Kata Kunci: Taksiran berat badan janin, metode klinik, metode ultrasonografi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: Taksiran berat badan janin, metode klinik, metode ultrasonografi."

Transkripsi

1 PERBANDINGAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN METODE KLINIK DAN ULTRASONOGRAFI PADA KEHAMILAN ATERM (REVIEW LITERATUR) Kiki Tazkiyah Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung Jalan Sederhana No. 2 Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Kota Bandung ktazkiyah@gmail.com ABSTRAK Ketepatan taksiran berat badan janin pada saat usia kehamilan aterm sangat penting dalam membuat keputusan klinik selama kehamilan dan persalinan. Hal tersebut juga mempengaruhi asuhan yang akan diberikan bidan kepada kliennya, terutama dalam hal konseling, menentukan diagnosa, dan perencanaan persalinan. Terdapat dua metode yang digunakan dalam menghitung taksiran berat badan janin, yaitu metode klinik dan metode ultrasonografi (USG). Metode klinik terdiri dari metode dengan perabaan (maneuver Leopold), faktor risiko klinik, maternal self estimation, dan persamaan perhitungan taksiran berat badan janin memiliki. Kelebihannya mudah, sederhana, dan murah. Akan tetapi ketepatannya dinilai lebih subjektif. Metode USG terdiri dari beberapa rumus, yaitu Hadlock s formula, Sephard s formula, dan Aoki s formula. Kelebihan metode USG antara lain ; lebih akurat dalam menaksir berat badan janin <2500 gram dan > 3000 gram, dapat mengidentifikasi adanya kelainan pada janin, dapat mengidentifikasi posisi janin, lokasi plasenta, serta jumlah janin. Penelitian menunjukkan bahwa keakuratan metode klinik sama dengan USG pada kehamilan aterm yang normal. Metode klinik dapat digunakan sebagai deteksi dini adanya pertumbuhan janin yang abnormal. Metode USG lebih baik digunakan bagi kehamilan dengan penyulit serta untuk memantau kesejahteraan janin. Kata Kunci: Taksiran berat badan janin, metode klinik, metode ultrasonografi. PENDAHULUAN Berat lahir merupakan parameter penting bagi morbiditas dan mortalitas neonatus. Oleh karena itu, keakuratan taksiran berat badan janin merupakan hal yang penting untuk menentukan manajemen kebidanan yang lebih lanjut. Berat lahir rendah dan berat badan janin yang berlebihan pada persalinan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi neonatal selama persalinan dan nifas (Saqib, 2008). Selama 10 tahun terakhir, penaksiran berat janin telah masuk ke dalam penilaian standar kehamilan dan persalinan berisiko tinggi. Misalnya, asuhan pada kehamilan dengan diabetes, persalinan pervaginam setelah operasi Caesar, dan asuhan pada persalinan sungsang adalah contoh kelahiran yang sangat dipengaruhi oleh perkiraan berat janin (Shittu, 2007). Taksiran berat badan janin sangat penting dalam membuat keputusan klinik

2 selama kehamilan dan persalinan. Hal ini membantu bidan memprediksi adanya kemungkinan penyulit kehamilanpersalinan seperti gangguan pertumbuhan bayi, makrosomia (bayi besar), CPD (Cephalopelvic disproportion) ketika kemajuan persalinan buruk, ataupun deteksi dini kemungkinan adanya distosia bahu (Buchmann, 2009). Penaksirkan berat janin merupakan salah satu tugas yang penting bagi bidan maupun praktisi lainnya untuk dapat memprediksi salah satu kesulitan persalinan yang akan dialami oleh ibu hamil atau upaya apa yang bisa dilakukan oleh bidan jika terjadi masalah pada bayi yang baru lahir, sehingga dengan diketahuinya perkiraan berat bayi lahir bidan akan dapat melakukan persiapan persalinan lebih baik. Upaya pendeteksian berat janin baru lahir yang selama ini dipakai dengan menggunakan pendekatan taksiran berat janin berdasarkan metode klinik dan Ultrasonografi.Meskipun berdasarkan literatur yang sudah ada, tidak ada metode yang paling akurat dalam menghitung taksiran berat badan janin (Santjaka, 2011). Taksiran berat badan janin dengan palpasi abdomen (menggunakan manuver Leopold) bersifat subjektif dan sulit untuk diajarkan, terutama bagi bidan dan dokter muda.lain halnya dengan metode klinik untuk perhitungan taksiran berat badan janin dengan pengukuran tinggi fundus dan lingkar perut ibu bersifat lebih objektif dan mudah untuk diajarkan (Tarloni, 2008). Beberapa penelitian menilai bahwa perhitungan taksiran berat badan janin diperoleh dari pengukuran TFU lebih akurat dibandingkan dengan taksiran menggunakan USG (Tarloni, 2008) Oleh karena itu, penulis ingin membahas lebih dalam mengenai Perbandingan Taksiran Berat Badan Janin Menggunakan Metode Klinik dan Ultrasonografi Pada Kehamilan Aterm (Review Literatur). METODE Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah berupa review literatur dari beberapa jurnal internasional yang sudah dipublikasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Taksiran Berat Badan Janin Perhitungan taksiran berat badan janin sangat penting bagi bidan untuk membuat keputusan klinik selama kehamilan dan persalinan. Hal ini membantu bidan dalam memprediksi adanya kemungkinan penyulit kehamilan, seperti pertumbuhan janin terhambat, makrosomia. Ketika masa persalinan dikhawatirkan adanya penyulit seperti cephalopelvic disproportion (CPD) atau kemungkinan adanya distosia bahu pada kala II. Keakuratan taksiran berat badan janin sangat mempengaruhi asuhan kebidanan yang akan diberikan. Contohnya pada kehamilan dengan IUGR atau makrosomia, rencana persalinan pervaginam bagi ibu dengan riwayat sesar, dan rencana persalinan bagi kehamilan dengan presentasi sungsang. Hal ini berpengaruh terhadap konseling yang akan diberikan bidan pada klien, penentuan diagnosa kehamilan, dan persiapan persalinan klien. Diharapkan dengan diketahuinya taksiran berat badan janin ini, bidan dan klien dapat mempersiapkan rencana persalinan dengan lebih baik. Selain itu, taksiran berat badan janin juga dapat digunakan sebagai parameter kesejahteraan janin, yaitu pertumbuhan dan perkembangan janin. Sehingga perhitungan taksiran berat badan janin dapat dilakukan pada akhir trimester II dan trimester III.

3 Perhitungan taksiran berat badan janin dapat dihitung dengan menggunakan metode klinik, seperti pengukuran TFU, lingkar perut, atau dengan metode ultrasonografi (USG). B. Metode Perhitungan Taksiran Berat Badan Janin Terdapat dua metode dalam menghitung taksiran berat badan janin, yaitu metode klinik dan metode USG. Masing-masing dari kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam menghitung keakuratan dari masing-masing metode. 1. Metode Klinik Metode klinik merupakan metode lama yang diharapkan dapat memprediksi berat badan janin. Sebelum adanya metode USG, pemeriksaan manual terhadap perut ibu merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk menentukan taksiran berat badan janin. USG tidak selalu tersedia di tempat pelayanan dasar, belajar mengenai taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik dianggap perlu. Karena prediksi berat badan lahir seperti ini akan membantu bidan dalam membuat asuhan yang tepat untuk ibu hamil di lingkungannya (Ugwu, 2014). Metode klinik antara lain: penaksiran berat badan janin dengan sentuhan (maneuver Leopold); faktor risiko klinik; maternal self estimation ; dan persamaan perhitungan taksiran berat badan janin. a. Penaksiran berat badan janin dengan perabaan (manuver Leopold) Taksiran berat badan janin dengan metode sentuhan merupakan teknik tertua dalam menentukan berat badan janin. Satu penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa sensitivitas palpasi klinik untuk mengidentifikasi berat badan janin dibawah 2500 gram hanya 17%, dihubungkan dengan nilai prediksi positif 37%. Pada batas tertinggi dari berat badan janin, dua penelitian menunjukkan nilai prediksi positif palpasi klinik untuk memprediksi berat badan janin lebih besar dari 4000 gram sebesar 60-63%, dengan tingkat sensitivitas 35-54%. Untuk itu, keakuratan kedua penelitian sebelumnya tidak bergantung pada latihan dari petugas, meskipun ada beberapa penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa kemampuan dokter residen (obgin) lebih baik daripada mahasiswa kesehatan dalam memprediksi berat badan janin. Untuk janin yang lebih dari 4000 gram rata-rata eror berat lahirnya berkisar gram. Menurut Nahum (2013), beberapa penelitian menunjukkan bahwa keakuratan dari palpasi klinik buruk untuk berat badan janin <2500 gram, dengan rata-rata presentasi eror + 13,7 19,8%. Hanya 40-49% berat badan janin dibawah 2500 gram yang dapat diprediksi menggunakan palpasi klinik. Ketika berat badan janin <1800 gram, keakuratan taksiran berat badan janin akan lebih berkurang, dengan lebih dari setengah prediksi eror, yaitu >450 gram (+ 25%). Taksiran berat badan janin dengan menggunakan palpasi klinik memperlihatkan kekakuratannya dalam 85% kasus, yaitu kekeakuratannya dalam +500 gram, metode ini lebih akurat pada kehamilan aterm dibandingkan pada

4 kehamilan preterm dan janin makrosomia (Ashrafganjooei, 2010). b. Faktor risiko klinik Metode ini merupakan penaksiran kuantitatif pada faktor risiko klinis yang terdapat pada ibu dan telah terbukti berpengaruh dalam memprediksi berat badan janin (Sharma, 2014). Dalam kasus makrosomia janin, adanya faktor risiko, seperti diabetes mellitus pada ibu, kehamilan posmatur, obesitas, berat badan kehamilan> 20 kg, usia ibu> 35 tahun, tinggi ibu> 5ft 3 inci, multiparitas, jenis kelamin janin laki-laki dan ras kulit putih harus ditambahkan. Dalam status sosial ekonomi diperkirakan berat badan lahir rendah, berat badan ibu hamil rendah, infeksi janin, malformasi kongenital, kelainan kromosom, paparan teratogenik, anemia maternal, sindrom antibodi fosfolipid dan gangguan kesehatan kehamilan lainnya harus disebutkan (Sharma, 2014). c. Maternal self estimation Beberapa literatur menyebutkan bahwa penaksiran berat badan janin dengan maternal self estimation pada wanita multipara menunjukkan keakuratan. Pada suatu penelitian, wanita multipara diminta untuk memprediksi berat badan lahir sang janin. Mereka memprediksi apakah janinnya lebih besar atau lebih kecil dari kehamilan sebelumnya. d. Persamaan perhitungan taksiran berat badan janin. Taksiran berat badan janin dengan mengukur TFU dan lingkar perut lebih objektif, mudah dipelajari, dan dapat digunakan berulang kali. Beberapa metode persamaan perhitungan berat badan janin secara sederhana antara lain : 1) Dare s formula Rumus ini dihitung berdasarkan ukuran lingkar perut dikali TFU, hasilnya didapatkan berat badan janin dalam gram (Ratwani, 2014) Pengukuran lingkar perut (Abdominal girth/ag) menggunakan pita pengukur yang dilingkarkan ke perut ibu tepat diatas pusar, tanpa memberikan tekanan yang berlebihan atau terlalu ketat.(kamari, 2010). Tinggi Fundus Uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas tulang kemaluan (simfisis os pubis) ke puncak rahim (fundus). (Ratwani,2014). Pengukuran lingkar perut ibu hamil bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan dan besarnya kehamilan yang disesuaikan dengan usia kehamilan, misalnya kehamilan kembar, air ketuban berlebih, dan bayi besar (Lesthama, 2014). Menurut Mortazavi (2010), sejak diketahui berat badan janin mempengaruhi lingkar perut, prediksi berat badan janin menggunakan lingkar perut mulai digunakan. Dare s formula merupakan rumus taksiran berat badan janin dengan cara mengalikan TFU dan lingkar perut pada kehamilan aterm. Shittu (2007) membandingkan Dare s formula dan USG dalam memprediksi taksiran berat badan janin, hasilnya Dare s formula sama baiknya dengan USG, kecuali pada beart janin <2500 gram. Zagami, dkk (2010) menyatakan bahwa taksiran berat badan janin dengan Dare s formula memiliki rata-rata eror sebesar 224 gram. 2) Johnson s formula Rumus ini dihitung berdasarkan TFU dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali 155 didapatkan berat badan janin

5 dalam gram (Santjaka, 2011). Sebelumnya klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih, kemudia tidur terlentang untuk menghitung TFU dengan menggunakan pita pengukur. Koreksi bagi ibu yang obesitas telah dipecahkan dengan menambahkan 1cm dari pengukuran TFU. Terdapat perbedaan pendapat untuk penentuan nilai N. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa besar nilai N adalah 11, 12, atau 13. Adapun yang menyebutkan bahwa nilai N hanya 11 dan 12. Di Thailand, besar nilai N yang digunakan adalah 11 dan 12. Menurut Kavitha, dkk (2014) Johnson s formula hanya digunakan pada kehamilan normal, yakni pada janin dengan presentasi kepala. Formula ini tidak dapat digunakan pada presentasi bokong atau pada malpresentasi lainnya. Sensitivitas dari metode ini sebesar 86% dan spesifitasnya sebesar 59%. Sedangkan untuk USG memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, yaitu 93% dan spesifitasnya 71%. Ketika dibandingkan antara metode klinik dan USG, sensitivitas dan spesifitas USG lebih baik daripada metode klinik. Menggunakan Johnson s formula, 47% kasus dapat ditaksir dalam +10% dari berat lahir aktual. Pada kasus polihidramnion dan oligohidramnion, taksiran berat badan janin menjadi berlebih ketika cairan adekuat. Obesitas pada ibu juga menyebabkan taksiran yang berlebih pada berat badan janin. Johnson s formula kurang akurat ketika berat badan lahir <2500 gram, keakuratan metode ini meningkat ketika berat badan janin dalam kisaran gram. Kelebihan dari metode klinik antara lain, sederhana, mudah, dan tidak membutuhkan banyak biaya. Namun metode ini dinilai bersifat subjektif, khususnya berhubungan dengan kesalahan prediksi, karena pemeriksaan fisik hanya dilakukan secara umum dan kurang akurat bagi beberapa kondisi ibu dan janin. Contohnya pada kondisi olihidramnion atau polihidramnion, obesitas pada ibu, atau IUGR 2. Metode Ultrasonografi Ekspektasi awal pada metode ini adalah dapat dijadikan standar yang objektif untuk mengidentifikasi janin dari ukuran yang abnormal pada usia kehamilan. Namun, akhir-akhir ini diketahui dengan penelitian prospektif bahwa taksiran dengan USG tidak lebih baik dari metode klinik (Sharma, 2014). Ketersediaan USG masih sangat terbatas. Di puskesmas atau BPM, terutama di daerah pedesaan USG umunya tidak tersedia.selain belum banyak tersedia, biaya pemakaian dan perawatan alat ini relatif mahal. USG pada trimester III dapat diketahui keadaan janin, yaitu taksiran berat badan janin, letak plasenta, jumlah air ketuban serta adanya lilitan tali pusat. Informasi tersebut dapat membantu rencana proses persalinan. Perhitungan taksiran berat badan janin dalam USG biasanya menggunakan kombinasi algoritma janin, seperti diameter biparietal, lingkar abdomen, dan panjang tulang paha.

6 a. Diameter biparietal (biparietal diameter/bpd) Gambar 3a dan b. Pengukuran diameter biparietal(bpd). (a) pengukuran BPD dengan USG ; (b) Metode dalam mengukur BPD. (Singkatan : T, thalamus; F, falx; CSP, cavum septum pellucidum; CP, choroid plexus) b. Lingkar abdomen (abdominal circumference/ac) Gambar 4a dan b : Pengukuran lingkar abdomen (AC). (a) pengukuran AC dengan USG; (b) metode mengukur AC (Singkatan : LPV, left portal vein; SP, spine; S, fetal stomach) c. Panjang tulang paha (femur length/fl) Gambar 5a.b: Pengukuran Panjang tulang paha. (a) Pengukuran FL dengan USG transvaginal; (b) Metode mengukur FL (Singkatan : DFE, distal femoral epiphysis) Terdapat beberapa rumus perhitungan taksiran berat badan janin daengan menggunakan USG, antara lain Hadlock s formula, Sephard formula, Aoki s formula, atau Campbell formula. Rumus yang paling umum dan digunakan secara luas adalah Hadlock s formula. Hadlock s formula menggunakan 4 (empat) biometrik janin, yaitu BPD, HC, AC, dan FL.Perhitungan dengan rumus tersebut lebih akurat daripada rumus lainnya. Karena, banyaknya pengukuran biometrik janin memperlihatkan seberapa besar keakuratannya. Menurut Kumara (2009) pada penelitiannya di Sri Lanka, Hadlock s formula merupakan metode dengan keakuratan tertinggi dibanding dengan metode pengukuran taksiran berat badan janin lainnya.sedangkan Campbell s formula merupakan metode yang paling rendah korelasinya antara taksiran berat badan janin dan berat badan lahir. Meskipun Hadlock s formula diperoleh dari populasi masyarakat Amerika, rumus ini dapat digunakan pada masyarakat Asia Tenggara. Sri Lanka telah melakukan penelitian yang sama dan mendapatkan hasil yang sama (Kumara, 2009). Kelebihan metode ini adalah dapat mengidetentifikasi kelainan janin, USG dapat mengidentifikasi posisi janin, lokasi plasenta, dan jumlah janin, serta perhitungan dimensi secara linear dan/atau planar yang dapat diartikan bahwa metode ini objektif. Namun, ketersediaan alat yang terbatas, penggunaannya membutuhkan biaya yang cukup besar (mahal) dan dibutuhkan pelatihan bagi kesehatan dalam mengoperasikan alat tersebut. C. Perbandingan Taksiran Berat Badan Janin Menggunakan Metode Klinik dan Ultrasonografi Metode klinik dan metode USG

7 merupakan metode yang paling umum digunakan dalam memprediksi berat badan janin. Kedua metode tersebut telah ditinjau secara luas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua metode tersebut dalam memprediksi berat badan janin. Meskipun USG umum digunakan dalam memprediksi berat badan janin, USG tidak selalu tersedia pada setiap tempat pemeriksaan (Levin, et al 2011). Masing-masing metode perhitungan taksiran berat badan janin memiliki keterbatasan dan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda, Contohnya, jumlah cairan amnion, berat badan ibu, ukuran bayi, usia kehamilan, akan mempengaruhi keakuratan taksiran berat badan janin. Menurut penelitan yang dilakukan oleh Akinola S. Shittu,dkk pada tahun 2007, taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik memiliki keakuratan yang sama dengan menggunakan metode USG, kecuali pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Keakuratan paling tinggi dengan menggunakan metode klinik diperoleh pada rentang berat badan 2500 gram 4000 gram. Untuk itu, ketika ditemukan berat badan janin yang kurang dari 2500 gram dengan metode klinik maka pemeriksaan menggunakan USG sangat dianjurkan untuk prediksi yang lebih baik serta untuk menilai kesejahteraan janin. Penelitian Maria Tarloni, dkk (2008) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian. Akinola (2007). Penelitian tersebut menunjukkan metode klinik dengan metode USG memiliki keakuratan yang sama dalam mempredikisi berat badan lahir sebenarnya (+ 10%). Metode klinik memprediksi berat badan janin sama akuratnya dengan USG, dengan rata-rata meleset gram dan presentasi eror sebesar 10-15% pada kelahiran dengan berat bayi gram. Metode klinik dapat digunakan secara rutin dalam menetukan taksiran berat badan janin. Sedangkan USG dapat digunakan untuk mencurigai adanya IUGR atau makrosomia. Asrafganjooei, dkk (2010) melakukan penelitian pada 246 wanita multipara pada kehamilan aterm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifitas USG sebesar 12,6% dan 92,1%, palpasi klinik sebesar 12,6% dan 92,1%, dan maternal self estimation sebesar 6,3% dan 98%. Taksiran berat badan janin dengan metode klinik keakuratannya sama dengan USG pada kehamilan aterm dalam beberapa minggu sebelum persalinan. Wanila multipara lebih akurat dalam memprediksi berat lahir daripada metode klinik atau USG. Malik, dkk (2012) menyatakan bahwa taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik sama akuratnya dengan USG dan cukup baik untuk memprediksi berat lahir. Karena metode tersebut memiliki sensitivitas dan nilai prediksi negatif yang tinggi. Abdulrazak, dkk (2013) menyatakan bahwa taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik terbukti relatif lebih akurat dan sebanding dengan USG.Penelitiannya terbukti bahwa metode klinik lebih baik dari USG ketika berat badan lahir lebih dari 3 kg. Ia juga mengamati bahwa Johnson s formula tidak terlalu akurat jika taksiran berat badan janin <3000 gram, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara taksiran berat badan janin dengan berat badan lahir sebenarnya, hal tersebut pernah diungkapkan oleh Numpraset, yang menyebutkan bahwa Johnson s formula tidak cukup akurat pada bayi kecil usia kehamilan (berat <2500 gram).

8 Penelitian tersebut dilakukan pada 100 wanita dengan kehamilan normal, presentasi kepala, jumlah cairan amnion normal, dan pada janin tunggal. Menurut Sharma, dkk (2014) perhitungan taksiran berat badan janin dengan metode klinik dapat digunakan di negara berkembang. Metode klinik telah digunakan secara luas karena sederhana, murah, dan mudah digunakan oleh bidan. Akan tetapi, metode tersebut kurang akurat pada kasus obesitas pada ibu hamil dan kasus polihidramnion. USG digunakan untuk mendeteksi adanya aliran darah yang abnormal pada kasus IUGR dan mendeteksi makrosomia. Menurut Ratwani, dkk (2014), taksiran berat badan janin dengan metode klinik jauh lebih mudah dan dapat diandalkan daripada metode USG. Terutama di negara berkembang atau di negara dengan jumlah penduduk terbanyak di pedesaan. Karena ketersedian USG tidak selalu ada di setiap tempat praktik dan biaya penggunaan serta perawatan USG yang relatif mahal. Ugwu (2014) menyatakan bahwa secara umum metode USG merupakan alat prediksi berat badan janin yang lebih baik daripada metode klinik. Penelitian dilakukan secara prospektif cross sectional pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal di klinik University of Nigeria Teaching Hospital pada tanggal 1 April November 2012.Akan tetapi, metode klinik harus digunakan sebagai metode alternatif ketika USG tidak tersedia di tempat pelayanan kesehatan, karena metode klinik pun memiliki korelasi yang kuat dengan berat badan lahir. Oleh karena itu, di negara berkembang seperti Indonesia, metode klinik dapat diandalkan sebagai metode perhitungan taksiran berat badan janin. Selain itu, taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik lebih cocok bagi kehamilan normal. Namun diharapkan dapat menjadi acuan sebagai deteksi dini adanya masalah pada janin, contohnya IUGR atau makrosomia. USG dapat digunakan pada kehamilan normal, akan tetapi lebih disarankan USG digunakan pada kehamilan dengan adanya penyulit atau adanya pertumbuhan abnormal pada janin. Penggunaan USG juga bermanfaat untuk menilai kesejahteraan janin. PENUTUP A. SIMPULAN 1. Terdapat dua jenis metode perhitungan taksiran berat badan janin, yaitu metode klinik (melalui sentuhan, manuver Leopold; faktor risiko klinik; maternal self estimation; dan persamaan perhitungan taksiran berat badan janin) dan metode USG (Hadlock s formula, Sephard s formula, Aoki s formula, dan Campbell s formula). 2. Kelebihan metode klinik antara lain sederhana, mudah, murah, dan dapat menjadi alat deteksi dini adanya pertumbuhan abnormal pada janin. Sedangkan kekurangannya metode ini dinilai subjektif dan tidak akurat pada beberapa kasus seperti polihidramnion atau obesitas pada ibu. Untuk metode USG dinilai lebih objektif dan alat yang sangat baik untuk mengkaji perkembangan janin, USG dapat mengidentifikasi posisi janin, lokasi plasenta, dan jumlah janin. Namun, ketersedian USG masih sangat

9 terbatas terutama pada pelayanan kesehatan dasar, dibutuhkan keahlian dalam penggunaannya, serta biaya pemakaian dan perawatan USG yang cukup mahal. 3. Taksiran berat badan janin dengan menggunakan metode klinik sama akuratnya dengan USG rutin di kehamilan normal pada kehamilan aterm. Akan tetapi, USG lebih akurat dalam menilai kesejahteraan janin dan memeriksa adanya pertumbuhan janin yang abnormal. B. SARAN 1. Untuk praktisi kebidanan : a. Taksiran berat badan janin lebih diperhatikan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas nenonatal dengan cara menghitung berat badan janin setiap kali asuhan antenatal pada akhir trimester II sampai trimester III baik dengan metode klinik maupun dengan metode USG. b. Bidan lebih memperhatikan adanya pertumbuhan yang abnormal pada janin dengan pengukuran taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik, kemudian dapat divalidasi menggunakan USG. 2. Untuk Institusi : Sebagai bahan pembelajaran perkuliahan mengenai taksiran berat badan janin dengan berbagai metode. DAFTAR PUSTAKA. (2013). Comparison of Clinical Methods and Ultrasound for Prediction of Expected Fetal Weight With True Birth Weight in Term Pregnancies - A Prospective Study.Disertasi, Jawaharlal Nehru Medical College. Abdulrazak, H. et. al. (2013). Fetal Body Weight: How Far the Clinical and Sonographic Estimations Can Coincide and their Correlation with the Actual Birth Weight. 2. Ashraffganjooei, T, et al. (2010). Accuracy of Ultrasound, Clinical, and Maternal Estimates of Birth Weight in Term Women. 16. Eastern Mediterranean Health Journal. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Online. Tersedia di kbbi.web.id diakses tanggal 14 Juli Baert, A.L dan K. Sartor. (2002). Perinatal Imaging From Ultrasound to MR Imaging. (F. E. Avni, Ed.) New York: Springer- Verlag Berlin Heidelberg. Tersedia di books.google.co.id diakses tanggal 24 Mei Baskett, Thomas, et al. (2014). Munro Kerr's Operative Obstetrics. Elsevier. Tersedia di diakses tanggal 24 Mei Belden, M. (2011). Obstetrics and Gynecology: A Competency- Based Companion. Elsevier. Tersedia di diakses tanggal 24 Mei Buchmann, Eckhart dan Karabo Tlale. (2009). A Simple Clinical

10 Formula for Predicting Fetal Weight in Labour at Term - Derivation and Validation. South African Medical Journal: Cape Town. Cunningham, F.Gary, et.al. (2009). Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC. Curti, Alessandra, et al/. (2013). Symphisis-fundal height at term: A new birth weight predictive equation. International Journal of Nursing and Midwifery, Gabbe, Steven, et al. (2012). Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies. Elvisier. Tersedia di diakses tanggal 24 Mei Hobbins, J. C. (2008). Obstetrics Ultrasound: Atristry in Pregnancy. Massacusetts: Blackwell Publishing. Ida. (2012). Manfaat USG Saat Hamil. Tersedia di oflife.blogspot.com diakses tanggal 14 Juli Kamari, Anupama, et. al. (2013). Comparative Study of Various Methods of Fetal Weight Estimation In Term Pregnancy. Journal of South Asian Federation of Obstetrics and Gynaecology, Kavitha, et.al. (2014). A Comparative Study of Fetal Weight Estimation Using Ultrasound and Johnson's Formula and Its Correlation With Actual Birth Weight. 3 (2). International Journal of Scientific Research: Khammam. Kumara, D. M. A. dan Hemantha Parera. (2009). Evaluation of Six Commonly Used Formulae for Sonographic Estimation of Fetal Weight In A Sri Lanka Population.Sri Lanka Journal of Obstetrics and Gynaecology, Lesthama, Dhely. (2014). Kenapa Lingkar Perut Ibu Hamil Perlu Diukur?. Tersedia di diakses tanggal 14 Juli Levin, Ishai, et.al. (2011). Clinical Estimation of Fetal Weight: Is Accuracy Aquired with Professional Experience? Fetal Diagnosis and Therapy, Malik, Naushaba, et al. (2012). Comparison of Two Different Methods for Estimation Fetal Weight at Term. 37. Rawal Medical Journal. Mortazavi, dan A. Akaberi. (2010). Estimation of Birth Weight by Measurements of Fundal Height and Abdominal Girthin Parturient at Term 16 (5). Eastern Mediterranean Health Journal. Nahum, Gerard G. (2013). Accuracy of Fetal Weight Prediction by Using Different Methods. Estimation of Fetal Weight. Medscape Reference. La Jolla. Nahum, Gerard G. (2013). Importance of Antenatal Fetal Weight Estimation.Estimation of Fetal Weight. Medscape Reference: La Jolla. Numparasert, Watchree. (2004). A Study Johnson's Formula: Fundal Height Measurements for Estimation of Birth Weight. 8(1), AU.J.T. Rashid, Sabrina Q. (2012). Growth Profile by Estimated Fetal Weight in Bangladesh. Journal of Medical Ultrasound. 20, Elsevier. Ratwani, Karuna, et.al. (2014).

11 Comparative Study for Estimation of Fetal Weight by Clinical & Ultrasonographical Methods in Term Patients. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences 2014, 3 (10), RSIA Tambak. (2014). Pemeriksaan USG Pada Kehamilan. Tersedia di diakses tanggal 29 Mei Rumack, Carol, et al. (2011). Diagnostic Ultrasound. Elsevier. Tersedia di diakses tanggal 24 Mei 2014.Saqib, Rizwan, et.al. (2008). Estimation of Fetal Weight in Third Trimester Using Thight Measurements. 20 (3). Ayub Medical College: Abbottabad. Salomon, J.P. et al. (2007). Estimation of Fetal Weight : Reference range at weeks gestation and comparison with actual birthweight reference range. Ultrasound Obstet Gynecol, Santjaka, Hana, dkk. (2011). Studi Ketepatan Taksiran Berat Janin Berdasarkan Statistik dan Tinggi Fundus Uteri.Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 2, Saxena, Richa. (2010). Bedside Obstetrics & Gynecology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. Sharma, Nidhi, et.al. (2014). Foetal Weight Estimation Methods - Clinical, Sonographic, and MRI Imaging. 4(1), 1-5. Shittu, Akinola S et.al. (2007). Clinical versus Sonographic Estimation of Foetal Weight in Southwest Nigeria Suwannobol, Nareelux, et.al (2012). The Results of the Fetal Weight Estimation of the Infants Delivered in the Delivery Room At Dan Khunthot Hospital by Johnson's Method.World Academy of Science, Engineering and Technology.6. Thailand: International Science Index. Tarloni, Maria Regina et.al (2008). Clinical Formulas, Mother's Opinion and Ultrasound in Predicting Birth Weight. 126(3), Sao Paulo Med: Sao Paulo. Ugwu, EO, et.al. (2014). Accuracy of clinical and ultrasound estimation of fetal weight in predicting actual birth weight in Enugu, Southeastern Nigeria. Nigerian Journal of Clinical Practice, 17 (3). Varney, Helen, dkk. (2003). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Vol. 4). Jakarta: EGC. Zagami, Samira, et al. (2010). Comparison of Clinical Estimation of Feoetal Weight at The Beginning and End of Labour.3 (10). Australasian Medical Journal.

12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketepatan taksiran dari berat lahir bayi adalah salah satu pengukuran yang paling penting pada awal persalinan. Bayi dengan berat badan lahir yang rendah dan berat badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taksiran berat janin merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen persalinan. Berat lahir yang ekstrim kecil atau besar berpotensi meningkatkan morbiditas perinatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator bayi sehat adalah berat lahir yang normal. Pada kehamilan presentasi bokong, penentuan taksiran berat janin (TBJ) merupakan hal yang penting dilakukan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENURUT FORMULA PERHITUNGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI

PERBEDAAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENURUT FORMULA PERHITUNGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI PERBEDAAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENURUT FORMULA PERHITUNGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI Ricvan Dana Nindrea Program Pascasarjana S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (UNAND)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan kecenderungan yang terus menurun ( 390 kematian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Persalinan Sungsang dengan lancar. Dalam pembuatan referat ini, penulis

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan

Lebih terperinci

Accuracy of Johnson s Birth Weight Estimation on Pregnant Women at Third Trimester in the Area of Pare Public Health Center Temanggung District

Accuracy of Johnson s Birth Weight Estimation on Pregnant Women at Third Trimester in the Area of Pare Public Health Center Temanggung District Accuracy of Johnson s Birth Weight Estimation on Pregnant Women at Third Trimester in the Area of Pare Public Health Center Temanggung District Akurasi Penaksiran Berat Janin menggunakan Metode Johnson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan yang paling penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Penyebab (AKI) Angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu merupakan dua indikator sensitif untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu diantaranya disebabkan oleh

Lebih terperinci

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA Sri Hartatik*, Henny Juaria* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada Tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga seperempatnya dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2009 sudah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2009 sudah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Cakupan indikator pelayanan antenatal K1 dan K4 di puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2009 sudah baik dan mengalami peningkatan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi

Lebih terperinci

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Diabetes Melitus Gestasional Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang memiliki awitan atau pertama

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 Heriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: herianibiomedik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum VINA EKA WULANDARI G2A 009 193

Lebih terperinci

KEHAMILAN DENGAN FIBROID DAN KOMPLIKASI OBSTETRINYA

KEHAMILAN DENGAN FIBROID DAN KOMPLIKASI OBSTETRINYA KEHAMILAN DENGAN FIBROID DAN KOMPLIKASI OBSTETRINYA Shehla Noor, Ali Fawwad *, Ruqqia Sultana, Rubina Bashir, Qurat-ul-ain, Huma Jalil, Nazia Suleman, Alia Khan Departemen Ginekologi, * Patologi, Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN Tutik Iswanti Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : tutik8375@gmail.com ABSTRAK Angka Kematian Ibu (AKI) masih Tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut federasi obstetri internasional, Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatpozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau impalntasi.

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Akurasi dan Selisih Berbagai Rumus Taksiran Berat Janin dan USG dengan Berat Lahir Bayi di RSKIA Sadewa Yogyakarta

Perbedaan Tingkat Akurasi dan Selisih Berbagai Rumus Taksiran Berat Janin dan USG dengan Berat Lahir Bayi di RSKIA Sadewa Yogyakarta Perbedaan Tingkat Akurasi dan Selisih Berbagai Rumus Taksiran Berat Janin dan USG dengan Berat Lahir Bayi di RSKIA Sadewa Yogyakarta Vitrianingsih, Hartini Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Kholidah Ziah** *Dosen Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas yaang secara berurutan berlangsung secara fisisologis dan diharapkan ibu pasca melahirkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diawali dari proses konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan calon bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Suami dan istri berperan penting dalam menjaga dan merawat bayinya mulai dari janin agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2007). Persalinan prematur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan merupakan suatu proses penting yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan merupakan suatu proses penting yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan suatu proses penting yang dapat terjadi dalam masa reproduksi perempuan berumur 15 46 tahun. Proses penting ini diperlukan perhatian khusus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun dalam prosesnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa

Lebih terperinci

AKURASI METODE JOHNSON- TOHSACH DAN METODE DARE DALAM PENAFSIRAN BERAT BADAN JANIN PADA IBU INPARTU. C. Sri Hari Ujiningtyas 1

AKURASI METODE JOHNSON- TOHSACH DAN METODE DARE DALAM PENAFSIRAN BERAT BADAN JANIN PADA IBU INPARTU. C. Sri Hari Ujiningtyas 1 AKURASI METODE JOHNSON- TOHSACH DAN METODE DARE DALAM PENAFSIRAN BERAT BADAN JANIN PADA IBU INPARTU 1 Akper Panti Rapih Yogyakarta C. Sri Hari Ujiningtyas 1 ABSTRACT Obstetric trauma that important to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diluar rahim, akan terjadi perubahan-perubahan yang dramatis pada tubuh bayi baru lahir.

BAB I PENDAHULUAN. diluar rahim, akan terjadi perubahan-perubahan yang dramatis pada tubuh bayi baru lahir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Ladewig, London dan Olds (2006) untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim, akan terjadi perubahan-perubahan yang dramatis pada tubuh bayi baru lahir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian secara umum dan merupakan penyebab tersering kematian pada kehamilan di negara berkembang. 1 Angka kejadian penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Presentase bedah sesar di Ameika

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Presentase bedah sesar di Ameika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bedah sesar merupakan proses pengeluaran janin melaui insisi dinding abdomen dan uterus. 1 Jumlah persalinan dengan bedah sesar terus mengalami peningkatan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan peristiwa yang normal terjadi dalam kehidupan (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa penyakit. Strategi untuk mencegah kenaikan berat badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah saat yang paling menggembirakan dan ditunggutunggu setiap pasangan suami istri. Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan LTA Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH. FX. Jarot Dwipoyono Pembimbing : July Ivone, dr., MS.

ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH. FX. Jarot Dwipoyono Pembimbing : July Ivone, dr., MS. ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH FX. Jarot Dwipoyono. 2006. Pembimbing : July Ivone, dr., MS. Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang akhir-akhir ini mulai menjalar hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangsungan hidup anak dapat ditunjukkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi berusia dibawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat

Lebih terperinci

93 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

93 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR Sri Hernawati Sirait (Prodi Kebidanan Pematangsiantar Poltekkes Kemenkes RI Medan) Lenny Nainggolan (Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA 1 KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN 2007-2011 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian karya tulis ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi pada makrosomia (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi pada makrosomia (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cephalo pelvic disproportion (CPD) yang berhubungan dengan ukuran janin yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm. Ukuran janin yang besar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian Maternal merupakan kematian seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksio sesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Arissa Fitriani** *Dosen Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan, sehingga banyak wanita hamil khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap

Lebih terperinci

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT THE COMPARISON OF URINARY TRACT INFECTION INCIDENCE AS A RISK FACTOR BETWEEN PRETERM PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PPROM) AND PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PROM) Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehamilan adalah perkembangan serta pertumbuhan janin saat berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur (ovum) dan sel sperma (spermatozoa)

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan Ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. World Health Organisation (WHO) mencatat sekitar delapan juta perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klasifikasi bayi baru lahir dengan berat lahir adalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR, kurang dari 2.500 gram), bayi berat lahir yang normal (2.500 sampai 3.999

Lebih terperinci

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya A. Wewenang bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan

Lebih terperinci

STUDI KETEPATAN TAKSIRAN BERAT JANIN BERDASARKAN STATISTIK DAN TINGGI FUNDUS UTERI. Telp ,

STUDI KETEPATAN TAKSIRAN BERAT JANIN BERDASARKAN STATISTIK DAN TINGGI FUNDUS UTERI. Telp , STUDI KETEPATAN TAKSIRAN BERAT JANIN BERDASARKAN STATISTIK DAN TINGGI FUNDUS UTERI Oleh: Hana Islamiyah Santjaka 2, Walin 1 dan Rohmi Handayani 2 1 Prodi Kebidanan Purwokerto Poltekes Semarang 2 Akademi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan

Lebih terperinci

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA PERSALINAN PERVAGINAM PASCA BEDAH SESAR DI RSUP DR KARIADI SEMARANG TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA PERSALINAN PERVAGINAM PASCA BEDAH SESAR DI RSUP DR KARIADI SEMARANG TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA 1 LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA PERSALINAN PERVAGINAM PASCA BEDAH SESAR DI RSUP DR KARIADI SEMARANG TAHUN 2007-2011 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian laporan hasil

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Berat Badan Lahir Rendah dengan Kematian Bayi. CI=18, ,438) sehingga dapat diartikan bahwa bayi dengan BBLR

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Berat Badan Lahir Rendah dengan Kematian Bayi. CI=18, ,438) sehingga dapat diartikan bahwa bayi dengan BBLR BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Berat Badan Lahir Rendah dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali Ada hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kematian bayi (p-value=0,000). Nilai OR yang

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

Insidens dan Patologi Seleksi Penatalaksanaan Intrapartum Persalinan

Insidens dan Patologi Seleksi Penatalaksanaan Intrapartum Persalinan Tujuan Insidens dan Patologi Seleksi Penatalaksanaan Intrapartum Persalinan Definisi Letak memanjang Presentasi bokong atau ekstremitas di bawah Kepala di fundus uteri Tipe Frank - paha fleksi, lutut ekstensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan merupakan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan merupakan keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang signifikan.

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Makrosomia Diana Handaria 1, Ika Dyah Kurniati 1, Azmi Yunita 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enam dari sepuluh penyebab utama kematian di Indonesia adalah penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2009, proporsi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia selama 16 mingg

Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia selama 16 mingg PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK-USU/RSHAM Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia

Lebih terperinci

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008 LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008 ABSTRAK Damayanti AR, Pramono BA, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% penyebab kematian neonatal di seluruh dunia adalah komplikasi dari kelahiran prematur, infeksi neonatal dan asfiksia (WHO, 2006). Di Indonesia, penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi.proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi.proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus

Lebih terperinci

KETEPATAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN DIBANDINGKAN DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR

KETEPATAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN DIBANDINGKAN DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR KETEPATAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN DIBANDINGKAN DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR Mardeyanti, Eha Djulaeha, Fatimah Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jl. Arteri JORR Jatiwarna Kec.

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN SUNGSANG DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN SUNGSANG DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN SUNGSANG DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Firdausi Riskiviawinanda 1, Renny Aditya 2, Noor Mutmainnah 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persalinan Sectio caesaria Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(william,

Lebih terperinci

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Gestational Diabetes Mellitus : Challenges in diagnosis and management Bonaventura C. T. Mpondo, Alex Ernest and Hannah E. Dee Abstract Gestational

Lebih terperinci

LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE. Outcome Maternal Labor In Menopousal Age

LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE. Outcome Maternal Labor In Menopousal Age LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE Outcome Maternal Labor In Menopousal Age Tri Budiarti 1*, Dwi Maryanti 2, Dewi Endah Wigati 2 1,2 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap * (tribudiarti01@gmail.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar kematian bayi pertahun. 1,2 Berdasarkan data ini, menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar kematian bayi pertahun. 1,2 Berdasarkan data ini, menunjukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data UNICEF, angka kematian bayi di dunia mencapai lebih 10 juta kematian. Dari 10 juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi.

Lebih terperinci

The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View

The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View DR. dr. Ali Sungkar, SpOG (K) Kita mengenal beberapa istilah bayi baru lahir berdasarkan berat badan lahir dan kematangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu momen istimewa yang dinanti oleh pasangan suami istri. Kehamilan merupakan serangkaian proses alamiah yang dialami seorang wanita yaitu mulai

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Elvi Nola Gerungan 1, Meildy Pascoal 2, Anita Lontaan 3 1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 2. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci