Gambar 1.1 Persentase Ketuntasan Aspek Kognitif Siswa Kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 pada Ulangan Harian Bab Teori Kinetik Gas. Ketercapaian (%) < 2,67

Transkripsi

1 Ketercapaian (%) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendikbud no.53 tahun 2015 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang harus dicapai siswa ditetapkan oleh Satuan Pendidikan. Siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar tidak selamanya berjalan lancar. Pada kenyataanya dalam proses belajar mengajar selalu ada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar ilmu eksakta, salah satunya pada mata pelajaran Fisika. Permasalahan yang sering terjadi di dalam pembelajaran Fisika adalah proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional, siswa hanya diberi materi dan contoh soal, kemudian mengerjakan soal latihan, sehingga siswa cenderung pasif dan membuat siswa kurang mengembangkan keterampilan berpikirnya. Selain itu, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika juga terbilang masih rendah, seperti yang terjadi pada siswa kelas XI MIA 1 dan 2 di SMAN 1 Gemolong. Berdasarkan hasil ulangan harian bab Teori Kinetik Gas menunjukkan 80 % siswa belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yakni 2,67 dari skala 1-4. Adapun hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 dan 2 di SMAN 1 Gemolong pada bab Teori Kinetik Gas disajikan dalam bentuk diagram batang Gambar < 2,67 2,67 0 XI MIA 1 XI MIA 2 Gambar 1.1 Persentase Ketuntasan Aspek Kognitif Siswa Kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 pada Ulangan Harian Bab Teori Kinetik Gas 1

2 2 Berdasarkan hasil wawancara kepada guru Fisika SMAN 1 Gemolong dan analisis hasil ulangan harian siswa pada materi Teori Kinetik Gas, kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Fisika yang dialami siswa meliputi kesalahan dalam operasi matematik, salah dalam memahami soal, dan bingung dalam memilih rumus. Hal ini sejalan dengan pendapat Karim Nakii yang mengklasifikasikan jenis-jenis kesalahan dalam menyelesaian soal menjadi tiga, yaitu: (1) kesalahan menafsirkan konsep, rumus, operasi, atau salah dalam penerapan, (2) kesalahan operasi, yakni salah melakukan operasi hitung/aljabar & sifat-sifatnya, (3) kesalahan ceroboh (Basuki Rachmat, 2000: 8-9). Materi Teori Kinetik Gas merupakan materi Fisika yang terdiri dari konsep-konsep, rumus-rumus, dan hukum-hukum yang memiliki berbagai hubungan dengan kuantitas zat. Amin Mustajab (2013: 1) menyatakan bahwa, materi Teori Kinetik Gas bersifat abstrak sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Untuk dapat memahami materi Teori Kinetik Gas tidak cukup hanya dengan menghafal konsep, rumus serta hukumhukum yang ada, karena jika hanya menghafal siswa tidak dapat menentukan hubungan antar konsep untuk menyelesaikan soal-soal Teori Kinetik Gas. Diperlukan suatu program khusus untuk mengatasi masalah kesulitankesulitan belajar siswa sehingga dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Mengenai kriteria ketuntasan minimal, dalam Permendikbud nomor 53 (2015: 6) disebutkan bahwa, peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan dan atau kekeliruan yang dilakukan oleh siswa sehingga mencapai kompetensi yang ditetapkan (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 244). Program pengajaran remedial diarahkan dalam rangka menghilangkan kesulitan yang dialami oleh siswa, dalam pelaksanaanya lebih ditekankan pada usaha-usaha perbaikan cara-cara belajar, cara mengajar, dan penyesuaian materi pelajaran, serta hambatan-hambatan lain. Changeiywo & Wambugu menjelaskan bahwa, siswa yang memiliki kesan negatif terhadap ilmuwan, sains dan teknologi sangat mudah berkecil hati dalam mempelajari disiplin ilmu sains dan biasanya menunjukkan prestasi belajar

3 3 yang rendah dalam mata pelajaran sains (2008: 294). Akan tetapi seperti yang diungkapkan oleh Mills, H.R. (1991: 2) bahwa, guru lebih sering disalahkan atas rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fisika dibanding faktor lain seperti ketersedian fasilitas pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Metode mengajar memang merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, untuk itu diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat guna mencapai keberhasilan pembelajaran Fisika. Salah satu upaya untuk membantu siswa mencapai KKM dalam pembelajaran remedial dapat dilakukan dengan model pembelajaraan kooperatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Femi Adetunji Adeoye (2010: 235) pada siswa sekolah menengah atas, strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar Fisika. Pada umumnya guru sepakat tentang kemanjuran pembelajaraan kooperatif untuk siswa yang memiliki masalah belajar, meski model pembelajaraan kooperatif cocok diterapkan untuk beberapa siswa dan tidak cocok untuk siswa yang lain (Joseph R. Jenkins, Lauence R. Antil, Susan K. Wayne, & Patricia F. Vadasy, 2003: 279). Lebih lanjut Joseph R. Jenkins, et al. (2003: 283) menjelaskan manfaat utama dari model pembelajaraan kooperatif adalah meningkatkan harga diri, lingkungan belajar yang tepat, dan hasil belajar/prestasi kelas yang lebih baik, maka diperlukan pemilihan modifikasi pembelajaran remedial yang tepat untuk anak dengan masalah belajar. Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu contoh tipe model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain (Anita Lie, 2004: 61). Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam penyampaian materi terhadap siswa. Siswa diharapkan keaktifannya dalam diskusi untuk memecahkan masalah dari materi yang dipelajarinya. Setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggungjawabnya masing-masing, sehingga dalam kegiatan belajar pada masing-masing kelompok tidak ada siswa yang pasif atau tidak berkontribusi. Nur Ismawati & Hindarto menyarankan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai alternatif untuk

4 4 meningkatkan hasil belajar Fisika siswa (2011: 1). Saran tersebut didukung pula dengan pendapat Vygotsky bahwa, proses belajar terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung, dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru ataupun orang dewasa (In Dyah Saraswati, Edy Soedjoko, dan Bambang Eko Susilo, 2012: 33). Berdasarkan uraian tersebut, sebagai upaya untuk membantu siswa mencapai nilai ketuntasan aspek kognitif (KKM) pada mata pelajaran Fisika, peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul Pembelajaran Remedial Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Membantu Siswa Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Gemolong Mencapai Nilai KKM pada Materi Teori Kinetik Gas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran remedial belum pernah dijalankan sebelumnya. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS belum pernah digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 3. Banyak siswa yang mengalami ketidaktuntasan dalam materi Teori Kinetik Gas. 4. Tingkat ketuntasan kemampuan kognitif siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih rendah. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian lebih terarah dan mencapai tujuan yang tepat, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Model yang digunakan dalam remediasi pengajaran Fisika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS 2. Pokok materi yang digunakan untuk remediasi hanya materi Teori Kinetik Gas. Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau pada kemampuan kognitif siswa yang dapat tuntas dari KKM.

5 5 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pembelajaran remedial menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat membantu siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Gemolong mencapai nilai KKM pada materi Teori Kinetik Gas? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat membantu siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Gemolong mencapai nilai KKM pada materi Teori Kinetik Gas. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Memberikan informasi mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai alternatif remediasi. b. Memberikan inovasi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai. c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian tentang pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray untuk meningkatakan kemampuan kognitif siswa. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan bantuan kepada siswa sabagai usaha untuk meningkatkan kemampuan kognitif Fisika khususnya pada materi Teori Kinetik Gas. b. Memberikan masukan kepada guru dan bahan pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk pembelajaran remedial guna meningkatkan kemampuan kognitif siswa. c. Menambah pengetahuan peneliti sesuai profesi yang akan penulis tekuni serta dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. d. Memberikan masukan yang positif bagi pengembangan sekolah khususnya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.