PENERAPAN PRINSIP PRUDENTIAL BANKING (PRINSIP KEHATI- HATIAN) TERHADAP PEMBIAYAAN MODAL KERJA MUSYARAKAH DI BANK KALTIM SYARIAH CABANG SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PRINSIP PRUDENTIAL BANKING (PRINSIP KEHATI- HATIAN) TERHADAP PEMBIAYAAN MODAL KERJA MUSYARAKAH DI BANK KALTIM SYARIAH CABANG SAMARINDA"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 8 (2014) Copyright 2014 PENERAPAN PRINSIP PRUDENTIAL BANKING (PRINSIP KEHATI- HATIAN) TERHADAP PEMBIAYAAN MODAL KERJA MUSYARAKAH DI BANK KALTIM SYARIAH CABANG SAMARINDA Abstrak Kartono 1 (tono_algazaly@yahoo.com) Deny Slamet Pribadi 2 (dspputih@yahoo.com) Irma Suryani 3 (irmasuryani@fhunmul.ac.id) Pembiayaan modal kerja musyarakah didefinisikan sebagai pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Setiap fasilitas pembiayaan pada bank kaltim syariah cabang samarinda harus selalu berpedoman pada prinsip Prudential Banking (Prinsip kehati-hatian) begitu juga dalam pembiayaan modal kerja musyarakah. Permasalahan yang diteliti adalah tentang bagaimana penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) terhadap pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda dan apa kendala-kendala yang di hadapi terhadap upaya penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) terhadap pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif-empiris dengan menggunakan pendekatan penelitian yaitu Judicial Case Study, yaitu pendekatan studi kasus hukum karena konflik yang di selesaikan melalui putusan pengadilan (Yurisprudensi). Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis dan logis. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta peraturan lainnya. penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) belum cukup maksimal untuk di jalankan, karna dari satu sisi oknum bank kaltim syariah cabang samarinda belum sepenuhnya mentaati dan menjalankan sesuai peraturan yang berlaku. Kata Kunci : Prudential Banking Musyarakah, Bank Kaltim Syariah. 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 A. Pendahuluan Bank Kaltim adalah salah satu Perusahaan BUMD sebagai hasil buah pikiran Gubernur KDH Tingkat I Kalimantan Timur Bapak A. Moeis Hasan yang didirikan Tanggal 14 Oktober 1965 berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor 03/PD164 Tanggal 19 September 1964 yang telah mendapat persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 9/I 0/8-45 Tanggal 01 April Keberadaan Bank Kaltim didirikan adalah dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian & pembangunan daerah disegala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat sehingga terwujudnya masyarakat Kalimantan Timur yang sejahtera. Prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) sudah seharusnya di terapkan secara lebih baik karna demikian luasnya diikuti dengan semakin kompleksnya resiko yang di hadapi oleh bank, termasuk pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda. Faktanya meskipun telah diterapkan Prinsip Prudential Banking pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda khususnya pada Pembiayaan Modal Kerja Musyarakah, ada di temukannya kasus agunan sebidang tanah beserta bangunannya yang bukan atas nama pemilik yang mengagunkan tanah tersebut serta Surat Perintah Kerja (SPK) Palsu Nomor 006/RU/BLK/II/2010 tertanggal 17 Maret 2010 Subkontraktor Pekerjaan External Pembangunan Gedung BLK Tahap II dari Kota Pemerintah Bontang yang menjamin akan pelunasan agunan tanah tersebut di Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda. Hal ini terjadi di sebabkan karena 2

3 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) pihak bank belum sepenuhnya menerapkan prinsip Prudential Banking dimana adanya oknum Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda yang bekerja sama dengan pihak nasabah untuk mengesampingkan Prinsip Prudential Banking tersebut, dengan tidak melakukan pengecekan langsung ke lapangan (on the spot) tentang keaslian dan kebenaran akan Surat Perintah Kerja (SPK) yang di berikan oleh Nasabah kepada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda. Sehingga mengakibatkan kerugian yang di derita oleh pihak bank. Dari itulah Prinsip Prudentian Banking harus benar-benar di terapkan. B. Pembahasan a. Hasil Penelitian Wacana untuk mendirikan Unit Usaha Syariah Bank kaltim telah berkembang sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang memberikan kesempatan bagi bank konvensional untuk mendirikan unit usaha syariah, yang kemudian wacana tersebut semakin kuat dengan adanya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Bunga Bank Tahun 2003 dan dikeluarkannya PBI Nomor 8/3/PBI/2006 yang memungkinkan membuka layanan syariah di kantor cabang konvensional. Bank Kaltim Syariah secara resmi memulai operasinya pada tanggal 27 Desember 2006 berdasarkan surat izin Bank Indonesia Nomor 8/7/DS/Smr. Pendirian unit usaha syariah merupakan cita-cita yang sudah lama dicanangkan oleh segenap jajaran Bank Kaltim. Setelah kurang lebih 3

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 satu bulan soft opening, maka pada tanggal 30 Januari 2007 digelar acara Grand Opening Bank Kaltim Syariah yang secara resmi memperkenalkan kehadiran Bank Kaltim Syariah kepada masyarakat luas. Bank Kaltim Syariah dengan motto Solusi Membawa Berkah berkantor di jalan Achmad Yani nomor 31, menempati bangunan ruko berlantai 3 yang didesain dengan perpaduan warna hijau dan krem. Saat ini Bank Kaltim Syariah diperkuat oleh 21 personel. 10 orang di Unit Usaha Syariah dan 11 orang di kantor cabang Syariah Samarinda. Kehadiran Bank Kaltim Syariah diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi serta menggerakkan sektor riil sehingga kehadirannya dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh warga Kalimantan Timur pada umumnya. 1. Produk-Produk Pembiayaan Produktif di Bank Kaltim Syariah a. Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah Pembiayaan modal kerja untuk keperluan pengadaan barang yang digunakan untuk modal kerja, industri dan perdagangan. Bank memberikan modal 100% sedangakan nasabah memberikan keahlian dengan menyerahkan SPK (Surat Perintah Kerja). Contoh skim ini adalah pembelian barang dagangan untuk modal kerja. 4

5 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) b. Pembiayaan Modal Kerja Murabahah Pembiayaan modal kerja untuk keperluan pengadaan barang atau pembelian barang tanpa SPK. Contoh skim ini adalah pembelian bahan baku, barang dagangan, dan lain-lain. c. Pembiayaan Modal Kerja Musyarakah Pembiayaan modal kerja untuk kepeluan jasa konstruksi atau pengadaan pesanan berdasarkan SPK, dimana bank memberikan modal sesuai porsinya. Contoh skim ini adalah pembiayaan pembangunan gedung, jembatan, dan lain-lain. d. Pembiayaan Modal Kerja Istishna Pembiayaan modal kerja untuk keperluan jasa memproduksi barang pesanan berdasarkan SPK. Contoh skim ini adalah pembiayaan pembangunan gedung, jembatan, perumahan, dan lain-lain. e. Pembiayaan Modal Kerja Salam Pembiayaan modal kerja untuk pembelian barang yang harus dipesan terlebih dahulu. Contoh skim ini adalah pembiayaan pembangunan gedung, jembatan, perumahan, dan lain-lain. 5

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 b. Pembahasan 1. Penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) terhadap pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda Di dalam penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehatihatian) bank kaltim syariah memiliki beberapa dasar dalam memberikan pembiayaan musyarakah di bank kaltim syariah antara lain adalah : 1) Penerapan Analisis Kelayakan Penyaluran Dana di Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda Seperti diketahui, ketentuan dalam pasal 36 Undangundang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Menentukan bahwa : Dalam menyalurkan pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank syariah dan UUS wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah dan/atau UUS dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya Agar penyaluran dana syariah tidak menimbulkan kerugian bagi bank kaltim syariah cabang samarinda dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya, bank kaltim Syariah secara khusus menetapkan pedoman analisis kelayakan penyaluran dana kepada nasabah penerima fasilitas. Pedoman pembiayaan musyarakah di bank kaltim syariah diatur dalam Standar 6

7 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) Operasional Perusahaan (SOP) dan Buku Pedoman Perusahaan (BPP), Serta Undan-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Sayariah. Adapun Pedoman analisis kelayakan penyaluran dana bank kaltim syariah cabang samarinda didasarkan kepada penilaian di bawah ini : a. Penilaian watak/keperibadian (character) Penilaian watak calon nasabah penerima fasilitas terutama didasrkan kepada hubungan yang telah terjalin antara bank kaltim syariah cabang samarinda dan nasabah atau calon nasabah yang bersangkutan atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang dapat dipercaya sehingga bank katim syariah cabang samarinda dapat menyimpulkan bahwa calon nasabah penerima fasilitas yang bersangkutan jujur, beritikad baik, dan tidak menyulitkan bank kaltim syariah cabang samarinda di kemudian hari. b. Penilaian kemampuan (capacity) Penilaian kemampuan calon nasabah penerima fasilitas terutama bank kaltim syariah cabang samarinda harus meneliti tentang keahlian nasabah penerima fasilitas dalam bidang usahanya dan kemampuan manajemen calon nasabah, sehingga bank kaltim syariah cabang samarinda 7

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 merasa yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dan dikelola oleh orang yang tepat. c. Penilaian modal (capital) Penilaian terhadap modal yang dimiliki calon nasabah penerima fasilitas, terutama bank kaltim syariah cabang samarinda harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara keseluruhan, baik untuk masa yang telah lalu maupun perkiraan untuk masa yang akan datang sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon nasabah penerima fasilitas dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon nasabah yang bersangkutan. d. Penilaian agunan (colateral) Dalam melakukan penilaian terhadap agunan, bank kaltim syariah cabang samarinda harus menilai barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan fasilitas pembiayaan yang bersangkutan dan barang lain, surat berharga atau garansi resiko yang ditambahkan sebagai agunan tambahan, apakah sudah cukup memadai sehingga apabila nasabah penerima fasilitas kelak tidak dapat melunasi kewajibannya, agunan tersebut dapat digunakan untuk menanggung pembayaran kembali pembiayaan dari bank kaltim syariah cabang samarinda. 8

9 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) e. Penilaian prospek usaha (condition of economy). Penilaian terhadap proyek usaha calon nasabah penerima fasilitas, bank kaltim syariah cabang samarinda terutama harus melakukan analisis mengenai keadaan usaha nasabah, baik di dalam maupun di luar negeri, baik untuk masa yang telah lalu maupun yang akan datang sehingga dapat diketahui prospek pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon nasabah yang akan di biayai dengan fasilitas pembiayaan. 4 2) Penerapan Tata Kelola Yang Sehat Bagi Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda. Pelaksanaan GCG pada bank kaltim syariah cabang samarinda berlandaskan pada lima prinsip dasar : a. Transparansi (transparency) Transparansi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. b. Akuntabilitas (accountability) Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank kaltim syariah cabang samarinda sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. 4 Hasil wawancara dengan Bagus Sulistyo selaku Staff Bagian Umum di Bidang Pembiayaan Musyarakah pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda tanggal 22 November 2013 Pada Pukul 14:30 Wita 9

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 c. Pertanggungjawaban (responsibility) Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian pengelolaan bank kaltim syariah cabang samarinda dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. d. Independensi (independency) Independensi yaitu pengelolaan bank secara professional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. e. Kewajaran (fairness) Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5 Selain dari pada 5 prinsip di atas tersebut bank kaltim syariah cabang samarinda juga melakukan pendekatan atau penilaian terhadap calon nasabah dalam memberikan pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah pada dasarnya adalah pembiayaan yang di dasarkan pada akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi modal dengan ketentuan-ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian di bagi berdasarkan proporsi persyaratan 5 Hasil wawancara dengan Bagus Sulistyo selaku Staff Bagian Umum di Bidang Pembiayaan Musyarakah pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda tanggal 22 November 2013 Pada Pukul 14:30 Wita 10

11 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) modalnya. Bahwa pembiayaan musyarakah yang memiliki keunggulan dalam kebersamaan dan keadilan, baik dalam berbagi keuntungan maupun resiko kerugian, kini telah dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Penilaian yang dilakukan oleh bank kaltim syariah dalam menilai suatu permohonan pembiayaan musyarakah menggunakan beberapa pendekatan yaitu: a. Pendekatan karakter (character approach) Pendekatan ini lebih ditekankan kepada reputasi karakter bisnis dari calon nasabah. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling murni karena didasarkan pada kepercayaan kepada calon nasabah. Pendekatan ini juga sulit dilakukan, karena menyangkut pada penilaian moral dan itikad baik seseorang yang bersifat abstrak. b. Pendekatan kemampuan membayar kembali (repayment approach) Penilaian pembiayaan musyarakah yang lebih ditekankan pada kemampuan calon nasabah untuk membayar kembali jaminan yang diberikan. Sumber-sumber pembayaran kembali tersebut antara lain: usaha itu sendiri, jaminan yang diberikan atas pembiayaan musyarakah tersebut, dan jaminan yang diberikan pihak ketiga (avalist). 11

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 c. Pendekatan jaminan (collateral approach) Penilaian pembiayaan musyarakah yang lebih ditekankan kepada kemampuan nasabah untuk memberikan jaminan yang memadai ditinjau dari nilai yuridis dan nilai ekonomisnya. Bank sering menggunakan pendekatan ini untuk memperoleh keamanan atas pembiayaan musyarakah yang dilepaskan pada situasi perekonomian atau situasi politik yang tidak tertentu. d. Pendekatan kelayakan usaha calon nasabah (feasibility approach) Penilaian pembiayaan musyarakah yang lebih ditekankan pada kelayakan usaha atau proyek baru yang akan dijalankan oleh calon nasabah. Pendekatan ini biasa digunakan untuk membiayai proyek baru dimana, karakter nasabah belum dikenal baik oleh pihak bank kaltim syariah cabang samarinda, jaminan merupakan barang-barang modal yang akan dibeli dengan menggunakan pembiayaan musyarakah itu sendiri, dan tidak ada sumber dana untuk pelunasan pembiayaan musyarakah yang berasal dari pihak lainnya. e. Pendekatan peran bank kaltim syariah cabang samarinda sebagai agen pembangunan (develompent approach). Penilaian pembiayaan musyarakah yang lebih ditekankan pada fungsi bank kaltim syariah sebagai agent of 12

13 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) develompment dari suatu sistem perekonomian, di mana pihak bank kaltim syariah cabang samarinda bukan saja mencari keuntungan, tetapi juga membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. 6 3) Penerapan Manajemen Risiko Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda. A. Pengertian Manajemen Risiko Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda. Bank kaltim syariah cabang samarinda sebagai institusi yang memiliki ijin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return). Namun, dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan, bank kaltim syariah cabang samarinda selalu dihadapkan pada resiko. Pada dasarnya risiko itu melekat (inherent) pada seluruh aktivitas bank kaltim syariah cabang samarinda. Secara yuridis pengertian Resiko dikemukan dalam pasal 1 Angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum sebagaimana telah di ubah denan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009, yaitu : 6 Hasil wawancara dengan Bagus Sulistyo selaku Staff Bagian Umum di Bidang Pembiayaan Musyarakah pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda tanggal 22 November 2013 Pada Pukul 14:30 Wita 13

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Potensi kerugiann akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu Adanya manajemen risiko ini berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan diri (early warning system) terhadap kegiatan bank kaltim syariah cabang samarinda, tujuan dari manajemen risiko itu sendiri untuk menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator, memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat (unacceptable), meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat (uncontrolled), mengukur eksposur dan pemusatan resiko, serta mengalokasi modal dan membatasi risiko. Dengan demikian, manajemen risiko bank kaltim syariah cabang samarinda itu adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank kaltim syariah cabang samarinda. B. Dampak Resiko Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda - Dampak terhadap pemegan saham Pengaruh Risk Loss terhadap pemegang saham antara lain: 14

15 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) Penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan, turunnya harga saham menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahtraan pemegang saham. Hilangnya memperoleh deviden yang seharusnya di terima sebaai akibat dari turunnya keuntungan perusahaan. Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor. - Dampak terhadap karyawan bank kaltim syariah cabang samarinda Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event) yang menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut dapat berupa dikenakan sanksi indisipliner, karena kelalain yang menimbulkan kerugian, pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji, atau pemutusan hubungan kerja. 15

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 - Dampak terhadap nasabah bank kaltim syariah cabang samarinda Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah. Dampak yang terjadi dapat secara langsung maupun tidak langsung dan tidak seketika dapat diindentifikasikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara berkelanjutan, pada gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap kelangsungan usaha bank itu sendiri. Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah merosotnya tingkat pelayanan, berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan, krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana, serta perubahan peraturan. - Dampak terhadap perekonomian bank kaltim syariah cabang samarinda Sebagai institusi yang mengelola uang sebagai aktivasi utamanya, bank memiliki risiko yang melekat (inherent) secara sistematis. Risk Loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan berdampak terhadap nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Dampak yang di timbulkan tersebut 16

17 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) dinamakan risiko sistemik (systemic risk). Risiko sitemik secara spesifik adalah risiko kegagalan bank yang dapat merusak perekonomian secara keseluruhan dan secara lansung berdampak pada karyawan, nasabah, dan pemegang saham. Bank sangat rentan terhadap risiko sistemik yang melekat pada industry perbankan. Risiko sistemik yang mempengaruhi bank-bank lain tidak dapat dihindari jika sebuah bank mengalami risk loss. Berbagai regulasi diharapkan akan menjadi payung perlindungan bagi industry perbankan. Perlindungan tidak hanya diberikan kepada bank terkait, yaitu pemegan saham, karyawan, dan nasabah, tetapi juga kepada perekonomian secara keseluruhan. Dari beberapa dampak risiko bank kaltim syariah cabang samarinda di atas maka bank kaltim syariah cabang samarinda menerapkan manajemen risiko sebagai implementatif dari prinsip kehati-hatian. sebagaimana diwajibkan oleh Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terdapat dalam Pasal 38 sampai dengan 40. Didalam pasal 38 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Menyatakan : 17

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Bank syariah dan UUS wajib menerapkan menajemen risiko, prinsip mengenal nasaba, dan perlindungan mengenal nasabah Prinsip mengenal nasabah dan perlindungan nasabah secara teknis diatur dengan regulasi Bank Indonesia. Ketentuan pasal 39 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah Menyatakan : Bank syariah dan UUS wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank syariah dan/atau UUS. Penjelasan yang diberikan kepada nasabah mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian nasabah dimaksudkan untuk menjamin transparansi produk dan jasa bank kaltim syariah cabang samarinda. Apabila informasi tersebut telah disediakan, bank kaltim syariah cabang samarinda dianggap telah melaksanakan ketentuan dalam pasal 39 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Terkait risiko pembiayaan dimana nasabah penerima fasilitas tidak dapat memenuhi kewajibannya, ketentuan dalam pasal 40 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Menyatakan : 18

19 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) bahwa bank syariah dan UUS dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui maupun di luar pelelangan yan wajib di selesaikan (dijual) oleh bank dalam jangka waktu 1 tahun Pembelian agunan oleh bank syariah dan UUS melalui pelelangan dimaksudkan untuk membantu bank syariah dan UUS agar dapat mempercepat penyelesaian kewajiban nasabah penerima fasilitasnya. 7 Dari beberpa penerepan yang dilakukan oleh bank kaltim syariah cabang samarinda tidak ada satupun penerapan yang berjalan di bank kaltim syariah cabang samarinda, sebab dari beberapa penerapan yang di lakukan oleh bank kaltim syariah cabang samarinda masih di temukan permasalahan yang terjadi, seperti yang di sebutkan pada latar belakang pada penulisan skripsi ini, jadi penerapan yang ada di bank kaltim syariah cabang samarinda tidak berjalan dan tidak maksimal sesuai fakta yang ada di lapangan. 7 Hasil wawancara dengan Bagus Sulistyo selaku Staff Bagian Umum di Bidang Pembiayaan Musyarakah pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda tanggal 22 November 2013 Pada Pukul 14:30 Wita 19

20 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 2. Kendala-kendala yang di hadapi terhadap upaya penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) terhadap pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda Dari beberapa aturan yang ada tentang Perbankan Syariah seperti, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan aturan-aturan lainnya tidak cukup kemungkinan didalam perbankan syariah akan berjalan efisien. Ada beberapa kendala yang di hadapi dalam perbankan syariah khususnya pada bank kaltim syariah cabang samarinda dalam pembiayaan musyarakah : 1) Faktor Calon Nasabah atau Nasabah Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda Nasabah adalah pihak yang menerima fasilitas atau menggunakan jasa bank syariah dan/atau UUS untuk menjalankan suatu kegiatan usaha. Pada dasarnya nasabah memiliki kualitas dan karakter yang berbeda dengan nasabah lainnya dalam menjalankan suatu kegiatan usaha. Sebelum menerima fasilitas pembiayaan khususnya pembiayaan musyarakah, pihak bank harus bisa lebih teliti bagaimana kualitas dan karakter nasabah yang akan menerima fasilitas 20

21 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) tersebut, serta pihak bank harus bisa lebih detail meneliti apakah agunan yang akan di berikan tersebut benar keberadaannya dengan melakukan penilaian 5C terhadap calon nasabah. Karna faktor nasabah sangat berpengaruh dengan kesetabilan perekonomian perbankan khususnya pada bank kaltim syariah cabang samarinda. 2) Faktor Karyawan Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda Karyawan suatu perbankan dapat berpengaruh cukup besar terhadap timbulnya dampak risiko yang akan di hadapi oleh bank, sehinga menimbulkan kerugian yang cukup besar oleh pihak bank. Seperti halnya terjalinnya kerja sama antara pihak karyawan dan nasabah baik itu dalam pencairan dana maupun penerimaan agunan yang akan di berikan oleh pihak bank sebagai jaminan akan pelunasan yang di biayai oleh pihak bank. Meskipun pihak perusahaan telah di dukung dengan adanya Devisi Pendidikan dan Pelatihan yang memfasilitasi pemberian training kepada seluruh karyawan, tidak menutup kemungkinan kesehatan bank akan terjamin. 3) Faktor Dewan Pengawasan Syariah Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda Pengawasan bank yang di lakukan oleh bank kaltim syariah di lakukan oleh anggota Dewan Pengawasan Syariah yang mana di bentuk atau di tunjuk oleh Dewan Syariah 21

22 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Nasional sesuai prosedur penerapan angota Dewan Pengawasan Syariah. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Pengawasan Syariah di bank kaltim syariah adalah sebagai berikut : a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap fatwa yang di tetapkan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk yang di keluarkan oleh bank syariah. c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank secara keseluruhan dan laporan publikasi bank syariah. d. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada Dewan Syariah Nasional MUI. e. Menyampaikan hasil pengawasan syariah sekurangkurannya setiap 6 bulan kepada direksi, komisaris Dewan Syariah Nasiona MUI, dan Bank Indonesia. 8 Meskipun tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Pengawasan Syariah di bank kaltim syariah yang di bentuk atau di tunjuk oleh Dewan Syariah Nasional belum secara optimal 8 Hasil wawancara dengan Bagus Sulistyo selaku Staff Bagian Umum di Bidang Pembiayaan Musyarakah pada Bank Kaltim Syariah Cabang Samarinda tanggal 22 November 2013 Pada Pukul 14:30 Wita 22

23 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) berjalan di bank kaltim syariah cabang samarinda, karna masih ditemukannya kasus yang melibatkan karyawan bank dan nasabah bekerjasama untuk mengesampingkan prinsip kehatihatian di bank kaltim syariah cabang samarinda, khususnya pada pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda C. Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) terhadap pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan prinsip prudential banking terhadap pembiayaan modal kerja musyarakah di bank kaltim syariah cabang samarinda didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta peraturan lainnya. Dari beberapa peraturan yang ada, penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) belum cukup maksimal untuk di jalankan, karna dari satu sisi oknum bank kaltim syariah cabang samarinda belum sepenuhnya mentaati dan menjalankan sesuai peraturan yang berlaku. 23

24 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 2. Kendala kendala yang terjadi di bank kaltim syariah cabang samarida di dasarkan pada : - faktor calon nasabah atau nasabah bank katim syariah cabang samarinda, dimana para nasabah atau calon nasbah memiliki karakter yang berbeda dalam menjalankan suatu usaha. - faktor karyawan bank kaltim syariah cabang samarinda, dimana karyawan bank adalah salah satu hal yang paling mudah menimbulkan sebuah resiko, sepertihalnya terjadinya spekulasi antara nasabah dan karyawan bank sehingga mengesampingkan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) tersebut. - faktor pengawasan bank kaltim syariah cabang samarinda, lemahnya dan kurang maksimalnya pengawasan bank kaltim syariah dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang di susun atau di bentuk oleh Dewan Syariah Nasional. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan tersebut penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian) sebaiknya lebih mengedepankan aspek watak (Character) calon nasabah dalam pemberian pembiayaan khususnya pembiayaan 24

25 Penerapan Prinsip Prudential Banking (Kartono) musyarakah, dan menganalisa kembali apakah orang tersebut mempunyai kemauan yang tinggi untuk melunasi pinjamannya untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi serta perlunya training yang lebih baik kepada calon karyawan bank kaltim syariah cabang samarinda sehingga dapat meminimalkan resiko spekulasi yang mungkin akan terjadi di bank kaltim syariah cabang samarinda. 2. Bank kaltim syariah cabang samarinda sebaiknya lebih memperhatikan kinerja karyawan atau oknum pekerja di perbankan syariah cabang samarinda, dan membuat aturanaturan yang lebih tegas dalam penerapan prinsip prudential banking (prinsip kehati-hatian). 3. Dewan Pengawasan Syariah yang di bentuk oleh Dewan Syariah Nasional seharusnya lebih optimal dalam menjalankan tugas dan perannya untuk mengawasi kegiatan bank kaltim syariah cabang samarinda, supaya tidak terjadi lagi spekulasi data yang dapat merugikan bank kaltim syariah cabang Samarinda. 25

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan industri keuangan salah satu industri yang berkembang secara pesat dan memiliki kompleksitas

Lebih terperinci

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja 20120730021 2. Heru Setyawan 20120730025 3. Ella Rizky Aisah 20120730028 Soal! 1. A. PBI No : 13 / 1 / PBI / 2011 Tentang Penilaian kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian atau langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini persaingan didalam aktivitas bisnis merupakan suatu fenomena yang sangat komplek karena mencakup berbagai macam bidang yang ada, baik itu dalam

Lebih terperinci

BAB III ATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG

BAB III ATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG BAB III ATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG A. Aturan Pelaksana Undang-Undang dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Beberapa pasal dan ayat yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dunia perbankan dirasa semakin cepat dan pesat perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank baru bermunculan, bukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), merupakan industri yang cukup berbeda dengan industri lainnya. Dari segi aktivitas, perbankan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH CILEGON MANDIRI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA TERINTEGRASI. PT Bank Central Asia Tbk dan Perusahaan Anak

PEDOMAN TATA KELOLA TERINTEGRASI. PT Bank Central Asia Tbk dan Perusahaan Anak PEDOMAN TATA KELOLA TERINTEGRASI PT Bank Central Asia Tbk dan Perusahaan Anak Terbitan 30 Juni 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi...i Latar Belakang...iii Maksud dan Tujuan...iv Prinsip-prinsip Tata Kelola Terintegrasi...v

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN I. UMUM Perkembangan industri Perusahaan Pembiayaan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembang pesatnya bisnis Perbankan di Indonesia, yang mana perkembangan bisnis perbankan tersebut telah diantisipasi oleh pemerintah dengan dilahirkannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH ANTARA AKAD MURA>BAH}AH DENGAN AKAD MUSHA>RAKAH MUTANA>QIS}AH DI BANK MUAMALAT CABANG DARMO SURABAYA

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH ANTARA AKAD MURA>BAH}AH DENGAN AKAD MUSHA>RAKAH MUTANA>QIS}AH DI BANK MUAMALAT CABANG DARMO SURABAYA 84 BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH ANTARA AKAD MURA>BAH}AH DENGAN AKAD MUSHA>RAKAH MUTANA>QIS}AH DI BANK MUAMALAT CABANG DARMO SURABAYA A. Prosedur dan mekanisme pelaksanaan Pembiayaan Hunian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna mencapai sasaran-sasarannya, seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG A. Pemahaman karyawan terhadap system manajemen syari ah KJKS BMT Walisongo Semarang adalah sebuah Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Batang

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

WAKA<LAH PADA KJKS MBS BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG di BCA Hasil penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance pada Semester I dan Semester II tahun 2016 dikategorikan

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) Astri Furqani dan Isnani Yuli Andini (As3oke_dech@yahoo.com)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA I. UMUM Perkembangan industri modal ventura yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat terutama setelah krisis 1997. Adanya perkembangan tersebut diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BUMN ( Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang berisikan dua elemen esensial yakni unsur Pemerintah (public) dan unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola Perusahaan. Pembiyaan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5639) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN I. UMUM Perkembangan industri Perusahaan Modal Ventura yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO Introduction Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan menerima serta

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permodalan merupakan salah satu faktor utama terhambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kurangnya modal membuat suatu usaha menjadi sulit untuk berkembang karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan syariah dan konvensional. Perbankan syariah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di No.148, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Perkreditan. Pembiayaan. Kebijakan. Penyusunan dan Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Perbankam. BI. Prinsip Syariah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Perbankam. BI. Prinsip Syariah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94) No. 4867 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Perbankam. BI. Prinsip Syariah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada sektor riil. Karakteristik industri perbankan berbeda jika dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada sektor riil. Karakteristik industri perbankan berbeda jika dibandingkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Perbankan merupakan suatu industri yang memiliki risiko usaha yang sangat tinggi, terutama karena melibatkan pengelolaan keuangan masyarakat. Jatuhnya industri

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat secara langsung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMA

2018, No Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2018 KEUANGAN OJK. Perumahan. Pembiayaan Sekunder. Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6192) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH -1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 349) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary artinya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pelaksanaan atau pengoperasiannya bisa disebut tidak berbeda dengan Bank-bank

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pelaksanaan atau pengoperasiannya bisa disebut tidak berbeda dengan Bank-bank BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil PT Bank Riau Kepri Syariah Pada dasarnya Bank Riau Syariah merupakan Bank yang berada di bawah payung Bank Pembangunan Daerah (BPD) Riau. Bank Riau sendiri merupakan

Lebih terperinci

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah iaccountax Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Prinsipprinsip Keterbukaan (transparency) Akuntabilitas (accountability) Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perbankan Syariah Perbankan Syariah adalah lembaga keuangan yang mempunyai fungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak peristiwa hantaman krisis multidimensi melanda negeri ini, wacana yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan dan kelangsungan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

-1- PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN

-1- PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN -1- PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Usulan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN Yth. 1. Direksi Bank; 2. Direksi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi; 3. Direksi Perusahaan Efek; dan 4. Direksi Perusahaan Pembiayaan; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan membutuhkan jasa perbankan. Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara.

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci