Kerangka Berpikir. Petani itu rasional dan selalu ingin memperbaiki nasibnya dengan memanfaatkan

Transkripsi

1 KERANGKA BERPKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Penelitian ini bxtitik tolak dari kerangka berpikir bahwa dalam memasuki era globalismi dan perkembangan regional maupun domesik yang sangat dinamis telah menghadapkan sektor pertanian pada tantangan dan peluang yang menunm kemampuan masyarakat tani untuk memanfaatkan potensi dirinya secara mandiri dalam mengantisipasi kondisi tersebut. Petani itu rasional dan selalu ingin memperbaiki nasibnya dengan memanfaatkan peluang yang mungkin dapat dilakukannya (Popkin, 1961). Petani merupakan subyek yang mandiri dalam menetapkan keputusan dan pilihan yang dianggap paling sesuai dengan kepentingan dan kehendaknya. Kesadaran petan] akan tanggung jawab atas nasibnya sendiri, mendorong tumbuhnya kebutuhan kebebasan dan kemampuan untuk bertindak atas dasar keputusan-keputusan yang ditetapkan secara demokratis melalui partisipasi aktif petani dalam kelompok atau masyarakat. Tingkat kemampuan petani merupakan hasil perubahan perilaku, yang ditunjukkan oleh kemampwmya &lam ha1 penyelesaian masalah, mengambil keputusan yang terbaik atas berbagai alternatif usaha, agar menjadi efisien dan menguntungkan, inovatif, mampu meningkatan produktivitas dan mutu hasil pertaniannya, serta meningkatkan usaha serta kehidupancya. Tingkat kemampuan pengambilan keputusan dalam uehatani merupakan bentuk perilaku yang berbeda baik antar individu maupun kelompok. Perbedaan

2 tingkat kemampuan ini karena potensi kemampuan petani &lam segi pengetahuan, inovasi, intelegensia, dan &ya komunikasi yang be~ariasi (Adjid, 1994). Serangkaian tahapan pengambilan keputusan suatu inovasi yang terjadi &lam proses adopsi adalah melalui tahapan: (1) Pengenalan, yaitu tahap individu atau masyarakat mengetahui suatu inovasi; (2) Pengimbauan (persuasi), yaitu proses penentuan sikap individu atau masyarakat terhadap inovasi; (3) Implementasi, yaitu sebagai tahap keputusan terhadap inovasi; dan (4) Konfirmasi (Roger, 1983). Pada kenyataannya dalam implementasi suatu inovasi sering juga dilakukan modifikasi sesuai dengan kepeluan petani pengadopsi (van den Ban dan Hawkins, 1999). Menurut Knight (Roumasset, 1979) mengemukakan bahwa dalam pengambilan keputusan usahatani dari be- alterbatif pilihan yang ada, individu dihadapkan pada konsekuansi resiko (risk) suatu keputusafi tersebut. Dengan demikian faktor resiko menjadi salah satu pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan usahataninya Tindakan pengambilan keputusan untuk penerapan inovasi karena dorongan keingnan diri rnanusia untuk melakukan pembahan, yaitu: (1) keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dirasakan; dan (2) adanya inovasi-inavasi (Lippitt el d. 1958). Pertirnbangm petani dalam pengambilan keputusan adopsi suatu inovasi juga dipengaruhi persepsi dan pemabaman petani terhadap karakeristik inovasi yang meliputi : relative advantages (keuntungan relatif), compatibility (kompatibilitas), complexily (kompleksitas), trialability (triabilitas), dan observabiliry (observabilitas), serta perubahan yang dikehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian (Roger, 1983).

3 Kelompoktani mempunyai peranan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan petani. Peranan kelompok tani tersebut adalah: (1) sebagai wahana belajar bagi anggotanya agar tejadi perubahan perilaku guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusahatani yang lebih baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapi kehidupan yang lebih sejahtera; dan (2) sebagai wahana ke jasama anggota kelompok dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usahataninya (Abbas, 1995). Melalui proses belajar mengajar yang dinamis dan kejasama anggota di dalam kelompok, diharapkan petani akan dapat mengembangkan potensi dirinya. Peranan kelompoktani dalam ha1 ini akan didekati dengan konsep Klausmeier dan Goodwin (1966) yang mengemukakan bahwa kondisi lingkungan belajar berpengaruh terhadap hasil belajar yang diidentikan dengan hasil perubahan perilaku individu, akan dipengaruhi oleh tujuh faktor utama, yaitu: (I) ciri-ciri peserta belajar (petani)?(2) ciri4iri pengajar (penyuluh), (3) perilaku peserta clan pengajar (petani dan penyuluh), (4) ciri kelompok (kelompoktani), (5) materi pengajaran (informasi dan inovasi), (6) fasilitas, dan (7) faktor luar ( lingkungan). Lionberger dan Gwin (1983): Oppenheim (1973) menyebutkan bahwa aspek yang berhubungan dengan kemampuan perilaku, yaitu: (1) unsur karakteristik individu yang mendukung untuk berperilaku tertentu tersebut pada din seseorang (person inner determinant), dan (2) aspek ektemal atau lingkungan (environmentul factor) yang memunglankan terjadinya perilaku tertentu. Karakeristik keluarga atau individu antara lain: umur,

4 tingkat pendidikan, luas usaha, pengalaman bertani, dan status sosial ekonomi (Roger dan Shoemaker, 1971 ) Untuk penelitian ini peranan kelompok tani dapat ditelusuri antara lain dengan melihat keterlibatan anggota kelompok di dalam kegiatan kelompok. Berfungsinya kelompok tani diduga sangat dipengamhi oleh faktor individu anggota dan faktor luar yang mempengamhinya. Dalam ha1 karakteristik setiap anggota yang berbeda tentunya mengakibatkan perbedaan perilaku diantara anggota kelompok tersebut. Kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani, diduga berhubungan dengan berbagai faktor karakteristik individu, faktor eksternal, peranan kelompoktani, dan persepsi petani terhadap sifat inovasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterkaitan hubungan tersebut sangat kompleks dan erat sifatnya, namun melalui pendekatan dan penelusuran faktor-faktor tertentu yang mendukungnya, maka di dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor yang diduga terkait dengan kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani. Faktor-faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) Karakteritik individu, yang meliputi: umur, pendidikan (formal dan non formal), pengalaman berusahatani, pendapatan, luasan lahan usahatani, motivasi, dan kekosmopolitan. (2) Faktor eksternal, yang meliputi: intensitas penyuluhan, ketenediaan informasi, keterjangkauan sarana produksi, dan keterikatan adatlnorma.

5 (3) Peran kelompoktani sebagai wahana belajar mengajar dan wahana kerjasama anggota kelompoktani. (4) Persepsi petani terhadap sifat inovasi yang meliputi keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan ob~rvabilitas, yang berperan terhadap keputusan petani dalam usahatrininya, serta (5) Keeratan hubungan antara karakteristik individy faktor eksternal, peranan kelompoktani, dan persepsi terhadap sifat inovasi dengan tingkat kemampuan petani &lam pengambilan keputusan usahatani. Keterkaitan faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani, seperti pada Gambar 1. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pennasalahan penelitian, tujuan penelitian, clan kerangka berpikir seperti di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Tingkat kemkpuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani masih rendah (2) Peranan kelompoktani secara nyata berhubungan dengan karakteristik individu dan faktor karakteristik ekstemal petani. (3) Tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani seam npta berhubungan erat dengan karakteristik individu petam, f Wr ekstemal, dan peranan kelompoktani.

6 2. TR'IGKAT PENDlDlKAN KELOMPOKTANl 3. JML PEND. NON FORMAL I. WAHANA BELAJAR 4. PENGALAMAN DAN MENGAJAR LSAHATANI 5. TK. PENDAPATAN 2. WAHANA 6. LUASAN LAHAN KERJASAMA USAHATAN1 FAKTOR EKSTERNAL I. NTENSITAS PENYLJLUHAN 2. KETERSEDIAAN 3. KETERJANGKAUAN SARANA PRODUKSI 8. KEKOSMOPOLITAN 4. KETERIKATAN NADAT PEMAWMAN KARAKTERISTIK I. KEUNTUNGAN 2. KOMPATIBILITAS 3. KOMPLEKSITAS 4. TRIABILITAS 5. OBSERVABILITAS KEMAMPUAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAW USAHATAN1 Gambar 1. Keterkaitan Hubungan antara variabel Tingkat Kemampunan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani dengan variabel Karakteristik Individu ~itani, ~aktor~kstemal, Peranan ~eiom~oktani, dan Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi