BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Matematika a. Pengertian Pembelajaran pada Anak Usia Dini Kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah mengelola pembelajaran yang mendidik, khususnya untuk guru Taman Kanakkanak, tidak hanya mengelola pembelajaran yang mendidik tetapi juga bertanggung jawab dalam mengelola pembelajaran yang mendidik dan menyenangkan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2011: 62), Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Masitoh, Heny, dan Ocih (2005: 1.19) berpendapat, Pembelajaran anak usia dini/tk pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Dunia anak adalah dunia bermain, begitu juga dalam memberikan pembelajaran kepada anak akan lebih tepat bila disajikan dalam sebuah permainan, sehingga anak tidak anak merasa terpaksa dan terbebani dalam belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang dilaksanakan secara terprogram, sehingga dapat 6

2 7 memberdayakan potensi menjadi kompetensi. Sedangkan pembelajaran untuk anak usia dini hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan bermain. b. Pengertian Matematika Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala sesuatu yang dapat menarik perhatiannya. Melalui rasa ingin tahu, anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, sehingga dapat meningkatkan penalaran dan membentuk daya imajinasinya. Untuk meningkatkan penalaran pada anak salah satunya melalui pembelajaran matematika. Haryono (2014: iv) berpendapat, Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan bidang ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai The quen of sciences matematika menunjukan perannya sebagai induk atau dasar ilmu pengetahuan. Peran pembelajaran matematika berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan yang lainnya, disinilah pentingnya pengenalan matematika sejak anak usia dini. Mercer dan Mercer (Delphie, 2009: 1) menyatakan, Semua orang harus mempelajari matematika karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam bahasa, membaca dan menulis. Setiap manusia tidak terlepas dari masalah, oleh sebab itu dalam mempelajari matematika, anak akan belajar untuk menyelesaikan masalah mereka. Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252) mengemukakan, Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Matematika secara simbolis menyatakan hubungan jumlah dan ruang yang bertujuan untuk memudahkan manusia dalam berpikir.

3 8 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang berpengaruh terhadap perkembangan bidang ilmu pengetahuan lainnya dan merupakan sarana untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. c. Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini Pembelajaran matematika anak usia dini dimulai sejak mereka masih bayi. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Smith & Price (2012: 3) Babies start to make sense of the world in mathemathical ways from birth: recognising the difference between small number of object and recognising shapes and pattern of familiar object in the environment around them. No one sets out to teach it to them, it is part of hoe their brains work. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa bayi mulai memahami dunia matematika sejak lahir, mengenali perbedaan antara kecil jumlah dari objek dan mengenali bentuk pola dari lingkungan sekitar mereka. Piaget (Suryanto, 2005: 161) menyatakan, Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logico mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan penggunaannya untuk berpikir. Matematika sebagai bahasa simbolis yang kegunaanya memberi kemudahan kepada manusia dalam berfikir dan melatih anak dalam berfikir logis. Sujiono (2008, 11.5) mengemukakan, Permainan matematika yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar di TK bermanfaat antara lain; pertama membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Penyampaian pembelajaran yang menyenangkan akan menarik perhatian anak dalam belajar.

4 9 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan matematika sudah dapat diperkenalkan sejak anak usia dini. Pengenalan matematika yang disampaikan secara menyenangkan dapat menarik perhatian anak dalam belajar. Tujuan dari pembelajaran matematika untuk anak usia dini yaitu melatih anak dalam berfikir logis dan sistematis. 2. Hakikat Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini a. Pengertian Perkembangan Kognitif Sujiono (2008: 1.20) berpendapat, Pengembangan kognitif sangat penting, hal ini dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksploirasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya sehingga dengan pengetahuan yang didapat, anak dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sesuai dengan makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Sejalan dengan pendapat di atas Susanto (2011: 48) menyatakan, Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Selanjutnya Vigotsky (Hildayani, 2006: 3.22) berpendapat, Pertumbuhan kognitif seorang anak tidak semata-mata terjadi karena hubungannya dengan objek, namun juga dalam hubungannya dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berpengetahuan. Dengan kata lain lingkungan sosial dan budaya amat berperan dalam meningkatkan perkembangan kognitif seorang anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan dengan ide-ide belajar yang diperoleh dari lingkungan sekitar.

5 10 b. Tahap Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Syah, 2004: 26) menyatakan, P erkembangan kognitif memiliki empat tahapan yaitu tahap sensori-motoris, tahap praoperasional, tahap konkrit, dan tahap operasional formal. Tahap pertama yaitu sensori-motoris (0-2 tahun) pada tahap intelegensi sensori motor dipandang sebagai intelegensi praktis yang berfaedah bagi anak usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum anak mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Anak pada tahap ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang anak perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan. Tahap kedua yaitu praoperasional (2-7 tahun) pada tahap ini terjadi dalam diri anak ketika berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanen. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksis pada suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan periode sensori motor, yaitu tidak lagi bergantung pada pengamatan sebelumnya. Tahap ketiga yaitu konkrit (7-11 tahun) pada tahap ini anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut satuan langkah berfikir. Kemampuan satuan berfikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam system pemikirannya sendiri. Satuan langkah berfikir anak terdiri atas aneka ragam tatanan langkah yang masing-masing berfungsi sebagai skema kognitif khusus yang merupakan perbuatan intern yang tertutup yang dapat di bolak-balik atau ditukar dengan operasi-operasi lainnya. Satuan langkah berfikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi.

6 11 Tahap keempat yaitu operasional formal (11 tahun keatas) dalam tahap perkembangan formal-operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yaitu usia tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret-operasional, perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif. Pendidik harus memahami tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut, sehingga dalam proses pengembangan kognitif anak dapat disesuaikan dengan tahapan yang sesuai dengan usia anak, sehingga setiap anak mampu menyelesaikan tugas perkembangannya sesuai dengan usia dalam setiap tahapan. 3. Hakikat Kemampuan Mengenal Bilangan a. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah hal yang dibutuhkan makhluk hidup untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitupun manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Menurut Robbins (Suratno, 2013: 1), Kemampuan adalah sebagai suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Soelaiman (2007: 112) menyatakan, Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaanya, baik secara mental ataupun fisik. Sedangkan Moeliono (2005: 707) menyatakan, Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan seseorang dalam menguasai keahlian untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Oleh sebab itu

7 12 manusia harus mengoptimalkan kemampuannya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. b. Pengertian Bilangan Soedadiatmojo (1983: 67) berpendapat, Bilangan adalah suatu idea yang digunakan untuk menggambarkan atau mengabtraksikan banyaknya anggota suatu himpunan. Bilangan itu sendiri tidak dapat dilihat, ditulis, dibaca dan dikatakan karena merupakan suatu idea yang hanya dihayati atau dipikirkan saja. Merseve (Dali, 1980: 42) menyatakan, Bilangan adalah suatu abstraksi. Sebagai abstraksi bilangan tidak memiliki keberadaan secara fisik. Sedangkan Sudaryanti (2006: 1) menyatakan, Bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk ke dalam unsur yang tidak didefinisikan. Sudaryanti (2006: 1) berpendapat, Bilangan adalah suatu konsep matematika yang bersifat abstrak yang sangat penting untuk anak sebagai landasan dasar penguasaan konsep matematika di jenjang pendidikan selanjutnya. Bilangan merupakan bagian dari pengalaman anak sehari-hari dan sebagai dasar penguasaan dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Bilangan bersifat abstrak yaitu sebagai gambaran jumlah anggota suatu himpunan. Oleh sebab itu guru harus mampu menyampaikan pembelajaran mengenal bilangan pada anak dengan wujud benda yang konkrit atau simbol-simbol yang disebut dengan lambang bilangan. Pengenalan bilangan di TK digunakan untuk menunjukkan pengetahuan tentang nama angka atau lambang bilangan, bilangan dan nomor.

8 13 4. Hakikat Media Lotto Angka a. Pengertian Media Media digunakan supaya pembelajaran menjadi menarik minat belajar anak. Selain itu media dapat meringankan tugas guru dalam menyampaikan pembelajaran. Arsyad (2011: 3) menyatakan, Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media merupakan alat bantu untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran dari guru kepada anak didik. Seels dan Glasgow ( Arsyad, 2011: 33) menyatakan, Media dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu media tradisional dan media teknologi mutakhir. Media tradisional adalah media visual diam yang diproyeksikan sedangkan media teknologi mutakhir adalah media berbasis telekomunikasi dan berbasis mikroprosesor. Anitah (2009: 123) mengemukakan, Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Berdasarkan pendapat di atas media adalah perantara untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Apabila pesan dalam pembelajaran dapat tersalurkan dengan baik, maka hasil pembelajaran akan optimal. Variasi dari media sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian dan minat anak dalam belajar.

9 14 b. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran Menurut Strauss dan Frost (Indriana, 2011: 32) mengemukakan, Sembilan faktor kunci yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih media pembelajaran. Kesembilan faktor kunci tersebut antara lain batasan sumber daya institusional, kesesuaian media dengan mata pelajaran yang diajarkan, karakteristik siswa atau anak didik, perilaku pendidik dan tingkat keterampilannya, sasaran pembelajaran mata pelajaran, hubungan pembelajaran, waktu dan tingkat keragaman media. Anitah (2009: 205) mengemukakan, Pertimbangan yang lebih singkat dalam pemilihan media adalah tujuan pembelajaran, pebelajar, ketersediaan, ketepatgunaan, biaya, mutu teknis, kemampuan SDM. Guru harus dapat menentukan media yang tepat dalam pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran, biaya dan ketepatgunaan. Selanjutnya Saud (2009: 97) mengemukakan, Prinsip dalam pemilihan media adalah tepat guna, berdaya guna dan bervariasi. Tepat guna artinya media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kompetensi dasar. Berdaya guna artinya media pembelajaran yang digunakan mampu meningkatkan motivasi siswa. Bervariasi artinya media pembelajaran yang digunakan mampu mendorong sikap aktif siswa dalam belajar. Berdasarkan pendapa di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pemilihan media dalam pembelajaran. Media harus disesuaikan dengan sasaran yaitu peserta didik, kemudian juga harus memperhatikan kondisi lingkungan belajar serta dapat divariasikan sehingga mampu meningkatkan motivasi anak dalam belajar. c. Pengertian dan Penggunaan Media Lotto Angka Media lotto angka dapat digunakan dalam pembelajaran mengenal warna, membuat pola, mengklasifikasikan, menyusun dan

10 15 mengurutkan. Sedangkan media lotto angka dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengenal bilangan pada anak. Gambar 2.1 Media Lotto Angka dengan Subtema Bintang Pernyataan dari Sao Paulo (2013: v ol. 31), The game was a mathematical model, analogous to an equation or a function. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa permainan lotto angka adalah model pembelajaran matematika dalam sebuah permainan dengan mencari persamaan atau fungsi, terkait dengan penelitian ini adalah mencocokan antara lambang bilangan dengan bilangannya. Suryaningrum (2012: 2) mengemukakan, Lotto merupakan media visual yang mampu membantu anak dalam meningkatkan aspek perkembangan kognitif. Lotto dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Media lotto dapat divariasikan sesuai kebutuhan pembelajaran diantaranya ada lotto angka, lotto warna, dan lotto pola sesuai dengan aspek yang akan dikembangkan, dalam hal ini peneliti menfokuskan pada pengenalan bilangan dengan menggunakan media lotto angka. Selanjutnya Eliyawati (2005: 76) menyatakan, Pengertian lotto angka adalah permainan untuk anak usia 4-5 tahun dan dapat dimainkan secara perorang atau kelompok dibuat dari triplek atau dupleks yang terdiri dari papan lotto berukuran17,5 cm x 17,5 cm, 10 kartu lotto yang terdiri dari 10 macam angka Media lotto angka adalah media

11 16 dalam permainan mencocokan untuk anak usia 4-5 tahun dengan tujuan meningkatkan daya nalar dan kemampuan mengenal bilangan. Media lotto ini dapat digunakan sebagai media bermain dengan variasi permainan sesuai keinginan anak seperti bermain kelompok maupun individu. Media lotto merupakan salah satu media visual pembelajaran yang berisikan gambar, media ini terbuat dari triplek berukuran 17,5x17,5 dan kartu pasangannya serta dapat membantu anak untuk meningkatkan aspek perkembangannya. Media lotto dapat dibuat sesuai kebutuhan pembelajaran sesuai dengan tema yang sedang dipakai.. Eliyawati (2005: 76) menyatakan langkah-langkah penggunaan media lotto angka sebagai berikut; anak terlebih dahulu diberi penjelasan tentang media lotto angka dan cara bermainnya, yaitu langkah-langkah penggunaan media ini dengan mencampur aduk 10 kartu lotto yang berisi gambar benda dengan jumlah 1-10, kemudian anak diminta untuk menyusun kartu lotto angka yang terdapat gambar bilangan 1-10 pada papan lotto sesuai dengan angka yang ada pada papan lotto. Berikut adalah cara bermainnya; ada 1 pemain, si "A". Si "A" mendapat giliran pertama, dia harus mengambil papan lotto dan menghitung jumlah gambar bintang pada kartu lotto angka, kemudian memasangkannya pada papan lotto sesuai dengan angkanya, sehingga papan lotto dipasangkan dengan kartu lotto menjadi sempurna. Setelah A selesai bermain, dilanjutkan oleh si B dan begitu seterusnya sampai semua anak mendapat giliran bermain. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media lotto angka ini sangat mudah apabila diterapkan kepada anak untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan. Permainan ini dilakukan secara bergantian sesuai dengan arahan dari guru.

12 17 d. Kelebihan Media Lotto Angka Hartati (2005: 34) menyatakan, Sebagian besar anak merupakan pebelajar visual, anak senang dengan hal nyata yang dapat menimbulkan pemikiran baru, dalam hal ini pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media gambar. Sejalan dengan pernyataan tersebut, media lotto angka juga termasuk dalam media bergambar. Sujiono (2008: 8.34) menyatakan, Kelebihan media lotto angka adalah sebagai berikut; mampu merangsang perkembangan syaraf kognitif anak, mampu mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan suatu masalah, dapat menjalin kerjasama dan bersosialisasi dengan teman kelompoknya saat memainkan media lotto angka, mengembangkan kemampuan anak dalam membedakan warna dan yang ada pada media lotto angka (melatih intelektual), mampu mengembangkan edukasi anggota tubuh baik tangan atau jari, mata, membiasakan anak bersosialisasi dengan teman-temannya karena permainan ini dapat dilakukan perorangan dan kelompok dan seru dijadikan permainan saat ada acara kelompok baik itu sekolah, keluarga. Media lotto angka terdiri dari papan lotto angka dan kartu angka bergambar. Sejalan dengan hal tersebut maka menurut Shinta Ratnawati (2001: 96), Kartu angka bergambar dapat merangsang anak agar lebih cepat mengenal angka, membuat minat anak semakin kuat dalam menguasai konsep bilangan serta merangsang kecerdasan dan ingatan anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kelebihan media lotto angka dalam meningkatkan kemampuan mengenal bilangan pada anak. Permainan dengan menggunakan media lotto angka ini selain anak lebih cepat dalam mengenal bilangan, anak juga dapat bereksplorasi menggunakan kartu angka bergambar tersebut.

13 18 e. Kekurangan Media Lotto Angka Selain memiliki kelebihan, media lotto juga memiliki beberapa kelemahannya Suryaningrum (2012: 2) yaitu M emerlukan banyak waktu untuk membuat media, tidak bisa menjangkau sasaran yang besar sasaran didik terbatas pada kelompok dan individu, memerlukan pengawasan yang cermat oleh pendidik. Media lotto angka terdiri dari papan lotto dan kartu angka bergambar. Kelemahan dari kartu angka bergambar menurut Ni Putu (2015: vol 3), Jika tidak dirawat dengan baik, media kartu angka akan mudah rusak dan hilang, memerlukan kreatifitas dari guru yang tinggi untuk memberikan inovasi dari media kartu angka sehingga tidak membuat bosan anak. Metode bermain adalah metode yang digunakan dalam penggunaan media lotto angka. Metode bermain juga memiliki kekurangan, seperti yang dijelaskan oleh Priyono (2012: yaitu: a. Membutuhkan biaya yang lebih, karena dalam metode bermain membutuhkan alat atau media yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. b. Membutuhkan tuang atau tempat yang khusus sesuai dengan tipe permainan yang dilakukan. c. Sering terjadi saling berebut alat atau media bermain antara anak yang satu dengan yang lainnya apabila alat atau medianya tidak mencukupi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap media pembelajaran mempunyai kekurangan. Tugas guru adalah meminimalisir kekurangan tersebut, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, yaitu anak dapat mengenal bilangan secara tepat.

14 19 5. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan merupalan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan subtansi yang diteliti. Beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: a. Supadmi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Kemampuan Mengenal Bilangan melalui Penggunaan Media Lotto Angka Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Pulosari Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus I, dari pra siklus ke siklus II maupun siklus I ke siklus II ditinjau dari rata-rata prosentase kemampuan mengenal bilangan anak. Kemampuan mengenal bilangan anak pada tahap pra siklus menunjukkan prosentase 41,63% dengan kategori anak belum berkembang sejumlah 6 anak dan kategori mulai berkembang sejumlah 14 anak, tahap siklus I terlihat rata-rata prosentase kemampuan mengenal bilangan 60,78% dengan kategori anak mulai berkembang sejumlah 7 anak dan kategori mulai berkembang sesuai harapan sejumlah 13 anak. Tahap siklus II dengan rata-rata prosentase 83,37% dengan kategori anak berkembang sangat pesat sejumlah 18 anak dengan mencapai ketuntasan minimal 80%. Relevansi dengan penelitian ini terletak pada penggunaan lotto angka untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan. b. Luh Ayu Tirtayani (2014) dalam penelitian yang berjudul Pemanfaatan Media Lotto Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Kelompok A Paud Santi Kumara. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif pada anak kelompok A dengan pemanfaatan media lotto, pada siklus I sebesar 67,18% yang berada pada katagori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 86,93% tergolong pada katagori tinggijadi peningkatan perkembangan kognitif pada kelompok A PAUD Santi Kumara sebesar 19,75%. Hal ini terjadi karena media lotto dapat

15 20 meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran serta dapat menarik minat anak untuk belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada perkembangan kognitif anak setelah penerapan media lotto. Relevansi dengan penelitian ini terletak pada penggunaan lotto angka untuk meningkatkan kemampuan anak dalam aspek kognitif. c. Renato Gianella (2013) dalam penelitiannya berjudul The Geometry Of Chance: Lotto Numbers Follow A Predicted Pattern. Relevansi dengan penelitian ini terletak pada penggunaan lotto angka. B. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal kemampuan mengenal bilangan anak kelompok A RA Al Islam 2 Surakarta masih rendah. Hal itu terjadi karena media pembelajaran yang kurang variatif. Begitu juga dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan mengenal bilangan pada anak, tidak menggunakan media yang menarik. Kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan pada anak hanya dengan menunjukkan lambang bilangan dan anak diminta untuk menyebutkan nama lambang bilangan yang dimaksud, serta meminta anak untuk menuliskan lambang bilangan tersebut. Selain itu, guru selalu menggunakan metode ceramah/konvensial sehingga kurang menarik minat belajar anak. Oleh karena itu, diberikan alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan media lotto angka. Media lotto angka adalah media pembelajaran yang menarik, mudah dioperasikan. Selain media yang menarik, anak dapat bermain sambil belajar. Diharapkan dengan menggunakan media lotto angka, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, sehingga anak tidak cepat bosan dan tujuan dari pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa penggunaan media lotto angka dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bilangan. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam alur yang tertera pada gambar 2.2 berikut:

16 21 Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir A. Media pembelajaran kurang variatif. B. Kegiatan pembelajaran kurang inovatif C. Guru selalu menggunakan metode ceramah/konvensional sehingga tidak menarik minat belajar anak Penggunaan media lotto angka untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan pada anak. Melalui penggunaan media lotto angka dapat meningkatkan kemampuan mengenal bilangan pada anak. Kemampuan mengenal bilangan pada anak rendah. Siklus I Penggunaan media lotto angka Siklus II Penggunaan media lotto angka dengan pemberian reward Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: dengan penggunaan media lotto angka dapat meningkatkan kemampuan mengenal bilangan pada anak kelompok A RA Al Islam 2 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Menurut Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA LOTTO ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A RA AL ISLAM 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Fitria Maharani 1, Rukayah 2, Siti Kamsiyati 2 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bagian ketujuh pasal 28 memuat tentang Pendidikan Anak Usia Dini antara

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA DADU PINTAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KB AL-AMANAH KOTA KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan kembali

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI MEDIA BALOK SUSUN DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SEMAWUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 (PTK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SEMAWUNG) Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-20 MELALUI MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-20 MELALUI MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-20 MELALUI MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 Norhasanah 1, Siti Kamsiyati 2, Joko Daryanto 2 1 Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Bilangan 2.1.1 Pengertian Bilangan Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak adalah bagian dari pendidikan anak usia dini bagi anak usia 4 8 tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar (PP No. 27 Tahun 1990 Bab I pasal 1)

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris,

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris, 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan merupakan suatu perubahan yang dialami setiap individu atau siap anak baik perkembangan fisik ataupun psikis anak. Penelitian ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar (Susanto dalam Siti Aisyah, 2011) Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar (Susanto dalam Siti Aisyah, 2011) Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kognitif 2.1.1 Pengertian Kognitif Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Anak usia prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 TK Cempaka Indah Ketitangkidul, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN KARTU ANGKA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B3 RA DEPAG 1 PALU BARAT

PENGARUH PERMAINAN KARTU ANGKA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B3 RA DEPAG 1 PALU BARAT PENGARUH PERMAINAN KARTU ANGKA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B3 RA DEPAG 1 PALU BARAT Nova Suzan 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) bagaiman perkembangan kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai lembaga pendidikan prasekolah,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kalangan masyarakat berlaku pendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik status sosialnya dan penghormatan masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman,

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 merupakan

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : Artikel Skripsi PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK MILENIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN KONSEP BILANGAN ANAK KELOMPOK B RA AL-AZHAAR KUTOANYAR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015-2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Di pundak merekalah kelak kita menyerahkan peradaban yang telah kita bangun dan akan kita tinggalkan. Kesadaran akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Peaget, anak usia dini berada pada tahapan sensori motorik dan praoperasional, yaitu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama taman

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama taman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : TRI RETNOWATI NPM: P

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : TRI RETNOWATI NPM: P MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG 1-10 MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A TK PGRI KARANGTALUN KECAMATAN KALIDAWIR KABUPATEN TULUNGAGUNG ARTIKEL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini yang dikenal dengan masa Golden Age adalah masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika terbentuk sebagai hasil observasi dan pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERMULAAN BERHITUNG 1-10 MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK KELOMPOK A TK PKK TUNAS BANGSA SUMBERURIP KEC. DOKO KAB. BLITAR ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan 11 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekhawatiran para pendidik dan pemerhati pendidikan berkaitan dengan rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

PERMAINAN ULAR TANGGA DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI III KARANGANYAR KABUPATEN SRAGEN

PERMAINAN ULAR TANGGA DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI III KARANGANYAR KABUPATEN SRAGEN PERMAINAN ULAR TANGGA DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI III KARANGANYAR KABUPATEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD OLEH :

ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN 1-10 MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA SLOROK 02 KECAMATAN DOKO KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas. Baik anak laki-laki maupun perempuan, mereka memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pada saat di sekolah dasar, materi matematika yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

Oleh : TYAS CRISTIANINGSIH NPM :

Oleh : TYAS CRISTIANINGSIH NPM : 0 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGURUTKAN ANGKA 1 SAMPAI 10 MENGGUNAKAN MEDIA LOLIPOP ANGKA PADA ANAK USIA 4 TAHUN PAUD AL-AZHAR NGRONGGO KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 ARTIKEL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Membedakan Konsep Berat Ringan. 1. Pengertian Kemampuan Membedakan Konsep Berat Ringan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Membedakan Konsep Berat Ringan. 1. Pengertian Kemampuan Membedakan Konsep Berat Ringan 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membedakan Konsep Berat Ringan 1. Pengertian Kemampuan Membedakan Konsep Berat Ringan Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan untuk rentang usia nol sampai dengan enam tahun, yang memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian yang akan mengantar pada apa yang menjadi fokus masalah serta signifikansi penelitian ini. A. Latar Belakang Pendidikan anak usia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau

Lebih terperinci

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 SAMPAI 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU REMI PADA ANAK KELOMPOK A TK SI KUNCUNG DAMBALO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana

Lebih terperinci

yang dapat diamati. Sedangkan perkembangan anak usia dini merupakan suatu

yang dapat diamati. Sedangkan perkembangan anak usia dini merupakan suatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat serta memiliki karakteristik dan potensi

Lebih terperinci

Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Melalui Permainan Lotto Modifikatif. Vol.1, No.1, Juni 2016, 1-6. MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN LOTTO MODIFIKATIF Linda Rindawati

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-10 MELALUI PERMAINAN KOTAK PINTAR ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA III WATES TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-10 MELALUI PERMAINAN KOTAK PINTAR ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA III WATES TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-10 MELALUI PERMAINAN KOTAK PINTAR ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA III WATES TAHUN PELAJARAN 2014/201 ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi dan keunikan tersendiri. Pengembangan potensi anak harus diperhatikan, agar potensi anak dapat berlangsung secara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. dapat, berada, kaya, dan adanya kekuatan melakukan sesuatu (Bakir & Suryanto, 2006:36).

BAB II KAJIAN TEORETIS. dapat, berada, kaya, dan adanya kekuatan melakukan sesuatu (Bakir & Suryanto, 2006:36). BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Kemampuan Membilang Angka 1 Sampai 10 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak-anak dengan berbagai karakter yang berbeda. Setiap anak adalah unik yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Anak bukanlah orang dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B 1 RA. KUSUMA MULIA TURUS KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. teori behaviorisme. Menurut Sujiono (2013: 55) masing-masing ahli yang

II. KAJIAN PUSTAKA. teori behaviorisme. Menurut Sujiono (2013: 55) masing-masing ahli yang 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Anak Usia Dini Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diartikan dan diuraikan dalam beberapa butir pemikiran yang dilihat dari berbagai sudut pandang atau aliran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika bahkan sebelum disebut matematika, pembelajaran ini dinamakan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana belajar untuk mengembangkan potensi individu agar mencapai perkembangan secara optimal. Di tempat itulah semua potensi anak dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan ataupendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasamenjadi biasa, dari tidak paham menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar

Lebih terperinci

2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI

2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemudahan dalam mencari maupun menemukan informasi sekarang ini, maka masyarakat sudah mulai membuka mata dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui binbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat untuk

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar (SD) pada umumnya merupakan lembaga pendidikan pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan menghitung. Kecapakan ini

Lebih terperinci