FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015
|
|
- Budi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Arni Wianti ABSTRAK Hipertensi termasuk ke dalam kelompok sepuluh besar penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi. Kejadian hipertensi di UPTD Puskesmas Cigasong tahun 2014 sebesar 32,41% dari kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor individu yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasinya yaitu seluruh pasien di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong bulan Januari- Februari sebanyak 186 orang dan sampelnya 64 orang (simple random sampling). Uji hipotesis yang digunakan uji chi square pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur ( value = 0,011), kebiasaan merokok ( value = 0,014) dan obesitas ( value = 0,012) dengan kejadian hipertensi, serta tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi ( value = 0,215). Petugas kesehatan perlu memberikan perawatan sesuai dengan prosedur kepada pasien hipertensi dan memberikan penyuluhan pada masyarakat mengenai perilaku hidup sehat untuk mencegah penyakit hipertensi. A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak semua orang yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Hidup dengan sehat merupakan sebuah kondisi sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup lebih produktif. Untuk itu perlu dilakukan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yaitu dengan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Saat ini, banyak penyakit-penyakit kronis yang menimpa segala lapisan masyarakat, salah satunya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Di seluruh masyarakat dunia, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan, terutama di negara-negara maju (Dawangkoro, 2011). Hipertensi mempunyai angka mortalitas yang cukup tinggi juga dapat mempengaruhi kualitas hidup serta produktifitas seseorang dan 90% merupakan hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 sebanyak 982 juta orang atau 26,4% penduduk di dunia mengalami hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun Dari 982 juta pengidap hipertensi, 342 juta berada di negara maju dan 640 juta sisanya berada di negara sedang berkembang (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Penyakit hipertensi di Indonesia termasuk ke dalam kelompok sepuluh besar penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi. Pada tahun 2014 jumlah kasus hipertensi tercatat sebanyak kasus 1
2 dan jumlah kematian akibat hipertensi sebanyak 955 kasus (4,81%) dan meningkat pada tahun 2014 menjadi kasus dan jumlah kematian akibat hipertensi sebanyak kasus (5,05%) (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 tercatat jumlah pasien hipertensi pada kelompok umur < 45 tahun sebanyak orang (17,38%), umur tahun sebanyak orang (45,05%) dan umur > 65 tahun sebanyak orang (37,56%). Pada tahun 2014 jumlah kasus hipertensi mengalami kenaikan terutama pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak orang (47,83%) dari kasus hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014). Tingginya kasus hipertensi dan risikonya yang dapat menyebabkan kematian maka perlu mendapatkan penanganan dan perawatan dengan tepat, mengingat sebagian besar penyakit hipertensi ini seringkali tidak disadari karena tidak mempunyai gejala khusus. Disamping dapat menyebabkan kematian, juga hipertensi memiliki banyak komplikasi terutama ke organ-organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dan lain-lain (Imran, 2011). Menurut Tapan (2009) hipertensi dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami Hipertensi. Selain itu Hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan serta yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. Menurut Benson (2008) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah faktor individu yaitu umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga dan faktor risikonya yaitu penyakit ginjal, kelainan hormonal kebiasaan merokok dan obesitas. Sementara menurut Peter (2009) menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko penyakit hipertensi. Upaya untuk mencegah dampak yang lebih parah dari penyakit hipertensi tersebut maka peran perawat peran perawat sangat penting untuk mengontrol penurunan tekanan darah dengan baik sehingga tidak berakibat buruk pada pasien yang dirawatnya. Disamping itu intervensi keperawatan seperti mengontrol pemaiakan obat dan pola hidup yang sehat pada penderita hipertensi perlu dilakukan (Wayan, 2011). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, penyakit hipertensi di Kabupaten Majalengka selalu masuk dalam sepuluh besar pola penyakit di rumah sakit. Penyakit hipertensi pada tahun 2011 dan 2014 di Kabupaten Majalengka merupakan urutan yang pertama. Pada tahun 2011 jumlah kasus hipertensi sebanyak kasus (42,16%), kemudian perdarahan kasus (28,03%), infeksi kasus (20,46%) dan lain-lain kasus (9,33%). Adapun pada tahun 2014 jumlah kasus hipertensi sebanyak kasus (48,15%), kemudian perdarahan kasus (28,48%), infeksi kasus (20,92%) dan lain-lain kasus (10,04%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2014). Adapun salah satu Puskesmas di Kabupaten Majalengka dengan kejadian hipertensi cukup banyak terdapat di UPTD Puskesmas Cigasong, yaitu pada tahun 2014 kejadian hipertensi tercatat sebanyak kasus (29,50%) dari kasus dan mengalami kenaikan pada tahun 2014 menjadi kasus (32,41%) dari kasus. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan UPTD Puskesmas Sukahaji pada tahun 2014 tercatat kejadian hipertensi sebanyak 624 kasus (14,43%) dari kasus. Maka dari fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor Individu yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja 2
3 UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2015 B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional. Pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja (Notoatmodjo, 2010). C. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Gambaran Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 Kejadian Hipertensi n % Ya Tidak Total Berdasarkan tabel 4.1 diketahui kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 30 orang (46,9%) dan lebih dari setengahnya responden tidak mengalami hipertensi yaitu sebanyak 34 orang (53,1%). 2. Gambaran Umur di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 Umur Responden n % > 45 tahun < 45 tahun Total Berdasarkan tabel 4.2 diketahui lebih dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong yang berumur > 45 tahun yaitu sebanyak 42 orang (65,6%) dan kurang dari setengahnya responden berumur < 45 tahun yaitu sebanyak 22 orang (34,4%). 3. Gambaran Riwayat Keluarga di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 Riwayat Keluarga n % Ada Tidak ada Total Berdasarkan tabel 4.3 diketahui kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi 3
4 yaitu sebanyak 20 orang (31,3%) dan lebih dari setengahnya responden tidak mempunyai riwayat hipertensi yaitu sebanyak 44 orang (68,8%). 4. Gambaran Kebiasaan Merokok di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 Kebiasaan Merokok n % Ya Tidak Total Berdasarkan tabel 4.4 diketahui kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 29 orang (45,3%) dan lebih dari setengahnya responden tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 35 orang (54,7%). 5. Gambaran Obesitas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 Obesitas n % Ya Tidak Total Berdasarkan tabel 4.5 diketahui kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong yang mengalami obesitas yaitu sebanyak 19 orang (29,7%) dan lebih dari setengahnya responden tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 45 orang (70,3%). Analisis Bivariat 1. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Umur Responden Kejadian Hipertensi Ya Tidak Jumlah n % n % n % > 45 tahun 25 59, , value < 45 tahun 5 22, , ,011 Total 30 46, , Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh value = 0,011 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi hubungan umur dengan kejadian hipertensi antara umur > 45 tahun dan < 45 tahun (ada hubungan umur dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015). 4
5 2. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Riwayat Keluarga Responden Kejadian Hipertensi Ya Tidak Jumlah n % n % n % Ada 12 60,0 8 40, value Tidak ada 18 40, , ,251 Total 30 46, , Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh value = 0,251 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi antara yang ada riwayat keluarga hipertensi dan yang tidak ada riwayat keluarga hipertensi (tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ). 3. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kebiasaan Merokok Responden Kejadian Hipertensi Jumlah Ya Tidak n % n % n % value Ya 19 65, , Tidak 11 31, , ,014 Total 30 46, , Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh value = 0,014 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi antara yang mempunyai kebiasaan merokok dan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok (ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ). 4. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong 5
6 Obesitas Kejadian Hipertensi Jumlah Ya Tidak n % n % n % value Ada 14 73,7 5 26, Tidak ada 16 35, , ,012 Total 30 46, , Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh value = 0,012 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi antara yang obesitas dan yang D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 ( value = 0,011). Adanya hubungan dapat dikarenakan semakin bertambah usia seseorang maka fungsi organ manusia juga mengalami penurunan sehingga memungkinkan mengalami penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setiabudi dan Ramdhani (2011) di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Juni-Agustus 2011 menyatakan bahwa ada hubungan umur dengan penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Marsai (2009) di Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang menyatakan bahwa umur dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitien ini sejalan dengan teori Wayan (2011), yaitu peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun. Pasien tidak obesitas (ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ). yang berumur di atas 60 tahun, % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmhg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Tapan (2009) bahwa hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Menurut Sani (2008), semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. 6
7 Bertambahnya umur berisiko terhadap hipertensi karena dapat menyebabkan sistem sirkulasi darah akan terganggu, karena pembuluh darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta berkurangnya elastisitasnya pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ( value = 0,251). Hal ini dapat dikarenakan bahwa faktor risiko hipertensi tidak hanya karena riwayat keluarga namun ada faktor lain yang juga mempengaruhi hipertensi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Marsai (2009) di Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang menyatakan bahwa ada hubungan riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan Rachman (2011) di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menyatakan bahwa faktor riwayat keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori Tapan (2009), yaitu adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Menurut Rohaendi (2008), tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anaknya akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidupnya. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anaknya untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. Tidak adanya hubungan hal ini dapat dikarenakan bahwa riwayat keluarga hipertensi tidak mutlak menyebabkan hipertensi pada keturunannya. Artinya apabila seseorang menjaga kesehatan dalam cara makan, istirahat dan beraktifitas maka risiko hipertensi dapat ditekan. Sebagaimana pendapat Sani (2008), risiko hipertensi pada seseorang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi dapat dicegah melalui perilaku hidup sehat. Berdasarkan hasil penelitian ini maka hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor riwayat keluarga saja juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang lainnya. Maka perlunya petugas kesehatan memperhatikan pasien hipertensi baik yang mempunyai riwayat maupun yang tidak mempunyai riwayat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ( value = 0,014). Adanya hubungan hal ini dikarenakan bahwa dengan kebiasaan merokok yang berlebihan dimana rokok mengandung zat-zat kimia yang beracun sehingga memungkinkan seseorang mengalami penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Malonda dan Kandao (2009) di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Juga dengan hasil penelitian Solikhah (2009) di Puskesmas Umulhardjo I Yogyakarta menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi. 7
8 Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Shanty (2011), yaitu hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Crea (2008) menyatakan bahwa nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmhg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Perlunya pemberian informasi dan penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai bahaya merokok pada masyarakat sehingga masyarakat menyadari serta dapat mengurangi kebiasaan merokok yang berlebihan yang dapat meningkatkan kejadian penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 ( value = 0,012). Adanya hubungan hal ini dapat dikarenakan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit obesitas menyebabkan tubuh lebih banyak mengandung kolesterol serta menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah dan akibatnya aliran darah menjadi kurang lancar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Solikhah (2009) di Puskesmas Umulhardjo I Yogyakarta menyatakan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Rachman (2011) di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menyatakan bahwa faktor obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian in mendukung teori Peter (2009) bahwa obesitas lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif (kurang olahraga). Jika makanan yang di konsumsi lebih banyak mengandung kolesterol dapat menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Akibatnya aliran darah menjadi kurang lancar. Orang yang memiliki kelebihan lemak (hiperlipidemia), berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan kedalam tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan oleh lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka terjadilah hipertensi. Menurut asumsi peneliti, bahwa faktor kegemukan karena kelebihan berat badan dari ukuran normal yang dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur dan gizi seimbang memicu tekanan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan hipertensi. Dari segi keperawatan, maka pasien dengan obesitas perlu melakukan diet 8
9 dan diawasi secara tepat dan terkontrol oleh KESIMPULAN 1. Kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong mengalami hipertensi yaitu sebanyak 30 orang (46,9%). 2. Lebih dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong berumur > 45 tahun yaitu sebanyak 42 orang (65,6%). 3. Kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong mempunyai riwayat keluarga hipertensi yaitu sebanyak 20 orang (31,3%). 4. Kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 29 orang (45,3%). 5. Kurang dari setengahnya responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong 10. tahun 2015 ( value = 0,012). petugas kesehatan. mengalami obesitas yaitu sebanyak 19 orang (29,7%). 6. Ada hubungan umur dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2015 ( value = 0,011). 7. Tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ( value = 0,215). 8. Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong ( value = 0,014). 9. Ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka 9
10 DAFTAR PUSTAKA Benson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Crea, M Hypertension. Jakarta: Medya. Departemen Kesehatan RI, Kendalikan Stress dan Hipertensi, Raih Produktivitas. diakses tanggal 28 Maret Elsanti, S Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta: Araska. Irza, S Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara. Kumar, Hipertensi Penyakit Vaskuler. diakses tanggal 12 Maret Marliani, L Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia. Mifbakhuddin Hubungan antara Faktor Karakteristik, Konsumsi Garam dan Konsumsi Energi dengan Kejadian Hipertensi Penduduk Usia Lebih Dari 30 Tahun di Desa Pasar Banggi Rw 4 Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Semarang: Universitas Muhammdiyah. Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Parkinson, M Test Yourself: Personality Questionnaires, Memahami Kuesioner Kepribadian. Solo: Tiga Seragkai. Rahyani Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian Penyakit Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang. Rohaendi, Hipertensi dan Faktor Resiko. diakses tanggal 3 Maret Setiawati dan Bustami Anti Hipertensi dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI. Shanty, M Penyakit yang Diam-diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera. Sustrani, L Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sutanto Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Yogiantoro, M Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: FKUI. 10
KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU
KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan
Lebih terperinciPERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Lilies Sundari*, Merah Bangsawan** * Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang sundarililies@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara
Lebih terperinciStikes Muhammadiyah Gombong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS
Lebih terperinciPromotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL 1) Rustam I. Laboko 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan/atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orangorang yang telah lanjut usia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
Lebih terperinciKata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan sebuah faktor yang sangat penting dalam sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciHERNAWAN TRI SAPUTRO J
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya
Lebih terperinciPERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO
PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN
KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN Sunyoto. Sutaryono, Nofa Martono. Intisari Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan komplikasi dan kematian terbesar di dunia (Kristina, 2012). Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi
Lebih terperinci