STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL SKRIPSI"

Transkripsi

1 STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Meilani Ika Pratiwi NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017 i

2

3

4

5 MOTTO We live in a world of patterns, and it is natural for children to describe, extend, and create patterns. (Jean M. Shaw) Akan selalu ada pola dalam kehidupan ini, seperti halnya kebiasaan. Kebiasaan merupakan pengulangan yang berpola, maka ajari anak untuk mengulang pola-pola yang baik. (Penulis) v

6 PERSEMBAHAN Atas rahmat Allah SWT, telah terselesaikanlah karya yang akan penulis persembahkan untuk: 1. Ibu Tumilah dan Bapak Suhardi tercinta, yang selalu memberikan doa dan dorongan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Almamater UNY yang telah memberikan bekal ilmu bagi masa depan penulis. vi

7 STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL Oleh Meilani Ika Pratiwi NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD baik pada indikator kemampuan meniru, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun, maupun menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul yang berjumlah 115 anak. Objek penelitian ini yaitu kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, baik pada kemampuan meniru, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun, maupun menciptakan pola. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan dengan ratarata keseluruhan yaitu sebesar 66,71%. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penilaian dari observasi terhadap empat indikator kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, yaitu kemampuan meniru pola dengan kategori berkembang sangat baik (83,50%), kemampuan memperkirakan urutan berikutnya dengan kategori berkembang sesuai harapan (73,83%), kemampuan menyusun pola dengan kategori berkembang sesuai harapan (60%), dan kemampuan menciptakan pola dengan kategori mulai berkembang (49,50%). Kata kunci: kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, anak kelompok B vii

8 KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala hidayah, taufiq, dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi pada jenjang strata satu Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini atas motivasi yang diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra.Sudaryanti, M.Pd. dan Ibu Nur Cholimah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dengan sabar dan ikhlas sehingga skripsi ini bisa selesai. 5. Segenap dosen FIP UNY yang telah memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Guru-guru TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan yang telah memberikan kesempatan dan bantuannya untuk penelitian ini. viii

9 7. Teman-teman PG-PAUD angkatan 2013 kelas A terima kasih atas bantuannya. 8. Semua pihak yang telah membantu sejak penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT menggantikannya dengan kebaikan yang jauh lebih baik dari semua yang telah diberikan kepada penulis. Amin. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pendidikan umumnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Yogyakarta, 21 April 2017 Penulis ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 9 G. Batasan Istilah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Kemampuan Kognitif Anak Pengertian Kognitif Teori Perkembangan Kognitif Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun B. Matematika Anak Usia Dini x

11 1. Pengertian Matematika Konsep Matematika Perkembangan Matematika Anak TK Usia 5-6 Tahun C. Tinjauan tentang Pola ABCD-ABCD Pengertian Pola ABCD-ABCD Pengertian Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Macam-macam Pola ABCD-ABCD Pengenalan Pola pada Anak TK Pentingnya Pengenalan Pola pada Anak TK D. Penelitian yang Relevan E. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Populasi Sampel D. Variabel Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data Observasi Dokumentasi F. Kisi-kisi Instrumen G. Instrumen Penelitian Lembar Observasi Dokumentasi H. Validitas dan Reliabilitas Validitas Reliabilitas I. Teknik Analisis Data xi

12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Wilayah Penelitian Deskripsi dan Analisis Data Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian Meniru Pola Memperkirakan Pola Menyusun Pola Menciptakan Pola Hasil Keseluruhan dari Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD.. 83 C. Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun Tabel 2. Data Jumlah Populasi dan Sampel Tabel 3. Kisi-kisi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Tabel 4. Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD- ABCD Tabel 5. Rubrik Penilaian Meniru Pola Tabel 6. Rubrik Penilaian Memperkirakan Urutan Berikutnya Tabel 7. Rubrik Penilaian Menyusun Pola Tabel 8. Rubrik Penilaian Menciptakan Pola Tabel 9. Tabel 10. Acuan Predikat Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD- ABCD Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B di TK Segugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul xiii

14 DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Meniru pola AB-AB Gambar 2. Meniru pola ABCD-ABCD Gambar 3. Memperkirakan urutan berikutnya Gambar 4. Menyusun pola Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menru Pola di TK se-gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Gambar 10. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Gambar 11. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun Gambar 12. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Gambar 13. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Gambar 14 Grafik Histogram Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola di TK se-gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Gambar 15. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Gambar 16. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun xiv

15 Gambar 17. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Gambar 18. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Gambar 19. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menyusun Pola di TK se-gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Gambar 20. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Gambar 21. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun Gambar 22. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Gambar 23. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Gambar 24. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menciptakan Pola di TK se-gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Gambar 25. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD di TK se-gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Data Observasi Awal Lampiran 3. Data Wawancara Awal Lampiran 4. Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Pernyataan Validasi Lampiran 6. Lembar Observasi Hasil Penelitian Lampiran 7. Analisis Pengolahan Data Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan hal xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengubah tingkah laku seseorang menjadi lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 263), pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memegang peranan penting bagi setiap individu dalam kehidupannya. Pendidikan tidak hanya milik orang dewasa namun anak usia dini sekalipun berhak memperoleh pendidikan. Menurut Slamet Suyanto (2005: 33), setelah lahir anak perlu mendapatkan stimulasi pendidikan dan orang tua bertanggung jawab untuk memberi stimulasi pendidikan tersebut. Anak usia dini memerlukan stimulasi dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu cara pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini yaitu melalui PAUD. Pendidikan anak usia dini atau biasa disebut PAUD merupakan suatu upaya pendidikan yang dilakukan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak serta mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Anak usia 1

18 dini sudah semestinya mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Melalui pendidikan anak usia dini, potensi dalam diri anak dapat digali. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini bagian ketujuh pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanakkanak (TK), Raudatul Atfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat; pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KOBER), Taman Penitipan Anak (TPA), dan bentuk lain yang sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga dan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Taman Kanak-kanak (TK) yang diperuntukkan bagi anak usia empat sampai enam tahun merupakan salah satu bagian pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Anak TK berada dalam proses perkembangan yang sangat pesat sehingga perlu diberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangannya. Aspek-aspek yang perlu distimulasi tersebut antara lain meliputi aspek nilai-nilai agama dan moral, aspek fisik motorik, aspek sosial emosional, aspek bahasa, aspek seni, dan aspek kognitif. Salah satu kemampuan dasar yang perlu dikembangkan di TK yaitu aspek perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif dapat diberikan kepada anak dengan berbagai permbelajaran di TK, salah satunya dengan pembelajaran matematika. 2

19 Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah mencocokkan, perbandingan dan seriasi/urutan, pengenalan geometri dengan bangun dan ruang, penjumlahan, pengukuran, grafik, klasifikasi atau mengelompokkan benda dan mengenal pola. Pembelajaran matematika sangat penting untuk diajarkan pada anak. Salah satu pembelajaran matematika yang dapat diajarkan kepada anak yaitu mengenal pola ABCD-ABCD. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 terdapat standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) yang harus dicapai oleh anak kelompok B atau pada usia 5-6 tahun dalam sublingkup perkembangan konsep, bentuk, warna, ukuran, dan pola, yaitu anak mampu mengenal pola ABCD-ABCD. Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, mengenal pola ABCD-ABCD ada dalam lingkup perkembangan kognitif dengan sub lingkup perkembangan berpikir logis. Pola atau patterning merupakan kegiatan menyusun rangkaian warna, angka, atau benda yang diulang. Mengenal pola dapat mengembangkan keterampilan berpikir anak seperti belajar mengamati, memperkirakan, dan mengurutkan. Keterampilan anak dalam mengenal pola sangat penting dimiliki oleh anak, karena dengan mengenal pola anak dapat memperluas pengetahuan mereka tentang persamaan dan perbedaan. Anak dapat menyusun sebuah pola AB-AB, ABC-ABC, dan/atau ABCD-ABCD berdasarkan kriteria ataupun ciri tertentu, seperti berdasarkan warna, ukuran, bentuk, dan sebagainya. Hal ini hampir serupa dengan kegiatan mengklasifikasi berdasarkan kriteria tertentu. 3

20 Anak kelompok B harus mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat dua sampai tiga pola berurutan yaitu ABCD-ABCD-..., dan seterusnya. Bagi anak proses mengenal pola ABCD-ABCD memang membutuhkan pemahaman yang lebih tinggi daripada mengenal pola AB-AB atau ABC-ABC. Guru dapat memberikan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak dengan berbagai media dan dengan metode pembelajaran yang menarik, sederhana, dan menyenangkan. Saat anak melakukan kegiatan mengurutkan pola maka anak akan melakukan pengamatan yang berfungsi melatih pemahaman anak. Selain itu, pengenalan pola pada anak dimaksudkan agar anak mampu memperkirakan atau memprediksi peristiwa atau kejadian di kehidupan anak dengan baik. Kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD tidak hanya diperoleh dari pembelajaran di kelas saja. Dalam kehidupan sehari-hari anak dapat mengenal pola yaitu dengan memperkirakan urutan waktu dalam satu hari. Perkiraan pola yang seharusnya dimengerti anak pada urutan pola waktu dalam satu hari adalah pagi, siang, sore, malam. Pada hari berikutnya anak akan tahu bahwa pola waktu dalam hari itu akan sama seperti hari kemarin yakni pagi, siang, sore, malam, pagi, siang, sore, malam, dan seterusnya. Saat anak sudah paham dengan konsep mengenal pola ABCD-ABCD maka akan mudah bagi anak untuk mengenal suatu urutan pola. Mengenal pola ABCD-ABCD merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat penting dilakukan di sekolah, baik pola AB-AB, ABC-ABC, maupun ABCD-ABCD. Namun, untuk kelompok B pengenalan pola yang tepat adalah pola ABCD-ABCD. Mengenal pola memiliki manfaat yang penting untuk anak. 4

21 Banyak manfaat yang didapat ketika anak telah mampu mengenal konsep pola. Salah satu diantaranya adalah anak belajar untuk memperkirakan suatu situasi, kejadian, peristiwa, maupun hal-hal pentingnya lain di kehidupannya dengan baik, setelah melihat pola-pola yang berurutan. Mengenal pola ABCD-ABCD merupakan kegiatan yang sebenarnya mudah untuk anak TK. Jika anak telah paham konsep dari mengurutkan atau menyusun suatu benda maka akan sangat mudah bagi anak untuk menyelesaikan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD. Pada anak TK kelompok B, banyak ditemukan anak yang masih mengalami kesulitan dalam mengenal pola ABCD-ABCD. Hal tersebut diperkuat dengan observasi awal yang telah peneliti lakukan pada salah satu TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan yaitu TK PKK 58 Utami Mardi Siwi. Anak kelompok B di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi masih mengalami kesulitan dalam mengenal pola ABCD-ABCD. Sebanyak 48% anak kelompok B di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi belum mengenal pola dengan baik. Hal ini terlihat dari 25 anak hanya 13 anak yang benar dalam mengurutkan pola ABCD-ABCD, dan 12 anak masih terbalik dalam mengurutkan pola ABCD-ABCD. Data observasi awal dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, anak kelompok B di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi sudah mampu untuk mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC, namun kesulitan saat dihadapkan dengan pola ABCD-ABCD. Kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi biasa dilakukan dengan cara meniru pola dan memperkirakan urutan berikutnya. Menurut guru kelas, kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD masih sulit dilakukan anak, terlihat dari anak yang 5

22 masih sering terbalik saat mengurutkan suatu urutan pola. Banyak anak TK kelompok B yang masih kebingungan saat kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD sehingga terbalik saat mengurutkan pola. Contoh pola yang terbalik adalah ABCD-ABDC-ACBD dan lain sebagainya. Pola yang seharusnya disusun anak adalah pola ABCD-ABCD. Anak juga terlihat kurang aktif saat pembelajaran berlangsung dan tidak jarang saat anak kebingungan, anak tersebut tidak menyelesaikan tugasnya dalam mengenal pola ABCD-ABCD. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 3. Permasalahan yang ada dilapangan berikutnya adalah pembelajaran yang monoton atau kurang bervariasi. Variasi pembelajaran dalam mengenalkan pola ABCD-ABCD perlu sekali dilakukan sebagai seorang guru. Hal ini ditujukan agar anak dapat tertarik dengan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD dan mencegah agar anak tidak bosan. Melihat betapa pentingnya pengenalan pola pada anak usia dini khususnya pada TK kelompok B, maka perlu sekali anak untuk mampu mengenal pola ABCD-ABCD dengan tepat saat di sekolah. Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD di TK pada umumnya hanya dikenalkan dengan kegiatan meniru pola dan memperkirakan urutan berikutnya. Kegiatan mengenalkan pola pada anak tidak selalu harus dilakukan dengan kedua cara tersebut. Menurut Reys, dkk (2012: ) kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD meliputi meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola dan menciptakan pola. Dengan demikian, cara mengenalkan pola dapat dilakukan dengan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola dan/atau menciptakan pola. 6

23 Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Selain itu, di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul belum pernah diadakan penelitian mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti merumuskan judul Studi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Anak masih kesulitan dalam mengenal pola ABCD-ABCD sehingga urutan polanya masih sering terbalik. 2. Anak tidak menyelesaikan kegiatannya dalam mengenal pola ABCD-ABCD. 3. Anak kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung. 4. Dalam mengajarkan pengenalan pola ABCD-ABCD pada anak pembelajaran yang diberikan guru kurang bervariasi, pengenalan pola hanya dilakukan dengan meniru pola dan memperkirakan urutan berikutnya, padahal mengenal pola ABCD-ABCD dapat juga dilakukan dengan menyusun pola dan menciptakan pola. 7

24 C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, serta mengingat luasnya masalah maka dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada aspek meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola pada saat kegiatan pembelajaran. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana kemampuan memperkirakan urutan berikutnya pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul? 3. Bagaimana kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul? 4. Bagaimana kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul? E. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. 8

25 2. Mengetahui kemampuan memperkirakan urutan berikutnya pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. 3. Mengetahui kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. 4. Mengetahui kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik pada aspek teoritis maupun praktik sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dalam pengembangan kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK kelompok B dengan cara meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, sebagai data riil yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut khususnya penelitian kemampuan mengenal pola. b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbaikan kualitas pembelajaran, khususnya mengenai kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD di TK kelompok B se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. 9

26 c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran data tentang kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD yang ada di TK Kelompok B se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. G. Batasan Istilah Peneliti menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sehingga perlu disampaikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yakni kemampuan mengenal pola. Kemampuan mengenal pola merupakan kemampuan dasar dari bagian matematika dimana anak mampu untuk mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya. Pada penelitian ini, mengenal pola ABCD-ABCD meliputi meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola. 10

27 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Kemampuan Kognitif Anak 1. Pengertian Kognitif Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan (Soemiarti Patmonodewo, 2003: 27). Selain itu Ahmad Susanto (2011:47) mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan atau inteligensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ideide dan belajar. Berk (dalam Siti Partini Suardiman, 2003:1) menerangkan bahwa kemampuan kognitif menunjuk pada proses dan produk dari dalam akal pikiran manusia yang membawanya untuk tahu. Selain itu, Siti Partini Suardiman (2003: 1) membatasi pengertian kemampuan kognitif pada anak usia dini, yaitu daya atau kemampuan seorang anak untuk berpikir dan mengamati, melihat hubunganhubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh kemampuan bertanya. Perkembangan kognitif ini melibatkan pikiran dan perasaan, intelegensi dan bahasa. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. 11

28 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berpikir melalui mengamati, menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa yang berhubungan dengan tingkat kecerdasan atau inteligensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. 2. Teori Perkembangan Kognitif Teori Perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Paul Suparno (2001: 25) ada empat tahapan, yaitu: tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret (8-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas. Tahapan-tahapan kognitif tersebut pasti dialami anak dan tidak akan pernah ada yang terlewati walaupun tingkat kemampuan anak berbeda-beda (Yudha M. Saputra & Rudyanto, 2005: 21). Piaget dalam Slamet Suyanto (2005: 4), berpendapat bahwa tahapan perkembangan kognitif anak TK kelompok B (usia 5-6 tahun) sedang berada di fase praoperasional. Cara berpikir anak bukan berdasarkan pengetahuan dan konsep-konsep abstrak. Pada tahap ini anak belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda. Anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya. Pada tahap praoperasi atau praoperasional anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda serta mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas dari pada tahap sebelumnya. Anak juga sudah mulai menunjukkan kemampuannya untuk melakukan permainan simbolis. 12

29 Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kognitif ada 4 yaitu tahap sensorimotor, praoperasio, operasi konkret, dan operasi formal. Tahapan perkembangan kognitif anak TK kelompok B usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasi atau praoperasional. Pada tahap ini anak menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Anak belajar dengan melihat secara nyata, merasakan, dan melakukan dengan tangan sendiri. Anak akan lebih mudah menerima pengetahuan dengan kehadiran benda-benda. 3. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) lingkup perkembangan konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut: a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran lebih dari, kurang dari, dan paling/ter. b. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi). c. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi. d. Mengenal pola ABCD-ABCD. e. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya. Selain itu, kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun terdapat dalam lingkup perkembangan berpikir logis berdasarkan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) dalam 13

30 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 disajikan pada tabel 1 yakni sebagai berikut: Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 Lingkup Perkembangan Kognitif Belajar dan pemecahan masalah Berpikir logis Usia 5-6 Tahun a. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik b. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari c. Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru d. Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran lebih dari, kurang dari, dan paling/ter b. Menunjukkan inisatif dalam memilih tema permainan (seperti: ayo kita bermain purapura seperti burung ) c. Menyusun perencanaan kegiatan yang dilakukan d. Mengenal sebab akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air menjadi basah) e. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi) f. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi g. Mengenal pola ABCD-ABCD h. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya. Berpikir simbolik a. Menyebutkan lambang bilangan 1-10 b. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung c. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan d. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan e. Merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan 14

31 Dalam dua Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) tersebut sama-sama terdapat TPP mengenai mengenal pola ABCD-ABCD. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 mengenal pola ABCD- ABCD terdapat dalam sub berpikir logis dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 mengenal pola ABCD-ABCD terdapat dalam lingkup perkembangan konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola. B. Matematika Anak Usia Dini 1. Pengertian Matematika Menurut Reys, dkk, dalam Tombokan dan Selphius (2014: 28) matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisasi dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Lain halnya dengan Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2011: 113) yang mengemukakan definisi matematika dalam pusat pembinaan dan pengembangan bahasa matematika bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Menurut Reys, dkk (2012: 145) matematika juga merupakan studi tentang pola. Menciptakan, membangun dan menggambarkan pola membutuhkan kemampuan memecahkan masalah dan merupakan bagian penting dari pembelajaran matematika. Selain beberapa pendapat di atas Lestari (2013:7) mendefiniskan bahwa matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. 15

32 Senada dengan Lestari, Slamet Suyanto (2005: 56) juga mengemukakan bahwa matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari (seperti belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak, dan kecepatan, memahami grafik dan tabel, mengukur panjang, berat, dan volume, kesemuanya merupakan fungsi matematis yang sangat penting bagi kehidupan seseorang). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, pola dan urutan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisasi dan sintesis, seni, bahasa, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Matematika tidak hanya terbatas pada masalah konsep bilangan dan berhitung saja, namun konsep-konsep lain seperti pola merupakan salah satu bagian dari konsep dalam matematika. 2. Konsep matematika Matematika sangat penting dalam kehidupan. Setiap hari matematika digunakan dalam mendukung kegiatan sehari-hari seperti menghitung belanjaan, menghitung jumlah barang, memperkirakan atau memprediksi waktu, mengetahui jarak, mengukur suatu benda, membandingkan suatu benda dan sebagainya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan sehari-hari menggunakan konsep matematika. Mengingat betapa pentingnya matematika dalam kehidupan seharihari, maka konsep matematika perlu dikenalkan sejak dini. Dalam pendidikan anak usia dini, konsep matematika dapat dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak. 16

33 Secara umum menurut Slamet Suyanto (2005: 162) konsep matematika untuk anak usia dini meliputi hal-hal berikut ini : a. Memilih, membandingkan, dan mengurutkan. Misalnya memilih balok yang pendek, diteruskan ke balok yang lebih panjang sehingga membentuk urutan dari yang paling pendek menuju balok yang paling panjang. b. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok, untuk matematika bisa berdasarkan ukuran atau bentuknya. c. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari angka satu. Jika sudah mahir anak dapat melanjutkan menghitung kelipatan, misalnya kelipatan dua, lima, atau sepuluh. d. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan antara banyaknya benda dengan simbol angka. e. Pengukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan berbagai cara, mulai dari ukuran nonstandar menuju ukuran standar. Ukuran nonstandar, misalnya kaki, depa, dan jengkal. Sementara ukuran standar menggunakan alat ukur standar, misalnya penggaris atau meteran. f. Geometri, yaitu mengenal bentuk, luas, volume, dan area. g. Membuat grafik, misalnya guru membagi kartu merah, hijau, dan kuning untuk anak yang suka apel, mangga, dan pisang. Lalu guru menyuruh anak untuk menempelnya di papan tulis yang telah diberi sumbu datar (X) dan tegak (Y). Maka akan tampak grafik yang menggambarkan banyaknya anak yang suka buah-buahan tersebut. h. Pola, misalnya guru memberi angka 1, 3, 6 lalu anak melanjutkannya dengan suatu pola tertentu, bisa 9, 12, 15 atau bisa juga 1, 3, 6 lagi, atau 3, 6, 1. i. Problem solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan sederhana yang melibatkan bilangan dan operasi bilangan. Berdasarkan uraian di atas, salah satu konsep matematika yang perlu dikembangkan pada anak usia dini adalah mengenal pola (patterning). Kemampuan mengenal pola pada anak usia dini dimulai dari hal-hal yang sederhana menuju ke hal-hal yang lebih kompleks. Pada anak TK kemampuan mengenal pola yang perlu dikembangkan adalah menyusun benda secara berulang, seperti kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. 17

34 3. Perkembangan Matematika Anak TK Usia 5-6 Tahun Anak usia 5-6 tahun mengalami perubahan dalam daya pikir dan nalarnya. Perubahan dalam pengetahuan ini memungkinkan anak untuk mengerti konsepkonsep matematika melalui cara baru. Dalam periode ini menurut Seefeld Carol dan Barbara A. Wasik (2008: 385), anak-anak mulai melakukan hal-hal seperti berpikir tentang simbol atau lambang, memahami kelestarian bilangan, dan berpikir secara semilogis atau penalaran yang masih terbatas. Matematika juga erat dikaitkan dengan kemampuan berhitung, namun untuk anak usia dini disebut dengan konsep pra-hitung sebab masih dalam tahap pengenalan berhitung. Menurut J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou (2014: 84-90) kegiatan-kegiatan pembentukan konsep pra-berhitung yaitu adalah 1) mengklasifikasikan benda; 2) membandingkan panjang dan bentuk; 3) mengurutkan objek-objek (keterampilan menemukan pola); 4) meniru sebuah pola; 5) batang kuesioner. Slamet Suyanto (2005: 57), mengemukakan jika matematika untuk anak usia dini berbeda-beda antarnegara, antarbagian dari negara, bahkan antarsekolah. Menurut persatuan guru matematika Amerika Serikat atau National Council of Teachers Mathematics (NTCM), standar matematika untuk TK sampai Kelas 4 SD ada 13 macam meliputi: 1) Matematika sebagai cara pemecahan masalah (problem solving); 2) Matematika sebagai cara komunikasi; 3) Matematika sebagai cara berpikir: 4) Hubungan matematis; 5) Estimasi (perkiraan); 6) Mengenal bilangan dan angka; 7) Konsep keseluruhan dan sebagian; 8) Menghitung semua dan sebagian; 9) Mengenal ruang dan jarak; 10) Pengukuran ; 18

35 11) Statistik dan probabilitas; 12) Pecahan dan desimal; dan 13) Pola dan relasi (Slamet Suyanto, 2005: 57). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak pada usia 5-6 tahun mulai melakukan hal-hal seperti berpikir tentang simbol atau lambang, memahami kelestarian bilangan, dan berpikir secara semilogis. Anak pada usia ini mengalami tahap konsep pra-hitung yang salah satu diantaranya adalah kemampuan mengenal pola, sehingga pada tahap ini memungkinkan anak untuk dapat mengerti tentang konsep pola. Selain itu, standar matematika untuk anak TK terdapat 13 macam. Pada penelitian yang akan dilakukan di TK Kelompok B standar matematika yang digunakan adalah bagian pola dan relasi dimana lebih menekankan pada kemampuan mengenal pola yaitu pola ABCD-ABCD. C. Tinjauan tentang Pola ABCD-ABCD 1. Pengertian Pola ABCD-ABCD Dalam Pendidikan Anak Usia Dini matematika memiliki beberapa komponen yang perlu dikenalkan pada anak, salah satunya adalah pola atau patterning. Pola adalah susunan suatu urutan berdasarkan warna, bentuk, angka, gerakan, atau benda-benda lain yang diulang-ulang. Pola ABCD-ABCD merupakan susunan suatu urutan dengan empat rangkaian yang diulang-ulang, empat rangkaian tersebut dapat berdasarkan warna, bentuk, angka, gerakan, atau benda-benda lain, misalnya merah-kuning-hijau-biru, merah-kuning-hijau-biru, dan seterusnya atau persegi-lingkaran-persegi panjang-segitiga, persegi-lingkaranpersegi panjang-segitiga, dan seterusnya. 19

36 Dijelaskan pula oleh Jackman Hilda L. (2009: 160) bahwa patterning is another way for children to see order in their world. A pattern is a sequence of numbers, colors, object, sounds, shapes, or movements that repeat, in the same order or arrangement, over and over again. Sesuai dengan kutipan tersebut yang dimaksud pola adalah cara lain bagi anak-anak untuk melihat ketertiban di dunia mereka. Pola adalah urutan angka atau bilangan, warna, objek, suara, bentuk, atau gerakan yang berulang, dalam urutan atau susunan yang sama. Sementara Reys, dkk (2012: 353) menyatakan bahwa pola adalah bagian penting dari matematika karena pola membantu anak-anak untuk mengatur dunianya dan anak lebih memahami matematika Dari berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa pola ABCD- ABCD adalah urutan angka, warna, objek, suara, bentuk, serangkaian bilangan, benda, atau gerakan dengan di mana semua anggota berhubungan satu sama lain yang disusun secara berulang dengan aturan empat rangkaian (ABCD-ABCD). 2. Pengertian Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Mengenal pola ABCD-ABCD merupakan bagian dari matematika yang penting untuk anak. Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD menurut Tim Penyusun Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK (2007: 10) adalah kemampuan anak untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan. Sementara itu Reys dalam J. Tombokan Runtukahu (2006: 83) menyatakan bahwa kemampuan mengurutkan merupakan keterampilan menemukan atau 20

37 menguraikan pola-pola. Selanjutnya menurut Slamet Suyanto (2005: 67) mengenal pola adalah kemampuan anak mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya secara berurutan. Pola-pola tersebut misalnya seperti pensil, bolpoin, crayon, spidol, maka setelah spidol anak akan mengurutkan kembali dengan meletakkan pensil, bolpoin, crayon dan spidol setelahnya. Sesuai contoh tersebut yang dimaksud dengan pola ABCD-ABCD tersebut yakni pensil dapat dikodekan dengan huruf A, bolpoin dapat dikodekan dengan huruf B, crayon dapat dikodekan dengan huruf C, dan spidol dapat dikodekan dengan huruf D. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD adalah kemampuan dasar dari bagian matematika dimana anak mampu untuk mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya, mislanya pensil (A)-bolpoin (B)-crayon (C)-spidol (D), pensil (A)-bolpoin (B)- crayon (C)-spidol (D), dan seterusnya. 3. Macam-macam Pola ABCD-ABCD Menurut Reys, dkk (2012: 145) pola-pola dapat didasarkan pada bentukbentuk geometri (bentuk atau sifat), hubungan antara berbagai atribut obyekobyek (urutan atau fungsi), atribut fisik (warna, ukuran, tektur, jumlah), atau beberapa atribut afektif. Beberapa pola didasarkan pada kombinasi atribut, misalnya kombinasi warna dan bentuk. Warna adalah unsur pertama yang terlihat oleh mata dari suatu benda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 113) warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Garret (dalam Harun Rasyid, dkk, 21

38 2012: 125) warna pada prinsipnya hanya terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan biru, sementara warna di luar ketiga tersebut merupakan gabungan dari ketiga warna itu. Warna terdiri dari warna primer, sekunder, dan tersier. Warna primer merupakan warna asli atau warna utama yang terdiri dari merah, kuning, dan biru, sedangkan warna sekunder dan tersier merupakan hasil campuran dari warna yang akan menghasilkan warna lain atau di luar warna merah, kuning dan biru. Selain warna, bentuk-bentuk yang dapat dikenalkan pada anak salah satunya adalah bentuk geometri. Menurut Slamet Suyanto (2005: 79) anak perlu mengenal dasar benda atau bentuk dasar, misalnya bangun datar yang terdiri atas segi empat, segi tiga, segi lima, segi enam, dan lingkaran. Selain bangun datar adapula bangun ruang yang terdiri dari balok, kubus, prisma, limas, dan piramid. Sementara itu pola bentuk geometri menurut Mulyana Az (2007: 88-96) yaitu: a. Persegi panjang adalah bangun geometri yang disusun dari empat titik yang tidak segaris dan dihubungkan antara yang satu dengan yang lain serta sisi yang berhadapan sama panjang. b. Bujur sangkar atau persegi adalah suatu segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan besar sudutnya sama yaitu 90. c. Segitiga adalah suatu bangun yang dibentuk oleh tiga titik yang tidak segaris dan dihubungkan dengan tiga ruas garis. Sedangkan jumlah sudutnya 180. d. Jajaran genjang adalah bangun segi empat yang sisi-sisinya berhadapan sejajar sama panjang, serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar. e. Belah ketupat adalah jajaran genjang yang keempat sisinya sama panjang f. Layang-layang adalah suatu segiempat dimana sisi yang berdekatan sepasang-sepasang dan diagonalnya saling berpotongan serta tegak lurus. g. Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang mempunyai jarak tertentu terhadap suatu titik tertentu. Titik tersebut sebagai titik pusat. 22

39 Selain berdasarkan warna dan bentuk masih ada bermacam-macam bahan yang dapat digunakan untuk mengenalkan pola, seperti tepuk yang berulang, suara atau nada yang berulang, angka, ukuran dan masih banyak lagi. Shaw Jean M. (2005) menyatakan bahwa: Anak TK belajar untuk menggunakan pola yang sama menggunakan berbagai bahan atau simbol. Bergantian bertepuk tangan dengan menjentikkan jari mereka, misalnya A, B, A, B. Ini adalah pola yang sama seperti hari, malam, siang, malam; lampu merah, lampu hijau, dan sebagainya. Anak TK juga dapat bekerja dengan pola gambar dan nomor urutan, seperti 2, 4, 6, 8. Dengan membandingkan objek satu sama lain dan memahami hubungan antara pasangan benda maka anak-anak menunjukkan kemampuan untuk transitif berpikir. Pemahaman anak terhadap hubungan matematika berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu, anak belajar dengan pola di dunia di sekitar mereka, anak-anak mulai menggunakan ide-ide yang merupakan dasar berpikir aljabar. Kegiatan mengenal pola dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang sering dijumpai seperti manik-manik, kancing, daun, kulit, kubus, atau balok. Pada kelas awal, pola membantu anak-anak mengembangkan kemampuan menyusun, menghitung dan mengurutkan. Dari pemaparan di atas, pola dapat dikenalkan dengan bermacam-macam variasi seperti bentuk-bentuk geometri (bentuk atau sifat), hubungan antara berbagai atribut obyek-obyek (urutan atau fungsi), atribut fisik (warna, ukuran, tektur, jumlah), beberapa atribut afektif atau kombinasi atribut. Pola dapat dikenalkan pada anak dengan berbagai bahan yang sering dijumpai. 4. Pengenalan Pola pada Anak TK Pengenalan pola pada anak TK dapat dilakukan dengan banyak cara dan berbagai variasi media. Dalam kurikulum 2013 yang mengacu pada Peraturan 23

40 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 terdapat lingkup perkembangan kognitif yaitu berfikir logis, di mana Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) anak usia 5-6 tahun yaitu mengenal pola ABCD-ABCD. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 indikator mengenal pola pada anak usia 5-6 tahun adalah memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan, misalnya : merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah.../abcd-abcd; menirukan pola dengan menggunakan berbagai benda; meniru pola dengan menggunakan 4-8 kubus. Menurut Reys, dkk (2012: ) kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD meliputi: (1) meniru atau menyalin pola; (2) memperkirakan urutan berikutnya atau menemukan yang berikutnya; (3) memperluas pola dengan menyusun pola dan; (4) menciptakan pola atau membuat pola sendiri. Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengenalan pola dapat dilakukan dengan cara meniru pola dengan berbagai benda, memperkirakan urutan berikutnya pola, memperluas pola dengan menyusun pola, dan menciptakan pola. Pola yang diajarkan dapat menggunakan berbagai bahan atau simbol seperti tepuk, benda dengan berbagai warna, gambar, angka. a. Meniru pola Meniru atau tiru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1200) berarti melakukan sesuatu seperti yang diperbuat orang lain dan sebagainya, sedangkan menirukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1200) adalah 24

41 mengikuti contoh. Anak-anak menunjukkan pola dan kemudian diminta untuk membuat satu pola seperti yang dicontohkan. Hal ini dapat dilakukan oleh guru saat memberikan contoh dengan menggambar suatu pola misalnya gambar matahari-bulan-bintang-bumi-mataharibulan-bintang-bumi-dan seterusnya, anak meniru gambaran pola dari guru. Anakanak ditunjukkan pola dan kemudian diminta untuk membuat satu pola seperti contoh. Misalnya, guru menunjukkan gelang dari manik-manik, anak diminta untuk membuat gelang dari manik-manik tersebut dengan pola yang sama sesuai dengan contoh yang ditunjukkan guru. Kegiatan meniru pola dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2. Gambar 1. Meniru pola AB-AB Sumber: Reys, dkk (2012: 145) Pada gambar 1 pola yang digunakan adalah AB-AB, namun dalam penelitian ini pola yang digunakan adalah pola ABCD-ABCD. Adapun maksut 25

42 penggunaan dari pola ABCD-ABCD adalah karena anak yang diteliti adalah anak TK kelompok B. Berikut pola ABCD-ABCD dalam kegiatan meniru pola. Gambar 2. Meniru pola ABCD-ABCD b. Memperkirakan urutan berikutnya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 571) memperkirakan berarti membuat perhitungan kira-kira atau menduga. Memperkirakan urutan berikutnya menurut Richardson (dalam Tombokan J. Runtukahu & Selpius Kandao, 2014: 88), merupakan keterampilan yang dibutuhkan anak untuk menyadari perbedaanperbedaan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dan mengatur objekobjek sesuai dengan perbedaanya. Dalam memperkirakan urutan berikutnya, anak mencoba mengurutkan sesuatu menurut rangkaian atau urutan tertentu (sequence), misalnya anak mengurutkan segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, dan 26

43 seterusnya. Apabila kemampuan mengurutkan pola ini diasah dengan baik maka akan menghasilkan sistematika logika berpikir yang baik pada anak. Memperkirakan urutan berikutnya dalam sebuah pola adalah anak mampu memperkirakan urutan yang tepat setelah melihat pola-pola yang berurutan. Memperkirakan urutan berikutnya berarti mendorong anak untuk melanjutkan atau memperpanjang pola. Dalam pola ABCD-ABCD anak memperkirakan pola apa yang selanjutnya digunakan setelah melihat pola berulang. Memperkirakan urutan berikutnya dapat dilihat pada gambar 3.? Gambar 3. Memperkirakan urutan berikutnya Dari gambar tersebut terdapat pola berdasarkan atribut bentuk dan warna yaitu persegi (warna merah), lingkaran (warna kuning), segitiga (warna hijau), dan persegi panjang (warna biru). Susunan dari pola tersebut adalah persegi (warna merah)-lingkaran (warna kuning)-segitiga (warna hijau)-persegi panjang (warna biru)-persegi (warna merah)-lingkaran (warna kuning)-segitiga (warna hijau)- persegi panjang (warna biru). Setelah melihat dari dua pola di atas, anak mengisi atau menjawab tanda tanya tersebut dengan memperkirakan urutan selanjutnya yaitu persegi (warna merah)-lingkaran (warna kuning)-segitiga (warna hijau)- persegi panjang (warna biru) dan seterusnya sampai lebih dari empat pola. 27

44 c. Menyusun pola Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 685), menyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1112) berarti mengatur dengan secara tindih-menindih atau menaruh berlapis-lapis. Anak-anak ditunjukkan suatu pola dan diminta untuk melanjutkannya dengan menyusun suatu pola. Menyusun pola dapat dilakukan dengan membuat pola awal dengan balok atau catatan tempel (sticky note), dan anak-anak dapat diminta untuk melanjutkan pola. Berikut adalah contoh gambar menyusun pola: Gambar 4. Menyusun pola Guru menanyakan Apa pola selanjutnya?, anak menjawab pertanyaan tersebut pada nomor 5 dan anak dapat meneruskan membuat pola tersebut. Menurut Reys, dkk (2012: 146), memperluas pola dengan menyusun pola dapat menjadi dasar untuk menjelajahi beberapa ide-ide matematika yang penting. Dari gambar tesebut setiap gambar bertambah dua balok (satu balok sebelah kiri, satu balok sebelah kanan). Selain itu menurut Reys, dkk (2012: 146), pengamatan tersebut dapat merujuk pada generalisasi aljabar 2N+1 untuk mendeskripsikan balok tersebut. Dalam menyusun atau meluaskan pola di atas, pemikiran anak terus digali sehingga pemahaman anak akan bertambah. 28

45 d. Menciptakan pola Menciptakan berasal dari kata cipta yang artinya kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 215). Menciptakan pola adalah membuat pola yang baru. Artinya anak tidak meniru pola dari orang lain. Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk menciptakan pola yang dibuat oleh mereka sendiri. Pola yang dibuat anak tentu sangat kreatif dengan pemikirannya masing-masing. Menurut Elizabeth Warren dan Tom Cooper (2006: 11) dengan menciptakan pola maka akan mendorong anak-anak untuk membuat pola yang berulang sendiri. Guru dapat menanyakan bagaimana anak akan melanjutkan pola tersebut. Guru juga dapat meminta anak untuk menunjukkan bagian pola yang berulang. Sementara itu, menurut Reys, dkk (2012: 146) menciptakan pola akan membantu mengungkapkan wawasan berfikir matematika. Guru harus mendorong anak-anak untuk 'berpikir keras' saat mereka mencari pola. Guru dapat meminta anak untuk menjelaskan mengapa mereka memilih bagian tertentu dari pola atau alasan mengapa anak membuat pola tersebut. Guru perlu belajar dan memahami pola anak-anak dan mendorong mereka untuk berbagi pemikiran mereka. 5. Pentingnya Pengenalan Pola pada Anak TK Pola lebih luas dari seriasi, bahkan gerakan atau suara yang berulang dapat disebut pola. Pola sangat penting karena tidak hanya berkaitan dengan matematika, namun pola juga dapat dikaitkan dengan musik dan seni, seperti tepuk yang berulang. Menurut Reys, dkk (2012: 145) pola membantu anak dalam 29

46 mengembangkan strategi berfikir untuk mengetahui fakta-fakta dasar dan dalam mengembangkan berfikir aljabar. Selain itu, ketika anak tumbuh dewasa, dengan pola pengalaman mereka dipercepat karena mereka menjelajahi grafik dan geometri. Lebih lanjut Gordon Biddle Kimberly A., dkk (2014: 348) mengungkapkan bahwa: Pattern are ever present in the lives of young children. Although this skill is important for mathematical and science understanding, it is also integrated into other domains and area of a child s life, such as physical / motor development with dancing and other movement. Patterns and mathematics and art are related. The same basic pattern that underlie mathematics also underlie visual and performing arts. Early childhood teacher can foster patterning skill skills with music. For instance, they can clap a rhytmic pattern and have the young student repeat the same pattern. Berdasarkan pemaparan tersebut disebutkan bahwa keterampilan dalam membuat pola sangat penting untuk matematika dan pemahaman pengetahuan, bahkan terintegrasi ke domain lain dan bidang kehidupan anak, seperti perkembangan fisik motorik. Selain itu, dijelaskan bahwa Guru PAUD dapat memupuk keterampilan keterampilan pola dengan musik, misalnya, bertepuk tangan dengan ritme tertentu yang berulang. Belajar pola mengajarkan anak untuk dapat memprediksi masa depan, menemukan hal-hal yang baru dan lebih mengerti dunia disekitar anak. Menurut Smith, Susan Sperry (2009: 141), pola adalah salah satu bentuk cara untuk mengurutkan benda-benda berikutnya sesuai dengan urutannya. Salah satu cara untuk mengenalkan pola pada anak usia dini dengan bahan pola yang konkret atau 30

47 nyata, misalnya dengan kancing baju, buah, sayur, dan lain sebagainya. Pola sangat penting untuk anak karena pola merupakan cara bagi anak usia dini untuk mengenali ketertiban dan untuk mengatur dunia mereka dalam sehari-hari, misalnya saya bangun tidur mandi, pakai baju, sarapan pagi dan begitu seterusnya. Senada dengan Smith, Elvina Lim Kusumo (2016), juga menyatakan bahwa mengenalkan pola sangat penting untuk anak prasekolah, hal ini dikarenakan pola atau patterning merupakan dasar yang digunakan dalam mengenal konsep matematika lainnya. Pola dapat dengan mudah dikenalkan pada anak karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menurut Maman (2015), mengenalkan pola pada anak akan tidak hanya akan mengembangkan kosakata matematika, namun juga membantu anak memahami banyak konsep matematika seperti simetri, urutan, menghitung, operasi jumlah, pengumpulan data, dan perkiraan. Anak akan mendapat keuntungan tersendiri bila memiliki banyak pengalaman dalam hal penyortiran dan pengelompokkan objek/benda dengan mengenal pola. Setelah anak mengenl dan membuat suatu pola, anak mulai melihat dan memahami bagaimana sesuatu bekerja bersama-sama (memiliki suatu hubungan). Dari pemamaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pola sangat penting untuk dikenalkan pada anak dikarenakan dengan mengenal pola mengajarkan kita untuk dapat memprediksi masa depan, menemukan hal-hal yang baru dan lebih mengerti dunia disekitar kita. Selain itu pola merupakan cara bagi anak usia dini untuk mengenali ketertiban dan untuk mengatur dunia mereka dalam sehari-hari. Dengan mengenal pola anak akan memahami banyak konsep matematika, namun 31

48 pola tidak hanya berkaitan dengan matematika saja, ada juga bidang ilmu lainnya. Pola dapat dengan mudah dikenalkan pada anak karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. D. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Skripsi Endah Retno Susanti Tahun 2014 Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Mengenal Pola Melalui Bermain Konstruktif Kelompok B2 TK ABA Playen I Gunung Kidul. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan mengenal pola anak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal pola melalui bermain konstruktif kelompok B2 TK ABA Playen I Gunung Kidul. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Sementara metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK ABA Playen I Gunung Kidul yang berjumlah 10 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan mengenal pola anak kelompok B2 TK ABA Playen I dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Pada siklus I kemampuan mengenal pola anak yang berkriteria berkembang sangat baik meningkat sebesar 29,41%. Pada Siklus II kemampuan mengenal pola anak yang berkriteria berkembang sangat baik meningkat sebesar 32

49 58,82%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain konstruktif dapat meningkatkan kemampuan mengenal pola anak kelompok B2 TK ABA Playen I Gunungkidul. 2. Penelitian Skripsi Siti Kusniati Tahun 2014 Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Pola Melalui Metode Pembelajaran Papan Flanel Pada Anak. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran mengurutkan pola di TK Pertiwi Eromoko Kecamatan Eromoko. Masih belum tercapainya target sesuai dengan kriteria ketuntasan pembelajaran 75% disebabkan oleh pembelajaran yang kurang menarik minat belajar anak dalam mengurutkan pola dari berbagai macam bentuk. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan ada 4 langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok B di TK Pertiwi Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten wonogiri dengan jumlah peserta didik 25 anak terdiri dari laki-laki 12 anak dan perempuan 13 anak. Dalam mengumpulkan data penelitian tindakan kelas ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data digunakan analisis kualitatif yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan pra siklus, siklus I dan siklus II kemudian dilakukan refleksi. Untuk mengetahui perubahan kemampuan dalam proses pembelajaran mengurutkan pola adalah deskripsi prosentase. Adapun perhitungan diperoleh 33

50 melalui perbandingan kemampuan mengurutkan pola sebelum menggunakan metode pembelajaran papan flanel dan sesudah menggunakan metode papan flanel. Apabila ada peningkatan kemampuan 80% dari kemampuan sebelumnya, berarti pembelajaran dengan metode pembelajaran papan flanel tercapai. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengurutkan pola menggunakan metode pembelajaran papan flanel dapat memotivasi dan meningkatkan hasil belajar anak di TK Pertiwi Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat dilihat dalam siklus I media yang digunakan kertas berbentuk matahari, bintang, dan bulan berwarna putih dengan menggunakan papan flanel berwarna orange, hasil yang dicapai anak yang mampu meningkat daripada pra siklus yaitu 4% menjadi 20% Dalam siklus II peneliti menggunakan kain flanel berwarna-warni, hal ini sangat menarik minat dan antusiasnisme anak dalam mengikuti pembelajaran mengurutkan pola. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar anak yang meningkat secara signifikan hasil belajar anak dari sklus I terhadap siklus II, anak kategori mampu mengalami peningkatan pada siklus I 20% meningkat menjadi 88%. Dilihat dari ketuntasan hasil belajar, anak tidak tuntas (belum mampu) dari siklus I 40% turun menjadi 4%, sedang pada anak yang tuntas (mampu dan cukup mampu), yaitu pada siklus I 60% meningkat menjadi 96 % pada siklus II. E. Kerangka Berpikir Tahapan perkembangan kognitif anak TK usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak menggunakan simbol yang mewakili suatu 34

51 konsep. Anak belajar dengan melihat secara nyata, merasakan, dan melakukan dengan tangan sendiri. Anak akan lebih mudah menerima pengetahuan dengan kehadiran benda-benda. Salah satu pembelajaran yang mengaju pada aspek kognitf adalah matematika. Mengingat betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka konsep matematika perlu dikenalkan sejak dini. Dalam pendidikan anak usia dini, konsep matematika dapat dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak. Berdasarkan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014, anak usia 5-6 tahun seharusnya mampu mengenal pola ABCD-ABCD. Kemampuan mengenal pola merupakan kemampuan dasar dari bagian matematika dimana anak mampu untuk mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya. Pengenalan konsep pola kepada anak dilakukan melalui cara yang tepat agar kemampuan anak dapat berkembang secara optimal. Cara yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan anak. Guru dapat memberikan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak dengan berbagai media dan dengan metode pembelajaran yang menarik, sederhana, dan menyenangkan. Pola sangat penting untuk dikenalkan pada anak dikarenakan dengan mengenal pola mengajarkan anak untuk dapat memprediksi masa depan, menemukan hal-hal yang baru dan lebih mengerti dunia disekitar kita, dan masih banyak manfaat yang dapat diambil dari mengenal pola. Kemampuan mengenal 35

52 pola membuat anak memiliki banyak pengalaman dalam hal penyortiran dan pengelompokkan objek atau benda. Pola dapat diajarkan menggunakan berbagai bahan atau simbol seperti tepuk, benda dengan berbagai warna, bentuk, gambar, angka, balok dan lain-lain. Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola dan menciptakan pola. 36

53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul Studi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B Di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar dan ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Nana Syaodih, 2006: 72). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dilihat dari cara pengolahan dengan angka dan dianalisis menggunakan uji statistik sederhana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan survey. Penelitian survey menurut Sugiyono (2011: 10), adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Salah satu tujuan penelitian survey adalah mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala maupun keadaan. Metode survey dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak kelompok B se-gugus 3 Kecamatan Kasihan. Penelitian ini dikatakan survey karena dalam penelitiannya dilakukan pada populasi yang luas dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis namun hanya bertujuan untuk melukiskan variabel atau suatu situasi dalam penelitian, serta analisis datanya digambarkan dalam jumlah, ukuran atau frekuensi. Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data dalam bentuk angka sebagaimana data yang disajikan dalam pendekatan penelitian kuantitatif pada umumnya. 37

54 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pemilihan lokasi diharapkan dapat memfokuskan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Tempat yang diambil dalam penelitian ini adalah TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, yaitu TK Tunas Harapan, TK ABA Ambar Binangun, TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Surya Melati. Alasan peneliti memilih TK di Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul untuk dijadikan tempat penelitian adalah karena di lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, sehingga peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada awal-awal semester II tahun ajaran 2016/2017 pada bulan Januari sampai Maret C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2011: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak TK Kelompok B di Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul yang terdiri dari 4 TK yaitu 38

55 TK PKK 111 Tunas Harapan, TK ABA Ambar Binangun, TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Surya Melati. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 81). Pada penelitian ini semua jumlah populasi menjadi sampel atau yang disebut sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2011: 85) sampling jenuh atau sensus merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sampling jenuh digunakan pada penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Peneliti memilih sampling jenuh dikarenakan peneliti ingin mengetahui tingkat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dengan membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Oleh karena itu, semua anak TK kelompok B di Gugus 3 Kecamatan Kasihan yang berjumlah 115 anak tersebut akan digunakan sebagai sampel penelitian. Berikut data jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 2. Tabel 2. Data Jumlah Populasi dan Sampel Nama sekolah Kelas Jumlah anak per kelas Jumlah sampel TK PKK 111 Tunas Harapan BI 15 B TK ABA Ambar Binangun B1 15 B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi B TK ABA Surya Melati B1 15 B Jumlah Total

56 D. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu konsep yang memiliki nilai Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2006: 9). Sementara itu menurut Sugiyono (2011: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah sesuatu konsep yang memiliki nilai dan ditetapkan peneliti dari informasi yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Moh. Nazir, 2005: 174). Sementara menurut Deni Darmawan (2014: 159) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan dalam mengumpulkan datanya. Teknik pengumpulan data dapat menggunakan angket atau kuesioner, wawancara, dokumentasi dan/atau observasi. Teknik pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini yaitu observasi atau pengamatan dan dokumentasi. 1. Observasi Nana Syaodih (2006: 220) berpendapat bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi dua yaitu 40

57 participant observasion (observasi berperan serta) dan nonparticipant observasion (tidak berperan serta). Observasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah observasi partisipatif artinya observer terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang atau kelas yang sedang diamati namun hanya berperan secara terbatas. Seperti pada saat pengajaran membantu guru membariskan anakanak sebelum masuk kelas, ikut bernyanyi, membantu menyiapkan alat dan bahan. Peneliti ikut terlibat dalam proses pengambilan data dengan dibantu guru, serta melakukan penilaian untuk mengetahui kemampuan mengenal pola anak. 2. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara memperoleh data dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana melakukan kegiatan sehari-hari (Sukardi, 2011: 81). Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap sumber data, karena banyak hal yang harus dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan atau memprediksi kejadian saat penelitian. Analisis dokumentasi akan membantu untuk melengkapi dan memperdalam hasil pengamatan. Dengan demikian perlu pendokumentasian untuk melengkapi penelitian dan memperoleh gambaran yang sedang terjadi dalam setiap peristiwa. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dokumen yang ada pada lembaga atau instansi yang terkait atau bahan-bahan tertulis yang bertalian dengan situasi latar belakang obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi berupa hasil foto-foto kegiatan, foto-foto hasil karya anak, serta RKH yang digunakan pada hari dilaksanakannya penelitian. 41

58 F. Kisi-kisi Instrumen Kisi-kisi instrumen merupakan sebuah rancangan dalam menyusun instrumen penelitian. Berikut ini merupakan kisi-kisi untuk setiap instrumen dijelaskan dalam Tabel 3. Tabel 3. Kisi-kisi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Variabel Aspek yang diteliti Deskripsi Mengenal pola ABCD-ABCD Meniru pola Memperkirakan urutan berikutnya Menyusun pola Menciptakan pola Anak mampu meniru pola yang telah dibuat guru Anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2 pola Anak mampu menyusun pola lebih panjang atau lebih luas Anak mampu membuat pola sendiri G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2011: 102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan dokumentasi. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Lembar observasi memuat segala yang diperoleh peneliti selama melakukan pengamatan. Bentuk lembar observasi berupa hasil pengukuran mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. Adapun objek yang diobservasi adalah kemampuan mengenal pola yang meliputi meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola. Dalam 42

59 penelitian ini lembar observasi akan mendeskripsikan hasil pengamatan dengan memberikan skor 1-4 untuk setiap indikator kemampuan mengenal pola. Adapun lembar observasi terdapat pada tabel 4 dan rubrik penilaian pada tabel 5-8. Pengamatan dilakukan untuk mengamati kemampuan mengenal pola anak TK kelompok B menggunakan berbagai kegiatan pengenalan pola yang digunakan guru di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Adanya keterbatasan dalam teknik observasi maka akan digunakan instrumen penelitian lembar observasi berupa rubrik penilaian dan chek list. Lembar observasi ini digunakan peneliti dengan memberikan tanda chek list ( ) pada kemampuan anak dalam kemampuan mengenal pola yaitu meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola dengan kondisi sebenarnya. Observasi dilakukan dengan mengisi check list yang diisi oleh peneliti atau guru terhadap kemampuan mengenal pola pada anak. Tabel 4. Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD No Nama Meniru pola Kriteria Penilaian Memperkirakan urutan berikutnya Menyusun pola Menciptakan pola Keterangan: 1 = belum berkembang (BB) 3 = berkembang sesuai harapan (BSH) 2 = mulai berkembang (MB) 4 = berkembang sangat baik (BSB) 43

60 Tabel 5. Rubrik Penilaian Meniru Pola Aspek yang diteliti Kriteria Indikator Skor Meniru pola Belum berkembang Anak belum mampu meniru pola Mulai berkembang Anak mampu meniru 1-2 pola Berkembang sesuai Anak mampu meniru 3-4 harapan pola Berkembang sangat baik Anak mampu meniru lebih dari 4 pola 4 Tabel 6. Rubrik Penilaian Memperkirakan Urutan Berikutnya Aspek yang Kriteria Indikator Skor diteliti Memperkirakan Belum berkembang Anak belum mampu 1 urutan berikutnya memperkirakan pola urutan berikutnya Mulai berkembang Anak mampu 2 memperkirakan 1-2 pola urutan berikutnya Berkembang sesuai Anak mampu 3 harapan memperkirakan 3-4 pola urutan berikutnya Berkembang sangat Anak mampu 4 baik memperkirakan lebih dari 4 pola urutan berikutnya Tabel 7. Rubrik Penilaian Menyusun Pola Aspek yang Kriteria Indikator Skor diteliti Menyusun Pola Belum berkembang Anak belum mampu 1 menyusun pola Mulai berkembang Anak mampu menyusun 1-2 pola 2 Berkembang sesuai Anak mampu menyusun 3 harapan 3-4 pola Berkembang sangat Anak mampu menyusun 4 baik lebih dari 4 pola 44

61 Tabel 8. Rubrik Penilaian Menciptakan Pola Aspek yang Kriteria Indikator Skor diteliti Menciptakan Belum berkembang Anak belum mampu 1 Pola menciptakan pola Mulai berkembang Anak mampu menciptakan 1-2 pola 2 Berkembang sesuai Anak mampu menciptakan 3 harapan 3-4 pola Berkembang sangat Anak mampu menciptakan 4 baik lebih dari 4 pola 2. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini yang dimaksudkan untuk memperkuat hasil observasi peneliti. Dokumentasi yang digunakan adalah berupa foto-foto kegiatan dan hasil karya kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD anak serta RKH yang digunakan pada hari dilaksanakannya penelitian. Tujuan digunakannya teknik ini sebagai penunjang dalam penelitian untuk memperjelas data. H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Data yang diperoleh dari sebuah penelitian kuantitatif haruslah valid dan reliabel, sehingga instrumen yang digunakan pun harus valid dan reliabel. Valid berarti suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011: 121). Sementara itu, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Soffian Efendi dan Tukiran, 2014: 125). Menurut Sukardi (2011: 122) validitas suatu instrumen 45

62 penelitian adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Penelitian ini menggunakan validitas logis dan validitas empiris. Pengujian validitas logis dilakukan dengan menggunakan pendapat dari ahli (expert jugdement) dalam hal ini ialah dosen pembimbing. Kemudian untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mengujicobakan instrumen tersebut pada sasaran penelitian untuk membandingkan antara kriteria yang terdapat di dalam instrumen penelitian dengan fakta empiris di lapangan. Apabila data yang didapat dari uji coba sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka instrumennya sudah baik dan valid. Uji validitas empirik dilakukan di TK ABA Godegan, yang beralamatkan di Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Peneliti mengambil objek validitas anak di kelompok B3. Uji validitas dilakukan dengan mengambil semua jumlah anak di dalam kelas B3 yakni sebanyak 18 anak. Uji validitas dilakukan menggunakan program analisis statistika SPSS 20 dengan uji product momen pearson correlation. Uji product momen pearson correlation menggunakan prinsip mengkorelasikan antara masing-masing skor item dengan skor total yang diperoleh dalam penelitian. Jika nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel, maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Uji validitas dalam penelitian ini didapatkan r-hitung lebih besar dari r-tabel sehingga semua instrumen dalam penelitian ini dinyatakan valid. Adapun hasil dari uji validitas terdapat pada lampiran 4. 46

63 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soffian Efendi & Tukiran, 2014: 141). Sementara itu Nana Syaodih Sukmadinata (2010: ), menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Pengujian reabilitas dalam penelitian ini menggunakan program analisis SPSS 20 dengan metode reliabilitas ICC. Menurut Yus Agusyana dan Islandscript (2011: 49) metode reliabilitas ICC digunakan untuk melakukan estimasi reliabilitas antar penilai jika ada beberapa orang penilai melalui instrumen rating yang menghasilkan data ordinal. Hal ini diperkuat oleh Wahyu Widhiarso (2009: 15) yang menyebutkan bahwa teknik ICC dipakai jika ada beberapa orang rater yang menilai individu. Dalam penelitian ini, peneliti mengajak dua orang teman dari mahasiswa PG-PAUD UNY untuk melakukan reliabilitas data. Total skor antar-pengamat atau antar-rater dimasukkan ke dalam SPSS. Skor kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD diperoleh dari penjumlahan total skor meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola. Adapun langkah-langkah dalam mengetahui reliabilitas alat ukur menggunakan program analisis statistika SPSS adalah sebagai berikut: a. Masukkan data b. Pilih Menu ANALYZE SCALE RELIABI LITY ANALYSIS c. Masukkan ketiga rater (R1 sampai R3) ke dalam kotak ITEM 47

64 d. Pada menu STATISTICS bagian ANOVA pilih F-TEST dan INTRACLASS CORRELATION COEFFICIENT e. Pilihlah jenis analisis TWO WAY MIXED dan CONSISTENCY dengan CONFIDENCE INTERVAL 95% f. Tekan CONTINUE. Kemudian klik OK untuk menampilkan hasil. Dari hasil analisis menggunakan program SPSS, diketahui bahwa nilai reliabilitas jika diestimasi dengan menggunakan koefisien alpha adalah 0,977. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas termasuk kategori memuaskan. Sedangkan reliabilitas antar-rater menunjukkan hasil 0,935. Hasil ini juga menunjukkan bahwa nilai reliabilitas antar-rater termasuk dalam kategori memuaskan. Adapun hasil dari uji reliabiltas secara lengkap terdapat pada lampiran 4. I. Teknik Analisis Data Teknis analisis data menurut Sugiyono (2011: 244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2011: 207). Tujuan dari analisis data ini adalah untuk mencari kebenaran dari data-data yang telah diperoleh, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang 48

65 telah dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan pada penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa check list. Pada instrumen penelitian ini skor penilaian bergerak dari 1-4. Penyajian data dalam penelitian ini dianalisis dalam bentuk tabel dan grafik histogram dengan perhitungan persentase. Adapun acuan rumus yang dipakai yaitu menggunakan rumus dari Burhan Bungin (2011: 182): Keterangan: N = Jumlah kejadian ƒ = Frekuensi kejadian Berikut langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini: 1. Membuat tabel kemampuan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola sesuai lembar observasi. 2. Menentukan frekuensi kemampuan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola dari satu TK. 3. Menghitung jumlah persentase meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola. 4. Menghitung persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. Persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dapat diketahui dengan menghitung rata-rata dari jumlah persentase kategori belum berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik dari kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola. Hasil 49

66 persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD tersebut dimasukkan dalam predikat. Predikat yang dijadikan acuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kriteria kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. Acep Yoni (2010: 175) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian diinterpretasikan dalam empat tingkatan, yaitu: Sangat baik 75% - 100% Baik 50% - 74,99% Cukup 25% - 49,99% Kurang 0% - 24,9% Skor yang sudah diperoleh digunakan untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan kriteria dasar menurut Acep Yoni (2010: 175) yang telah disesuaikan dengan kriteria perkembangan anak di Taman Kanak-kanak dan telah dimodifikasi oleh peneliti dalam acuan tersebut. Acuan predikat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Acuan Predikat Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Kriteria Interval Berkembang Sangat Baik (BSB) % Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 50-74,99% Mulai Berkembang (MB) 25-49,99% Belum Berkembang (BB) 0-24,99% 50

67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Gugus 3 Kecamatan Kasihan terdiri dari empat TK yaitu TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati dan TK PKK 111 Tunas Harapan. Berikut deskripsi dari TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan yang digunakan sebagai tempat penelitian: a. TK PKK 58 Utami Mardi Siwi TK PKK 58 Utami Mardi Siwi terletak di Dusun Gonjen, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. TK ini berdiri sejak tahun 1985 yang dirintis oleh kepala dukuh beserta PKK. Saat ini TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dipimpin oleh Ibu Sri Lestari, S.Pd. Secara geografis, di sebelah barat TK adalah jalan kecil, sedangkan di sebelah selatan, sebelah timur, dan di sebelah utara TK adalah perumahan penduduk. TK ini terletak di dekat Jalan Ringroad Selatan. Luas gedung TK PKK 58 Utami Mardi Siwi mencapai 100 m 2 dengan luas halaman 25 m 2. Model pembelajaran di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi menggunakan sudut dimana anak-anak ditempatkan secara berkelompok di dalam kelas dan mengerjakan semua tugas secara bergiliran dengan cara rolling. Adapun alat permainan edukatif yang ada di luar kelas di TK ini adalah ayunan, jungkatjungkit, kapal-kapalan, dan bola dunia sedangkan alat permainan edukatif yang 51

68 berada di dalam kelas meliputi balok-balokan, lego, puzzle, dan kotak menara. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di TK ini adalah melukis, drum band, dan sempoa. Guru yang mengampu di TK ini berjumlah dua orang termasuk kepala sekolah. Jumlah ruang kelas di TK ini hanya satu kelas saja yang ditempati oleh anak kelompok B sedangkan jumlah seluruh siswa di TK ini adalah 25 anak. Penelitian dilakukan dengan mengambil seluruh anak di kelompok B sehingga subjek berjumlah 25 anak. b. TK ABA Ambarbinangun TK ABA Ambarbinangun terletak di Dusun Ambarbinangun, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. TK ini berdiri sejak tahun Saat ini TK ABA Ambarbinangun dipimpin oleh Ibu Mujinah, S.Pd. Secara geografis, di sebelah barat TK adalah jalan kecil, di sebelah timur TK adalah kebun milik penduduk sekitar, di sebelah selatan TK adalah jalan kecil dan di sebelah utara TK adalah taman pemakaman. TK ini terletak di dekat SMP Mataram dan SD Muhammadiyah Ambarbinangun dengan batas jalan dan makam. Luas gedung TK ABA Ambarbinangun mencapai 200 m 2 dengan luas halaman 50 m 2. Kurikulum yang diterapkan di TK ABA Ambarbinangun adalah kurikulum 2013 dengan menggunakan model pembelajaran sudut dimana anak-anak ditempatkan secara berkelompok di dalam kelas dan mengerjakan semua tugas secara bergiliran dengan cara rolling. Adapun alat permainan edukatif yang ada di luar kelas di TK ini adalah jungkat-jungkit, ayunan, tangga pelangi dan bola 52

69 dunia, sedangkan alat permainan edukatif yang berada di dalam kelas meliputi lego, puzzle, dan balok-balokan. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di TK ini adalah melukis, tari, drum band, dan sempoa. Guru yang mengampu di TK ini berjumlah empat orang termasuk kepala sekolah. Ruang kelas di TK ini berumlah tiga kelas yang dibagi dalam kelompok A dan kelompok B. Kelompok B dibagi menjadi dua kelas yaitu kelompok B1 dan kelompok B2. Jumlah siswa kelompok A adalah 17 anak dan jumlah kelompok B1 adalah 15 serta jumlah kelompok B2 adalah 15 anak. Penelitian dilakukan dengan mengambil seluruh anak di kelompok B, baik B1 maupun B2 dengan subjek berjumlah 30 anak. c. TK ABA Surya Melati TK ABA Surya Melati terletak di Dusun Brajan RT 03 RW 14, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. TK ini berdiri sejak 1 Juli 2001 berkat dukungan dan bantuan dari masyarakat dan pengurus dusun Brajan dan berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Agama Islam dan Departemen Pendidikan Nasional. Saat ini TK ABA Surya Melati Siwi dipimpin oleh Ibu Tri Dewi EN, S.Pd., M.Si. TK ABA Surya Melati ini berada dalam satu bangunan dengan masjid. Walaupun bergabung dengan masjid namun TK ABA Surya Melati berstatus milik sendiri. Secara geografis, di sebelah barat dan sebelah utara TK adalah jalan kecil, sedangkan di sebelah selatan dan sebelah timur TK adalah perumahan penduduk. Luas tanah yang dimiliki oleh TK ABA Surya Melati adalah 409 m 2 sedangkan luas gedungnya adalah 198 m 2. Sementara itu, model pembelajaran di 53

70 TK ABA Surya Melati menggunakan sudut dimana anak-anak ditempatkan secara berkelompok di dalam kelas dan mengerjakan semua tugas secara bergiliran dengan cara rolling. Kurikulum yang diterapkan di TK ini adalah kurikulum Adapun alat permainan edukatif yang ada di luar kelas di TK ini adalah panjatan globe, papan luncur, jungkat-jungkit, tangga pelangi, dan mangkok putar, sedangkan alat permainan edukatif yang berada dalam kelas meliputi lima sudut antara lain sudut keluarga, sudut keagamaan, sudut kebudayaan, sudut pembangunan, dan sudut alam sekitar. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di TK ini adalah melukis, drum band, dan sempoa, dan tari. Guru yang mengampu di TK ABA Surya Melati berjumlah empat orang termasuk kepala sekolah. Jumlah ruang kelas di TK ini adalah tiga kelas yang ditempati oleh anak kelompok A dan kelompok B1 serta B2. Jumlah siswa kelompok A di TK ini adalah 19 anak sedangkan jumlah siswa kelompok B1 adalah 15 anak dan jumlah siswa kelompok B2 adalah 15 anak. Penelitian dilakukan dengan mengambil seluruh anak di kelompok B sehingga subjek berjumlah 30 anak. d. TK PKK 111 Tunas Harapan TK PKK 111 Tunas Harapan terletak di Dusun Kersan, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. TK ini berdiri sejak 6 Juli Saat ini TK PKK 111 Tunas Harapan dipimpin oleh Ibu Ismiyati S.Pd. Secara geografis, di sebelah utara TK adalah jalan kecil, sedangkan di sebelah barat, sebelah selatan dan sebelah timur TK adalah perumahan penduduk. Luas tanah yang dimiliki oleh 54

71 TK PKK 111 Tunas Harapan adalah 280 m 2 sedangkan luas gedungnya adalah 200 m 2 dengan status tanah milik sendiri. Sementara itu, model pembelajaran di TK PKK 111 Tunas Harapan menggunakan sudut dengan menerapkan kurikulum 2013 dimana anak-anak ditempatkan secara berkelompok di dalam kelas dan mengerjakan semua tugas secara bergiliran dengan cara rolling. Adapun alat permainan edukatif yang ada di luar kelas di TK ini adalah, jungkat-jungkit, tangga pelangi, dan ayunan, sedangkan alat permainan edukatif yang berada dalam kelas meliputi puzzle, lego, balok-balokan, sill, dan boneka-bonekaan. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di TK ini adalah melukis, drum band, angklung, tari, dan renang. Guru yang mengampu di TK ini berjumlah empat orang termasuk kepala sekolah. Jumlah ruang kelas di TK ini adalah tiga kelas yang ditempati oleh anak kelompok A dan kelompok B1 serta B2. Jumlah siswa kelompok A di TK ini adalah 16 anak sedangkan jumlah siswa kelompok B1 adalah 15 anak dan jumlah siswa kelompok B2 adalah 15 anak. Penelitian dilakukan dengan mengambil seluruh anak di kelompok B sehingga subjek berjumlah 30 anak. 2. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Penelitian a. Meniru Pola 1) TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Dari hasil perhitungan rekapitulasi skor pada TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, diperoleh hasil persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD yaitu pada indikator kemampuan meniru pola. Kemampuan mengenal pola ABCD- 55

72 ABCD pada anak TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dalam hal meniru pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENIRU POLA 84,00% 4,00% 4,00%8,00% BB MB BSH BSB Gambar 5. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Berdasarkan gambar 5 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal meniru pola di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi sebanyak 4% termasuk dalam kategori BB, 4% termasuk dalam kategori MB, 8% termasuk dalam kategori BSH, dan 84% termasuk dalam kategori BSB. 2) TK ABA Ambarbinangun Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Ambarbinangun dalam hal meniru pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENIRU POLA 0,00% 10,00% 0,00% 90,00% BB MB BSH BSB Gambar 6. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun 56

73 Berdasarkan gambar 6 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal meniru pola di TK ABA Ambarbinangun sebanyak 0% termasuk dalam kategori BB, 10% termasuk dalam kategori MB, 0% termasuk dalam kategori BSH, dan 90% termasuk dalam kategori BSB. 3) TK ABA Surya Melati Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Surya Melati dalam hal meniru pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENIRU POLA 80,00% 10,00% 10,00% 0,00% BB MB BSH BSB Gambar 7. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Berdasarkan gambar 7 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal meniru pola di TK ABA Surya Melati sebanyak 10% termasuk dalam kategori BB, 10% termasuk dalam kategori MB, 0% termasuk dalam kategori BSH, dan 80% termasuk dalam kategori BSB. 4) TK PKK 111 Tunas Harapan Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 111 Tunas Harapan dalam hal meniru pola persentasenya terdapat dalam gambar 8. 57

74 KEMAMPUAN MENIRU POLA 10,00% 6,67% 3,33% BB MB 80,00% BSH BSB Gambar 8. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Berdasarkan gambar 8 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal meniru pola di TK PKK 111 Tunas Harapan sebanyak 10% termasuk dalam kategori BB, 6,67% termasuk dalam kategori MB, 3,33% termasuk dalam kategori BSH, dan 80% termasuk dalam kategori BSB. Lebih jelasnya persentase kemampuan meniru pola pada anak kelompok B disetiap TK dapat dilihat pada histogram berikut. 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan Meniru Pola TK ABA Ambarbinangun TK ABA Surya Melati TK PKK 111 Tunas Harapan Rata-rata BB 4,00% 0,00% 10,00% 10,00% 6,00% MB 4,00% 10,00% 10,00% 6,67% 7,67% BSH 8,00% 0,00% 0,00% 3,33% 2,83% BSB 84,00% 90,00% 80,00% 80,00% 83,50% Gambar 9. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Meniru Pola di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul 58

75 Dari grafik histogram di atas diperoleh data bahwa anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam meniru pola memperoleh kategori BSB atau Berkembang Sangat Baik dengan persentase yang lebih besar dibanding kategori lainnya. Meski begitu terdapat perbedaan persentase pada setiap TK, yaitu di TK PKK Utami Mardi Siwi sebesar 84,00%, di TK ABA Ambarbinangun sebesar 90,00%, di TK ABA Surya Melati sebesar 80%, dan di TK PKK 111 Tunas Harapan sebesar 80%. Selain perbedaan tersebut, dapat dilihat pula secara keseluruhan bahwa sebanyak 83,50% anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan sudah berkembang sangat baik dalam hal meniru pola. b. Memperkirakan pola 1) TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dalam hal memperkirakan pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA 72,00% 4,00% 16,00% 8,00% BB MB BSH BSB Gambar 10. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi 59

76 Berdasarkan gambar 10 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal memperkirakan pola di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi sebanyak 4% termasuk dalam kategori BB, 16% termasuk dalam kategori MB, 8% termasuk dalam kategori BSH, dan 72% termasuk dalam kategori BSB. 2) TK ABA Ambarbinangun Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Ambarbinangun dalam hal memperkirakan pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA 0,00% 10,00% 76,67% 13,33% BB MB BSH BSB Gambar 11. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun Berdasarkan gambar 11 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal memperkirakan pola di TK ABA Ambarbinangun sebanyak 0% termasuk dalam kategori BB, 10% termasuk dalam kategori MB, 13,33% termasuk dalam kategori BSH, dan 76,67% termasuk dalam kategori BSB. 3) TK ABA Surya Melati Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Surya Melati dalam hal memperkirakan pola persentasenya terdapat dalam gambar

77 KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA 73,33% 6,67% 13,33% 6,67% BB MB BSH BSB Gambar 12. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Berdasarkan gambar 12 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal memperkirakan pola di TK ABA Surya Melati sebanyak 6,67% termasuk dalam kategori BB, 13,33% termasuk dalam kategori MB, 6,67% termasuk dalam kategori BSH, dan 73,33% termasuk dalam kategori BSB. 4) TK PKK 111 Tunas Harapan Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 111 Tunas Harapan dalam hal memperkirakan pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA 73,33% 6,67% 13,33% 6,67% BB MB BSH BSB Gambar 13. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan 61

78 Berdasarkan gambar 13 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal memperkirakan pola di TK PKK 111 Tunas Harapan sebanyak 6,67% termasuk dalam kategori BB, 13,33% termasuk dalam kategori MB, 6,67% termasuk dalam kategori BSH, dan 73,33% termasuk dalam kategori BSB. Lebih jelasnya persentase kemampuan memperkirakan pola pada anak kelompok B disetiap TK dapat dilihat pada histogram berikut. 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan Memperkirakan Pola TK ABA Ambarbinang un TK ABA Surya Melati TK PKK 111 Tunas Harapan Rata-rata BB 4,00% 0,00% 6,67% 6,67% 4,34% MB 16,00% 10,00% 13,33% 13,33% 13,17% BSH 8,00% 13,33% 6,67% 6,67% 8,67% BSB 72,00% 76,67% 73,33% 73,33% 73,83% Gambar 14. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Dari grafik histogram di atas diperoleh data bahwa anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam memperkirakan urutan berikutnya memperoleh kategori BSB atau Berkembang Sangat Baik dengan persentase yang lebih besar dibanding kategori lainnya. Meski begitu terdapat perbedaan persentase pada setiap TK, yaitu di TK PKK Utami Mardi Siwi sebesar 72,00%, di TK ABA Ambarbinangun sebesar 76,67%, di TK ABA Surya Melati sebesar 73,33%, dan di TK PKK 111 Tunas Harapan sebesar 62

79 73,33%. Selain perbedaan tersebut, dapat dilihat pula secara keseluruhan bahwa anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan dalam hal memperkirakan urutan berikutnya yang mendapat kategori berkembang sangat baik sebanyak 73,83%. c. Menyusun pola 1) TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dalam hal menyusun pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 60,00% 8,00% 16,00% 16,00% BB MB BSH BSB Gambar 15. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Berdasarkan gambar 15 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menyusun pola di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi sebanyak 8% termasuk dalam kategori BB, 16% termasuk dalam kategori MB, 16% termasuk dalam kategori BSH, dan 60% termasuk dalam kategori BSB. 2) TK ABA Ambarbinangun Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Ambarbinangun dalam menyusun pola persentasenya terdapat pada gambar

80 KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 56,67% 3,33% 20,00% 20,00% BB MB BSH BSB Gambar 16. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun Berdasarkan gambar 16 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menyusun pola di TK ABA Ambarbinangun sebanyak 3,33% termasuk dalam kategori BB, 20% termasuk dalam kategori MB, 20% termasuk dalam kategori BSH, dan 56,67% termasuk dalam kategori BSB. 3) TK ABA Surya Melati Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Surya Melati dalam hal menyusun pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 60,00% 10,00% 13,33% 16,67% BB MB BSH BSB Gambar 17. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati 64

81 Berdasarkan gambar 17 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menyusun pola di TK ABA Surya Melati sebanyak 10% termasuk dalam kategori BB, 13,33% termasuk dalam kategori MB, 16,67% termasuk dalam kategori BSH, dan 60% termasuk dalam kategori BSB. 4) TK PKK 111 Tunas Harapan Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 111 Tunas Harapan dalam hal menyusun pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 63,33% 6,67% 6,67% 23,33% BB MB BSH BSB Gambar 18. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Berdasarkan gambar 18 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menyusun pola di TK PKK 111 Tunas Harapan sebanyak 6,67% termasuk dalam kategori BB, 6,67% termasuk dalam kategori MB, 23,33% termasuk dalam kategori BSH, dan 63,33% termasuk dalam kategori BSB. Lebih jelasnya persentase kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B disetiap TK se-gugus 3 Kasihan dapat dilihat pada gambar

82 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan Menyusun Pola TK ABA Ambarbinangun TK ABA Surya Melati TK PKK 111 Tunas Harapan Rata-rata BB 8,00% 3,33% 10,00% 6,67% 7,00% MB 16,00% 20,00% 13,33% 6,67% 14,00% BSH 16,00% 20,00% 16,67% 23,33% 19,00% BSB 60,00% 56,67% 60,00% 63,33% 60,00% Gambar 19. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menyusun Pola di TK se- Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Dari grafik histogram di atas diperoleh data bahwa anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam menyusun pola memperoleh kategori BSB atau Berkembang Sangat Baik dengan persentase yang lebih besar dibanding kategori lainnya. Meski begitu terdapat perbedaan persentase pada setiap TK, yaitu di TK PKK Utami Mardi Siwi sebesar 60,00%, di TK ABA Ambarbinangun sebesar 56,67%, di TK ABA Surya Melati sebesar 60,00%, dan di TK PKK 111 Tunas Harapan sebesar 63,33%. Selain perbedaan tersebut, dapat dilihat secara keseluruhan bahwa anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan dalam hal menyusun pola yang mendapat kategori berkembang sangat baik sebanyak 60%. d. Menciptakan Pola a. TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dalam hal menciptakan pola persentasenya terdapat pada gambar

83 KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 28,00% BB MB 48,00% 8,00% 16,00% BSH BSB Gambar 20. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Berdasarkan gambar 20 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal memperkirakan pola di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi sebanyak 28% termasuk dalam kategori BB, 16% termasuk dalam kategori MB, 8% termasuk dalam kategori BSH, dan 48% termasuk dalam kategori BSB. b. TK ABA Ambarbinangun Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Ambarbinangun dalam hal menciptakan pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 13,33% BB 20,00% MB 46,67% 20,00% BSH BSB Gambar 21. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun 67

84 Berdasarkan gambar 21 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menciptakan pola di TK ABA Ambarbinangun sebanyak 13,33% termasuk dalam kategori BB, 20% termasuk dalam kategori MB, 20% termasuk dalam kategori BSH, dan 46,67% termasuk dalam kategori BSB. c. TK ABA Surya Melati Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK ABA Surya Melati dalam hal menciptakan pola persentasenya sebagai berikut: KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 53,33% 16,67% 13,33% 16,67% BB MB BSH BSB Gambar 22. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati Berdasarkan gambar 22 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menciptakan pola di TK ABA Surya Melati sebanyak 16,67% termasuk dalam kategori BB, 16,67% termasuk dalam kategori MB, 13,33% termasuk dalam kategori BSH, dan 53,33% termasuk dalam kategori BSB. d. TK PKK 111 Tunas Harapan Persentasenya kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK PKK 111 Tunas Harapan dalam hal menciptakan pola terdapat pada gambar

85 KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 50,00% 13,33% 20,00% 16,67% BB MB BSH BSB Gambar 23. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan Berdasarkan gambar 23 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam hal menciptakan pola di TK PKK 111 Tunas Harapan sebanyak 20% termasuk dalam kategori BB, 16,67% termasuk dalam kategori MB, 13,33% termasuk dalam kategori BSH, dan 50% termasuk dalam kategori BSB. Lebih jelasnya persentase kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak kelompok B disetiap TK dapat dilihat pada histogram berikut. 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Kemampuan Menciptakan Pola TK ABA Ambarbinangun TK ABA Surya Melati TK PKK 111 Tunas Harapan Rata-rata BB 28,00% 13,33% 16,67% 20,00% 19,50% MB 16,00% 20,00% 16,67% 16,67% 17,34% BSH 8,00% 20,00% 13,33% 13,33% 13,67% BSB 48,00% 46,67% 53,33% 50,00% 49,50% Gambar 24. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menciptakan Pola di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Dari grafik histogram di atas diperoleh data bahwa anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam menciptakan pola 69

86 memperoleh kategori BSB atau Berkembang Sangat Baik dengan persentase yang lebih besar dibanding kategori lainnya. Meski begitu terdapat perbedaan persentase pada setiap TK, yaitu di TK PKK Utami Mardi Siwi sebesar 48,00%, di TK ABA Ambarbinangun sebesar 46,67%, di TK ABA Surya Melati sebesar 53,33%, dan di TK PKK 111 Tunas Harapan sebesar 50%. Selain dilihat dari satu persatu kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD anak dapat dilihat pula secara keseluruhan. Berikut data-data persentase kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD dalam meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola secara keseluruhan: Tabel 10. Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B di TK Segugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Aspek yang diamati Meniru pola Memperkirakan pola Menyusun pola Menciptakan pola Kategori TK PKK 58 Utami Mardisiwi (%) TK ABA Ambarbinangun (%) TK ABA Surya Melati (%) TK PKK Tunas Harapan (%) Ratarata (%) BB 4,00 0,00 10,00 10,00 6,00 MB 4,00 10,00 10,00 6,67 7,67 BSH 8,00 0,00 0,00 3,33 2,83 BSB 84,00 90,00 80,00 80,00 83,50 BB 4,00 0,00 6,67 6,67 4,34 MB 16,00 10,00 13,33 13,33 13,17 BSH 8,00 13,33 6,67 6,67 8,67 BSB 72,00 76,67 73,33 73,33 73,83 BB 8,00 3,33 10,00 6,67 7,00 MB 16,00 20,00 13,33 6,67 14,00 BSH 16,00 20,00 16,67 23,33 19,00 BSB 60,00 56,67 60,00 63,33 60,00 BB 28,00 13,33 16,67 20,00 19,50 MB 16,00 20,00 16,67 16,67 17,34 BSH 8,00 20,00 13,33 13,33 13,67 BSB 48,00 46,67 53,33 50,00 49,50 Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Ratarata Gene ralisasi (%) Predikat 83,50 BSB 73,83 BSH 60,00 BSH 49,50 MB 66,71 BSH 70

87 Persentase kemampuan mengenal pola ABCD dari aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola diperoleh melalui ratarata jumlah keseluruhan kemampuan anak TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan. Kemudian hasil rata-rata tersebut digeneralisasikan pada tiap kemampuan anak. Karena dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif maka hasil persentase keseluruhan diambil jumlah persentase terbesar dari masing-masing aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola. Persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD tersebut kemudian dimasukkan dalam predikat, predikat yang menjadi acuan dari Acep Yoni (2010: 175). Berdasarkan rekapitulasi persentase aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola maka diperoleh persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Dari tabel persentase kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul di atas, setelah digeneralisasikan dari masing-masing aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola diperoleh persentase, pada aspek meniru pola memperoleh persentase sebesar 83,50% sehingga termasuk dalam predikat berkembang sangat baik, pada aspek memperkirakan pola memperoleh persentase sebesar 73,83% sehingga termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan, pada aspek menyusun pola memperoleh persentase sebesar 60% sehingga termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan, dan 71

88 pada aspek menciptakan pola memperoleh persentase 49,50% sehingga termasuk dalam predikat mulai berkembang. Berikut adalah grafik histogram kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul setelah digeneralisasikan pada tiap aspek dari kategori belum berkembang (BB), mulai berkembang (MB), berkembang sesuai harapan (BSH), dan berkembang sangat baik (BSB) dalam kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola: KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD 90,00% 80,00% 83,50% 73,83% Meniru 70,00% 60,00% 50,00% 60,00% 49,50% 66,71% Memperkirakan Menyusun 40,00% 30,00% Menciptakan 20,00% 10,00% 0,00% Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD Gambar 25. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD- ABCD di TK Segugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Dari histogram tersebut dapat dilihat kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak TK se-gugus 3 Kasihan Bantul, dalam aspek meniru pola 83,50% termasuk dalam predikat berkembang sangat baik. Pada kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam aspek memperkirakan pola 73,83% dalam predikat berkembang sesuai harapan, pada kemampuan menyusun pola 60% 72

89 termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan, dan pada kemampuan menciptakan pola 49,50% termasuk dalam predikat mulai berkembang. Dari hasil persentase tiap aspek kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD tersebut, maka diperoleh rata-rata hasil persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dalam aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul yaitu sebesar 66,71% dan termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode penelitian menggunakan metode survey yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK Kelompok B se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Pada penelitian ini kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK kelompok B melalui kegiatankegiatan pengenalan pola di TK, dinilai menurut empat kemampuan yaitu meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola. Data kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola dikategorikan menjadi empat kategori yaitu belum berkembang (BB), mulai berkembang (MB), berkembang sesuai harapan (BSH), dan berkembang sangat baik (BSB). Berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif yang diperoleh dari isian checklist lembar observasi menunjukkan adanya perbedaan kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD anak antara TK satu dengan TK lainnya. Bahkan jika dilihat 73

90 dari kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD seperti meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola dapat dipahami bahwa kemampuan masingmasing anak berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif diketahui bahwa: 1. Meniru Pola Kemampuan anak dalam meniru pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah berkembang dengan sangat baik. Perolehan skor rata-rata yang diperoleh keseluruhan anak membuktikan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh seluruh anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun. Di dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tertulis bahwa anak usia 5-6 tahun yang termasuk dalam kelompok B berada pada tingkat pencapaian perkembangan menguasai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, salah satunya adalah menirukan pola. Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) di atas hampir sama dengan TPP dalam Permendiknas No. 58 tahun 2009 yang menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun dapat mengenal pola ABCD-ABCD. Tingkat pencapaian perkembangan mengenai kemampuan menirukan pola AB-AB berada dalam lingkup tingkat pencapaian perkembangan pada usia 4-5 tahun atau termasuk dalam kelompok A. Pada kelompok B kemampuan menirukan pola adalah dengan pola ABCD-ABCD. Oleh karena itu seharusnya 74

91 anak usia 5-6 tahun telah mampu melampaui tingkat pencapaian perkembangan tersebut. Keempat TK di gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul menerapkan kurikulum 2013 dengan mengacu pada Tingkat Pencapaian Perkembangan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun Oleh karena itu, peneliti hanya akan membahas dengan membandingkan hasil penelitian dengan Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 dan teori yang telah dipaparkan pada BAB II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan meniru pola ABCD-ABCD di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan telah sesuai dengan Tingkat Pencapaian Perkembangan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 dan teori mengenal pola menurut Reys, dkk (2012). Dalam teori kemampuan mengenal pola disebutkan bahwa anak dapat menunjukkan pola membuat pola seperti yang telah dicontohkan. Kegiatan meniru dapat dilakukan dengan pola warna, bentuk, ukuran, dan lain sebagainya. Kegiatan meniru pola yang digunakan pada saat penelitian di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK 111 Tunas Harapan adalah meronce dengan sedotan berwarna yang ditempeli dengan kertas berwarna. Pola yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pola warna. Warna sedotan dan kertas yang menempel pada sedotan dibuat senada. Anak meronce dengan pola yang telah dicontohkan guru. Guru memberikan contoh meronce sedotan yang ditempeli kertas dengan pola warna 75

92 merah-kuning-hijau-biru merah-kuning-hijau-biru. Anak hanya meniru pola yang telah dicontohkan guru. Namun, pada saat kegiatan masih ada anak yang belum dapat menirukan pola. Dari keempat TK hanya TK ABA Ambarbinangun yang anak-anaknya dapat menirukan pola semua, walaupun ada yang hanya dapat menirukan satu pola. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD berdasarkan kemampuan meniru pada anak kelompok B TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul menunjukkan persentase yang sangat tinggi yaitu 83,50% dengan predikat Berkembang Sangat Baik (BSB). Dari keempat TK, TK ABA Ambarbinangun memperoleh persentase tertinggi dalam kategori BSB yakni sebesar 90%. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian anak terlihat sehat semua, tidak ada yang sakit, seperti pada saat penelitian di ketiga TK lainnya dalam kegiatan meniru pola. Walaupun demikian ketiga TK lainnya juga memperoleh hasil yang memuaskan yakni sebesar 80%, 80%, dan 84%. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 dan teori Reys, dkk. Anak-anak menunjukkan pola dan kemudian diminta untuk membuat satu pola seperti yang dicontohkan (Reys, dkk, 2012: 145). Sebanyak 83,50% anak telah mampu menirukan pola dengan sangat baik, anak dapat meniru pola yang dicontohkan guru. Dengan demikian, perkembangan kemampuan meniru pola 76

93 ABCD-ABCD pada Kelompok B di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berkembang dengan sangat baik dan telah sesuai dengan teori. 2. Memperkirakan Pola Kemampuan memperkirakan pola pada anak Kelompok B TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah berkembang sesuai harapan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 73,83%. Hasil penelitian mengenai kemampuan memperkirakan pola sesuai dengan kurikulum yang tercantum dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 yang tertulis bahwa anak usia 5-6 tahun yang termasuk dalam kelompok B berada pada tingkat pencapaian perkembangan menguasai kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD, salah satunya adalah memperkirakan pola. Memperkirakan pola yang dimaksud adalah dengan pola ABCD-ABCD. Selain itu, Reys, dkk (2012) juga mengungkapkan bahwa anak usia taman kanak-kanak telah mampu dalam memperkirakan urutan berikutnya, anak mencoba mengurutkan sesuatu menurut rangkaian atau urutan tertentu (sequence), misalnya anak mengurutkan segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai kemampuan memperkirakan pola ABCD-ABCD yang dilakukan di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul sesuai dengan kedua teori tersebut. Kegiatan memperkirakan pola yang digunakan di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK

94 Tunas Harapan adalah mengurutkan bendera sesuai pola. Tema pada saat penelitian di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi adalah pekerjaan dengan sub tema sopir kendaraan, sehingga polanya adalah bus-kapal-kereta-pesawat bus-kapalkereta-pesawat. Tema di TK ABA Surya Melati dan TK ABA Ambarbinangun pada saat penelitian adalah pekerjaan dengan subtema dokter sehingga polanya adalah obat-suntikan-stetoskop-termometer obat-suntikan-stetoskop-termometer. Tema di TK PKK 111 Tunas Harapan pada saat penelitian adalah air, udara, api sehingga polanya ikut menyesuaikan tema. Guru memberikan contoh dengan memasangkan bendera pada gabus yang telah disediakan. Guru mengurutkan bendera dengan memasangkan bendera gambar bus, kemudian kapal, lalu kereta, dan pesawat. Guru memberikan contoh dengan dua pola, kemudian anak-anak meneruskan pola tersebut dengan memperkirakan sendiri urutan pola yang akan dipasangkan ke gabus. Namun, pada saat kegiatan masih ada anak yang belum dapat memperkirakan pola. Dari keempat TK hanya TK ABA Ambarbinangun yang anak-anaknya dapat memperkirakan pola, walaupun ada yang hanya dapat memperkirakan satu pola. Dari keempat TK, TK ABA Ambarbinangun memperoleh persentase tertinggi dalam kategori BSB yakni sebesar 76,67%. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian anak terlihat sehat semua, tidak ada yang sakit, seperti pada saat penelitian di ketiga TK lainnya dalam kegiatan memperkirakan pola. Walaupun demikian ketiga TK lainnya juga memperoleh hasil yang baik atau sesuai harapan. Ketika peneliti melakukan observasi, anak telah mampu memperkirakan pola terbukti dengan persentase yang diperoleh pada kemampuan memperkirakan 78

95 pola sebesar 73,83%. Adapun beberapa anak yang belum mampu memperkirakan pola sampai selesai dikarenakan oleh faktor kepercayaan diri anak, sebab tidak sedikit dari anak yang menjadi subjek dalam penelitian ini terlihat malu-malu saat peneliti mendekatinya dan beberapa sibuk bermain dengan teman sebelahnya sehingga tidak menyelesaikan tugasnya. Anak yang belum mendapatkan kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) adalah anak yang tidak menyelesaikan sampai lebih dari empat pola dan ada pula yang menyusun sampai lima pola namun terbalik-balik polanya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum bahwa anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah mampu memperkirakan pola ABCD-ABCD sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Carol Seefeldt dkk dan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 dan memperoleh predikat berkembang sesuai harapan. 3. Menyusun Pola Senada dengan kemampuan memperkirakan pola, kemampuan pola pun termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase sebesar 60%. Kegiatan menyusun pola yang digunakan di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK 111 Tunas Harapan adalah membuat gedung bertingkat dengan menyusun kotak ke atas dan bertingkat. Kotak yang disusun dengan pola merah (A) kuning (B) hijau (C) biru (D). Gedung yang disusun sebanyak lima gedung. Untuk membuat 79

96 gedung pertama, kotak A dan B berada di bawah, kemudian di atasnya kotak C dan kotak D. Untuk membuat gedung kedua, kotak A dan B berada di bawah, kemudian di atasnya kotak C dan kotak D, di atas kotak C dan D adalah kotak A dan B, lalu di atasnya lagi adalah kotak C dan D, dan seterusnya sampai gedung ke lima. Pada saat kegiatan dari keempat TK masih ada anak yang belum dapat menyusun pola. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, semua anak menunjukkan persentase yang cukup memuaskan yakni sebesar 60% pada kategori berkembang sangat baik (BSB), 19% pada kategori berkembang sesuai harapan (BSH), 14% pada kategori mulai berkembang (MB), dan 7% pada kategori belum berkembang (BB). Adapun persentase tertinggi berasal dari TK PKK 111 Tunas Harapan. Perolehan skor yang tinggi di TK 111 Tunas Harapan dikarenakan kondisi kelas yang sangat kondusif, hal ini dikarenakan guru dapat mengkondisikan anak dengan baik sehingga sebagian besar anak tidak ada yang malu saat peneliti datang. Guru juga terlihat selalu memantau perkembangan anak. Walaupun demikian ketiga TK lainnya juga memperoleh hasil yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK Gugus II Kecamatan Kretek Bantul telah sesuai dengan teori. Menurut Reys, dkk (2012) dalam menyusun atau meluaskan pola, pemikiran anak terus digali sehingga pemahaman anak akan bertambah. Anak-anak ditunjukkan suatu pola dan diminta untuk melanjutkannya 80

97 dengan menyusun suatu pola. Menyusun pola dapat dilakukan dengan membuat pola awal dengan balok atau catatan tempel (sticky note), dan anak-anak dapat diminta untuk melanjutkan pola. Dalam hal ini menyusun pola dilakukan dengan menyusun gedung dengan kepingan kertas berwarna dengan pola ABCD-ABCD. Selain itu menurut Reys, dkk (2012: 146), dengan menyusun pola dapat menjadi dasar untuk menjelajahi beberapa ide-ide matematika yang penting. Pada saat penelitian anak mendapatkan ide-ide matematika dari apa yang anak susun. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar anak yang dapat menyusun kertas menjadi gedung bertingkat dengan pola ABCD-ABCD. Berdasarkan analisis data, perkembangan kemampuan menyusun pola pada kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan harapan dengan predikat berkembang sesuai harapan (BSH). 4. Menciptakan Pola Lain halnya dengan ketiga kemampuan di atas, kemampuan menciptakan pola termasuk dalam predikat mulai berkembang (MB) dengan persentase sebesar 49,50%. Kegiatan menciptakan pola yang digunakan di TK PKK 58 Utami Mardi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK 111 Tunas Harapan Siwi adalah menyusun pola dengan lego kecil-kecil ataupun lego bulatbulat. Anak dapat menyusun lego dengan pola warna yang anak inginkan. Guru menjelaskan bahwa anak-anak boleh mengambil empat warna dan disusun ke atas, misalnya biru-merah-kuning-oranye atau pink-ungu-biru-merah, lalu diulangi lagi susunannya. Guru meminta agar anak menyusun sampai berjumlah 20 susunan. Namun, pada saat kegiatan ada anak yang menyusun kurang dari 20 dan susunan 81

98 warnanya acak-acakan. Pada saat kegiatan dari keempat TK masih ada anak yang belum dapat menciptakan pola. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, semua anak menunjukkan persentase sebesar 49,50% pada kategori berkembang sangat baik (BSB), sebesar 13,67% pada kategori berkembang sesuai harapan (BSH), sebesar 17,34% pada kategori mulai berkembang (MB), dan sebesar 19,50% pada kategori belum berkembang (BB). Adapun persentase BSB tertinggi berasal dari TK ABA Surya Melati. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK Gugus II Kecamatan Kretek Bantul telah sesuai dengan teori pada BAB II. Menciptakan pola artinya anak dapat membuat pola sendiri. Pada kenyataannya, pada saat penelitian sebagian besar anak ada yang belum dapat menciptakan pola. Beberapa anak juga terlihat meniru pola yang dibuat temannya. Padahal menurut Reys, dkk (2012: 146) menciptakan pola akan membantu mengungkapkan wawasan berfikir matematika. Menurut Elizabeth Warren dan Tom Cooper (2006: 11) dengan menciptakan pola maka akan mendorong anak-anak untuk membuat pola yang berulang sendiri. Selain itu, guru dapat menanyakan bagaimana anak akan melanjutkan pola tersebut. Guru juga dapat meminta anak untuk menunjukkan bagian pola yang berulang. Pada penelitian di keempat TK di Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ini guru dan peneliti bekerja sama untuk bertanya dan meminta pada anak untuk menunjukkan bagian pola yang berulang. Sebagian 82

99 besar anak sudah dapat menunjukkan bagian pola yang berulang, namun hanya sebagian kecil yang dapat menciptakan sampai lebih dari empat pola. Adapun anak yang belum dapat menunjukkan bagian pola yang berulang yakni sebesar 19,50%. Berdasarkan analisis data, perkembangan kemampuan menyusun pola pada kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul jika dilihat secara keseluruhan yaitu sudah mulai berkembang (MB). 5. Hasil Keseluruhan dari Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Saat anak-anak mulai mengerjakan, peneliti dan guru mengamati pola yang dikerjakan anak. Dari sini dapat diketahui kemampuan anak dalam mengenal pola ABCD-ABCD baik kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, maupun menciptakan pola. Beberapa anak ada yang dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola sampai lima pola, ada yang dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola sampai empat pola, ada yang dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola hanya satu pola, bahkan ada yang belum dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola. Banyak faktor yang mendukung anak belum dapat mengenal pola dengan baik pada saat dilaksanakannya penelitian seperti kegiatan mengenal pola yang jarang dilakukan di keempat TK, terutama pada untuk kegiatan pada kemampuan menyusun dan menciptakan pola. Berdasarkan rekapitulasi persentase meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola maka diperoleh persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. 83

100 Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul di atas, setelah digeneralisasikan dari masing-masing aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola diperoleh persentase, pada aspek meniru pola memperoleh persentase 83,50% sehingga termasuk dalam predikat berkembang sangat baik (BSB), pada aspek memperkirakan pola memperoleh persentase 73,83% sehingga termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH), pada aspek menyusun pola memperoleh persentase 60% sehingga termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH), dan pada aspek menciptakan pola memperoleh persentase 49,50% sehingga termasuk dalam predikat mulai berkembang (MB). Adapun kemampuan mengenal pola secara keseluruhan yakni sebesar 66,71% yang diperoleh dari jumlah rata-rata kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola ABCD-ABCD. Menurut predikat yang menjadi acuan dari Acep Yoni (2010: 175) yang telah dimodifikasi peneliti persentase sebesar 66,71% termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam predikat berkembang sesuai harapan. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini terletak pada hal-hal sebagai berikut: 1. Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup yakni hanya membahas kemampuan mengenal pola dengan empat cara untuk mengetahui tentang 84

101 kemampuan mengenal pola pada anak yaitu: (1) meniru atau menyalin pola; (2) memperkirakan urutan berikutnya; (3) menyusun pola dan; (4) menciptakan pola. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih diperlukan adanya penelitian lanjutan yang dapat mengurai lebih dalam tentang kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD baik menggunakan cara yang berbeda, media yang berbeda maupun sub pokok bahasan yang lainnya. 2. Pada saat penelitian tidak semua anak menyelesaikan tugasnya secara mandiri, sebagian anak masih ada yang dibantu oleh guru dalam kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD baik dalam kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, maupun menciptakan pola. 85

102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak kelompok B Di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase sebesar 66,71%. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penilaian dari observasi terhadap rata-rata empat indikator kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sangat baik (BSB) dengan persentase sebesar 83,50%. 2. Kemampuan memperkirakan pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase sebesar 73,83%. 3. Kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase sebesar 60%. 4. Kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat mulai berkembang (MB) dengan persentase sebesar 49,50%. 86

103 B. Saran Dilihat dari kesimpulan tersebut, maka peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk para guru a. Mengingat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD anak kelompok B di TK se-gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam predikat berkembang sesuai harapan (BSH), guru dapat menggunakan data ini sebagai salah satu data perbaikan pembelajaran terutama pada anak yang belum dapat mengenal pola ABCD-ABCD dengan baik agar dapat berkembang sangat baik (BSB). b. Guru juga dapat memberikan variasi pembelajaran dalam mengenalkan pola ABCD-ABCD pada anak dengan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan/atau menciptakan pola. c. Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada indikator menciptakan pola perlu ditingkatkan melihat hasil penelitian pada indikator ini mendapatkan persentase paling rendah dibanding ketiga aspek lainnya (meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, dan menyusun pola). 2. Penelitian selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini ataupun mencari solusi hasil penelitian ini, baik pada jenis penelitian yang sama maupun pada jenis penelitian yang berbeda agar penelitian pada pokok bahasan ini menjadi lebih sempurna. 87

104 DAFTAR PUSTAKA Acep Yoni, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Burhan Bungin. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Deni Darmawan. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Elizabeth Warren & Tom Cooper. (2006). Using Repeating Patterns to Explore Functional Thingking. APMC. 11 (I ). Hlm. 11. Elvina Lim kusumo. (2016). Pengenalan Pola Dasar (Pattern) untuk Anak Prasekolah. Diakses dari pada 19 Oktober 2016 pukul WIB. Endah Resno, Susanti. (2015). Peningkatan Kemampuan Mengenal Pola Melalui Bermain Konstruktif Kelompok B2 TK ABA Playen I. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Gordon Biddle, Kimberly A., dkk. (2014). Early Childhood Education Becoming Professional. United States of America: Sage Publications Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gama Media. Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jackman Hilda L. (2009). Early Childhood Curriculum A Child s Connection to the World. Delmar America: Cengage Learning. Lestari KW. (2013). Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini Maman Malmsteen. (2015). Pentingnya Mengenal Pola untuk Anak Usia Pra Sekolah dan TK. Diakses di pada 20 nov jam WIB. 88

105 Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Mulyana, AZ. (2007). Tip & Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika untuk SD kelas 3,4,5 dan 6. Surabaya: Agung Media Mulya. Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Paul Suparno. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Reys, dkk. (2012). Helping Children Learn Mathematics. Australia: John Wiley & Sons Australia. Seefeld, Carol & Barbara A. Wasik. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah (Alih bahasa: Pius Nasar). Jakarta: Indeks Shaw Jean M. (2005). Sorting, Classifying, and Patterning: Critical to Mathematical Understanding in Kindergarten. Diakses pada 15 November 2016 pukul Siti Kusniati. (2014). Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Pola Melalui Metode Pembelajaran Papan Flanel Pada Anak. Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang (Nomor 2 tahun 2014). Hal Siti Partini Suardiman. (2003). Metode Pengembangan Daya Pikir dan Daya Cipta untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Fakultas Ilmu pendidikan UNY. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. 89

106 Slamet Suyanto. (2005). Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Smith, Susan Sperry. (2009). Early Childhood Mathematics. Amerika: Cardinal Stritch University. Soemiarti Patmonodewo. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sofian Efendi & Tukiran. (2014). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Tim Penyusun Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK. (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Tombokan J. Runtukahu & Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Tombokan. J Runtukahu. (2006). Pengajaran Matematika Bagi Anak Berkebutuhan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Bandung: Citra Umbara. Wahyu Widhiarso. (2009). Bab 2 Estimasi Reliabilitas Via SPSS. Diakses dari pdf pada tanggal 13 Januari 2017 pukul WIB. Yuliani Nurani, dkk. (2011). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Yus Agusyana & Islandscript Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: Elex Media Komputindo. 90

107 LAMPIRAN 91

108 Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 92

109 93

110 94

111 95

112 96

113 97

114 Lampiran 2. Data Observasi Awal PENILAIAN HARIAN TK PKK 58 UTAMI MARDI SIWI No Nama NAM Motorik SOSEM Kognitif Bahasa Seni Mengucapkan dan membalas salam Melipat kertas Menggantung pada bidang horisontal yang lebih rendah dari kepalanya Mau bermain dengan teman Mengenal pola ABCD- ABCD berdasarkan bentuk Menirukan 3-4 urutan kata Bermain peran Rm 2 Bm 3 Thn 4 Nnd 5 Le 6 Str 7 Dhy 8 Azm 9 Msy 10 Rsk 11 Dd 98

115 12 Fny 13 Fhr 14 Bqs 15 Ans 16 Rzn 17 Ctr 18 Rzk 19 Ark 20 Frd 21 Lrs 22 Ay 23 Adl 24 Cld 25 Dk Jumlah Persentase (%)

116 Lampiran 3. Data Wawancara Awal Narasumber: Guru TK PKK 58 Utami Mardi Siwi Pedoman Wawancara Bagaimana kemampuan anak kelompok B di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dalam mengenal pola ABCD-ABCD? Kegiatan apa yang sering dilakukan dalam mengenal pola ABCD-ABCD? Seberapa sering kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD dilakukan pada saat pembelajaran Apa saja kendala yang dihadapi saat mengajarkan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD? Apakah kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD ini penting untuk anak? Jawaban Wawancara Rata-rata anak sudah bisa dalam mengenal pola ABCD-ABCD, namun banyak juga anak yang masih sering terbalik dalam mengurutkan pola ABCD-ABCD. Kegiatan dilakukan biasanya dengan meniru pola dan memperkirakan pola. Kadang sebulan sekali, kadang dua minggu sekali, kadang seminggu sekali, tidak pasti Mbak. Anak sering tidak menyelesaikan tugasnya dan menganggap bahwa dirinya sudah bisa, padahal pola yang disusun masih terbalik. Kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD ini sebenarnya penting untuk anak, namun kegiatan mengenal pola ABCD- ABCD masih sulit dilakukan anak, anak masih sering terbalik dalam mengurutkan polanya. 100

117 Lampiran 4. Validitas dan Reliabilitas 101

118 102

119 Lampiran 5. Surat Pernyataan Validasi 103

120 Lampiran 6. Lembar Observasi Hasil Penelitian Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD TK PKK 58 Utami Mardi Siwi No Nama Kriteria penilaian Meniru pola Memperkirakan urutan berikutnya Menyusun pola Menciptakan pola Dhy 2 Azm 3 Msy 4 Rsk 5 Dd 6 Fny 7 Rm 8 Bm 9 Thn 10 Nnd 11 Le 12 Str 13 Fhr 14 Bqs 15 Ans 16 Rzn 17 Ctr 18 Rzk 19 Ark 20 Frd 21 Lrs 22 Ay 23 Adl 24 Cld 25 Dk Keterangan: 1 = belum berkembang (BB) 3 = berkembang sesuai harapan (BSH) 2 = mulai berkembang (MB) 4 = berkembang sangat baik (BSB) 104

121 Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD TK ABA Ambarbinangun No Nama Kriteria penilaian Meniru pola Memperkirakan urutan berikutnya Menyusun pola Menciptakan pola Bm 2 Kvn 3 Shf 4 Kyl 5 Aln 6 Rfl 7 Fhr 8 Cln 9 Wdn 10 Srn 11 Hsn 12 In 13 Vr 14 Kil 15 Khf 16 Rf 17 Ryn 18 Rgn 19 Sly 20 Tgr 21 Ftr 22 Aln 23 De 24 Slv 25 Ysf 26 Yln 27 Rf A 28 Glh 29 Ek 30 Idr Keterangan: 1 = belum berkembang (BB) 3 = berkembang sesuai harapan (BSH) 2 = mulai berkembang (MB) 4 = berkembang sangat baik (BSB) 105

122 Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD TK ABA Surya Melati No Nama Kriteria penilaian Meniru pola Memperkirakan urutan berikutnya Menyusun pola Menciptakan pola Ptr 2 Nnd 3 Regn 4 Ksy 5 Nzm 6 Fn 7 Syf 8 Ydh 9 Yg 10 Shl 11 Qnsy 12 Yds 13 Vio 14 Kns 15 Rgg 16 Fbi 17 Ary 18 Irl 19 Tm 20 Dvn 21 Kll 22 Ann 23 Bt 24 Brln 25 Ab 26 Dvns 27 Dvd 28 Snd 29 Zk 30 Uks Keterangan: 1 = belum berkembang (BB) 3 = berkembang sesuai harapan (BSH) 2 = mulai berkembang (MB) 4 = berkembang sangat baik (BSB) 106

123 Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD TK PKK 111 TUNAS HARAPAN No Nama Kriteria penilaian Meniru pola Memperkirakan urutan berikutnya Menyusun pola Menciptakan pola Glg 2 Ev 3 Tts 4 Trt 5 Bgs 6 Gyh 7 Wgt 8 Knn 9 Nin 10 Ain 11 Rei 12 Ich 13 Nt 14 Aty 15 Jvln 16 Jj 17 Gz 18 Fdl 19 Ptr 20 Bla 21 Dsi 22 Rfi 23 Ryhn 24 Iql 25 Rwn 26 Avn 27 Gn 28 Dw 29 Yd 30 Ik Keterangan: 1 = belum berkembang (BB) 3 = berkembang sesuai harapan (BSH) 2 = mulai berkembang (MB) 4 = berkembang sangat baik (BSB) 107

124 Lampiran 7. Analisis Pengolahan Data Analisis Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi No. Nama Meniru Menyusun Memperkirakan Menciptakan 1. Dhy Azm Msy Rsk Dd Fny Rm Bm Thn Nnd Le Str Fhr Bqs Ans Rzn Ctr Rzk Ark Frd Lrs Ay Adl Cld Dk

125 Meniru F N % Ket Menyusun f N % Ket BB BB MB MB BSH BSH BSB BSB Memper Menciptakan F N % Ket kirakan f N % Ket BB BB MB MB BSH BSH BSB BSB KEMAMPUAN MENIRU POLA KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 4,00% 4,00% 8,00% BB MB 8,00% 16,00% BB MB 84,00% BSH BSB 60,00% 16,00% BSH BSB KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 48,00% 16,00% 8,00% 28,00% BB MB BSH BSB 109

126 Analisis Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD di TK ABA Ambarbinangun No. Nama Meniru Menyusun Memperkirakan Menciptakan 1 Bm Kvn Shf Kyl Aln Rfl Fhr Cln Wdn Srn Hsn In Vr Kil Khf Rf Ryn Rgn Sly Tgr Ftr Aln De Slv Ysf Yln Rf A Glh Ek Idr Jumlah

127 Meniru F N % Ket Menyusun F N % Ket BB ,33 BB MB MB BSH BSH BSB ,67 BSB Memper Menciptakan f N % Ket kirakan F N % Ket BB ,33 BB MB MB ,33 BSH BSH ,67 BSB ,67 BSB KEMAMPUAN MENIRU POLA KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 0,00% 10,00% 90,00% 0,00% BB MB BSH BSB 56,67% 3,33% 20,00% 20,00% BB MB BSH BSB KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 76,67% 0,00% 10,00% 13,33% BB MB BSH BSB 46,67% 13,33% 20,00% 20,00% BB MB BSH BSB 111

128 Analisis Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD di TK ABA Surya Melati No. Nama Meniru Menyusun Memperkirakan Menciptakan 1 Ptr Nnd Regn Ksy Nzm Fn Syf Ydh Yg Shl Qnsy Yds Vio Kns Rgg Fbi Ary Irl Tm Dvn Kll Ann Bt Brln Ab Dvns Dvd Snd Zk Uks

129 Meniru F N % Ket Menyusun f N % Ket BB BB MB ,33 MB BSH ,67 BSH BSB BSB Memper Menciptakan F N % Ket kirakan f N % Ket ,67 BB ,67 BB ,33 MB ,67 MB ,67 BSH ,33 BSH ,33 BSB ,33 BSB KEMAMPUAN MENIRU POLA KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 80,00% 10,00% 10,00% 0,00% BB MB BSH BSB 60,00% 10,00% 13,33% 16,67% BB MB BSH BSB KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 73,33% 6,67% 13,33% 6,67% BB MB BSH BSB 53,33% 16,67% 13,33% 16,67% BB MB BSH BSB 113

130 Analisis Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD di TK PKK 111 Tunas Harapan No. Nama Meniru Menyusun Memperkirakan Menciptakan 1 Glg Ev Tts Trt Bgs Gyh Wgt Knn Nin Ain Rei Ich Nt Aty Jvln Jj Gz Fdl Ptr Bla Dsi Rfi Ryhn Iql Rwn Avn Gn Dw Yd Ik

131 Meniru f N % Ket Menyusun f N % Ket BB ,67 BB ,67 MB ,67 MB ,33 BSH ,33 BSH BSB ,33 BSB Memper Menciptakan f N % Ket kirakan f N % Ket ,67 BB BB ,33 MB ,67 MB ,67 BSH ,33 BSH ,33 BSB BSB KEMAMPUAN MENIRU POLA KEMAMPUAN MENYUSUN POLA 80,00% 10,00% 6,67% 3,33% BB MB BSH BSB 63,33% 6,67% 6,67% 23,33% BB MB BSH BSB KEMAMPUAN MEMPERKIRAKAN POLA KEMAMPUAN MENCIPTAKAN POLA 73,33% 6,67% 13,33% 6,67% BB MB BSH 50,00% 20,00% 16,67% BB MB BSH BSB 13,33% BSB 115

132 Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) 116

133 * Bahasa reseptif * Bahasa ekspresif * Keaksaraan awal * Mengenal karya dan aktivitas seni melalui melihat, mengajukan pertanyaan, mengamati, mengumpulkan informasi, menyampaikan hasil pengamatan, dll. Mengenalkan tempat dan aturan bermain Kegiatan inti Pendidik memberi dukungan/ bimbingan kepada anak yang belum menemukan gagasan/ ide Pendidik membei dukungan kepada setiap anak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Melakukan eksperimen /unjuk kerja/ tugas langsung, mengumpulkan informasi dan menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan atau diamati Pendidik memberi dukungan kepada anak untuk memilih kegiatan lain jika selesai 1 kegiatan Pendidik melakukan penilaian, pencapaian setiap kompetensi dasar yang telah direncanakan Kegiatan setelah main (KBM) Membereskan alat dan bahan yang digunakan Menceritakan hasil karya yang telah dibuat anak 117

134 118

135 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) Hari/tanggal : Jumat, 3 Februari 2017 Kelompok Usia Tema/ subtema Semester/ minggu : 5-6 Tahun : Pekerjaan / Sopir : II / V WAKTU MUATAN/MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN *1.1 Ciptaan Tuhan 1. Penyiapan alat dan bahan *1.2 Rasa syukur kepada Menyiapkan bahan dan alat main Tuhan Mencontoh kata *2.1 Perilaku hidup sehat Melukis *2.2 Sikap ingin tahu Menyusun gedung dengan kertas *2.5 Sikap percaya diri Menciptakan pola *2.7 Perilaku sikap sabar Menata tempat kegiatan bermain *2.8 Perilaku mandiri Proses penyambutan kedatangan anak *2.14 Sikap rendah hati 2. Kegiatan awal * Motorik kasar/halus Berbaris * Pemecahan masalah Doa sebelum belajar * Mengenal benda Presensi sekitar Apersepsi * Mengenal ling. Menyanyi beberapa lagu anak sosial Membahas tema pekerjaan dengan topik sopir, * Mengenal teknologi melalui melihat, mengajukan pertanyaan, sederhana 119 ALAT DAN BAHAN Pensil, buku Pewarna Kertas ABCD- ABCD Lego/ sill Tape recorder Kaset senam PENILAIAN 1. Hasil karya 2. Anecdote record 3. Pengamatan langsung 4. Penilaian harian

136 * Bahasa reseptif * Bahasa ekspresif * Keaksaraan awal * Mengenal karya dan aktivitas seni mengamati, mengumpulkan informasi, menyampaikan hasil pengamatan, dll. Mengenalkan tempat dan aturan bermain Kegiatan inti Pendidik memberi dukungan/ bimbingan kepada anak yang belum menemukan gagasan/ ide Pendidik membei dukungan kepada setiap anak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Melakukan eksperimen /unjuk kerja/ tugas langsung, mengumpulkan informasi dan menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan atau diamati Pendidik memberi dukungan kepada anak untuk memilih kegiatan lain jika selesai 1 kegiatan Pendidik melakukan penilaian, pencapaian setiap kompetensi dasar yang telah direncanakan Kegiatan setelah main (KBM) Membereskan alat dan bahan yang digunakan Menceritakan hasil karya yang telah dibuat anak 120

137 121

138 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) Hari/tanggal : Kamis, 23 Februari 2017 Kelompok Usia Tema/ subtema Semester/ minggu : 5-6 Tahun : Air Udara Api / Air (air sumur) : II / VIII WAKTU MUATAN/MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN *1.1 Ciptaan Tuhan 1. Penyiapan alat dan bahan *1.2 Rasa syukur kepada Menyiapkan bahan dan alat main Tuhan Menyiram tanaman *2.4 Sikap estetis Meronce pola sesuai warna *2.9 Sikap peduli Mengurutkan bendera (gambar anak mandi, *2.10 Sikap menghargai, mencuci, minum, wudhu) toleran Melukis dengan kapas *2.13 Perilaku sikap jujur Menata tempat kegiatan bermain * Kegiatan beribadah Proses penyambutan kedatangan anak * Motorik kasar/halus 2. Kegiatan awal * Memecahkan Gerakan motorik kasar masalah Berbaris * Mengenal benda Doa sebelum belajar sekitar Presensi * Mengenal ling. Apersepsi sosial Menyanyi beberapa lagu anak * Mengenal ling.alam 122 ALAT DAN BAHAN Air, gayung Potongankertas berwarna, sedotan Bendera bergambar Kertas berpola,kapas, pewarna Tape recorder Kaset senam PENILAIAN 1. Hasil karya 2. Anecdote record 3. Catatan harian 4. Pengamat an langsung 5. Penilaian harian

139 * bahasa reseptif * bahasa ekspresif * keaksaraan awal * Mengenal karya dan aktivitas seni Membahas tema air udara api dengan topik air sumur, melalui melihat, mengajukan pertanyaan, mengamati, mengumpulkan informasi, menyampaikan hasil pengamatan Mengenalkan tempat dan aturan bermain Kegiatan inti Pendidik memberi dukungan/ bimbingan kepada anak yang belum menemukan gagasan/ ide Pendidik membei dukungan kepada setiap anak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Melakukan eksperimen /unjuk kerja/ tugas langsung, mengumpulkan informasi dan menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan atau diamati Pendidik memberi dukungan kepada anak untuk memilih kegiatan lain jika selesai 1 kegiatan Pendidik melakukan penilaian, pencapaian setiap kompetensi dasar yang telah direncanakan Kegiatan setelah main (KBM) Membereskan alat dan bahan yang digunakan Menceritakan hasil karya yang telah dibuat anak 123

140 124

141 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) Hari/tanggal : Sabtu, 25 Februari 2017 Kelompok Usia Tema/ subtema Semester/ minggu : 5-6 Tahun : Air Udara Api / Air (air kolam) : II / VIII WAKTU MUATAN/MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN *1.1 Ciptaan Tuhan 1. Penyiapan alat dan bahan *1.2 Rasa syukur kepada Menyiapkan bahan dan alat main Tuhan Memasukkan benda ke dalam air *2.4 Sikap estetis Menyusun gedung dengan kertas *2.9 Sikap peduli Menciptakan pola *2.10 Sikap menghargai, Menggunting gambar kolam toleran Menata tempat kegiatan bermain *2.13 Perilaku sikap jujur Proses penyambutan kedatangan anak * Kegiatan beribadah 2. Kegiatan awal * Motorik kasar/halus Gerakan motorik kasar * Memecahkan Berbaris masalah Doa sebelum belajar * Mengenal benda Presensi sekitar Apersepsi * Mengenal ling. Menyanyi beberapa lagu anak sosial * Mengenal ling.alam Membahas tema air udara api dengan topik air 125 ALAT DAN BAHAN Benda-benda, air Kertas ABCD- ABCD Lego/ sill Gunting Tape recorder Kaset senam PENILAIAN 1. Hasil karya 2. Anecdote record 3. Catatan harian 4. Pengamat an langsung 5. Penilaian harian

142 * bahasa reseptif * bahasa ekspresif * keaksaraan awal * Mengenal karya dan aktivitas seni kolam, melalui melihat, mengajukan pertanyaan, mengamati, mengumpulkan informasi, menyampaikan hasil pengamatan Mengenalkan tempat dan aturan bermain Kegiatan inti Pendidik memberi dukungan/ bimbingan kepada anak yang belum menemukan gagasan/ ide Pendidik membei dukungan kepada setiap anak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Melakukan eksperimen /unjuk kerja/ tugas langsung, mengumpulkan informasi dan menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan atau diamati Pendidik memberi dukungan kepada anak untuk memilih kegiatan lain jika selesai 1 kegiatan Pendidik melakukan penilaian, pencapaian setiap kompetensi dasar yang telah direncanakan Kegiatan setelah main (KBM) Membereskan alat dan bahan yang digunakan Menceritakan hasil karya yang telah dibuat anak 126

143 127

144 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) Hari/tanggal : Kamis, 2 Maret 2017 Kelompok Usia Tema/ subtema Semester/ minggu : 5-6 Tahun : Air Udara Api / Udara (layang-layang) : II / IX WAKTU MUATAN/MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN *1.1 Ciptaan Tuhan 1. Penyiapan alat dan bahan *1.2 Rasa syukur kepada Menyiapkan bahan dan alat main Tuhan Membuat layang-layang *2.4 Sikap estetis Meronce pola sesuai warna *2.9 Sikap peduli Memasang dan mengurutkan bendera *2.10 Sikap menghargai, bergambar toleran Menulis *2.13 Perilaku sikap jujur Menata tempat kegiatan bermain * Kegiatan beribadah Proses penyambutan kedatangan anak * Motorik kasar/halus 2. Kegiatan awal * Memecahkan Gerakan motorik kasar masalah Berbaris * Mengenal benda Doa sebelum belajar sekitar Presensi * Mengenal ling. Apersepsi sosial Menyanyi beberapa lagu anak * Mengenal ling.alam 128 ALAT DAN BAHAN Kantong plastik, lidi Potongan kertas berwarna, sedotan Bendera bergambar Pensil Tape recorder Kaset senam PENILAIAN 1. Hasil karya 2. Anecdote record 3. Catatan harian 4. Pengamat an langsung 5. Penilaian harian

145 * Bahasa reseptif * Bahasa ekspresif * Keaksaraan awal * Mengenal karya dan aktivitas seni Membahas tema air udara api dengan topik layang-layang, melalui melihat, mengajukan pertanyaan, mengamati, mengumpulkan informasi, menyampaikan hasil pengamatan Mengenalkan tempat dan aturan bermain Kegiatan inti Pendidik memberi dukungan/ bimbingan kepada anak yang belum menemukan gagasan/ ide Pendidik membei dukungan kepada setiap anak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Melakukan eksperimen /unjuk kerja/ tugas langsung, mengumpulkan informasi dan menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan atau diamati Pendidik memberi dukungan kepada anak untuk memilih kegiatan lain jika selesai 1 kegiatan Pendidik melakukan penilaian, pencapaian setiap kompetensi dasar yang telah direncanakan Kegiatan setelah main (KBM) Membereskan alat dan bahan yang digunakan Menceritakan hasil karya yang telah dibuat anak 129

146 130

147 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) Hari/tanggal : Sabtu, 4 Maret 2017 Kelompok Usia Tema/ subtema Semester/ minggu : 5-6 Tahun : Air Udara Api / Udara (balon) : II / IX WAKTU MUATAN/MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN *1.1 Ciptaan Tuhan 1. Penyiapan alat dan bahan *1.2 Rasa syukur kepada Menyiapkan bahan dan alat main Tuhan Meniup balon plastik *2.4 Sikap estetis Menciptakan pola *2.9 Sikap peduli Membuat gedung bertingkat *2.10 Sikap menghargai, Menulis huruf berawalan batoleran Menata tempat kegiatan bermain *2.13 Perilaku sikap jujur Proses penyambutan kedatangan anak * Kegiatan beribadah 2. Kegiatan awal * Motorik kasar/halus Gerakan motorik kasar * Memecahkan Berbaris masalah Doa sebelum belajar * Mengenal benda Presensi sekitar Apersepsi * Mengenal ling. Menyanyi beberapa lagu anak sosial * Mengenal ling.alam Membahas tema air udara api dengan topik 131 ALAT DAN BAHAN Balon / plastik Susunan kertas ABCD-ABCD Lego/ sill Pensil Tape recorder Kaset senam PENILAIAN 1. Hasil karya 2. Anecdote record 3. Catatan harian 4. Pengamat an langsung 5. Penilaian harian

148 * Bahasa reseptif * Bahasa ekspresif * Keaksaraan awal * Mengenal karya dan aktivitas seni layang-layang, melalui melihat, mengajukan pertanyaan, mengamati, mengumpulkan informasi, menyampaikan hasil pengamatan Mengenalkan tempat dan aturan bermain Kegiatan inti Pendidik memberi dukungan/ bimbingan kepada anak yang belum menemukan gagasan/ ide Pendidik membei dukungan kepada setiap anak untuk mengamati, mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Melakukan eksperimen /unjuk kerja/ tugas langsung, mengumpulkan informasi dan menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan atau diamati Pendidik memberi dukungan kepada anak untuk memilih kegiatan lain jika selesai 1 kegiatan Pendidik melakukan penilaian, pencapaian setiap kompetensi dasar yang telah direncanakan Kegiatan setelah main (KBM) Membereskan alat dan bahan yang digunakan Menceritakan hasil karya yang telah dibuat anak 132

149 133

150 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN ( RPPH ) TK ABA AMBARBINANGUN Semester/Bulan/Minggu ke :.II/ Februari /6 Model Pembelajaran : Sudut Hari, Tanggal : Senin, 6 Februari 2017 Kelompok / Usia : B (5-6 Tahun) Tema / Sub Tema : Pekerjaan / Dokter A. MATERI DALAM KEGIATAN 1. Berdoa sebelum dan sesudah belajar, 2. Bercerita tentang pekerjaan di bidang kesehatan 3. Meronce dengan sedotan+kertas berwarna 4. Memasangkan bendera sesuai pola 5. Bermain peran sebagai dokter dan pasien B. MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN 1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan 2. Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan 3. Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan 4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah makan. C. ALAT DAN BAHAN Tali, sedotan+kertas, bendera bergambar, lidi buku, miniatur alat kedokteran, D. KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar Waktu Sumber Pembukaan Mendengarkan cerita Ayahku seorang dokter Inti Meronce dengan sedotan+kertas berwarna Memasangkan bendera sesuai pola Bermain peran sebagai dokter dan pasien 30 Cerita Ayahku seorang dokter 60 Sedotan+kertas Bendera bergambar alatalat kedokteran Miniatur alat-alat kedokteran Istirahat Cuci tangan, makan, minum 30 Bekal anak 134

151 Penutup Berdiskusi tentang pekerjaan di bidang pendidikan, kesehatan Menyanyi lagu tepuk pekerjaan 30 Menyanyikan lagu E. PENILAIAN 1. Lingkup Perkembangan, STPPA, dan Indikator Standar Tingkat No (STPPA) Lingkup Pencapaian Perkembangan Perkembangan Anak KD I Nilai Agama dan Moral 2. Meniru gerakan beribadah. 4. Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk. 6. Mengucapkan salam dan membalas salam. II Fisik Motorik a.2 Melakukan gerakan menggantung (bergelayut). b.3 Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit Indikator a. Meniru sikap berdoa b. Meniru gerakan sembahyang c. Bersikap sopan waktu makan d. Mengucapkan salam dengan warga sekolah a. Menggantung pada bidang horisontal yang sama atau lebih rendah dari kepalanya b. Meronce dengan sedotan+kertas berwarna III Kognitif a.1 Mengenal benda berdasarkan fungsi a. Memasangkan bendera sesuai pola IV Bahasa a.3 Memahami cerita yang dibacakan c.1 Mengenal simbolsimbol. V Sosial Emosional a.2 Mengendalikan perasaan. b.1 Menjaga diri sendiri dari lingkungannya b.3 Mau berbagi, menolong, dan membantu teman. c.2 Menaati aturan yang a. Menceritakan kembali isi cerita b. menyebutkan nama benda yang memiliki tulisan nama benda a. Mau bermain dengan teman b. Tidak cengeng c. Berhenti bermain pada waktunya d. Mengenal dan menghindari cara bermain yang dapat 135

152 136

153 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN ( RPPH ) TK ABA AMBARBINANGUN Semester/Bulan/Minggu ke :.II/ Februari /6 Model Pembelajaran : Sudut Hari, Tanggal : Selasa, 7 Februari 2017 Kelompok / Usia : B (5-6 Tahun) Tema / Sub Tema : Pekerjaan / Dokter A. MATERI DALAM KEGIATAN 1. Berdoa sebelum dan sesudah belajar, 2. Melipat baju dokter 3. Menyusun gedung bertingkat dengan pola 4. Menciptakan pola 5. Menirukan 3 4 urutan kata B. MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN 1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan 2. Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan 3. Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan 4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah makan. C. ALAT DAN BAHAN Lego, kertas, pola Buku, kertas lipat D. KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar Waktu Sumber Pembukaan Mendengarkan cerita Ayahku seorang dokter 30 Cerita Ayahku seorang dokter Inti Meronce dengan sedotan+kertas berwarna Memasangkan bendera sesuai pola Bermain peran sebagai dokter dan pasien 60 Sedotan+kertas Bendera bergambar alatalat kedokteran Miniatur alat-alat kedokteran Istirahat Cuci tangan, makan, minum 30 Bekal anak 137

154 Penutup Berdiskusi tentang pekerjaan di bidang pendidikan, kesehatan Menyanyi lagu tepuk pekerjaan 30 Menyanyikan lagu i. PENILAIAN 1. Lingkup Perkembangan, STPPA, dan Indikator No Lingkup Perkembangan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) KD I II Nilai Agama dan Moral Fisik Motorik 5. Membiasakan diri berperilaku baik. 6. Mengucapkan salam dan membalas salam. a.1. melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi b.3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit Indikator a. menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan akhlak mulia b. Mengucapkan salam a. menirukan gerakan dokter b. melipat kertas III Kognitif 7. mengenal pola ABCD- ABCD a. menyusun gedung b. menciptakan pola IV Bahasa a.3 Memahami cerita yang dibacakan c.1 Mengenal simbolsimbol. V Sosial Emosional a.2 Mengendalikan perasaan. b.1 Menjaga diri sendiri dari lingkungannya b.3 Mau berbagi, menolong, dan membantu teman. c.2 Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan. VI Seni b.5 Menggunakan dialog, perilaku, dan berbagai materi dalam menceritakan suatu a. menirukan 3-4 urutan kata b. menyebutkan nama benda yang memiliki tulisan nama benda a. Mau bermain dengan teman b. Tidak cengeng c. Berhenti bermain pada waktunya d. Mengenal dan menghindari cara bermain yang dapat membahayakan dirinya dan orang lain a. berbagi cerita dengan teman b. menjawab pertanyaan 138

155 139

156 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN ( RPPH ) TK ABA Surya Melati Semester/Bulan/Minggu : II/ Februari /7 Hari/ Tanggal : Senin, / 13 Februari 2017 Tema /Subtema : Pekerjaan/ Dokter Kelompok Usia : 5-6 Tahun (B) Model Pembelajaran : Kelompok KD MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN NAM 3.1 Doa-doa (sebelum dan sesudah) Anak mampu berdoa dengan khusyu FM 2.1 Menjaga kebersihan llingkungan Menjaga kebersihan llingkungan supaya tidak mudah sakit 4.3 Ketrampilan motorik halus: meronce sedotan Melatih koordinasi mata dan tangan, kelenturan, pergelangan tangan, Sosem 2.5 Berani tampil di depan umum Anak berani tampil di depan teman sekelasnya 2.6 Aturan main: bermain drama Anak mengerti aturan main Kog 4.6 Mengurutkan pola ABCD-ABCD berdasarkan urutan bentuk atau gambar: mengurutkan bendera Anak mampu mengurutkan pola berdasarkan gambar BHS 2.14 Cara berbicara santun Anak dapat berbicara dengan santun Memahami dan menunjukkan berbahasa reseptif Seni Membuat hasil karya dan menampilkannya Alat dan bahan 1 Tali 2 Sedotan & kertas 3 Bendera bergambar, buku, pensil Pembukaan 1 Menyambut anak sesuai SOP 2 Baris dan senam pagi sesuai SOP 3. Berdoa sebelum belajar 4 Menghafal doa masuk masjid Anak mampu memahami dan menunjukkan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca) Anak mampu membuat hasil karya dan menampilkannya 140

157 141

158 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN ( RPPH ) TK ABA Surya Melati Semester/Bulan/Minggu : II/ Februari /7 Hari/ Tanggal : Selasa, / 14 Februari 2017 Tema /Subtema : Pekerjaan/ Dokter Kelompok Usia : 5-6 Tahun (B) Model Pembelajaran : Kelompok KD MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN NAM 1.2 Tidak menyakiti diri sendiri/teman Anak mempu mengendalikan diri FM 2.1 Menjaga kebersihan llingkungan Menjaga kebersihan llingkungan supaya tidak mudah sakit 4.3 Ketrampilan motorik halus: melipat baju dokter Sosem 2.5 Menyelesaikan tugas hingga tuntas: menyusun pola Melatih koordinasi mata dan tangan, kelenturan, pergelangan tangan, Anak mempu menyelesaikan tugasnya 2.6 Aturan main: bermain drama Anak mengerti aturan main Kog 4.6 Menciptakan pola ABCD-ABCD berdasarkan warna Anak mampu menciptakan pola BHS 2.14 Cara berbicara santun Anak dapat berbicara dengan santun Memahami dan menunjukkan berbahasa ekspresif Anak mampu memahami dan menunjukkan berbahasa ekspresif Seni Membuat hasil karya dan menampilkannya Anak mampu membuat hasil karya dan menampilkannya Alat dan bahan 1 Kertas karton 2 Leggo 3 Kertas lipat, buku, pensil Pembukaan 1 Menyambut anak sesuai SOP 2 Baris dan senam pagi sesuai SOP 3. Berdoa sebelum belajar 4 Menghafal doa masuk masjid 5 Bermain, bernyanyi dan bertepuk tangan 142

159 143

160 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN ( RPPH ) TK ABA Surya Melati Semester/Bulan/Minggu : II/ Februari /7 Hari/ Tanggal : Kamis, / 16 Februari 2017 Tema /Subtema : Pekerjaan/ Dokter Kelompok Usia : 5-6 Tahun (B) Model Pembelajaran : Kelompok KD MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN NAM 3.1 Doa-doa (sebelum dan sesudah) Anak mampu berdoa dengan khusyu FM 2.1 Senam kecil: melakukan berbagai Anak melakukan gerakan untuk gerakan untuk motorik kasar 4.3 Ketrampilan motorik halus: melipat baju dokter Sosem 2.5 Menyelesaikan tugas hingga tuntas: meniru pola (meronce) mengembangkan motorik kasar Melatih koordinasi mata dan tangan, kelenturan, pergelangan tangan, Anak mempu menyelesaikan tugasnya dalam meniru pola 2.6 Aturan main: bermain drama Anak mengerti aturan main Kog 4.6 Mengurutkan pola ABCD-ABCD berdasarkan urutan bentuk atau gambar: mengurutkan bendera Anak mampu mengurutkan pola berdasarkan gambar BHS 2.14 Pemahaman sikap rendah hati Anak dapat bersikap rendah hati Memahami dan menunjukkan berbahasa reseptif Seni Membuat hasil karya dan menampilkannya Alat dan bahan 1 Tali 2 Sedotan & kertas 3 Bendera bergambar, buku, pensil Pembukaan 1 Menyambut anak sesuai SOP 2 Baris dan senam pagi sesuai SOP 3. Berdoa sebelum belajar 4 Menghafal doa masuk masjid Anak mampu memahami dan menunjukkan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca) Anak mampu membuat hasil karya dan menampilkannya 144

161 145

162 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN ( RPPH ) TK ABA Surya Melati Semester/Bulan/Minggu : II/ Februari /7 Hari/ Tanggal : Jumat, / 17 Februari 2017 Tema /Subtema : Pekerjaan/ Dokter Kelompok Usia : 5-6 Tahun (B) Model Pembelajaran : Kelompok KD MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN NAM 1.1 Mengenal ciptaan Tuhan Anak mampu mengenal ciptaan Tuhan FM 2.1 Menjaga kebersihan llingkungan Menjaga kebersihan llingkungan supaya tidak mudah sakit 4.3 Ketrampilan motorik halus: melipat baju dokter Sosem 2.5 Senam kecil: melakukan berbagai gerakan untuk motorik kasar Melatih koordinasi mata dan tangan, kelenturan, pergelangan tangan, Anak melakukan gerakan untuk mengembangkan motorik kasar 2.6 Aturan main: bermain drama Anak mengerti aturan main Kog 4.6 Menyusun pola ABCD-ABCD berdasarkan warna Anak mampu menyusun pola BHS 2.14 Cara berbicara santun Anak dapat berbicara dengan santun Memahami dan menunjukkan berbahasa ekspresif Anak mampu memahami dan menunjukkan berbahasa ekspresif Seni Membuat hasil karya: menciptakan pola dengan leggo Anak mampu membuat pola sendiri dan menampilkannya di kelas Alat dan bahan 1 Kertas karton 2 Leggo 3 Kertas lipat, buku, pensil Pembukaan 1 Menyambut anak sesuai SOP 2 Baris dan senam pagi sesuai SOP 3. Berdoa sebelum belajar 4 Menghafal doa masuk masjid 5 Bermain, bernyanyi, dan bertepuk tangan 146

163 147

164 Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan TK PKK 58 UTAMI MARDI SIWI Guru sedang menjelaskan kegiatan pada hari itu Anak sedang menancapkan bendera dalam kegitan memperkirakan urutan berikutnya Anak sedang meronce dalam kegiatan meniru pola Anak sedang membuat gedung bertingkat dalam kegiatan menyusun pola Anak sedang menciptakan pola Anak sedang menunggu bantuan guru 148

165 TK ABA AMBARBINANGUN Anak sedang menciptakan pola Anak sedang meniru pola Anak sedang merapikan hasil karyanya dalam kegiatan menyusun pola Anak sedang memperkirakan pola urutan berikutnya Guru sedang menjelaskan kegiatan pada hari itu Guru sedang mendampingi anak dalam kegiatan 149

166 TK ABA SURYA MELATI Anak terlihat malu-malu saat peneliti menghampiri pada kegiatan meniru pola Anak sedang memperkirakan urutan bendera selanjutnya Guru sedang mendampingi anak saat sedang menyusun pola Anak sedang menciptakan pola Guru sedang menjelaskan kegiatan Ada anak yang menangis saat kegiatan karena diganggu temannya 150

167 TK PKK 111 TUNAS HARAPAN Peneliti sedang mengamati kegiatan yang dikerjakan anak Anak sedang memperkirakan pola Anak sedang menyusun pola Anak sedang menciptakan pola Anak sedang melirik hasil karya temannya Anak telah selesai dalam mengerjakan kegiatan meniru pola 151

168 HASIL KARYA ANAK Hasil karya anak dalam kegiatan memperkirakan pola Hasil karya anak dalam kegiatan menyusun pola Hasil karya anak dalam kegiatan menciptakan pola Hasil karya anak dalam kegiatan menirukan pola 152

STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN

STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN Studi Kemampuan Mengenal... (Meilani Ika Pratiwi) 56 STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN THE STUDY OF CHILDREN S ABILITY IN RECOGNIZING ABCD-ABCD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya mendidik anak, sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa perkembangannya. Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah Indonesia telah merencanakan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun menjadi 9 tahun, ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bagian ketujuh pasal 28 memuat tentang Pendidikan Anak Usia Dini antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 TK Cempaka Indah Ketitangkidul, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan 2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakekat KemampuanMengenal Geometri Kemampuan menurut Robbin (2007:67) adalah bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang. Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak pada rentang usia 0-8 tahun. Pada usia tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh potensinya. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode yang sangat penting untuk mendasari pemahaman terhadap pengetahuan, sikap, dan kepribadian atau yang lebih umum mendasari pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris,

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris, 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan merupakan suatu perubahan yang dialami setiap individu atau siap anak baik perkembangan fisik ataupun psikis anak. Penelitian ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Solehuddin (2000: 5)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Titik Purwanti NIM

SKRIPSI. Oleh Titik Purwanti NIM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN KARTU BERGAMBAR DI RA BABUSSALAM PREMBULAN GALUR KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI Hal. LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR GRAFIK... xv

Lebih terperinci

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA 0 PENGARUH KEGIATAN MERONCE TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI TK PERTIWI SINGOPADU, SIDOHARJO, SRAGEN KELOMPOK K A TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YULIANA DEWI A520090084

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir

BAB I PENDAHULUAN. berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas. Baik anak laki-laki maupun perempuan, mereka memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO

DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO 1 DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO NURNANINGSIH AHMAD Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 1 MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013-2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat perkembangan otak, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah upaya sistematis dalam rangka menciptakan dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan. pendidikan nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan. pendidikan nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diperuntukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat mempengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Ketika suatu

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan pendapat Froebel (M. Solehuddin, 2000:33) bahwa Masa anak-anak merupakan fase yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi berdampak pada sebagian besar sendi kehidupan salah satunya terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu negara. Pendidikan

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD. Oleh :

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD. Oleh : MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM MENGENAL URUTAN ANGKA 1-10 MELALUI BERMAIN MENCARI ANGKA DI BALOK PADA KELOMPOK A TK AL-HUDA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI Mahdalena Abstrak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam rentang kehidupan manusia, memiliki peran yang strategis. Manusia melalui usaha sadarnya berupaya untuk mengembangkan segenap potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa Kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak usia dini merupakan hal yang dianggap lebih penting dan paling utama dalam pendidikan anak usia dini oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA, 2004: 2). Suyanto (2005: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA, 2004: 2). Suyanto (2005: 1) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu masalah yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd

CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd P e l a t i h a n T e n d i k T e m p e l 1 CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd A. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Proses pembinaan tumbuh Kembang anak usia

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI MEDIA BALOK SUSUN DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SEMAWUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 (PTK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SEMAWUNG) Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang merupakan pondasi. atau dasar dari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang merupakan pondasi. atau dasar dari jenjang pendidikan selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu upaya yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani 1 2 3 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU SUKU KATA DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH AGAM Wani Zuarny ABSTRAK Kemampuan membaca anak kelompok B3 di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Agam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN GRAFIK PADA KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN GRAFIK PADA KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN GRAFIK PADA KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci

Pengembangan Kognitif PGPAUD UNY

Pengembangan Kognitif PGPAUD UNY Pengembangan Kognitif PGPAUD UNY kognitif = intelektual U kecerdasan Kognitif Intelektual kecerdasan Materi Pengembangan Kognitif Matematika Kognitif Sains Pengertian Cara untuk berpikir Seni Bahasa Pola

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN Nuraina 1) dan Darajat Rangkuti 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2)

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan formal (TK/RA) yang mengarahkan kepada perkembangan anak sehingga perkembangan dapat diarahkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Isti Winarni NIM

SKRIPSI. Oleh: Isti Winarni NIM UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B MELALUI KEGIATAN SENI MELIPAT KERTAS DI TK PERTIWI 12 GADINGSARI SANDEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini Merupakan salah satu bentuk pendidikan yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai lembaga pendidikan prasekolah tugas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis, karena pada masa usia dini adalah masa keemasan dan fondasi awal bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI.

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI. UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI Oleh Mahdalena 1) dan Darajat Rangkuti 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al

Lebih terperinci

Oleh: ITA HARIYANTI NIM

Oleh: ITA HARIYANTI NIM PERANAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI KELOMPOK BERMAIN FATAYAT NU RANTING SUMBERANYAR KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah sepanjang hayat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN GEOMETRI MENGGUNAKAN GEOBOARD (PAPAN BERPAKU) DI KELOMPOK A1 TK IT ULUL ALBAB 5 PURWOREJO SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN GEOMETRI MENGGUNAKAN GEOBOARD (PAPAN BERPAKU) DI KELOMPOK A1 TK IT ULUL ALBAB 5 PURWOREJO SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN GEOMETRI MENGGUNAKAN GEOBOARD (PAPAN BERPAKU) DI KELOMPOK A1 TK IT ULUL ALBAB 5 PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendidik anak sejak kecil merupakan pembangunan pondasi untuk masa depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh dan kuat. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk menyiapkan subyek pendidikan dalam menghadapi lingkungan yang terus mengalami perubahan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut masa emas (golden age) atau masa peka. Anak usia dini adalah individu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI Susdarwati Program Studi PG-PAUD, STKIP Modern Ngawi susdarwati88sains@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Di pundak merekalah kelak kita menyerahkan peradaban yang telah kita bangun dan akan kita tinggalkan. Kesadaran akan

Lebih terperinci

ETIK KURNIAWATI NIM : A53H111070

ETIK KURNIAWATI NIM : A53H111070 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK B TK MOJOREJO 2 TAHUN AJARAN 2013/2014 ARTIKEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu dapat menarik minat, antusiasme siswa, dan memotivasi siswa agar senantiasa belajar

Lebih terperinci

PENGEMBANGANKEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN PUZZLE

PENGEMBANGANKEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN PUZZLE PENGEMBANGANKEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN PUZZLE BOLAPADA ANAK KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAKABA SABRANGLOR KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012-2013 ARTIKEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan ditujukan pada anak berusia antara 0-6 tahun sesuai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang tertulis dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan perkembangan dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan anak selanjutnya. Karena pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci