BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mengemukakan hasil wawancara dengan subjek dan analisis hasil wawancara. 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Sejarah Singkat Berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Karaton Ngayogyakarta berdiri pada tahun 1755 Masehi atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Luas daerah keraton adalah km pada masa kini hanya sekitar 1,5km persegi. Terdapat dua tempat tinggal raja yang dikenal dengan Keraton Kasultanan dan Pura Pakualaman. Keraton Kasultanan merupakan tempat tinggal Sultan ( Sri Sultan Hamengku Bowono ) sedangkan Pura Pakualaman adalah tempat tinggal Paku Alam ( Sri Paduka Paku Alam ). Bangunan Kraton Yogyakarta terdiri atas 7 bangsal dan diapit oleh dua alun-alun ( utara dan selatan ) sedangkan untuk bangunan ini kraton dikelilingi oleh tembok segi empat yang disebut benteng. Tinggi benteng 3,5 meter,dengan kelebaran antara tiga sampai empat meter. Sehingga untuk memasukinya harus melewati pintu gerbang yang disebut plengkung. Terdapat lima pintu gerbang yaitu, Plengkung Tarunasura arau Plengkung Wilijan di sebelah timur laut Kraton, Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem ada di sebelah barat daya, Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat, Plengkung 43

2 44 Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan, Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah Timur. Wilayah kecamatan Kraton atau Jero Benteng, selain di huni oleh raja beserta keluarganya, juga di huni oleh kaum bangsawan dan kerabat- kerabat raja beserta abdi dalem yang dikelompokkan menurut tugas mereka didalam kraton sehingga nama kampung tempat tinggal mereka sesuai dengan tugasnya Sejarah Sekaten Sekaten merupakan suatu tradisi yang telah ada sejak jaman kerajaan Demak. Pada jaman dahulu upacara Sekaten diselenggarakan untuk syiar agama oleh para Wali Songo. Para wali yakin bahwa masyarakat menggemari bunyi gamelan, maka Sunan Giri yang merupakan salah satu dari wali membuat seperangkat gamelan yang diberi nama Kyai Sekati dan juga menciptakan gendhing untuk alat penyebaran agama islam. Gamelan Kyai Sekati, setiap tahun dibunyikan untuk memeriahkan peringatan hari lahir Nabi Muhammad s.a.w atau yang lebih dikenal dengan istilah Maulid Nabi. Sekaten berasal dari kata syahadatain 2 yaitu dua kalimat yang diucapkan seseorang ketika akan memeluk agama Islam. Dalam syahadat tersebut terdiri dari kalimat pertama yang berarti pengakuan kepada Allah, dimana dalam perayaan Sekaten dilambangkan dengan Gamelan Kyai Guntur Madu, sedangkan kalimat kedua merupakan pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai 1 Website kratonjogja.co.id 2 Wawancara pribadi dengan KRT. Waseso winoto

3 45 utusan Allah, dalam perayaan sekaten dilambangkan dengan Gamelan Kyai Guntur Sari. Prosesi sekaten dilaksanakan selama seminggu dimulai dari tanggal 5 Rabiul awal hingga tanggal 11 Rabiul awal, kemudian puncak dari perayaan sekaten dikenal dengan istilah Grebeg Mulud. Untuk pasar malam sekaten diadakan selama sebulan, diawali dari sebulan sebelum acara Grebeg dimulai. Berikut ini merupakan Flowchart upacara adat Sekaten : Tata urutan perayaan Sekaten dapat dijelaskan sebagai berikut 3 : 1. Tahapan Persiapan Diawali dengan dua jenis persiapan, yaitu persiapan fisik dan non fisik. Persiapan fisik berwujud benda-benda dan perlengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upacara 3 Suyami, Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta: Refleksi Mithologi dalam budaya jawa. Yogyakarta.2008

4 46 sekaten, sedangkan perlengkapan non fisik berwujud sikap dan perbuatan yang harus dilaksanakan sebelum upacara sekaten diselenggarakan, seperti bersuci dengan cara puasa dan mandi wajib. Adapun persiapan berbentuk fisik berwujud benda-benda dan perlengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upacara. Terdiri sebagai berikut : a. Gamelan Sekaten Merupakan yang gamelan pusaka yang bernama Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga b. Gendhing- gendhing sekaten atau perbendaharaan lagu Lagu- lagu atau gending yang dibunyikan pada upacara sekaten merupakan Gendhing khusus, tidak pernah dibunyikan pada acara lain. c. Sejumlah kepingan uang logam, beras dan bunga setaman untuk disebarkan dalam upacara udhik-udhik d. Naskah riwayat Maulid Nabi Muhammad yang akan dibacakan oleh Kyai Pengulupada tanggal 12 Rabiulawal malam.

5 47 e. Sejumlah bunga kanthil ( cempaka ) yang akan disematkan pada daun telinga kanan Sultan dan para pengiringnya pada saat menghadiri pembacaan riwayat Nabi Muhammad s.a.w bila pembacaan sudah sampai pada asrokal ( semacam bacaan berjanji ) f. Busana Seragam yang masih baru dan sejumlah samir yang khusus dipakai oleh para niyaga selama bertugas memukul gamelan dalam upacara sekaten. g. Atribut dan perlengkapan prajurit Kraton yang akan bertugas mengawal gamelan Sekaten dari Kraton menuju halaman masjid Agung. h. Upacara numplak wajik diselenggarakan dihalaman istana Magangan Kidul, upacara ini sebagai tanda dimulainya pembuatan Gunungan Putri. Pada upacara ini dilakukan dengan membunyikan lesung agar pembuatan Gunungan Putri dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan. Upacara ini dilaksanakan tiga hari sebelum gunungan di keluarkan. 2. Tahap gamelan sekaten mulai dibunyikan Sebelum diadakan perayaan sekaten, sepasang gamelan yang disimpan di dalam Kraton dibawa keluar menuju Masjid Agung yang ada di Alun-alun Utara. Masing- masing gamelan akan diletakkan di Pagongan utara dan Pagongan selatan, acara

6 48 pengeluaran gamelan sekaten ini dinamakan Miyos Gongso. Gamelan Sekaten dibunyikan selama 7 hari berturut-turut, kecuali pada hari jumat. Pada hari jumat gamelan baru akan dibunyikan setelah sholat jumat selesai. Gamelan sekaten mulai di bunyikan pada tanggal 5 rabiul awal di Bangsal Ponconiti. Pada pukul wib gamelan Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga dikeluarkan dari persemayaman untuk ditata di Bangsal Ponconiti oleh para abdi dalem Kraton. Setelah itu sekitar pukul wib abdi dalem yang bertugas di Bangsal Ponconiti mulai membunyikan gamelan, mulamula yang dibunyikan terlebih dahulu adalah Kyai Guntur Madu kemudian disusul Kanjeng Kyai Nagawilaga dengan gendhing yang sama, pemukulan gamelan berselang-seling dengan urutan gendhing yang sudah ditentukan Gamelan sekaten mulai dibunyikan pada pukul wib hingga pukul wib. Pada pukul wib, Sri Sultan yang di iringi para pangeran, kerabat dan para bupati datang ketempat gamelan di bunyikan untuk menyebarkan udhik-udhik. 3. Tahap gamelan Sekaten dipindahkan ke halaman Masjid Besar Tahapan selanjutnya adalah tahap gamelan sekaten di pindahkan dihalaman Masjid Besar. Pada pukul wib, bunyi

7 49 gamelan sudah berhenti. Bersamaan dengan itu, datanglah prajurit yang akan bertugas mengawal iring-iringan gamelan dari Kraton menuju halaman masjid besar dengan di kawal oleh dua pasukan prajurit kraton. Di Masjid Besar, gamelan sekaten dibunyikan selama 7 hari 7 malam, kecuali hari kamis malam atau malam jumat hingga sehabis solat jumat. Setiap hari gamelan ini dibunyikan sebanyak 3 kali, yaitu waktu pagi ( pukul wib), siang (pukul wib) dan malam (pukul wib). Cara membunyikannya secara bergantian dimulai dari Kanjeng Kyai Guntur Madu kemudian Kanjeng Kyai Nagawilaga, dengan gendhing yang sama. 4. Tahap Sri Sultan Hadir di Masjid Agung Tanggal 11 rabiul awal malam di Masjid Agung diselenggarakan pembacaan riwayat Nabi Muhammad s.a.w dan penyebaran udhik-udhik oleh Sultan.Kehadiran Sultan disambut dan diiringi oleh para bangsawan, pejabat daerah serta abdi dalem dan jalan yang akan dilintasi Sultan dipagar betis oleh bregada (pasukan ) prajurit. Di depan pintu gerbang Masjid Besar, Sultan disambut Sri Paduka Paku Alam, Kanjeng Raden Pengulu, Walikota Yogyakarta, dan para Abdi Dalem Sipat Bupati beserta para tamu undangan.

8 50 Sesampainya di halaman masjid, Sultan menuju Pagongan selatan untuk menyebarkan udhik-udhik kearah penabuh gamelan Kanjeng Kyai Guntur Madu, kemudian menuju ke Pagongan utara untuk menyebarkan udhik-udik kearah penabuh gamelan Kanjeng Kyai Nagawilaga. Selanjutnya Sultan melanjutkan perjalanan menuju masjid. Setelah Sultan sampai di Mihrab, Sultan dan Kyai Pengulu berdiri di depan pengimaman menghadap ke arah timur. Seorang abdi dalem punokawan kaji menyerahkan sebuah bokor( kotak ) berisi udhik-udhik untuk disebar di antara saka guru Majid Besar serta keaarah kerabat, para abdi dalem, beserta para hadirin. Dilanjutkan dengan Sultan mengucapkan salam lalu memberi salam kepada Kanjeng Raden Penghulu untuk mulai membacakan riwayat Nabi Muhammad s.a.w. Beberapa saat kemudian Sultan dipersilahkan bersemayam dimasjid untuk beristirahat. Kemudian saat pembacaan Maulid Nabi Muhammad s.a.w sampai pada peristiwa, Sri Sultan beserta pengiringnya kembali ke serambi masjid untuk menerima persembahan bunga cempaka/kanthil (saos sekar sumping) dari Kyai Penghulu. Pembacaan riwayat nabi selesai sekitar pukul wib, bacaan di akhiri dengan doa oleh Kanjeng Raden Pengulu, dan setelah itu Sultan mengucapkan salam lalu kembali ke Kraton.

9 51 5. Tahap Kondur Gangsa Sekitar pukul wib setelah Sultan meninggalkan Masjid, gamelan sekaten dikembalikan ke Kraton, yang disebut kondur gangsa. Dengan dikawal oleh dua pasukan prajurit abdi dalem, yaitu Prajurit Mantrijero dan Prajurit Ketanggung. Sebelumnya, pada pukul wib abdi dalem datang ke Pagongan selatan dan utara untuk melindungi keluarnya gamelan dari tempat tersebut. Setelah semuanya siap, gamelan di keluarkan dan diarak menuju Kraton untuk disemayamkan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamat di Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Profil Informan 1. KRT Waseso Winoto Pria berusia kisaran 70 tahun ini menjabat sebagai penghageng II di Tepas Kridhomardawa, tepas tersebut merupakan tempat untuk bidang kesenian. Dalam kesehariannya, beliau lebih banyak menghabiskan waktu dalam berkesenian. Beliau juga tidak jarang menjadi narasumber dalam setiap kesempatan ketika ada pengunjung yang membutuhkan informasi -

10 52 informasi terkait upacara Sekaten maupun mengenai seputar Karaton Ngayogyakarta. 2. KPH. Pujaningrat Pria kisaran 80 tahun ini menjabat sebagai Penghageng di Tepas Sriwandawa, beliau sudah cukup lama aktif dalam koordinator pada setiap acara di Karaton Ngayogyakarta. Beliau dalam kesehariannya lebih banyak menghabiskan waktu di Kraton, untuk membantu mengembangkan kegiatan kegiatan yang ada di Kraton Ngayogyakarta. 3. KRT Purwodiningrat Pria berusia lebih dari 75 tahun ini merupakan Penghageng II di Tepas Widya budaya, tepas tersebut berkaitan dengan kebudayaan apa saja yang ada di Yogyakarta. Tidak jauh beda dengan KRT Waseso Winoto, beliau juga sering dijadikan narasumber dalam setiap kesempatan. Beliau sangat aktif dalam membantu memberikan informasi yang berkaitang dengan Kraton. 4. Mas Jajar Brongtomadyo Pria berusia 25 tahun ini sudah lebih dari 5 tahun menjadi Abdi dalem Karaton Ngayogyakarta. Dalam setiap upacara Sekaten beliau bertugas nabuh ( memainkan ) gamelan.

11 53 Kegiatan beliau sehari hari adalah aktif dalam setiap kegiatan kesenian di Kraton, pernah menempuh pendidikan di bidang kesenian, membuat beliau menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kesehariannya. 5. Saudari Dwiyanti Wanita berhijab ini berusia 25 tahun, beliau datang dari Bekasi untuk liburan sekaligus menyaksikan upacara Sekaten yang sebelumnya belum pernah beliau lihat. Wanita berdarah jawa- sunda ini sangat menyukai tentang budaya, terutama budaya jawa. Dalam kesehariannya beliau bekerja akuntan disalah satu perusahaan besar di Jakarta. 4.2 Hasil Penelitian Komunikasi ritual dalam upacara Sekaten ini merupakan eksistensi kerajaan Mataram Jawa yang sampai saat ini masih dilestarikan. Budaya yang penuh keluhuran, kesantunan dan tinggal dalam kearifan lokal yang menjadi pedoman masyakarat. Kerajaan Mataram merupakan kerajaan islam ditanah Jawa yang mempunyai andil besar dalam penyebaran agama islam. Namun setelah ada perjanjian Giyanti kerajaan Mataram dibagi menjadi 2, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Karaton Kasunanan Surakarta.

12 54 Sebagai pusat budaya, maka kraton juga memberikan sumbangan pada keragaman budaya dan tradisi yang hidup di dalam masyakarat. Salah satunya dengan perayaan sekaten yang bertujuan untuk menyebarkan agama juga memberikan makna dan mengamalkan tradisi-tradisi yang hidup dalam masyarakat Simbol Simbol yang Digunakan dalam Komunikasi Ritual Upacara Adat Sekaten Upacara sekaten yang diperingati setiap bulan Maulid merupakan salah satu bentuk dari komunikasi tradisional yang sampai saat ini masih terus dilestarikan. Dalam upacara ini banyak menggunakan pesan non verbal seperti simbol-simbol. Seperti diungkapkan oleh KRT Purwodiningrat dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 Desember 2016 di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Setiap upacara adat pasti menggunakan simbol yang mempunyai makna yang hendak di komunikasikan ke masyarakat. sekaten 4 : Berikut ini merupakan simbol- simbol yang digunakan dalam upacara 4 Wawancara pribadi dengan KRT Purwodiningrat

13 55 a. Gamelan Sekaten Gamelan sekaten terdiri atas Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga, gamelan ini ditabuh ( dibunyikan ) selamat tujuh hari di halaman Masjid Agung selama upacara sekaten. Dua perangkat gamelan ini ditabuh para abdi dalem berpakaian biru muda. Gambar (1): Gamelan Kyai Guntur Madu Sumber: foto diambil peneliti di komplek Masjid Agung

14 56 Gambar (2): Gamelan Naga Wilaga Sumber: foto diambil peneliti di komplek Masjid Agung

15 57 b. Numplak wajik Merupakan tanda dimulainya pembuatan gunungan putri, biasanya dilakukan dengan membunyikan lesung. Ketujuh gunungan sekaten semuanya dibuat di Magangan kidul. Lokasi pembuatan gunungan ini di Magangan Kidul, lalu dibawa menuju Keben. Gambar (3): Prosesi numplak wajik ( pembuatan gunungan putri ) dihadiri putri Sri Sultan ( mengenakan kacamata dan kebaya warna pink tua ) Sumber: foto diambil peneliti di Magangan Kidul

16 58 Gambar (4): Proses pembuatan Gunungan Sumber : foto diambil peneliti di Magangan Kidul Gambar (5) : Pemukulan lesung ( pengiring saat prosesi numplak wajik) Sumber: foto diambil peneliti di Magangan Kidul

17 59 c. Nyebar udhik-udhik Proses ini dilakukan oleh Sri Sultan saat miyos dalem ( hadirnya Sultan) di Masjid Agung. Pada acara ini juga dihadir para bangsawan Kraton, para pengageng Kraton, Para abdi dalem dan juga masyarakat. Udhik udhik itu sendiri terdiri atas; beras, bunga setaman dan uang logam, yang nantinya akan disebar kepada pada pengunjung yang datang. G Gambar (6): Sri Sultan nyebar Udhik-udhik Sumber: foto diambil peneliti di Masjid Agung

18 60 d. Gunungan Sekaten Terdiri dari tujuh buah gunungan yang akan di arak dan diperebutkan ketika puncak acara grebeg pada tanggal 12 Rabiul awal. Gunungan ini terdiri dari; gunungan kakung (pria) ada tiga buah, gunungan estri (putri), gunungan darat, gunungan gepak dan gunungan pawuhan. Gununga kakung terdiri atas sayur dan buah- buahan, sedangkan gunungan putri tersusun atas kue-kue yang terbuat dari ketan. Gambar (7): Gunungan Kakung Sumber: foto diambil peneliti di Halaman Kraton

19 61 Gambar (8): Gunungan Putri Sumber: foto diambil peneliti di Halaman Kraton Untuk bisa memahami dan memaknai mengenai simbol- simbol yang digunakan dalam upacara sekaten dibutuhkan partisipasi oleh individu dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan saudari Dwiyanti, salah satu pengunjung yang hadir pada saat puncak acara sekaten yaitu Grebeg mengenai pemahaman- pemahamannya mengenai upacara sekaten.

20 62 Simbol yang digunakan dalam sekaten salah satunya adalah gunungan, dan juga gamelan. Gunungan melambangkan suatu keberkahan, yang nanti akan diarak dan diperebutkan oleh banyak orang, sedangkan gamelan itu pengiring jalannya gunungan dan prajurit Kraton. 5 Dari informasi yang peneliti peroleh dilapangan, ada banyak simbol yang merujuk pada makna tertentu. Simbol tersebut tentunya merupakan salah satu media komunikasi Makna yang Terkandung Komunikasi Ritual Upacara Adat Sekaten Upacara adat sekaten rutin dilaksanakan setiap tahun mengandung makna simbolik yang tersirat dalam setiap peralatan yang digunakan maupun aktifitas yang dilakukan. Dari hasil pengamatan peneliti telah melakukan observasi dan interaksi langsung dengan beberapa informan dan masyarakat sekitar. Berikut ini merupakan makna yang terkandung dalam upacara sekaten yang menjadi kepercayaan bagi beberapa masyarakat Yogyakarta 6 : Pertama, gamelan dan gendhing yang sajikan dalam upacara sekaten memiliki arti mengajak semua orang dimana saja agar segera masuk agama Islam. Gending tersebut hanya dibunyikan pada saat sekaten dan tidak ada latihan terlebih dahulu. Syair dari gendhing yang dibunyikan mengantung arti ajakan karena pada jaman dahulu masyarakat menyukai bunyi-bunyian. Kedua, prosesi numpak wajik ( tanda dimulainya pembuatan gunungan putri ) dilakukan 3 hari sebelum acara Grebeg dimulai, adapun tujuannya 5 Wawancara pribadi dengan saudari dwiyanti di Alun-alun Utara 6 Wawancara pribadi dengan KPH Pujaningrat

21 63 adalah agar pembuatan gunungan putri berjalan lancar dan tidak ada halangan. Pembuatan gunungan melibatkan abdi dalem dan juga putri-putri keraton yang mengkoordinir setiap acara yang ada, dengan di iringi bunyi lesung yang di mainkan oleh abdi dalem kraton selama proses pembuatan gunungan putri. Ketiga, pada awal pembunyikan gamelan, melakukan tradisi nyebar udhik-udhik yang berisi beras, uang logam dan bunga setaman. Ritual ini merupakan simbol kesejahteraan yang dibagikan raja kepada rakyatnya. Keempat, raja juga mengeluarkan tujuh gunungan yang nantinya akan di arak ke tiga tempat yaitu Masjid Agung, Kepatihan dan Puro Pakualaman. Angka tujuh dalam bahasa jawa pitu, fiosofinya adalah pitulungan yang artinya memberikan pertolongan. Adapun susunan dari gunungan tersebut akan peneliti jabarkan sebagai berikut 7 : a. Gunungan kakung Gunungan selain bermakna kesuburan juga mempunyai arti simbolik lain, gunungan kakung melambangkan sifat baik, sedangkan gunungan putri melambangkan sifat buruk. Dua sifat ini bila berdiri sendiri akan menimbulkan sifat perusak, sehingga dua sifat ini harus disatukan. Disinilah peran raja untuk menyatukan dua kekuatan itu sehingga akan menjadi satu kekuatan yang besar untuk kejayaan Kraton. Dari sinilah raja mengeluarkan sepasang gunungan pada waktu perayaan sekaten. 7 Herry Lisbijanto. Sekaten. Graha ilmu. Yogyakarta Hal 33

22 64 Bentuk gunungan kakung dihubungkan dengan lingga atau alat vital laki-laki yang mengacu pada nilai-nilai kehidupan yang menggambarkan adanya proses penciptaan manusia atau dihubungkan dengan asal-usul manusia. Di samping itu gunungan kakung juga menggambarkan tentang dunia dan isinya yang mencakup berbagai unsur didalamnya, seperti bumi, langit, tumbuh-tumbuhan, api, hewan, dan manusia itu sendiri dengan berbagai jenis dan sifat-sifatnya. Manusia yang dimaksud adalah seorang ksatria utama yang menggambarkan seorang figur manusia ideal bagi orang Jawa b. Bendera merah putih Bendera ini ditempatkan pada ujung gunungan, berjumlah lima buah sebagai lambang dari sebuah negara atau kerajaan. Warna merah bermakna semangat atau kebenaran, sedangkan warna putih berarti suci. Warna merah putih mengingatkan akan Kerajaan Majapahit dengan istilah gula klapa yang melambangkan bahwa orang harus mempunyai sifat dan semangat keberanian serta kesucian. c. Cakra Cakra sebagai puncak dari pangkal berdirinya gunungan yang mempunyai makna gaman atau pusaka milik dari Prabu Kresna yang mempunyai kekuatan dahsyat dalam menegakkan keutamaan. Selain itu cakra sebagai simbol dari hati yang merupakan petunjuk dan pemimpin dalam kehidupan. Perjalanan cakra adalah berputar yang bermakna bahwa

23 65 roda kehidupan manusia itu selalu berputar, manusia harus selalu ingat kepada Tuhan dalam keadaan senang maupun susah. d. Wapen Wapen merupakan simbol yang digunakan sebagai lambang. Adapun wapen dalam gunungan yang dimaksud adalah petunjuk bagi keselamatan dan kekuasaan dari Raja yang bertahta. e. Kampuh Kampuh adalah kain berwarna merah putih yang menutupi jodhang (tempat makanan) yang bermakna : kesusilaan : kampuh dibuat sebagus mungkin yang membuktikan kepribadian, pepatah Jawa mengatakan ajining salira saka busana yang berarti dihormatinya seseorang karena pakaiannya. sandang, yang berarti pakaian yang dipakai oleh manusia. Pakaian melambangkan kenyataan hidup (senang-susah, beja-cilaka). f. Entho-entho Makanan berbentuk bulat telur yang terbuat dari tepung beras ketan yang dikeringkan hingga keras, kemudian digoreng. Hal ini bermakna keteguhan hati dalam menghadapi masalah kehidupan dunia. g. Telur asin

24 66 Melambangkan amal, adapun makna lain bahwa terbagi dua bagian, bagian kuning melambangkan laki-laki, dan bagian putih adalah perempuan. Kemudian keduanya bersatu dan terjadi manusia baru. Nasi; Melambangkan kemakmuran dari sebuah kerajaan. h. Bahan perlengkapan dalam gunungan kakung seperti tebu, cabe, daun pisang, terong, wortel, timun, kacang panjang dan daging yang kesemuanya merupakan hasil dari bumi yang dinikmati manusia. Dan juga dami (batang padi), jodhang, sujen, peniti, jarum bundel, dan samir jene. Bahan-bahan hasil bumi tersebut merupakan lambang dari kesuburan bumi. i. Gunungan putri Bentuk gunungan putri dihubungkan dengan yoni atau alat vital perempuan. Gunungan putri melambangkan putri sejati yang menggambarkan bahwa seorang wanita harus memiliki badan dan pikiran yang dingin. Sehingga dia mempunyai penangkal untuk menahan isu-isu yang datang dari luar, baik yang menjelek-jelekkan dirinya maupun keluarganya dan dapat menyimpan rahasia manusia atau keluarganya. Adapun isi dari gunungan putri ( kue rengginan, jadah,wajik, jenang) merupakan makna dan lambang dari kewajiban wanita untuk menjaga dan mengerjakan urusan belakang atau kebutuhan rumah tangga. Gunungan putri berjalan di belakang gunungan kakung dan gunungan anakan, yang merupakan simbol bahwa istri bertugas sebagai pengasuh utama dari anak dan bertanggungjawab menjaga keselamatan rumah tangga.

25 67 j. Eter Terbuat dari seng berbentuk jantung manusia atau bunga pisang (tuntut) yang bermakna sebagai api yang menyala, yaitu semangat hidup yang menyala terus ssebagaimana modang (dalam batik menggambarkan nyala api atau uriping latu). Eter juga berwujud jantung yang merupakan pusat kebatinan atau rohani, hal ini ada pertimbangan kewajiban lahir batin atau dengan Allah dan sesama manusia. k. Bunga sebagai pengharum Mempunyai dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu makna lahiriah dapat mendekatkan atau mendatangkan berkah bagi yang cocok dan menjauhkan bagi yang tidak cocok. Sedangkan makna batiniah yaitu kemuliaan atau keharuman jati diri manusia yang diperoleh dengan amal yang baik. l. Jajan Terdiri dari jadah, wajik, dan jenang sebagai isi dari jodhang yang menggambarkan hasil karya wanita dalam dapur atau rumah tangga. m. Uang logam Bermakna sebagai sarana memperoleh kebutuhan lahiriah manusia dalam hidup di dunia, dan bermakna batiniah sebagai simbol sebagai cobaan atau ujian hidup manusia yang dapat menggunakan dan mendatangkan keresahan bagi yang dapat menggunakan dan mendatangkan keresahan bagi yang tidak dapat menggunakan.

26 68 n. Gunungan anakan Bermakna bahwa anak dari sebuah rumah tangga yang sudah tentu diharapkan oleh orang tuanya, anak dapat menyambung sejarah keluarga atau dapat mikul dhuwur mendhem jero, artinya menjunjung harkat dan martabat orang tua dengan cara menjaga nama baik orang tua atau dalam agama Islam dikenal dengan istilah anak sholeh yang berbakti dan mau mendoakan orang tuanya. o. Ancak cantaka atau gunungan kecil/tumpeng Merupakan sedekah para abdi dalem dan kerabat keraton yang dikeluarkan oleh raja karena mereka ada di dalam lindungan-nya. Melambangkan kehidupan yang makmur tercukupi kebutuhan jasmani dan rohani. Terbinanya kehidupan beragama dan tersedianya kebutuhan di dunia yaitu sandang, pangan, dan papan. p. Sega uduk atau nasi gurih dengan perlengkapan daging ayam (ingkung), kedelai, dan pisang raja maksudnya sebagai lambang kehidupan yang enak atau baik, sedang yang dituju adalah untuk para Nabi dan wali. q. Sega janganan atau nasi sayuran Melambangkan kehidupan tercukupi (duniawi), sedang yang dituju adalah para roh dan danyang. Dalam kejawen dikenal dengan kiblat papat lima pancer yang mempengaruhi kehidupan manusia. r. Sega asahan Bermakna untuk menyucikan lahir dan batin.

27 69 s. Buah-buahan atau jajan pasar Bermakna sebagai penolak balak atau menyingkirkan segala sumber bahaya atau bencana yang akan terjadi. t. Sirih Menurut kepercayaan masyarakat, barang siapa yang memakan sirih tepat pada saat gamelan sekaten berbunyi untuk pertama kalinya akan awet muda. Maka banyak orang yang berjualan sirih pada perayaan sekaten. Dari penjabaran diatas yang diamati oleh peneliti, bahwasanya setiap simbol yang dipergunakan dalam setiap upacara ritual mempunyai makna dan nilai simbolik yang berbeda. Media komunikasi dalam proses penyampaian pesan sudah cukup diinterprestasikan melalui prosesi yang ditampilkan, acara yang ditampikan juga berfungsi sebagai media komunikasi tradisional. 4.3 Pembahasan Komunikasi ritual upacara sekaten merupakan suatu proses komunikasi tradisional yang terjadi pada masyarakat Yogyakarta. Pesan non verbal yang menggunakan simbol-simbol dalam hal ini, berkaitan dengan filosofi dalam kehidupan sehari-hari.

28 70 Perayaan ini tidak hanya menampilkan acara-acara yang bersifat ritualis, namun juga mengandung unsur seni, sosial, budaya dan pendidikan. Sehingga di harapkan mampu dilestarikan terus menerus. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, upacar sekaten ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan akan dijabarkan sebagai berikut 8 : 1. Aspek ekonomi Pertumbuhan ekonomi saat ada perayaan sekaten tentunya sangat mempengaruhi tingkat pendapatan para pedagang di sekitar Alun-alun Jogja, dimana acara sekaten itu diselengggarakan. Banyak pedagang yang menjadi penjual dadakan, kebanyakan dari mereka menjual berbagai makanan atau bahan- bahan yang digunakan dalam upacara sekaten. Ditambah lagi dengan adanya pasar malam yang dibuka selama 1 bulan hal tersebut tentunya merangsang pertumbuhan ekomoni masyarakat di Yogyakarta. 2. Aspek sosial dan budaya Kehidupan masyarakat Yogyakarta sangat penuh dengan kesopanan, keramahan dan kearifan. Pergaulan yang diciptakan masyakarat sangat patut untuk dicontoh. Saling membantu dan menolong sudah menjadi suatu tradisi mereka. Ditambah dengan bahasa jawa yang digunakan dalam sehari- hari mampu dijadikan ciri khas masyakarat Jogja. 8 Wawancara pribadi dengan Mas Jajar Brongtomadyo

29 71 Saat sekaten berlangsung masyarakat berkumpul untuk memperebutkan gunungan, komunikasi yang terjalin sangat efektif. Walaupun tidak saling mengenal antar pengunjung, namun mereka saling bertegur sapa. Selain itu pakaian yang digunakan oleh para abdi dalem saat upacara sekaten sangatlah unik, Secara langsung masyarakat yang melihat acara tersebut diperkenalkan dengan baju adat Jawa. 3. Aspek politik Perayaan Sekaten ini tentunya tidak lepas dari kerjasama antara pihak Kraton dengan Pemda, dalam segi keamanan pihak pemda menyediakan beberapa petugas kepolisian yang bertugas untuk mengamankan perayaan upacara Sekaten. Pengamanan ini dilakukan dari awal hingga akhir upacara Sekaten. Mengingat antusias masyarakat yang sangat besar, dan banyak sekali orang-orang yang berkumpul di tempat berlangsungnya acara ini, maka pengamanan pun juga harus lebih ditingkatkan terutama pada waktu acara puncak sekaten. Selain pengamanan, pihak Kraton juga bekerjasama dengan PMI untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat berdesakan dengan pengunjung lain. 4. Aspek Religi

30 72 Perbedaaan keyakinan yang ada pada masyakarat Yogjakarta, tidak begitu terlihat nyata karena masyakat disana saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing. Pengunjung dan pelaku kegiatan sekaten ( para abdi dalem ) menganut kepercayaan yang berbeda-beda namun mereka tetap saling menghormati dan bekerja sama dalam kesuksesan acara sekaten. Perkembangan wisata didaerah Yogjakarta tentunya sudah maju dari tahun ke tahun, ditambahan dengan adanya perayaan sekaten ini wisata budaya Jogja semakin lebih dikenal di Indonesia maupun mancanegara Konsep dari penelitian ini adalah untuk memahami simbol-simbol komunikasi serta makna apa yang hendak dikomunikasikan dari simbol tersebut.sehingga upacara sekaten ini merupakan sarana untuk mengkomunikasi nilai-nilai kearifan budaya lokal. Pendekatan media dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana simbol-simbol dalam upacara sekaten dapat digunakan sebagai media komunikasi dalam menyampaikan pesan baik berupa, informasi, edukasi, hiburan dan sebagainya.

31 73 Gambar : 4.3 (1) Alur komunikasi pada Upacara Sekaten Sumber : hasil analisis peneliti Keterangan : Upacara sekaten berperan sebagai media komunikasi dan menyalurkan pesan- pesan moral,sejarah, nilai-nilai serta sosial dan budaya. Kemudian disalurkan kepada komunikan sehingga menghasilkan umpan balik. Sebagai salah satu media komunikasi tradisional, upacara sekaten tentunya memiliki fungsi untuk melestarikan budaya jawa. Adapun fungsi komunikasi dalam upacara sekaten antara lain sebagai berikut : 1. Sebagai media informasi Sekaten sebagai perayaan memperingati hari lahir Nabi Muhamma s.a.w dengan tujuan sebagai syiar untuk menyebarkan agama islam. 2. Sebagai sarana hiburan

32 74 Upacara sekaten memberikan hiburan bagi masyarakat, dengan adanya gamelan dan pasar malam diharapkan masyarakat tertarik untuk datang ke acara ini. 3. Sebagai jembatan antara raja dan rakyat Acara ini merupakan suatu sarana kewajiban seorang raja untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Event ini sebagai penghubung agar raja bisa dekat dengan rakyat. Peristiwa komunikasi ditentukan beberapa komponen-komponen komunikasi yang dapat mempengaruhi upacara sekaten seperti : (1) setting, (2) partisipan, (3) bentuk pesan, (4) isi pesan dan (5) media. Misalnya, dengan adanya partisipan dapat menimbulkan proses pertukaran informasi. 1.Setting Meliputi waktu, tempat dan tujuan yang di gunakan dalam upacara sekaten. Upacar sekaten dimulai pada tanggal 5 Rabiul awal hinggan 12 Rabiul awal yang bertempat di komplek Kraton. Banyak masyarakat yang menyaksikan acaraa ini, Hal ini menunjukan bahwa aktivitas komunikasi ada pesan yang ditampilkan dan di terima oleh masyarakat. 2. Partisipan Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan upcara sekaten, baik yang berperan sebagai komunikator (panitia/penyelenggara) ataupun sebagai komunikan ( masyarakat/pengunjung).

33 75 Adanya keterlibatan antara pelaku komunikasi dalam melakukan interaksi merupakan suatu proses komunikasi. Peserta menyampaikan informasi melalui kegiatan yang dibawakan sedangkan penonton menerima informasi dari apa yang di lihat dan dirasakan. Secara lebih jelasnya kita bisa melihat salah satu kegiatan yang ada, misalnya acara membunyikan gamelan, dalam hal ini masyarakat bukan hanya menonton namun diajak untuk mengenal bahwa upacara membunyikan gamelan ini merupakan rangkaian dari upacara sekaten. Melalui acara-acara tersebut kita bisa melihat terbentuknya peristiwa komunikasi, dimana terdapat suatu aktivitas komunikasi antara komunikator dan komunikan. 3. Bentuk pesan Pesan yang dalam perayaan upacara Sekaten baik berupa pesan verbal maupun non verbal bersifat informatif. Pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai prosesi mulai dari pembukaan sampai acara penutup bertujuan untuk memberikan informasi, edukasi maupun hiburan bagi para pengunjung. 4. Isi pesan Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi berupa ide, pemikiran, emosi atau perasaan. Setiap prosesi kegiatan yang berlangsung mempunyai unsur pesan yang ingin disampaikan ke komunikan. Pesan moral yang ingin disampaikan ke semua orang, seperti acara Grebeg. Acara rebutan gunungan dalam grebeg maulid mengandung arti

34 76 bahwasanya masyarakat untu memperoleh sesuatu harus berani bersaing dan tidak mudah putus asa. 5. Media/saluran Setiap pesan dalam suatu aktifitas komunikasi membutukan media untuk penyampaian pesan. Dalam perayaan upacara Sekaten pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui berbagai prosesi upacara, simbol-simbol atau artefak dan sebagainya. Pesan yang disalurkan melalui simbol, dapat dilihat dari prosesi nyebar udhik-udhik. Bukan hanya menyebar sekedar menyebar saja, tapi hal tersebut mempunyai makna bahwasanya raja memberikan sedekah kepada rakyatnya Simbol Simbol yang Digunakan dalam Komunikasi Ritual Upacara Adat Sekaten Pesan yang ditampilkan dalam upacara Sekaten banyak menggunakan bahasa non verbal. Simbol-simbol banyak digunakan merupakan bagian dari ritual prosesi ini. Lambang-lambang budaya yang di pertunjukan tentunya memiliki arti tersendiri yang dipercayai sebagian masyakarat Yogyakarta. Sebagai salah satu media komunikasi, simbol budaya yang digunakan dalam sekaten ini sangat tentunya sangat berpengaruh terhadap interaksi yang dilakukan oleh masyakat. Berikut ini merupakan simbol-simbol yang digunakan dalam upacara Sekaten antara lain :

35 77 a. Gamelan dan gending sekaten terdiri atas dua perangkat gamelan dan beberapa gending (lagu ) yang akan di bunyikan ketika acara sekaten dimulai. b. Numpak wajik Acara ini dihadiri oleh putri Sultan dan para abdi dalem, dalam acara ini juga dilakukan penyusunan gunungan putrid an di iringi dengan bunyi lesung. c. Nyebar udhik-udhik Prosesi ini dilakukan oleh Sultan saat menghadiri acara maulid Nabi Muhammad s.a.w di Masjid agung. d. Gunungan Sekaten Prosesi ini merupakan prosesi akhir dari prosesi upacar Sekaten yaitu Grebeg yang diselenggarakan pada tanggal 12 rabiul awal. Dari keseluruhan simbol yang di gunakan dalam upacara Sekaten, Peneliti mengamati bahwa seluruh simbol yang digunakan merupakan suatu rangkaian yang sudah ada dan di percaya masyakarat sebagai bentuk dari media komunikasi. Media komunikasi berupa simbol-simbol tentunya akan menghasilkan suatu tujuan bersama jika simbol tersebut dipahami maknanya secara bersama. Dalam upacara sekaten, banyak sekali simbol yang tentunya belum banyak diketahui oleh masyakat. Sehingga peneliti dalam hal ini selain membaca buku atau artikel juga melakukan wawncara dengan informan ahli yang mampu menjelaskan tentang simbol-simbol tersebut.

36 Makna yang Terkandung Komunikasi Ritual Upacara Adat Sekaten Pemahaman makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Sekaten dipengaruhi oleh interaksi individu terhadap objek yang diamati. Pengamatan, menggali sumber-sumber dan menterjemahkan makna simbolsimbol akan membentuk suatu pemahaman secara mendalam terhadap nilainilai pesan yang hendak ditampilkan melalui upcara Sekaten. Pada acara pembukaan, dikeluarkannya dua perangkat gamelan yang nantinya akan dibunyikan selama tujuh hari (kecuali pada saat solat jumat ). Hal ini sebagai tujuan untuk menarik atau mengajak masyakarat untuk datang ke Masjid. Selanjutnya ada upacara Numplak Wajik, secara simbolis makna yang ditampilkan dalam upacara ini adalah supaya dalam pembuatan ketujuh gunungan dapat berjalan dengan lancer tidak ada halangan. Tujuan dari pembuatan gunungan sendiri merupakan ungkapan sedekah dari Sultan kepada rakyat, sebagai ucapan terimakasih kepada tuhan karena panen yang melimpah. Mengingat sususan gunungan sendiri terdiri dari aneka sayur, buah-buahan serta jajanan pasar. Kemudian pada acara Miyos Dalem di Masjid Agung yang di hadiri oleh Sultan, pejabat daerah serta para abdi dalem. Nantinya Sultan akan nyebar udhikudhik. Acara ini menggambarkan suatu pola kehidupan yang ideal dimana masyakarat diajak hidup berdampingan dalam perbedaaan. Hal ini merupakan upaya dalam merekatkan hubungan antara kaum bangsawan dengan rakyat.

37 79 Pada acara terakhir,grebeg mulud. Dikeluarkannnya tujuh gunungan untuk diarak menuju masjid Agung, Puro Pakualaman dan Kepatihan. Masyakarat berebut untuk mendapatkan berkah dari gunungan tersebut, makna dalam upacara ini adalah bahwasanya manusia untuk memperoleh sesuatu hal itu harus senantiasa berusaha dalam persaingan dan tidak mudah putus asa. Berdasarkan uraian diatas, upacara sekaten berfungsi sebagai media komunikasi tradisional. Artinya acara ini sebagai jembatan penghubung antara kaum bangsawan dengan masyakarat biasa. Penyebaran informasi melalui acara ini saat memberikan dampak positif bagi para pengunjung ataupun penikmat acara ini, walaupun banyak digunakan bahasa non verbal. Sebagai salah satu sarana hiburan,dan sarana edukasi bagi masyakarat rangkaian upacara Sekaten juga banyak memperkenalkan unsur-unsur kesenian seperti gamelan dan gendhing jawa.

BERBAGAI MACAM GUNUNGAN DALAM UPACARA GAREBEG (GREBEG) DI KERATON YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

BERBAGAI MACAM GUNUNGAN DALAM UPACARA GAREBEG (GREBEG) DI KERATON YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati BERBAGAI MACAM GUNUNGAN DALAM UPACARA GAREBEG (GREBEG) DI KERATON YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Keraton Yogyakarta setiap tahun menyelenggarakan tiga kali upacara garebeg, yaitu: Garebeg Maulud, Garebeg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam bentuk kesenian tradisional. Keberagaman kesenian tradisional tersebut adalah bagian dari kebudayaan setempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX Tugas pada Mata Kuliah Analisis Materi Tarikh/ Kebudayaan Islam-B Dosen:Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag. Oleh: Fikriyani Thoyyibah (20100720018)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Secara morfologis kraton berasal dari kata ratu dengan mendapatkan awalan ka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makam Kotagede atau sering disebut juga dengan Sargede adalah sebuah makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola BAB V Kesimpulan Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola kelembagaan yang ada. Lembaga-lembaga yang berperan dalam perubahan di Yogyakarta saat ini dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NILAM FAHRIDA A 220080068 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih Tulisan ini merupakan uraian secara singkat dari hasil penelitian Maharkesti (alm.), seorang peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING TEMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING TEMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING TEMA RITUAL ADAT SEKATEN DI KRATON SURAKARTA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI DAN BUDAYA MASYARAKAT DI SOLO Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun TIM PENGUSUL Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA

KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA BAB IV KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang lebih memiliki afektif dominan, maksudnya, sensitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Lebih terperinci

TRADISI NYADRAN DI DESA GROGOLAN, KEC. NOGOSARI, KAB. BOYOLALI

TRADISI NYADRAN DI DESA GROGOLAN, KEC. NOGOSARI, KAB. BOYOLALI Tradisi Nyadran Biasanya menjelang bulan Ramadhan, masyarakat di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta akan melakukan sebuah tradisi tahunan peninggalan dari nenek moyang, yaitu Tradisi Nyadran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui nilai-nilai adat, peraturan

Lebih terperinci

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Oleh: Riana Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rianaanggraeni93@yahoo.com

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Oleh: Ade Ayu Mawarni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa adeayumawarni@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

UPACARA PENDAHULUAN

UPACARA PENDAHULUAN www.ariefprawiro.co.nr UPACARA PENDAHULUAN I Pasang Tarub & Bleketepe Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam digunakan sebagai atap atau tambahan atap rumah. Tarub yang biasanya disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku merupakan suatu upacara

BAB I PENDAHULUAN. Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku merupakan suatu upacara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku merupakan suatu upacara pembersihan benda-benda pusaka peninggalan leluhur masyarakat Panjalu. Upacara yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian yang sangat beragam. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peraturan peraturan yang terdapat dalam penelitian. Singkatnya metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peraturan peraturan yang terdapat dalam penelitian. Singkatnya metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan peraturan yang terdapat dalam penelitian. Singkatnya metode penelitian dapat diartikan sebagai cara bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang merupakan istana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR Wahyuningtias (Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Oleh : Ahmad Muhlasin program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa a_muhlasin@ymail.com

Lebih terperinci

Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani*

Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani* Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani* Sekilas Pandang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah juga Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo adalah kota yang memiliki dua kerajaan, yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keraton

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk : Keadaan Alam Indonesia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk : Keadaan Alam Indonesia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Tema Sub Tema Pertemuan Ke/JP : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : VII/1(satu) : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti

BAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada sub bab sebelumnya, saat ini secara mendetail dan sistematis dapat kami sampaikan temuantemuan apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul Oleh : Etmi Amaneti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa amanetyetmi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015

ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015 ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015 LAPORAN ZIKIR & DO A LEBARAN TOPAT 2015 Menuju Lombok Barat Yang Unggul, Mandiri, Sejahtera Dan Bermartabat Dilandasi Nilai Patut Patuh Patju I. PENDAHULUAN. Setelah Ummat

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA Theresiana Ani Larasati Menilik sejarah keberadaan organisasi seni tari di Yogyakarta dapat dikatakan bahwa pada mulanya di Yogyakarta tidak ada organisasi tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Tradisi (bahasa latin traditio diteruskan ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS Pantai Glayem, Indramayu Nama : Ariyanto Npm : 18811968 Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS LATAR BELAKANG Indramayu (Mayoritas Nelayan) Tradisi Nadran Akulturasi Budaya (Hindu-Budha dengan Islam)

Lebih terperinci

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) Oleh: Yuli Ernawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Yuli.erna13@yahoo.com Abstrak:Rumusan

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan tentang hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan berpedoman kepada format wawancara yang telah disusun sebelumnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dilakukan oleh para akademisi, sehingga peneliti dapat memperoleh referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dilakukan oleh para akademisi, sehingga peneliti dapat memperoleh referensi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan tentang strategi komunikasi dakwah dalam upacara sekaten Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memang telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng.

NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng. BARONG IDER BUMI Anda mungkin lebih mengenal Barong sebagai pertunjukan tari dari Bali. Dalam mitologi Bali, Barong adalah perlambang kebaikan, roh pelindung. Musuhnya ialah Rangda si tukang sihir jahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013 Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENGANUGERAHAN GELAR KEHORMATAN ADAT BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang kulit adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang sangat popular dan disenangi oleh berbagai lapisan masyarakat di Jawa khususnya di wilayah Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci