FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR"

Transkripsi

1 ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DOLANAN MESIAP-SIAPAN DUTA KABUPATEN GIANYAR PADA PESTA KESENIAN BALI 2009 Oleh : NI WAYAN VINASTRI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016

2 NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DOLANAN MESIAP-SIAPAN DUTA KABUPATEN GIANYAR PADA PESTA KESENIAN BALI 2009 Oleh Ni Wayan Vinastri Program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Vinastri, Ni Wayan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Dolanan Mesiap- Siapan Duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali Skripsi, Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. Dunia bermain bagi anak-anak telah ditinggalkan sejak tahun 1980-an. Keadaan ini kemungkinan diantaranya dipicu oleh semakin banyaknya piranti dan media tempat bermain bagi anak-anak, seperti mulai ramainya alat-alat permainan import yang didatangkan dari negara tetangga seperti Cina, Malaysia, dan Jepang. Alat-alat permainan itu semakin canggih karena telah menggunakan teknologi modern sehingga lebih menarik perhatian anak-anak untuk memainkannya. Selain itu, permainan modern ini tidak membuat anak-anak kotor. Berbeda halnya dengan permainan tradisional yang ada di Bali, umumnya dilakukan di tempat-tempat yang kotor seperti berdebu bahkan tidak jarang digelar di tempat yang becek. Mengingat dalam dunia permainan itu merupakan salah satu sarana dalam menumbuhkembangkan karakter anak menuju bangsa yang beradab, salah satu langkah yang telah diterapkan adalah dengan adanya dolanan anak-anak pada setiap Pesta Kesenian Bali. Dolanan berasal dari kata dolan yang artinya bermain-main. Maka pada tahun 2009 diciptakanlah suatu dolanan yang berjudul Mesiap-Siapan yang dibawakan oleh Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun Teori yang digunakan adalah teori pendidikan karakter, dimana lebih kepada penelitian tentang pendidikan karakter pada dolanan tersebut. Disamping itu juga digunakan teori lainnya yaitu teori bermain, teori estetika karena dolanan ini juga merupakan sebuah seni pertunjukan yang mengandung nilai estetika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha meneliti secara kualitatif tentang nilai pendidikan yang terkandung dan cara mengemas nilai pendidikan karakter pada dolanan tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai pendidikan yang terkandung dalam dolanan tersebut adalah nilai agama, nilai pancasila, nilai budaya, dan nilai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan cara mengemas nilai pendidikan karakter dalam dolanan tersebut yaitu melalui sinopsis dan dialog yang dicantumkan pada lampiran. Kata Kunci : Permainan Tradisional, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, Dolanan Mesiap- Siapan, Duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali 2009.

3 PENDAHULUAN Latar Belakang Sebelum dijelaskan makna pendidikan karakter, terlebih dahulu akan diuraikan definisi karakter. Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Poerwadarminta, 1996:521, seperti dikutip Amirulloh Syarbini, 2012:13). Sementara itu Wynne (2007:242) seperti dikutip (Amirulloh Syarbini, 2012:14) menjelaskan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti menandai (to mark) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dari berbagai pendapat itu dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah kepribadian yang membedakan karakter masing-masing orang. Dari konsep karakter ini muncul istilah pendidikan karakter (character education). Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010) seperti dikutip (Amirulloh Syarbini, 2012:16) disebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Pendidikan karakter dewasa ini bukan saja merupakan hal yang penting bagi lembaga pendidikan, tetapi menjadi kebutuhan yang harus diberikan kepada peserta didik, karena kebutuhan bangsa ini bukan hanya mengantarkan dan mencetak peserta didik cerdas dalam nalar, tetapi juga harus cerdas dalam moral. Mencetak anak yang berprestasi secara nalar memang tidak mudah, tetapi mencetak anak bermoral jauh lebih sulit dilakukan, apalagi dengan perkembangan teknologi canggih yang semakin cepat dan pesat, yang tentunya akan berdampak terhadap perkembangan anak (Amirulloh Syarbini, 2012:18). Salah satu teknologi canggih yang dimaksud yaitu teknologi telepon genggam atau handphone. Untuk kehidupan era globalisasi ini, fungsi telepon genggam yang awalnya hanya digunakan untuk alat komunikasi, sekarang sudah semakin canggih seiring perkembangan zaman. Maka dari itu pendidikan karakter sangat perlu dituangkan kepada anak agar memiliki moral dan budi pekerti yang baik.

4 Pendidikan karakter dalam konteks membangun karakter bangsa memiliki pertautan erat dengan basis kebudayaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkepribadian luhur (Haedar Nashir, 2013:38). Maka dari itu kebudayaan mempunyai peran penting dalam membangun pendidikan karakter. Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia adalah permainan tradisionalnya. Permainan tradisional adalah permainan yang dilakukan oleh anak-anak setingkat sekolah dasar. Tempat bermainnya bisa dimana saja di tempat terbuka, dengan menggunakan tubuhnya sebagai media, atau benda-benda sekitarnya seperti batu, kayu dan lain sebagainya. Mengingat dalam dunia permainan itu merupakan salah satu sarana dalam menumbuhkembangkan karakter anak menuju bangsa yang beradab, salah satu langkah yang telah diterapkan adalah dengan adanya dolanan anak-anak pada Pesta Kesenian Bali. Dolanan berasal dari kata dolan yang artinya bermain-main (Prawiroatmodjo, 1988:95). Dalam dolanan, anakanak akan memainkan permainan tradisional, yang diikuti dengan nyanyian dari permainan itu sendiri. Karena pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter bagi anak, diciptakanlah suatu dolanan yang berjudul Mesiap-Siapan oleh kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun Dolanan ini sangat menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian skripsi karena akibat dari perkembangan zaman dan bagaimana penanggulangan pengaruh positif dan negatifnya dijelaskan di dalam dolanan ini. Rumusan Masalah Penelitian 1. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009? 2. Bagaimana cara mengemas nilai-nilai pendidikan karakter dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009? Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun Mengetahui dan menjelaskan cara mengemas nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009.

5 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena data sudah ada secara alamiah. Penelitian ini dilakukan di kediaman peneliti yaitu Banjar Pagutan Kelod desa Batubulan, dengan mengamati video dolanan Mesiap-siapan tersebut. Objek penelitian yang digunakan adalah sebuah video MP4. Sumber data yang digunakan berupa sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer berupa tranksrip dialog dolanan tersebut, sedangkan sumber data sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan penelitin ini. Instrumen penelitian terdiri dari instrumen pokok yaitu berupa video MP4, instrumen penunjang seperti laptop, pulpen, buku, dll, dan karena adanya teknik wawancara maka instrumen yang digunakan juga berupa daftar pertanyaan yang diberikan baik untuk pelaku maupun pencipta dolanan Mesiap-siapan tersebut. Teknik pengumpulan data penelitian ini melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati video dolanan Mesiap-siapan. Dari mengamati video dolanan tersebut, hasil yang didapatkan berupa dialog-dialog dolanan yang di transkrip menggunakan kata-kata verbal. Dari dialog inilah dapat ditafsirkan bahwa dolanan ini mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Teknik wawancara yang digunakan di sini adalah wawancara semi terstruktur. Data-data dari transkrip dialog dolanan tersebut yang tidak dapat ditafsirkan, akan dibantu dengan adanya data dari wawancara ini untuk melengkapi data primer yang ada. Lalu teknik studi dokumen menggunakan cara memeriksa buku-buku catatan atau dokumentasi yang mempunyai hubungan dengan penelitian. Teknik pengolahan data menggunakan metode pengolahan data kualitatif. Lalu yang terakhir teknik penyajian hasil pengolahan data ini disajikan dalam bentuk skripsi yang dibagi menjadi lima bab. HASIL DAN PEMBAHASAN Dolanan Mesiap-Siapan Menurut Made Taro (Tok Pitu sampai Tok Lait Kancing, 2015:31), permainan mesiapsiapan yaitu dua ekor ayam jantan bertarung di halaman rumah. Mereka saling serang dengan sayap, kaki dan paruhnya. Perlagaan dua ekor ayam itu sangat menarik bagi anak-anak untuk dijadikan permainan. Ada yang mengumpamakan ayam-ayam itu dengan daun jarak, adapula dengan memperlagakan anggota tubuh. Adu ayam dengan daun jarak yang bertaji itu adalah tiruan dari sabungan ayam yang disebut tajen. Dalam tajen, dua ekor ayam jantan yang bertaji itu diadu dan dipertaruhkan. Setiap ayam dipegang atau diatur oleh seorang pakembar (juru adu). Di

6 beberapa tempat permainan yang meniru kegiatan judi lengkap dengan pakembarnya itu disebut Tajen-tajenan. Sedangkan menurut hasil wawancara dengan I Wayan Wiryawan selaku penata tari dolanan Mesiap-siapan (Senin, 16 Mei 2016 pukul WITA) bertempat di Banjar Sengguan desa Singapadu, beliau mengatakan, Kalau dicermati dari kata Mesiap-siapan diambil kata dasarnya yaitu siap yang artinya segera, siaga. Berarti kita mengambil sesuatu itu dengan pemikiran yang matang untuk bisa mengatakan siap jalan misalnya, berarti itu kita sudah melalui pemikiran, supaya kita melangkah dengan tidak adanya keragu-raguan. Ini merupakan bagian dari budaya juga sebenarnya yaitu dari budaya tajen. Itu kita ambil kesini karena memang dulu disekitar sini anak-anak suka bermain seperti itu memakai daun jarak dengan lidi (urat daun kelapa). Itulah bentuk permainan yang berkembang pada zamannya. Tidak seperti zaman sekarang yang permainannya hanya ada pada HP (handphone/telepon genggam). Jika menurut unsur edukasinya sebenarnya sama dalam kedua permainan itu, karena itu samasama membutuhkan pemikiran. Yang berbeda hanya pada gerak, wawasan, dan pergaulan yang kurang pada game di HP karena game HP ini dapat dilakukan sendiri, sedangkan kalau permainan zaman dulu tidak. Kalau permainan zaman dulu jarang sekali permainan itu dimainkan satu orang, mereka akan berkumpul mencari kawan lima atau sepuluh orang, baru sesudah itu mereka akan bermain. Nilai-Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Dolanan Mesiap-siapan Menurut Faturrahman (2012:46) pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lngkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehinggga ia menjadi orang asing dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter

7 bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan bila dihubungkan dengan nilai-nilai pendidikan yang ada pada dolanan Mesiap-siapan dapat diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini : 1. Nilai Agama : Nilai pendidikan dari sumber agama terdapat dalam dolanan Mesiapsiapan. Hal ini dapat dibuktikan dari sinopsis dolanan Mesiap-siapan tersebut seperti yang sudah terlampir, bahwa tarian ini merupakan transformasi dari salah satu bentuk hiburan masyarakat Bali yaitu Tajen yang berangkat dari tabuh rah yang keberadaannya karena tuntutan dalam upacara Bhuta Yadnya, setidak-tidaknya caru Panca Sato. Upacara Bhuta Yadnya merupakan bagian dari ajaran Panca Yadnya (lima pengorbanan suci yang tulus ikhlas) yang terdapat dalam ajaran agama Hindu. 2. Nilai Pancasila : Di dalam dolanan Mesiap-siapan sudah terdapat nilai-nilai Pancasila: a) Dapat dilihat dari dialog anak yang menyebutkan Om betara betari konyangan, madak ane mati pang idup ane i i idup pang mati. (Om Dewa-Dewi semuanya, semoga yang mati jadi hidup yang hi hi hidup jadi mati), dialog tersebut membuktikan bahwa saat ada anak pertama jatuh pingsan, anak kedua selalu mengingat Tuhan Yang Mahaesa untuk meminta anugerah, namun dalam konteks ucapan yang tidak serius. Hal ini menyangkut pada sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa ; b) Dari dialog Be ngelah, melang nae ngejang mata nae. Ngejang mata di samping. Tawang ci je, mone gede ne Yande orang ci siap (sudah punya, benar-benarlah menaruh mata. Menaruh mata di samping. Apa kamu tahu, sebegini besarnya Yande kamu bilang ayam), mencerminkan sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Rasa kemanusiaan anak itu terhadap temannya yang dianggap ayam oleh anak lain, dan dia membela temannya yang sudah dilecehkan itu; c) Berdasarkan dialog Nah yen be keto, lan orin men carane mesiap-siapan. Jani alih timpale malu (ya kalau sudah begitu, akan saya beri tahu caranya mesiap-siapan. Sekarang cari teman-teman dulu), dapat mencerminkan sila Pancasila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Anak tersebut ingin agar mereka bersatu dan bersama dengan teman-temannya memainkan permainan mesiap-siapan; d) Dari dialog Nah mumpung be dini, luung ne ngudiang dik nah?

8 (baiklah mumpung sudah di sini, sebaiknya melakukan apa ya?) dapat mencerminkan sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan. Anak tersebut bertanya pada teman-temannya sebaiknya melakukan hal apa, karena dia tidak mungkin hanya menjalankan apa yang dia kehendaki, maka dia memusyawarahkan untuk tahu mereka akan melakukan apa; dan e) Berdasarkan dialog Nah kene jani, ajake mecurik-curikan, nyen ne metangkep to dadi siap ne. Engken ne setuju setuju? (baik sekarang begini, mari mecurik-curikan, siapa yang tertangkap dia yang jadi ayamnya. Bagaimana apa setuju?), dapat mencerminkan sila kelima Pancasila yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mereka memainkan permainan mecurik-curikan agar mendapat pemeran ayam yang tidak direncanakan dari segi kekuatan dan besar tubuhnya, agar permainan mesiap-siapan tersebut murni merupakan sebuah game yang tujuannya hanya untuk bermain. 3. Nilai Budaya : Dolanan Mesiap-siapan memiliki nilai-nilai pendidikan dari sumber budaya. Dapat diketahui bahwa dolanan Mesiap-siapan tersebut terinspirasi dari permainan tradisi Bali yang menyerupai kebudayaan tajen (sabung ayam). Namun penggambaran ayam tersebut ditirukan oleh anak menggunakan daun jarak atau menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai ayamnya. 4. Nilai dari Tujuan Pendidikan Nasional : Di dalam dolanan Mesiap-siapan ini mempunyai maksud agar dapat memenuhi tujuan pendidikan nasional dalam nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu terciptalah dolanan Mesiap-siapan ini dan sampai dipertontonkan kepada masyarakat umum, agar selalu melestarikan budaya asli Bali, agar tidak tertelan oleh kemajuan jaman yang semakin berkembang pesat dan memberikan dampak negatif yang lebih buruk lagi. Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam dolanan Mesiap-siapan tersebut dapat menjadi pedoman untuk masyarakat agar memberikan pendidikan yang baik dan benar terhadap putraputri mereka. Sedangkan menurut hasil wawancara dengan I Wayan Wiryawan selaku penata tari (Senin, 16 Mei 2016 pukul WITA) bertempat di Banjar Sengguan desa Singapadu, bahwa nilai pendidikan yang diangkat dalam dolanan Mesiap-siapan ini adalah nilai sopan santun, kesigapan, keterampilan, kecekatan dalam berpikir dan kesetiakawanan.

9 Pengemasan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Dolanan Mesiap-Siapan Amirulloh Syarbini (2012:25) juga menambahkan bahwa dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 (delapan belas) nilai yang bersumber dari agama, budaya, dan falsafah bangsa, yaitu: nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Cara pengemasan nilai pendidikan karakter dalam dolanan Mesiap-siapan didapatkan dalam transkip dialog yang sudah terlampir. Dialog tersebut mengandung beberapa nilai dari delapan belas nilai pendidikan karakter seperti yang sudah dijelaskan di atas. Adapun dialog yang mengandung delapan belas nilai pendidikan karakter tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Kreatif 109.Wanita C : We timpal-timpal, dini kan sube ada don jarak, ajake mesiap-siapan. (Eh teman-teman, di sini kan sudah ada daun jarak, mari mesiap-siapan). 110.Pria D : Bah cocok cocok, ajake mesiap-siapan, mumpung ada don jarak. Nah jani alih don jarak, tusuk aji lidi, lidi to anggo tajine, care di tajen-tajen to. Nah yen be keto jani alih don jarake. (Wah cocok cocok, mari mesiap-siapan, mumpung ada daun jarak. Nah sekarang cari daun jarak, tusuk dengan lidi, lidi itu sebagai tajinya, seperti di sabung ayam itu. Nah kalau begitu sekarang cari daun jaraknya). Pada dialog nomor 109 dan 110 tersebut terkandung nilai kreatif. Mereka berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. b. Demokratis 105.Pria B : Nah mumpung be dini, luung ne ngudiang dik nah? (Nah mumpung sudah di sini, sebaiknya melakukan apa ya?) 106.Pria I : Paling melah ajake main jaran-jarane. Misi mase kuda lumping. (Paling baik mari bermain kuda-kudaan. Juga isi kuda lumping) 107.Pria B : Men ci nyak dadi jarane? (Lalu kamu mau jadi kudanya?) 108.Pria I : Siing, cenik kene, jarane kan gede. (Tidaaak, kecil begini, kuda kan besar) Pada dialog nomor 105 sampai 108 ini, terkandung nilai demokratis. Pria B menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, maka ia bertanya lebih dahulu kepada temantemannya hendak melakukan apa agar didapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian teman-

10 temannya yang lain memberikan masukan sehingga menimbulkan adanya kegiatan demokratis dalam dolanan Mesiap-siapan ini. c. Rasa Ingin Tahu 49. Pria G : We sing dadi nak keto. Kanggwang patilesin, mapan ragane clebingkah payuk jakan, pang polih blembengan waregan. (Eh tidak boleh seperti itu, karena kita semua ibarat penyangga tempat masak, dan nanti bisa menghasilkan sesuatu.) 50. Pria H : Men apa contohne? (Lalu apa contohnya?) 51. Pria G : Contohne, to ane di TV to, ane ngalih arak methanol to, bangka be jani. Ada bien, ane nganggo narkoba, ekstasi, sabu-sabu, pil koplo. (Contohnya, itu yang di TV, yang minum arak methanol itu, sudah mati sekarang. Ada lagi, yang memakai narkoba, ekstasi, sabu-sabu, obat terlarang). Pada dialog nomor 50, pria H memiliki rasa ingin tahu akan kalimat yang diberikan oleh pria G. d. Bersahabat atau Komunikatif 25. Pria D : We ci nak ngudiang ngejuk siap? (Eh kamu kenapa menangkap ayam?) 26. Pria A : Ye, kone mesiap-siape? (Lho, katanya main ayam-ayaman?) 27. Pria D : Bah! Yen keto keneh ci paling ci kaden e bebotoh nyen e. Ooooo bani ci bani? (Bah! Kalau begitu pemikiranmu pasti kamu dikira penjudi nanti. Ooooo berani kamu berani?) 28. Pria A : Bani apa? (Berani apa?) 29. Pria D : Bani ci juk ken polisi e? (Berani kamu ditangkap sama polisi?) 30. Pria A : Sing sing sing. (Tidak tidak tidak) 31. Pria D : Nah yen be keto, lan orin men carane mesiap-siapan. Jani alih timpale malu. (Ya kalau begitu, saya beri tahu caranya mesiap-siapan. Sekarang cari temanteman dulu). Pada dialog nomor 25 sampai 31 tersebut, terdapat tindakan yang memperlihatkan rasa bersahabat dengan orang lain. Pria D memberi peringatan pada Pria A agar dia tidak mendapat masalah. Lalu Pria D memberi tahu cara bermain mesiap-siapan dan mencari lebih banyak teman agar dapat bermain bersama-sama.

11 e. Peduli Sosial 63. Wanita B : Jeg ngawag-ngawag gen. Tawang ci je, mone jegeg-jegeg ne orang care liak. Cang gen care Dewi Sita e. (Ngawur-ngawur saja. Kamu tahu tidak, sebegini cantik-cantiknya dibilang seperti liak. Saya saja seperti Dewi Sita). Pada dialog nomor 63 tersebut, terdapat sikap dan tindakan yang memberi bantuan terhadap orang lain. Wanita B memberi bantuan berupa pembelaan terhadap temannya yang dikatakan liak. Dalam konteks ini, perkataan liak itu sudah termasuk dalam hal yang negatif, sehingga wanita B membela temannya itu. f. Cinta Damai 103.Pria B : Nah nah nah nah nah. De to lantangange. Jani ajake rage meplalianan, setuju? (Ya ya ya ya ya. Jangan itu diperpanjang. Sekarang mari kita bermain, setuju?) Pada dialog nomor 103 tersebut, terdapat sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang. Pria B berusaha menghentikan temantemannya yang berdebat panjang hingga memicu pertengkaran. g. Kerja Keras 127.Pria A : Hahahaha jani cang ngembar ci, memunyi memunyi memunyi! (hahahaha sekarang saya melatih kamu, bicara bicara bicara!) 128.Pria C : (menjadi ayam) Kikikikik kikikiik kikkiikiiki. 129.Pria A : We sing keto munyin siape, munyin siape kok kok kok keto. (Eh tidak begitu bunyi ayam, bunyi ayam kok kok ko begitu) Pada dialog nomor 127 sampai 129 tersebut, terdapat perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan. Pria A dengan sungguh-sungguh melatih pria C yang menjadi ayam agar dapat menang dalam permainan tersebut. h. Mandiri 151.Pria C : Nengil malu, negak negak. (lalu keluar membawa air tirta dengan sempoyongan) (Diam dulu, duduk duduk) (lalu keluar membawa air tirta dengan sempoyongan) Pada dialog nomor 151 tersebut, terdapat sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain. Pria C menyuruh temannya duduk saja saat ada yang pingsan, dan dia menyelesaikan masalah itu sendiri.

12 SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas tentang nilai pendidikan yang terkandung dalam dolanan Mesiap-siapan duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasi dari sumber-sumber, yaitu sumber agama, Pancasila, budaya, dan dari sumber tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya keempat sumber tersebut dihubungkan dan dikaitkan dengan dolanan Mesiap-siapan sehingga mendapat hasil berupa deskripsi dan hasil penelitian tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Dolanan Mesiap-siapan ini dikemas dengan dialog, drama, tarian, nyanyian, musik, dan perilaku pemain sehingga dapat memiliki nilai-nilai pendidikan karakter. Cara pengemasan nilai pendidikan karakter dalam dolanan Mesiap-siapan didapatkan dalam transkip sinopsis dan dialog yang sudah terlampir. Setelah dianalisis, beberapa dialog mengandung delapan nilai dari delapan belas nilai pendidikan karakter, yaitu kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat atau komunikatif, peduli sosial, cinta damai, kerja keras, dan mandiri. DAFTAR PUSTAKA Faturrahman, dkk Pengantar Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Nashir, Haedar Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan. Yogyakarta: Multi Presindo. Prawiroatmodjo Bausastra Jawa-Indonesia Jilid I. Cetakan 3. Jakarta: PT Karya Unipress. Syarbini, Amirulloh Buku Pintar Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: as@-prima Pustaka. Taro, Made Seni Permainan Tradisional Bali : Dari Tok Pitu Sampai Tok Lait Kancing. Denpasar: Amada Press.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan pengelolaan Negara itu sendiri dalam mengelola pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA Heri Supranoto Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Heri_supranoto@yahoo.com Abstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Bidayat al-hidayah

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas merumuskan tujuan pada Bab II, Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki sejumlah karakter, integritas dan kompetensi yang berguna

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter

Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat memahami Pengertian Pendidikan Karakter Mahasiswa dapat memahami Tujuan Pendidikan Karakter Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu

Lebih terperinci

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI Mohamad Dedi 1 ; Estu Handayani 2 Email:dedismantab_stikom@yahoo.co.id; ehchie797@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang bergenre komedi, horor, action, sampai romantik semua dapat dengan mudah diperoleh dan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran terdiri dari dua hal yang salah satunya saling berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar oleh pengajar (Guru).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang dialami oleh seseorang disepanjang hidupnya. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh semua orang karena dengan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengertikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus di jalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia seacara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SDN 2 Pasirtamiang. Hal ini disebabkan, visi sekolah yang menjunjung pendidikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR SERIBU PENA BAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII KARANGAN PUDJI ISDRIANI TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moralitas bangsa menjadi longgar, sesuatu yang dahulu dianggap tabu sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebuah instansi resmi yang bertujuan memberikan pelayanan dalam bidang pendidikan. Sekolah merupakan lembaga formal guna mencetak generasi-generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang diperlukan untuk melanjutan sistem pemerintahan demi memajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, juga merupakan senjata yang paling ampuh untuk meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah menghadirkan tantangan serta peluang yang baru bagi manusia dan kehidupan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG SKRIPSI Ditujukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan tentu sudah tidak asing lagi, begitu juga di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Penyeragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-6 Tahun merupakan usia yang sangat menentukan pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak.anak pada usia dini berada pada proses perkembangan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN MESATUA BALI SEBAGAI EKSPRESI MEDIA BERMAIN DRAMA MONOLOG PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24

ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN MESATUA BALI SEBAGAI EKSPRESI MEDIA BERMAIN DRAMA MONOLOG PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24 ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN MESATUA BALI SEBAGAI EKSPRESI MEDIA BERMAIN DRAMA MONOLOG PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24 DAUH PURI KECAMATAN DENPASAR BARAT Oleh : I WAYAN SUWEKA MULYAWAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR (Studi Kasus Semua Guru Selain Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Colomadu, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan dalam penelitian. Sub judul tersebut yaitu latar belakang, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia. Begitulah

Lebih terperinci