KOMODIFIKASI SARANA UPACARA UMAT HINDU DI PASAR KARANG LELEDE KOTA MATARAM SAYU KADEK JELANTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMODIFIKASI SARANA UPACARA UMAT HINDU DI PASAR KARANG LELEDE KOTA MATARAM SAYU KADEK JELANTIK"

Transkripsi

1 KOMODIFIKASI SARANA UPACARA UMAT HINDU DI PASAR KARANG LELEDE KOTA MATARAM SAYU KADEK JELANTIK Abstrak Munculnya produktivitas sarana upacara Umat Hindu, dari kebutuhan rohani di era globalisasi ini yang mengubah pola hidup Umat Hindu menjadi konsumtif. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan deskripsi tentang komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Kota Mataram. Adapun masalah dan tujuan penelitian yang digunakan sebagai landasan adalah: (1) Pendeskripsian bentuk komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, (2) Pendeskripsian faktor penyebab munculnya komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, (3) Pendeskripsian dampak komodifikasi sarana upacara Umat Hindu. Beberapa komponen yang dapat dianalisis dan disimpulkan meliputi: Bentuk komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram yaitu: Bentuk komodifikasi sarana upacara Umat Hindu terdiri dari komodifikasi produksi yaitu produksi skala kecil dan produksi skala besar yang mengandung nilai ekonomi, komodifikasi distribusi yaitu pedagang lapakan dan pedagang pertokoan yang mengandung nilai tukar, dan komodifikasi konsumsi yang mengarah pada nilai guna sarana upacara Umat Hindu untuk pelaksanaan upacara Yadnya. Faktor penyebab munculnya komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede kota Mataram yaitu pengaruh globalisasi disegala aspek kehidupan berimbas pada kehidupan beragama di Kota Mataram yang membutuhkan efisiensi waktu dan tenaga dan efektivitas perdagangan sarana upacara, Sedangkan terciptanya masyarakat konsumtif dari perubahan pola hidup Umat Hindu di era post-modrenisme yang bersifat konsumerisme. Komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram berdampak positif pada konsep Tri Hita Karana yaitu Tri Hita Wasana antara lain: Peningkatan Sradha dan Bhakti Umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, terbentuknya pola komunikasi sosial (manusia dengan manusia), pelestarian sumber daya alam (manusia dengan alam). Dari sektor sosial ekonomi berdampak positif yaitu bergeraknya roda perekonomian yang terjadi distribusi pendapatan masyarakat dan pemerataan kesejahteraan masyarakat sosial. Kata Kunci : Komodifikasi, Sarana Upacara Umat Hindu PENDAHULUAN Memasuki zaman modern, manusia dihadapi dengan perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat dan kompleks. Modernitas bukan hanya menunjuk pada periode, melainkan juga suatu bentuk kesadaran yang terkait dengan kehidupan yang lebih maju dari sebelumnya. Istilah perubahan, kemajuan, revolusi, pertumbuhan adalah 14

2 istilah-istilah kunci kesadaran modern yang mengarah kepada kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik, dan Agama. Gejala-gejala perubahan di zaman modern ini terlihat dari pola kehidupan yang tinggi di dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia harus bekerja keras mencari penghasilan untuk menjalankan kehidupan ini. Kebutuhan terdiri dari kebutuhan rohani, jasmani< dan rohani. Kebutuhan rohani yang dirasakan oleh Umat Hindu yang bersumber dari kitab suci Weda, memiliki kewajibankewajiban agama yang diaplikasikan dalam bentuk kegiatan keagamaan adalah hal yang paling terpenting sebagai rasa bhakti Umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam tindakan menunaikan kewajiban, menurut Kant manusia meninggalkan harapan-harapannya, maka kehendak baik di dunia ini terwujud dalam pelaksanaan kewajiban. Kant lebih lanjut membedakan antara tindakan yang sesuai dengan kewajiban dan tindakan yang dilakukan demi kewajiban yang pertama ini baginya tidak berharga secara moral dan disebut legalitas, sedangkan yang kedua benilai moral dan disebut moralitas (Hardiman, 2004: 146). Agama Hindu yang memiliki cara tersendiri untuk melaksanakan kewajiban agama ini yang mengandung penuh kehalusan seni budaya, falsafah-falsafah keagungan budi, yang sesungguhnya senantiasa menempa dan membesarkan jiwa Umat Hindu. Salah satu bentuk bhakti Umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yaitu dengan konsep Yadnya. Yadnya yang memiliki pengertian pemujaan suci, yang dilakukan dengan perasaan tulus ikhlas, dan harus dilakukan pada hari-hari dan dewasa tertentu (Surayin, 2004: 3). Upaya yang paling mendasar untuk melangkah ke arah persiapan sarana upacara Yadnya dalam Agama Hindu yang disebut Upakara-Upacara Yadnya ialah memahami terlebih dahulu akan makna dan arti yang khusus, dalam mencari jalan terdekat untuk berkomunkasi/kontak batin dengan Ida Sang Hyang Widhi beserta manefestasi-nya, dan kepada para leluhur kawitan (Ida Bhetara-Bhetari), dalam pengakuan dan keberadaan kita sebagai Umat Hindu. Kebutuhan rohani Umat Hindu yang merupakan kewajiban melaksanakan Yadnya juga berlangsung dalam kehidupan yang meliputi penyediaan sarana upacara Yadnya. Pola hidup Umat Hindu yang mengalami perubahan pada zaman modern ini menimbulkan suatu gejala fenomena baru yaitu merebaknya aktivitas perdagangan 15

3 sarana upacara Umat Hindu di kawasana wilayah Kota Mataram pada umumnya dan Pasar Karang Lelede pada khususnya. Suatu produk muncul akibat dari reaksi terhadap aksi kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, manusia yang menjadi individu bebas berusaha agar dapat selalu mempertahankan kehidupannya. Hal inilah yang terjadi di Pasar Karang Lelede Kota Mataram. Keadaan ini disebut dengan gejala komodifikasi, komodifikasi yang mengandung makna suatu proses dimana barang/jasa yang sebelumnya tidak menjadi barang komoditi sekarang berubah menjadi barang komoditi. Sarana upacara Umat Hindu yang dulunya dipersiapkan sendiri untuk pelaksanaan upacara Yadnya tetapi pada saat ini diperjualbelikan di Pasar Karang Lelede Kota Mataram yang merupakan pasar yang unik dengan pasar penyedia produk sarana upacara Umat Hindu paling terlengkap di Kota Mataram. Gejala komodifikasi yang terjadi di Pasar Karang Lelede Kota Mataram ini memberikan suatu bentuk kajian tentang bagaimana bentuk dari komodifikasi sarana upacara Umat Hindu, dan bentuk kajian tentang bagaimana faktor penyebab munculnya komodifikasi sarana upacara Umat Hindu, dan mengkaji tentang bagaimana dampak yang timbul dari komodifikasi sarana upacara Umat Hindu. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah bentuk Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram? 2. Apakah faktor penyebab munculnya Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram? 3. Bagaimana dampak dari Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu? TUJUAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan pengetahuan yang baru bagi Umat Hindu yang berada di Kota Mataram tentang perubahan praktis sarana upacara yang sebelumnya tidak diperdagangkan tetapi pada kenyataannya pada saat ini menjadi barang dagangan. Sehingga Umat Hindu mampu memberikan persepsi atas fenomena yang terjadi ini dan dapat menambah khasanah nilai-nilai positif yang terkandung di dalam penelitian ini. Untuk mengetahui bentuk Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram. 16

4 Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram. Untuk mengetahui dampak dari Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu. MANFAAT Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, tentang kajian mengenai Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, yang sesuai dengan ajaran agama yang bersumber pada kitab Suci Weda. Serta dapat dijadikan suatu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya agar mendapat suatu kebenaran yang sesuai dengan waktu dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi Umat Hindu dalam memahami Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, yang sesuai dengan kajian pustaka Suci Weda dan dapat memperkokoh kerukunan umat seagama dan mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan yang bervisi kebangsaan. 1. Komodifikasi Sehingga Komodifikasi memiliki arti pengubahan sesuatu menjadi komoditas (Barang Dagangan) yang dapat diperjual-belikan. Komodifikasi (comodification) adalah sebuah proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya bukan komoditi sehingga kini menjadi komoditi (Piliang, 2011: 23) Komoditas secara sederhana dapat didefinisikan sebagai hasil kerja manusia, dapat berupa barang atau jasa, yang sangat sengaja diproduksi untuk dipertukarkan melalui mekanisme pasar. Komoditas, dalam wujudnya sebagai benda maupun jasa umumnya diproduksi secara massal, melayani kebutuhan banyak konsumen, dan juga diproduksi berulang-ulang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen yang menjadi target pasarnya. Komoditas adalah pengobjekan atau pematerialan atau kristalisasi kerja sosial manusia. Komoditas merepresentasikan bentuk simbolis dan material yang digunakan untuk mereproduksi tenaga kerja melalui konsumsi Lee dalam Suyanto (2013: 175). Komoditas berbeda dengan komodifikasi, tidak hanya sekedar memproduksi barang dan jasa yang dapat dipertukar-kan atau diperjual-belikan di pasar, yang dimaksud dengan komodifikasi adalah proses dimana semakin banyak aktivitas manusia 17

5 yang memiliki nilai moneter dan menjadi barang yang diperjual-belikan di pasar (Suyanto, 2013: ). Komodifikasi memiliki makna yang luas dan tidak hanya menyangkut masalah produksi komoditas tentang barang dan jasa yang diperjualbelikan. Permasalahan bagaimana barang dan jasa tersebut didistribusikan dan dikonsumsi termasuk juga di dalamnya. komodifikasi adalah proses perubahan sosial yang perhatiannya tidak hanya memproduksi komoditas dalam pengertian ekonomi yang sempit mengenai barangbarang yang akan dijual, tetapi bagaimana diorganisasikan dan dikonseptualisasikan dari segi produksi, distribusi, dan konsumsi komoditas. 2. Sarana Upacara Umat Hindu sarana upacara Umat Hindu adalah segala sesuatu yang dijadikan alat baik kongkret maupun abstrak dengan berbagai cara dan berbagai macam syarat yang disebut digunakan dalam melakukan suatu kegiatan keagamaan Hindu yang disebut dengan upacara, sarana upacara Agama Hindu disebut Upakara yang bersumber pada Kitab Suci Weda ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan tujuan sebagai Bhakti atau terimakasih Umat Hindu atas apa yang telah diberikan di dunia ini sehingga dapat mencapai tujuan hidup tertinggi yaitu Moksartam jagadhita ya ca iti dharma. 3. Pasar Karang Lelede Kota Mataram Pasar Karang Lelede adalah salah satu pasar yang terletak di wilayah Kelurahan Saptamarga, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, dengan jenis pasar tradisional yang memiliki fungsi yang sama dengan pasar yang lainnya yaitu tempat bertemunya pembeli dan penjual sehingga terjadinya suatu transaksi jual beli kebutuhan yang diinginkan oleh pembeli. Pasar Karang Lelede menspesifikan diri sebagai pasar komoditas sarana upacara Umat Hindu, sehingga menjadi primadona bagi masyarakat untuk membuka lahan bisnis. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2006: 166). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik pendekatan kualitatif deskriptif yang terjadi secara alamiah. Tujuan dari 18

6 digunakannya pendekatan ini adalah untuk melakukan penggalian yang mendalam tentang Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Kota Mataram. PEMBAHASAN Bentuk Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram. a. Komodifikasi Produksi Sarana Upacara Umat Hindu Bentuk komodifikasi produksi yaitu produksi skala kecil dan produksi skala besar sarana upacara Umat Hindu mengandung nilai ekonomi bagi pelaku produksi tersebut (Produsen), kegiatan produksi yang dilakukan merupakan produksi yang menghasilkan suatu produk sarana upacara Umat Hindu yang berasal dari cipta karya manusia (Umat Hindu) dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar (konsumen) yang terdiri dari proses produksi yang menghasilkan produk yang bertujuan untuk penyelenggaraan Upacara Yadnya Umat Hindu. b. Komodifikasi Distribusi Sarana Upacara Umat Hindu Bentuk komodifikasi distribusi sarana upacara Umat Hindu terdiri dari dua kelompok besar yaitu pendistribusian pedagang lapakan dan pendistribusian pedagang pertokoan yang sama-sama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Umat Hindu dalam pengadaan produk sarana upacara Yadnya yang mengandung nilai tukar dari mekanisme produksi sarana upacara Umat Hindu, kemudian mengalami proses pendistribusian, dan pada akhirnya akan dikonsumsi oleh konsumen dengan alat tukar berupa uang dari setiap mekanisme pertukaran, guna mendapat tujuan utama memperoleh nilai guna untuk Umat Hindu yang ada di Pulau Lombok pada umumnya dan Kota Mataram pada khusunya. c. Komodifikasi Konsumsi Sarana Upacara Umat Hindu komodifikasi konsumsi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede merupakan suatu proses pengubahan pesan dan makna suatu ajaran Agama Hindu di dalam melaksanakan kewajiban kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Maha Agung pencipta seluruh yang ada di alam semesta menjadi suatu objek (sarana upacara) digunakan sebagai rasa terimakasih Umat Hindu Kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang pada zaman post-modernisme ini telah mengalami penggandaan fungsi yang 19

7 dulunya mempunyai satu fungsi (nilai guna) sekarang menjadi dua fungsi (nilai guna dan nilai tukar) sehingga menjadi produk yang siap diperjual-belikan di pasar bebas dan dikonsumsi oleh Umat Hindu. Faktor penyebab munculnya Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram. a. Globalisasi Faktor penyebab komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di era globalisasi ini adalah efektivitas perdagangan sarana upacara Umat Hindu di Kota Mataram. Madyo Kasihadi, (1985: 54) menyatakan bahwa efektifitas adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang direncanakan dapat tercapai, semakin banyak rencana yang dapat dicapai semakin efektif pada kegiatan tersebut. Efektivitas yang terjadi adalah Umat Hindu dapat memanfaatkan keberadaan produk sarana upacara untuk melaksanakan upacara Yadnya. Dapat membuka suatu lahan bisnis baru bagi Umat Hindu dalam memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup agar dapat melangsungkan kehidupan dengan baik. Jadi dengan peningkatan efektivitas perdagangan sarana upacara, maka semakin efektif keberadaan para pedagang sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram Jadi, arus globalisasi yang menyebabkan munculnya komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, terdiri dari dua bagian penting yaitu; adanya efisiensi waktu dan tenaga oleh Umat Hindu dan adanya efektivitas perdagangan sarana upacara yang sangat efektif keberadaannya. b. Masyarakat Konsumtif Sarana yang diperdagangkan tidak hanya menyangkut dalam produk saja, tetapi manusiapun telah menjadi objek komodifikasi ini, ketika daya cipta manusia dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomis, dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang muncul akibat dari proses kehidupan yang mengalami perubahan dari setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan Umat Hindu pada saat ini, masyarakat konsumen yang menghadirkan komodifikasi ini. 20

8 Jadi munculnya masyarakat konsumtif menjadi faktor penyebab munculnya komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, karena produk sarana upacara muncul ketika pola kehidupan Umat Hindu bersifat konsumtif karena keadaan dan faktor-faktor di era post-modernisme. 3. Dampak Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu. Kajian Agama Hindu (Konsep Tri Hita Karana). Dampak komodifikasi sarana upacara Umat Hindu dengan Konsep Tri Hita Karana yang diaplikasikan dalam kehidupan disebut dengan Tri Hita Wasana dengan penjabaran sebagai berikut: 1). Peningkatan Sradha dan Bhakti Umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede memiliki dampak yang positif bagi Umat Hindu karena mengalami peningkatan Sradha dan Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan konsep Tri Hita Karana dengan peningkatan tingkat penjualan dan pembelian Sarana Upacara. 2). Terbentuknya Pola Komunikasi Sosial (Manusia dengan Manusia). Hubungan harmonis manusia dengan manusia, Umat Hindu di Kota Mataram yang memiliki aktivitas yang padat di dalam kehidupannya memiliki kendala tersendiri didalam memenuhi kewajiban keagamaannya (Umat Hindu) yaitu sembahyang dibantu dengan kehadiran Pasar Karang Lelede yang menyiapkan segala macam Sarana Upacara Umat Hindu, ini menimbulkan suatu keadaan Mutualisme yang berarti saling menguntungkan. Di pihak penjual akan memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan sedangkan untuk pembeli memperoleh manfaat nilai guna dengan menukar sejumlah uangnya untuk memenuhi kewajiban keagamaannya. 3). Pelestarian Sumber Daya Alam (Manusia dengan Alam) Hubungan harmonis manusia dengan alam semesta, sarana upacara Umat Hindu secara mendasar terdiri dari unsur alam yaitu patram, puspam, palam, toyam, pada era post-modernisme ini unsur-unsur dasar sarana upacara Umat Hindu ini mengalami Inovasi-inovasi terbaru hasil dari cipta karya manusia. Dengan adanya aktivitas perdagangan sarana upacara khusunya yang mengambil di alam secara langsung maka kesadaran untuk melestarikan alam pun akan tercipta baik dari penjual maupun pembeli yang sama-sama bekerjasama didalam hal ini. Tentunya para penjual produk-produk 21

9 sarana upacara memelihara segala sesuatu yang diambil di alam, oleh karena itu hubungan yang baik diciptakan oleh para penjual dengan alam semesta sehingga tidak terjadi suatu eksploitasi kekayaan alam secara negatif. Dan terciptanya hubungan harmonis manusia dengan alam. Kajian Sosial Ekonomi 1). Bergeraknya Roda Perekonomian Dampak dari komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram ini dilihat dari bergeraknya roda perekonomian masyarakat, baik yang beragama Hindu maupun beragama lainnya di wilayah Kota dari perdagangan sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram, yaitu: Memperbanyak jumlah barang dan jasa sarana upacara Umat Hindu. Menghasilkan barang dan jasa sarana upacara Umat Hindu yang berkualitas tinggi. Memenuhi kebutuhan Umat Hindu sesuai dengan peradaban. Mengganti barang-barang yang rusak atau habis yang diperlukan untuk menunjang upacara Yadnya. Memenuhi permintaan pasar dengan produk utama yaitu sarana upacara Umat Hindu. Meningkatkan kemakmuran Produsen dan para karyawan yang terlibat dalam kegiatan produksi. Menjaga kesinambungan usaha yang dijalankan oleh produsen. Memperluas lapangan pekerjaan dengan memperkerjakan tenaga kerja dalam kegiatan produksi sarana upacara Umat Hindu dengan meningkatkan nilai guna barang atau jasa sarana upacara Umat Hindu yaitu nilai tukar. Meningkatkan kemakmuran masyarakat. Meningkatkan keuntungan bagi pelaku kegiatan produksi. 2). Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat Sosial Dari sektor sosial masyarakat telah berbaur menjadi satu di Pasar Karang Lelede untuk bidang penjualan sarana upacara Umat Hindu, dimana banyak terdapat pedagang non Hindu yang ikut berjualan juga sehingga tatanan kehidupan sosial masyarakat Kota Mataram dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan saling menguntungkan dan dapat terwujudnya suatu keharmonisan bermasyarakat, beragama, dan bernegara. Kehidupan masyarakat sebagai interaksi sosial yang terjalin dengan baik menjadi dampak positif dari komodifikasi sarana upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram. Keanekaragaman latar belakang dan tujuan para pedagang sarana upacara Umat Hindu, tidak menjadi suatu halangan untuk pemerataan kesejahteraan 22

10 masyarakat sosial dengan memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada masyarakat untuk mendapatkan penghasilan yang layak. SIMPULAN Pertama, Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram terdiri dari tiga bentuk yaitu komodifikasi produksi, distribusi, dan konsumsi. Pertama, komodifikasi produksi terdiri dari produksi skala kecil dan produksi skala besar yang mengandung nilai ekonomi. Kedua, komodifikasi distribusi yang terdiri dari pedagang lapakan dan pedagang pertokoan yang mengandung nilai tukar. Ketiga, Komodifikasi konsumsi yang meliputi dari manfaat nilai guna yang terkandung di dalam sarana upacara Umat Hindu untuk melaksanakan upacara Yadnya. Kedua, adapun faktor penyebab munculnya Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram yaitu pengaruh globalisasi dan terciptanya masyarakat konsumtif di era post-modernisme ini. Pengaruh globalisasi di segala aspek kehidupan menciptakan adanya efisiensi waktu dan tenaga Umat Hindu dan efektifitas perdagangan sarana upacara yang bermanfaat. Pada kehidupan beragama di Kota Mataram, kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi memudahkan akses pengetahuan Umat Hindu terhadap produktivitas sarana upacara Umat Hindu. Sedangkan terciptanya masyarakat konsumtif dari perubahan pola hidup Umat Hindu yang dipenuhi dengan aktivitas kehidupan di era post-modernisme, dapat diefisiensikan dalam memenuhi kewajiban keagamaan yang tersedia di Pasar Karang Lelede Kota Mataram sehingga bersifat konsumtif. Ketiga, Komodifikasi Sarana Upacara Umat Hindu di Pasar Karang Lelede Kota Mataram berdampak positif pada konsep Tri Hita Karana, yaitu Tri Hita Wasana antara lain: peningkatan Sradha dan Bhakti Umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan upacara Yadnya yang dilaksanakan, terbentuknya pola komunikasi sosial dalam produktivitas sarana upacara Umat Hindu (manusia dengan manusia), pelestarian sumber daya alam yang dikelola dengan baik (manusia dengan alam). Dari sektor sosial ekonomi berdampak positif yaitu bergeraknya roda perekonomian yang terjadi distribusi pendapatan masyarakat dan pemerataan kesejahteraan masyarakat sosial. 23

11 DAFTAR PUSTAKA Abercrombie, Nicholas Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arikunto, Suharsimini Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Baudrillard, Jean P Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Campbell, Colin Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Modern. Jakarta: Prenada Media Group. Chilcote, H. Ronald Teori Perbandingan Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Daryanto Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo. Hardiman, Budi Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia. Kunarjo Glosarium, Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan. Universitas Indonesia: UI Perss Lee, Martyn J Budaya Konsumen Terlahir Kembali: Arah Baru Modernitas dalam Kajian Modal Konsumsi dan Kebudayaan. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Madyo, Eko Susilo dan Kasihadi Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar. Mufid, Muhamad Komunikasi dan regulasi penyiaran. Jakarata: Kencana. Mulyanto, Dede Geneologi Kapitalisme: Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata Eksploitasi Kapitalistik. Yogyakarta: Resist Book. Nawawi, Hadari Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Piliang. Amir Yasraf Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung: Matahari. Purwanto, Susilo Edy Komodifikasi Pura Lingsar di Lombok. Mataram: Penelitian STAHN Gde Pudja Mataram. Pringgodigjo Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Raras, Niken Tambang Pesucian dan penyapa. Surabaya: Paramita. Ridwan Belajar Mudah Untuk penelitian Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta. Subagiasta, I Ketut Pengantar Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita. Sudaharta, Tjok Rai Upadsa Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu. 24

12 Surabaya : Paramita. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : CV. Alpabeta Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif; Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung: PT Alfabeta. Sukwiaty Ekonomi. Jakarta: Yudhistira. Sumarwan Ekonomi Dasar. Surabaya: Paramita. Sukandarrumidi Metodologi penelitian; Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers. Surayin, Ida Ayu Putu Melangkah Kearah Persiapan Upakara-upakara Yadnya. Surabaya: Paramita. Suyanto, Bagong Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana. Suyanto dan Sutinah Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana. Titib, I Made. 2003, Tri Sandhya, Sembahyang dan Berdoa, Surabaya : Penerbit Paramita. Wiana, I Ketut Tri Hita Karana. Surabaya: Paramita. 25

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman yang serba modern ini kehidupan masyarakat sering kali berubah-ubah tanpa ada yang bisa mengontrolnya. Masyarakat seperti dipaksa menuju masyarakat post

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban manusia di era globalisasi telah menunjukkan perubahan yang sangat pesat. Globalisasi, berarti proses yang mendunia dan sebuah upaya untuk membentuk

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. observasi angket, dan wawancara, yang diperoleh dari responden. Adapun

BAB III PENYAJIAN DATA. observasi angket, dan wawancara, yang diperoleh dari responden. Adapun 29 BAB III PENYAJIAN DATA Dalam pembahasan ini penulis akan menyajikan data hasil observasi angket, dan wawancara, yang diperoleh dari responden. Adapun data yang berhasil diperoleh melalui observasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya arus globalisasi, masyarakat saat ini lebih memilih mall untuk menghabiskan waktu liburannya, daripada mengunjungi tempat tempat wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA 1. Pengertian Pendidikan Sanjana (2006:2) menyatakan bahwa adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran yang efektif,

Lebih terperinci

PEMA UNDIKNAS Standar & Borang SPMI Ruang Ibadah, Olah Raga dan Rekreasi D.38 1

PEMA UNDIKNAS Standar & Borang SPMI Ruang Ibadah, Olah Raga dan Rekreasi D.38 1 Rekreasi D.38 1 UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR RUANG IBADAH, OLAH RAGA DAN REKREASI Kode/No : STD/SPMI-A6/D.38 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-4 STANDAR RUANG IBADAH, OLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

Kata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas.

Kata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas. DESAIN DENGAN CITRA SIMULASI, SEBUAH INTEGRASI TEKNOLOGI SECARA ESTETIK Oleh I Gede Mugi Raharja Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Sejak

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KOMODIFIKASI KAIN GRINGSING TENGANAN DALAM DESAIN FASHION SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BUDAYA. Oleh

DESKRIPSI KOMODIFIKASI KAIN GRINGSING TENGANAN DALAM DESAIN FASHION SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BUDAYA. Oleh DESKRIPSI KOMODIFIKASI KAIN GRINGSING TENGANAN DALAM DESAIN FASHION SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BUDAYA Oleh Oleh Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi 197207191997032001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang terus memiliki kebutuhan untuk segera dipenuhi, selalu dalam batas kurang dan kurang, dan tidak pernah merasa cukup dengan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB IV. Kesimpulan. positif terhadap pulau Bali seperti yang telah di paparkan di atas, telah dikaji

BAB IV. Kesimpulan. positif terhadap pulau Bali seperti yang telah di paparkan di atas, telah dikaji 82 BAB IV Kesimpulan Komersialisasi seni pertunjukan yang menurut para tokoh sosiologis maupun antropologis yang lebih menekankan bahwa komersialisasi seni pertunjukan di Bali telah memberikan banyak dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change. SEKAPUR SIRIH Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Om Swastiastu, Tingkatkan hubungan harmon is antara manusia-alam-tuhan sehingga mendorong kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Kepada Umat Parisada

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI copyright 2016 Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. e-mail: dosen01066@unpam.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: SUMBER PUSTAKA ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR, Dra. Elly M. Setiadi, M.Si, dkk. TIU : Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008; Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) Oleh I Wayan Agus Gunada Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Ngaben merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN dan SARAN. A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V SIMPULAN dan SARAN. A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V SIMPULAN dan SARAN A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai pada mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Busana angkatan 2011 dan 2012 Jurusan PKK FPTK UPI. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. 2 Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. 2 Sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan zaman dan era globalisasi yang semakin berkembang seperti sekarang ini membawa pengaruh tersendiri bagi kehidupan bermasyarakat. Baik secara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdoa dan sembahyang merupakan kewajiban yang utama bagi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, Do a atau sembahyang merupakan wujud rasa syukur, memohon perlindungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari aspek demografisnya, karena negara ini merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

perencanaannya yang harus mengacu pada Rencana Strategis SKPD, pelaksanaan teknis di lapangan, maupun pengawasan/ monitoringnya.

perencanaannya yang harus mengacu pada Rencana Strategis SKPD, pelaksanaan teknis di lapangan, maupun pengawasan/ monitoringnya. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN DHARMA SHANTI NASIONAL HARI RAYA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA Dalam mengemban amanat masyarakat desa, pemerintah desa melakukan upaya terencana dan terprogram yang tersusun dalam dokumen perencanaan desa baik RPJMD maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan pasar dengan penemuan-penemuan barunya dan menetukan harga

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan pasar dengan penemuan-penemuan barunya dan menetukan harga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian di era globalisasi mendorong pula pertumbuhan usaha di bidang komoditi, salah satunya adalah produk pertanian. Usaha di bidang

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalang kemajuan ekonomi. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi ialah upaya

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Bidang atau Objek KKP. persaingan diantara para pelaku bisnis. Masyarakatpun semakin selektif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Bidang atau Objek KKP. persaingan diantara para pelaku bisnis. Masyarakatpun semakin selektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Bidang atau Objek KKP Pada era globalisasi yang sudah modern dan sudah berkembang seperti sekarang, pesatnya perkembangan dunia bisnis pada saat ini mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin dalam belajar merupakan hal yang penting di dalam pendidikan. Dengan menjalankan disiplin akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Disiplin belajar

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Siti Nasirotun (11120060-ST) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang

Lebih terperinci

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2 Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2004 2005 Oleh : Rifki NIM K7499092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, para ahli ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, para ahli ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya manusia untuk memenuhi kebutuhanya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kelompok sosial pengrajin gerabah di Desa Melikan bisa dikategorikan sebagai Paguyuban. Pengrajin di Desa Melikan sendiri berdasarkan ciri-ciri dan kriterianya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran yang tergolong ke dalam jenis sayuran daun yang banyak digunakan untuk campuran masakan dan mengandung gizi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

EcoReality. Oleh: I Wayan Setem, S.Sn, M.Sn

EcoReality. Oleh: I Wayan Setem, S.Sn, M.Sn EcoReality Oleh: I Wayan Setem, S.Sn, M.Sn Disampaikan pada Presentasi Proposal Penciptaan, Selasa, 14 Mei 2013, Institut Seni Indonesia Denpasar Denpasar. Latar belakang Proses penciptaan karya seni sering

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi Ekonomi dan liberalisasi perdagangan semakin berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang memberikan

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN 1 PERILAKU EKONOMI Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 27 JUNI 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci