PROSES PRODUKSI PROGRAM BERITA INVESTIGASI SEXOPHONE DI TRANS TV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PRODUKSI PROGRAM BERITA INVESTIGASI SEXOPHONE DI TRANS TV"

Transkripsi

1 PROSES PRODUKSI PROGRAM BERITA INVESTIGASI SEXOPHONE DI TRANS TV Aldita Ruslim; Wira Respati Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No 9, Palmerah, Jakarta Barat ABSTRACT This research is aimed to acknowledge the production process (pre production stage, production stage, and post production stage) and SWOT Analysis of Sexophone program at TRANS TV. This research is using qualitative-descriptive method. The technique used for collecting data was direct observation, deep interview, available documentation, and field notes. Data Analysis used is Qualitative Descriptive Analysis, stages of data analysis are data reduction, categorizing (coding), data validity, analyzing and data presenting. Data validity techniques used is triangulation, participation extension, and referential adequacy. The result is production process of Sexophone program is started with an explanation about the idea of the program, pre production stage, production stage, and postproduction stage. Beside that, there is also SWOT analysis program as a basic of strategy that related with production process to elevate Sexophone program quality. Conclusion, production process of Sexophone program at TRANS TV is match with production theory that used. Key Words : Production Process, News Investigation, Sexophone Program, SWOT, TRANS TV ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi (tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap paska produksi) dan Analisis SWOT program Sexophone di TRANS TV. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara mendalam, dokumentasi, dan catatan lapangan. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif, dengan tahapan reduksi data, kategorisasi (coding), memeriksa keabsahan data, menganalisa dan menyajikan data. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi, perpanjangan keikutsertaan, dan kecukupan referensial. Hasil penelitian yang dicapai adalah proses produksi program Sexophone dimulai dengan penjelasan tentang ide program, tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap paska produksi. Selain itu juga terdapat analisis SWOT program, sebagai dasar dari strategi yang terkait dengan proses produksi untuk meningkatkan kualitas program Sexophone. Simpulan, proses produksi program Sexophone di TRANS TV sudah sesuai dengan teori produksi yang digunakan. Kata Kunci : Proses Produksi, Berita Investigasi, Program Sexophone, SWOT, TRANS TV

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan sehari-hari masyarakat. Manusia belajar makna-makna dari budaya dan televisi merupakan sumber utama dalam pembentukan budaya (Antoni, 2004: 128). Menurut Damayanti, kekuatan televisi dibandingkan dengan media lainnya adalah kemampuannya untuk membawa penonton ke lokasi kejadian dengan menggunakan gambar. Gambar yang dikombinasikan dengan suara alami adalah faktor yang membuat televisi memberikan pengaruh atau dampak yang sangat kuat pada penonton (Damayanti, 2010: 5). Praktisi-Praktisi televisi dituntut untuk memiliki kreatifitas, inovasi, dan pola pikir yang terbuka untuk semakin memuaskan pemirsa masyarakat. Banyak program-program acara televisi yang diproduksi dengan jenis dan format yang baru. Tidak heran jika kini acara di televisi sangat bervariasi, pemirsa ditawarkan beragam acara yang unik, menarik, dan kreatif, baik dari segi isi maupun segi pengemasannya. Salah satu jenis program yang mengalami perubahan adalah program berita. Mulanya, program berita sangat fokus pada segi isi. Namun sekarang, banyak program berita yang sudah mulai memikirkan segi pengemasannya, dengan gaya dan cara penyampaian yang lebih luwes dan menghibur. Fungsi program berita bukan hanya untuk menginformasikan saja, tapi juga untuk menghibur pemirsanya. Salah satu jenis program berita yang sangat menarik adalah berita investigasi. Berita investigasi adalah berita serius yang mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dibalik suatu peristiwa secara komprehensif, yang dipersiapkan dengan sungguh-sungguh mulai dari fakta, data pendukung, analisis sampai ke sudut pandang yang dipilih dalam penyajiannya (Atmakusumah, Maskun, dan Basorie : 1996). Jenis berita investigasi menjadi menarik karena diisi dengan isu-isu yang tidak biasa, sengaja ditutup-tutupi, bersifat rahasia dan tersembunyi yang tidak pernah dibuka kepada masyarakat, dan disampaikan kepada masyarakat secara mendalam. Cara pengumpulan informasi yang dilakukan juga dengan upaya penyelidikan, penelusuran, pengusutan, dan penelitian yang dilakukan secara diam-diam. Sebuah program acara televisi dibuat melalui proses produksi yang dimulai dari tahap pra produksi, produksi, hingga paska produksi. Proses produksi sebuah program yang bersifat investigasi memiliki perbedaan dengan program lainnya. Proses produksinya justru lebih sulit dan dihadapkan dengan berbagai tantangan. Hal ini karena biasanya isu yang diangkat adalah hal yang bersifat rahasia, membuka suatu kasus atau fenomena yang tertutup, dan sulitnya menembus serta meyakinkan narasumber untuk membeberkan informasi. Apalagi program investigasi mengharuskan penjelasan yang detail dan mendalam. Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang sebuah program berita investigasi di TRANS TV yaitu program Sexophone. Sexophone adalah program acara investigasi khusus dewasa yang dikemas secara ringan yang memberikan berbagai pengetahuan dan wawasan baru mengenai seks. Program ini masuk dalam kategori berita karena memberikan informasi berupa liputan, wawancara, dan ada dialog yang diberikan kepada masyarakat. Informasi-informasi yang diberikan diperoleh dengan upaya investigasi. Biasanya, informasi-informasi tentang seks diperoleh dari narasumber-narasumber khusus yang tersembunyi. kebanyakan narasumber tidak ingin identitasnya diketahui karena kasus yang berkaitan dengan seks menjadi hal yang sangat sensitif. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya investigasi untuk memperoleh dan menyampaikan informasi tersebut. Selain itu, program Sexophone ini fokus pada isu seks yang sangat diminati pemirsa. Masalah seks selalu menjadi hal menarik karena berkaitan dengan tata nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi. Manusia memiliki kebutuhan biologis yang diberikan Tuhan dengan tujuan untuk mempertahankan keturunan. Salah satu nilai berita adalah seks. Haris Sumadiria berpendapat bahwa berita adalah seks dan seks adalah berita. Segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks identik dengan perempuan dan sebaliknya. Seks bisa menunjuk pada anatomi tubuh perempuan yang selalu menarik dan perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kenikmatan. Segala berita tentang perempuan dan seks selalu diminati, ditunggu-tunggu, bahkan dicari (Sumadiria, 2008: 92).

3 Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses produksi program Sexophone mulai dari tahap pra produksi, produksi, hingga paska produksi. Serta menjabarkan strategi Sexophone yang terkait dengan proses produksi untuk meningkatkan kualitas program, berdasarkan penjabaran kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang (Analisis SWOT) program Sexophone. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Proses produksi (tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap paska produksi) program SEXOPHONE di TRANS TV; (2) Analisis SWOT program SEXOPHONE di TRANS TV sebagai dasar dari strategi yang terkait dengan proses produksi untuk meningkatkan kualitas program. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) Untuk mengetahui proses produksi (tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap paska produksi) program SEXOPHONE di TRANS TV; (2) Untuk mengetahui Analisis SWOT program SEXOPHONE di TRANS TV sebagai dasar dari strategi yang terkait dengan proses produksi untuk meningkatkan kualitas program. Landasan Teori Proses Produksi Proses produksi sebuah program acara televisi dibagi menjadi tiga tahapan yaitu : 1. Tahap Pra Produksi Tahap pra produksi adalah segala proses persiapan dan perencanaan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah program acara televisi. Pra produksi merupakan segala kegiatan yang dilakukan sebelum pengambilan gambar dan suara (shooting) dilakukan. Menurut Zettl, pra produksi adalah proses yang mencakup segala persiapan dan aktifitas sebelum kita benar-benar masuk dalam studio atau lapangan untuk produksi Biasanya ada dua tahapan yaitu :. Terdiri dari dua tahap yaitu : Tahap 1 : berisi segala aktifitas yang dibutuhkan untuk mengubah ide dasar ke dalam konsep kerja atau naskah (ide program, proposal, mempersiapkan budget, dan menulis naskah). Tahap 2 : berisi segala detail produksi yang dibutuhkan seperti lokasi, kru, dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi single camera dan multi camera (orang dan komunikasi, permintaan fasilitas, jadwal produksi, perizinan dan kebersihan, publisitas dan promosi) (Zettl, 2009: 4). Andi Fachruddin (2012) menjelaskan tahap pra produksi berita televisi yaitu mencakup kegiatan : a. Tahap perencanaan (planning) : mencari/mendata informasi yang masuk dari beberapa sumber media cetak/audio visual dari dalam atau luar negeri. Mencari/mendata informasi berasal dari fakta peristiwa, pendapat realita yang disekitarnya atau dari narasumber terpercaya. b. Rapat redaksi (production meeting) : rapat redaksi berita biasanya diadakan untuk membicarakan atau membahas informasi yang masuk sebagai bahan berita liputan : mendata dan membahas seluruh informasi berita yang masuk ke ruang produksi, membicarakan nilai berita yang akan diliput, dan menentukan jenis-jenis berita yang akan diliput. c. Penugasan kru peliputan (program planning) : menentukan atau memerintahkan petugas reporter maupun camera person berita yang akan melaksanakan liputan dilapangan (Fachruddin, 2012: 63). 2. Tahap Produksi Tahap produksi adalah kegiatan inti dari seluruh proses pembuatan sebuah program acara televisi. Tahap produksi merupakan segala kegiatan yang dilakukan seputaran pengambilan gambar dan suara (shooting). Hal ini sejalan dengan pendapat Zettl bahwa tahap produksi adalah segala aktifitas diseputaran perekaman gambar (Zettl, 2009: 4). Beberapa hal didalam tahap produksi adalah : Peralatan kamera, audio, pencahayaan (lighting), rekaman video, properti, talent (artis), make up dan kostum, persiapan dan pengarahan director. Zettl memberikan penjelasan mengenai tahap produksi di lapangan (lokasi) yaitu: a. Produksi : persiapan (preparation) yaitu survey, rapat produksi, timeline produksi. b. Produksi : memeriksa peralatan dan perlengkapan (equipment check). c. Produksi : pengaturan (setup). d. Produksi : latihan (reherasal). e. Produksi : perekaman gambar (video recording).

4 f. Produksi : mengumpulkan dan memeriksa peralatan dan perlengkapan (strike and equipment check) (Zettl, 2009: ). Andi Fachruddin (2012) menjelaskan tahap produksi berita televisi : a. Persiapan produksi : reporter beserta kru lainnya mengadakan koordinasi dan membahas materi yang akan diliput, menyiapkan peralatan shooting (kamera, microphone, tape cassette, tripod, lampu, dan sebagainya), menyiapkan transportasi, checking peralatan khususnya kamera dan microphone dan kondisi alat tersebut agar layak pakai. b. Pelaksanaan produksi : melaksanakan shooting sesuai dengan persiapan produksi sebelumnya, setelah selesai shooting reporter dan camera person melakukan preview atau checking hasil shooting (Fachruddin, 2012: 64). 3. Tahap Paska Produksi Paska produksi adalah segala aktivitas yang menyangkut dengan editing video dan audio. Aktivitas editing ini seperti, mengatur komposisi dan warna pada setiap video, memilih background musik yang sesuai, dan membuat efek spesial untuk audio (Zettl, 2009: 4). Tahap paska produksi adalah segala kegiatan yang dilakukan setelah proses pengambilan gambar dan suara (shooting). Tahap ini diisi dengan melakukan edit pada gambar dan suara hasil shooting, serta melakukan evaluasi keseluruhan program. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Freddy Rangkuti, 2004: 18 ), atau dalam hal ini adalah strategi untuk program Sexophone terkait dengan proses produksi untuk meningkatkan kualitas program. Menurut Rangkuti (2004), SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) serta lingkungan eksternal Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) yang dihadapi dunia bisnis. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Sehingga perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Analisis SWOT adalah model yang paling populer untuk analisis situasi. Dalam penelitian ini Analisis SWOT digunakan untuk menjabarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman program Sexophone untuk merumuskan strategi terbaik yang berkaitan dengan proses produksi. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek atau objek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan konteks dan memanfaatkan metode alamiah (Tohirin, 2012: 3). Berdasarkan definisi tersebut, penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek (Kru Sexophone) dan objek (Program Sexophone) untuk menjelaskan proses produksi dan analisis SWOT program Sexohone di TRANS TV secara holistik (menyeluruh), yang digambarkan dalam bentuk kata-kata tulisan. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dengan tujuan untuk menjelaskan dan mendekripsikan secara mendetail proses produksi dan analisis SWOT program Sexophone. Mendeskripsikan artiya adalah menggambarkan secara rinci dan jelas. Dalam penelitian ini, proses produksi dan analisis SWOT program digambarkan secara mendetail dalam tulisan naratif berbentuk kata-kata dan gambar proses produksi. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian terjadi dalam tulisan naratif berbentuk kata dan gambar (Ghony dan Almanshur, 2012: 44).

5 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV), yang beralamat di Jl. Kapten P. Tendean Kav A, Jakarta Objek Penelitian Objek penelitian dan yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah Program SEXOPHONE dan TRANS TV sebagai stasiun televisi yang menyiarkannya. Subjek Penelitian Subjek penelitian disebut juga sebagai narasumber atau informan dalam penelitian. Informan berguna sebagai pemberi informasi, berbicara, bertukar pikiran, dan membandingkan informasinya dengan subjek atau informan lain melalui wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah informan terpercaya yang paling bertanggung jawab atas program SEXOPHONE yaitu, Eksekutif Produser, Produser, Asisten Produser, Production Assistant, dan Reporter. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder : a. Data primer diperoleh dari observasi langsung peneliti, catatan lapangan yang dibuat peneliti selama observasi, wawancara peneliti terhadap beberapa informan yang terkait, dan foto-foto proses produksi yang diambil sendiri oleh peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ghony dan Almanshur tentang data kualitatif yang berupa fotografi, dokumen personal peneliti, dan catatan lapangan (Ghony dan Almanshur, 2012: 121). Jenis data primer dalam penelitian ini berupa katakata, tindakan, dan foto. b. Data sekunder diperoleh peneliti dari dokumen yang sudah tersedia. Yaitu data dokumentasi berupa catatan, naskah, rundown, rincian biaya, rincian alat dan kru, foto dan gambar. Jenis data sekunder dalam penelitian ini berupa sumber tertulis, foto dan gambar. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal penting dalam penelitian. Penelitian dikatakan valid dan berhasil tidak hanya berupa asumsi atau hipotesa, melainkan harus disertai dengan data dan informasi dari berbagai sumber. Tujuan pokok penelitian adalah untuk mendapatkan data (Ghony dan Almanshur, 2012: 164). Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis yang harus dipertimbangkan dengan baik oleh peneliti. Teknik pengumpulan data merupakan cara dan metode yang digunakan yang dimaksudkan untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan: 1. Observasi Menurut Mantra (2008) seperti yang dikutip oleh Ghony dan Almanshur, observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti harus turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (Ghony dan Almanshur, 2012: 165). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipatif atau pengamatan secara langsung dengan mengikuti proses produksi program Sexophone. Peneliti ikut serta dalam tahap pra produksi (persiapan), produksi (shooting atau pengambilan gambar dan suara), dan pra produksi (editing). Peneliti melihat langsung dan mengamati segala hal yang dilakukan oleh subjek penelitian dalam proses produksi, serta ikut berpartisipasi berperan melakukan kegiatan produksi.

6 2. Wawancara Mendalam Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan melakukan perbincangan tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian. Peneliti memberikan sejumlah pertanyaan khusus kepada subjek penelitian, dan jawaban subjek atas pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi data dan informasi utama dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam, karena dalam penelitian kualitatif diperlukan penjelasan yang utuh, menyeluruh, dan mendalam. Artinya, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan terbuka yang jawabannya adalah jawaban panjang. Sehingga, data dan informasi yang diperoleh sangat lengkap dan kaya dengan penjelasan yang panjang namun tetap fokus sesuai penelitian. Sifat wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur. 3. Catatan Lapangan Catatan Lapangan adalah catatan yang dibuat dari pengamatan yang dilakukan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti membuat catatan dari segala hal yang diamati di lapangan tempat proses produksi program Sexophone. 4. Dokumen Dokumen adalah materi atau bahan seperti foto, video, film, memo, surat, catatan harian, rekaman, dan sebagainya yang dapat digunakan sebagai bahan informasi penunjang (Ghony dan Almanshur, 2012: 199). Dalam penelitian ini, dokumen yang dikumpulkan adalah data, catatan atau dokumen yang telah tersedia dari pihak Sexophone seperti naskah program, rundown program, list peralatan yang digunakan, list kru program, surat ijin lokasi shooting, surat kontrak atau perjanjian dengan talent dan pihak-pihak yang terkait dengan program, surat sewa menyewa, dan foto-foto. Selain itu juga dokumen yang dibuat sendiri oleh peneliti selama penelitian berupa foto-foto dan catatan lapangan pada saat observasi di lokasi penelitian. Analisis Data Analisis data sebagai proses mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data sistematik, teratur, terstruktur, dan memiliki makna (Sarwono, 2006: 239). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Analisis Deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan dan menjelaskan data-data yang diperoleh yang disajikan secara detail, mendalam, dan runtut. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini : a. Mencari, mengumpulkan, dan memperoleh data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. b. Melakukan reduksi data yaitu, memilih data-data yang sesuai dan dipakai, dan membuang data yang tidak sesuai dan tidak dipakai dalam penelitian. Mengidentifikasikan data tersebut menjadi satuansatuan data yang sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini untuk memastikan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah penelitian di awal. c. Mengkategorikan/ mengklasifikasikan semua data yang diperoleh, yaitu dengan memilah dan memilih setiap satuan data ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Pengkategorian ini dengan melakukan koding, yaitu memberikan kode pada setiap satuan data. Berikut ini adalah tiga kategori atau proses dalam pemberian kode yang juga dibuat peneliti dalam penelitian ini : i. Pemberian kode terbuka (Open Coding) ii. Pemberian kode aksial (Axial Coding) iii. Pemberian kode selektif (Selektif Coding) d. Menyusun seluruh data yang sudah diklasifikasikan secara berurutan. e. Memeriksa keabsahan data. f. Menganalisa data dan menjawab rumusan masalah dengan teori dan penafsiran peneliti. g. Menyajikan data.

7 Kriteria dan Teknik Keabsahan Data Kriteria Kebasahan Data Kriteria keabsahan data penelitian menjadi standar dan patokan bagi penelitian agar dikatakan valid dan dapat dipercaya. Ada empat kriteria keabsahan data yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2011: ). a. Kredibilitas : tingkat kepercayaan penelitian harus dicapai. Artinya, penelitian harus bisa diterima dan dipercaya kebenarannya sebagai sesuatu yang akurat. Dalam penelitian ini, kredibilitas dicapai dengan menggunakan teknik keabsahan seperti triangulasi, perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan kecukupan referensial. b. Transferabilitas : generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi itu. Artinya, penelitian harus bisa diterapkan pada situasi yang lain dan pada penelitian yang lain sebagai referensi. Penelitian ini bisa bermanfaat menjadi referensi dan contoh bagi penelitian lainnya khususnya penelitian yang berkaitan dengan proses produksi suatu program acara televisi, penelitian tentang program berita investigasi, maupun penelitian kuantitatif dengan topik program Sexophone. c. Dependabilitas : penelitian harus terkait bergantung dengan faktor-faktor lain. Artinya, penelitian harus bergantung dengan faktor-faktor berupa teori-teori yang digunakan. Penelitian ini berdasar pada teori-teori yang digunakan. Teori-teori yang digunakan yaitu Komunikasi Massa, Media Massa, Televisi, Berita, Investigasi, Proses Produksi, Manajemen Produksi, Komunikasi Organisasi, dan Analisis SWOT. Teori-teori tersebut digunakan sebagai patokan atau dasar dalam penelitian ini. Penelitian ini bergantung pada teori-teori tersebut agar bisa dipercaya kebenaran dan keakuratannya. d. Konfirmabilitas : menetapkan objektifitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Artinya, penelitian harus bisa dipastikan, ditegaskan dan dibuktikan kebenarannya dengan adanya kesepakatan dari beberapa subjek (informan). Bukti lainnya adalah surat pernyataan yang sudah ditandatangani informan. Surat tersebut sebagai bukti informan sudah diwawancarai dan membaca transkrip hasil wawancara yang dibuat peneliti sudah benar seperti yang disampaikan saat wawancara. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data merupakan usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data penelitian, dan sebagai usaha pertanggungjawaban hasil penelitian dari segala segi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa penelitian benar-benar akurat, valid, dan dapat dipercaya. Teknik keabsahan yang digunakan adalah : 1. Triangulasi : adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluanpengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2011: 330). a. Triangulasi dengan sumber : Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan jawaban-jawaban informan sebagai sumber data untuk mengidentifikasikan kecocokan jawaban. Semakin sama dan cocok jawaban antara para informan, maka akan semakin dipercaya data atau jawaban tersebut. b. Triangulasi dengan metode : melakukan pengecekan derajat kepercayaan atau kredibilitas penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, beberapa teknik pengumpulan data digunakan untuk mengecek atau memeriksa keabsahan data, yaitu dengan melakukan observasi terus menerus, melakukan wawancara secara lengkap, mencatat berbagai hal yang ditemukan di lapangan, mencari berbagai dokumen-dokumen yang mendukung dan menjadi referensi terpercaya bagi penelitian. c. Triangulasi dengan teori : melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teori-teori yang dapat dipercaya sumbernya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori yaitu teori komunikasi massa, media massa, televisi, proses produksi, program berita, investigasi, dan analisis SWOT. Semakin banyak teori yang mendukung, maka data tersebut akan semakin dipercaya.

8 2. Perpanjangan Keikutsertaan : Peneliti terlibat dan ikut serta dalam hal yang diteliti yaitu bersama dengan subjek dan objek penelitian. Keikutsertaan peneliti sangat mempengaruhi pengumpulan data yang dilakukan dalam waktu yang tidak singkat. Keikutsertaan peneliti tidak dilakukan dalam waktu singkat, tapi memerlukan waktu perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian, yang artinya peneliti tinggal di lokasi penelitian sampai mencapai kejenuhan dalam pengumpulan data tercapai (Ghony dan Almanshur, 2012: 320). 3. Kecukupan Referensial : menggunakan banyak sumber-sumber informasi dan data sebagai referensi. Khususnya sumber yang terpercaya untuk membuat data penelitian dapat dipercaya. Semakin banyak referensi, maka akan semakin terpercaya. Referensi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah lima orang informan, buku, jurnal, dokumen-dokumen, gambar-gambar (foto), serta rekaman suara dan video. HASIL DAN BAHASAN Profil Umum Program Sexophone Nama Program : Sexophone Stasiun Televisi : TRANS TV Tanggal Pertama Tayang : 5 Mei 2012 Pencetus : Bapak Chairul Tanjung Hari dan Jam Tayang : Kamis, pukul WIB Host : Chantal Della Conceta Co Host : Zoya Amirin Target Audiens Jenis Kelamin : Pria Umur : 21 tahun keatas (dewasa) Pendidikan : D3, S1 SES : A dan B (menengah keatas) Jenis Program : (Tapping atau siaran tunda) Magazine and Documentary, Berita Investigasi. Format Program : Terdiri dari 5 segmen, ada host yang membuka dan menutup acara serta mengantar tiap segmen. Host akan mengantar ke liputan-liputan investigasi, ada wawancara narasumber dengan psikolog seksual dan diakhiri dengan solusi dan kesimpulan dari psikolog. Deskripsi Singkat Program: Sexophone adalah program dewasa tentang seks yang dibahas dengan format investigasi atau penelusuran. Menguak isu dan fenomena seks yang unik dan belum diketahui masyarakat sebelumnya. Susunan Kru Sekarang : a. Kepala Departemen : Rizal Firmansyah b. Eksekutif Produser : Yunizar D c. Produser : Irene Iriawati d. Assisten Produser : L. Erangga Raja e. Reporter : Ngesti Utomo, Rajiev W, Cep Hari f. Campers : M. Arief T, Daniel, Taufan E, Bara Maestro g. Production Assistant : Tiara Maharlika h. Editor : Muhammad Syamsudin Ide Program Sexophone Ide program Sexophone muncul dari keinginan membuat program talkshow untuk Zoya Amirin. Lalu diubah menjadi investigasi karena format talkshow yang kurang menarik, terinspirasi keberhasilan program Fenomena, serta hasil rating share yang lebih tinggi pada format investigasi. Nama Sexophone berasal dari kata Sex yang menjadi fokus pembahasan acara dan alat musik Saxaphone yang

9 merupakan alat musik Jazz, dimana musik Jazz identik dengan kegiatan romantis dan bercinta. Logo program Sexophone terdiri dari tulisan Sexophone, gambar alat musik saxaphone dan gambar wanita. Program Sexophone yang tayang setiap hari Kamis pukul 12 malam memiliki target audiens pria dewasa usia 21 tahun keatas dengan pendidikan D3 dan S1, serta kelas sosial menengah keatas. Host atau pembawa acara Sexophone adalah Chantal Della Conceta. Alasan pemilihan Chantal adalah karena Chantal adalam mantan seorang News Anchor, wanita yang cantik dan seksi, serta memiliki situs pribadi tentang seks di internet. Program ini masuk dalam kategori berita karena memuat informasi-informasi yang diperoleh dengan langkah kerja jurnalistik (mencari, mengumpulkan, menulis, menyunting, hingga menyebarluaskan dan disertai dengan liputan-liputan atau paket-paket video, hingga menjadi sebuah tayangan lengkap). Ada informasi-informasi yang penting dan menarik bagi audiensnya, serta merupakan program investigasi. Karena pembahasan utama dalam program adalah tentang seks, maka ada batasan-batasan etika yang terkait. Tim harus tetap patuh pada etika dengan melakukan bluring dan titling agar tidak menayangkan gambar dan suara yang vulgar. Strategi promo program Sexophone berupa promo on air berupa running text dan iklan program di TRANS TV. Sementara promo off air melalui facebook, twitter, iklan di Majalah Male dan di program Male.. Sampai saat ini, respon penonton cukup tinggi, rating Sexophone tergolong stabil, karena memiliki kelompok penonton tersendiri yang selalu menonton. Tujuan utama dari program ini adalah untuk menginformasikan, menjelaskan, membuka isu-isu seks yang tersembunyi, serta memberikan solusi akan isu-isu tersebut. Proses Pra Produksi Proses pra produksi merupakan proses persiapan sebelum melakukan produksi atau shooting. Segala perencanaan dan persiapan untuk liputan dan tapping Sexophone adalah tahap pra produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zettl (2009) bahwa, pra produksi adalah proses yang mencakup segala persiapan dan aktifitas sebelum kita benar-benar masuk dalam studio atau lapangan untuk produksi. Tahap pra produksi program Sexophone dibagi menjadi dua yaitu : 1. liputan : Yang pertama dilakukan adalah rapat pra produksi untuk mencari dan membicarakan tema jika tema belum didapatkan sebelumnya. Namun jika tema sudah didapatkan, reporter akan langsung melakukan riset lapangan dan dokumen, membuat draft rundown dan dipresentasikan pada rapat untuk disetujui oleh Eksekutif Produser, Produser, dan seluruh tim. Dalam rapat juga menentukan narasumber, tim liputan, peralatan yang dibutuhkan, dan menentukan liputan terbuka atau tertutup. Tema yang dipilih dalam program Sexophone memiliki kriteria khusus yaitu, tema yang orisinil atau belum pernah diketahui sebelumnya, tema yang seksi dan menarik atau unik untuk dibahas, tema seks untuk kalangan menengah keatas sesuai dengan kalangan target audiens program ini, tema yang cukup untuk tayangan satu jam, tema yang sedang ngetrend atau hangat diperbincangkan, dan tema yang memiliki unsur proximity atau kedekatan dengan target audiens. Pemilihan narasumber juga memiliki kriteria tersendiri yaitu

10 narasumber harus orang yang komunikatif, mudah diajak bicara, dan bersifat terbuka. Selain itu juga harus narasumber yang kredibel yang benar-benar ahli dan memang menggeluti bidangnya sebagai pelanggan atau penjual seks. Paul Williams menjelaskan langkah-langkah proses investigasi, salah satunya adalah Final Evaluation yaitu evaluasi dengan mengukur hasil investigasi yaitu mengevaluasi apakah wawancara telah dilaksanakan dengan tepat kepada orang-orang yang memang layak, bukan kepada orang yang sengaja merekayasa dirinya agar terkait dengan kasus (Santana, 2009: 36-47). Tim Sexophone harus benar-benar memilih narasumber yang tepat yang tidak melakukan rekayasa. Paul Williams menjelaskan 11 langkah proses melakukan investigasi dan salah satunya adalah conception. Conception adalah mencari berbagai ide/gagasan yang merupakan proses yang unending, tak pernah henti atau usai dicari. Berbagai ide atau gagasan bisa didapat melalui saran seseorang, narasumber reguler yaitu orang-orang yang telah menjadi rekanan terdekat atau komunitas sosial yang telah terjalin hubungannya, yakni orang-orang yang mengetahui sesuatu yang tidak diketahui banyak orang, membaca (koran, majalah, buku, internet), menonton televisi, mendengar radio, memanfaatkan potongan berita, atau observasi langsung (Santana, 2009: 36-47). Ide-ide tema Sexophone diperoleh dari berbagai sumber yaitu : a. Dari pengalaman pribadi tim atau kru. b. Dari pengalaman dan cerita-cerita teman-teman yang dimiliki tim. Atau bisa disebut berasal dari saran orang lain. c. Dari dunia maya internet. Biasanya dari situs-situs tertentu, dari jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Ide diperoleh dari membaca dokumen-dokumen yang ada. d. Dari brainstorming seluruh kru. e. Permintaan dari atasan. Kadang dari atasan juga memberikan ide dan permintaan untuk mengangkat sebuah tema. f. Dari link yang disebut sebagai fixer, yaitu informan atau perantara di lapangan yang memberikan informasi-informasi seputar tempat-tempat praktek penyimpangan seks. Fixer disebut juga narasumber reguler yang mengetahui banyak informasi yang tidka diketahui orang lain. Tim harus menjalin hubungan yang baik dengan fixer. g. Dari reporter itu sendiri, dari riset lapangan dan riset dokumen yang dilakukan reporter. Ide tema juga bisa berasal dari observasi langsung tim yang terjun langsung ke lapangan. 2. Tapping host : Yang pertama dilakukan adalah melakukan konfirmasi jadwal shooting atau janjian dengan host (Chantal), mencari dan survei lokasi shooting, menentukan peralatan, properti, kru, persiapan make up dan wardrobe yang dibutuhkan. Termasuk juga dalam tahap pra produksi adalah mempersiapkan time table atau jadwal produksi, budget atau biaya yang dibutuhkan dan kebutuhan legal yaitu surat perjanjian kerja sama atau surat perijinan untuk memakai lokasi untuk shooting seperti di bar, klub, atau restoran. Proses perizinan yang dilakukan tim Sexophone disesuaikan dengan yang dikemukakan oleh Zettl (2009) tentang salah satu proses perencanaan pra produksi yaitu masalah Perizinan. Menurut Zettl, kebanyakan produksi melibatkan orang-orang dan fasilitas yang bukan dari perusahaan atau stasiun televisi kita, sehingga membutuhkan usaha perizinan Menurut Zettl (2009), salah satu tahap perencanaan pra produksi adalah koordinasi yang salah satunya fokus pada masalah orang dan komunikasi. Orang adalah siapapun yang terlibat dalam proses produksi program. Produser harus memiliki data dasar orang-orang produksi. Di Sexophone, sebelum melakukan proses liputan dan tapping, ada proses penentuan tim atau kru (orang dan komunikasi) yang terlibat dalam proses produksi tersebut. Penentuan kru dibuat oleh Produser bersama dengan PA dengan mengisi form crew request (formulir permintaan kru). Proses penentuan alat Sexophone sesuai dengan yang dikemukakan oleh Herbert Zettl (2009) tentang salah satu tahap perencanaan pra produksi yaitu koordinasi yang salah satunya fokus pada masalah permintaan fasilitas. Permintaan fasilitas mendaftarkan seluruh perlengkapan produksi dan seluruh properti dan kostum yang dibutuhkan untuk sebuah produksi. Tim Sexophone membuat secara rinci segala fasilitas atau peralatan yang dibutuhkan baik untuk liputan maupun untuk tapping dengan mengisi form good request (formulir permintaan alat-alat). Riset yang dilakukan adalah melakukan riset tentang tema yang akan diangkat, riset lokai tempat untuk liputan, dan riset lokasi untuk tapping host. Riset tentang tema atau konten ini sesuai dengan salah satu langkah dalam proses melakukan invetigasi yaitu Original Research yang dikemukakan oleh Paul Williams. Original research adalah pencarian data, penggalian bahan, menembus rintangan yang salah

11 satunya adalah Penelusuran Papers-Trails. Penelusuran tersebut adalah pencarian bahan melalui berbagai keterangan yang bersifat tekstual (papers) terhadap sumber-sumber sekunder (surat kabar, majalah, selebaran, naskah siaran, buku referensi, disertasi dan tesis, internet, dan lain-lain) (Santana, 2009: 36-47). Proses riset yang dilakukan tim terhadap tema adalah mencari segala data dan informasi dari sumbersumber sekunder baik melalui internet, buku, dan surat kabar tentang tema seks yang diangkat. Rundown yang dibuat oleh reporter adalah rundown untuk liputan yang berisi penjelasan tentang 5 segmen. Penjelasan rinci untuk tiap segmen, misalnya segmen 1 berisi informasi apa dan apa saja kirakira gambarnya sampai segmen 5. Dalam rundown dijelaskan sudut pandang gambar-gambar yang akan ditayangkan. Rundown yang sudah jadi akhirnya akan dipresentasikan pada saat rapat. Pada perencanaan pra produksi, tim harus membuat jadwal produksi dan harus diinformasikan kepada seluruh pihak yang terlibat. Menurut Zettl (2009), jadwal produksi harus memberitahu semua orang yang terlibat dalam produksi tentang siapa yang melakukan apa, kapan, dan dimana dalam melakukan ketiga tahap produksi (pra produksi, produksi, dan paska produksi). Di Sexophone, jadwal produksi disebut dengan time table. Sebelum melakukan proses produksi, ada proses pembuatan time table atau schedule yang berisi penjadwalan segala aktifitas yang akan dilakukan tim. Mulai dari persiapan pra produksi seperti riset survei, membuat rundown, liputan dari hari apa sampai kapan, membuat naskah, jadwal tapping, jadwal dubbing, sampai jadwal editing. Menurut Zettl (2009), salah satu proses prencanaan pra produksi adalah dengan mempersiapkan budget. Mempersiapkan budget untuk semua biaya pra produksi, produksi, dan paska produksi. Budget yang dibuat harus detail, yaitu dengan membagi budget ke dalam masing-masing tahap, mulai dari pra produksi, produksi, dan tahap paska produksi. Perencanaan budget untuk program Sexophone adalah perencanaan budget untuk seluruh proses produksi mulai dari pra produksi, produksi, sampai paska produksi. Semua kebutuhan biaya dibuat dengan rinci. Proses perencanaan budget Sexophone diurus oleh sebuah bagian di TRANS TV yang bernama UPM (Unit Production Manager). UPM akan memberikan usulan budget program ke Produser berupa draft yang akan dikoreksi oleh Produser. Produser akan membuat perincian budget dengan diskusi dengan semua tim, misalnya diskusi dengan reporter, Produser akan bertanya pada reporter biaya yang dibutuhkan untuk melakukan liputan. Setelah semua biaya sudah dikoreksi oleh Produser, maka draft tersebut akan dikembalikan dan diajukan kepada UPM. Produser akan berdiskusi dengan UPM dan sama-sama membahas perencanaan budget yang sudah dikoreksi tersebut, setelah itu UPM akan menyetujui atau tidak menyetujui dan meneruskannya kepada bagian keuangan yang disebut BMA untuk mengeluarkan uang budget nya. Proses Produksi Proses produksi Sexophone dibagi menjadi dua yaitu liputan dan tapping. Proses tersebut diawali dengan beberapa persiapan dan kegiatan. Menurut Zettl (2009), tahap produksi adalah tahapan ketika berada di studio untuk latihan atau sesi perekaman gambar, atau memuat kamera video kedalam mobil barang (van) untuk pengambilan gambar di lapangan. Proses produksi program Sexophone dibagi menjadi dua yaitu, liputan dan tapping. 1. Liputan : prosesnya diawali dengan melakukan konfirmasi kepada semua pihak yang terlibat, datang ke lokasi dengan maupun tanpa fixer (perantara). Jika dengan fixer, maka fixer akan mengantarkan tim sampai ke lokasi dan mengenalkan tim dengan narasumber. Jika tanpa fixer, maka tim akan bertanyatanya menggali informasi dengan melakukan pendekatan pada orang-orang disekitar lokasi. Perekaman gambar sudah dilakukan tim sejak tim dalam perjalanan di mobil menuju lokasi, mencari target, ketika tim bertanya-tanya dengan orang sekitar, ketika tim sudah berada di lokasi, berbincang-bincang dengan narasumber, show narasumber atau transaksi, hingga sampai akhir membayar narasumber. Artinya, gambar yang direkam adalah dari awal tim berangkat hingga pulang. Perekaman gambar yang dilakukan tim menggunakan 3 jenis kamera, yaitu kamera tersembunyi yang disembunyikan di jam tangan, di topi, di baju, atau di pulpen. Kamera ini dipakai oleh reporter ketika penelusuran. Yang kedua adalah kamera handycam yang dipegang salah satu tim di dalam mobil. Yang

12 ketiga adalah kamera Go Pro yang berada di supir dalam mobil. Semua transaksi direkam dari awal hingga akhir, karena merupakan penelusuran untuk mengungkap sebuah fenomena yang tersembunyi. 2. Tapping Host : proses produksi diawali dengan konfirmasi seluruh pihak yang terlibat, Tim juga harus mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. Sebelum berangkat ke lokasi, tim harus memeriksa kembali segala peralatan dan perlengkapan tersebut agar tidak ada yang terlupakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zettl tentang salah satu persiapan produksi yaitu memeriksa peralatan dan perlengkapan (equipment check). Menurut Zettl, tim harus sangat berhati-hati dan teliti ketika memuat perlengkapan dengan menggunakan checklist (daftar cek) perlengkapan. Ketika sampai di lokasi, kru harus memeriksa kembali kelengkapan kru dan alat. Setelah itu melakukan proses set up dan install alat, kru akan memasang alat-alat seperti kamera, lampu, dan audio. Menempatkan kamera dan lampu untuk pencahayaan di posisi-posisi yang diinginkan. Mengatur atau mendekorasi spot atau ruangan yang dipakai untuk tapping. Penempatan dan pengaturan kamera dan lampu disebut tim sebagai mengatur blockingan. Setiap kali mengatur blockingan, tim sudah memikirkan spot-spot untuk 5 segmen. Biasanya, dalam 1 hari, tim shooting 2 episode sekaligus dalam satu lokasi namun di spot-spot yang berbeda. Oleh karena itu, setiap mengatur blockingan, tim sudah memikirkan spot-spot yang akan dipakai untuk 5 segmen. Kadang satu spot bisa digunakan langsung untuk 5 segmen. Jika lokasi tersebut memiliki banyak pilihan spot yang menarik, maka bisa juga dalam 5 segmen tersebut spot nya berbeda-beda, misalnya 2 segmen di spot yang satu dan 3 segmen di spot yang lainnya. Begitu juga untuk episode satunya. Proses setting dan install alat yang dilakukan tim Sexophone sesuai dengan pendapat Zettl tentang salah satu tahap produksi yaitu setup atau pengaturan. Mengatur peralatan dengan menempatkan setiap alat di posisi yang tepat dan sesuai, dan memastikan semua alat berfungsi dan bekerja dengan baik serta siap pakai untuk shooting. Selama persiapan alat tersebut, host akan mempersiapkan diri dengan mengganti baju dan make up. Sementara di make up, host akan sambil menghafal naskah. Setelah host selesai mengganti baju, make up, menata rambut dan latihan menghafal naskah, maka proses selanjutnya adalah briefing (pengarahan) dan koordinasi. Di Sexophone, pengarahan dilakukan tidak secara formal dimana semua kru dan talent berkumpul dalam satu waktu. Pengarahan dan koordinasi dilakukan sambil beraktivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Zettl tentang salah satu proses produksi yaitu walk through. Menurut Zettl, sebelum memulai latihan dan pengambilan gambar, harus memberikan pengarahan (brief walk through) kepada kru dan talent untuk menjelaskan poin-poin penting produksi seperti, posisi kamera, gambar-gambar (shots) spesifik, dan prinsip-prinsip aksi. Pengarahan yang dilakukan di Sexophone menyangkut segala hal yang berkaitan untuk proses shooting. Sebelum memulai shooting, director akan memberi pengarahan sebentar secara singkat kepada host untuk posisi berdiri, duduk, atau sambil berjalan dan cara membaca naskah untuk pergantian kamera. Misalnya satu paragraf host menengok ke kamera EX3 tripod dan paragraf berikutnya menengok ke kamera EX3 porta. Untuk pengarahan dan koordinasi dengan kru, biasanya director akan menghampiri langsung setiap kru pada saat pengaturan dan penempatan alat. Misalnya director akan menghampiri campers untuk menjelaskan keinginannya seperti mengambil gambar dari arah dan angle tertentu, pergerakan kamera dan lain-lain. Selain campers, director juga akan menghampiri lighting man untuk menjelaskan warna dan posisi lampu sesuai keinginannya. Setelah itu, proses shooting pun bisa langsung dimulai. Menurut herbert Zettl (2009), salah satu tahap dalam proses produksi adalah perekaman gambar (video recording). Menurut Zettl, Sebelum merekam gambar, memastikan kepada camera operator apakah kamera sudah siap atau belum, apakah white balance kamera sudah sesuai atau belum. Memperhatikan latar depan dan latar belakang untuk aksi adegan, mendengarkan dengan cermat berbagai suara latar yang terdengar selama pengambilan dan perekaman gambar dan suara. Selama proses perekaman gambar di Sexophone, cameraman selalu menjaga dan memantau posisi dan warna kamera, audio man memastikan suara-suara yang masuk dalam rekaman jangan sampai ada suara noise yang masuk, dan director yang memperhatikan dan memantau kualitas gambar yang dihasilkan di monitor. Proses pengambilan gambar menggunakan dua kamera yaitu kamera EX3 Porta Jib untuk mengambil gambar-gambar establish shot atau yang cakupannya lebih luas, dan kamera EX3 Tripod untuk mengambil gambar detail seperti mata, gerakan tangan, gerakan mulut, dan lain-lain. Penggunaan dua kamera ini untuk memperoleh variasi gambar. Ditengah-tengah shooting setiap selesai pengambilan satu gambar, biasanya ada evaluasi dengan melakukan retake-retake atau pengambilan gambar ulang. Proses

13 evaluasi yang dilakukan tim Sexophone di sela-sela pengambilan gambar, sesuai dengan pendapat Zettl tentang salah satu proses produksi yaitu perekaman gambar. Menurut Zettl, setiap kali selesai mengambil satu gambar, putar ulang pada monitor dan dilihat kenbali, jika sudah bagus maka shooting dilanjutkan dengan gambar atau adegan lain, namun jika hasil gambar kurang bagus maka bisa dilakukan pengulangan pengambilan gambar. Begitu pula yang dilakukan Director setiap selesai mengambil gambar akan langsung diputar ulang di monitor untuk dievaluasi. Setelah proses pengambilan gambar selesai, maka proses selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan gambar dan audio. Memastikan gambar-gambar yang diambil benar-benar terekam dan tersimpan, juga memastikan tidak ada noise dalam audio. Setelah sudah diperiksa dan semua lengkap, maka proses selanjutnya adalah mentransfer hasil gambar yang sudah direkam dengan memindahkan data dari memory card kamera ke hardisc untuk nanti akhirnya diberikan kepada editor. Proses pemeriksaan ini sejalan dengan pendapat dari Fachruddin (2012) tentang pelaksanaan produksi. Menurut Andi, setelah selesai shooting, reporter dan camera person melakukan preview atau checking hasil shooting. Begitu juga yang dilakukan tim Sexophone, tim akan melihat kembali hasil shooting untuk memastikan bahwa semua gambar terekam dan tidak ada yang terlupakan. Setelah memindahkan data ke hardisc, maka proses selanjutnya adalah dismantle atau yang biasa disebut tim adalah bongkaran. Tim akan membereskan semua peralatan, megumpulkan dan mengecek kembali kelengkapan setiap alat baik dari segi kuantitas atau jumlah, dan dari segi kualitas apakah kondisi alat tetap bagus dan tetap sama seperti sebelum digunakan. Proses bongkaran Sexophone sesuai dengan penjelasan dari Zettl (2009) tentang salah satu tahap dalam proses produksi yaitu strike and equipment check. Yaitu proses mengumpulkan dan memeriksa peralatan dan perlengkapan. Proses Paska Produksi Tahap paska produksi program Sexophone diawali dengan melakukan verbatim. Verbatim adalah memindahkan semua hasil rekaman menjadi tulisan kata-kata. Semua pembicaraan yang terekam dijadikan bentuk tulisan secara detail. Hasil verbatim ini digunakan untuk membuat naskah dubbing voice over. Ketika verbatim, reporter juga mencatat time code atau kode waktu gambar untuk tiap tulisan. Di setiap bagian tulisan hasil verbatim ditulis time code rekaman gambarnya. Hal ini untuk memudahkan editor mengedit gambar yang dicocokan dengan tulisan naskah hasil dari verbatim. Setelah selesai verbatim maka reporter akan membuat naskah VO, butuh waktu 2 sampai 3 hari untuk menyelesaikan naskah beserta time code nya. Hal ini untuk memudahkan proese editing oleh editor, karena naskah merupakan panduan untuk editing. Di dalam naskah ada tulisan dan ada time code gambargambar untuk mencocokannya dengan tulisan naskah. Naskah yang dibuat oleh reporter adalah gabungan dari hasil verbatim dan interpretasi pemikiran reporter itu sendiri tentang tema yang dibahas. Setelah naskah selesai, maka naskah tersebut akan diberikan kepada Produser untuk diperiksa kembali, Produser akan mengedit naskah yang dibuat reporter. Proses menulis naskah yang dilakukan reporter Sexophone sesuai dengan pendapat Zettl (2009) tentang salah satu proses pra produksi yaitu menulis naskah. Menurut Zettl, naskah mewakili elemen penting produksi dari penyajian program televisi. Naskah memberi panduan artis tentang apa yang harus diucapkan olehnya. Naskah mengindikasikan bagaimana adegannya, dimana dan kapan adegan diambil, juga berisi informasi penting tentang pra produksi, produksi, dan paska produksi. Naskah berisi nama acara, tanggal, pengarah acara, dan remark atau ucapan kata-kata. Naskah program Sexophone memuat informasi tentang gambar adegan yang dipakai, backsound lagu, sound effect, dan narasi voice over. Setelah naskah sudah diedit oleh Produser, maka naskah akan langsung diberikan kepada pengisi suara (dubber) Sexophone untuk langsung di dubbing. Proses dubbing dilakukan sendiri oleh dubber di ruang dubbing dengan panduan naskah. Setelah proses dubbing selesai, maka data dari hasil dubbing akan ditransfer ke komputer editor. Naskah juga diberikan kepada editor sebagai panduan editing. Setelah semua terkumpul maka editor akan langsung melakukan proses editing offline dan online. Pada editing offline, editor akan memotong dan menggabungkan gambar-gambar agar tersusun. Pada editing online, editor akan menambahkan transisi antara satu gambar dengan gambar yang lain, memasukan sound effect, memasukan special effect, memasukan suara VO dan backsound, serta memasukan tulisan. Proses editing Sexophone juga sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui Proses Produksi dan Analisis SWOT program Sexophone di TRANS TV. Berdasarkan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA A. Deskripsi Kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) Selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Media, penulis didampingi oleh Ine Yudhawati selaku PA (production assistant)

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

bentuk berita dikerjakan sesuai dengan permintaan yang ada di dalam rundown. Misalnya segmen satu tentang isu konflik partai golkar, maka produser

bentuk berita dikerjakan sesuai dengan permintaan yang ada di dalam rundown. Misalnya segmen satu tentang isu konflik partai golkar, maka produser BAB 5 PENUTUP 5.1. Simpulan Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui Proses Produksi dan Analisis SWOT program Prime Time di Berita Satu News Channel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk mempengaruhi persepsi, pikiran serta tingkah laku masyarakat. Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah tipe penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah tipe penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan dalam program ini (Planet Remaja) adalah tipe penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas

Lebih terperinci

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3.

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Pasca Produksi (penyuntingan program) 1. Menemukan Ide/gagasan

Lebih terperinci

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DERTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal... 2015 Randy Monthonaro Tampubolon DIREKTUR UTAMA 1 PT NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie BAB 5 EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah selesai tahapan pra produksi dan tahapan produksi maka tahapan selanjutnya adalah pasca produksi. Dimana dalam tahapan pasca produksi ini adalah sebuah tahapan

Lebih terperinci

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB V PASCA PRODUKSI BAB V PASCA PRODUKSI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melakukan proses produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Pasca produksi yang dilakukan meliputi editing dan mixing. Pembuat karya yang bertugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan definisinta penelitian dengan metode kualitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan definisinta penelitian dengan metode kualitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Metedelogi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Berdasarkan definisinta penelitian dengan metode

Lebih terperinci

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep Awal mula tim terbentuk, produser memiliki ide untuk membuat sebuah program kreativitas untuk menjalin hubungan erat antara ibu dan anak, dengan judul

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial berinteraksi langsung

BAB 3 METODOLOGI. Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial berinteraksi langsung BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial berinteraksi langsung dengan manusia, subjektif, memiliki jiwa, tanggapan, keinginan dan kemauan yang bebas. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan siaran-siaran televisi maupun program-program acara yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan siaran-siaran televisi maupun program-program acara yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia penyiaran khususnya penyiaran televisi di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi serta kesiapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Offline Editing 1

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Offline Editing 1 BAB 5 EVALUASI 5.1 Pasca Produksi Setelah melalui tahapan pra produksi dan produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahapan ini hasil shooting dan kumpulan hasil stock shoot dipilih dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian bertujuan untuk memudahkan tujuan. penelitian merupakan pola pokir yang menunjukan hubungan antara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian bertujuan untuk memudahkan tujuan. penelitian merupakan pola pokir yang menunjukan hubungan antara BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian bertujuan untuk memudahkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Sugiyono menjelaskan bahwa: Paradigma penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai Peran Production assistant dalam proses produksi program Islam Itu Indah di Trans TV periode 2015 sampai 2016, ini menggunakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab III ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut: jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitian, instrumen

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI PROGRAM HOT SPOT DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM

PROSES PRODUKSI PROGRAM HOT SPOT DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM PROSES PRODUKSI PROGRAM HOT SPOT DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM Rey Erlingga Binus University, Jakarta, Indonesia, 11480 ABSTRAK Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian 3.1.1 Deskripsi Latar Masalah yang ingin dijelaskan peneliti seperti yang tertulis di judul yaitu Peran Public Relations PT Suria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada empat macam golongan media, antara lain media antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tahapan Pra Produksi pada program Reportase Sore dimulai dengan rapat

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tahapan Pra Produksi pada program Reportase Sore dimulai dengan rapat BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peneliti menyusun kesimpulan ini berdasarkan tujuan penelitian, dan dari penelitian yang sudah dilakukan pada program berita Reportase Sore di Trans TV, maka dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pertelevisian semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan makin bermunculannya stasiun-stasiun televisi baru, baik lokal maupun nasional, bahkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan membahas tentang Strategi Produksi Program Reality

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan membahas tentang Strategi Produksi Program Reality BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang Strategi Produksi Program Reality Show Bagi-Bagi Berkah di Trans TV dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell, yang dikutip Rulam Ahmadi, penelitian kualitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel).

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik Televisi merupakan perkembangan dari berbagai penemuan di dunia sebelumnya, yang mulai di awali dari penemuan teleskop, telegraf, telefon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui dengan cara metode sistematis dan terarah.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah BAB IV PENUTUP Sebuah stasiun televisi membutuhkan karya karya kreatif setiap hari untuk mengisi slot jam tayangnya. Karya karya program televisi yang dibuat harusnya sebuah program yang berbeda, unik,

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. berisi tentang saran untuk program Mata Najwa di Metro TV.

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. berisi tentang saran untuk program Mata Najwa di Metro TV. 138 BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini merupakan bab penting bagi skripsi penulis, Setelah melakukan wawancara dan observasi yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan juga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jenis metode analisis data kualitatif digunakan penulis untuk melakukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jenis metode analisis data kualitatif digunakan penulis untuk melakukan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Jenis metode analisis data kualitatif digunakan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini. Metode analisi data kualitatif didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan 0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan gambaran permasalahan yang diuraikan pada bab sebelumnya, penelitian analisis tugas production assistant dalam program Sarah Sechan dilakukan

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. Gambar 5.1 Final Cut Pro

BAB V EVALUASI. Gambar 5.1 Final Cut Pro 64 BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melewati proses pra produksi dan produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahap ini shooting dan stock shoot diseleksi dan di pisahkan sesuai

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN BERITA REPORTASE SORE DI TRANS TV

STRATEGI PEMILIHAN BERITA REPORTASE SORE DI TRANS TV STRATEGI PEMILIHAN BERITA REPORTASE SORE DI TRANS TV Nova Juane Christy; Drs. Heribertus Sunu Budihardjo Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Profile Informan Dalam melakukan penelitian, peneliti mewawancarai empat informan yang berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Program Pesbukers di ANTV (Episode Tukang Sayur ), penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Program Pesbukers di ANTV (Episode Tukang Sayur ), penulis 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai Peran Tim Kreatif Rumah Produksi Ekomando Dalam Program Pesbukers di ANTV (Episode Tukang Sayur ), penulis menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 24 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Pada bab 3 ini, menjelaskan tentang metode yang digunakan dan proses perancangan karya dalam proses pengolahan editing berita (pasca produksi) di LPP TVRI D.I.

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian pada produk kertas fotokopi yang dilakukan di PT Cakrawala Mega Indah yang melakukan perluasan merek atau brand extension menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu tele yang berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong, (2007:6) penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai 95 BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai langkah yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Ketepatan metodologi yang digunakan akan menghasilkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Key Informan. Produser Program Idenesia, Rojih Azka

LAMPIRAN. 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Key Informan. Produser Program Idenesia, Rojih Azka LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Key Informan Produser Program Idenesia, Rojih Azka 2. Daftar Pertanyaan Wawancara Informan Asisten Produksi Program Idenesia, Ardhy Yanus & Deta Putri Setyanto Kreatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 Peranan Praktikan Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis di percaya untuk menempati posisi sebagai Cameraman di bulan pertama dan kedua yaitu pada Production Support

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Menurut Elvinaro Ardianto (2011), ada 3 pendekatan penelitian yaitu: Positivisme Positif berarti apa yang ada berdasarkan fakta objektif. Secara tegas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi secara besar-besaran. Komunikasi manusia tidak mengenal

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi secara besar-besaran. Komunikasi manusia tidak mengenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, masyarakat lebih modern ditandai dengan adanya perkembangan teknologi secara besar-besaran. Komunikasi manusia tidak mengenal jarak dan waktu

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Dalam tahap pasca produksi ini dilakukan tahap editing dan mixing. Hasil shooting yang sebelumnya dilakukan selama 3 hari, disortir dan dibuat list yang setelah itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti terjun kelapangan untuk memperoleh data. Penelitian dilakukan di MI Imaduddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar Penelitian 3.1.1 Sumber Data 3.1.1.1 Data Primer Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan Umum Di sebuah stasiun televisi, Department Production and Facilities adalah pusat segala produksi acara televisi di dalam lingkungan internal televisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era seperti saat ini, masyarakat di Indonesia dituntut untuk semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Salah satu perkembangan yang terjadi adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat Penelitian ini berupa penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan suatu masalah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan sehingga dapat diperoleh data yang dibutuhkan dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian deskriptif ialah salah cara penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasikan suatu objek sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa dilebih-lebihkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini radio merupakan salah satu media massa yang dibutuhkan masyarakat, Selain menyajikan informasi, sekarang ini banyak dari radio yang membuat program hiburan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe dari penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe dari penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, dengan 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe dari penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Deskriptif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Deskriptif adalah 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi, 2008: 21) mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian 1. Pendekatan Kualitatif Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang dikenal dengan pendekatan kualitatif. Creswell menyatakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari apa yang telah dibahas tentang kerja praktek bab I hingga bab IV, laporan kerja praktek ini memiliki beberapa kesimpulan mengenai proses produksi program

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 49 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian mengenai kajian metodologi pada Strategi Media Relations PT. Televisi Transformasi Indonesia dalam Brand Positioning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makhluk sosial memang merupakan istilah yang sangat tepat untuk manusia, yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Dalam halaman ini, membahas tentang langkah-langkah metodologi dan perancangan karya yang digunakan dalam menyelesaikan karya. 3.1 Metodologi Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian 3.1.1 Deskripsi Latar Objek penelitian ini adalah program Farhan Asri In The Morning yang menjadi program unggulan di radio 99.1

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini sebuah informasi sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat luas. Semakin pesatnya pertumbuhan media massa membuat minat masyarakat menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN PENELITIAN. PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) terletak di Jl. Kapten P.

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN PENELITIAN. PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) terletak di Jl. Kapten P. BAB 4 HASIL DAN BAHASAN PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian 1.1.1 Perusahaan (TRANS TV) PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) terletak di Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 12790. Pemilik Trans

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

STRATEGI PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN MUTU TAYANGAN PROGRAM OLAHRAGA GiLA LIGA DI TRANS TV

STRATEGI PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN MUTU TAYANGAN PROGRAM OLAHRAGA GiLA LIGA DI TRANS TV STRATEGI PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN MUTU TAYANGAN PROGRAM OLAHRAGA GiLA LIGA DI TRANS TV Yohana Stevani Loko Sai / Wira Respati PT. Televisi Transformasi Indonesia, Jalan Kapt. P. Tendean Kav 12-14 A

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS TARGET DAN CAPAIAN. Pada bab ini akan membahas seputar pencapaian dari jobdesk Marketing

BAB III ANALISIS TARGET DAN CAPAIAN. Pada bab ini akan membahas seputar pencapaian dari jobdesk Marketing BAB III ANALISIS TARGET DAN CAPAIAN Pada bab ini akan membahas seputar pencapaian dari jobdesk Marketing Communication terkait target yang ditetapkan pada proposal. Meliputi data dan hasil analisis dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai konsep diri pada perempuan penderita tumor jinak payudara, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan model studi kasus. Creswell (1998, dalam Herdiansyah, 2010) menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian yang berjudul IMPLEMENTASI INTRANET SEBAGAI SALURAN KOMUNIKASI INTERNAL BERBASIS CYBER-PR (SUATU STUDI PADA ASTRANET PT ASTRA INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa: BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif. Tujuan dari penelitian kualitatif ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian 3.1.1 Kualitatif Adapun metodologi dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menyajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan ( field research). Sifat penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Dalam sebuah produksi perfilman harus memiliki struktur manajemen yang baik agar sebuah produksi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tim-tim yang terlibat didalamnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci