingkat ketelitian sampling: 1,2,4,8, dan 16 bit. Format ini memiliki alpha channel untuk mengkontrol transparency (Putra, Pengolahan Citra Digital, 2010). 2.4 Bit Depth Bit depth merupakan jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan tiap piksel. Bit depth adalah jumlah bit untuk tiap piksel. Semakin banyak jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah piksel, yang berarti semakin tinggi kedalaman piksel-nya, maka semakin tinggi pula kualitasnya, dengan resiko jumlah bit yang diperlukan menjadi lebih tinggi (Sutoto, 2009). Dengan 1 byte (8 bit) untuk tiap piksel, diperoleh 2 8 atau 256 level intensitas. Dengan level intensitas sebanyak itu, umumnya mata manusia sudah dapat dipuaskan. Kedalaman piksel paling rendah terdapat pada binary-value image yang hanya menggunakan 1 bit untuk tiap piksel, sehingga hanya ada dua kemungkinan bagi tiap piksel, yaitu 0 (hitam) atau 1 (putih). Color resolution merupakan jumlah warna yang dapat ditampilkan pada sebuah citra. Sedangkan color depth adalah jumlah maksimum warna pada citra berdasarkan bit depth dari citra dan layar monitor komputer. Tabel 2 berikut menunjukkan hubungan antara bit depth dan color resolution. Tabel 2 : Hubungan Antara Kedalaman Warna Dan Resolusi Warna (Sumber: Prasetyo. E, Pengolahan Citra Citra Digital dan Aplikasinya Menggunakan Matlab, 2011) Kedalama Resolusi Kalkulasi n Warna Warna 1 bit 2 warna 2 1 (2) 2 bit 4 warna 2 2 (2x2) 3 bit 8 warna 2 3 (2x2x2) 89

5 4 bit 16 warna 2 4 (2x2x2x2) 5 bit 32 warna 2 5 (2x2x2x2x2) 6 bit 64 warna 2 6 (2x2x2x2x2x2) 7 bit 128 warna 2 7 (2x2x2x2x2x2x2) 8 bit 256 warna bit warna 24 bit warna 32 bit warna (2x2x2x2x2x2x2x 2) Penyembunyian Data Pada Citra 8-bit File citra bitmap terdiri atas bagian header, palet RGB, dan data bitmap. Pada citra 8-bit, setiap elemen data bitmap menyatakan indeks dari peta warnanya di palet RGB (Munir, 2004). Header-header pada citra 8 bit. Pada citra 24-bit, tidak terdapat palet RGB, karena nilai RGB langsung diuraikan dalam data bitmap. Setiap elemen data bitmap panjangnya 3 byte, masing-masing byte menyatakan komponen R, G, dan B. <header> <data bitmap> Gambar 2: Format citra 24-bit (16 juta warna) (Sumber: Munir, Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik 2004) Pada contoh format citra 24-bit di atas, pixel pertama mempunyai nilai biner Teknik penggantian bit pada citra bukan 24- bit. Sebelum melakukan penggantian bit LSB, semua data citra yang bukan tipe 24-bit diubah menjadi format 24-bit. Jadi, setiap data pixel sudah mengandung komponen RGB. Setiap byte di dalam data bitmap diganti satu bit LSB-nya dengan bit data yang akan disembunyikan. Jika byte tersebut merupakan komponen hijau (G), maka penggantian 1 bit LSB-nya hanya mengubah sedikit kadar warna hijau, dan perubahan ini tidak terdeteksi oleh mata manusia Teknik penggantian bit pada citra 24-bit. Karena data bitmap pada citra 24-bit sudah tersusun atas komponen RGB, maka tidak perlu dilakukan perubahan format. Setiap byte di dalam data bitmap diganti satu bit LSB-nya dengan bit data yang akan disembunyikan Perubahan Jumlah Warna Pada citra 8-bit, jumlah warna terbatas, hanya 256 warna. Pengubahan format citra 8-bit menjadi 24-bit akan menghasilkan warna baru (yang semula tidak terdapat di dalam palet RGB). Setiap elemen RGB pada tabel palet berpotensi menjadi 8 warna berbeda setekah proses penggantian bit LSB. Hal ini karena setiap data bitmap terdiri atas 3 byte, maka tersedia 3 bit LSB untuk penggantian. Penggantian 3 bit LSB menghasilkan 2 3 = 8 kombinasi warna. Dengan demikian, steganografi pada citra 256 warna berpotensi menghasilkan = 2048 warna. Untuk menghindari kelebihan warna dari 256, maka sebelum proses penyembunyian data, warna citra 8-bit diturunkan terlebih dahulu menjadi 32 warna (jika jumlah warnanya kurang dari 32, tidak perlu dilakukan penurunan warna). Dengan demikian, jika setiap warna menghasilkan 8 warna baru, jumlah warna seluruhnya maksimum 32 8 = 256 warna. Penurunan jumlah warna dilakukan dengan cara kuantisasi warna ( color quantization). Penurunan jumlah warna harus tetap menghasilkan citra yang tampak persis seperti citra semula. Algoritma kuantisasi warna ada beberapa buah, antara lain algoritma diversity. Prinsip algoritma diversity adalah memaksimumkan perbedaan warna. Algoritma Diversity 1. Buat histogram citra. Warna yang frekuensi kemunculannya 0 dibuang karena tidak akan digunakan. 2. Pilih warna dengan frekuensi kemunculan tertinggi sebagai warna patokan. Masukkan warna ini ke dalam senarai warna terpilih. 3. Cari warna yang mempunyai perbedaan terjauh dengan warna patokan. Masukkan warna tersebut ke dalam senarai warna terpilih. Perbedaan dua buah warna dihitung dengan rumus jarak Euclidean: d = { (r 1 r 2 ) 2 + (g 1 g 2 ) 2 + (b 1 b 2 ) 2 } 1/2 yang dalam hal ini, r 1, g 1, dan b 1 adalah komponen RGB dari warna pertama, dan r 2, g 2, dan b 2 adalah komponen RGB dari warna kedua. 4. Untuk setiap warna yang tersisa di dalam list, hitung jaraknya dari masing-masing warna di dalam senarai warna terpilih. Ambil warna yang paling jauh berbeda dengan warna yang sudah dipilih. Lakukan langkah 4 ini berulang kali sampai k warna sudah terpilih Ukuran Data Yang Disembunyikan Ukuran data yang akan disembunyikan bergantung pada ukuran citra penampung. Pada citra 90

6 8-bit yang berukuran pixel terdapat pixel, setiap pixel berukuran 1 byte. Setelah diubah menjadi citra 24-bit, ukuran data bitmap menjadi = byte. Karena setiap byte hanya bisa menyembunyikan satu bit di LSB-nya, maka ukuran data yang akan disembunyikan di dalam citra maksimum /8 = byte. Ukuran data ini harus dikurangi dengan panjang nama berkas, karena penyembunyian data rahasia tidak hanya menyembunyikan isi data tersebut, tetapi juga nama berkasnya. Semakin besar data disembunyikan di dalam citra, semakin besar pula kemungkinan data tersebut rusak akibat manipulasi pada citra penampung. Pesan penyisip berupa teks BUNGA dalam biner adalah , , , , Penyisipan LSB dilakukan dengan mengganti 1 bit dari sample audio dengan 1 bit dari bit teks bunga. Dalam bentuk matriks sample audio dapat dilihat seperti pada Gambar Teknik Pengungkapan Data Data yang disembunyikan di dalam citra dapat dibaca kembali dengan cara pengungkapan (reveal atau extraction). Posisi byte yang menyimpan bit data dapat diketahui dari bilangan acak yang dibangkitkan oleh PRNG. Karena algoritma kriptografi yang digunakan menggunakan kunci pada proses enkripsi, maka kunci yang sama digunakan untuk membangkitkan bilangan acak. Bilangan acak yang dihasilkan sama dengan bilangan acak yang dipakai pada waktu penyembunyian data. Dengan demikian, bit-bit data rahasia yang bertaburan di dalam citra dapat dikumpulkan kembali Algoritma Least Significant Bit (LSB) Metode yang digunakan dalam merancang perangkat lunak ini adalah metode Least Significant Bit (LSB). Prinsip dasar metode ini adalah dengan mengganti bit terakhir setiap nilai sample audio dengan bit-bit penyisip. Untuk melakukan penyisipan pesan ke dalam sample audio, maka sample audio dan pesan penyisip harus diubah menjadi biner. Pengubahan sample audio menjadi biner dimaksud untuk mendapatkan satu nilai pada satu sample audio, dimana bit terakhir dari sample biner akan digantikan dengan satu bit dari bit penyisip. Sebagai contoh huruf A dari pesan penyisip diubah ke biner menjadi dan satu nilai sample pada bit terakhir akan digantikan dengan 1 bit penyisip. (Pakereng, I, Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antar Waktu Proses dan Ukuran File Gambar, 2010) Sebagai contoh diberikan nilai sample audio 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50. Pada sample audio diatas dilakukan konversi ke biner menjadi larik sample audio biner seperti berikut: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Gambar 3 : Data penyisip bit-bit teks BUNGA (Sumber: Suryani, E., Martini, Titin Sri, Kombinasi Kriptografi Dengan Hillcipher Dan Steganografi Dengan LSB Untuk Keamanan Data Teks, 2008.) Pada matriks diatas nilai sample audio yang berubah dapat dilihat dengan huruf tebal, dimana yang berubah adalah nilai bit yang terakhir. 3. ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Pada aplikasi ini dilakukan penyisipan pesan teks ke dalam citra penampung (cover image) dengan metode Least Significant Bit (LSB) yang menghasilkan stego image serta mendeteksi penyisip atau mengekstraksi untuk mendapatkan pesan penyisip dari stego image. Langkah-langkah algoritma LSB dalam penyisipan pesan citra adalah: a. Preprocessing cover image. 1. Ambil file citra digital yang berformat BMP 24 bit 2. Baca nilai piksel citra. 3. Hitung nilai warna Red Green Blue (RGB) untuk setiap piksel. 4. Konversikan nilai RGB ke dalam nilai biner. b. Preprocessing embed. 1. Input teks pesan 2. Konversikan teks pesan ke nilai biner. c. Initial Password 1. Input password 2. Konversikan teks password menjadi biner. 3. Konversikan bit penanda (#) ke biner. 4. Representasikan password ke bentuk vektor Password. d. Insertion Least Significant Bit 1. Gantikan setiap bit LSB cover image dengan bit-bit pesan biner sampai semua bit pesan habis. 2. Representasikan biner cover image kedalam nilai RGB. 91

7 3. Simpan cover image sebagai stego image. e. Extraction 1. Ambil file stego image. 2. Baca nilai piksel stego image. 3. Hitung nilai warna Red Green Blue (RGB) untuk setiap piksel. 4. Konversikan nilai RGB ke dalam nilai biner. 5. Ambil bit LSB stego image setiap piksel sebagai pesan embed. 6. Representasikan setiap 8 bit pesan embed ke dalam ASCII. 7. Tampilkan pesan teks Preprocessing Cover Image Sebelum melakukan penyisipan, terlebih dahulu dilakukan pembacaan dan penghitungan nilai piksel pada cover image. Sebagai contoh diberikan citra warna berdimensi 200 x 300 piksel seperti pada Gambar 4 Gambar 4 Cover Image (200 x 300 piksel) Citra pada Gambar 4 di atas dilakukan penghitungan nilai komponen warna RGB-nya dengan membagi citra dalam piksel-piksel. Sebagai contoh diberikan cuplikan citra 5 x 5 piksel yang berasal dari cover image yang dapat dilihat seperti pada Gambar 5. Nilai R = C(i,j) and (3.1) Nilai G = ( C(i,j) and 65280) / (3.2) Nilai B = (C(i,j) and ) / 256/ (3.3) Dimana C(i,j) adalah nilai piksel citra pada kordinat (i,j) dalam biner. Pada Gambar 3.2 di atas memiliki nilai piksel antara lain: a. Nilai piksel (0,0) = Nilai R = and = = 243 (dec) Nilai G = ( and )/ = = 180 (dec). Nilai B = ( and )/ / = = 158 (dec). b. Nilai piksel (0,1) = Nilai R = and = = 148 (dec) Nilai G = ( and )/ = = 180 (dec). Nilai B = ( and )/ / = = 208 (dec). Untuk mencari nilai piksel selanjutnya sampai dengan piksel (4,4) dihitung dengan cara yang sama seperti diatas. Dari hasil perhitungan nilai RGB citra di atas dimasukkan pada matriks citra RGB seperti pada Gambar 7 Gambar 5 Cover Image (5 x 5 piksel) itra pada Gambar 5 di atas dilakukan pembacaan nilai piksel pada data bitmap Cover Image (5 x 5 piksel) seperti pada Gambar 6. Gambar 6 : Nilai Piksel Cover Image (5 x 5 piksel) Untuk mendapatkan masing-masing nilai R, G dan B dilakukan operasi modulo (sisa bagi) dengan rumus sebagai berikut: Gambar 7 : Matriks RGB Cover Image Selanjutnya matriks Gambar 7 di atas dilakukan konversi ke nilai biner menjadi matriks biner cover image seperti Gambar 8 92

8 Gambar 8: Matriks Biner Cover Image Preprocessing Embed Image Sebelum pesan teks disisipkan ke dalam file citra, maka dilakukan pengolahan data pesan penyisip ke dalam biner. Sebagai contoh pesan penyisip adalah string RIKA dalam biner adalah sebagai berikut: R= I= K= A= Keterangan: a. 4 byte didepan vektor pesan adalah nilai biner pesan RIKA. b. Byte ke lima sebanyak 1 byte dengan tulisan tebal adalah bit-bit penanda (#). c. Byte ke enam sampai ke delapan sebanyak 3 byte dengan warna merah, biru dan hijau adalah bit-bit password. d. Byte ke sembilan sebanyak 1 byte adalah bit-bit penanda (#). Selanjutnya vektor pesan digabung dengan vektor password menjadi vektor embed dan selanjutnya vektor embed disisipkan dengan menggantikan bit LSB dari matriks biner cover image seperti pada Gambar 3.6. Vektor embed: Initial Password Initial password adalah proses konversi password menjadi nilai biner sebagai kunci untuk melakukan ekstraksi penyisip. Initial password dilakukan dengan menambah bit penanda pada awal dan akhir bit-bit password yang menghasilkan vektor password. Sebagai contoh password adalah string abc dalam biner adalah sebagai berikut: a = b = c = # sebagai bit penanda = Representasi password dalam vektor adalah: Insertion Least Significant Bit Insertion Least Significant Bit (LSB) adalah algoritma menempelkan informasi di dalam suatu cover image yang menghasilkan file stego image. Pada setiap byte dari sebuah file terdapat bit yang paling kurang berarti ( Least Significant Bit atau LSB). Misalnya pada byte , maka bit LSBnya adalah 1. Untuk melakukan penyisipan pesan, bit yang paling cocok untuk diganti dengan bit pesan adalah bit LSB, sebab pengubahan bit tersebut hanya akan mengubah nilai byte-nya menjadi satu lebih tinggi atau satu lebih rendah. Pesan biner RIKA dalam biner direpresentasikan dalam vektor pesan RIKA sebagai berikut: Gambar 9: Matriks Biner Stego Image Dari penyisipan vektor embed diatas diperoleh 9 byte atau 9 x 8 bit = 72 bit penyisip, maka cover image yang dibutuhkan sebanyak 72 byte. Citra RGB hasil penyisipan atau stego image yang diperoleh adalah seperti pada Gambar 10. Gambar 10 : Matriks RGB Stego Image Hasil penyisipan berupa stego image dengan nilai RGB yang hampir sama dengan nilai RGB cover 93

9 image yang berarti tidak ada perbedaan warna jika dilihat dengan indra penglihatan manusia karena hanya menambah atau mengurangi nilai 1 bit LSBnya Extraction Least Significant Bit Untuk melakukan ekstraksi penyisip dengan algoritma LSB, maka dilakukan pembacaan bit LSB dari setiap piksel stego image dan direpresentasikan setiap 8 bit konversi ke nilai grayscale-nya seperti pada Gambar 11. Gambar 11: Matriks Biner Stego Image Dari Gambar 11 diperoleh nilai piksel: Piksel R (0,0) = LSB = 0 Piksel G (0,0) = LSB = 1 Piksel B (0,0) = LSB = 0 Piksel R (0,1) = LSB = 1 Piksel G (0,1) = LSB = 0 Piksel B (0,1) = LSB = 0 Piksel R (0,2) = LSB = 1 Piksel G (0,2) = LSB = 0 Piksel B (0,2) = LSB = 0 Piksel R (0,3) = LSB = 1 Piksel G (0,3) = LSB = 0 Piksel B (0,3) = LSB = 0 Piksel R (0,4) = LSB = 1 Piksel G (0,4) = LSB = 0 Piksel B (0,4) = LSB = 0 Piksel R (1,0) = LSB = 1 Piksel G (1,0) = LSB = 0 Piksel B (1,0) = LSB = 1 Piksel R (1,1) = LSB = 0 Piksel G (1,1) = LSB = 0 Piksel B (1,1) = LSB = 1 Piksel R (1,2) = LSB = 0 Piksel G (1,2) = LSB = 1 Piksel B (1,2) = LSB = 1 Piksel R (1,3) = LSB = 0 Piksel G (1,3) = LSB = 1 Piksel B (1,3) = LSB = 0 Piksel R (1,4) = LSB = 0 Piksel G (1,4) = LSB = 0 Piksel B (1,4) = LSB = 0 Piksel R (2,0) = LSB = 0 Piksel G (2,0) = LSB = 1 Piksel B (2,0) = LSB = 0 Piksel R (2,1) = LSB = 1 Piksel G (2,1) = LSB = 0 Piksel B (2,1) = LSB = 0 Piksel R (2,2) = LSB = 0 Piksel G (2,2) = LSB = 0 Piksel B (2,2) = LSB = 1 Piksel R (2,3) = LSB = 1 Piksel G (2,3) = LSB = 1 Piksel B (2,3) = LSB = 1 Piksel R (2,4) = LSB = 1 Piksel G (2,4) = LSB = 0 Piksel B (2,4) = LSB = 0 Piksel R (3,0) = LSB = 0 Piksel G (3,0) = LSB = 0 Piksel B (3,0) = LSB = 1 Piksel R (3,1) = LSB = 0 Piksel G (3,1) = LSB = 1 Piksel B (3,1) = LSB = 1 Piksel R (3,2) = LSB = 0 Piksel G (3,2) = LSB = 0 Piksel B (3,2) = LSB = 0 Piksel R (3,3) = LSB = 1 Piksel G (3,3) = LSB = 0 Piksel B (3,3) = LSB = 0 Piksel R (3,4) = LSB = 1 Piksel G (3,4) = LSB = 1 Piksel B (3,4) = LSB = 0 Piksel R (4,0) = LSB = 0 Piksel G (4,0) = LSB = 0 Piksel B (4,0) = LSB = 1 Piksel R (4,1) = LSB = 1 Piksel G (4,1) = LSB = 0 Piksel B (4,1) = LSB = 0 Piksel R (4,2) = LSB = 1 Piksel G (4,2) = LSB = 0 Piksel B (4,2) = LSB = 0 Piksel R (4,3) = LSB = 0 Piksel G (4,3) = LSB = 1 Piksel B (4,3) = LSB = 1 Piksel R (4,4) = LSB = 0 Piksel G (4,4) = LSB = 0 Piksel B (4,4) = LSB = 0 Dari bit LSB di atas maka di biner penyisip direkonstruksi ke dalam 8 bit sebagai berikut: = 082 = R = 073 = I Pesan (embed) = 075 = K = 065 = A = 35 = # Penanda = 97 = a = 98 = b password = 99 = c = 35 = # Penanda Dari rekonstruksi bit-bit LSB yang diperoleh adalah: Pesan = RIKA Bit penanda = # Password = abc 94

10 4. Implementasi Implementasi perangkat lunak adalah tampilan hasil rancangan dari penulisan kode program dimulai dari program Menu Utama, File, Hasil Pengujian Help dan About. Tampilan Menu Utama merupakan tampilan yang muncul setelah menjalankan program Utama. Tampilan ini berisi judul skripsi, gambar latar serta tampilan menu. Tampilan Menu File terdiri dari Steganografi, Hasil Pengujian, Help, About dan Quit. Tampilan Menu Utama dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 14 : Tampilan Kotak Dialog Pembukaan File Citra Pada Gambar 14 Pilih file citra cover Image dan tombol Open dan tampilan dapat dilihat seperti pada Gambar 15 Gambar 12 : Tampilan Menu Utama a. Tampilan Steganografi Tampilan Steganografi berguna untuk melakukan proses penyisipan pesan ke dalam file cover image dan ekstrasi pesan dari file stego image. Tampilan Steganografi dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 15: Tampilan Hasil Pembacaan Cover Image Pada Gambar 14 terlihat hasil pembacaan file citra menampilkan nama file. Selanjutnya masukkan pesan penyisip seperti pada Gambar 15 Gambar 15 : Tampilan Pemasukan Pesan Teks Gambar 13 Tampilan Steganografi Tampilan awal Steganografi adalah tampilan program yang masih kosong yang terdiri dari tombol LoadCitra, Sisip, Ekstrak, Simpan, Batal dan Tutup. Untuk melakukan penyisipan pesan, maka pilih tombol LoadCitra untuk menampilkan kotak dialog seperti pada Gambar 14. Untuk melakukan penyisipan pesan teks, pilih tombol Sisip dan masukan password. Tampilan pemilihan tombol Sisip dapat dilihat seperti pada Gambar 16. Gambar 16 : Tampilan Pemasukan Password Pada Gambar 16 : Pilih tombol Ok dan hasil penyisipan berupa konfirmasi hasil penyisipan dan 95

11 hasil penyisipan. Tampilan konfirmasi penyisipan dapat dilihat seperti pada Gambar 17 Gambar 17 Tampilan Konfirmasi Penyisipan Pada Gambar 17 Pilih tombol Ok untuk menampilkan hasil penyisipan. Tampilan Hasil Penyisipan dapat dilihat seperti pada Gambar 18. Gambar 21 : Tampilan Hasil Pengujian Tampilan Help Tampilan Help berfungsi untuk menampilkan penjelasan proses-proses yang terjadi pada proses penyisipan dan ekstraksi file cover image. Tampilan Help dapat dilihat pada Gambar 22 Gambar 18 : Tampilan Hasil Penyisipan Pada tampilan Gambar 18, pilih tombol Simpan untuk melakukan penyimpanan hasil penyisipan ke dalam database. Penyimpanan hasil penyisipan dapat dilihat seperti pada Gambar19 Gambar 19 :Tampilan Hasil Penyimpanan Hasil Penyisipan Gambar 22 : Tampilan Help Tampilan About Tampilan About berfungsi untuk menampilkan keterangan tentang penulis skripsi steganografi menggunakan algoritma Least Significant Bit (LSB). Tampilan About dapat dilihat pada Gambar 23 Gambar 20 : Tampilan Menu Hasil Pengujian Gambar 21 Tampilan Cetak Hasil Pengujian Untuk mencetak Hasil Pengujian pilih tombol Cetak dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 21 Gambar 23 Tampilan About 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah merancang dan mengaplikasikan Perangkat Lunak Steganografi citra pada Pengamanan Pesan dengan Algoritma Least Significant Bit (LSB), maka diperoleh hasil pengujian sistem adalah sebagai berikut: 96

12 1. Dapat melakukan penyisipan pesan ke dalam file citra digital. 2. Dapat melakukan ekstraksi pesan dari citra digital Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Terdapat perbedaan ukuran file Cover Image dengan ukuran file stego image. 2. Waktu yang diperlukan untuk penyisipan lebih besar dibandingkan dengan waktu ekstraksi. 1. Aditya, Y., Pratama, A., Nurlifa, Alfian Studi Pustaka Untuk Steganografi Dengan Beberapa Metode. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: , Yogyakarta, 19 Juni Munir, R Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Bandung: Penerbit Informatika. 3. Munir, R Steganografi dan Watermarking. Bahan Kuliah ke-7 IF5054 Kriptografi. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Pakereng, I Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antar Waktu Proses dan Ukuran File Gambar. Jurnal Informatika Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Vol.6 No.1 April Prasetyo, E Pengolahan Citra Citra Digital dan Aplikasinya Menggunakan Matlab. Yogyakarta. Penerbit: ANDI. 6. Prihanto, A., Djanali, S., Husni, Muchammad Peningkatan Kapasitas Informasi Tersembunyi pada Image Steganografi Menggunakan Teknik Hybrid. Seminar Nasional Pascasarjana X ITS, Surabaya 4 Agustus 2010 ISBN No Putra, D Pengolahan Citra Citra Digital. Yogyakarta. Penerbit: ANDI. 8. Suryani, E., Martini, Titin Sri Kombinasi Kriptografi Dengan Hillcipher Dan Steganografi Dengan LSB Untuk Keamanan Data Teks. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Informatika 9. Sutoyo, T Teori Pengolahan citra digital. Yogyakarta. Penerbit ANDI. 10. Gonzalez, Rafael Digital-Image- Processing. Processing-2nd-Edition-Rafael-C-Gonzalez- Prentice-Hall-2002_ html, diakses tanggal: 12 April Jogiyanto Analisis dan desain Sistem Informasi. Penerbit: ANDI. Yogyakarta. 12. Hadi, Rahadian Pemrograman Windows API dengan Microsoft Visual Basic, Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta 5.2 Saran Adapun saran-saran yang untuk penelitian maupun pengembangan berikutnya adalah membandingkan algoritma LSB dengan algoritma lainnya antara lain Discreate Cosine Transform dan Wavelet Transform. DAFTAR PUSTAKA 97

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah seni komunikasi dengan menyembunyikan atau menyamarkan keberadaan pesan rahasia dalam suatu media penampungnya sehingga orang lain tidak menyadari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Mesran dan Darmawati (0911319) Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS Efriawan Safa (12110754) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No. 338 Simpang Limun www.inti-budidarma.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan komputer dan internet telah mengalami perkembangan pesat. Teknologi ini mampu menghubungkan hampir semua komputer yang ada di dunia, sehingga kita bisa saling

Lebih terperinci

PENERAPAN STEGANOGRAFI PADA SEBUAH CITRA

PENERAPAN STEGANOGRAFI PADA SEBUAH CITRA PENERAPAN STEGANOGRAFI PADA SEBUAH CITRA Burhanuddin Damanik Program Studi Sistem Informasi Universitas Sari Mutiara Indonesia damanikus@yahoo.com ABSTRAK Steganografi adalah teknik penyembunyian data

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IV, Nomor:, Agustus 23 ISSN : 23-9425 PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL Harry Suhartanto Manalu (9259) Mahasiswa

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata steganos yang artinya tulisan tersembunyi (covered writing) dan kata graphos yang berarti tulisan. Sehingga steganografi

Lebih terperinci

BAB I APLIKASI STEGANOGRAFI LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) MODIFICATION UNSUR WARNA MERAH PADA DATA CITRA DIGITAL

BAB I APLIKASI STEGANOGRAFI LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) MODIFICATION UNSUR WARNA MERAH PADA DATA CITRA DIGITAL BAB I APLIKASI STEGANOGRAFI LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) MODIFICATION UNSUR WARNA MERAH PADA DATA CITRA DIGITAL 1.1. Latar Belakang Steganografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu steganos yang berarti tersembunyi

Lebih terperinci

ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK ANALISIS STEGANOGRAFI

ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK ANALISIS STEGANOGRAFI ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK ANALISIS STEGANOGRAFI Indra Yatini 1, F. Wiwiek Nurwiyati 2 Teknik Informatika, STMIK AKAKOM Jln. Raya Janti No 143 Yogyakarta 1 indrayatini@akakom.ac.id, 2 wiwiek@akakom.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Secara umum steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, keamanan dalam berteknologi merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara mengamankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai teori teori yang berkaitan dengan skripsi. Dasar teori yang akan dijelaskan meliputi penjelasan mengenai citra, penjelasan mengenai citra GIF, penjelasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Steganografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Steganografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah seni dan ilmu menulis pesan tersembunyi atau menyembunyikan pesan dengan suatu cara sehingga selain si pengirim dan si penerima, tidak ada seorangpun

Lebih terperinci

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan Stenografi dan Watermarking Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Stenografi Teknik menyembunyikan data rahasia di dalam media digital. Memerlukan : Wadah penampung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS PADA MEDIA CITRA GIF DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

TEKNIK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS PADA MEDIA CITRA GIF DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) TEKNIK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS PADA MEDIA CITRA GIF DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Hasiholan Manurung (0911765) Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital. PSNR Histogram Nilai perbandingan antara intensitas maksimum dari intensitas citra terhadap error citra. Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi (cryprography) berasal dari bahasa Yunani : cryptos artinya secret (rahasia), sedangkan graphein artinya writing (tulisan). Jadi, kriptografi berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan pada penelitian

Lebih terperinci

Penerapan Metode Adaptif Dalam Penyembunyian Pesan Pada Citra

Penerapan Metode Adaptif Dalam Penyembunyian Pesan Pada Citra Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Penerapan Metode Adaptif Dalam Penyembunyian Pesan Pada Citra Edy Victor Haryanto Universitas Potensi Utama Jl. K.L. Yos

Lebih terperinci

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) J. Pilar Sains 6 (2) 2007 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN 1412-5595 STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Astried Jurusan Matematika FMIPA UNRI Kampus Bina

Lebih terperinci

Aplikasi Steganografi Untuk Penyisipan Data Teks Ke dalam Citra Digital. Temmy Maradilla Universitas Gunadarma

Aplikasi Steganografi Untuk Penyisipan Data Teks Ke dalam Citra Digital. Temmy Maradilla Universitas Gunadarma Aplikasi Steganografi Untuk Penyisipan Data Teks Ke dalam Citra Digital Temmy Maradilla Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Steganografi dalam jaman modern berarti teknik dan seni menyembunyikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang paling banyak digunakan di seluruh dunia karena ilmu matematika sangatlah luas sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto.

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan tugas akhir. Dasar teori yang akan dijelaskan meliputi penjelasan mengenai citra, penjelasan mengenai citra GIF,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Pesan terkadang mengandung sebuah informasi yang sangat penting yang harus dijaga kerahasiaannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi

Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi Shirley - 13508094 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk IV. RANCANG BANGUN SISTEM 4.1 Analisis dan Spesifikasi Sistem Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menyisipkan label digital, mengekstraksi label digital, dan dapat

Lebih terperinci

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015 STEGANOGRAPHY 1211501075 - CHRISTIAN YONATHAN S. 1211503394 ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015 FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JULI 2015 ~ 1 ~ 1.1 Definisi Steganografi Steganografi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latarbelakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, serta tujuan penelitian skripsi ini. Manfaat dalam penelitian, metodelogi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y), berukuran M baris dan N kolom, dengan x dan y adalah koordinat spasial dan amplitudo f di titik kordinat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan data rahasia sedemikian sehingga keberadaan data rahasia tidak terdeteksi oleh indera manusia. Steganografi digital

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. (Cryptography is the art and science of keeping messages secure) Crypto berarti secret

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bab ini berisi mengenai analisa dan perancangan program steganografi dengan menggunakan Matlab. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja proses steganografi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnnya penelitian ini dilakukan oleh Arif,2008 yang dilakukan untuk mencoba membuat perangkat lunak penyembunyian gambar ke gambar dengan metode 4

Lebih terperinci

KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB

KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB Haikal Nando Winata1, Raja Nasrul Fuad2 Institut Teknologi Medan - Fakultas Teknologi Industri, Prodi Teknik Informatika ekalnata@itm.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

Pengamanan Data Teks dengan Kriptografi dan Steganografi Wawan Laksito YS 5)

Pengamanan Data Teks dengan Kriptografi dan Steganografi Wawan Laksito YS 5) ISSN : 1693 1173 Pengamanan Data Teks dengan Kriptografi dan Steganografi Wawan Laksito YS 5) Abstrak Keamanan data teks ini sangatlah penting untuk menghindari manipulasi data yang tidak diinginkan seperti

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Masalah dalam sisitem ini adalah bagaimana agar sistem ini dapat membantu pengguna sistem untuk melakukan pengamanan data (data security). Dalam

Lebih terperinci

Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bidang kriptografi(arjana, et al. 2012):

Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bidang kriptografi(arjana, et al. 2012): BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 akan membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai steganografi, kriptografi, algoritma Least Significant

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG I-1

1.1 LATAR BELAKANG I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi bagian pendahuluan, yang mencakup latar belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan, metologi, serta sistematika pembahasan dari Tugas Akhir ini. 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Analog

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Analog BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Analog Citra analog adalah citra yang terdiri dari sinyal sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya. Analog

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

APLIKASI STEGANOGRAFI UNTUK MENJAGA KERAHASIAAN INFORMASI MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLIKASI STEGANOGRAFI UNTUK MENJAGA KERAHASIAAN INFORMASI MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA APLIKASI STEGANOGRAFI UNTUK MENJAGA KERAHASIAAN INFORMASI MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Muhammad Riza Fahlevi Universitas Gunadarma m_riza_fahlevi@yahoo.com ABSTRAKSI Steganografi dalam zaman modern

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjuan Pustaka Hendrawati, Hamdani, dan Awang Harsa K (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Keamanan Data dengan menggunakan Algoritma Rivest Code 4 (RC4)

Lebih terperinci

Perbandingan Steganografi pada Citra Gambar Graphics Interchange Format dengan Algoritma Gifshuffle dan Metode Least Significant Bit

Perbandingan Steganografi pada Citra Gambar Graphics Interchange Format dengan Algoritma Gifshuffle dan Metode Least Significant Bit Perbandingan Steganografi pada Citra Gambar Graphics Interchange Format dengan Algoritma Gifshuffle dan Metode Least Significant Bit Septu Jamasoka (13509080) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Steganografi Kata steganography (steganografi) berasal dari bahasa Yunani yaitu stegos yang berarti atap atau tertutup dan graphia artinya tulisan sehingga arti secara keseluruhan

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

Modifikasi Least Significant Bit dalam Steganografi Wawan Laksito YS 1)

Modifikasi Least Significant Bit dalam Steganografi Wawan Laksito YS 1) ISSN : 1693-1173 Modifikasi Least Significant Bit dalam Steganografi Wawan Laksito S 1) Abstrak Algoritma Least Significant Bit (LSB) merupakan teknik yang umum digunakan dalam penyisipan pesan Steganografi.

Lebih terperinci

Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan

Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan 1) Achmad Fauzi STMIK KAPUTAMA, Jl. Veteran No. 4A-9A, Binjai, Sumatera Utara

Lebih terperinci

TEKSTUR, GAMBAR, DAN IMAGE ADJUSTMENT

TEKSTUR, GAMBAR, DAN IMAGE ADJUSTMENT TEKSTUR, GAMBAR, DAN IMAGE ADJUSTMENT Prodi D3 Manajemen Informatika WIU RHN TFN RYD Teksture Tekstur adalah 1. Kualitas tertentu suatu permukaan yang timbul sebagai akibat dari struktur 3 dimensi 2. Merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi digital serta internet saat ini telah memberi kemudahan untuk melakukan akses serta mendistribusikan berbagai informasi dalam format digital.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN TEKNIK STEGANOGRAFI METODE LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) DAN POLYBIUS SQUARE CIPHER PADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN TEKNIK STEGANOGRAFI METODE LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) DAN POLYBIUS SQUARE CIPHER PADA CITRA DIGITAL IMPLEMENTASI PENGGUNAAN TEKNIK STEGANOGRAFI METODE LSB (LEAST SIGNIFICANT BIT) DAN POLYBIUS SQUARE CIPHER PADA CITRA DIGITAL Suci Nurhayani (12110388) Mahasiswi Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma

Lebih terperinci

Steganografi Pada Citra Terkompresi Metode Huffman

Steganografi Pada Citra Terkompresi Metode Huffman Steganografi Pada Citra Terkompresi Metode Huffman Adhe Suhendra STMIK Budi Darma Medan, Jl. Sisingamangaraja No. 338 Medan, Sumatera Utara, Indonesia E-Mail : Adhesuhendra34@gmail.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

PENGAMANAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI SPREAD SPECTRUM BERBASIS ANDROID

PENGAMANAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI SPREAD SPECTRUM BERBASIS ANDROID e-issn: 2527-337X PENGAMANAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI SPREAD SPECTRUM BERBASIS ANDROID Achmad Noercholis, Yohanes Nugraha Teknik Informatika STMIK Asia Malang ABSTRAKSI Keamanan dalam

Lebih terperinci

2017 Ilmu Komputer Unila Publishing Network all right reserve

2017 Ilmu Komputer Unila Publishing Network all right reserve Implementasi Kriptografi Dan Steganografi Pada Media Gambar Menggunakan Hill Cipher Dan Least Significant Bit (LSB) 1 Wamiliana, 2 Rico Andrian, dan 3 Eka Fitri Jayanti 1 Jurusan Matematika FMIPA Unila

Lebih terperinci

TEKNIK STEGANOGRAFI UNTUK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFSHUFFLE

TEKNIK STEGANOGRAFI UNTUK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFSHUFFLE TEKNIK STEGANOGRAFI UNTUK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFSHUFFLE Dedi Darwis Sistem Informasi, Universitas Teknokrat Indonesia Jl. H.ZA Pagaralam, No 9-11, Labuhanratu,Bandarlampung

Lebih terperinci

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Dasar dasar teori yang akan dijelaskan adalah penjelasan mengenai citra, penjelasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring berkembangnya zaman, diikuti juga dengan perkembangan teknologi sampai saat ini, sebagian besar masyarakat melakukan pertukaran atau saling membagi informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Steganografi Steganografi merupakan seni komunikasi rahasia dengan menyembunyikan pesan pada objek yang tampaknya tidak berbahaya. Keberadaan pesan steganografi adalah rahasia.

Lebih terperinci

EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE

EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE Meliza T.M.Silalahi Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Ganesha 10, Bandung if16116@students.if.itb.ac.id ABSTRAK Steganografi merupakan

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING Abdul Halim Hasugian Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan www.stmik-budidarma.ac.id//email:abdulhasugian@gmail.co.id

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA Rachmansyah Budi Setiawan NIM : 13507014 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Proses masking terhadap citra bertujuan sebagai penandaan tempat pada citra yang akan disisipkan pesan sedangkan filtering bertujuan untuk melewatkan nilai pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi komputer berperan penting pada kehidupan manusia. Dari hal yang kecil sampai ke berbagai hal yang sangat rumit sekalipun bisa dikerjakan menggunakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGABUNGAN BYTE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC NET 2008

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGABUNGAN BYTE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC NET 2008 IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGABUNGAN BYTE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC NET 2008 Suroso 1, Mustar Aman 2 Jurusan Sistem Informasi, STMIMInsan Pembangunan Jl. Raya Serang Km.10 Bitung Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kemajuan teknologi informasi saat ini, semakin memudahkan para pelaku kejahatan komputer (cyber crime), atau yang sering disebut dengan istilah cracker,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan di dalam media tersebut. Kata steganografi (steganography) berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan di dalam media tersebut. Kata steganografi (steganography) berasal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STEGANOGRAFI 1. Pengertian Steganografi Steganografi adalah seni menyembunyikan pesan di dalam media digital sedemikian rupa sehingga orang lain tidak menyadari ada sesuatu pesan

Lebih terperinci

ENKRIPSI AFFINE CIPHER UNTUK STEGANOGRAFI PADA ANIMASI CITRA GIF

ENKRIPSI AFFINE CIPHER UNTUK STEGANOGRAFI PADA ANIMASI CITRA GIF JIMT Vol. 9 No. 1 Juni 2012 (Hal. 89 100) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X ENKRIPSI AFFINE CIPHER UNTUK STEGANOGRAFI PADA ANIMASI CITRA GIF S. Hardiyanti 1, S. Musdalifah 2, A. Hendra

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kryptos yang berarti tersembunyi dan graphein yang berarti menulis. Kriptografi adalah bidang ilmu yang mempelajari teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN DAN DAYA TAMPUNG PESAN OPTIMAL PADA CITRA STEGANOGRAFI METODE STEGO N BIT LSB DENGAN PENGURUTAN GRADASI WARNA

ANALISIS KEKUATAN DAN DAYA TAMPUNG PESAN OPTIMAL PADA CITRA STEGANOGRAFI METODE STEGO N BIT LSB DENGAN PENGURUTAN GRADASI WARNA ANALISIS KEKUATAN DAN DAYA TAMPUNG PESAN OPTIMAL PADA CITRA STEGANOGRAFI METODE STEGO N BIT LSB DENGAN PENGURUTAN GRADASI WARNA David Samuel NIM: 13506081 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENYISIPAN PESAN RAHASIA PADA CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK STEGANOGRAFI

PENYISIPAN PESAN RAHASIA PADA CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK STEGANOGRAFI PENYISIPAN PESAN RAHASIA PADA CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK STEGANOGRAFI Catur Iswahyudi, Iwan Risgianto Jurusan Teknik Informatika Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Komplek

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Steganografi Steganografi merupakan suatu teknik menyembunyikan pesan yang telah dienkripsi sedemikian rupa menggunakan metoda kriptografi untuk kemudian

Lebih terperinci

PENYEMBUNYIAN DAN PENGACAKAN DATA TEXT MENGGUNAKAN STEGANOGRAFI DAN KRIPTOGRAFI TRIPLE DES PADA IMAGE

PENYEMBUNYIAN DAN PENGACAKAN DATA TEXT MENGGUNAKAN STEGANOGRAFI DAN KRIPTOGRAFI TRIPLE DES PADA IMAGE PENYEMBUNYIAN DAN PENGACAKAN DATA TEXT MENGGUNAKAN STEGANOGRAFI DAN KRIPTOGRAFI TRIPLE DES PADA IMAGE Agus Prihanto, Suluh Sri Wahyuningsih Jurusan Teknik Informatika, Fakutas Teknologi Informasi Institut

Lebih terperinci

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda Muhammad Reza Mandala Putra (13509003) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM Ahmad Adil Faruqi 1, Imam Fahrur Rozi 2 1,2 Teknik Informatika, Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang 1 ahmadadilf@gmail.com,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA Rachmansyah Budi Setiawan NIM : 13507014 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Kemajuan cara berpikir manusia membuat masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu alat bantu penting dalam peradaban

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi informasi dalam memenuhi kebutuhan, muncul berbagai tindakan yang bersifat merugikan dan sulit untuk dihindari. Salah satu tindakan

Lebih terperinci

Deteksi Steganografi Berbasis Least Significant Bit (LSB) Dengan Menggunakan Analisis Statistik

Deteksi Steganografi Berbasis Least Significant Bit (LSB) Dengan Menggunakan Analisis Statistik N. Rokhman, Deteksi Steganografi Berbasis Least Significant Bit(LSB) Deteksi Steganografi Berbasis Least Significant Bit (LSB) Dengan Menggunakan Analisis Statistik Nur Rokhman dan Juwita Maharanti Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keamanan Informasi Dalam era digital, komunikasi melalui jaringan komputer memegang peranan penting. Melalui komunikasi elektronis, seseorang dapat melakukan transaksi atau komunikasi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, pentingnya kerahasiaan suatu informasi telah menjadi suatu perhatian tersendiri. Manusia berusaha mencari cara

1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, pentingnya kerahasiaan suatu informasi telah menjadi suatu perhatian tersendiri. Manusia berusaha mencari cara 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, pentingnya kerahasiaan suatu informasi telah menjadi suatu perhatian tersendiri. Manusia berusaha mencari cara bagaimana merahasiakan informasi terhadap pihak yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra ada suatu representasi (gambaran), ke miripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra dapat berupa (dua dimensi) seperti foto atau tampilan di layar, dan dapat pula (tiga

Lebih terperinci

ANALISIS STEGANOGRAFI METODE TWO SIDED SIDE MATCH

ANALISIS STEGANOGRAFI METODE TWO SIDED SIDE MATCH ANALISIS STEGANOGRAFI METODE TWO SIDED SIDE MATCH Nurul Khairina Politeknik Ganesha Medan J Jl. Veteran No. 190 Pasar VI Manunggal nurulkhairina27@gmail.com Abstrak Terbatasnya ukuran citra terhadap panjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang begitu pesat saat ini memudahkan setiap orang menyampaikan informasi kepada orang lain. Namun, kemudahan yang diperoleh dalam menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Contoh citra biner

Gambar 2.1 Contoh citra biner BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau gambar dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y), di mana x dan y adalah koordinat bidang datar, dan harga fungsi f di setiap pasangan koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam. kehidupan kita. Seperti dengan adanya teknologi internet semua

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam. kehidupan kita. Seperti dengan adanya teknologi internet semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Seperti dengan adanya teknologi internet semua orang memanfaatkannya sebagai media pertukaran

Lebih terperinci

Implementasi Steganografi Pesan Text Ke Dalam File Sound (.Wav) Dengan Modifikasi Jarak Byte Pada Algoritma Least Significant Bit (Lsb)

Implementasi Steganografi Pesan Text Ke Dalam File Sound (.Wav) Dengan Modifikasi Jarak Byte Pada Algoritma Least Significant Bit (Lsb) JURNAL DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI Vol. 1, No. 1, (2012) 50-55 50 Implementasi Steganografi Pesan Text Ke Dalam File Sound (.Wav) Dengan Modifikasi Jarak Byte Pada Algoritma Least Significant Bit (Lsb) 1

Lebih terperinci