BAB 3 SIFAT DAN PENGUJIAN BAHAN TEKNIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 SIFAT DAN PENGUJIAN BAHAN TEKNIK"

Transkripsi

1 BAB 3 SIFAT DAN PENGUJIAN BAHAN TEKNIK 3.1. Pendahuluan Terdapat banyak sekali bahan/material yang sehari-hari digunakan didalam kehidupan manusia. Bahan tersebut memiliki sifat-sifat tertentu. Sebelum digunakan sifat-sifat tersebut harus dikenali terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap sifat-sifat bahan sebelum digunakan. Selain itu pengenalan sifat bahan juga dilakukan ketika bahan tersebut selesai diproduksi dengan tujuan untuk mendapatkan bahan yang berkualitas tinggi Deskripsi singkat, Bagian ini memberikan gambaran umum tentang sifat-sifat bahan teknik beserta teknik-teknik pengujiannya Manfaat, Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mengetahui sifat-sifat dasar dari setiap bahan tersebut dan mengetahui teknik-teknik pengujian bahan teknik Relevansi, Bidang teknik industri adalah bidang yang memiliki fokus pada gambar besar sebuah sistem terintegrasi, namun demikian pemahaman yang detil terhadap setiap komponen yang terlibat dalam sistem terintegrasi tersebut menjadi modal yang baik untuk meninjau keseluruhan sistem. Sehingga pengetahuan tentang sifat dan teknik pengujian bahan teknik sebagai salah satu komponen sistem terintegrasi mutlak diperlukan Learning Outcomes Learning Outcomes yang diharapkan dihasilkan setelah mahasiswa mempelajari bagian ini adalah: 1. Mahasiswa mendapatkan gambaran besar tentang sifat dan teknik pengujian bahan teknik 2. Mahasiswa dapat menyebutkan sifat dan teknik pengujian bahan teknik 3.2. Sifat Bahan Teknik Sifat-sifat bahan yang digunakan di industri perlu dikenal dengan baik karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Sifat-sifat bahan sangat ditentukan oleh jenis dan perbandingan atom yang membentuk bahan tersebut, yaitu unsur dan komposisinya. Sebagai contoh, kadar suatu unsur sangat rendah terabaikan dalam suatu ketidak-murnian bahan memberikan pengaruh terhadap sifat-sifatnya, sifat mekanik yaitu kekuatannya demikian pula sifat ketahanannya erhadap korosi termasuk reaksi kimianya. Sifat-sifat bahan yang perlu diketahui dan dikendalikan sangat banyak diantaranya: 1. Sifat Fisik, yaitu sifat yang terkait dengan karakteristik fisik bahan yang bersangkutan. Sebagai contoh; dimensi, massa jenis, struktur mikro, kekasaran permukaan, morphology dan lain sebagainya. 2. Sifat Mekanik, yaitu sifat yang berkaitan dengan ketahanan bahan terhadap. Sebagai contoh; tarik, tekan, impak, kekerasan. Sejumlah sifat mekanik relativ dari bahan teknik pada temperatur ruangan ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

2 Tabel 3.1. Sifat mekanik relativ dari bahan teknik pada temperatur ruangan diurutkan dari yang paling tinggi menuju yang paling rendah Tabel 3.2. Sifat-sifat mekanik material pada temperatur ruangan 3. Sifat Teknologi, yaitu sifat yang berkaitan dengan kemudahan bahan untuk diproses dan dibentuk sehingga menjadi suatu produk tertentu, sebagai contoh: kemampuan dibentu/forming ability, kemampuan dicor/casting ability, kemampuan dilas/welding ability, dan kemampuan dikerjakan dengan pemesinan/machine ability 4. Sifat Listrik, yaitu sifat yang berkaitan dengan kemampuan suatu material dalam menghantarkan listrik, misalnya: konduktivitas listrik, tahanan listrik

3 5. Sifat Magnet, sifat bahan yang terkait dengan besarnya gaya magnet yang dimiliki ataupun kemampuan material tersebut menarik atau ditarik oleh benda lain yang mengandung magnet. 6. Sifat Kimia, terkait dengan kandungan unsur, komposisi kimia, serta kemampuannya berinteraksi suatu bahan dengan bahan yang lain. Sebagai contoh: reaksi kimia, segregasi, ketahanan korosi, purity, chemical compound, chemical composition, dan lain sebagainya 7. Sifat Termal, yaitu sifat-sifat bahan teknik yang terkait dengan interaksinya dengan temperatur beserta perubahannya. Sebagai contoh; panas jenis, pemuaian, konduktivitas panas, melting temperature, dan lain sebagainya Pengujian Bahan Teknik Pengujian bahan teknik adalah suatu aktivitas untuk mengetahui/mengevaluasi sifatsifat dari suatu bahan agar dapat digunakan dengan tepat sesuai dengan karakteristik unggul yang dimilikinya atau dapat menghindari penggunaan bahan yang tidak tepat karena sifat lemah yang dimiliki oleh suatu bahan. Pada dasarnya pengujian bahan dapat dilakukan dua cara yaitu: A. DESTRUCTIVE TESTING (DT), yaitu pengujian bahan yang bersifat merusak sampel/benda uji sebagai contoh pengujian mekanik, pengujian korosi. B. NON DESTRUCTIVE TESTING (NDT), yaitu pengujian yang bersifat tidak merusak benda uji/sampel, sebagai contoh uji fisik, magnet, listrik Salah satu jenis pengujian yang selalu dilakukan terhadap bahan teknik adalah pengujian mekanik. Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanik logam (sifat yang dikaitkan dengan ketahanan/kelakuan logam terhadap pembebanan mekanik. Bahan teknik perlu diuji berdasarkan kondisi pembebanannya karena bahan teknik akan memberikan reaksi atas beban beban yang bekerja seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Ilustrasi skematik perubahan pada bahan karena pembebanan yang bekerja pada bahan tersebut baik berupa beban (a) tarik, (b) tekan, (c) geser, (d) puntir

4 Selain dibedakan berdasarkan arah pembebanannya, pada prinsipnya jenis pembebanan yang bekerja pada suatu benda dapat dibedakan pula berdasarkan dinamikanya menjadi dua yaitu: Pembebanan statik (besar dan arah beban selalu sama seiring dengan jalannya perubahan waktu) dan Pembebanan dinamik (besar dan arah beban berganti-ganti seiring dengan jalannya waktu). Pengujian sifat-sifat bahan tersebut harus dilakukan dengan mengikuti suatu standar pengujian tertentu misalnya: ASTM (US), JIS (Jepang), DIN (Germany). Adapun beberapa jenis pengujian mekanik yang biasa dilakukan diantaranya adalah: Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui kelakuan bahan terhadap beban tarik. Dalam pemakaiannya banyak sekali komponen-komponen mesin ataupun struktur yang menderita beban tarikan. Pengujian tarik dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan sampel atau benda uji mengikuti standard ASTM E8 (US) seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. atau JIS Z 2201 (Jepang). Gambar 3.2. Sampel uji tarik menurut standard ASTM E 8 untuk bentuk silinder dan prismatik beserta bagian-bagiannya Prinsip pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik yang akan memberikan pembebanan secara kontinyu, dan semakin bertambah besar dengan laju pembebanan tertentu. Selama jalannya proses pembebanan dilakukan pengamatan terhadap perubahan beban dan pengaruhnya terhadap perubahan dimensi benda kerja (panjang dan diameter). Pengujian diakhiri ketika benda benda uji patah. Dari proses pengujian tarik tersebut dapat dipelajari: Kekuatan tarik dan kekuatan luluh bahan, Keliatan bahan (% perpanjangan dan % pengurangan luas), dan Modulus elastisitas. Salah satu bentuk mesin uji tarik yang sering digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.3.

5 Gambar 3.3. Mesin uji tarik, benda kerja ditempatkan pada moving crosshead dan pada daerah pengujian ditempatkan extensometer Selama jalannya uji tarik, benda kerja akan mengalami perubahan panjang dan diameter seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4. Sedangkan perubahan besarnya gaya yang bekerja dengan perubahan regangan yang terjadi dapat diplotkan pada sebuah grafik regangan-tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5. Dari grafik tersebut dapat ditentukan besarnya beban ketika material mengalami yield, daerah beban elastis dan plastis pada material, serta besarnya beban saat material tersebut patah. (c) Gambar 3.4. Perubahan benda uji selama proses penarikan. (a) Benda uji tarik standard sebelum dan sesudah penarikan, menunjukan panjang awal dan panjang akhir (b) Urutan perubahan sampel selama mengalami uji tarik menunjukkan perbedaan pertambahan panjang spesimen (c) Berbagai persamaan yang digunakan untuk memperhitungkan tegangan tarik, modulus elastisitas, tegangan dan regangan.

6 Gambar 3.5 Diagram tegangan-regangan pada material yang nampak daerah luluh/yield-nya maupun pada material yang tidak nampak daerah luluh/yield-nya serta perubahan penampang benda uji ketika pengujian tarik Ketika sebuah bahan menderita pembebanan tarik, maka akan terjadi perubahan dimensi pada seluruh bagian bahan tersebut seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.6. perubahan dimensi ini disebut deformasi. Ketika beban dihilangkan dan dimensi benda kerja kembali ke dimensi semula, maka dikatakan bahwa bahan mengalami deformasi elastis. Namun bila setelah beban dihilangkan perubahan dimensi bahan tidak kembali ke dimensi semula, maka dikatakan bahwa bahan tersebut mengalami deformasi plastis. Batas antara terjadinya deformasi elastis dan deformasi plastis disebut sebagai batas proporsional (P), yaitu tegangan tertinggi untuk daerah di mana hubungan antara tegangan dan regangan terjadi secara proporsional. Daerah diagram sampai titik P akan mengalami deformasi elastis dan berlaku Hukum Hooke: σ E = ε Dimana: E = Modulus Young/elastisitas σ = Tegangan ε = Regangan Sedangkan daerah diagram diatas batas proporsional, bahan akan mengalami deformasi plastis. Gambar 3.6 Deformasi akibat beban tarik

7 Tabel 3.3. Elastisitas, Modulus Geser, dan Poisson s Rasio untuk berbagai jenis material pada temperatur ruangan Tegangan pada titik proporsional (P) disebut sebagai tegangan luluh (σ yield = σ y ), yaitu tegangan dimana bahan berubah bentuk tanpa beban berubah, tegangan luluh ini hanya muncul pada logam yang memiliki sifat ulet. Besarnya tegangan luluh sangat penting untuk diketahui dalam perancangan bagian-bagian mesin, untuk mengetahui batas tegangan dimana bahan teknik masih memiliki sifat elastis. Bila material memiliki titik luluh, maka besarnya tegangan luluh diperhitungkan dengan persamaan: σ y = F y A 0 Namun untuk material yang tidak ulet/brittle, besarnya tegangan luluh tidak akan terlihat dari pengujian tarik (tidak ada fenomena luluh). Sehingga untuk menentukan besarnya tegangan luluh digunakan perkiraan mengikuti persamaan sebagai berikut: σ y = F ( offset regangan = 0,002 = 0,2%) Setelah melampaui tegangan luluhnya, material masuk pada daerah plastis dan masih mampu menahan beban yang bekerja pada bahan tersebut hingga mencapai tegangan maksimum (kekuatan tarik) bahan tersebut, yaitu tegangan maksimum yang masih dapat ditahan oleh bahan sebelum patah. Besarnya tegangan maksimum bahan teknik diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut: A 0 σ max = F max A 0 Setelah melampai batas tegangan maksimum, bahan akan mengalami tegangan patah (σ f ), yaitu tegangan yang menyebabkan bahan tersebut mengalami perpatahan σ f = F f A 0

8 Pada bahan yang ulet maka daerah yield nya akan maksimum setelah itu bahan akan mengalami deformasi plastis yang homogen sepanjang benda uji. Namun demikian ketika besarnya beban yang bekerja semakin bertambah dan mencapai tegangan maksimum, maka deformasi plastis tidak lagi bekerja secara homogen. Pada kondisi tersebut deformasi yang terjadi adalah deformasi plastis lokal yang ditandai dengan terjadinya pengecilan setempat (necking) sehingga beban dan penampang melintang menurun. Besarnya ukuran tingkat deformasi plastis yang telah ditahan oleh bahan sampai patah ditentukan dari prosen perpanjangannya dan prosesn pengurangan luasnya yang diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut: Prosen perpanjangan = Prosen pengurangan luas = ε = q = l i l0 x 100% l A 0 0 A 0 A f Perbandingan daerah elastis antara bahan yang ulet dan bahan yang brittle ditunjukkan pada Gambar 3.7. Sedangkan sifat mekanik dari sejumlah bahan logam dan paduannya dalam kondisi setelah mengalami proses pelunakan (annealed) ditunjukkan pada Tabel 3.4 Gambar 3.7. Perbandingan daerah elastis bahan bersifat brittle dan bahan yang bersifat ulet Modulus Elastisitas (E) Pada pengujian tarik, dapat ditentukan pula Modulus Elastisitas (E) bahan yang diuji, yaitu besarnya ukuran yang menunjukkan kekakuan suatu bahan (rigiditas). Besarnya Modulus Elatisitas ditentukan dari besarnya gradien bagian linear pada awal kurva tegangan - regangan (daerah kurva elastis) E = σ ε

9 Tabel 3.4. Sifat mekanik dari sejumlah bahan logam dan paduannya dalam kondisi setelah mengalami proses pelunakan (annealed) Kelentingan (Resilience) Dari pengujian tarik terhadap suatu bahan juga dapat ditentukan sifat kelentingannya (resilience), yaitu kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu dideformasi elastis dan kembali ke bentuk semula apabila beban dihilangkan. Sifat tersebut biasanya dinyatakan sebagai Modulus Kelentingan yaitu energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol sampai tegangan luluh. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.8. Gambar 3.8. Kelentingan pada bahan akibat pengujian tarik Ketangguhan (toughness) Ketangguhan adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi sampai patah, Besarnya ketangguhan dinyatakan dengan luasan di bawah kurva teganganregangan seperti yang juga ditunjukkan pada Gambar 3.8. True Stress and Strain Besarnya tegangan dan regangan yang sebenarnya bekerja pada suatu bahan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: Tegangan sebenarnya = σ = l Re gangan = ε = ln T T i l 0 F A i

10 Dalam kondisi bila selama deformasi tidak terjadi perubahan volume maka akan berlaku persamaan: Dimana: k dan n : konstanta yang besarnya tergantung pada jenis bahan (dimana n : eksponen pengerasan regangan) Gambar 3.9. Perbandingan diagram tegangan-regangan dalam kondisi true stress dan true strain dengan tegangan-regangan secara engineering Pengujian Kekerasan Kekerasan suatu bahan adalah ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi plastis lokal yang terjadi pada suatu bahan. Sifat tersebut merupakan sifat mekanik yang penting. Pengujian kekerasan termasuk jenis pengujian mekanik yang paling sering dilakukan, bahkan lebih sering bila dibandingkan dengan jenis pengujian mekanik yang lain karena:

11 1. Sederhana dan murah, tidak perlu dipersiapkan bentuk spesimen khusus dan peralatan uji yang relatif murah 2. Termasuk dalam katagori non destructive test, karena deformasi yang terjadi relatif kecil 3. Sifat mekanik lainnya dapat diperkirakan dari data hasil pengujian kekerasan Tujuan dilakukannya pengujian kekerasan adalah untuk membandingkan kekerasan berbagai macam bahan dan mengetahui besarnya beban yang mampu ditahan oleh permukaan suatu bahan. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengujian kekerasan (Perbandingan berbagai jenis pengujian material tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.5) yaitu: 1. Membandingkan dengan cara digores (digores antara material yang satu denga yang lain) Misalnya: pengujian Mohs (indek 1-10); logam (4-6); logam setelah heat treatment (8) 2. Penekanan a. Brinell b. Meyer 3. Penusukan a. Vickers b. Knoop c. Rockwell 4. Dinamik a. Shore Tabel 3.5. Perbandingan berbagai jenis pengujian material

12 Metode BRINELL Metode pengujian ini pertama kali diajukan oleh J.A. Brinell pada tahun Proses pengujiannya berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam dengan memakai bola baja atau karbida tungsten diameter 10 mm dan diberi beban 3000 kg. Prinsip kerja pengujiannya adalah: beban P diberikan sedemikian rupa sehingga jika P dihilangkan maka pada benda kerja terdapat bekas penekanan. Lama proses pemberian beban P adalah sekitar 15 detik untuk bahan baja dan 30 detik untuk bahan non-ferrous alloy. Munculnya bekas penekanan tersebut menunjukkan bahwa beban P > batas luluh bahan. Skema dan parameter pengujian tersebut ditunjukkan pada Gambar sedangkan skema bekas penekanan uji Brinnel ditunjukkan pada Gambar Gambar 3.10 Skema dan parameter pengujian Brinnel Gambar Geometri bekas penekanan bola baja pada pengujia Brinnel

13 Besarnya nilai kekerasan pada pengujian Brinnell dinyatakan dengan HBN (Hardness Brinell Number) yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: HBN dimana: P = beban penekanan (kg) A = luas bekas penekanan (mm2) D = diameter penetrator (mm) d = diameter bekas penekanan (mm) = P A = πd 2 2 ( D D d ) Hubungan antara besarnya kekerasan dan kekuatan untuk baja, besi cor dan kuningan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: σ ultimate = 3,45 x HBN Jika besarnya kekerasan > 400 HBN, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan metode lain, karena kekuatan bola baja yang digunakan pada metode Brinnell juga memiliki batas kemampuan sehingga apabila kekerasan bahan yang diuji melebihi kemampuan bola baja tersebut, maka bola baja tersebut yang justru akan mengalami deformasi sehingga hasil pengukuran tidak akurat. Sebaliknya untuk bahan yang sangat lunak sebaiknya tidak menggunakan metode Brinell karena bola baja yang digunakan justru akan merusak benda uji. Untuk melakukan pengujian Brinnell, maka perlu dipersiapkan permukaan benda uji agar memiliki permukaan yang benar-benar rata (flat) dan permukaan bersih dari minyak dan air. 2P Metode VICKERS Pengujian kekerasan dengan metode Vickers dilakuka dengan penetrator/penekan yang terbuat dari intan, berbentuk piramida denga alas berbentuk bujur sangkar, dan memiliki sudut puncak sebesar 136. Besarnya kekerasan Vickers dinyatakan dengan HVN (Hardness Vickers Number). Adapun prinsip kerja pengujian Vickers adalah pada permukaan benda kerja diberikan beban P diberikan sedemikian rupa sehingga jika P dihilangkan maka pada benda kerja terdapat bekas penusukan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa besarnya beban P lebih besar dari pada batas luluh bahan yang diuji. Skema pengujian dan persamaan yang digunakan untuk melakukan perhitungan HVN dinyatakan pada Gambar Gambar Skema pengujian dan persamaan HVN pada pengujian kekerasan Vickers

14 Metode KNOOP Pengujian kekerasan dengan metode KNOOP menggunakan penetrator yang terbuat dari piramida intan. Besarnya kekerasan KNOOP dinyatakan dengan HKN (Hardness Knoop Number). Prinsip kerja pengujiannya sama dengan pengujian Vickers, sedangkan besarnya HKN diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut: P HKN = 14, 2 l dimana: P = beban penusukan (kg) d = diagonal terbesar bekas penusukan (mm) Metode ROCKWELL Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dilakukan dengan tiga macam metode tergantung pada jenis material yang diuji, yaitu: a. Rockwell skala A (HRB) untuk material yang lunak b. Rockwell skala B untuk material yang keras c. Rockwell skala C untuk material yang sangat keras Pada pengujian Rockwell diberikan pembebanan yang berbeda yaitu P minor menggunakan beban 10kg (tetap) sedangkan beban P mayor menggunakan beban yang besarnya berubahubah tergantung pada skala yang digunakannya sebagaimana tercantum pada Tabel Gambar Skema pengujian kekerasan Rockwell Tabel 3.6. Kondisi parameter pembebanan pengujian Rockwell untuk P mayor Bahan Pmayor (kg) Penetrator Lunak 100 bola baja 1/16 inch (diameter) Kekerasan HRB Keras 60 kerucut intan HRA Sangat keras 150 kerucut intan HRC Metode SHORE Jenis pengujian kekerasan ini ditemukan oleh Albert F. Shore pada tahun Untuk melaksanakan pengujian ini digunakan peralatan yang disebut Shore Schleroscope. Penetrator pada alat tersebut berupa palu (hammer), yang ujungnya dilengkapi dengan intan. Pengujian ini merupakan jenis pengujian kekerasan yang bersifat dinamis, dimana prinsip kerja metode pengujian ini dilakukan dengan menjatuhkan penetrator dari ketinggian dan berat tertentu pada permukaan benda uji.

15 Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap tinggi pantulan dari penetrator setelah menumbuk permukaan benda uji. Hal tersebut akan menunjukkan kekerasan benda yang diuji. Antara proses pengujian yang satu dengan pengujian yang lain sebenarnya dapat saling diperbandingkan dan dapat ditentukan perkiraan nilainya berdasarkan skala kekerasan yang lain sperti ditampilkan pada Tabel 3.7 yang menunjukkan skala konversi nilai kekerasan berdasarkan berbagai jenis pengujian. Tabel 3.7. Tabel konversi berbagai skala kekerasan (Catatan: karena daerah ukur sebagian besar skala ukur sangat terbatas, karena banyaknya faktor yang berpengaruh pada kekerasan bahan, maka tabel konversi ini hanyalah merupakan bentuk pendekatan)

16 Pengujian Kejut/Impact Banyak beban-beban yang bekerja pada bahan teknik berupa beban kejut/impak. Untuk mengetahui kemampuan material menahan beban kejut yang mengenainya, maka dilakukan pengujian kejut/impact. Selain itu tujuan melakukan pengujian kejut adalah untuk mengetahui perilaku bahan terhadap suatu pembebanan yang sifatnya tiba-tiba dan mengukur ketangguhan, keuletan, dan kegetasan bahan sebelum digunakan. Prinsip pelaksanaan pengujian kejut/impact dilakukan dengan mempersiapkan benda uji/sampel yang dibuat sesuai bentuk dan ukuran menurut standard (JIS Z2202). Selanjutnya benda uji diberi takik/notch dan diletakkan pada penahan benda uji. Kemudian diberikan beban bentur yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Bentuk sampel dan skema pelaksanaan pengujian impact ditunjukkan pada Gambar 3.14 Gambar 3.14 Bentuk sampel dan skema pengujian beban kejut/impact Dari hasil pengujian tersebut dapat diperhitungkan besarnya tenaga yang diserap atau tenaga yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji = E ch dengan berdasarkan persamaan sebagai berikut: E ch = E p1 E p2 = m g ( h = G R ( Cos β Cos α ) Dimana: G = berat hammer; m = massa hammer g = percepatan gravitasi h = tinggi ayun R = jarak titik putar ke titik berat hammer α = sudut jatuh β = sudut ayun h = tinggi jatuh Sehingga besarnya kekuatan impak bahan tersebut adalah: Dimana: E ch = tenaga untuk mematahkan benda uji A = luas penampang melintang di bawah notch h' E Kekua tan impak = A ch )

17 Pengujian Geser/Shear Test Dasar dilakukannya pengujian geser terhadap bahan teknik adalah banyaknya komponen mesin ataupun struktur yang patah karena mengalami gaya geser, misalnya poros, pasak, berbagai baut pengikat, paku keling dan lain sebagainya. Tujuan dilakukannya pengujian geser adalah untuk mengetahui perilaku bahan terhadap beban geser dan mengukur kekuatan geser bahan sebelum bahan tersebut digunakan. Pengujian Geser dilakukan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.15 Gambar Skema pelaksanaan uji geser Pengujian Puntir/Torsion Test Uji puntir (Torsion Test) dilakukan dengan memberikan gaya puntiran pada kedua ujung benda kerja seperti ditunjukkan pada Gambar Sedangkan besarnya gaya puntir yang bekerja ditentukan dengan persamaan: Dimana: T =torque r = rata-rata radius silinder t = tebal silinder pada bagian yang paling sempit l = panjang daerah silinder yang menderita beban torsi (lebar daerah pengamatan) φ = sudut puntir Gambar 3.16 Skema uji puntir

18 Pengujian Tekuk/Bending Test Pengujian tekuk atau bending dilakukan dengan menempatkan benda kerja diatas dua buah penumpu dilanjutkan dengan pemberian beban pada benda kerja. Uji tekuk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu uji tekuk dengan satu titik tekan (three point bending) atau dengan dua titik tekan (four point bending) Gambar 3.17 Dua bend-test methods untuk brittle materials: (a) three-point bending; (b) four-point bending. Pengujian bending banyak dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan ketangguhan material terhadap retak terutama pada material-material yang bersifat brittle (rapuh) sehingga tidak dapat dilakukan pengujian tarik. Dari Gambar 3.17 terlihat bahwa area pada beam menunjukkan bending-movement diagrams Tipe Kerusakan Material Dari berbagai pengujian material tersebut, ada beberapa kemungkinan pola kerusakan sampel yang terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.18, dan Gambar Pola-pola kerusakan tersebut dapat digunakan untuk mengenali penyebab terjadinya kegagalan pada suatu material ketika suatu saat dijumpai bahan teknik yang mengalami kerusakan/kegagalan beroperasi. Gambar Ilustrasi skematik tipe-tipe kerusakan pada material akibat berbagai jenis pembebanan (a). necking dan fracture dari material yang bersifat ductile; (b). buckling dari ductile material dibawah beban kompresi; (c). fracture dari brittle materials dalam kondisi pembebanan tekan; (d) cracking pada permukaan barreled surface suatu ductile materials dalam kondisi beban tekan

19 Gambar Ilustrasi skematik berbagai tipe kegagalan/fracture pada bahan teknik yang menderita beban tarik: (a) brittle fracture pada polycrystalline metals; (b) shear fracture pada ductile single crystals; (c) ductile cup-and-cone fracture pada polycrystalline metals; (d) complete ductile fracture pada polycrystalline metals, dengan 100% reduction of area Evaluasi 1. Batangan kuningan berbentuk silinder dengan diameter 10 mm diberi tegangan tarik. Tentukan beban/gaya yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan diameter 2,5 x 10-3 mm dimana deformasi yang terjadi adalah elastis. E kuningan = 97 x 103 MPa 2. Diketahui hasil pengujian tarik sebuah material seperti ditunjukkan pada gambar:

20 Dari gambar tersebut tentukan: 1. Modulus elastisitas bahan tersebut. 2. Yield strength pada offset regangan 0, Beban maksimum yang dapat ditahan jika diameter silinder sampel 12,8 mm 4. Perubahan panjang jika panjang mula-mula 250 mm dan tegangan tarik yang bekerja adalah 345 MPa Referensi Callister Jr., W.D., 2000, Materials Science and Engineering, 6th ed. John Wiley & Sons, New York. Dieter. G. E, 1989, Mechanical Metallurgy, 3rd ed. Mc Graw Hill, New York.

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

III. KEGIATAN BELAJAR 3. Sifat-sifat fisis dan mekanis bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

III. KEGIATAN BELAJAR 3. Sifat-sifat fisis dan mekanis bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar III. KEGIATAN BELAJAR 3 SIFAT-SIFAT BAHAN TEKNIK A. Sub Kompetensi Sifat-sifat fisis dan mekanis bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa

Lebih terperinci

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba

Lebih terperinci

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK Material dalam penggunaannya selalu dikenai gaya atau beban. Oleh karena itu perlu diketahui karakter material agar deformasi yang terjadi tidak berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT

MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT SIFAT MEKANIS LOGAM DAN PADUAN MECHANICAL TESTING. Pengujian untuk menentukan sifat mekanis, yaitu sifat terhadap beban atau gaya mekanis seperti tarik, tekan, tekuk,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

MAKALAH MATERIAL TEKNIK MAKALAH MATERIAL TEKNIK UJI TARIK DAN KEKERASAN Oleh: Kelompok II David Yafisham (1107114368) Diki Ramadan (1107114179) Febrizal (1107114332) Jhona Heri (1107120827) Suhendra (1107114150) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL #2 SIFAT MATERIAL Material yang digunakan dalam industri sangat banyak. Masing-masing material memiki ciri-ciri yang berbeda, yang sering disebut dengan sifat material. Pemilihan dan penggunaan material

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap identasi, tahan terhadap penggoresan,

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO EFEK WAKTU PERLAKUAN PANAS TEMPER TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPAK BAJA KOMERSIAL Bakri* dan Sri Chandrabakty * Abstract The purpose of this paper is to analyze

Lebih terperinci

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB 2. PENGUJIAN TARIK BAB 2. PENGUJIAN TARIK Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pengujian tarik pada material logam. Sub Kompetensi : Menguasai dan mengetahui proses pengujian tarik pada baja karbon rendah

Lebih terperinci

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Kategori Sifat Material

Kategori Sifat Material 1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DENGAN KEKUATAN TARIK PADA LOGAM ULET DAN GETAS

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DENGAN KEKUATAN TARIK PADA LOGAM ULET DAN GETAS HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DENGAN KEKUATAN TARIK PADA LOGAM ULET DAN GETAS Sudarno 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract Heat treatment, especially anealling, aimed to change

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM) MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM) FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perancangan konstruksi mesin harus diupayakan menggunakan bahan seminimal

Lebih terperinci

Deformasi Elastis. Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a. deforms elastically three times as much as does steel

Deformasi Elastis. Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a. deforms elastically three times as much as does steel Deformasi Elastis Deformasi Elastis Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a given stress, aluminum deforms elastically three times as much as does steel Deformasi Elastis

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS 1.1.PENDAHULUAN Tujuan Pengujian Mekanis Untuk mengevaluasi sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam disain Untuk memprediksi kerja material dibawah kondisi pembebanan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012 08/01/2012 MATERI KE II Pengujian merusak (DT) pada las Pengujian g j merusak (Destructive Test) dibagi dalam 2 bagian: Pengujian di bengkel las. Pengujian skala laboratorium. penyusun: Heri Wibowo, MT

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MEKANIK LOGAM

KARAKTERISTIK MEKANIK LOGAM KARAKTERISTIK MEKANIK LOGAM Materi - 4 Dr. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T. Homepage : eko.staff.uns.ac.id/3-material-teknik Isi Pendahuluan Konsep tegangan dan regangan Uji tarik, Uji tekan, Regangan Geser

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gage length

BAB II TEORI DASAR. Gage length BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam menganalisa data yang didapatkan

Lebih terperinci

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9 Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK Rahmawan Setiaji 0706163735 Kelompok 9 Laboratorium Metalurgi Fisik Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2009 MODUL 1 PENGUJIAN TARIK I.

Lebih terperinci

ANALISA BESI BETON SERI KS DAN SERI KSJI DENGAN PROSES PENGUJIAN TARIK

ANALISA BESI BETON SERI KS DAN SERI KSJI DENGAN PROSES PENGUJIAN TARIK PENULISAN ILMIAH ANALISA BESI BETON SERI KS DAN SERI KSJI DENGAN PROSES PENGUJIAN TARIK FERDIYANTO (20407362) JURUSAN TEKNIK MESIN Latar Belakang Setiap produk yang diproduksi oleh industri mempunyai spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: 1. Tempat pengambilan data : Laboratorium Bahan Teknik Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang Impact Toughness Test Sigit Ngalambang Definisi Ketangguhan (Toughness) Dalam ilmu material dan metalurgi, ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi pembebanan dari material tanpa

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering terhadap sifat mekanik baja

Lebih terperinci

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang

Lebih terperinci

Pengetahuan Bahan. Ir Pratjojo Dewo Msc

Pengetahuan Bahan. Ir Pratjojo Dewo Msc Pengetahuan Bahan Referensi: 1.Pengetahuan bahan teknik; Prof Ir Tata Surdia & Prof DR Shinroku Saitou 2.Elemen-elemen ilmu dan rekayasa material Lawrence H.Van Vlack Ir Pratjojo Dewo Msc Materi -Perspektif

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 21 Oktober 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) SIFAT KEKUATAN KAYU MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) 1 A. Sifat yang banyak dilakukan pengujian : 1. Kekuatan Lentur Statis (Static Bending Strength) Adalah kapasitas/kemampuan kayu dalam menerima beban

Lebih terperinci

UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL

UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL 2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) b. Tugas : Jelaskan cara membuat diagram teganganregangan

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) b. Tugas : Jelaskan cara membuat diagram teganganregangan Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN KEKERASAN

BAB 1. PENGUJIAN KEKERASAN BAB PENGUJIAN KEKERASAN Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil melakukan pengujian kekerasan. Sub Kompetensi : Menguasai prosedur pengujian kekerasan Brinell, Vickers dan Rockwell B DASAR TEORI Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah utama dalam proses pengelasan dengan metode FSW dapat dilihat pada Gambar 3.1. Mulai Identifikasi Masalah Persiapan Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Perpatahan Rapuh Keramik (1) #6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

Proses Lengkung (Bend Process)

Proses Lengkung (Bend Process) Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan

Lebih terperinci

PENGUJIAN BAHAN SIFAT-SIFAT MEKANIK BAHAN LOGAM

PENGUJIAN BAHAN SIFAT-SIFAT MEKANIK BAHAN LOGAM PENGUJIAN BAHAN Pengujian bahan bertujuan mengetahui sifat-sifat mekanik bahan atau cacat pada bahan/produk, sehingga pemilihan bahan dapat dilakukan dengan tepat untuk suatu keperluan. Cara pengujian

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2 #5 MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2 Perpatahan Rapuh Keramik Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan untuk 4 metode

Lebih terperinci

BAB 6 SIFAT MEKANIK BAHAN

BAB 6 SIFAT MEKANIK BAHAN 143 BAB 6 SIFAT MEKANIK BAHAN Bahan-bahan terdapat disekitar kita dan telah menjadi bagian dari kebudayaan dan pola berfikir manusia. Bahan telah menyatu dengan peradaban manusia, sehingga manusia mengenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi semakin banyak dilakukan penelitian untuk menemukan teknologi baru yang layak digunakan oleh manusia sehingga mempermudah pekerjaan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan. Langkah langkah dalam proses pengerjaan las friction stir welding dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. Pada pengujian mechanical test hasil pengelasan sesuai dengan WPS No. 003- WPS-ASME-MMF-2010 dilakukan di Laboratory of Mechanical Testing PT. Hi-Test di Bumi Serpong

Lebih terperinci

Pengukuran Compressive Strength Benda Padat

Pengukuran Compressive Strength Benda Padat Compressive Strength 1 Pengukuran Compressive Strength Benda Padat Mei Budi Utami (081211332009), Nur Aisyiah (081211331002), Firman Maulana Ikhsan (081211331003), Dewi Puji Lestari (081211331128), Muhimatul

Lebih terperinci

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) 1. Nama Mata Kuliah : Bahan Teknik I 2. Kode/SKS : DTM 1105, 2 SKS, 32 jam 3. Prasyarat : - 4. Status Matakuliah : Pilihan / Wajib (coret yang

Lebih terperinci

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1) PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 00 JOULE Yopi Handoyo ) ) Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi Email : handoyoyopi@yahoo.com Abstrak Perancangan dan pengujian impak

Lebih terperinci

MICRO HARDNESS TESTER

MICRO HARDNESS TESTER MICRO HARDNESS TESTER I. PENDAHULUAN Ada beberapa cara pengukuran kekerasan yang cukup dikenal dalam litbang material di antaranya adalah uji kekerasan gores, uji kekerasan pantul (dinamis) dan uji kekerasan

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb. Assalamualaikum Wr. Wb. KUAT TARIK BAJA Anggota Kelompok 8 : 1. Roby Al Roliyas (20130110067) 2. Nurwidi Rukmana (20130110071) 3. M. Faishal Abdulah (20130110083) 4. Chandra Wardana 5. Kukuh Ari Lazuardi

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan)

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

Pengujian Material. Disusun Oleh : MOH JUFRI

Pengujian Material. Disusun Oleh : MOH JUFRI Pengujian Material Disusun Oleh : MOH JUFRI Jenis Pengujian Material 1. Kekerasan 2. Tarik, tekan, tekuk, bending, geser dll 3. Impact 4. Fatik 5. Creep 6. Mikroskopy ( logam, SEM, TEM) 7. Komposisi (

Lebih terperinci

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR H. Purwanto helmy_uwh@yahoo.co.id Laboratorium Proses Produksi Laboratorium Materiat Teknik Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Zirconium (zircaloy) material yang sering digunakan dalam industri nuklir. Dalam reaktor nuklir, zircaloy diperlukan sebagai pelindung bahan bakar dari pendingin,

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban F68 Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban Asia, Lukman Noerochim, dan Rochman Rochiem Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Kampus ITS-Keputih Sukolilo,

Lebih terperinci

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH Fatique Testing (Pengujian Lelah) Fatique Testing (Pengujian Lelah) Definisi : Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut menerima pembebanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan data energi impak dan kekerasan pada baja AISI H13 yang diberi perlakuan panas hardening dan tempering. Berdasarkan data

Lebih terperinci

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Sub Modul Praktikum PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Tim Penyusun Herdi Susanto, ST, MT NIDN :0122098102 Joli Supardi, ST, MT NIDN :0112077801 Mata Kuliah FTM 006 Material Teknik + Praktikum JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES EQUAL CHANNEL ANGULAR PRESSING (ECAP) TERHADAP FORMABILITY ALUMINIUM

PENGARUH PROSES EQUAL CHANNEL ANGULAR PRESSING (ECAP) TERHADAP FORMABILITY ALUMINIUM PENGARUH PROSES EQUAL CHANNEL ANGULAR PRESSING (ECAP) TERHADAP FORMABILITY ALUMINIUM *Wisnu Tri Erlangga 1, Rusnaldy 2, Norman Iskandar 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Baja perkakas (tool steel) merupakan baja yang biasa digunakan untuk aplikasi pemotongan (cutting tools) dan pembentukan (forming). Selain itu baja perkakas juga banyak

Lebih terperinci

Uji impak. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material, yaitu. Deformasi plastis Efek Hysteresis Efek Inersia

Uji impak. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material, yaitu. Deformasi plastis Efek Hysteresis Efek Inersia Uji impak *Uji Impak ini adalah praktikum Labtek-1 saya yang ke3 setelah uji puntir, dan bending fatigue. Cuma pengen ada dokumentasi tentang uji ini, biar ntar klo udah jadi asisten bisa nostalgia.. halah..

Lebih terperinci

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN METODE PENGUJIAN KEKERASAN

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN METODE PENGUJIAN KEKERASAN MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN METODE PENGUJIAN KEKERASAN DISUSUN OLEH : FEBRI IRAWAN 05091002006 KELOMPOK 5 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b).

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b). Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b). PRINSIP MEKANIKA PERPATAHAN Kekuatan rekat bahan getas biasanya sebesar E/10 (e= modulus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan prosedur

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan)

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486 TUGAS AKHIR TM091486 STUDI EKSPERIMENTAL UMUR LELAH BAJA AISI 1045 AKIBAT PERLAKUAN PANAS HASIL FULL ANNEALING DAN NORMALIZING DENGAN BEBAN LENTUR PUTAR PADA HIGH CYCLE FATIGUE Oleh: Adrian Maulana 2104.100.106

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY Oleh : Willy Chandra K. 2108 030 085 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN AKTOR KEAMANAN Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur/konstruksi/komponen yang harus diperhitungkan sedemikian

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA K-460

PENGARUH SUHU TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA K-460 PENGARUH SUHU TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA K-460 Gunawan Dwi Haryadi 1) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kekerasan logam yaitu baja

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340 ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 30 Sasi Kirono, Eri Diniardi, Seno Ardian Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak.

Lebih terperinci

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Budi Setyahandana 1, Anastasius Rudy Setyawan 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1. TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1. TIN107 Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Jenis Perpatahan Mekanisme Perpatahan Perambatan Retakan Perpatahan Intergranular Mekanika Perpatahan Pemusatan Tekanan Ductile vs Brittle

Lebih terperinci

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052 PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci