PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN DAN METODOLOGI"

Transkripsi

1 BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI 3.1. UMUM AKNOP adalah Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan yang memberikan estimasi dan evaluasi dari kegiatan operasi dan pemeliharaan yang akan dikerjakan sehingga metoda dan biaya dapat diatur dengan sebaikbaiknya. Dimasa lalu besaran biaya operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai mengacu pada format dan penilaian dari masing-masing pengelola. Mulai dari perhitungan, formulasi dan tata cara dalam menentukan biaya operasi dan pemeliharaannya berbeda-beda. Akibatnya adalah beberapa usulan biaya operasi dan penentuannya pemeliharaan hanya tidak efektif menggunakan dan estimasi efisien sepihak karena saja. dalam Hal ini menyebabkan sulit dievaluasi kinerjanya IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Kerangka Acuan Kerja telah memberikan gambaran umum permasalahan yang perlu dipecahkan dalam pekerjaan ini. Pokok permasalahan yang dihadapi Provinsi Gorontalo pada umumnya memiliki banyak DAS yang terdapat banyak sungai di dalamnya terutama Sungai Bolango dimana terdapat sarana/prasarana bangunan air yang tentunya tidak luput dari kerusakan baik secara alami karena terjangan arus sungai atau karena ulah dari manusia. Dalam rangka menjaga kelangsungan sistem pengelolaan sarana/prasarana bangunan air maka diperlukan program operasi dan pemeliharaan yang efektif. Salah satu bentuknya adalah dengan melaksanakan kegiatan audit teknis sereta perencanaan penyediaan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Sungai Bolango KETERSEDIAAN DATA Data yang dibutuhkan untuk pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai antara lain adalah: III-1

2 1) Peraturan dan Kebijakan terkait operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sungai; 2) Data kondisi penyusunan AKNOP yang sudah berjalan; 3) Data Bangunan air yang dimiliki oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi II di lokasi kegiatan. Data ini akan dikumpulkan melalui pengumpulan data primer dan sekunder serta kunjungan lapangan PENDEKATAN TEKNIS Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai, maka akan digunakan pendekatan sebagai berikut: 1) Pendekatan Bibliografis, dimana akan dilakukan studi peraturan, kebijakan dan literatur lainnya terkait Audit Teknis dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Sungai. 2) Studi Kasus, dimana akan dilakukan kunjungan lapangan guna mendapatkan gambaran kondisi dan tingkat kerusakan sarana/prasarana bangunan air yang berada di Sungai Bolango. 3) Pendekatan Komparatif, dimana akan dilakukan perbandingan antara penyusunan AKNOP yang sudah berjalan terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku METODOLOGI Dalam rangka menangani pelaksanaan tersebut, Konsultan menyusun pendekatan teknis dengan urutan kegiatan sebagai berikut : Tahap I : Pendahuluan Tahap II : Pengumpulan dan Analisis Data Tahap III : Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Sungai Tahap IV : Pelaporan Secara garis besar dasar pemikiran terhadap Pendekatan Metodologi yang disusun, dituangkan dalam bentuk Bagan Alir Kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. III-2

3 Penyusunan Pola Pikir Audit Teknis & Aknop Sungai Inventarisasi & Identifikasi Kerusakan Bangunan Sungai A Gambar 3.1. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan III-3

4 A Penyusunan Laporan Penunjang Tidak Disetujui Ya Penyusunan AKNOP Sungai Penyusunan Konsep Laporan Akhir Diskusi Disetujui Tidak Ya Penyempurnaan Penyusunan AKNOP Penyusunan Laporan Akhir Selesai Pendahuluan III-4

5 Pada Tahap Pendahuluan akan dilakukan berbagai kegiatan awal mencakup pengumpulan data awal, mengkaji laporan terdahulu maupun referensireferensi lain. Melakukan koordinasi dalam memantapkan program kerja yang akan dilaksanakan pada tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini terdiri dari kegiatankegiatan sebagai berikut: a. Persiapan Administrasi Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal yang dilaksanakan oleh pihak Konsultan setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPK)/Kontrak dari Pemberi Kerja. Persiapan administrasi tersebut mencakup pembuatan dokumen kontrak, pengurusan surat ijin ke instansi terkait, pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam penanganan proyek, surat pernohonan data dan sebagainya. Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera mungkin sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis, sehingga diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu. Segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di bawah pengawasan Team Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan. b. Mobilisasi dan Koordinasi Team Pelaksana Setelah persiapan administrasi dapat diselesaikan, selanjutnya seluruh Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan akan dimobilisir sesuai dengan jadwal penugasan yang telah disusun. Dengan telah dimobilisasinya Tenaga Ahli tersebut, maka kegiatan penanganan proyek dengan skala penuh telah berjalan. Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor koordinasi akan memegang peranan kunci yang akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga dukungan dari masing-masing personil akan memberikan hasil yang optimal. Mengingat pentingnya koordinasi ini, Team Leader akan memimpin langsung untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan : III-5

6 - Jadwal pelaksanaan pekerjaan - Jadwal penugasan masing-masing personil - Uraian tugas dari masing-masing personil - Hubungan kerja antar personil - Peralatan yang akan dibutuhkan - Dukungan pendanaan - Dan sebagainya. Disamping koordinasi antar Team Konsultan, koordinasi akan dilakukan pula dengan Pemberi Kerja, khususnya dengan Direksi Pekerjaan. Hal ini terkait dengan usaha menyamakan persepsi yang sangat dibutuhkan sebagaimana dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja. c. Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK Program Kerja merupakan langkah-langkah utama dan strategis yang akan diambil oleh Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mendukung pendekatan metodologi yang telah disusun. Dalam program kerja akan dikerahkan semua potensi sumber daya menyangkut sumber daya manusia, sumber daya peralatan, alokasi pendanaan disesuaikan dengan jadwal yang tersedia. Dengan telah mantapnya program kerja diharapkan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diantisipasi sebelumnya sehingga tidak terjadi keterlambatan. Sebagai konsekuensinya jadwal personil dan tugas yang harus dilaksanakan disinkronkan dengan jadwal kegiatan proyek. Disamping pemantapan program kerja, kajian yang cukup mendalam terhadap Kerangka Acuan Kerja dilakukan bersama-sama oleh Team Konsultan dipimpin langsung oleh Team Leader. Segala persyaratan dan koridor yang harus dipenuhi akan menjadi perhatian Konsultan, termasuk didalamnya segala laporan yang harus diserahkan oleh Konsultan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kajian kritis akan dilakukan terhadap KAK dan jika ada keraguan dalam kajian tersebut, Konsultan akan melakukan diskusi dan klarifikasi dengan Pemberi Kerja. d. Penyusunan RMK Rencana Mutu Kontrak (RMK) digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan. Rencana Mutu Pekerjaan (RMK) antara lain memuat: sasaran mutu, persyaratan teknis dan administrasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, bagan alir kegiatan, jadwal pelaksanaan kegiatan, jadwal peralatan, daftar material dan jadwal personil. e. Pengumpulan Data Awal III-6

7 Sebagaimana diminta dalam Kerangka Acuan Kerja, Konsultan akan melakukan pengumpulan data awal menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan ini. Data-data tersebut mencakup Laporan Studi terdahulu, peraturan perundang-undangan, manual, pedoman dan lain sebagainya yang akan dihimpun dan diinventarisir untuk dilakukan pengelompokan- pengelompokan agar memudahkan nantinya dalam pengolahan dan analisanya. Diantaranya adalah: Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Peraturan Presiden No 12 Tahun 2008 Tentang Dewan Sumber Daya Air. Keputusan Tentang Dewan Sumber Daya Air Nasional. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2007 tentang pedoman O&P Jaringan Irigasi. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03 Tahun Presiden Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2009 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia 2/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Departemen Pekerjaan Pelaksanaan Nomor Kegiatan Umum yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 2/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun III-7

8 Peraturan Menteri 04/PRT/M/2009 Pekerjaan tentang Umum Republik Sistem Manajemen Indonesia Mutu Nomor Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 67/KPTS/M/1998 tentang Jaminan Kepastian Mutu. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor No. 45/1990, tentang pengendalian mutu air pada sumber-sumber air, bahwa pengelolaan sumber air perlu melakukan upaya penetpan peruntukan air dan baku mutu air dalam rangka pengendalian pencemaan air. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran Mengingat waktu yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan cukup terbatas, maka dalam pengumpulan data-data tersebut Konsultan akan mengerahkan semua personil yang terlibat dalam menangani proyek. Dengan aktivitas pengumpulan data yang paralel tersebut diharapkan data-data yang diharapkan dapat dikumpulkan tepat waktu. f. Diskusi Awal dengan Pemberi Kerja Kegiatan ini sangat penting dan akan dilaksanakan oleh Konsultan dengan maksud untuk memperoleh persamaan persepsi terhadap maksud dan tujuan pekerjaan sebagaimana tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Disamping itu melalui diskusi ini diharapkan ada masukan dan saran untuk langkah-langkah yang akan dilakukan sehingga tercipta sinergi yang saling mendukung antara Konsultan dengan Pemberi Kerja, dengan demikian akan diperoleh hasil pekerjaan yang optimal. g. Review Studi Terdahulu dan Studi Literatur Terkait dengan pengumpulan data-data awal termasuk didalamnya adalah pengumpulan laporan studi terdahulu maupun literatur yang terkait dengan pekerjaan ini. Review studi dilakukan terutama dilakukan terhadap laporan-laporan studi terdahulu yang terkait maupun data lainnya yang telah terkumpul sehingga Konsultan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang kondisi pekerjaan. Kegiatan ini akan sangat penting artinya karena akan menentukan strategi langkah berikutnya termasuk dalam menentukan beberapa alternatif awal pemecahan masalah maupun program survey dan pengumpulan data ke lapangan. III-8

9 Disamping itu Konsultan juga akan melakukan studi lileratur, baik literatur dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dengan maksud untuk memperkaya pengetahuan dalam upaya mencapai sasaran pekerjaan ini. h. Penyusunan Pola Pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai Untuk penyusunan tata cara penyusunan AKNOP Sungai yang akan dikembangkan sejauh mungkin dapat mengadopsi sistem yang telah ada sehingga terjamin keberlanjutan program dan kontinuitas data. Oleh sebab itu sebelum melakukan pengembangan dan penyempurnaan pedoman, Konsultan akan melakukan evaluasi terhadap sistem yang telah ada agar nantinya sedapat mungkin sistem tersebut dapat terintegrasi dengan sistem yang baru. Evaluasi yang akan dilakukan diantaranya mencakup sistem pengoperasian, keterbatasan yang ada, permasalahan yang selama ini timbul, integrasi sistem dengan sistem di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. Menyusun pola pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai, yang setidaknya berisi: 1) Kondisi pengelolaan dan AKNOP Sungai Bolango saat ini, serta aturan/kebijakan yang mendasari; 2) Tata cara Penyusunan ; 3) Rekomendasi langkah/upaya penerapan. i. Penyusunan Laporan Pendahuluan Laporan Pendahuluan, antara lain memuat: 1) Pendahuluan, berisi antara lain: definisi, latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi kegiatan, waktu pelaksanaan, nama pekerjaan dan pengguna jasa, ruang lingkup, dan output/keluaran pekerjaan; 2) Pola pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai; 3) Metode Pendekatan dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan, antara lain berisi: a. Umum; b. Kerangka metodologi, memuatidentifikasi permasalahan dan ketersediaan data, teknik dan metodologi yang akan ditetapkan; c. Rencana kerja; berisi (i) rencana pelaksanaan, dilengkapi dengan bagan alir (flow chart) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, kurva-s; dan (ii) rencana pelaporan; III-9

10 d. Kerangka Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai. Untuk selanjutnya dilaksanakan diskusi pembahasan konsep laporan pendahuluan dalam rangka memperoleh arahan, kritik, saran, komentar dan masukan untuk perbaikan menjadi laporan pendahuluan. Setiap diskusi atau rapat harus dibuatkan notulen-notulen rapat yang memuat secara lengkap diskusi/rapat. pokok-pokok Notulen pembahasan ditandatangani oleh serta kesimpulan Team Leader dalam konsultan penyedia jasa dan diketahui oleh Ketua Direksi Pekerjaan. Notulen-notulen rapat tersebut merupakan bagian dari laporan-laporan pelaksanaan pekerjaan; Pengumpulan dan Analisa Data a. Pengumpulan dan Analisa Data Sekunder Berdasarkan atas hasil pengumpulan data awal serta hasil diskusi Laporan Pendahuluan, selanjutnya Konsultan akan melakukan pengumpulan data tambahan yang masih diperlukan guna keperluan pekerjaan selanjutnya. Data data tambahan tersebut akan dikumpulkan, baik yang berasal dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi II maupun dari instansi terkait lainnya. Untuk melaksanakan kegiatan survei lapangan dan pengumpulan data, tim konsultan akan mempersiapkan hal hal sebagai berikut: 1) Surat tugas untuk personil pelaksanaan yang disetujui Pemberi Kerja/Direksi Pekerjaan. 2) Surat Perintah Kerja dari Pemberi Kerja/Direksi Pekerjaan. 3) Surat ijin yang dikeluarkan oleh Pemberi Kerja/Direksi untuk instansi instansi terkait. 4) Pengenalan wilayah kerja strategis di wilayah kerja. 5) Persiapan komponen dasar untuk pekerjaan lapangan. 6) Persiapan transport lapangan. 7) Surat ijin melakukan survey dari instansi berwenang setempat. b. Kunjungan Lapangan Melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kegiatan di wilayah Sungai Bolango guna pengumpulan data, inventarisasi dan konsultasi dengan pakar, pejabat/petugas OP BWS dan pejabat/petugas Dinas PU/PSDA setempat, masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya terkait Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai, sekaligus melakukan peninjauan langsung ke lapangan. III-10

11 Kunjungan Lapangan lokasi tinjauan dilakukan dengan pertimbangan untuk mendapat gambaran menyeluruh mengenai kondisi sarana/prasarana bangunan air di wilayah lokasi pekerjaan yang dimiliki oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi II. Dalam pelaksanaan kunjungan lapangan, Konsultan akan melakukan berbagai aktivitas mencakup: - Peninjauan lokasi pekerjaan, pengambilan foto dokumentasi. - Diskusi dengan instansi terkait mengenai semua permasalahan yang terjadi. - Pengumpulan data - Inventarisasi dan Identifikasi data - Pengumpulan data pendukung lainnya. c. Diskusi dengan Direksi, Narasumber dan Pihak Lainnya Melakukan diskusi diskusi dengan Direksi Pekerjaan, narasumber dan pihak lainnya guna memperoleh masukan dalam pelaksanaan pekerjaan. d. Survey Lapangan Dalam pelaksanaan kegiatan Survey Lapangan konsultan akan mendata kondisi sarana/prasarana bangunan air yang dimiliki oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi II dengan dibuktikan oleh foto dokumentasi dan titik lokasi letak bangunan tersebut berada dengan menggunakan GPS. e. Pengolahan Data Data yang diperoleh di lapangan tersebut selanjutnya akan diolah guna dilakukan penghitungan teknis mengenai kerusakannya dan mendesain kerusakan tersebut sehingga dapat diketahui sarana/prasarana bangunan air mana saja yang perlu direhabilitasi Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Sungai a. Penyusunan Kerangka Konsep Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Sungai Berdasarkan atas data data yang telah dikumpulkan, hasil kunjungan lapangan dan hasil analisis yang telah dilakukan, Konsultan selanjutnya melakukan penyusunan kerangka konsep Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Sungai dengan bertitik tolak dari pola pikir yang telah disampaikan sebelumnya. Kerangka konsep selanjutnya dimasukkan dalam Draft Laporan Akhir untuk didiskusikan. III-11

12 Secara umum, pendekatan dalam penyusunan konsep terangkum dalam beberapa pendekatan sebagai berikut: 1. Studi identifikasi dan latar belakang Studi identifikasi dan latar belakang dimaksudkan untuk memperkuat dasar dasar pemikiran yang melatarbelakangi penyusunan konsep. Tingkat urgensi dari penyusunan konsep akan ditelusuri pada kegiatan ini. 2. Identifikasi Aktifitas dan kinerja OP sungai Studi Identifikasi Aktifitas dan kinerja prasarana sungai dilakukan dengan mengumpulkan data, statistik dan dokumentasi mengenai aktifitas yang terjadi. Data data dapat diperoleh dari Dinas PSDA, BBWS/BWS, Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda serta beberapa instansi terkait lain yang akan diidentifikasi melalui diskusi dan wawancara. 4. Studi Peraturan Perundang undangan a. Undang Undang Dasar b. Ketetapan MPR c. Undang Undang d. Peraturan Pemerintah e. Keputusan Presiden f. Peraturan Menteri Untuk pekerjaan ini, peraturan dapat ditelaah antara lain adalah: a. Undang Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2008 Tentang Operasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai. e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2006 Tentang f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan sendiri. g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Nasional Kementrian Pekerjaan Umum tahun h. Surat Edaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air No. 01/SE/D/2013 tentang Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta Pemeliharaan Sungai. 5. Studi Terdahulu, Literatur dan NSPM III-12

13 Studi terdahulu sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dan input dalam penyusunan konsep. Lebih jauh lagi diharapkan dapat teridentifikasi bentuk bentuk standard dan norma yang telah ada dan digunakan. Beberapa data sekunder yang penting dijadikan sebagai bahan studi literatur adalah sebagai berikut ini. a. Laporan hasil studi mengenai OP sungai b. Buku NSPM berkaitan dengan OP sungai 6. Identifikasi OP sungai Studi ini dapat memberikan gambaran mengenai OP sungai. Data data dapat diperoleh dari Dinas PSDA, BBWS/BWS, Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda serta beberapa instansi terkait lain yang akan diidentifikasi melalui diskusi dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari instansi terkait nantinya dikombinasikan dengan hasil identifikasi langsung di lapangan. b. Penyusunan Laporan Penunjang Laporan Penunjang berisi: a) Uraian ringkas pendahuluan, memuat: definisi, latar belakang, ruang lingkup, metodologi, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan; b) Pola pikir Audit Teknis dan AKNOP Sungai (diperbaiki/disempurnakan setelah diskusi Rapat pendahuluan); c) Hasil kemajuan pelaksanaan pekerjaan: pengumpulan data, hasil inventarisasi dan investigasi, dan pendekatan pemecahan masalah, rencana kerja selanjutnya, notulen Diskusi Laporan Pendahuluan, atau notulen atau catatan hasil rapat/diskusi yang dilakukan dan dokumentasi; d) Permasalahan yang dihadapi dan identifikasi permasalahan yang akan dihadapi, upaya upaya penanganan atau antisipasi permasalahan yang dihadapi; e) Kerangka Laporan Akhir. c. Penyusunan Konsep Laporan Akhir dan Diskusi Akhir Draft Laporan Akhir memuat seluruh rangkaian proses penyelesaian pekerjaan dimulai dari pendahuluan, pola pikir, metodologi penyelesaian, hasil kunjungan lapangan, dokumentasi, kesimpulan, dan saran. d. Penyusunan Laporan Akhir III-13

14 Laporan Akhir memuat perbaikan Draft Laporan Akhir berdasarkan masukan/hasil diskusi Laporan Akhir, yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Laporan Akhir harus sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau persyaratan teknis atau persyaratan lainnya yang telah ditentukan Pelaporan Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen : 1. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK) Laporan ini berisi Rencana Mutu Kontrak (RMK) diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku asli dan 2 (dua) Copy diserahkan paling lambat dua minggu setelah penandatanganan Kontrak atau diterbitkannya SPMK. 2. Laporan Pendahuluan AKNOP Laporan Paling Lambat diterima 30 Hari (1 Bulan) setelah konsultan menerima SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja), Konsultan harus sudah menyerahkan Laporan Pendahuluan sebanyak 3 (tiga) buku asli dan 2 (dua) Copy. 3. Laporan Penunjang : a. Laporan Interim AKNOP Laporan Interim ini merupakan laporan yang berisikan mengenai hasil analisis data serta hasil pekerjaan yang telah disusun setelah mendapatkan masukan dari pelaksanaan Diskusi. Laporan Interim diserahkan sebanyak 3 (Tiga) buku yang terdiri dari, 1 (satu) asli dan 2 (Dua) copy. b. Gambar Desain A 3 Semua hasil pengukuran dan Perencanaan teknis disajikan dalam bentuk gambar perencanaan ukuran A3 Sebanyak 2 (dua) Rangkap. 4. Laporan Akhir AKNOP Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Draft yang telah disusun setelah mendapatkan masukan dari pelaksanaan Diskusi. Laporan Akhir diserahkan sebanyak 3 (Tiga) buku, 1 (satu) asli dan 2 (Dua) copy. 3.6 DEFINISI DAN ACUAN NORMATIF Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Bab IV Pasal 43: 1. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air terdiri atas: a. pemeliharaan sumber air; dan b. operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air. III-14

15 2. Pemeliharaan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui kegiatan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi sumber air serta perbaikan kerusakan sumber air. 3. Operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. operasi prasarana sumber daya air yang terdiri atas kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air; dan b. pemeliharaan prasarana sumber daya air yang terdiri atas kegiatan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sumber daya air serta perbaikan kerusakan prasarana sumber daya air. 4. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan atas rencana tahunan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air. 5. Rancangan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disusun oleh pengelola sumber daya air berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. 6. Rancangan dimaksud rencana pada tahunan ayat (5) operasi dan ditetapkan pemeliharaan oleh Menteri, sebagaimana gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Pasal 18: (1) Pengelolaan sungai meliputi: a. konservasi sungai; b. pengembangan sungai; dan c. pengendalian daya rusak air sungai. (2) Pengelolaan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahap: a. penyusunan program dan kegiatan; b. pelaksanaan kegiatan; dan c. pemantauan dan evaluasi. Pasal 20: (1) Konservasi sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a dilakukan melalui kegiatan: a. perlindungan sungai; dan b. pencegahan pencemaran air sungai. (2) Perlindungan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui perlindungan terhadap: a. palung sungai; III-15

16 b. sempadan sungai; c. danau paparan banjir; dan d. dataran banjir. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pula terhadap: a. aliran pemeliharaan sungai; dan b. ruas restorasi sungai. Pasal 21: (1) Perlindungan palung sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a dilakukan dengan menjaga dimensi palung sungai. (2) Menjaga dimensi palung sungai sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan melalui pengaturan pengambilan komoditas tambang di sungai. (3) Pengambilan komoditas tambang di sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan pada sungai yang mengalami kenaikan dasar sungai. Pasal 53: Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b meliputi kegiatan: a. fisik dan nonfisik konservasi sungai, pengembangan sungai, dan pengendalian daya rusak air sungai; dan b. operasi dan pemeliharaan prasarana sungai serta pemeliharaan sungai. Pasal 55: (1) Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b dilakukan melalui kegiatan: a. pengaturan dan pengalokasian air sungai; b. pemeliharaan untuk pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sungai; dan c. perbaikan terhadap kerusakan prasarana sungai. (2) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b dilakukan melalui penyelenggaraan kegiatan konservasi sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 28, dan pengembangan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 33. Pasal 23 (1) Perlindungan danau paparan banjir sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf c dilakukandengan mengendalikan sedimen dan pencemaran airpada danau. III-16

17 (2) Pengendalian sedimen sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan pencegahan erosi padadaerah tangkapan air. Pasal 24 (1) Perlindungan dataran banjir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 ayat (2) huruf d dilakukan pada dataranbanjir yang berpotensi menampung banjir. (2) Perlindungan dataran banjir sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dengan membebaskan dataranbanjir dari peruntukan yang mengganggu fungsipenampung banjir. Pasal 25 (1) Perlindungan aliran pemeliharaan sungai sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a ditujukanuntuk menjaga ekosistem sungai. (2) Menjaga ekosistem sungai sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan mulai dari hulu sampai muarasungai. (3) Perlindungan aliran pemeliharaan sungai dilakukandengan mengendalikan ketersediaan debit andalan 95%(sembilan puluh lima persen). (4) Dalam hal debit andalan 95% (sembilan puluh limapersen) tidak tercapai, pengelola sumber daya air harusmengendalikan pemakaian air di hulu. Pasal 26 (1) Perlindungan ruas restorasi sungai sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b ditujukanuntuk mengembalikan sungai ke kondisi alami. (2) Perlindungan ruas restorasi sungai sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. kegiatan fisik; dan b. rekayasa secara vegetasi. (3) Kegiatan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a meliputi penataan palung sungai, penataansempadan sungai dan sempadan danau paparan banjir, serta rehabilitasi alur sungai. Pasal 27 (1) Pencegahan pencemaran air sungai sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dilakukanmelalui: a. penetapan daya tampung beban pencemaran; b. identifikasi dan inventarisasi sumber air limbahyang masuk ke sungai; c. penetapan persyaratan dan tata cara pembuanganair limbah; d. pelarangan pembuangan sampah ke sungai; e. pemantauan kualitas air pada sungai; dan f. pengawasan air limbah yang masuk ke sungai. III-17

18 (2) Pencegahan pencemaran air sungai dilaksanakansesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 56 (1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. (2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan melalui kegiatan pengamatan, pencatatan, dan evaluasi hasil pemantauan. (3) Hasil evaluasi pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai masukan dalam peningkatan kinerja dan/atau peninjauan ulang rencana pengelolaan sungai Surat Edaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Nomor 01/SE/D/2013 Tentang Tata Cara OP Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Sungai Tata Cara OP Prasarana Sungai dan Pemeliharaan Sungai telah diatur melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Nomor SE No. 01/SE/D/2013. A. Klasifikasi Sungai Menurut Surat Edaran, sungai dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Sungai yang masih alami, relatif belum ada aktifitas pembangunan dikanan-kiri alur sungainya. Alur sungai tidak perlu pemeliharaan. 2. Sungai yang sudah terdapat aktifitas pembangunan dikanan-kiri alur sungainya. Pemeliharaan dibuat selektif, pada ruas sungai ditempat bangunan fasilitas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (pemukiman,jalan raya, rumah sakit,jaringan irigasi, dan lain-lain). 3. Sungai yang melewati perkotaan. Pelaksanaan pemeliharaan diklasifikasikan secara khusus dengan memperhatikan jumlah prasarana yang ada dan tingkat kepentingannya. B. Ruang Lingkup OP Sungai Berdasarkan PP 38/2011 tentang Sungai, ruang lingkup kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai adalah: a. pengaturan dan pengalokasian air sungai; b. pemeliharaan untuk pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sungai; dan c. perbaikan terhadap kerusakan prasarana sungai. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen SDA No.01/SE/D/2013 tentang Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta Pemeliharaan Sungai, ruang lingkup OP Sungai adalah: III-18

19 a. operasi prasarana sungai b. Pemeliharaan prasarana sungai dan pemeliharaan sungai Operasi prasarana sungai meliputi operasi dalam rangka penggunaan air sungai dan operasi dalam rangka pengelolaan banjir. (1) Penggunaan Air Sungai a.penyusunan rencana alokasi air global/tahunan (RAAT); b.penetapan alokasi air; c. penyusunan rencana alokasi air rinci (RAAR); d.pelaksanaan alokasi air; e.pengawasan; dan f. monitoring dan evaluasi. (2) Pengelolaan Banjir a. penyusunan SOP banjir; b. penyiapan bahan banjiran; c. penyiapan peralatan; d. monitoring banjir; e. pemantauan lokasi kritis dan daerah rawan banjir; dan f. melaksanakan tindakan darurat bersama instansi terkait dan masyarakat. Kegiatan pemeliharaan prasarana sungai meliputi: (1) Pemeliharaan dalam rangka pencegahan kerusakan dan penurunan fungsi sungai/prasarana sungai: a. pengamanan; b. pengendalian sampah; c. pemeliharaan rutin; d. pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan; e. pembatasan pemanfaatan sungai; dan f. pembatasan penggunaan air sungai. (2) Perbaikan Kerusakan a. pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan; b. pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian; c. perbaikan ringan atau reparasi; d. perbaikan korektif yang terdiri dari: pemeliharaan khusus, rehabilitasidan rektifikasi; dan e. perbaikan khusus apabila terdapat kerusakan akibat banjir bukan akibat bencana alam. (3) Pemeliharaan dalam rangka konservasi sungai: a. perlindungan sungai; dan III-19

20 b. pencegahan pencemaran air sungai. C. Tahapan OP Sungai OP Sungai dilaksanakan melalui tahapan: a. Perencanaan; b. Pelaksanaan; dan c. Pemantauan dan evaluasi. D. Biaya OP Sungai Komponen biaya OP Sungai terdiri atas komponen biaya operasi dan komponen biaya pemeliharaan sungai/prasarana sungai. Komponen biaya operasi - biaya penyusunan rencana alokasi air; - biaya operasi pintu air; - biaya pengawasan; - biaya monitoring dan evaluasi; - biaya untuk kegiatan pengukuran debit dan kalibrasi alat pintuair; - biaya gaji untuk penjaga alat hidrologi dan hidrometri; - biaya monitoring banjir; - biaya pengadaan bahan banjiran; - biaya operasi peralatan; - biaya gaji/upah untuk pengamat, juru, petugas, operator dan mekanik; dan - biaya kantor dan barang pakai habis. Komponen biaya pemeliharaan - biaya untuk kegiatan inspeksi rutin; - biaya untuk kegiatan penelusuran sungai; - biaya untuk keperluan pengukuran dan detail desain; - biaya untuk keperluan pemeliharaan dan/atau perbaikan; - biaya kantor dan barang pakai habis; dan - biaya gaji/upah untuk pengamat, juru, dan petugas Istilah dan Definisi 1. Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan AKNOP adalah Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan yang memberikan estimasi dan evaluasi dari kegiatan operasi dan pemeliharaan yang akan dikerjakan sehingga metoda dan biaya dapat diatur dengan sebaik-baiknya. 2. Prasarana sumber daya air III-20

21 Bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak langsung. (Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.) 3. Sungai Alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengandibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. (Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai) 4. Banjir Peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai. (Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai) 5. Bantaran sungai Ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai. (Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai) 6. Garis sempadan Garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. (Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai) 7. Operasi dan pemeliharaan sungai Kegiatan yang berkaitan dengan berfungsinya sungai dan beroperasinya bangunan sungai meliputi antara lain pengawasan, pemeliharaan, operasi, dan perbaikan. (Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai) 8. Analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) Perhitungan kebutuhan biaya tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk mendapatkan harga satuan atau satu jenis pekerjaan tertentu. 9. Analisis produktivitas III-21

22 Uraian masalah dan keadaan dalam membandingkan antara output (hasil produksi) dan input (komponen produksi: tenaga kerja, bahan, peralatan, dan waktu). 10.Bahan baku Bahan di suatu lokasi tertentu atau sumber bahan (quarry) dan merupakan bahan dasar yang belum mengalami pengolahan (contoh : batu, pasir dan lain-lain), atau bahan yang diterima di gudang atau base camp yang diperhitungkan dari sumber bahan, setelah memperhitungkan ongkos bongkar-muat dan pengangkutannya. 11.Bahan olahan Bahan yang merupakan produksi suatu pabrik tertentu atau plant atau membeli dari produsen (contoh : agregat kasar, agregat halus dan lainlain). 12.Bahan jadi Bahan yang merupakan bahan jadi (contoh : tiang pancang beton pencetak, kerb beton, parapet beton dan lain-lain) yang diperhitungkan diterima di Base Camp/ Gudang atau di pabrik setelah memperhitungkan ongkos bongkar-buat dan pengangkutannya serta biaya pemasangan (bila diperlukan). 13.Bendung Bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi atau dengan pompa ke tempat-tempat tertentu yang membutuhkannya dan atau untuk mengendalikan dasar sungai, debit dan angkutan sedimen. 14.Bendungan III-22

23 Bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. 15.Pelimpah Bangunan yang berfungsi untuk melewatkan debit aliran sungai secara terkendali. 16.Intake Bagian dari bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai. 17.Biaya langsung Komponen harga satuan pekerjaan yang terdiri atas biaya upah, biaya bahan dan biaya alat. 18.Biaya tidak langsung Komponen harga satuan pekerjaan yang terdiri atas biaya umum (overhead) dan keuntungan, yang besarnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. 19.Daftar kuantitas dan harga atau bill of quantity (BOQ) Daftar rincian pekerjaan yang disusun secara sistematis menurut kelompok/bagian pekerjaan, disertai keterangan mengenai volume dan satuan setiap jenis pekerjaan, mata uang, harga satuan, hasil kali volume dengan harga satuan setiap jenis pekerjaan dan jumlah seluruh hasil pekerjaan sebagai total harga pekerjaan. 20.Harga satuan dasar (HSD) III-23

24 Harga komponen dari mata pembayaran dalam satuan tertentu, misalnya: bahan (m, m2, m3, kg, ton, zak, dsb.), peralatan (unit, jam, hari, dsb.), dan upah tenaga kerja (jam, hari, bulan, dsb). 21.Harga satuan dasar alat Besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen biaya alat yang meliputi biaya pasti dan biaya tidak pasti atau biaya operasi per satuan waktu tertentu, untuk memproduksi satu satuan pengukuran pekerjaan tertentu. 22.Harga satuan dasar bahan Besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen bahan untuk memproduksi satu satuan pengukuran pekerjaan tertentu. 23.Harga satuan dasar tenaga kerja Besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen tenaga kerja per satuan waktu tertentu, untuk memproduksi satu satuan pengukuran pekerjaan tertentu. 24.Harga satuan pekerjaan (HSP) Biaya yang dihitung dalam suatu analisis harga satuan suatu pekerjaan, yang terdiri atas biaya langsung (tenaga kerja, bahan, dan alat), dan biaya tidak langsung (biaya umum atau overhead, dan keuntungan) sebagai mata pembayaran suatu jenis pekerjaan tertentu, termasuk pajak-pajak. 25.Indeks Faktor pengali atau koefisien sebagai dasar penghitungan biaya bahan, biaya alat, dan upah tenaga kerja. 26.Indeks bahan Indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan volume pekerjaan. III-24

25 27.Indeks tenaga kerja Indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap satuan volume pekerjaan. 28.Koefisien tenaga kerja atau kuantitas jam kerja Faktor yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan, berdasarkan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. 29.Mata pembayaran Jenis pekerjaan yang secara tegas dinyatakan dalam dokumen lelang sebagai bagian dari pekerjaan yang dilelang yang dapat dibayar oleh pemilik (owner). 30.Metode kerja Cara kerja untuk menghasilkan suatu jenis pekerjaan/bagian pekerjaan tertentu sesuai dengan spesifikasi teknik yang ditetapkan dalam dokumen lelang. 31.Over head Biaya yang diperhitungkan sebagai biaya operasional dan pengeluaran biaya kantor pusat yang bukan dari biaya pengadaan untuk setiap mata pembayaran, biaya manajemen, akuntansi, pelatihan dan auditing, perijinan, registrasi, biaya iklan, humas dan promosi, dan lain sebagainya. 32.Pedoman Acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat. (Sumber: Penjelasan PP No. 25 Tahun 2000 pasal 2 ayat (3)) 33.Pengaman sungai Upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir. III-25

26 34.Krib Bangunan air yang dibuat melintang sungai mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna mengarahkan arus dan melindungi tebing dari penggerusan dan juga dapat berfungsi sebagai pengendali alur. 35.Tanggul Salah satu bangunan pengendali sungai yang fungsi utamanya untuk membatasi penyebaran aliran lahar, mengarahkan aliran lahar juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. 36.Pengendali muara sungai Bangunan untuk mengendalikan muara meliputi penutupan, pemindahan dan pendangkalan alur sungai. 37.Jeti Salah satu bangunan pengendali muara yang dibangun untuk stabilisasi muara sungai dan perbaikan alur sungai. 38.Pengerukan Proses pengambilan tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya perairan dangkal seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal, dan memindahkan atau membuangnya ke lokasi lain. 39.Satuan pekerjaan Satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan yang dinyatakan dalam satuan panjang, luas, volume, dan unit. 40.Waktu siklus III-26

27 Waktu yang diperlukan suatu alat untuk beroperasi pada pekerjaan yang sama secara berulang, yang akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan koefisien alat. 3.7 POLA PIKIR Pengembangan pola pikir ini adalah proses yang berlangsung sepanjang pelaksanaan pekerjaan, dimana pada setiap kesempatan diskusi dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Seluruh pola pikir yang dibuat mengacu pada ruang lingkup yang terdapat dalam Kerangka Acuan Kerja. Akhir dari pekerjaan ini adalah dokumen Bolango berikut dokumen pendukungnya. Inventarisasi data dilakukan paralel agar tujuan akhir dapat tercapai dengan baik. Mulai dari pendataan peraturan/kebijakan, review studi terdahulu, sampai kunjungan lapangan. Data-data tersebut dianalisis, apakah ada kesesuaian antara peraturan/kebijakan dengan pelaksanaan di lapangan. Jika sudah sesuai, maka tersebut selanjutnya disusun berdasarkan hasil analisis data. Jika belum sesuai, maka Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai merujuk pada peraturan/kebijakan dengan mempertimbangkan hasil kunjungan lapangan. Pembiayaan untuk OP yang tepat sasaran dan hasil baik seyogyanya melakukan langkah-langkah kegiatan dengan urutan sebagai berikut : 1) Inventarisasi bangunan dan seluruh kelengkapannya 2) Penelitian terhadap harga satuan dan tenaga setempat 3) Perencanaan harga satuan pembiayaan sesuai kelengkapannya 4) Inventarisasi dan menyusun personalia yang dengan ditugaskan tipe untuk menangani dan mengelola OP sesuai daerahnya 3.8 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai dapat dilihat pada Gambar 3.2., dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Konsultan telah menugaskan seorang Direktur Pelaksanaan dalam pekerjaan ini, yang diwakili oleh salah seorang Manager Teknik, yang akan senantiasa siap untuk mengarahkan, mengawasi dan mengatur koordinasi III-27

28 back up support bagi team kerja bilamana ditemukan kendala yang sulit dipecahkan oleh team. Sehingga dengan demikian, perintah-perintah yang dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan selaku pihak pemberi pekerjaan, berkenaan dengan lingkup pekerjaan sebagaimana yang tertuang didalam kontrak dan telah disepakati bersama, lebih terjamin realisasinya oleh team kerja konsultan. 2. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, konsultan melakukan koordinisasi sesuai keperluannya dengan berbagai pihak terkait. 3. Konsultan telah menugaskan seorang Team Leader yang bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan, baik dibidang teknis maupun administrasi, sehingga pekerjaan ini dapat dilaksanakan tepat mutu dan waktu sebagaimana yang disebutkan didalam KAK. Team Leader akan mengkoordinir aktivitas seluruh anggota team kerja, dan akan mengatur tata hubungan kerja antar mereka. Team leader juga akan melaporkan progres pekerjaan, baik kepada pihak pemberi kerja maupun kepada Direktur pelaksana, selain itu juga akan memimpin diskusi/presentasi yang akan diadakan dan menghadiri rapat lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini. 4. Tenaga Ahli dan Tenaga Teknisi. Tenaga Ahli terdiri dari berbagai tenaga ahli untuk berbagai bidang, yang masing-masing sangat berpengalaman dalam menangani pekerjaan sejenis sesuai dengan bidangnya. Sedangkan Tenaga Teknisi terdiri dari juru ukur yang masing-masing akan membantu tenaga ahli dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya. 5. Tenaga Pendukung. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Konsultan telah menugaskan Administrator, Operator Cad, pesuruh dan surveyor. Administrasi akan membantu Team Leader dalam melaksanakan pekerjaan administrasi kantor dan keuangan, operator cad akan membantu dalam penggambaran. Direktur PT. GEOMATIK CONSULTANT (Ir. Anto Basri) Team Leader / Ahli Sungai Achiroeddin Noerdin, ST Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA I III-28

29 Asisten Ahli Sungai Hamdan, ST Juru Ukur Heri Darmawan ST Keterangan : : Garis Perintah : Garis Koordinasi Gambar 3.2. Bagan Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan 5 Personil dan Tanggung Jawabnya Keahlian personil yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan ini harus sesuai dengan persyaratan yang tertuang di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), dan dibutuhkan tim pelaksana yang handal yang terdiri dari tenaga ahli dan tenaga pendukung yang cakap serta berpengalaman di bidangnya. Nama personil yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat diperiksa pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Daftar Personil Pelaksana Pekerjaan III-29

30 Agar dapat lebih terkoordinasi dan dapat lebih dipahami serta dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, maka perlu adanya penjabaran tugas dari masing-masing tenaga (personil) yang menangani pekerjaan ini. Sesuai dengan rincian tugas personil yang tertuang di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), Konsultan akan menugaskan personil pelaksana pekerjaan lengkap dengan personil inti di dalam struktur organisasi perusahaan, dengan rincian tugas sebagai berikut : Direktur Perusahaan Nama : Ir. Anto Basri Tugas dan tanggung jawab Direktur Perusahaan PT. Geomatik Consultant, antara lain adalah : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian perusahaan. Memimpin keseluruhan jalannya perusahaan. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemasaran serta produksi. Melaksanakan kerjasama operasi dengan mitra kerja atau perusahaan lain dalam penanganan pekerjaan/proyek. Mengelola dan mengendalikan seluruh sumber daya perusahaan. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pemasaran, produksi dan sumber daya perusahaan untuk meningkatkan keuntungan maupun performance perusahaan. Melakukan koordinasi dengan direktur I dan staff dalam perusahaan. Menjalin kerjasama yang baik dengan para stakeholder dan instansi pemerintah maupun swasta. Tugas, Tanggung Jawab Dan Wewenang Tenaga Ahli Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam melaksanakan Penyusunan Jasa Konsultan, agar diperoleh hasil kerja yang baik dan dapat selesai sesuai jadwal yang direncanakan, PT. Geomatik Consultant akan menempatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam menangani proyek- proyek irigasi dan sejenisnya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan memenuhi kriteria sebagai berikut : Tenaga profesional dan mempunyai kemampuan untuk bekerja keras sesuai dengan apa yang tertera pada Kerangka Acuan Kerja (KAK). III-30

31 Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, Mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya, Mempunyai latar belakang pengalaman kerja dibidangnya. bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Bersedia untuk bekerja di lapangan dan mempunyai mental yang baik sesuai dengan bidang masing-masing. Team Konsultan akan dipimpin oleh seorang Pimpinan Team (Team Leader) yang telah berpengalaman dalam memimpin pekerjaan perencanaan konservasi dan sejenisnya, dan akan membawahi tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan ini. Untuk posisi Team Leader, PT. GEOMATIK CONSULTANT akan menempatkan seorang yang telah berpengalaman luas dalam bidang perencanaan konservasi dan sejenisnya. Kriteria dan tanggung jawab tenaga ahli dalam pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan adalah sebagai berikut : Ketua Tim (Ahli Sungai), 1 (satu) orang : Achiroeddin Noerdin, ST Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim (Ahli Sungai) : Menyiapkan Program kerja. Mengkoordinasi internal Tim untuk seluruh kegiatan. Memberi petunjuk dan pengarahan ke seluruh anggota tim sesuai bidang tugasnya. Melakukan mekanisme kerja eksternal dengan Pihak Direksi. Menjalankan tugas keseluruhan secara menerus dan koordinatif. Mengidentifikasi permasalahan OP. Menyusun AKNOP Sungai sesuai dengan skala prioritas. Tenaga Asisten Ahli Sungai, 1 (satu) orang : Hamdan, ST Tugas dan tanggung jawab Asisten Ahli Sungai : Melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam keahlian Ilmu Sungai/ Bangunan Sungai. Melakukan pengumpulan data dan analisis data. Menguraikan tujuan kerja menjadi sasaran operasional yang mudah diukur keberhasilannya. Melaksanakan diskusi horizontal dengan anggota tim lainnya yang terkait dengan bidangnya. III-31

32 Menyusun AKNOP Sungai sesuai dengan skala prioritas. Membantu menyusun laporan yang diperlukan oleh team leader. Juru Ukur, 1 (satu) orang : Heri Darmawan, ST Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur : Melakukan survey lapangan, mengetahui dengan jelas situasi dan kondisi lapangan, memeriksa pengambilan data lapangan, hasil peta situasi, profil melintang, memanjang terhadap akurasi data dan gambar yang disajikan. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyangkut survey pengukuran. Melaksanakan diskusi horisontal dengan anggota tim lainnya yang terkait dengan bidangnya untuk menjamin agar hasil pekerjaan komprkehensif dan terpadu. Membantu Team Leader dalam penyusunan laporan-laporan yang terkait dengan bidang keahliannya dan berpartisipasi dalam diskusi yang diadakan Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Seperti diketahui, bahwa keberadaan dan ketepatan penempatan tenaga ahli sangat menentukan suatu keberhasilan proyek, ini berarti penentuan kapan para Tenaga Ahli mulai bekerja merupakan hal yang sangat penting, karena ketidak tepatan waktu bagi para Tenaga Ahli dapat menimbulkan pemborosan dana dan beresiko terhadap penyelesaian pekerjaan. Dalam hal keperluan jumlah tenaga personil yang dibutuhkan, khususnya untuk Tenaga Ahli, Proyek secara cermat dan jelas sudah memberikan kebutuhan yang diperlukan, sedangkan jumlah bulan orang (man month) yang dibutuhkan tergantung dari hasil analisa teknis yang dilakukan sendiri oleh Konsultan, dan hasilnya adalah seperti yang digambarkan pada Jadual Penugasan Personil. Selengkapnya, Jadual Penugasan Personil tersebut, disajikan pada Gambar 3.3, dengan total waktu pelaksanaan selama 3 (tiga) bulan atau 90 (sembilan puluh) hari kalender, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Total waktu pelaksanaan pekerjaan telah ditetapkan selama 3 (tiga) bulan atau 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat III-32

33 Perintah Mulai Kerja (SPMK), sehingga Konsultan dalam menghitung kebutuhan dan jadual pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada total waktu yang telah ditetapkan tersebut. Jadual pelaksanaan pekerjaan disusun mengacu pada total waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah dialokasikan di dalam Kerangka Acuan Kerja, kapasitas kerja normal personil dan bagan alir proses pelaksanaan pekerjaan serta ruang lingkup dan volume pekerjaan. III-33

34 Pengadaan Jasa Konsultan Gambar 3.3. Jadwal Penugasan Personil III-34

35 Pengadaan Jasa Konsultan Gambar 3.4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan Aknop Sungai III-35

Mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan

Mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R D A Y A A I R Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran BaruJakarta Selatan, 12110 Telp. (021) 7396616 Fax. (021) 7208285

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Menurut Peraturan Pemerinah Republik Indonesia No.38 Tahun 2011, Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2015 KEMEN-PUPR. Garis Sempadan. Jaringan Irigasi. Penetapan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan No.611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penggunaan Dana Badan Usaha Terlebih Dahulu. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Bendungan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : Mengingat : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI PEKERJAAN DETAIL ENGGINERING DESAIN (DED) JARINGAN IRIGASI LOKASI : IRIGASI DESA TUVA (Kec.Gumbasa),IRIGASI DESA PULU (Kec.Dolo

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2. DAFTAR ISI Halaman: Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV...... TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. Umum 2. Lampiran 1a: Wilayah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen yang mendukung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 2014 Konsultan Perencana, CV.CATUR PRIMA KARYA. Heri Mulyana, ST. Direktur

KATA PENGANTAR. Bogor, 2014 Konsultan Perencana, CV.CATUR PRIMA KARYA. Heri Mulyana, ST. Direktur KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk melaksanakan, Pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Kantor Kelurahan Atang Senjaya Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO

BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO Uraian Pendahuluan 1. Latar Belakang Rancangan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo memuat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.863, 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengelolaan. Aset. Irigasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 15A Tahun 2006 Lampiran : - TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG IRIGASI WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA. Latar Belakang a. Dasar Hukum Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan sungai,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI I. UMUM 1. Peran sektor pertanian dalam struktur perekonomian nasional sangat strategis dan kegiatan pertanian tidak

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DED REHABILITASI JARINGAN IRIGASI D.I. BELANTING

DED REHABILITASI JARINGAN IRIGASI D.I. BELANTING KERANGKA ACUAN KERJA DED REHABILITASI JARINGAN IRIGASI D.I. BELANTING 1 Latar Belakang : 2 Maksud dan Tujuan : a. Maksudnya adalah untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana dilokasi rawan bencana yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOLAM RENANG PELATIHAN LOKASI : TANJUNG UBAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN ANGGARAN 2016 A. PENDAHULUAN 1. PENGERTIAN 1.1. Nama Kegiatan. Nama Kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN BANYUWANGI \ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Aulia Rahman Oktaviansyah 2

Aulia Rahman Oktaviansyah 2 KAJIAN PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA PENGENDALI BANJIR WILAYAH SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Aulia Rahman Oktaviansyah 2 Abstrak: Banjir adalah suatu fenomena alam yang terjadi

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat: a. bahwa irigasi merupakan modal utama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANIASIDAN TATAKERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Nectaria

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) SELEKSI

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) SELEKSI BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) SELEKSI NOMOR: 12.UL/ADT-TKP-AKNOP-IRGA/POKJA-I/BBWSC-3/2016 PAKET PEKERJAAN: AUDIT TEKNIS KINERJA DAN PENYUSUNAN AKNOP IRIGASI 1. Pada hari ini Kamis tanggal

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah

Lebih terperinci

- 5 - BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

- 5 - BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 - 2-2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

1. DATA PROYEK. Lokasi : Kota Kupang Sumber Dana : APBNP Tahun Anggaran : 2017 Waktu Pelaksanaan : 20 hari kalender

1. DATA PROYEK. Lokasi : Kota Kupang Sumber Dana : APBNP Tahun Anggaran : 2017 Waktu Pelaksanaan : 20 hari kalender BAB VI. ADENDUM KERANGKA ACUAN KERJA(KAK) ADENDUM KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PERENCANAAN RENOVASI GEDUNG KANTOR, REHABILITASI POS JAGA ATAS, PEMBANGUNAN PAGAR BARU, DAN PERLUASAN BLOK HUNIAN PADA RUMAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci