PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP WAKTU PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP WAKTU PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI"

Transkripsi

1 PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP WAKTU PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh: Ratna Indah Wahyu Sejati NIM. ST PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017

2

3 \ PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Pemulihan Peristaltik Usus Pada Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali Ratna Indah Wahyu S 1), Galih Setia Adi 2), Aria Nurahman Hendra K 2) 1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Pasien paska operasi sering mengeluh karena menunggu lama untuk dapat makan atau minum setelah operasi. Dampak negatif yang lain dari semakin lamanya pasien mendapat asupan makanan dan nutrisi adalah pemulihan kesegaran dan kebugaran pasien semakin lama. Pemulihan peristaltik usus dilakukan karena akan membuat pasien dapat segera mengakhiri puasanya dan memulai pemenuhan kebutuhan nutrisi sebagai pengganti sel-sel yang hilang saat pembedahan.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang rawat inaprsud Pandan Arang Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Quasi Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah 38 pasien laparatomi. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 28 sampel. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis Mann-Whitney.. Hasil penelitian menunjukkan pemulihan peristaltik usus pada kelompok kontrol paling banyak yaitu < 45 menit sebanyak 7 responden (50%), pemulihan peristaltik usus pada kelompok perlakuan memiliki jumlah paling banyak yaitu < 15 menit sebanyak 7 responden (50%). Uji Mann-Whitney didapatkan nilai p = 0,000 < 0,05 maka disimpulkan H 0 ditolak dan H 1 diterima artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. Penelitian ini disarankan dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai dasar pembuatan SOP pemberian mobilisasi dini dalam membantu mempercepat waktu pemulihan peristaltik usus. Kata Kunci : Mobilisasi, Peristaltik Usus, Pasca Operasi Daftar Pustaka : 16 ( ) 1

4 Effect Of Early Mobilization On Intestinal Peristaltic Recovery Of The Post- Surgical Laparotomy Patients At The Inpatient Units Of Pandan Arang Local General Hospital Of Boyolali ABSTRACT Post-surgical patients frequently have complaints due to prohibition of having meals or drinks soon after the surgery. The negative effect of the length of waiting time to get food and nutrition intake makes the physical fitness and freshness recovery of the patients take long time. The intestinal peristaltic recovery must be done so that the patients can terminate their fasting and start fulfilling their nutritional needs as to replace the lost cells during the surgery. The objective of this research is to investigate the effect of early mobilization on the required time for intestinal peristaltic recovery of the post-surgical laparatomy patients at the Inpatient Rooms of Pandan Arang Local General Hospital of Boyolali. This research used the quantitative research method with the quasi experimental design. Its population was 38 laparatomy patients. The samples of the research were determined through the purposive sampling technique and consisted of 28. The data of the research were analyzed by using the paired t test. The result of the research shows that the time required for the intestinal peristaltic recovery in the control group was less than 45 minutes (7 respondents/50%), whereas the time required for the intestinal peristaltic recovery in the experimental group was less than15 minutes (7 respondents/50%). The result of the paired t test shows that the p-value was 0.000, which was less than 0.05, meaning that H 0 was not verified but H 1 was verified. Thus, there was an effect of the early mobilization on the required time for the intestinal peristaltic recovery of the post-surgical laparatomy patients at the Inpatient Rooms of Pandan Arang Local General Hospital of Boyolali. The result of this research is expected to be a reference for the making of standard operating procedures on the early mobilization as to accelerate the intestinal peristaltic recovery. Keywords: Mobilization, Intestinal Peristaltic, Post-surgical References: 16 ( ) I. PENDAHULUAN Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan, dilakukan diruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan membutuhkan waktu yang lebih lama serta pemantuan yang lebih intensif (Smeltzer dan Bare 2008). Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada 2

5 kasus-kasus apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rektum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 2010). Di Amerika serikat tahun 2009, dari 27 juta orang yang menjalani operasi setiap pelayanan kesehatan, pasien dengan infeksi pada daerah operasi abdomen akan menjalani perawatan dua kali lebih lama di rumah sakit daripada yang tidak mengalami infeksi. Kurangnya mobilisasi dini dapat menimbulkan lamanya hari perawatan dari pasien dengan laparatomi, selain itu kurangnya mobilisasi dini pada pasien pasca operasi laparatomi dapat menimbulkan adanya infeksi (Primariawan, 2010). Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Angka kejadian di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan menunjukan semakin tingginya angka terapi pembedahan abdomen tiap tahunnya, pada tahun 2008 terdapat 172 kasus laparotomi, lalu pada tahun 2009 terdapat 182 kasus pembedahan laparotomi (Razid, 2010). Setiap pasien yang menjalani pembedahan selalu melalui tiga tahapan operasi yaitu tahap pre operatif dimulai sejak dinyatakan adanya kepastian intervensi bedah sampai pasien dikirim ke meja bedah, tahap intra operatif dimulai sejak pasien di transfer dikirim ke meja bedah sampai pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room). Tahap post operatif dimulai dari masuknya pasien ke ruang pemulihan sampai evaluasi untuk selanjutnya (Barbara, 2010). Pasien pasca operasi sering mengeluh karena menunggu lama untuk dapat makan atau minum setelah operasi karena peristaltik ususnya belum pulih. Frekuensi peristaltik usus yang normal adalah 5-30x/menit. Dampak negatif yang lain dari semakin lamanya pasien mendapat asupan makanan dan nutrisi adalah pemulihan kesegaran dan kebugaran pasien semakin lama. Apabila pasien belum pulih peristaltik ususnya tetapi sudah diberikan makan dan minum, maka akan terjadi ileus. Ileus terjadi karena usus belum siap untuk mengolah makanan, sehingga makanan berhenti di usus (Haryanto dan Diyah, 2011). Pasien dapat mengalami komplikasi yang merugikan pasien itu sendiri karena biaya perawatan menjadi lebih besar dan waktu perawatan menjadi lebih lama. Untuk itu pemulihan peristaltik usus dilakukan karena akan membuat pasien dapat segera mengakhiri puasanya dan memulai pemenuhan kebutuhan nutrisi sebagai pengganti sel-sel yang hilang saat 3

6 pembedahan. Sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih cepat dan pasien merasa lebih nyaman karena tidak tersiksa dengan waktu puasa yang lama (Wiyono dan Arifah, 2008). Pemulihan peristaltik usus dipengaruhi oleh usia, asupan cairan, faktor psikologis, anestesi dan pembedahan, dan aktivitas fisik atau mobilisasi (Potter & Perry, 2010). Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak dengan bebas berirama dan terarah dilingkungan (Kozier,et al., 2011). Mobilisasi dini bermanfaat dalam peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri, memberi nutrisi pada daerah penyembuhan luka dan meningkatkan status pencernaan kembali normal (Mundy, 2012). Dampak apabila tidak dilakukan mobilisasi dini dapat sulit buang air besar dan buang air kecil, distensi lambung, gangguan pernafasan, gangguan kardiovaskuler (Mochtar, 2012). Mobilisasi dapat meningkatkan tonus saluran gastrointestinal, dinding abdomen dan menstimulasi peristaltik. Mobilisasi dini secara fisiologis akan menstimulasi organ-organ tubuh untuk berfungsi kembali seperti semula dengan lebih cepat seperti jantung, kandung kemih dan sistem gastrointestinal khususnya pemulihan peristaltik usus. Prinsip kerjanya adalah, pergerakan dalam mobilisasi akan merangsang jantung untuk bekerja lebih maksimal sehingga sirkulasi darah kembali lancar (Smeltzer dan Bare 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Siregar tahun 2015 menjelaskan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltik usus pada 6-8 jam dan jam pasca pembedahan dengan anestesi umum sehingga semakin cepat pasien dilakukan mobilisasi maka akan semakin cepat pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan dengan anestesi umum di RS Haji Medan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bulan Mei 2016, didapatkan jumlah pasien yang dilakukan laparatomi bulan April 2016 sebanyak 38 orang di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 4 perawat mengatakan jika pasien pasca operasi laparatomi 6-8 jam berikutnya pasien tidak diberikan mobilisasi dini dan hanya di anjurkan untuk istirahat tidak boleh makan dan minum sampai buang angin. Sedangkan wawancara kepada 5 pasien, mengatakan perawat tidak melakukan tindakan pemeriksaan setelah operasi tetapi menganjurkan supaya menunggu buang angin setelah itu baru lapor ke perawat boleh makan/minum atau tidak. Pasien dan keluarga pasien juga sering 4

7 mengeluhkan karena harus menunggu lama sampai buang angin, sehingga asupan nutrisi juga terhambat yang berdampak pasien sering mengeluh haus dan lapar sampai badan terasa lemas. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. II. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian jenis Quasi Eksperimen dengan desain post test only with control group. Populasi pada penelitian ini adalah 38 pasien laparatomi pada bulan April 2016 di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali.. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu 28 sampel (14 kontrol dan 14 perlakuan). Tahapan mobilisasi pada kelompok kontrol dilakukan 2 tahap yaitu 15 menit pertama dan 15 menit kedua. Sedangkan kelompok perlakuan dilakukan 3 tahap yaitu 15 menit pertama, 15 menit kedua, 15 menit ketiga. Alat penelitan yang digunakan yaitu SOP mobilisasi dini dan lembar pemeriksaan auskultasi peristaltik usus. SOP dan lembar pemeriksaan auskultasi peristaltik usus dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan teori yang pernah ada. Waktu pemulihan peristaltik usus dibedakan menjadi 3 kategori yaitu < 30 menit cepat, menit sedang dan > 60 menit lambat. Analisis data univariat penelitian meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan waktu pemulihan peristaltik usus yang disajikan dalam bentuk proporsi presentase. Analisis bivariat analisis yang dilakukan keterkaitan dua variabel yang saling berhubungan, untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltik usus dilakukan uji Mann Whitney. Penggunaan Mann Whitney merupakan pilihan uji non parametris untuk menguji efektifitas suatu perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan, dalam hal ini peneliti membandingkan 2 kelompok yang berbeda yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan waktu pemulihan peristaltik usus disajikan dalam tabel serta deskripsi. 5

8 Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol & Kelompok Perlakuan (n=14) Jenis Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Kelamin Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Laki-Laki 5 35,7 6 42,9 Perempuan 9 64,3 8 57,1 Total , ,0 Hasil penelitian diketahui distribusi responden menunjukkan untuk kelompok kontrol jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 9 responden (64,3%) demikian juga kelompok perlakuan lebih banyak perempuan yaitu 8 responden (57,1%). Purwandari dkk (2010) di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dan Rumah Sakit Syafira didapatkan jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan (70%). Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30%. Hal ini sesuai dengan pengertian laparatomi menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2010), yaitu tindakan bedah yang dilakukan pada bedah digestif dan bedah obstetrik, sehingga angka kejadian laparatomi lebih tinggi pada perempuan. Tabel 2 Distribusi Usia Kelompok Kontrol & Kelompok Perlakuan (n=14) Usia Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan (tahun) Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) ,3 3 21, ,7 4 28, ,6 1 7, ,4 3 21, ,3 2 14,3 > ,2 Total , ,0 Hasil penelitian diketahui distribusi responden berdasarkan usia kelompok kontrol paling banyak usia tahun yaitu 4 responden (28,6%) dan untuk kelompok perlakuan paling banyak usia tahun yaitu 4 responden (28,6%). Hasil observasi di RSUD Pandan Arang Boyolali terkait waktu pemulihan peristaltik usus pasca laparatomi menunjukkan bahwa usia muda lebih cepat waktu pemulihan peristaltik ususnya dibandingkan dengan usia tua. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Baharestani (2008) yang menunjukkan bahwa pola 6

9 penyembuhan usia muda pasca operasi lebih cepat pada usia tua hal tersebut dikarenakan pada usia muda jumlah fibroblast dan kolagen lebih banyak dan lebih cepat dalam pembentukan jaringan granulasi daripada usia tua. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jika penyembuhan luka lebih cepat maka mobilasasi dini dapat dilakukan lebih cepat daripada penyembuhan luka yang lebih lama, sehingga waktu pemulihan peristaltik ususnya lebih cepat. Penelitian ini didukung pula oleh penelitian mengenai hubungan usia dengan masa penyembuhan yang dipaparkan Valencia (2010) menjelaskan bahwa semakin tua usia pasien, maka angka komorbiditasnya akan meningkat, respon terhadap fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi mengalami penurunan seiring dengan pengaruh usia. Tabel 3 Distribusi Tingkat Pendidikan Kelompok Kontrol & Kelompok Perlakuan (n=14) Kelompok Kontrol Kelomp k Perlakuan Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) SD 1 7,2 3 21,4 SMP 6 42,8 3 21,4 SMA/SMK 6 42,8 6 42,8 Pg.Tinggi 1 7,2 2 14,3 Total , ,0 Hasil penelitian diketahui distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan kelompok kontrol paling banyak SMA/SMK yaitu 6 responden (42,8%) demikian juga kelompok perlakuan paling banyak SMA/SMK yaitu 6 responden (42,8%). Tingkat pendidikan akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk membentuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan (Perry &Potter, 2010). Menurut Undang- Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003), tingkat pendidikan di Indonesia dibagi atas 3 tingkat yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Namun untuk jenis pendidikan terdapat perbedaan. Menurut peneliti hal ini dapat terjadi karena perbedaan tempat penelitian dan responden yang digunakan peneliti. 7

10 Tabel 4 Distribusi Pekerjaan Kelompok Kontrol & Kelompok Perlakuan (n=14) Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Tidak Bekerja 4 28,6 2 14,3 Buruh/Petani ,5 Wiraswasta 3 21,4 1 7,2 PNS Total , ,0 Hasil penelitian diketahui distribusi responden berdasarkan pekerjaan kelompok kontrol paling banyak buruh/tani yaitu 7 responden (50%) demikian juga kelompok perlakuan paling banyak yaitu buruh/petani yaitu 11 (78,5%). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak seperti lingkungan kerja yang nyaman dan bersih akan mempengaruhi Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Anestesi (n=28) Anestesi F % Umum N= Hasil penelitian diketahui distribusi responden semuanya menggunakan jenis anestesi umum yaitu 28 responden (100,0%). Pembedahan dengan anestesi umum akan melumpuhkan semua fungsi tubuh antara lain saluran pencernaan yang disebut illeus pasca bedah, Illeus menyebabkan gangguan peristaltik hingga makanan yang seharusnya seseorang untuk berperilaku hidup sehat (Mubarak dkk, 2008). Pekerjaan memang secara tidak langsung turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi yang akan memberikan pengaruh seseorang untuk merubah sikap. didorong ke bawah akan berhenti akibatnya usus meregang dan makanan itu dimuntahkan. Illeus segera sembuh dan usus mulai berjalan kembali tergantung jenis dan lamanya operasi (Bahar, 2012). Pengkajian dan manajemen pada sistem gastrointestinal pasca pembedahan adalah penting karena sistem gastrointestinal yang bermasalah akan menimbulkan ketidaknyamanan dan komplikasi bagi pasien. Disfungsi gastrointestinal seperti distensi pasca operasi, 8

11 penurunan peristaltik dan pengerasan feses dapat dicegah dengan meningkatkan hidrasi dan aktivitas yang adekuat (Smeltzer & Bare, 2008). Teori lain menurut Mochtar (2012) menyebutkan bahwa dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas juga akan membantu mempercapat organ-organ tubuh bekerja seperti semula. 2. Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. Tabel 6 Analisis Mann Whitney (n=28) Pemulihan Peristaltik N Sig. usus Kontrol 14 0,000 Perlakuan 14 N= Hasil penelitian diketahui analisis Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,000 < 0,05 maka disimpulkan H 0 ditolak atau H 1 diterima sehingga ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2011) menemukan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini dengan pemulihan peristaltik usus pada klien pasca operasi laparatomi di ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa moblilsasi dini pada pasien pasca operasi laparatomi dengan General Anestesi dapat membantu proses pemulihan peristaltik usus pasien dimana mobilisasi dini diakukan 6-8 jam pasien post operasi. Latihan mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan dan mobilisasi merupakan modalitas yang tepat untuk memulihkan fungsi tubuh bukan saja pada bagian yang mengalami cedera tetapi juga pada keseluruhan anggota tubuh. Terapi latihan dapat berupa latihan pasif dan aktif, terapi latihan juga dapat berupa miring kanan kiri, duduk dan berjalan sedini mungkin untuk meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri. Pergerakan akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot 9

12 dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik. Keberhasilan mobilisasi dini dalam mempercepat pemulihan peristaltik usus pasca pembedahan telah dibuktikan dalam penelitian sebelumnya (Widianto, 2014). Mobilisasi dini menjadi hal penting dilakukan karena dapat memperlancar peredaran darah, mencegah komplikasi pasca operasi, mencegah kontraktur, dan mempercepat penyembuhan luka. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perut menjadi kuat kembali dan mempercepat kesembuhan. Manfaat yang diperoleh apabila melakukan mobilisasi dini peristaltik usus kembali normal, faal usus dan kandung kemih lebih baik. Mobilisasi dini akan membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula serta dapat mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli (Marlitasari, 2010). Mobilisasi dini mampu mempercepat proses pemulihan luka pasca operasi, sekaligus dapat mempercepat pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi. Hal ini telah dibuktikan oleh Wiyono dalam Akhrita (2011) dalam penelitiannya terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa mobilisasi diperlukan bagi pasien pasca operasi untuk membantu mempercepat pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan luka pasien (Yelinda dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, relevan dengan tinjauan pustaka ataupun hasil-hasil penelitian sebelumnya bahwa mobilisasi dini mampu mempercepat proses pemulihan peristaltik usus karena pasien yang diberikan mobilisasi dini pada kelompok perlakuan lebih cepat waktu pemulihan peristaltik ususnya daripada kelompok kontrol. Implikasi keperawatan dimana mobilisasi dini sangat penting dalam membantu mempercepat respon peristaltik usus untuk dapat kembali berfungsi, maka setiap perawat diharapkan melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi sehingga proses penyembuhan lebih cepat dan memperpendek waktu rawat inap pasien. 10

13 IV. SIMPULAN 1. Karakteristik pasien post op laparatomi berdasarkan jenis kelamin paling banyak jenis kelamin perempuan 17 responden (60,7%). Karakteristik pasien berdasarkan usia paling banyak usia tahun 7 responden (25%). Karakteristik pasien berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak yaitu SMA/SMK 12 responden (42,8%). Karakteristik pasien berdasarkan pekerjaan paling banyak sebagai buruh/petani 18 responden (64,3%). Karakteristik pasien berdasarkan jenis anestesi semuanya menggunakan jenis anestesi umum 28 responden (100%), Karakteristik pasien berdasarkan tingkat kesadaran compos mentis 28 respondn (100%) dan karakteristik pasien berdasarkan tanda-tanda vital (TTV) semuanya dalam kondisi normal. 2. Waktu pemulihan peristaltik usus pada kelompok kontrol paling banyak yaitu menit sebanyak 7 responden (50%). 3. Pemulihan peristaltik usus pada kelompok perlakuan memiliki jumlah paling banyak yaitu 0-15 menit sebanyak 7 responden (50%). 4. Hasil analisis Mann-Whitney didapatkan nilai p = 0,000 < 0,05 maka disimpulkan H 0 ditolak dan H 1 diterima artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. V. DAFTAR PUSTAKA Akhrita, Zetri. (2011).Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Pemulihan Kandung Kemih Pasca Pembedahan dengan Anestesi Spinal di IRNA B (Bedah Umum) RSUP DR.M Djamil Padang. Skripsi. Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas.Padang. Ambarwati, Eny Ratna Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Bahar. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Internal Publishing. Baharestani, Mylene Mona. (2008). An Overview of Neonatal and Pediatric Wound Care Knowledge and Considerations. Diakses 4 Desember 2017 dari emetjournal.html. Depkes. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan. Haryanto dan Diyah. (2013). Efektivitas Pemberian ROM Aktif Terhadap Pemulihan Peristaltik Usus Pasca Operasi Sectio Caesaria Dengan Anestesi Spinal Di Bangsal An-Nisaa RSU PKU 11

14 Muhammadiyah Bantul. Naskah Publikasi S-1 Keperawatan. STIKes Aisyiyah Yogyakarta. Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental keperawatan Konsep Proses Dan Praktik volume 2. Jakarta: EGC. Moctar, R. (2012). Sinopsis Obstetric. Jakarta: EGC. Valencia Isabel, P. Falabela Anna, F. Lawrence Schachner. (2010). New Development in Wound Care for Infant and Children. Pediatric Journals: Proquest Medical Library. Diakses 4 Desember 2017 dari Mubarak, WI & Chayatin, N.(2008).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:.Buku Kedokteran EGC. Mundy. (2012). Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Erlangga : PT Gelora AksaraPratama. Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika. Primariawan. (2010).Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Rasyid, Roslaili and Suheimi, K. (2010).Prevalensi infeksi nosokomial pada luka pasca operasi di bagian kebidanan dan penyakit kandungan rsup. Dr. M. Djamil padang.project Report. LP UNAND. (Unpublished). Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. (2008).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 12

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anastesi umum merupakan salah satu teknik yang dapat di lakukan pada pasien yang menjalani operasi lebih dari 20 menit, khususnya jika dibutuhkan pemulihan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan penyakit urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasive yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh (Nainggolan,

Lebih terperinci

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni INTISARI PENGARUH LATIHAN PASIF EXTREMITAS BAWAH TERHADAP PEMULIHAN KESADARAN PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI GENERAL DI RUANG PULIH SADAR RUMAH SAKIT TENTARA SLAMET RIYADI SURAKARTA Budi Setyono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan perubahan gaya hidup manusia berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun terakhir di Indonesia, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan bidang kesehatan modern mencakup berbagai macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah sectio caesaria. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan perioperative. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR. SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG Penelitian Keperawatan Medikal Badah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE Oleh: Kelompok : 1A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2014 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Mobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio Caesarea (SC) merupakan suatu teknik kelahiran perabdomen untuk menghentikan perjalanan persalinan normal, dengan cara melakukan insisi di dinding abdomen (laparatomi)

Lebih terperinci

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa Cicilia Yuni Ardini Widyaswari *),Yunie Armiyati**), M. Syamsul Arif SN***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP KEBERHASILAN PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN PASCA OPERASI DI RS PKUMUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP KEBERHASILAN PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN PASCA OPERASI DI RS PKUMUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP KEBERHASILAN PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN PASCA OPERASI DI RS PKUMUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: MEIGA ANGGRAINI 090201053 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sectio caesarea adalah persalinan atau lahirnya janin dan plasenta melalui sayatan dinding abdomen dan uterus, karena disebabkan antara ukuran kepala dan panggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sectio caesarea (SC) merupakan prosedur operatif yang dilakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien karena kemungkinan hal buruk yang membahayakan pasien bisa saja terjadi, sehingga dibutuhkan peran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENYULUHAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PRE OPERASI DI IRNA B BEDAH RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG Penelitian Keperawatan Medikal Bedah SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini

Lebih terperinci

PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KUKUH WIJAYANTO NIM : 08.0287.S LUKMAN HAKIM NIM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu dan umbai cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN SKRIPSI PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010 GAMBARAN PENATALAKSANAAN MOBILISASI DINI OLEH PERAWAT PADA PASIEN POST APPENDIKTOMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Hesti Marlitasari 1, Basirun Al Ummah 2, Ning Iswati 3 1,2,3Jurusan Keperawatan STiKes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN PASIEN PASCA BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI DIRUANG AL- FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC)

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC) PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC) Ernawati, Suryanti, Intan Dyah Rahmawati Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap Jl. Dr. Soetomo

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Nurhafizah* Erniyati** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI GASTER Vol. No. Agustus PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI Ririn Purwanti, Wahyu Purwaningsih Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin melalui insisi di

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO Vol. No., Maret PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO Nyunariani Puspita Sari *) Abstract Postoperative, anesthesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat Strangulasi dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT TENTARA BINJAI

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT TENTARA BINJAI HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT TENTARA BINJAI (*) Juliati. Email: Juliati_80 @ yahoo.co.id ABSTRACT: Sectio Caesaria is a way of delivery of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Operasi adalah keadaan yang membutuhkan tindakan pembedahan. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor dilakukan setiap tahun di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan berbagai dampak, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kasus-kasus orthopedi bertambah banyak, semakin bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya banyak kita jumpai berbagai kecelakaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : ROM Aktif, Mobilisasi Dini, Peristaltik Usus, Post Operasi Abdomen dengan Genaral Anestesi ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : ROM Aktif, Mobilisasi Dini, Peristaltik Usus, Post Operasi Abdomen dengan Genaral Anestesi ABSTRACT EFEKTIFITAS ROM AKTIF DAN MOBILISASI DINI TERHADAP KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST OPERASI ABDOMEN DENGAN GENERAL ANESTESI DI RSUD KOTA SALTIGA Umi Safitri * ), Mugi Hartoyo ** ), Wulandari

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 3, No 2 Februari 2018 PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksio sesarea merupakan suatu teknik kelahiran perabdomen karena tidak dapat bersalin secara normal, sehingga dilakukan insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkiraan tindakan pembedahan di dunia adalah 234 juta tindakan setiap tahunnya bahkan melebihi jumlah kelahiran. Pada tahun 2002, bank dunia melaporkan bahwa dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA Clara Grace Y.A.S*, Siti Saidah Nasution** *Mahasiswa Keperawatan **Dosen Keperawatan Maternitas *Staf Pengajar Keperawatan

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26 FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU Adhar Arifuddin 1, Lusia Salmawati 2, Andi Prasetyo 3* 1.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri 14 HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Dede Mahdiyah Akademi

Lebih terperinci

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian

Lebih terperinci

MOBILISASI DINI BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN KESEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA

MOBILISASI DINI BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN KESEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA MOBILISASI DINI BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN KESEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA EARLY MOBILIZATION IN CONNECTION WITH IMPROVED WOUND HEALING IN PATIENTS POST OPERATION SECTIO CAESARIA

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK GAMBARAN PELAKSANAAN MOBILIASI PRE OPERASI SEBELUM DIBERIIAKAN PENYULUHAN DAN PELAKSANAAN MOBILISASI POST OPERASI SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN PADA PASIEN LAPARATOMI DI RSUP. DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara tindakan dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

Lebih terperinci

Lampiran 2

Lampiran 2 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian

Lebih terperinci

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 248 kematian per 100.000 kelahiran

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen Terhadap Penyembuhan Luka Dan Fungsi Pernafasan

Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen Terhadap Penyembuhan Luka Dan Fungsi Pernafasan Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen Terhadap Penyembuhan Luka Dan Fungsi Pernafasan Reni Prima Gusty a Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNAND Email: reni.rafie@gmail.com Abstract : Injury

Lebih terperinci

Pengaruh Penyuluhan Tentang Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Post Sectio

Pengaruh Penyuluhan Tentang Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Post Sectio Pengaruh Penyuluhan Tentang Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Intan Meyty Megawati Tongkukut 1, Telly Mamuaya 2, Kusmiyati 3 1. RSUD Datoe Binangkang Kotamobagu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan.pembedahan biasanya diberikan anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Desi Maritaning Astuti 1610104430 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPON TERHADAP NYERI PASIEN POST OPERASI MAYOR DI IRNA BEDAH RSUP. Dr. DJAMIL PADANG 2014.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPON TERHADAP NYERI PASIEN POST OPERASI MAYOR DI IRNA BEDAH RSUP. Dr. DJAMIL PADANG 2014. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPON TERHADAP NYERI PASIEN POST OPERASI MAYOR DI IRNA BEDAH RSUP. Dr. DJAMIL PADANG 04 Dedi Adha* ABSTRAK Semua pasien post operasi akan mengalami nyeri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dalam tubuh mencakup 50% - 60% dari total berat badan (Ignatavicius & Workman, 2006). Jumlah tersebut sangat bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persalinan bisa terjadi secara fisiologis maupun patologis. Persalinan patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea). Sectio Caesarea didefinisikan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010 EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010 KHAIRUL BARIAH 095102019 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKUTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rien Ariani 201510104286 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG Skripsi ARI WIJAYANTO NIM : 11.0758.S TAUFIK NIM : 11.0787. S PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG Dwi Nurwahyuningati*) Faridah Aini, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB**), Yuliaji Siswanto,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) Her Endah Prasetyowati her_endah@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perawatan kesehatan kita dahulu berorientasi pada penyakit. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini menekankan pada dua aspek

Lebih terperinci

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI HERNIA DI RSUD WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi DIAN APRIANTO NIM : 08.0263.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Cronik Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan dari gagal ginjal dan hasil akhir destruksi jaringan gradual yang progresif

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR Yulistia Indah Larasati ABSTRAK Pembedahan akan membangkitkan reaksi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

IKRIMA RAHMASARI J

IKRIMA RAHMASARI J PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) SECARA DINI TERHADAP KEMAMPUAN ACTIVITIES DAILY LIVING (ADL) PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI RSUI KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

Lebih terperinci

Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr. M.

Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr. M. 724 Artikel Penelitian Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang Wira Ditya 1, Asril Zahari 2, Afriwardi

Lebih terperinci