KAJIAN RESIDU BETA LAKTAM DALAM SUSU PASTEURISASI IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN UDARA SOEKARNO-HATTA TRIFERA MELANINGRUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN RESIDU BETA LAKTAM DALAM SUSU PASTEURISASI IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN UDARA SOEKARNO-HATTA TRIFERA MELANINGRUM"

Transkripsi

1 KAJIAN RESIDU BETA LAKTAM DALAM SUSU PASTEURISASI IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN UDARA SOEKARNO-HATTA TRIFERA MELANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Residu Beta Laktam dalam Susu Pasteurisasi Impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2012 Trifera Melaningrum NIM. B

4

5 ABSTRACT TRIFERA MELANINGRUM. Study on Beta-lactam Residue in Imported Pasteurized Milk from Australia through Soekarno-Hatta Airport. Under direction of MIRNAWATI SUDARWANTO and HADRI LATIF. Beta-lactam antibiotic residue occurs in pasteurization milk due to application of beta-lactam antibiotic in dairy cattle treatment. The residue does not only create problems in dairy industry but also have impact on public health. The aims of the study were to determine the presence and the amount of beta-lactam antibiotic in imported pasteurization milk. Sample size was calculated using the formula to detect disease according Canon and Roe (1982) cited by Martin et al. (1987). The sixty samples of imported pasteurized milk from Australia were used in this study. The bioassay (screening test) was used and followed by confirmation test used high performance liquid chromatography (HPLC). Both of the tests showed negative result. It means all of the samples did not contain betalactam antibiotic. Keywords: pasteurized milk, beta-lactam antibiotics, residue, bioassay, HPLC

6

7 RINGKASAN TRIFERA MELANINGRUM. Kajian Residu Beta Laktam dalam Susu Pasteurisasi Impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Dibimbing oleh MIRNAWATI SUDARWANTO dan HADRI LATIF. Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai nilai gizi baik dan seimbang. Konsumsi susu di Indonesia semakin meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber protein hewani. Susu berkualitas baik haruslah aman, dan layak dikonsumsi. Keberadaan residu antibiotika dalam susu menjadikan susu tidak aman dikonsumsi karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Antibiotika telah digunakan secara luas, baik dalam lingkup kesehatan manusia maupun kesehatan hewan. Masalah residu antibiotika dalam pangan asal hewan berkaitan dengan praktek yang kurang baik dalam penggunaan di lapangan. Penggunaan antibiotika di peternakan antara lain untuk pengobatan penyakit, pencegahan dan sebagai pemacu pertumbuhan (feed additive). Beta laktam adalah antibiotika yang sering digunakan pada hewan karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dengan cara merusak dinding sel bakteri serta dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan hewan ternak. Beta laktam sangat umum digunakan di peternakan sapi perah, terutama untuk pengobatan mastitis. Penggunaan antibiotika, termasuk beta laktam yang tidak memperhatikan waktu henti obat (withdrawal time) akan menimbulkan residu antibiotika pada produk hewan (Donkor et al. 2011). Produk susu olahan, temasuk susu pasteurisasi dapat beresiko mengandung residu antibiotika. Menurut hasil penelitian Sudarwanto et al. (1992) bahwa 32.52% susu pasteurisasi dan 31.10% susu segar di wilayah Jakarta, Bogor, dan Bandung mengandung residu antibiotika dalam jumlah yang cukup tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian adanya residu antibiotika untuk memperoleh susu pasteurisasi yang aman dikonsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat residu beta laktam dalam susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta dan menyediakan data bagi Karantina Pertanian dalam upaya penetapan kebijakan terkait pentingnya pengujian residu beta laktam sebagai tindakan karantina di tempat pemasukan. Penelitian ini dilakukan terhadap 60 sampel susu pasteurisasi impor setelah dilakukan penghitungan dengan rumus deteksi penyakit menurut Canon dan Roe (1982) yang dikutip Martin et. al. (1987). Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap dengan menggunakan random sampling sebanyak 12 kemasan/ kedatangan. Seluruh sampel diuji dengan menggunakan metode bioassay secara triplo. Sampel yang menunjukkan hasil positif pada bioassay dikonfirmasi dengan metode HPLC. Penyajian data pada kedua uji dilakukan secara diskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa susu pasteurisasi impor dari Australia yang melalui pelabuhan udara Soekarno-Hatta tidak mengandung residu antibiotika beta laktam. Hasil ini diperoleh melalui uji bioassay yang

8 memperlihatkan tidak ditemukannya zona terang disekitar cakram steril yang telah diteteskan sampel susu pasteurisasi. Pada grafik kromatogram HPLC, pada menit ke-5.94 tidak terdapat puncak yang sesuai dengan kromatogram pada kontrol. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa susu pasteurisasi impor dari Australia yang melalui pelabuhan udara Soekarno Hatta tidak mengandung residu antibiotika beta laktam. Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan karantina bagi petugas karantina dan Badan Karantina Pertanian untuk menetapkan aturan pemasukan produk susu. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap residu antibiotika dari golongan antibiotika selain beta laktam. Kata kunci : residu antibiotika, beta laktam, susu pasteurisasi, bioassay, HPLC

9 Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

10

11 KAJIAN RESIDU BETA LAKTAM DALAM SUSU PASTEURISASI IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN UDARA SOEKARNO-HATTA TRIFERA MELANINGRUM Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

12 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. drh. Trioso Purnawarman, M.Si.

13 Judul Tesis Nama NIM : Kajian Residu Beta Laktam dalam Susu Pasteurisasi Impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta : Trifera Melaningrum : B Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. drh. Hj. Mirnawati B Sudarwanto Ketua Dr. drh. Hadri Latif, M.Si. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian : 07 Juni 2012 Tanggal Lulus : 23 Januari 2009

14

15 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Salawat dan salam kita sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang membawa kita kedalam alam rahmah dan cahaya iman dan Islam. Amien. Penelitian ini berjudul Kajian Residu Beta Laktam dalam Susu Pasteurisasi Impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai April Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Hari Priyono, M.Si. dan Ibu Ir. Banun Harpini M.Sc., yang memberikan dukungan moril dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. drh. Hj. Mirnawati B Sudarwanto dan Dr. drh. Hadri Latif, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan ketulusan dan kebesaran hati telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya sebagai pembimbing, ibu/bapak, dan sekaligus sahabat dalam mendidik, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dari awal hingga selesainya tesis ini. Penghargaan dan terima kasih penulis tujukan pada Dr. drh. Denny W. Lukman, M.Si. selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan segenap staf pengajar program studi Kesmavet FKH IPB atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama kami menyelesaikan pendidikan di program studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Eti Riyani yang bertindak sebagai moderator pada seminar hasil penelitian dan Dr. drh. Trioso Purnawarman, MSi. yang bertindak sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis. Ucapan yang sama penulis tujukan pada bapak Agus Haryanto, SE. yang telah membantu kelancaran selama studi, bapak Yuhendra dan bapak Rahmat yang telah membantu dalam pengujian sampel penelitian. Demikian juga atas dukungan fasilitas, kemudahan, dan sarana yang telah diberikan maka tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc. beserta staf di Laboratorium Balai Besar Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian Bekasi yang telah membantu dalam pengujian sampel, Dr. Ir. Musyaffak Fauzi, SH, M.Si. dan segenap staf Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta yang telah membantu selama pengumpulan sampel, drh. Agus Sunanto, MP. beserta staf Laboratorium di Balai Besar Karantina Tanjung Priok atas ijin dan dukungannya kepada penulis selama masa perkuliahan, serta drh. Adi Mardin dan segenap rekan kerja di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap atas dukungannya kepada penulis selama masa perkuliahan. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan pada drh. Uti Ratnasari Herdiana, M.Si., drh. Arum kusnila Dewi, M.Si., drh. Anjar Maryati, drh. Nuryani Triwijayanti, Riska Desitania S.Si., Dr. R. Widyastuti, Yuningsih dan Yessi Anastasia, A.Md. yang membantu proses penelitian. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada rekanrekan teman sejawat Kelas Khusus Karantina Hewan (Gatot, Ary, Ijjah, Ali, Donni, Hari, Platika, Helmi, AJ, Endah, Wulan, Fitri, Ama, dan Endang), tidak lupa terima kasih kepada rekan-rekan S2 KMV regular dan tentunya masih

16 banyak lagi rekan-rekan yang telah turut membantu tapi tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Ungkapan syukur dan hormat juga penulis sampaikan kepada Papa dan Mama di Pati, Bapak (alm) dan Ibu Mertua di Kebumen, kakakku Wati, adikku Anis, serta keluarga besar eyang Soebakri atas semua dukungan selama menyelesaikan kuliah ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada suamiku tercinta Amir atas dukungan, perhatian, kesabaran, cinta dan kasih sayangnya, juga kepada kedua buah hatiku Fahrun Imana dan Faros Abdillah, kalian bertiga adalah penyemangat hidupku. Atas segala kebaikan yang telah penulis terima, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua. Harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Badan Karantina serta masyarakat veteriner Indonesia. Bogor, Juni i2012 Trifera Melaningrum

17 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pati Jawa Tengah pada tanggal 30 Mei 1974 sebagai anak ke-2 dari 3 (tiga) bersaudara dari ayah Sungkowo dan ibu Isniyati. Bersama kedua saudara dididik dan dibesarkan dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak Kanak di Pertiwi Pati tahun 1980, Sekolah Dasar Negeri diselesaikan tahun 1986 di SD Pati Kidul I Pati, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pati tahun 1989, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pati tahun 1992, Lulus Sarjana Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada tahun 1998 dan menjadi Dokter Hewan pada bulan Agustus 1999 di Universitas yang sama. Pada tahun 2010 mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi S2 (Magister) di program studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan dukungan biaya perkuliahan dari DIPA Badan Karantina Pertanian, Kementrian Pertanian. Setelah lulus dokter hewan, penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Stasiun Karantina Hewan Semarang dari tahun 2000 sampai dengan Pada pertengahan tahun 2008 dipindah ke Stasiun Karantina Hewan Kelas I Cilacap hingga saat ini. Penulis menikah dengan Amir, SP, M.Sc. pada tanggal 29 Juni 2003 dan telah dikaruniai dua orang anak laki-laki bernama Fahrun Imana dan Faros Abdillah.

18

19 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xix xxi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA Susu Pasteurisasi... 3 Antibiotika... 6 Penggunaan Antibiotika di Peternakan... 9 Residu Antibiotika dalam Susu Dampak Residu Antibiotika Metode Pengujian Residu Antibiotika BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Rancangan Penelitian Metode Penelitian Pengumpulan Sampel Uji Pendahuluan Bioassay Uji Konfirmasi (HPLC) Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Bioassay Metode Konfirmasi (HPLC) Gambaran Residu Beta laktam dalam Susu Pasteurisasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xvii

20

21 DAFTAR TABEL Halaman 1. Suhu dan waktu pada proses pasteurisasi Perbandingan komposisi susu segar dan pasteurisasi Syarat mutu susu segar Spektrum aktifitas antibiotika Aktifitas beberapa antibiotika Waktu henti obat beberapa jenis antibiotika Batas maksimum residu antibiotika dalam susu Hasil pemeriksaan dengan metode bioassay xix

22

23 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Struktur kimia penisilin (ampisilin dan amoksilin) dan cephalosporin (cephadroxil) Uji peroksidase Uji kekeruhan Uji bioassay Kromatogram HPLC xxi

24

25 PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai nilai gizi baik dan seimbang. Susu berkualitas baik haruslah aman, dan layak dikonsumsi. Keberadaan residu antibiotika dalam susu menjadikan susu tidak aman dikonsumsi karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Antibiotika telah digunakan secara luas, baik dalam lingkup kesehatan manusia maupun kesehatan hewan. Masalah residu antibiotika dalam pangan asal hewan berkaitan dengan penggunaan antibiotika yang tidak benar di lapangan. Penggunaan antibiotika di peternakan antara lain untuk pengobatan, pencegahan penyakit, dan sebagai pemacu pertumbuhan (growth promotor dalam pakan). Beta laktam adalah antibiotika yang sering digunakan pada hewan karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dengan cara merusak dinding sel bakteri dan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan serta pertumbuhan hewan ternak. Beta laktam sangat umum digunakan di peternakan sapi perah, terutama untuk pengobatan mastitis. Penggunaan antibiotika, termasuk beta laktam yang tidak memperhatikan waktu henti obat (withdrawal time) akan menyebabkan residu antibiotika pada produk hewan (Donkor et al. 2011). Produk susu olahan, temasuk susu pasteurisasi mempunyai resiko mengandung residu antibiotika. Resiko tersebut karena suhu pemanasan yang digunakan dalam proses pengolahan tidak/ belum cukup untuk mengurangi residu antibiotika dalam susu. Menurut hasil penelitian Sudarwanto et al. (1992) bahwa 32.52% susu pasteurisasi dan 31.10% susu segar di wilayah Jakarta, Bogor, dan Bandung mengandung residu antibiotika dalam jumlah yang cukup tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian adanya residu antibiotika dalam susu pasteurisasi agar aman dikonsumsi. Karantina Pertanian merupakan satu diantara lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk menjamin keamanan pangan produk hewan impor. Belum tersedianya data tentang keberadaan residu antibiotika dalam susu pasteurisasi

26 2 impor dari Australia menjadikan pengujian residu beta laktam perlu menjadi prioritas untuk tindakan karantina terhadap produk olahan susu tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data keberadaan residu beta laktam dalam susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya data keberadaan residu beta laktam pada susu pasteurisasi impor dari Australia yang dapat dijadikan informasi ilmiah yang berguna bagi institusi terkait (Badan Karantina Pertanian) dalam upaya penetapan kebijakan terkait pentingnya pengujian residu beta laktam sebagai bagian tindakan karantina di tempat pemasukan. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini disusun hipotesis sebagai berikut: H 0 = Susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta mengandung residu antibiotika beta laktam. H 1 = Susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta tidak mengandung residu antibiotika beta laktam.

27 TINJAUAN PUSTAKA Susu Pasteurisasi Susu pasteurisasi merupakan minuman bergizi tinggi, khususnya karena mengandung protein tinggi serta mempunyai aroma yang spesifik susu. Aroma dan cita rasa susu sangat dipengaruhi oleh kadar laktosa susu (Syarief dan Halid 1997). Susu merupakan hasil utama pada usaha budidaya ternak perah. Hidayat (2010) menyatakan, susu yang dihasilkan harus memenuhi syarat aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Untuk mendapatkan susu yang ASUH dibutuhkan penanganan susu yang khusus karena zat gizi yang terkandung dalam susu mendukung pertumbuhan mikroorganisme patogen dan apatogen. Akibat tercemarnya oleh mikroorganisme, maka susu mudah rusak dan menjadi sumber terjadinya foodborne disease. Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar oleh mikroorganisme atau bahan kimia termasuk antibiotika (Gustiani 2009). Susu pasteurisasi adalah susu yang telah mengalami proses pemanasan sehingga mempunyai daya simpan lebih lama dibanding susu mentah disertai musnahnya mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan konsumen. Proses pasteurisasi berdasarkan rekomendasi Public Health Services (PHS) Amerika Serikat tahun 1978 adalah proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu seperti terlihat pada Tabel 1. Menurut Food and Drug Assosiation (FDA 2011) susu pasteurisasi sesuai ketentuan Pasteurization Marketing Ordinance (PMO) adalah pemanasan susu dengan menggunakan suhu rendah-waktu lama (LTLT) yaitu pada suhu 63 C (145 F) selama 30 menit atau dengan menggunakan suhu tinggi-waktu singkat (HTST) yaitu pada suhu 72 C (161 F) selama 15 detik. Pasteurisasi merupakan salah satu cara pengolahan susu dengan cara pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu. Suhu pemanasan yang tidak terlalu tinggi menyebabkan produk tetap mempunyai komposisi dan keadaan yang hampir sama dengan susu segar namun daya tahannya lebih panjang (Silva dan Bibbs 2010).

28 4 Tabel 1 Suhu dan waktu pada proses pasteurisasi (Hubbert dan Hagstad 1991) Suhu C F Waktu (detik) long time holding Istilah umum high temperature short time (HTST) ultra high temperatur (UHT) Tujuan pasteurisasi selain untuk membunuh bakteri patogen dan non patogen (Hobbs dan Robert 1987; Fardiaz 1989; Gaman dan Sherrington 1992), juga untuk memperpanjang daya simpan susu. Kay (1962) menyatakan bahwa penggunaan panas pada pasteurisasi tidak begitu menimbulkan perubahan pada komposisi dan rasa susu sehingga masih seperti susu segar. Perbandingan komposisi antara susu segar dan susu pasteurisasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan komposisi susu segar dan susu pasteurisasi (Muchtadi dan Sugiyono 1992) Komposisi Susu segar (%) Susu pasteurisasi (%) Air Protein Lemak Laktosa Mineral Proses pasteurisasi yang diikuti langsung dengan pendinginan, daya simpan produk akan lebih lama dengan mutu yang lebih baik (Frazier dan Westhoff 1988). Misalnya pada pemanasan 72 C selama 15 detik dengan suhu penyimpanan 1 sampai 2 C, daya simpannya dapat mencapai 3 minggu, sedangkan pada suhu penyimpanan 4 sampai 7 C daya simpan susu pasteurisasi hanya 1 sampai 2 minggu. Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) pada SNI tahun 1995 nomor , proses pasteurisasi yang digunakan adalah minimum

29 5 pemanasan pada temperatur 63 o C 66 o C selama 30 menit atau pada pemanasan 72 o C minimum selama 15 detik, kemudian segera didinginkan sampai 10 o C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimum 4 o C. Tabel 3 memperlihatkan persyaratan susu segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor :2011. Tabel 3 Syarat mutu susu segar berdasarkan SNI :2011 No. Karakteristik Syarat Berat jenis (pada suhu 27.5 C) minimum Kadar lemak minimum Kadar bahan kering tanpa lemak minimum Kadar protein minimum Warna, bau, rasa dan kekentalan Derajat asam Uji alkohol (70%) Potensial hydrogen (ph) Cemaran mikroba maksimum: - Total kuman - Salmonella - E. coli (patogen) - Koliform Jumlah sel somatis maksimum Cemaran logam berbahaya, maksimum: - Timbal (Pb) - Merkuri (Hg) - Arsen (As) Residu antibiotika (golongan laktam, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida) Uji pemalsuan Titik beku Uji peroksidase % 7.8% 2.8% tidak ada perubahan SH negatif x 10 6 CFU/mL negatif negatif 1 x 10 3 CFU/mL 4 x 10 5 sel/ml 0.02 ppm 0.03 ppm 0.1 ppm negatif negatif C s/d C positif Cemaran mikroorganisme berbahaya dalam produk hewan asal ternak dapat ditularkan ke manusia. Cemaran atau residu kimia seperti residu obat (antibiotika dan hormon), residu pestisida, dan mikotoksin perlu juga diwaspadai.

30 6 Keberadaan residu antibiotika dalam produk hewan perlu mendapat perhatian karena dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotika (Bahri et al. 2002). Antibiotika Antibiotika merupakan suatu bahan atau zat yang diproduksi oleh bakteri atau cendawan tertentu yang dapat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi mikroorganisme terutama yang disebabkan oleh bakteri. Senyawa ini mampu menghentikan proses pertumbuhan dari bakteri bahkan dapat membunuh bakteri yang secara umum dikenal sebagai efek bakteriostatik dan bakterisidal (Bezoen et al. 2000). Menurut Giguere (2006) antibiotika merupakan hasil intermediet atau hasil akhir dari metabolisme mikroba. Antibiotika dapat diklasifikasikan atas beberapa kategori. Secara umum dapat dibagi berdasarkan empat kategori yaitu berdasarkan target mikroorganisme, aktifitas bakteri, kemampuan bakterisidal atau bakteriostatik, serta waktu dan konsentrasi obat. 1) Target mikroorganisme Antibiotika digambarkan sebagai spektrum sempit jika hanya menghambat bakteri saja atau dikatakan berspektrum luas jika dapat menghambat mikoplasma, riketsia dan klamidia. Spektrum aktifitas terhadap target mikroorganisme dijelaskan pada Tabel 4. Antibiotika Aminoglikosida Beta laktam Kloramfenicol Fluoroquinolon Linkosamid Makrolida Oksazolidion Pleuromutilin Tetrasiklin Streptogramin Sulfonamid Trimetoprim Tabel 4 Spektrum aktifitas antibiotika (Giguere 2006) Kelas Mikroorganisme Bakteri Cendawan Mikoplasma Riketsia Klamidia Protozoa / / / / /- : melawan beberapa protozoa

31 7 2) Aktifitas antibakteri Beberapa antibiotika dapat menghambat bakteri Gram negatif atau Gram positif saja sehingga disebut memiliki aktifitas yang sempit, sedangkan antibiotika dengan aktifitas spektrum luas memiliki kemampuan menghambat atau bekerja pada bakteri Gram negatif dan positif. Definisi ini tidak sepenuhnya mutlak karena beberapa jenis antibiotika dapat bekerja terhadap kedua kelompok bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif tetapi hanya menghambat beberapa jenis bakteri dari keduanya. Aktifitas beberapa jenis antibiotika terhadap kelompok dijelaskan dalam Tabel 5. Tabel 5 Aktifitas beberapa antibiotika (Giguere 2006) Spektrum Bakteri aerob Bakteri anaerob Gram + Gram - Gram + Gram - Sangat luas Cukup luas (+) Sempit /- (+) (+) (+) (+) +/- - +/- + + (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) + aktifitas sangat baik (+) aktifitas cukup +/- aktifitas terbatas - tidak ada aktifitas atau diabaikan Contoh karbapenem, kloramfenikol, generasi ke 3 fluoroquinolon, glisilsilin generasi ke 3 dan ke 4 sefalosporin generasi ke 2 sefalosporin Tetrasiklin ampisilin, amoksisilin, generasi 1 sephalosporin ampisilin, linkosamid, glikopeptida, streptogramin, oksazolidion makrolida monobaktam, aminoglikosida generasi 2 fluoroquinolon trimetroprim sulfa nitromidazol rifamisin 3) Kemampuan bakterisidal dan bakteriostatik Beberapa jenis antibiotika menghambat pertumbuhan bakteri pada suatu konsentrasi, atau disebut konsentrasi penghambatan minimun minimum inhibitory concentration (MIC), namun membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi untuk membunuh atau konsentrasi pembunuh minimum minimum bactericidal concentration (MBC). Pengelompokan antibiotika berdasarkan kemampuannya menghambat atau membunuh bakteri dibagi menjadi dua yaitu

32 8 bakteriostatik dan bakteriosidal. Bakteriostatik adalah antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (kloramfenikol, tetrasiklin), sedangkan bakteriostatik adalah antibiotika yang dapat membunuh bakteri (beta laktam, aminoglikosida), hal ini tidak berlaku mutlak karena tergantung juga pada konsentrasi obat dan jenis mikroba target. Salah satu contohnya adalah bennzyl penicillin dari kelompok bakterisidal namun pada konsentrasi rendah bekerja sebagai bakteriostatik. 4) Waktu dan konsentrasi obat Antibiotika sering diklasifikasikan berdasarkan waktu aktifitas dan konsentrasi obat yang tergantung pada farmakodinamika. Farmakodinamika obat menggambarkan efek obat terhadap mikroorganisme. Farmakokinetika obat menggambarkan konsentrasi obat dalam serum setelah proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Ketika digabungkan dengan nilai MIC dapat diprediksi kemungkinan pemusnahan bakteri dan keberhasilan pengobatan. Beberapa jenis antibiotika mampu meningkatkan efek bakterisidal jika dilakukan penambahan konsentrasi. Beberapa jenis antibiotika juga membutuhkan waktu cukup lama dan konsentrasi tinggi untuk dapat bekerja efektif seperti fluoroquinolon dan aminoglikosida. Antibiotika betalaktam Gambar 1 Struktur kimia penisilin (ampisilin dan amoksisilin) dan sefalosporin (sefadroxil).

33 9 Beta laktam adalah antibiotika tertua dan banyak digunakan di masyarakat (Ghinidi et al. 2002). Antibiotika beta laktam seperti penisilin dan sefalosporin banyak digunakan di lapangan (Shammipur et al. 2002), seperti pengobatan mastitis (Riediker et al. 2004). Gambar 1 memperlihatkan cincin beta laktam dari penisilin dan sefalosporin (Fagerquist dan Lightfield 2003). Penisillin merupakan antibiotika yang efektif untuk bakteri Gram positif. Senyawa ini sering digunakan sebagai obat pilihan utama untuk semua jenis infeksi karena tidak menimbulkan efek samping yang toksik dan bersifat bakterisidal (Olsom 2003). Menurut Gustavsson et al. (2002) walaupun terdapat banyak jenis antibiotika dan kemoterapi yang digunakan untuk pengobatan infeksi pada sapi perah, namun masalah utama industri susu adalah penisilin. Penisilin tidak beracun tetapi untuk individu yang sensitif dapat menyebabkan alergi (Grunwald dan Petz 2003). Menurut Admin (2007), absorbsi penisilin bisa melalui peroral, intramuskular, intravena, intratrakheal, intrauteri dan intramammari. Pada keadaan normal penisilin didistribusikan dengan cepat dari plasma darah ke dalam jaringan tubuh. Pengukuran presentasi volume distribusi (apparent volume distribution/ AVD) sebesar 50% memperlihatkan cepat dan mudahnya distribusi penisilin ke dalam jaringan. Melalui ginjal, penisilin diekskresikan dengan cepat yaitu mencapai 60-80% dari obat yang dikonsumsi, sedangkan ekskresi melalui kelenjar susu 16% dari yang ada di dalam plasma, hal ini menunjukkan bahwa penisilin lebih banyak dieliminasi tubuh melalui ginjal daripada melalui susu. Penggunaaan Antibiotika di Peternakan Secara umum, diperkirakan 50% dari seluruh antibiotika digunakan untuk keperluan di bidang kedokteran hewan (Teuber 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika dalam dunia peternakan berkisar antara 80% pada perunggasan, 75% pada peternakan babi, 60% pada peternakan sapi potong, dan 75% antibiotika digunakan pada peternakan sapi perah (Crawford dan Franco 1996). Aplikasi antibiotika pada sapi perah dapat dilakukan melalui berbagai rute yang berbeda yaitu mulut (peroral), intravena, intramuskular, subkutaneus, intrauteri, dan intramamamari. Semua aplikasi

34 10 tersebut dapat memicu terjadinya residu antibiotika dalam susu (Mitchell et al. 1998). Sampai sekarang masih terdapat dilema, di satu sisi penggunaan antibiotika sangat perlu akan tetapi di sisi lain berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat (Crawford dan Franco 1996). Antibiotika sebagai obat yang paling banyak digunakan dalam peternakan, secara umum diketahui mempunyai dua target tujuan dalam penggunaannya yaitu sebagai agen terapeutik dan sebagai agen subterapeutik. Penggunaan antibiotika sebagai agen terapeutik berfungsi untuk melakukan terapi terhadap kejadian penyakit sedangkan penggunaan sebagai subterapeutik bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak dengan cara meningkatkan efisiensi makanan untuk pertumbuhan dan melakukan modifikasi terhadap komposisi nutrisi dari produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut (CDUFA 1999). Penggunaan antibiotika pada sapi laktasi akan menghasilkan residu di dalam susu (NRA 2000). Antibiotika secara komersial banyak digunakan dalam industri peternakan sebagai zat yang ditambahkan pada pakan hewan yang bertindak sebagai agents growth promotors (AGPs) dan juga sebagai suatu zat yang digunakan untuk kontrol dan pencegahan terjadinya penyakit. Cara kerja dari AGPs ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi secara umum diketahui bahwa antibiotika yang berfungsi sebagai AGPs akan mengurangi keberadaan organisme patogen dan mengurangi jumlah mikroorganisme yang bersaing dengan inang dalam mendapatkan nutrisi. Fungsi lain antibiotika sebagai AGPs ialah merangsang atau menghambat secara selektif pertumbuhan dari mikroorganisme yang banyak menggunakan nutrisi inang untuk pertumbuhannya, namun menurut Bambeke et al. (2000) penggunaan antibiotika sebagai bahan tambahan pakan atau pangan akan menghasilkan masalah yang sulit dikendalikan. Penggunaan antibiotika secara rasional seharusnya didasarkan atas pengetahuan tentang struktur dan biokimia dari bakteri serta farmakodinamika dan farmakokinetika dari obat-obatan tersebut. Suatu obat yang kurang efektif apabila dipenetrasikan dengan baik dibandingkan dengan obat yang efektif tapi dengan penetrasi yang kurang baik maka keduanya akan sama-sama gagal dalam upaya pengobatan penyakit dan kemungkinan akan memicu perkembangan strain-strain yang resisten terhadap obat tersebut (Abadi dan Less 2000).

35 11 Residu Antibiotika dalam Susu Residu antibiotika adalah senyawa asal dan/atau metabolitnya yang terdapat dalam jaringan produk hewani dan termasuk residu hasil uraian lainnya dari antibiotika tersebut. Residu dalam bahan pangan meliputi senyawa asal yang tidak berubah, metabolit dan/atau konjugat lain. Beberapa metabolit obat diketahui bersifat kurang atau tidak toksik dibandingkan dengan senyawa asalnya, namun beberapa metabolit bersifat lebih toksik (Lukman 2010). Menurut Rahayu (2010), senyawa yang masuk ke dalam tubuh, akan mengalami berbagai proses yang terdiri dari penyerapan (absorbsi), distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Kecepatan proses biologis tersebut tergantung pada jenis, bentuk, cara masuk, dan metabolisme dari senyawa tersebut. Penyerapan terjadi di dalam saluran pencernaan yang sebagian besar dilakukan oleh usus, apabila bahan tersebut masuk melalui mulut. Senyawa asli maupun hasil metabolismenya akan dibawa oleh darah dan akan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh setelah terjadi penyerapan. Metabolisme akan terjadi di dalam organ-organ tubuh, kemudian dieliminasi oleh alat-alat ekskresi, terutama ginjal dalam bentuk urin dan usus dalam bentuk feses. Senyawa-senyawa dalam bentuk murni maupun metabolitnya akan tertinggal atau tertahan di dalam jaringan untuk waktu tertentu tergantung pada waktu henti senyawa tersebut atau metabolitnya. Kecepatan eliminasi obat pada ternak yang sehat akan jauh lebih cepat daripada pada ternak yang sakit. Saat keadaan tubuh lemah atau terdapat gangguan metabolisme, maka proses eliminasi obat akan terganggu. Timbunan senyawa atau metabolitnya di dalam tubuh akan terjadi apabila senyawa-senyawa tersebut diberikan dalam waktu yang lama (Rahayu 2010). Bishop (2005) menyatakan bahwa penggunaan obat-obatan dalam menangani berbagai permasalahan kesehatan di peternakan dapat menyebabkan terjadinya residu dalam susu dan mempengaruhi kualitas susu tersebut. Kehadiran substansi antimikrobial dalam susu seperti residu antibiotika dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Hadirnya residu antibiotika dalam susu dapat diakibatkan tidak diperhatikannya waktu henti obat (withdrawal time) dari

36 12 antibiotika tersebut. Waktu henti obat beberapa antibiotika disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Waktu henti obat beberapa jenis antibiotika (Bishop 2005) Jenis antibiotika Withdrawal time (jam) Penisilin G Eritromisin Tetrasiklin Streptomisin Dampak Residu Antibiotika Residu antibiotika yang terdapat pada produk pangan asal hewan dapat menyebabkan masalah kesehatan dalam tubuh manusia antara lain dapat menimbulkan reaksi baik yang bersifat akut atau kronis (CDUFA 1999). Residu antibiotika dalam pangan dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat bila dikonsumsi dalam waktu yang lama. Dampak tersebut dapat berupa toksikologis (residu antibiotika bersifat racun terhadap hati, ginjal dan pusat pembentukan darah), mikrobiologis (residu antibiotika akan mengganggu keseimbangan mikroflora didalam saluran pencernaan sehingga dapat mengganggu metabolisme tubuh), imunopatologis (yaitu residu antibiotika dapat menjadi faktor pemicu timbulnya reaksi alergi dari yang bersifat ringan sampai dengan berat dan bersifat fatal), dan menimbulkan gangguan pada sistem syaraf serta kerusakan jaringan (Donkor et al. 2011). Batas maksimum residu antibiotika dalam susu menurut SNI (BSN 2000) disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Batas maksimum residu antibiotika dalam susu (SNI ) Jenis antibiotika Batas maksimum residu Penisilin G Eritromisin Tetrasiklin Streptomisin 0.10 IU/kg 0.05 mg/kg 0.10 mg/kg 0.10 mg/kg

37 13 Metode Pengujian Residu Antibiotika Metode pengujian residu antibiotika dapat berupa uji cepat (rapid test kit), uji tapis/ screening test (bioassay dan ELISA) dan uji konfirmasi (HPLC). Begitu banyak jenis uji yang ada, namun tidak ada satupun uji yang menjamin hasilnya paling baik (Wehr dan Frank 2004). Uji cepat merupakan metode pengujian residu antibiotika yang tidak memakan waktu banyak dan mudah penggunaannya. Uji tapis pada umumnya merupakan uji kualitatif dan semi kuantitatif yang berfungsi untuk mengidentifikasi adanya residu antibiotika dengan cepat, mudah digunakan, dan relatif tidak mahal. Bioassay merupakan pengujian yang menggunakan mikroorganisme untuk mendeteksi senyawa antibiotika yang masih aktif (BSN 2008). Menurut Eenennaam et al. (1993), spesifisitas bioassay ditunjukkan dari tipe golongan antibiotika yang dapat dideteksi dengan melihat hambatan pertumbuhan bakteri. Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) merupakan uji tapis yang memiliki sensitifitas tinggi, sederhana, dan mampu menguji banyak sampel hanya dengan volume sampel yang sedikit (Wang et al. 2009). High performance liquid chromatography (HPLC) adalah metode yang sangat membantu dalam konfirmasi keberadaan residu antibiotika dalam pangan asal hewan. Metode HPLC didasarkan pada reserved-phase chromatography dan multisignal UV-visiblediode array detection (UV-VAD). Spektrum UV berperan sebagai alat identifikasi tambahan (Husgen dan Schuster 2001). Metode HPLC mampu mengkonfirmasi kehadiran dan mengidentifikasi jenis antibiotika dalam susu.

38 14

39 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diawali dengan pengambilan sampel susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Pengujian dilakukan di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP), Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan (BPMPP), dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet). Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April Alat dan Bahan Pengujian Pendahuluan Bahan yang digunakan adalah susu pasteurisasi impor, H 2 O 2 0.5%, HCl paraphenilin diamine 2%, amonium sulfat jenuh (NH 4 ) 2 SO 4. Peralatan yang diperlukan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan, tabung erlenmeyer. Pengujian Bioassay Bahan yang digunakan adalah susu pasteurisasi impor, mikroorganisme (Spora Bacillus stearothermophilus ATCC 7953), peptone (Difco ), yeast extract (Difco ), bacto agar (Difco ), dextrose (Difco ), natrium penisilin (Sigma P-7794), K 2 HPO 4 (Merck ), Na 2 HPO 4 (Merck ), aquadest, kertas cakram steril (diameter 8 mm). Peralatan yang diperlukan adalah cawan petri, tabung reaksi, tabung sentrifus, labu ukur, gelas ukur, erlenmeyer, pipet volumetrik, pengocok tabung, magnet pengaduk, ph meter, mikro pipet, jangka sorong, ose, dan pinset. Pengujian HPLC Bahan yang digunakan adalah susu pasteurisasi impor, aquades, asetonitril, metanol, bufer fosfat (ph = 8.5), 0.05 mol/l: 8.7 g kalium fosfat dilarutkan dalam 1000 ml aquades, larutan antibiotika standar (penisilin 1 mg/ml) dalam metanol, H 2 SO M, Sodium Tungstad 5%, NaCl, bufer fosfat 0.2 M. Peralatan yang digunakan adalah sentrifus dingin, evaporator, HPLC

40 16 colum agilent ZORBAX Eclips Plus, 2.1 mm x 100 mm, 3.5 μm (p/n ), dan HPLC dengan diode array detector (Agilent Technologies, Inc, USA). Rancangan Penelitian Sampel yang diuji adalah susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Jumlah sampel yang diambil, dihitung dengan menggunakan rumus deteksi penyakit (detect disease) (Martin et al. 1987). n = [1- (1-a) 1/D ] [N-(D-1)/2] Keterangan : N = Jumlah populasi n = Ukuran sampel a = Tingkat kepercayaan (95%) D = Nilai dugaan populasi yang sakit (D=PxN, dengan asumsi P:5%) Seluruh sampel diuji dengan menggunakan metode bioassay secara triplo. Sampel yang menunjukkan hasil positif pada bioassay, dikonfirmasi dengan metode HPLC. Metode Penelitian Pengumpulan Sampel Pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil susu pasteurisasi secara acak sederhana. Susu pasteurisasi impor setiap kedatangan diambil sebanyak 12 sampel, hingga jumlah sampel terpenuhi. Sebelum diuji, sampel disimpan dalam lemari pendingin suhu -20 C. Uji Pendahuluan Uji Storch merupakan uji kesempurnaan proses pasteurisasi. Reaksi positif menunjukkan susu yang sudah mengalami pemanasan. Reaksi ini terjadi setelah kedalam 5 ml sampel susu ditambahan 4 tetes H 2 O 2 0.5% dan 2 tetes HCl paraphenilin diamine 2%. Reaksi positif memperlihatkan warna putih (susu pasteurisasi), sedangkan reaksi negatif memperlihatkan warna biru (susu mentah atau mengandung 5% susu mentah).

41 17 Uji Aschaffenburg atau uji kekeruhan dilakukan untuk mengetahui apakah susu telah mengalami proses pemanasan yang melebihi suhu pasteurisasi. Pada 20 ml sampel susu pasteurisasi ditambahkan 4 g amonium sulfat jenuh (NH 4 ) 2 SO 4 dan dikocok. Kemudian campuran tersebut disaring ke dalam tabung reaksi dan filtratnya dimasukkan dalam penangas air (mendidih) selama 5 menit. Filtrat yang jernih menyatakan tidak ada albumin dalam susu dan susu tersebut telah dipanaskan diatas titik didih susu (> C). Uji Bioasay Uji tapis untuk mendeteksi residu beta laktam dalam susu dilakukan dengan menggunakan metode bioassay. Uji ini untuk mendeteksi adanya residu antibiotika dengan cepat, mudah digunakan, dan relatif tidak mahal. Secara umum, tahapan pengujiannya terdiri dari persiapan, pengujian, dan pembacaan hasil. Persiapan, meliputi persiapan media agar, kultur media, larutan dapar, dan larutan baku. Persiapan media agar, sebanyak 5 g peptone, 12 g yeast extract, g bacto agar, 1 g dextrose, dilarutkan dalam 1000 ml aquadest, kemudian diukur pada ph 5.7±0.1 dan dididihkan. Media disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15 psi (pound per square inchi) selama 15 menit. Persiapan kultur media. Bakteri Bacillus stearothermophilus ATCC 7953 diinokulasikan ke dalam agar miring dan diinkubasi pada suhu 55 C selama 1 minggu. Bakteri yang telah ditumbuhkan tersebut dipanen dan dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan NaCl fisiologis steril 20 ml. Larutan kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 65 C selama 30 menit. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan supernatan (lapisan atas) dibuang. Kemudian ditambahkan NaCl fisiologis steril secukupnya lalu dikocok. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam refrigerator dengan suhu 4 C selama jam. Larutan tersebut dipanaskan kembali dalam penangas air pada suhu 65 C selama 30 menit. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 5 menit dan diambil supernatannya. Hasilnya disimpan dalam refrigerator sebagai suspensi spora.

42 18 Pembuatan larutan dapar fosfat. Sebanyak 7 g K 2 HPO 4, 6 g Na 2 HPO 4, dilarutkan dalam 1000 ml aquadest, kemudian larutan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15 psi selama 15 menit. Larutan baku untuk kontrol antibiotika. Standar penicillin ditimbang kemudian diencerkan dengan larutan dapar dari konsentrasi IU/mL hingga 0.01 IU/mL. Larutan dengan konsentrasi 0.01 IU/mL digunakan sebagai larutan standar kerja. Pengujian dengan bioassay. Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. Sementara itu, kultur media disiapkan dengan menuangkan 8 ml pada setiap cawan petri. Selanjutnya kertas cakram steril diletakkan di atas permukaan kultur media. Tiap cawan petri berisi 5 buah kertas cakram, yang terdiri dari 3 buah cakram yang masing-masing ditetesi 75 μl sampel yang akan dianalisa, satu kertas ditetesi 75 μl larutan baku antibiotika 0.01 IU/mL sebagai kontrol positif, dan satu kertas lagi ditetesi larutan dapar fosfat sebagai kontrol negatif. Cawan petri ditutup dan diinkubasi pada suhu 55 C selama jam. Pengujian sampel dilakukan dengan tiga kali pengulangan untuk mendapatkan data yang akurat. Pembacaan hasil dilakukan dengan mengamati dan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong. Sampel dinyatakan positif mengandung antibiotika apabila zona hambat yang terbentuk 2 mm dari tepi kertas cakram. Sampel dinyatakan negatif apabila zona hambat yang terbentuk 0 2 mm. Karena zona hambat yang terbentuk < 2 mm dianggap akibat adanya natural inhibitor. Diameter zona hambatan pada kontrol positif sebesar 20 ± 1 mm, sedangkan kontrol negatif tidak membentuk zona hambat (SNI 2008). Uji Konfirmasi (HPLC) Uji konfirmasi untuk mendeteksi residu beta laktam dalam susu pasteurisasi dilakukan dengan menggunakan HPLC. Metode ini didasarkan pada reservedphase chromatography dan multisignal UV-visiblediode-aray detection (UV- DAD). Spektrum UV berperan sebagai alat identifikasi tambahan (Husgen dan Schuster 2001). Alat HPLC diatur pada kolom 15 cm x 3.9 mm, kecepatan aliran

43 ml/menit, fase gerak (A: aquades/10 mm amonium asetat dan B: asetonitril), run time 12 menit, jeda 3 menit, suhu 180 C, injeksi 50 μl. Tahap persiapan: 5 ml susu dimasukkan dalam tabung sentrifus yang mempunyai tutup, ditambahkan 25 ml aquadest dan 4 ml H 2 SO M serta 4 ml Sodium Tungstad 5%, dihomogenkan selama 2 menit kemudian disentrifus dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Larutan supernatant dipisahkan dari residunya kemudian ditambahkan 10 ml NaCl 20% pada filtratnya. Tahap pemurnian, yaitu ke dalam kartrid C18 dialirkan perlahan-lahan 10 ml metanol, 10 ml aquades, 10 ml NaCl 2%. Kemudian dialirkan sampel. Bilas kartrid C18 dengan mengalirkan 10 ml NaCl 2% dan 10 ml aquades. Selanjutnya sampel di-elusi dengan 3 ml bufer fosfat 0.2 M dalam asetonitril (pelarut elusi penisilin). Hasil elutan kemudian dipindahkan ke dalam aliran gas nitrogen sampai kering. Residu disuspensikan kembali dengan 10 ml fase gerak (asetonitril 0.1%), kemudian divortex selama 2 menit dan dipindahkan ke dalam vial 2 ml untuk dimasukkan dalam alat HPLC. Hasil dari pengujian dengan HPLC ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Waktu dan volume retensi pada setiap senyawa ditunjukkan dengan munculnya beberapa puncak. Uji kualitatif dilakukan dengan mencocokkan waktu retensi masing-masing puncak pada kromatogram sampel dengan waktu retensi senyawa standar. Lebar dan tinggi puncak digunakan untuk menentukan besarnya konsentrasi diukur secara otomatis oleh alat pengolah data. Analissis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menyajikan data dalam bentuk tabel dan gambar.

44 20

45 HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan sampel berdasarkan jumlah susu pasteurisasi yang diimpor dari Australia pada tahun 2011 yaitu kg, sehingga jumlah sampel yang diuji dalam penelitian ini sebanyak 59 dan digenapkan menjadi 60. Pengambilan sampel diperoleh secara bertahap yaitu 12 sampel pada setiap importasi/ kedatangan. Sebelum diuji, setiap sampel susu dibagi menjadi 3 bagian untuk selanjutnya disimpan dalam suhu beku -20 C. Pembagian sampel menjadi 3 bagian diperuntukkan 2 jenis pengujian yaitu uji bioassay dan HPLC serta 1 bagian sebagai arsip. Sebelum dilakukan pengujian residu antibiotika, sampel susu terlebih dahulu diuji kesempurnaan pasteurisasi (uji Storch) dan diuji terhadap pemanasan sterilisasi (uji Aschaffenburg). Uji pendahuluan ini untuk memastikan bahwa susu yang diperiksa adalah susu pasteurisasi dan jenis pasteurisasinya. Uji Pendahuluan Uji Storch, dimaksudkan untuk mengetahui kesempurnaan proses pasteurisasi. Menurut Rahman et al. (1992) enzim peroksidase adalah enzim yang ditemukan pada susu mentah dan mudah rusak oleh proses pemanasan. Susu yang tidak mengalami pemanasan dengan sempurna atau masih mengandung 5% susu mentah menunjukkan perubahan warna menjadi biru (Gambar 2). Pada uji ini, seluruh sampel susu menunjukkan warna putih yang artinya seluruh sampel adalah susu yang sudah dipanaskan/ pasteurisasi dengan sempurna. Reaksi ini menunjukkan bahwa kemungkinan susu pasteurisasi yang digunakan sebagai sampel dipanaskan pada suhu tinggi dalam waktu singkat (HTST) yang akan menginaktifkan enzim peroksidase. Proses pasteurisasi pada pemanasan dengan suhu 85 o C selama 8 detik (Rahman et al. 1992), suhu70 o C selama 150 menit, suhu 73 o C selama 13 menit, suhu 77 o C selama 30 detik atau selama 8 detik akan menginaktifkan enzim peroksidase (Sanjaya 1990).

46 22 A B C Gambar 2 Uji peroksidase, susu sterilisasi (A) warna putih, susu mentah (B) warna biru, dan susu pasteurisasi/ sampel (C) warna putih. Uji Aschaffenburg merupakan uji kesempurnaan pemanasan proses sterilisasi ditandai dengan adanya warna jernih pada susu sterilisasi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan albumin dalam susu. Susu yang sudah disterilisasi dengan sempurna tidak lagi mengandung albumin dan akan menunjukkan warna jernih. Apabila proses sterilisasinya tidak sempurna, masih mengandung albumin dan warna yang ditunjukkan adalah keruh. Pada susu yang mengalami proses pemanasan melebihi suhu 81 o C akan mengalami kerusakan albumin yang merupakan bagian dari protein whey dan terkoagulasi oleh proses pemanasan tinggi (Buckle et al. 1987). Uji ini dilakukan untuk membuktikan apnck A B C Gambar 3 Uji kekeruhan, susu sterilisasi (A) jernih, susu mentah (B) keruh, dan susu pasteurisasi/ sampel (C) keruh.

47 23 apakah sampel susu yang digunakan benar-benar susu pasteurisasi dan bukan susu sterilisasi. Hasil uji menunjukkan seluruh sampel berwarna keruh, hal ini menunjukkan bahwa susu yang digunakan tidak mengalami proses pemanasan di atas titik didih susu atau susu tersebut adalah susu pasteurisasi (Gambar 3). Susu pasteurisasi adalah susu yang telah mengalami proses pemanasan sehingga mempunyai daya simpan lebih panjang dari susu mentah disertai musnahnya mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan konsumen (Hubbert dan Hagstad 1991). Penggunaan panas pada pasteurisasi tidak banyak menimbulkan perubahan pada komposisi dan rasa susu sehingga masih seperti susu segar (Kay 1962). Proses pasteurisasi yang diikuti langsung dengan pendinginan menjadikan daya simpan produk akan lebih lama dengan mutu yang lebih baik (Frazier dan Westhoff 1988). Pemanasan 72 C selama 15 detik dengan suhu penyimpanan 1 sampai 2 C mempunyai daya simpan mencapai 3 minggu, sedangkan pada suhu penyimpanan 4 sampai 7 C daya simpan susu pasteurisasi hanya sampai 1 sampai 2 minggu. Kedua uji pendahuluan ini dilakukan untuk memastikan sampel susu yang digunakan dalam penelitian adalah benar-benar susu pasteurisasi dan bukan susu sterilisasi. Bioassay Bioassay adalah suatu pengujian yang menggunakan mikroorganisme untuk mendeteksi senyawa antibiotika yang masih aktif. Mikroorganisme yang digunakan untuk mendeteksi residu beta laktam adalah Bacillus stearothermophilus. Prinsip pengujian residu antibiotika beta laktam dengan menggunakan metode bioassay adalah dengan melihat dan mengukur diameter hambatan disekitar kertas cakram yang disebabkan oleh adanya residu beta laktam terhadap media agar yang mengandung B.stearothermophilus. Konsentrasi B. stearothermophilus yang digunakan sebesar 1.1 x 10 8 spora/ml. Besarnya daerah hambatan (zona terang) menunjukkan konsentrasi dari residu beta laktam. Hasil kuantitatif dari uji dapat diperoleh dengan membandingkan zona terang yang dihasilkan oleh sampel dengan zona terang yang ditunjukkan oleh kontrol. Besarnya kontrol yang digunakan adalah 0.01 IU/ ml dan diameter zona terang yang ditunjukkan antara sampai dengan mm. Pengukuran zona terang

48 24 menggunakan jangka sorong yang dilakukan dengan mengukur diameter dari lingkaran zona tersebut pada setiap kertas cakram sampel. Suatu sampel dinyatakan positif apabila menunjukkan zona terang lebih besar atau sama dengan 2 mm dari diameter kertas cakram yang digunakan (setidaknya pada 2 cawan petri). Diameter kertas cakram adalah 8 mm, sehingga sampel dinyatakan positif apabila mempunyai diameter zona terang sebesar 10 mm. b a Gambar 4 Hasil pengujian bioassay, kontrol positif (a), kontrol negatif (b), dan lainnya adalah sampel. Uji residu antibiotika beta laktam dengan menggunakan uji bioassay menunjukkan tidak terbentuknya zona terang pada semua sampel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya kandungan antibiotika beta laktam dalam sampel susu pasteurisasi tersebut atau paling tidak konsentrasinya dibawah dari limit deteksi uji. Hasil pengujian residu antibiotika pada sampel dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 8. Tabel 8 Hasil pemeriksaan residu antibiotika beta laktam dengan metode bioassay Jml sampel Hasil pemeriksaan 60 (-) negative Menurut Eenennaam et al. (1993), spesifitas dari metoda bioassay dapat ditunjukkan dari tipe golongan antibiotika yang dapat dideteksi dengan melihat hambatan pertumbuhan bakteri (B. stearothermophilus untuk golongan beta laktam) pada media agar. Limit deteksi bioassay terhadap golongan beta laktam

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diawali dengan pengambilan sampel susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Pengujian dilakukan di Balai Uji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Susu Pasteurisasi

TINJAUAN PUSTAKA Susu Pasteurisasi TINJAUAN PUSTAKA Susu Pasteurisasi Susu pasteurisasi merupakan minuman bergizi tinggi, khususnya karena mengandung protein tinggi serta mempunyai aroma yang spesifik susu. Aroma dan cita rasa susu sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan sampel berdasarkan jumlah susu pasteurisasi yang diimpor dari Australia pada tahun 2011 yaitu 39 570.90 kg, sehingga jumlah sampel yang diuji dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat. 23 METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Pengambilan sampel daging sapi impor untuk penelitian ini dilakukan di Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH). Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Balai Besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Susu Susu adalah cairan yang berasal dari ambing ternak perah yang sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar sesuai ketentuan yang berlaku yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Masyarakat yang sehat dan produktif dapat terwujud melalui perlindungan dan jaminan keamanan produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Salah satu upaya yang harus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Susu UHT Impor Bahan Media dan Reagen Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Susu UHT Impor Bahan Media dan Reagen Alat 21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan September tahun 2008. Tempat penelitian di Laboratorium Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner (KESMAVET) Departemen

Lebih terperinci

PENGUJIAN RESIDU ANTIBIOTIKA DALAM SUSU SEGAR DARI BEBERAPA PETERNAKAN SAPI PERAH DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN METODE BIOASSAY

PENGUJIAN RESIDU ANTIBIOTIKA DALAM SUSU SEGAR DARI BEBERAPA PETERNAKAN SAPI PERAH DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN METODE BIOASSAY PENGUJIAN RESIDU ANTIBIOTIKA DALAM SUSU SEGAR DARI BEBERAPA PETERNAKAN SAPI PERAH DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN METODE BIOASSAY SITI GUSTI NINGRUM DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik Pengujian residu antibiotik pada daging ayam dan sapi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode uji tapis (screening test) secara bioassay, sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI ELLIN HARLIA, ROOSTITA L. BALIA dan DENNY SURYANTO Jurusan Teknologi Hasil Ternak Fakultas an Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan asal ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan manusia

Lebih terperinci

Pengkajian Residu Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Pedaging, Ayam Kampung Dan Ayam Petelur Afkir Yang Dijual Di Kota Kupang

Pengkajian Residu Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Pedaging, Ayam Kampung Dan Ayam Petelur Afkir Yang Dijual Di Kota Kupang Jurnal Kajian Veteriner Vol. 2 No. 2 : 175-181 ISSN : 2356-4113 Pengkajian Residu Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Pedaging, Ayam Kampung Dan Ayam Petelur Afkir Yang Dijual Di Kota Kupang Consalesius A. Ngangguk

Lebih terperinci

Metode uji tapis (screening test) residu antibiotika pada daging, telur dan susu secara bioassay

Metode uji tapis (screening test) residu antibiotika pada daging, telur dan susu secara bioassay SNI 744:08 Standar Nasional Indonesia Metode uji tapis (screening test) residu antibiotika pada daging, telur dan susu secara bioassay ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional SNI 744:08 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KEAMANAN SUSU UHT (ULTRA HIGH TEMPERATURE) IMPOR TERHADAP MIKROBA Bacillus cereus DUMA SARI MARGARETHA HARIANJA

KAJIAN TINGKAT KEAMANAN SUSU UHT (ULTRA HIGH TEMPERATURE) IMPOR TERHADAP MIKROBA Bacillus cereus DUMA SARI MARGARETHA HARIANJA KAJIAN TINGKAT KEAMANAN SUSU UHT (ULTRA HIGH TEMPERATURE) IMPOR TERHADAP MIKROBA Bacillus cereus DUMA SARI MARGARETHA HARIANJA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan asal hewan merupakan sumber zat gizi, termasuk protein yang banyak mengandung asam amino, lemak, kalsium, magnesium dan fosfor sehingga bermanfaat bagi

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4 27 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah, Rumah Sakit Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kesempurnaan Susu UHT/Uji Kekeruhan (Aschaffenburg test) Pengujian dilakukan terhadap 30 sampel susu UHT dari Australia dengan merek A sebanyak 15 sampel, dan merek B sebanyak 15

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN: 1. Mikrobia penyebab kerusakan dan mikrobia patogen yang dimatikan. 2. Panas tidak boleh menurunkan nilai gizi / merusak komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

Susu segar-bagian 1: Sapi

Susu segar-bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

TINGKAT KEAMANAN SUSU BUBUK SKIM IMPOR DITINJAU DARI KUALITAS MIKROBIOLOGI UTI RATNASARI HERDIANA

TINGKAT KEAMANAN SUSU BUBUK SKIM IMPOR DITINJAU DARI KUALITAS MIKROBIOLOGI UTI RATNASARI HERDIANA TINGKAT KEAMANAN SUSU BUBUK SKIM IMPOR DITINJAU DARI KUALITAS MIKROBIOLOGI UTI RATNASARI HERDIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT

DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NANANG SYAIFUL

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella sp., Escherichia coli, dan Koliform) PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR DINY MALTA WIDYASTIKA

DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella sp., Escherichia coli, dan Koliform) PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR DINY MALTA WIDYASTIKA DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella sp., Escherichia coli, dan Koliform) PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR DINY MALTA WIDYASTIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK DINY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus terhadap kualitas yoghurt susu kambing

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Mengapa antibiotik perlu ditentukan kadar atau potensinya? Efek penggunaan antimikroba yang meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk Firman Jaya 2 Diartikan sebagai penambahan jumlah sel Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk 3 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan asal hewan sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia sebagai sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia dini yang karena laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

Koloni bakteri endofit

Koloni bakteri endofit Lampiran : 1 Isolasi Bakteri Endofit pada tanaman V. varingaefolium Tanaman Vaccinium varingaefolium Diambil bagian akar tanaman Dicuci (menghilangkan kotoran) Dimasukkan ke dalam plastik Dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 15 BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 3.1 BAHAN Lactobacillus acidophilus FNCC116 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan dari Universitas Gajah Mada), Bacillus licheniformis F11.4 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi Bagian akar dan batang (3-5 cm) Dicuci dengan air mengalir selama

Lebih terperinci

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar DESKI CITRA DWITANIA DAN IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011. Berlokasi di Laboratorium Jasa Analisis Pangan, Departemen

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 i ANALISIS KADAR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DENGAN EKSTRAKSI PELARUT ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) MENGGUNAKAN ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) DI SUNGAI DONAN (CILACAP) PADA JARAK 2 KM SESUDAH PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis. BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak buah Asam Jawa

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN TOTAL BAKTERI, ph, DAN INTENSITAS PENCOKLATAN SUSU SELAMA PEMANASAN SUHU 70 C SKRIPSI. Oleh: MUHAMMAD AS AD WIBISONO

PERUBAHAN TOTAL BAKTERI, ph, DAN INTENSITAS PENCOKLATAN SUSU SELAMA PEMANASAN SUHU 70 C SKRIPSI. Oleh: MUHAMMAD AS AD WIBISONO PERUBAHAN TOTAL BAKTERI, ph, DAN INTENSITAS PENCOKLATAN SUSU SELAMA PEMANASAN SUHU 70 C SKRIPSI Oleh: MUHAMMAD AS AD WIBISONO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yakni mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat Penelitian Susu UHT Impor Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu UHT yang diimpor ke Indonesia.

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat Penelitian Susu UHT Impor Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu UHT yang diimpor ke Indonesia. 20 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci