BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. obat-obatan kimiawi. Dewasa ini, pemberian agen kemoterapi masih menjadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. obat-obatan kimiawi. Dewasa ini, pemberian agen kemoterapi masih menjadi"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemoterapi merupakan metode terapi kanker dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Dewasa ini, pemberian agen kemoterapi masih menjadi lini terdepan dalam penanganan penyakit kanker. Doxorubicin, suatu antibiotik golongan antrasiklin, diketahui memiliki aktivitas terhadap berbagai jenis sel kanker dan menjadi agen kemoterapi pilihan utama pada terapi kanker (Tan et al., 2009). Namun, penggunaan doxorubicin dilaporkan memiliki efek samping di antaranya rambut rontok, radang tenggorokan, bahkan kardiotoksisitas (Bustova, 2009). Selain itu, doxorubicin juga mempengaruhi sistem imun dengan menurunkan produksi interferon-γ (IFNγ), sel natural killer (NK), ekspresi interleukin-2 (IL-2), proliferasi limfosit, rasio CD4+/CD8+ (Zhang et al., 2005). Penurunan sistem imun dapat menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit dan juga akan memperlambat proses penyembuhan kanker. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa sebagai agen kokemoterapi yang mampu bekerja mengatasi efek imunosupresi dari doxorubicin. Pemilihan agen kokemoterapi dari bahan alam yang dapat mempengaruhi sistem imun merupakan peluang yang prospektif. Salah satu tanaman yang potensial adalah kapulaga (Elettaria cardamomum (L.) Maton). Kapulaga mengandung monoterpen 1,8-cineol yang mampu bertindak sebagai agen kemoprevensi sekaligus kemoterapi (Wattenberg, 1992) dan berpotensi

2 2 sebagai agen penginduksi apoptosis pada sel kanker (Huang et al., 1999). Selain itu, 1,8-cineol juga telah dilaporkan mampu menstimulasi respon imun melalui peningkatan kemampuan fagositosis dari makrofag (Serafino et al., 2008). Di sisi lain, diketahui bahwa limfosit CD4+ dapat memproduksi sitokin seperti IL-4 yang mampu memicu peningkatan kemampuan fagositosit dari makrofag (Dranoff, 2004). Kapulaga diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan sebagai agen kokemoterapi dari bahan alam yang dapat mempengaruhi sistem imun. Beberapa indikator utama untuk menilai fungsi imunitas yang diperantarai oleh sel adalah dengan melihat jumlah limfosit, CD4+ dan CD8+ (Zhang et al., 2005). Namun sampai saat ini pengembangan penelitian mengenai destilat kapulaga (DK) masih terbatas, penelitian yang terdahulu pun masih sebatas studi in vitro. Bahkan belum banyak penelitian yang mengembangkan potensi senyawa 1,8-cineol dari DK sebagai agen imunomodulator. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai aktivitas imunomodulator DK in vivo, terutama sebagai agen kokemoterapi doxorubicin. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana DK mempengaruhi profil hematologi darah dan jumlah limfosit CD4+ dan CD8+ tikus galur Sprague Dawley (SD)? 2. Apakah pemberian DK mempengaruhi profil hematologi darah tikus galur SD yang dipejani doxorubicin?

3 3 3. Apakah pemberian DK mempengaruhi jumlah limfosit CD4+ dan CD8+ tikus galur SD yang dipejani doxorubicin? C. Pentingnya Penelitian Diusulkan Penelitian ini diusulkan untuk mengeksplorasi sumber bahan alam yang berpotensi sebagai agen imunostimulan dalam upaya pengatasan efek samping agen kemoterapi dalam penanganan kanker yakni penekanan sistem imun. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menambah data ilmiah mengenai potensi DK sebagai agen imunostimulan sehingga dapat dipublikasikan menjadi sebuah artikel dalam jurnal ilmiah serta menjadi sumber data yang bermanfaat bagi pengembangan penelitian selanjutnya. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengeksplorasi dan mengembangkan potensi tanaman kapulaga sebagai alternatif agen imunostimulan berbasis bahan alam untuk mereduksi efek samping agen kemoterapi kanker. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh DK terhadap profil hematologi darah tikus galur SD yang dipejani doxorubicin.

4 4 b. Mengetahui pengaruh DK terhadap jumlah limfosit CD4+ dan CD8+ tikus galur SD yang dipejani doxorubicin. E. Tinjauan Pustaka 1. Doxorubicin dan Imunosupresi Metode terapi yang biasanya menjadi lini terdepan dalam pengobatan kanker adalah kemoterapi. Metode kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat dalam bentuk senyawa kimia untuk membunuh sel-sel kanker. Namun penggunaan kemoterapi yang berkepanjangan dapat menyebabkan melemahnya sistem imunitas tubuh, dan menyebabkan pasien rentan terhadap penyakit dan infeksi yang lain (Patel et al., 2007). Salah satu agen kemoterapi yang paling sering digunakan adalah doxorubicin (Gambar 1). Doxorubicin dilaporkan dapat menyebabkan penurunan sel darah putih (neuropenia), penurunan IL-2 dan produksi IFN-γ, sehingga menyebabkan penurunan sel sitotoksik natural killer (NK), proliferasi limfosit, dan rasio CD4+/CD8+ (Zhang et al., 2005) yang mengakibatkan degradasi sistem imun tubuh. Oleh karena itu, pengembangan cara pengobatan baru bagi kanker sangat diperlukan. Aplikasi kokemoterapi (kombinasi) dengan senyawa fitokimia dapat dijadikan alternatif pilihan karena umumnya memiliki efek samping yang relatif kecil dan diharapkan dapat mengatasi efek imunosupresi agen kemoterapi (Sharma et al.,2004; Tyagi et al.,2004).

5 5 Gambar 1. Struktur molekul doxorubicin (Anonim, 2013) 2. Sistem Pertahanan Tubuh Tubuh manusia didukung oleh keberadaan dua macam sistem imun, yaitu sistem imun alami (non-spesifik) dan sistem imun adaptif (spesifik) (Shen and Louie, 2005). Sistem imun tubuh dapat diatur, salah satunya dengan menggunakan imunomodulator. Ada 2 cara mekanisme kerja dari obat imunomodulator, yaitu up regulation (menguatkan sistem imun tubuh / imunostimulasi dan imunorestorasi), dan down regulation (menekan reaksi sistem imun yang berlebihan / imunosupresi). Sistem imun berkaitan erat dengan profil hematologi darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel darah termasuk sel-sel sistem imun berasal dari diferensiasi stem cell sumsum tulang yang bersifat pluripotent (Gambar 2). Pluripotent stem cell akan berdiferensiasi menjadi dua jalur yaitu jalur myeloid dan limfoid. Sel-sel myeloid akan berdiferensiasi menjadi eritrosit, monosit, dan granulosit, sedangkan sel-sel limfoid berdiferensiasi menjadi T(thymus)-limfosit dan B(bursa)-limfosit. Semua limfosit T memiliki protein marker berupa CD3+, kecuali limfosit T sitotoksik berupa CD8+ dan limfosit T helper berupa CD4+, sedangkan pada sel B marker proteinnya adalah

6 6 surface imunoglobulin M (sigm) yang tidak dijumpai pada limfosit T (Shen and Louie, 2005). Limfosit T Stem Cell Limfoid Timus Natural Killer Stem cell Pluripoten Limfosit B Eritrosit Sel Plasma Stem Cell Myeloid Monosit Megakariosit Makrofag Granulosit Gambar 2. Diferensiasi sel-sel darah dan imun dari stem cell pluripoten (Shen and Louie, 2005) Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Leukosit ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh leukosit tidak berasosiasi secara khusus dengan organ atau jaringan tertentu, leukosit bekerja secara independen layaknya organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas, berinteraksi menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Leukosit memiliki turunan meliputi neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit yang masing-masing memiliki sifat dan fungsi yang berbeda.

7 7 Limfosit merupakan sel yang istimewa dibanding leukosit yang lain karena kemampuannya mampu mengenali antigen secara spesifik. Limfosit berdiferensiasi dari stem cell didalam hati, sumsum tulang, dan timus sehingga menjadi beberapa kelas utama. Beberapa subpopulasi limfosit T terpisah menjadi limfosit T helper (Th) dan limfosit T sitotoksik. Sel T helper CD4+ adalah pemain utama dalam imunitas spesifik. Mereka berkontribusi dengan memberikan bantuan kepada APC (Antigen Presenting Cells) dan limfosit CD8+ untuk memulai respon imun spesifik. Aktivasi sel ini sangat penting karena diperlukan tubuh untuk menghilangkan patogen, virus, dan kanker (Virella, 2001). Sel T CD4+ mampu memproduksi sitokin yang dapat meningkatkan produksi antibodi sel B, aktivasi sel T CD8+ dan kemampuan fagositosis dari makrofag (Dranoff, 2004). Sel T CD4+ saat ini diklasifikasikan menjadi 4 subset besar berdasarkan faktor transkripsi dan sitokin yang disekresikan, yaitu sel Th1, Th2, Th17, Treg (sel T regulator). Sel Th1 ditandai dengan sekresi interferon- γ (IFN-γ), interleukin-2 (IL-2), tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan IL-12. Sitokin tersebut merupakan suatu sitokin pro inflamasi yang diperlukan untuk aktivasi makrofag. Sel Th2, terutama memproduksi IL-4, IL-5, dan IL-13 yang memainkan peranan penting dalam proses alergi dan pembersihan berbagai patogen ekstraseluler dan parasit (Hammerich et al., 2011). Sitokin tersebut juga dapat meningkatkan fungsi eosinofil dan produksi antibodi pada sel B (Gambar 3). Peran antibodi pada penghambatan perkembangan sel kanker adalah dengan menstimulasi eliminasi sel tumor

8 8 melalui pengikatan reseptor Fc pada makrofag. Antibodi dalam hal ini berperan sebagai molekul opsonin yang membantu pelekatan antigen dengan sel fagosit (makrofag). Kemudian makrofag dapat melisis sel kanker dengan memproduksi nitric oxide (NO), reactive oxygen species (ROS) dan meningkatkan kemampuan fagositosisnya (Dranoff, 2004). Sel NK Perforin Granzim Sel T CD8+ Proliferasi sel kanker Sel Dendritik Apoptosis sel kanker Antibodi Makrofag Eosinofil Granulosit Sel B Sel T CD4+ Gambar 3. Koordinasi respon imun dalam mengeliminasi sel kanker. Aktivitas sel NK dan limfosit CD8+ dengan mensekresikan perforin dan granzim, dan diferensiasi limfosit CD4+ menjadi sel Th1 dan Th2 dalam mengeliminasi sel kanker (Dranoff, 2004). Gambar 4 menjelaskan sitokin kunci yang mendorong diferensiasi populasi sel Th, sitokin efektor utama dan karakteristik faktor transkripsi. Diferensiasi sel Th1 terutama disebabkan oleh IL-12 dan ditingkatkan oleh IFN-γ. Sel Th2 berkembang dengan keberadaan IL-4. Th1 dan Th2 mengatur secara negatif satu sama lain melalui sekresi sitokin spesifik mereka, misalnya IL-12 menekan induksi sel Th2, sedangkan IL-4 menghambat

9 9 perkembangan sel Th1. Pada level transkripsional sitokin Th1 berpolarisasi menginduksi faktor transkripsi T-bet dan STAT4 sedangkan sel Th2 memerlukan GATA3 dan STAT6 (Hammerich et al., 2011). Pertahanan tubuh (autoimunitas intrasel) Pertahanan tubuh Alergi Pertahanan tubuh (ekstraseluler) Autoimunitas Penolakan Penekanan respon imun Gambar 4. Diferensiasi subset sel Th (pada tikus). Setelah aktivasi, sel Th naif dapat berdiferensiasi menjadi subset yang berbeda tergantung pada lingkungan sitokin sekitarnya. Sub-populasi yang berbeda menunjukkan pola ekspresi yang berbeda dari faktor transkripsi dan dapat ditandai dengan sekresi sitokin penanda yang unik untuk setiap subset. Setiap subset mengambil bagian pada berbagai jenis respon imun terhadap berbagai patogen atau mediasi autoimunitas (Hammerich et al., 2011). Sel Treg adalah subset unik dari sel Th yang mengontrol sel T efektor untuk mencegah reaksi autoimun. Aktivasi Treg menghasilkan sitokin antiinflamasi IL-10 dan tumor growth factor-β (TGF-β), sehingga menekan perkembangan reaksi imun fungsional. Diferensiasi Treg diinduksi oleh TGF-

10 10 β namun terhambat oleh sitokin pro inflamasi. Treg dikarakterisasi oleh ekspresi dari faktor transkripsi Foxp3, STAT5 dan ekspresi CD25 pada permukaannya (Hammerich et al., 2011). Sel Th17 adalah subset yang paling baru ditemukan pada tahun 2005, ditandai dengan produksi sitokin IL-17. Sel Th17 mewakili subtipe lain dari sel Th pro inflamasi yang berbeda dari sel Th1 dan Th2 dalam perkembangan dan fungsinya. Diferensiasi sel Th17 memerlukan aksi gabungan dari TGF-β, IL-6, dan IL-21 pada tikus, sedangkan IL-6 dan Il-21 dapat digantikan oleh IL-23 atau IL-1β pada manusia. Sel Th17 dikarakterisasi dengan faktor transkripsi STAT3 dan RORγt (Hammerich et al., 2011). Sel T sitotoksik (Tc) atau limfosit CD8+ adalah limfosit T yang memiliki kemampuan untuk mengenali dan menghancurkan sel target bernukleus yang mengekspresikan peptida nonself atau peptida asing yang kontak dengan mayor histocompatibility complex I (MHC I). Limfosit CD8+ juga memiliki kemampuan untuk mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi atau sel kanker (Gotch, 2012). Neutrofil merupakan pemain penting pada patogenesis injuri paru akut, pengeluaran lipid, mediator enzim, dan radikal oksigen (Szarka et al., 1997). Neutrofil berperan penting dalam pertahanan pertama terhadap bakteri, fungi, dan protozoa. Neutrofil memiliki empat tipe granul, yaitu azurofil, spesifik, gelatinase, dan sekretori. Granul azurofil dipercaya berkontribusi utama pada pembunuhan dan degradasi mikroorganisme yang ditelan yang

11 11 berada di fagolisosom. Efek antimikroba serprocidin telah banyak dilaporkan dalam berbagai studi (Faurschou and Borregaard, 2003; Reeves et al., 2002). Trombosit merupakan sel turunan yang berasal jalur stem cell myeloid yang berdiferensiasi menjadi megakariosit. Trombosit bukan merupakan bagian dari sel darah putih. Istilah trombosit sebenarnya kurang tepat karena trombosit sejatinya bukan merupakan sel namun hanya berupa keping-keping darah, sehingga lebih tepat disebut sebagai platelet. Platelet memicu penjendalan dengan cara mengumpul bersamaan setelah diaktifkan dan membentuk plak pada kapiler yang rusak. Platelet juga mensekresikan sitokin dan kemokin untuk memicu inflamasi (Virella, 2001). Sel kanker adalah benda asing yang menimbulkan respon imunologis. Immune surveillance adalah konsep yang menyatakan bahwa sistem imun berperan dalam mencegah dan membatasi pertumbuhan tumor (Jakóbisiak et al., 2003). Limfosit T membantu limfosit B untuk membuat antibodi, dan juga dapat memusnahkan patogen intraseluler dengan mengaktifkan makrofag serta membunuh langsung sel yang terinfeksi (Mackay and Rosen, 2000). Walaupun diketahui peranan sistem imun sangat penting, namun keberadaannya dapat terdegradasi. Degradasi sistem imun dapan dikarenakan faktor internal dan penyakit kanker itu sendiri, serta akibat radioterapi, pembedahan, atau kemoterapi yang diberikan (Kentjono, 2003).

12 12 3. Kapulaga (Elettaria cardamomum (L.) Maton) Pada klasifikasi tanaman kapulaga (Gambar 5) termasuk kedalam kingdom plantae, divisio spermatophyta, sub divisio angiospermae, kelas monokotiledon, ordo zingiberales, famili zingiberaceae, genus elettaria, spesies Elettaria cardamomum (L.) Maton. Tanaman kapulaga merupakan terna tahunan, berumpun rapat, tinggi antara 2-4 m. Batang semu, bulat, beruas, masif, batang dalam tanam berbentuk rimpang, warna hijau pucat. Daun tunggal, berseling, bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal meruncing, panjang cm, lebar cm, pertulangan melengkung, permukaan halus, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, keluar dari pangkal batang, tangkai pipih, panjang cm, mahkota bunga berbagi, warna putih, kelopak bentuk corong, halus, warna kuning, benang sari silindris, panjang 5-7 mm, warna putih, kepala sari bulat, warna kuning, tangkai putik silindris, panjang 0,5-1,0 cm, warna coklat. Memiliki buah buni, bentuk bulat lonjong, diameter 1-1,5 cm, warna putih coklat kehijauan. Biji bulat, diameter 2-3 mm warna coklat sampai hitam, akar serabut (Wardini and Thomas, 1999). Tumbuhan ini juga banyak dibudidayakan, sebab buahnya digunakan sebagai rempah pada berbagai jenis masakan.

13 13 Gambar 5. Buah Kapulaga (Anonim, 2010) Buah kapulaga memiliki kandungan berupa minyak atsiri yang tersusun dari berbagai jenis monoterpen. Monoterpen yang dominan terkandung dalam minyak atsiri kapulaga adalah 1,8-cineol (21-41%) dan α- terpinil asetat (21-35%), selain dari itu minyak atsiri kapulaga juga mengandung α-terpineol (0,8-6,2%), limonen (1,7-3,7%), sabinen + β-pinen (0,3-2,4%), borneol (0,1-1,2%), linalool (0,4-8,7%), linalil asetat (1,6-2,4%), nerol (0,6-1,6%), geraniol (1,1-3,7%), neril asetat (0,8-1,2%), farnesol (sampai dengan 12,5% dari total isomer), nerolidol (0,2-6,7%), dan isosafrole (3,8%) (Gochev et al., 2012; Huang et al., 1999). Pada penelitian terdahulu dinyatakan bahwa minyak atsiri kapulaga dilaporkan memiliki aktivitas sebagai anti kanker. Minyak atsiri kapulaga berpotensi memodulasi sistem enzimatik, dan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi dengan menekan aktivitas sitokin pro inflamasi (TNF-α), anti proliferasi, dan pro apoptosis (Hashim et al., 1994; Sengupta et al., 2005; Bhattacharjee et al., 2007). Pada penelitian lain disebutkan bahwa senyawa 1,8-cineol sebagai kandungan utama dari minyak atsiri kapulaga memiliki khasiat untuk menginduksi apoptosis melalui fragmentasi oligonukleosid (Moteki et al., 2002). Senyawa 1,8-cineol (Gambar 6) juga mampu bertindak sebagai agen kemoprevensi sekaligus kemoterapi (Wattenberg, 1992), dan

14 14 mampu menstimulasi respon imun melalui peningkatan kemampuan fagositosis dari makrofag (Serafino et al., 2008). Gambar 6. Struktur 1,8-cineol (Rodriguez et al., 2006) F. LANDASAN TEORI Senyawa fitokimia merupakan salah satu alternatif yang prosektif dalam pengembangan bidang pengobatan. Buah kapulaga dilaporkan memiliki kandungan dominan berupa senyawa monoterpen 1,8-cineol. Senyawa 1,8-cineol mampu menstimulasi respon imun melalui peningkatan fagositosis dari makrofag, dan juga memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi. Aktivitas anti inflamasi dari senyawa 1,8-cineol dapat menekan sitokin pro inflamasi yang berperan dalam respon imun non spesifik. Limfosit CD4+ yang merupakan respon imun spesifik, selain mampu mengaktivasi limfosit CD8+, meningkatkan produksi antibodi limfosit B juga dapat memusnahkan patogen seluler dengan meningkatkan kemampuan fagositosis dari makrofag. Maka dapat diperkirakan bahwa peningkatan kemampuan fagositosis dari makrofag tadi disebabkan oleh aktivitas senyawa 1,8-cineol terhadap limfosit CD4+. Keberadaan senyawa yang beraktivitas mampu menstimulasi respon

15 15 imun dapat memperbaiki profil hematologi darah. Oleh karena itu, diharapkan DK dapat meningkatkan jumlah sel imun dalam darah dan juga dapat meningkatkan jumlah limfosit CD4+ dan CD8+. Penggunaan agen kemoterapi doxorubicin sebagai agen terapi kanker menimbulkan masalah baru berupa efek samping imunosupresi. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif berupa aplikasi kombinasi antara agen kemoterapi doxorubicin dengan agen imunomodulator. Buah kapulaga dilaporkan memiliki kandungan dominan berupa senyawa monoterpen yaitu 1,8-cineol. Senyawa 1,8-cineol mampu menstimulasi respon imun. Keberadaan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator akan mempengaruhi profil hematologi darah yakni meningkatkan jumlah leukosit, limfosit, dan neutrofil. Oleh karena itu, diduga aplikasi kombinasi DK dengan doxorubicin dapat meningkatkan jumlah sel yang terlibat dalam regulasi sistem imun. Limfosit T dan limfosit B mempunyai peranan penting dalam respon imun terhadap sel kanker. Senyawa 1,8-cineol telah terbukti mampu menstimulasi respon imun melalui peningkatan kemampuan fagositosis dari makrofag. Limfosit T yang mengekspresikan CD4+ dan CD8+ juga dapat memusnahkan patogen intraseluler dengan mengaktifkan makrofag. Maka dapat diduga bahwa peningkatan kemampuan fagositosis dari makrofag tersebut bermula dari stimulasi 1,8-cineol terhadap limfosit T. Oleh karena itu, diperkirakan aplikasi kombinasi DK dengan agen kemoterapi doxorubicin

16 16 dapat memperbaiki efek samping imunosupresi dengan meningkatkan jumlah limfosit CD4+ dan CD8+. G. HIPOTESIS 1. Pemberian DK dapat memperbaiki profil hematologi darah dan meningkatkan jumlah limfosit CD4+ dan CD8+ tikus galur SD. 2. Pemberian DK dapat memperbaiki profil hematologi darah tikus galur SD yang dipejani doxorubicin. 3. Pemberian DK dapat meningkatkan jumlah limfosit CD4+ dan CD8+ tikus galur SD yang dipejani doxorubicin.

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

7.2 CIRI UMUM SITOKIN BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) 2.1.1 Klasifikasi tumbuhan Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman mahkota dewa diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Mahkota Dewa Berikut adalah sistematika tanaman, daerah, deskripsi tanaman, bagian yang digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. 2.1.1 Sistematika Tanaman Sistematika

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Mahkota Dewa Mahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia tepatnya Papua dan secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune

Lebih terperinci

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut TUGAS IMUNOLOGI DASAR TUGAS I : CELLS AND TISSUE IN THE IMMUNE SYSTEM 1 Sebutkan jaringan dan sel yang terlibat dalam system imun Jaringan yang terlibat dalam system imun adalah : a. Primer Bone Marrow

Lebih terperinci

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA Penyusun : 1. Tiara Fenny Santika (1500023251) 2. Weidia Candra Kirana (1500023253) 3. Ratih Lianadewi (1500023255) 4. Muna Marzuqoh (1500023259) 5. Luay

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek samping menurunkan sistem imun yang dapat menyebabkan tubuh mudah terkena serangan penyakit.

Lebih terperinci

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN BAB 10 RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN 10.1. PENDAHULUAN Virus, bakteri, parasit, dan fungi, masing-masing menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkan dirinya dalam hospes dan akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan berlapis-lapis dalam menghadapi invasi patogen yang masuk seperti bakteri, jamur, virus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Sistem imun bawaan bersifat non-spesifik sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tumbuhan Berdasarkan pustaka, berikut klasifikasi secara umum dari tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi dan uji tusuk kulit Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada tempatnya dan sering digunakan untuk menggambarkan penyakit yang diperantarai

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan 1. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Annonales Famili : Annonaceae Genus

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS INFEKSI VIRUS Port d entree Siklus replikasi virus Penyebaran virus didalam tubuh Respon sel terhadap infeksi Virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, dimana 2-3 milyar penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi TB (World Health Organization, 2015).

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondiloma akuminata (KA) merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh pajanan suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi imunologi yang berbahaya pada pajanan

Lebih terperinci

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Dasar-dasar Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unair Pokok Bahasan Sejarah Imunologi Pendahuluan Imunologi Komponen Imunologi Respons Imun Imunogenetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh seseorang, seperti tingginya tingkat polusi, perubahan gaya hidup dan pola makan, banyaknya wabah penyakit,

Lebih terperinci

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

Imunisasi: Apa dan Mengapa? Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki sistem imun sebagai pelindung dari berbagai jenis patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. 1

Lebih terperinci

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung BAB I PENDAHULUAN Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition

Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition 0 Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition Penerjemah : Oki Suwarsa Reyshiani Johan ISBN : Halaman dan Ukuran Buku : 1-40; 18,2x25,7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua karena infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae, 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah 2.1.1 Gambaran Umum Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari keseluruhan kejadian kanker, kanker kulit (melanoma dan non melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. 1,2 Di Amerika Serikat, pada tahun 2012 diperkirakan

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dengan gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Udema (Inflamasi) Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan. Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,

Lebih terperinci