BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang, bahasa mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang, bahasa mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan perasaan pada seseorang, bahasa mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Salah satu perkembangan yang memberi dampak signifikan terhadap bahasa adalah perkembangan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan munculnya leksikon-leksikon baru pada sebuah bahasa karena terdesaknya kebutuhan penamaan atau penyebutan terhadap sesuatu. Dengan kata lain setiap perkembangan yang dihasilkan oleh manusia akan ditandai dengan berkembangnya sebuah bahasa. Manusia dengan peranti pemerolehan bahasanya (language acquisition device) diberi kemampuan untuk menguasai bahasa dari lingkungan yang membesarkannya. Kemampuan berbahasa dikuasai sejak dini, kebanyakan pengetahuan yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa manusia bersifat tidak sadar dan implisit. Eratnya hubungan manusia dengan bahasa ini kemudian menjadi ladang bagi para ahli untuk memahami manusia dengan memahami bahasanya. Para ahli percaya hal itu dapat membuat kita memahami budaya, prinsip hidup, maupun karakter manusia tersebut. Sapir dalam Chaer (2003:70) mengatakan bahwa bahasa merupakan petunjuk yang bersifat simbolis terhadap budaya yang berlaku. Dengan kata lain, apabila kita ingin mengetahui kebudayaan dari suatu masyarakat, maka kita dapat melakukannya dengan memahami penggunaan

2 2 bahasanya. Levi-Strauss dalam Ahimsa Putra (2006:25) memiliki pandangan bahwa bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat dianggap sebagai refleksi dari seluruh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Salah satu cara manusia berbahasa dalam komunikasi dengan sesamanya terkadang tidak hanya menggunakan ungkapan yang bermakna harfiyah (literal meaning) saja, melainkan juga menggunakan ungkapan kiasan yang bermakna figuratif (methaporical meaning). Ungkapan kiasan ini terdiri dari dua jenis yaitu apa yang disebut schemas dan tropes. Skema meliputi ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan pengulangan seperti ritme, aliterasi, dan asonasi. Sedangkan tropes adalah penyimpangan makna seperti metafora, ironi, personifikasi, simile dan sebagainya, dan metafora termasuk ke dalam ungkapan kiasan jenis tropes. Metafora digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan sesuatu yang lain seperti yang dinyatakan oleh Black (2006 :102), metaphor was defined as saying one thing and meaning another. Wahab (1990:65) berpendapat bahwa metafora adalah ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan langsung dari lambang yang dipakai, melainkan dari prediksi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan tersebut. Metafora seringkali digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi konkret. Hal ini membuat metafora memiliki dua buah domain yaitu domain yang abstrak dan domain yang konkret, yang mana dua domain tersebut saling berkorespondensi. Hal ini sejalan dengan pendapat Taylor (2003:134) yang mengatakan bahwa metafora dapat mengkonsepkan sesuatu yang abstrak menjadi

3 3 sesuatu yang konkret. penggunaan bahasa kiasan tidak bersifat semena-mena, tetapi berdasarkan atas kesamaan tertentu, seperti kesamaan sifat, bentuk, fungsi, tempat, atau kombinasi diantaranya (Wijana, 2000 :20). Oleh karena itu dapat dipahami bahwa metafora adalah bentuk bahasa yang dengan sengaja digunakan untuk mendeskripsikan hal yang abstrak menjadi lebih konkret dengan lambang-lambang yang tidak dapat diartikan secara langsung akan tetapi memiliki kesamaan sifat, bentuk, fungsi, tempat, atau kombinasi diantaranya dengan apa yang dilambangkan. Dengan begitu lambang yang kemudian digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu sewajarnya merupakan lambang yang sudah dipahami oleh banyak penuturnya baik sifat, fungsi, tempat, dan bentuknya, sehingga menghasilkan sesuatu yang konkret atau lebih mudah dipahami. Bangsa Arab merupakan salah satu bangsa yang sangat menghargai dan mencintai bahasa dan sastranya. Mereka memiliki budaya kesusasteraan yang sangat panjang, kemampuan menciptakan keindahan dalam pemilihan dan penyusunan kata dalam syair adalah sebuah kebanggaan bagi orang Arab. Tidak ada satu pun bangsa di dunia ini yang menunjukkan apresiasi yang sedemikian besar terhadap ungkapan bernuansa puitis dan menyentuh selain bangsa Arab. Sulit menemukan bahasa yang mampu mempengaruhi pikiran para penggunanya sedemikian dalam selain bahasa Arab (Hitti, 2006: 112). Maka tidak salah kemudian dikatakan bahwa salah satu mukjizat Al Qur an yang berbahasa Arab adalah keindahan setiap susunan katanya yang mampu menggetarkan hati dan membuat mereka masuk Islam.

4 4 Dalam beberapa bahasa, perempuan sering dideskripsikan begitu sempurna dan anggun sebagai salah satu makhluk Tuhan paling indah, dipuja dan diperebutkan oleh kaum lelaki. Tetapi di sisi lain perempuan secara historis selalu berada dibawah laki-laki. Kaum perempuan sering dianggap sebagai makhluk the second sex sebagaimana dijelaskan oleh Simon de Beauvoir (Engineer,2003 :12). Bahkan setelah munculnya beberapa gerakan yang menuntut persamaan hak oleh kaum perempuan, di beberapa Negara Arab seperti Saudi Arabia perempuan tidak boleh mengendarai kendaraan kecuali ditemani suaminya dan di Kuwait perempuan belum memiliki hak suara dalam pemilihan umum (Engineer, 2003: 17). Karena sosok perempuan yang sering menjadi objek dalam sebuah ungkapanungkapan dalam berbagai bahasa, maka akan sangat menarik apabila dilakukan penelitian metafora yang digunakan oleh bangsa Arab dalam mendeskripsikan perempuan. Salah satu ungkapan yang menggambarkan perempuan adalah, ( 1 )بیت البنات خراب Baytul banāt khurāb ʽRumah yang dipenuhi anak perempuan, sebuah kehancuranʽ ( Ungkapan tersebut memiliki bentuk metafora yakni khurāb yang termasuk dalam jenis ke-ada-an yaitu merupakan metafora yang meliputi hal-hal yang abstrak. Dan bentuk dari metaforanya adalah nomina (ism). Ungkapan tersebut mengemukakan konsep bahwa rumah yang memiliki banyak anak perempuan atau hanya dihuni oleh anak perempuan adalah sebuah kehancuran. Hal ini tentu tidak dapat dipahami, karena sebagaimana diketahui, cucu adalah sosok yang sangat

5 5 disayangi terlebih lagi oleh kakek maupun nenek. Menyertakan konteks dari munculnya sebuah ungkapan menjadi sebuah keharusan untuk memahami ungkapan tersebut secara menyeluruh, seperti dengan mengetahui bahwa Bangsa Arab memiliki kebanggaan yang lebih atas lahirnya bayi laki-laki daripada perempuan. Bahkan sebelum datang agama Islam, terdapat beberapa suku dari bangsa Arab tidak segan untuk mengubur bayi perempuannya (Q.S. An nahl: 58-59). Ada beberapa alasan kenapa hal tersebut dilakukan, pertama adalah faktor ekonomi, sejak bendungan ma arib yang berada di sekitar yaman hancur penduduk di sekitar bendungan pindah mencari tempat yang aman dan salah satu tempat yang dituju adalah Makkah. Urbanisasi besar-besaran ini mempengaruhi kondisi ekonomi dengan serius, sehingga muncul gagasan membunuh anak suaya beban lebih ringan. Kedua adalah karena alasan gengsi dan malu, budaya perang antar suku bangsa Arab atau dikenal dengan ayyamul arab sering menjadi perempuan sebagai korbannya. Suku yang kalah perang, istri dan anak perempuannya biasanya diperkosa bahkan di depan keluarganya(karim,2009:51) Selain itu bangsa Arab juga memiliki kebanggaan terhadap nasab atau garis keturunan. Kelahiran anak perempuan dalam keluarga dapat mengakibatkan hilangnya garis keturunan sebuah keluarga. Sehingga dapat dipahami ketika anak perempuannya dianggap sebuah kehancuran adalah karena keberadaan perempuan hanya menambah beban ekonomi dan dapat menjadi aib dikemudian hari. yaitu, Selain itu ada ungkapan lain yang menggambarkan sosok perempuan (2) النساء ریاحین القلوب وشیاطین الجیوب Annisāˇu riyāḥīnul qulūb wa syayāṭīnul juyūb

6 6 Perempuan itu angin (penyejuk bagi) hati dan setan(bagi) kantong ( Dalam ungkapan tersebut perempuan dimetaforakan sebagai sebuah angin yang menyejukkan dalam hati dan sosok setan bagi kantong. Ada dua bentuk metafora yang terdapat dalam ungkapan tersebut. Angin kalau dilihat dari jenisnya merupakan jenis metafora tenaga atau energy, memiliki bentuk nomina atau ism. Dan setan kantong merupakan jenis metafora ke-ada-an dengan bentuk metafora frasa nomina. Berbeda dengan data yang pertama, pada data yang kedua maksud dari metafora tersebut dapat dinalar, hal ini karena metafora tersebut merupakan metafora yang universal dalam kaitannya dengan sebuah budaya, yaitu yang metafora yang memiliki medan semantik yang sama di seluruh budaya baik lambang kias maupun makna yang dimaksudkan. Metafora universal yang dimaksud dalam data ini adalah kesamaan makna yang dimaksud, bahwa perempuan selain mampu membuat kita berbahagia juga merugikan di sisi lain karena kegemarannya menghabiskan uang untuk berbagai keperluannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menganggap bahwa sebuah ungkapan metafora perempuan dalam bahasa Arab menarik untuk dikupas lebih dalam, dengan mengetahui bentuk secara kebahasaaan dan jenis metafora beradasarkan medan semantiknya. Hubungan yang erat antara budaya dan bahasa, memberi kesempatan untuk memahami sebuah budaya dengan melakukan analisa terhadap bahasanya. Hal ini dapat menyingkap tabir budaya yang mulai pudar maupun tersembunyi karena perkembangan jaman. Penelitian ini beranggapan bahwa metarfora adalah salah satu wujud bahasa yang dapat mewakili keberadaan budaya dan pola pikir masyarakatnya. Hal ini karena metafora berfungsi untuk

7 7 menjelaskan hal abstrak dengan yang konkret sehingga metafora dapat dengan jelas menjelaskan sesuatu sesuai dengan kebudayaan penuturnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka penelitian ini memaparkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk-bentuk kebahasaan dan pola metafora perempuan dalam bahasa Arab? 2. Apa jenis-jenis metafora yang membangun ungkapan-ungkapan bahasa Arab tentang perempuan? 3. Apa saja nilai-nilai budaya yang dikandung dari metafora? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah sebelumnya, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan jenis-jenis dan pola metafora perempuan dalam bahasa Arab 2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk metafora dalam ungkapan populer bahasa Arab tentang perempuan 3. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang dikandung oleh metafora dalam bahasa Arab tentang perempuan 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai kajian metafora perempuan dalam bahasa Arab ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai bagaimana sosok perempuan digambarkan dan dipahami oleh bangsa Arab dalam metafora sehingga

8 8 menghasilkan penjelasan yang baik tentang perempuan di mata bangsa Arab. Hal tersebut akan diperoleh dengan mengetahui jenis-jenis metafora berdasarkan medan semantiknya dan juga bentuk-bentuk kebahasaan yang terdapat pada metafora. Nilai-nilai budaya yang dikandung akan menjadi puncak pemahaman terhadap pesan yang terdapat dalam metafora-metafora tersebut, dan tentu akan bermanfat juga bagi perkembangan khazanah penelitian metafora secara khusus. 1.5 Ruang Lingkup Masalah Penelitian ini akan membahas metafora yang hanya berhubungan dengan perempuan. Dengan demikian metafora yang akan digunakan sebagai data yang dianalisa adalah metafora-metafora yang berkaitan dengan perempuan. Adapun sumber yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini dibatasi dengan menggunakan lima jenis teks kebahasaan, yaitu kumpulan puisi Majnun Layla karya Abdurrahman al Mustawa. Prosa peneliti memilih kumpulan cerita pendek karya Taufik el Hakim dengan judul Arinillah. Sumber lainnya adalah al Qur an dan Hadits kitab Muslim. Dan sumber yang terakhir adalah ungkapan berbahasa Arab tentang perempuan yang peneliti peroleh dari internet. Batasan sumber dipilih karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti akan tetapi tidak mengacuhkan faktor kesempuranaan hasil penelitian. 1.6 Tinjauan Pustaka Dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa penelitian mengenai metafora diantaranya oleh Rosdiana Puspita Sari (2011) mengenai Metafora pada Lagu-lagu Spiritual Negro. Penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana pada Tahun 2011 ini berupa tesis pada program pascasarjana

9 9 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan adalah analisis metafora yang ada pada lagu-lagu spiritual Negro dengan metode analisis deskriptif. Penelitian tersebut berhasil mendeskripsikan pebanding dan pembanding dalam metafora yang terdapat di dalam lagu-lagu spiritual negro. Penelitian menjelasakan jenis-jenis metafora berdasarkan medan semantiknya, adapun jenis-jenis metafora yang ditemukan di dalam lagu-lagu spiritual negro berdasarkan medan semantik adalah metafora ke-ada-an, kosmos, tenaga, permukaan bumi, benda mati, tumbuhan, binatang, dan manusia; dan berhasil juga mendeskripsikan fungsi metafora pada lagu-lagu spiritual negro yang terdiri dari metafora yang menunjukkan kesedihan, ketaatan terhadap Tuhan, kemarahan, keputusan, dan harapan. Penelitian lain tentang metafora dilakukan oleh Ishak Bagea pada tahun 2009, penelitian tersebut juga berupa Tesis. Penelitian tersebut dilakukan berkenaan dengan analisis metafora yang terdapat pada bidang pertanian masyarakat Dayak Buket Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Dalam penelitian tersebut digunakan metaode deskriptif kualitatif. dideskripsikan tentang bentuk metafora dalam bidang pertanian padi yang mengacu pada satuan-satuan sintaksis di dalam metafora dan maknanya. Satuan-satuan sintaksis yang terdapat dalam metafora bidang pertanian berupa kata yang terdiri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Selain itu juga terdapat satuan sintaksis berupa frase yang terdiri dari frase kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Jenis metafora dalam bidang pertanian padi terdiri dari metafora berdasarkan medan semantik binatang, tumbuhan, kosmos, benda mati, tenaga, manusia, dan ke-ada-an. Semua itu dideskripsikan tentang budaya lokal masyarakat Dayak Buket Kabupaten Kutai

10 10 Barat yang tercermin dalam metafora bidang pertanian seperti sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pemerintahan, serta keagamaan dan kepercayaan. Penelitian tentang metafora juga pernah dilakukan oleh Yuli Indarti pada tahun 2008 dalam bentuk tesis. Analisisnya berkaitan dengan metafora pada Kidung Ludruk. Ludruk merupakan sandiwara khas Jawa Timur yang berfungsi sebagai sarana kesenian untuk menampung permasalahan masyarakat kelas bawah yang tidak dapat ditampilkan oleh wayang. Penelitian yang dilakukan menghasilkan sebuah deskrisi mengenai bentuk-bentuk kebahasaan Kidung Ludruk yang terdiri dari tataran fonologi dan tataran sintaksis terdiri dari kata, frasa, kalimat, dan wacana. Selain itu, dideskripsikan pula jenis-jenis metafora berdasarkan medan semantik yang terdiri dari medan semantik fauna, pengalaman sosial, pengalaman moral, dan pengalaman kepercayaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lawe Kerans pada tahun 2005, berupa tesis pada program studi linguistik pascasarjana Univesitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan berkenaan dengan analisis metafora yang terjadi pada Tutu Ukut. Tutu Ukut merupakan salah satu bentuk dari penyampaian sejarah atau riwayat dalam masyarakat Lamalohot Kabupaten Flores Timur dan Lembata Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan kata, frase, kalimat, dan paragraf manakah dalam teks lisan Ukut Raran yang tergantung pada metafora metafora. Selain itu juga dideskripsikan tentang jenis-jenis metafora yang dibedakan menjadi metafora tentang wujud tertinggi, jagat, kampung dan wilayahnya, manusia, barang-barang pusaka dan yang dianggap pusaka, serta angka. Konsep pikiran masyarakat Lamalohot

11 11 berdasarkan metafora dalam tradisi Tutu Ukut juga dideskripsikan dalam penelitian tersebut. Berdasarkan dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian metafora telah banyak dilakukan, akan tetapi sejauh yang diketahui melalui penelusuran pustaka tidak ada yang menjadikan ungkapan bahasa Arab sebagai objek penelitiannya. Sehingga apabila penelitian ini dilakukan maka akan menjadi penelitian yang mampu memberi khazanah baru dalam keilmuan kebahasaan khususnya metafora. 1.7 Landasan Teori 1. Konsep Metafora Kata metafora berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti lebih dan phereon yang berarti memindahkan. Konsep tentang metafora telah ada sejak zaman kuno. Aristoteles mengungkapkan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan untuk menyatakan hal yang umum bagi hal yang khusus, hal yang khusus bagi yang khusus, dan hal yang khusus untuk hal yang umum, atau dengan analogi (Wahab,1991:65). Quintilian menyatakan bahwa metafora adalah ungkapan kebahasaan untuk menyatakan sesuatu yang hidup bagi sesuatu yang hidup lainnya, sesuatu yang hidup bagi sesuatu yang mati, sesuatu yang mati untuk sesuatu yang hidup dan sesuatu yang mati untuk sesuatu yang mati lainnya ( Levin,1977:79), agar tidak terjebak dalam dikotomi umum-khusus dan hidupmati, Wahab (1991:65) menyatakan bahwa metafora meruapakan ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai,

12 12 melainkan dari prediksi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan tersebut. Selain itu terdapat beberapa pandangan tentang konsep metafora. Kridalaksana (2008:152) menyatakan bahwa metafora merupakan pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan. Keraf (2007: 139) berpendapat bahwa metafora termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Menurut keraf, metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Sejalan dengan Keraf dan Kridalaksana, Black (2006:102) menyatakan bahwa metafora digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Metafora sering kali digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak agar lebih bersifat konkret sehingga di dalam metafora terdapat dua buah bidang yaitu bidang yang abstrak dan bidang yang konkret, yang mana kedua bidang tersebut berkorespodensi satu dengan yang lain. Korespodensi tersebut disusun agar tercipta sebuah pemahaman akan bidang atau ranah yang abstrak menjadi lebih konkret (Kovecses, 2003:8). Sejalan dengan Kovecses, Taylor (2003:314) menyatakan bahwa metaphor in seen as a means where by more abstract and intangible areas of experience can be conceptualized in terms of the familiar and concrete. Jadi metafora dapat mengkonsepkan sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret. Sementara itu, Ogden dan Richard (1972:123) menyatakan bahwa methaphor, in the most generale sense is the use of one refrence to agroup of things between which a given relation holds for the purpose of facilitating the discrimination of an analogous relation in another group. Dalam metafora harus terdapat referen yang dibicarakan dan ada sesuatu pembandingnya serta kedua hal

13 13 yang dibandingkan mempunyai sifat yang sama. Sejalan dengan Ogden dan Richard, Knowless dan Moon (2006: 2) menyatakan bahwa when we talk about metaphore, we mean the use of language to refer to something other than what is was originally applied to, or what it literally means, in order to suggest some resemblance or make a connetion between the two things. Metafora dapat didefinisikan sebagai penggunaan bahasa yang merujuk kepada sesuatu yang lain di mana kedua hal tersebut memiliki persamaan. Persamaan di dalam kedua hal yang dibandingkan disebut sebagi ground. Persamaan ini dapat berupa persamaan bentuk, sifat, konsep, maupun emosi. Konsep ground sebagai bagian dari metafora merupakan pemikiran dari teori metafora linguistik. Teori metafora dibagi menjadi dua yaitu metafora linguistik dan metafora konseptual (Kovecses, 2010:4). Kedua teori ini memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat sebuah metafora. Metafora linguistik memandang bahwa suatu metafora terdiri dari tiga elemen yaitu tenor, vehicle, dan ground. Tenor merupakan elemen yang dibagaikan atau dilambangkan. Vehicle merupakan elemen yang melambangkan atau menjadi lambang. Sedangkan ground merupakan persamaan sifat maupun konsep antara tenor dan vehicle. Metafora memiliki tiga elemen pokok di dalamnya (Taylor,2003: 135). Yaitu : 1. Tenor pebanding yaitu konsep, objek yang dideskripsikan, dibicarakan, dikiaskan, dilambangkan, atau dibandingkan. Tenor juga disebut reseptor. 2. Venicle pembanding yaitu konsep yang mendeskripsikan, mengkiaskan, melambangkan tenor. Venicle juga disebut sebagai

14 14 pendonor. Dalam arti venicle merupakan lambang atau kiasan itu sendiri. 3. Ground persamaan yaitu relasi persamaan antara tenor dan venicle. Relasi persamaan ini dapat berupa persamaan objektif seperti bentuk,tempat, sifat, atau kombinasi di antaranya, persamaan emotif, persamaan konsep, persamaan fungsi, dan persamaan sosial dan budaya. Teori metafora konseptual sering disebut sebagai teori metafora kognitif yang dikembangkan oleh para linguis kognitif. Teori metafora konseptual semakin dikenal dengan terbitnya buku metaphor we live by oleh Lakoff dan Jonshon. Lakoff dan Jonshon (1980: 5-7) menamakan konsep abstrak sebagai matafora konseptual. Menurut mereka, metafora konseptual adalah formula metaforis yang bersifat umum yang mengkarakterisasi yang dibandingkan. Selain itu Lakoff (1980) menyatakan bahwa metafora peta kognitif dari suatu ranah pebanding kepada suatu ranah pembanding sehingga menyebabkan pembanding terikat dalam pengalaman fisik spasial melalui ranah pebanding. Hasilnya adalah skemaskema yang menengahi di antara tingkat konseptual dan inderawi dalam ranah pebanding menjadi aktif, dan begitu juga dalam ranah pembanding. Satu skema metafora merupakan satu representasi mental yang mengikat struktur konseptual dari ranah abstrak ke ranah inderawi yang lebih fisikal. Metafora juga berada pada sistem kognitif manusia karena metafora menunjukkan bagaimana pikiran mempersepsi atau membentuk kenyataan. Data dari metafora kenyataan adalah Time is money.

15 15 Dalam Keraf (2007:242) disebutkan bahwa metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang implisit-jadi tanpa kata seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda. Hal ini senada dengan pendapat Dale yang menyebutkan bahwa metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, serupa dalam perumpamaan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat diambil garis besar bahwa metafora adalah gaya bahasa yang menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret dengan perbandingan secara implisit tanpa kata seperti atau bagai. Dan dua hal yang dibandingkan tersebut harus berkorespodensi agar diperoleh pemahaman menyeluruh dan jelas antara hal yang abstrak tersebut dengan sesuatu yang konkret. Korespodensi itu kemudian juga menuntut terhadap sesuatu yang sudah dipahami, atau dengan kata lain pemilihan hal yang konkret untuk hal yang abtrak seharusnya tidak menambah kebingungan dalam menjelaskan hal yang abstrak, Dengan tidak melupakan salah satu unsur pembentuk metafora yaitu tenor, venicle dan ground. Sehubungan dengan tuntutan ini tentu metafora yang digunakan akan dekat dengan kebudayaan atau keseharian dari masyarakat untuk menghasilkan metafora yang konkret dan dapat menjelaskan yang abstrak. 2. Jenis Metafora Haley (1980: ) dan Lunsford (1980: 155) membedakan jenis metafora berdasarkan medan semantiknya. Medan semantik merupkan bagian

16 16 tertentu dari leksikon yang didefinisikan dengan istilah atau konsep umum. Haley dan Lunsford membedakan metafora berdasarkan medan semantik menjadi Sembilan kelompok yaitu : 1. Metafora ke-ada-an (being) Metafora ke-ada-an (being) merupakan metafora ynag meliputi hal-hal yang abstrak, seperti kebenaran dan kasih sayang. 2. Metafora kosmos (cosmos) Metafora kosmos merupakan metafora yang meliputi benda-benda kosmos, seperti matahari dan bulan. 3. Metafora tenaga (energy) Metafora tenaga adalah metafora dengan medan semantik hal-hal yang memiliki kekuatan, seperti angin, cahaya, api, dengan prediksi dapat bergerak. 4. Metafora substansi (substance) Metafora substansi merupakan metafora yang meliputi macam gas dengan prediksi dapat memberi kelembaban, bau, tekanan, dan sebagainya. 5. Metafora permukaan bumi (terrestrial) Metafora permukaan bumi merupakan metafora yang meliputi hal-hal yang terikat atau terbentang di permukaan bumi seperti sungai, laut, gunung, dan sebagainya. Selain itu juga meliputi hal-hal yang berhubungan dengan gravitasi yaitu metafora yang berhubungan dengan segala hal yang jatuh karena gravitasi bumi. 6. Metafora benda mati (object)

17 17 Metafora benda mati merupakan metafora yang meliputi benda-benda yang tidak bernyawa seperti meja, buku, kursi, gelas, dan sebagainya. 7. Metafora kehidupan (living) Metafora kehidupan memiliki prediksi dapat tumbuh. Pada umumnya, metafora kehidupan merupakan metafora yang berhubungan dengan seluruh jenis tumbuh-tumbuhan atau flora seperti daun, sagu, bunga, dan lain sebagainya. 8. Metafora binatang (animate) Metafora binatang merupakan metafora yang berhubungan dengan makhluk organisme yang dapat berjalan, berlari, terbang, dan lain sebagainya seperti kuda, kucing, burung, dan harimau. 9. Metafora manusia (human) Metafora manusia merupakan metafora yang berhubungan dengan makhluk yang dapat berfikir dan mempunya akal. 3. Metafora dan Budaya Metafora erat kaitannya dengan budaya yang melingkupinya. Pada dasarnya, metafora terbentuk karena adanya interaksi antara pengalaman manusia dan budaya. Metafora yang terdapat dalam suatu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Hal ini tergantung pada konsep pemikiran setiap masyarakatnya. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui makna sebenarnya dari suatu metafora, seseorang harus mengetahui konteks budaya di mana metafora tersebut muncul. Hal tersebut sejalan dengan Lyons (1996: ) yang berpendapat bahwa untuk mngetahui apakah suatu ungkapan hanya bermakna harfiyah saja atau bermakna metaforis dibutuhkan konteks dan situasi pembicaraan.

18 18 Wahab (1991:85) membedakan metafora menjadi dua jenis yaitu metafora universal dan metafora kultural. Metafora universal memiliki medan semantik yang sama di seluruh budaya baik lambang kias maupun makna yang dimaksudkan. Sedangkan metafora kultural adalah metafora yang memiliki medan semantik untuk lambang dan makananya terbatas pada satu budaya saja. Pola-pola konseptual masyarakat di dalam berfikir pun tercermin dari metafora-metafora kultural yang tercipta pada masyarkat tersebut. Oleh sebab itu, daerah dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki metafora yang berbeda pula yang disebabkan konsep-konsep yang dihasilkan terbentuk dari budaya yang berbeda. Metafora kultural ini pada setiap budaya yang berbeda akan memiliki medan semantik yang berbeda pula. 1.8 Metode Penelitian.Penelitian yang digunakan merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berarti penelitian ini akan memberikan deskripsi dan eksplanasi atas gejala-gejala kebahasaan yang muncul (Mahsun, 2007:257). Penelitian kualitatif merujuk pada penelitian yang temuantemuannya tidak didapat berdasarkan prosedur statistik atau alat kuantifikasi lain. Penelitian kualitatif dapat meneliti kehidupan, cerita, perilaku, atau hubungan interaksional seseorang. Datanya dapat diubah dalam bentuk kuantitatif seperti halnya sensus, tetapi analisis dan interpretasinya kualitatif. Data kualitatif lazim diperoleh lewat berbagai teknik seperti observasi, wawancara, buku-buku, dan video (Alwasilah, 2005: 51-52). Berdasarkan teori tersebut peneliti menggunakan teks bahasa yang didapat dengan observasi dari buku-buku dan juga internet

19 19 tentang metafora perempuan dalam bahasa Arab. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian data Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah teknik simak bebas cakap. Data penelitian diperoleh dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses penggunaan bahasa. Jadi dalam teknik ini peneliti tidak melibatkan diri dalam menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati (Sudaryanto via Kesuma, 2007: 44). Pengumupulan data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa secara tertulis. Dan teknik dasar yang digunakan peneliti adalah teknik catat, yaitu mencatat, mengkategorisasikan, dan mengklasifikasikan data yang diperoleh (Mahsun,2005: 133). Peneliti hanya ingin mencari data yang lengkap secara tipikal. Jadi data yang akan dimasukkan adalah data bahasa berupa teks bahasa Arab yang hanya membicarakan perempuan dalam bentuk metafora Metode Analisis Data Analisis data dilaksanakan sesudah data yang terjaring diklarifikasi, yaitu dengan membatasi data sesuai dengan tipikal yang diinginkan. Analisis data merupakan upaya peneliti menangani masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto via Kesuma, 2007:47). Penanganannya tampak dari adanya tindakan mengamati, membedah, dan mengurai, dan memorakkan masalah yang bersangkutan dengan cara tertentu.

20 20 Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode agih atau metode distribusional. Metode agih adalah metode analisi data yang alat penentunya didalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 2009 : 21). Jadi kalau yang diteliti adalah satuan lingual dalam bahasa Indonesia maka alat penentunya adalah satuan lingual yang ada dalam bahasa Indonesia. Dan dalam penelitian ini data satuan lingual yang diteliti dan alat penentunya adalah metafora perempuan dalam Bahasa Arab Dengan metode agih, peneliti kemudian akan menggunakan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik dasarnya. Teknik analisis data dengan cara membagi sutau konstruksi menjadi beberapa bagian dan bagian-bagian itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Jadi dengan teknik ini, segala data yang nanti diperoleh akan dibagi dalam beberapa bagian untuk menemukan unsur yang membentuk konstruksi yaitu bagian yang membentuk metafora. Di penelitian ini data yang telah kami peroleh akan kami bagi menjadi beberapa bagian untuk menemukan unsur penting yang membentuk konstruksi, karena objek kajiannya adalah metafora. Maka segala bentuk metafora akan kami kelompokan beradasarkan jenisnya. Kata-kata yang sudah dikelompokkan kemudian dianalis unsur pebanding (tenor), pembanding (vehicle), dan persamaannya (ground). Selanjutnya data ini akan kami telusuri kaitannya dengan budaya masyarakat. Penelitian ini akan menentukan apakan metafora yang ada merupakan metafora universal atau metafora kultural. Dan apabila kultural peneliti akan mengkomparasikannya dengan budaya setempat sehingga dapat

21 21 menjelaskan dengan detail makna yang dimaksud oleh metafora-metafora yang membentuk ungkapan populer tentang perempuan tersebut Metode Penyajian Hasil Analisis Data Tahap akhir penelitian ini dalah tahap penyajian hasil analisis data. Dalam tahapan ini, akan disajikan hasil analisis data yang menunjukkan penggunaan metafora dalam ungkapan populer bahasa Arab tetang perempuan. Penyajian data akan disajikan dalam bentuk informal yaitu perumusan hasil analisis akan dirumuskan dengan kata-kata tanpa adanya perumusan berbentuk tanda atau simbol. 1.9 Sistematika Penelitian Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I berjudul pendahuluan berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,dan sitematika penyajian. Pada Bab II peneliti menyajikan hasil analisis mengenai bentuk dari data metafora perempuan yang diperoleh berdasarkan bentuk kebahasaannya. Pada Bab III berisi deskripsi jenis-jenis metafora yang ditemukan berdasarkan medan maknanya. Dan dalam Bab IV berisikan penjelasan terhadap nilai-nilai yang dikandung oleh metafora-metafora tersebut dalam sebuah kategori-kategori garis besar pesan yang terkandung pada metafora tersebut. Dan Bab V penutup yang berisikan kesimpulan dan saran peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Untuk mempertanggungjawabkan suatu karya ilmiah

Lebih terperinci

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola menjadi cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain pertandingannya yang menarik terdapat pula fenomena bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI)

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) Eka Susylowati, SS, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Metafora merupakan penggunaan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian emosi telah dilakukan di banyak bahasa, baik dari bidang psikologi maupun linguistik. Penelitian tentang emosi dari bidang bahasa menarik, karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan

BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan penghias retorika yang mempermasalahkan bentuk bahasa yang tidak biasa jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lagu merupakan media universal yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna sebagai implementasi ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Teori Metafora Klasik Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di Injil ketika Adam dan Eva memakan buah terlarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Felicia (2001), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, baik itu tanda diluar rumah, dalam rumah, maupun dilingkungan sekitar. Namun manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran terpenting di sekolah yang pada dasarnya tidak hanya menekankan siswa untuk mampu berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan, serta perasaan yang dimiliki oleh para penuturnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan, serta perasaan yang dimiliki oleh para penuturnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini tidak terlepas dari fungsi bahasa sebagai media untuk menyampaikan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik Indonesia. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian metafora merupakan analogi atau perbandingan suatu yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang lainya. Sebagai contoh sifat manusia yang dianalogikan atau diperbandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk menarik perhatian pembaca, judul-judul berita pada surat kabar, tabloid, atau majalah sering dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam linguistik terdapat kajian khusus mengenai makna yang dikenal dengan Semantik. Semantik adalah ilmu tentang makna. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembang macapat merupakan tembang atau puisi tradisional berbahasa Jawa (Tofani, 1995: 93). Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian secara umum, bahasa merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap yang dikeluarkannya akan memunculkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dengan segala keberagaman yang ada di dalamnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dengan segala keberagaman yang ada di dalamnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa dengan segala keberagaman yang ada di dalamnya merupakan anugrah Tuhan kepada hamba-nya. Salah satu fungsi bahasa sebagai media komunikasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala hal yang dilakukan seseorang tak terlepas dari bagaimana ia memaknai tindakannya, begitu pula dalam berkomunikasi yang menjadikan bahasa sebagai kunci pokoknya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan masyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Metafora tidak terbatas menyangkut pada sebuah gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat dekat dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh : TYAS PUJI PRAMESTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat. Dengan bahasa seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain, serta menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa kiasan atau majas untuk mengungkapkan, menyetujui, menggambarkan suatu hal secara tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. Pada kehidupan sehari-hari, manusia seringkali membandingkan suatu hal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. Pada kehidupan sehari-hari, manusia seringkali membandingkan suatu hal dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. 1.2 Latar Belakang Masalah Perbandingan merupakan suatu hal yang kerap dilakukan oleh manusia. Pada kehidupan sehari-hari, manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan digambarkan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah yang terdiri dari identifikasi masalah penelitian dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut A. Desaian Penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut Tuturan Komentator Indonesia Super League Musim 2013-2014 Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pengguna bahasa itu sendiri. Berdasarkan observasi yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat dalam komunikasi dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem komunikasi merupakan alat untuk mengekspresikan pikiran kita, perasaan kita, dan pendapat kita. Tentunya ketika berbicara kepada seseorang tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Nama Judul : Endang Dwi Suryawati : Kemetaforaan dalam lirik lagu dangdut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roman Jacobson (dalam Tarigan, 1987:11) menyebutkan dua fungsi bahasa, yaitu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis akan memaparkan penelitian terdahulu, konsep dan landasan teori. Tinjauan pustaka mencakup penelitian sebelumnya, konsep berkaitan dengan variabel-variabel

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam bahasa politik Nelson Mandela, penulis banyak menemukan penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan metaforis linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Vehaar (1999: 14) mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sosiolinguistik.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci