BAB 3 PERUMUSAN OBJEK PENELITIAN Gambaran Umum Penggunaan Air Panas Dalam Kehidupan Sehari-hari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PERUMUSAN OBJEK PENELITIAN Gambaran Umum Penggunaan Air Panas Dalam Kehidupan Sehari-hari"

Transkripsi

1 BAB 3 PERUMUSAN OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Penggunaan Air Panas Dalam Kehidupan Sehari-hari Tanpa disadari kebutuhan air panas pada kehidupan masyarakat seharihari semakin berkembang. Penggunaan air panas tidak hanya sekedar untuk mandi dan minum saja. Tetapi dapat digunakan untuk aktifitas yang lain seperti: 1. Mencuci pakaian; Air panas dapat mempermudah menghilangkan noda pakaian. Dapat dilihat pada mesin cuci yang mendukung penggunaan air panas. 2. Mencuci peralatan rumah tangga; Air panas dapat mempermudah menghilangkan minyak yang menempel pada peralatan rumah tangga. 3. Perawatan kulit; Air panas mempermudah membersihkan kotoran atau make-up yang menempel pada pori-pori kulit. 4. Memasak; Air panas dapat mempercepat proses memasak. Selain aktifitas-aktifitas yang telah disebutkan diatas, penggunaan air panas sebenarnya masih dapat diterapkan pada aktifitas lainnya sesuai dengan kebutuhan dari pemakai (user). Air panas yang dimaksud disini bukan merupakan air mendidih yang mencapai suhu 100 derajat Celcius, karena kebutuhan yang disebutkan diatas tidak perlu menggunakan air yang mendidih tetapi tergantung 38

2 dari user sendiri yang menentukan panas air yang diperlukan atau tergantung dari ketentuan-ketentuan yang diterapkan pada alat/sarana yang disarankan seperti pada beberapa produk mesin cuci yang menyarankan untuk menggunakan air dengan tingkat suhu yang telah disarankan supaya hasil cucian akan lebih maksimal bersihnya, dan masih banyak contoh lainnya Gambaran Umum Alat Pemanas Air (Water Heater) Dengan peningkatan intensitas terhadap penggunaan air panas untuk berbagai kebutuhan, maka diperlukan suatu alat yang bisa menyediakan kapasitas air panas dalam jumlah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga alat pemanas air (water heater) sangat diperlukan disini untuk menghasilkan air panas yang relatif cepat dan mudah dioperasikan Jenis-jenis Alat Pemanas Air (Water Heater) Dengan semakin berkembangnya teknologi, maka alat pemanas air (water heater) juga dapat ditemukan dalam berbagai jenis yang dapat dilihat dari sumber daya yang digunakan pemanas airnya sendiri, yaitu: Gas Pemanas jenis ini menggunakan gas untuk menghasilkan api untuk memanaskan air yang telah ditampung dalam suatu wadah, air yang digunakan oleh user langsung diambil dari wadah dimana air dipanaskan tersebut. 39

3 Listrik Pemanas jenis ini memanfaatkan tenaga listrik untuk menghasilkan tenaga pemanas yang digunakan untuk memanaskan air yang telah ditampung pada suatu wadah yang telah disediakan. Jenis ini bersifat otomatis dengan menghasilkan suhu air panas yang konstan dan mempunyai batas maksimumnya. Apabila suhu air dalam wadah mulai menurun maka alat akan otomatis memanaskan kembali suhu air hingga mencapai batas panas maksimum. Surya / Matahari Pemanas jenis ini tentu akan menghemat banyak biaya dari user tetapi juga mempunyai harga yang relatif mahal. Jenis ini memanfaatkan tenaga panas surya untuk menghasilkan tenaga panas yang cukup untuk menghasilkan air panas. Tetapi alat pemanas air dengan tenaga surya ini memiliki kelemahan apabila terjadi kondisi cuaca yang tidak menguntungkan seperti mendung dalam beberapa hari, sehingga alat ini juga sebaiknya dilengkapi tenaga listrik untuk membantu mengatasi kelemahan tersebut Cara kerja Alat Pemanas Air (Water Heater) Pemakaian sistem pemanas air (water heater system) dapat diterapkan dalam dua cara tergantung dari kondisi pemakai (user), yaitu: 1. Stand-alone, yaitu dimana kondisi alat pemanas air hanya dipakai di satu tempat. 40

4 Gambar 3.1. Aplikasi water heater stand-alone 2. Distributed, yaitu kondisi dimana alat pemanas yang diperlukan hanya 1 buah untuk mendistribusikan pemakaian air di banyak tempat. Untuk cara aplikasi ini memerlukan alat pemanas air yang mempunyai kemampuan yang cepat dalam memanaskan air dalam jumlah yang banyak. Gambar 3.2. Aplikasi water heater distributed Aplikasi Alat Pemanas Air (Water Heater) Untuk penggunaan alat pemanas air (water heater) dapat ditemukan baik pada tempat pribadi ataupun tempat umum, seperti: 1. Rumah pribadi 2. Rumah sakit 3. Apartement 4. Perhotelan 41

5 Masing-masing tempat yang disebutkan diatas dapat mengaplikasikan alat pemanas air secara stand-alone ataupun terdistributed, tergantung dari jenis water heater yang digunakan dan kebijakan user. Tetapi water heater yang digunakan kebanyakan masih bersifat closed lup system dimana user harus mengatur kembali secara manual untuk menghasilkan suhu yang sesuai dengan keinginannya Strategi Pengembangan Produk Baru Dengan semakin meningkatnya kebutuhan konsumen akan penggunaan air panas dan pengguna water heater, maka perusahaan harus mencari berbagai solusi untuk mempertahankan dan meningkatkan prospek bisnisnya pada konsumen pengguna water heater untuk dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Terdapat berbagai cara untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis, tetapi faktor yang paling penting adalah perusahaan harus memiliki suatu konsep produk yang didefinisikan dengan tepat terlebih dahulu sebelum memasuki selanjutnya seperti tahap pemasaran dan produksi. Untuk memiliki suatu konsep produk yang tepat harus melakukan 8 langkah utama proses pengembangan produk baru. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh suatu kesimpulan dan keputusan layak tidaknya untuk mengembangkan ide tersebut, serta mendapatkan gambaran model bisnis dalam proses pengembangan produknya Hasil Survei Kuisioner Survei dilakukan terhadap 150 responden yang ditujukan kepada berbagai kelompok masyarakat. Dari 150 responden terdapat sebanyat 118 responden yang 42

6 dianggap layak untuk digunakan sebagai bahan analisa. Yang dianggap layak disini merupakan responden yang mempunyai ataupun mengenal alat pemanas air (tidak perlu memiliki). Profil data responden yaitu: Tabel 3.1. Tabel hasil survei responden Responden User Non-user Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah % 12% 31% 46% User Laki-laki Non-user Laki-laki User Perempuan Non-user Perempuan Gambar 3.3. Grafik hasil kuisioner berdasarkan jenis kelamin dan penggunaan water heater. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari 118 responden terdiri dari jumlah pria sebanyak 50 orang (42%), sedangkan wanita sebanyak 68 orang (58%). Jumlah pengguna water heater sebanyak 91 orang (77%), sedangkan yang non pengguna water heater sebanyak 27 orang (23%) Penyajian Data Hasil Survei Survei dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner. Kuisioner yang diajukan kepada responden terdapat 4 tipe/jenis pertanyaan, yaitu: Pertanyaan pilihan berganda (multiple choice), ada 8 pertanyaan. 43

7 Pertanyaan dengan dua jawaban pilihan (dichotomous question) yaitu dengan jawaban ya atau tidak, ada 2 pertanyaan. Pertanyaan dengan banyak jawaban check list, ada 1 pertanyaan. Pertanyaan jawaban bebas (free response / fr), ada 2 pertanyaan Deskripsi Kuisioner Kuisioner dibagi menjadi 3 tahapan penelitian, yaitu: Tingkat kebutuhan atau intensitas responden terhadap penggunaan air panas, pertanyaan yang diajukan ada 2 pertanyaan multiple choice dan 1 pertanyaan check list mengenai jenis kebutuhan responden dalam menggunakan air panas. Bagian ini ditujukan untuk mengetahui pendapat responden mengenai intensitas dan jenis kebutuhan dari pemanfaatan air panas dalam kehidupannya sehari-hari. Tahap ini termasuk tahapan penggalian ide. Tingkat kepuasan responden terhadap kinerja alat pemanas air (water heater), pertanyaan yang diajukan ada 5 pertanyaan multiple choice untuk menganalisa kekurangan dari kinerja alat pemanas air yang dapat dikembangkan untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumen/user. Tahap ini termasuk tahapan pengembangan ide, sehingga pada tahap ini dapat dikembangkan suatu konsep produk baru. Jumlah responden yang berminat terhadap pengembangan ide yang baru, diajukan 1 pertanyaan multiple choice dan 1 pertanyaan dichotomous question, untuk menganalisa pendapat responden terhadap ide/konsep sistem 44

8 baru yang akan dikembangkan dan jumlah tingkat peminat sistem baru tersebut. Masing-masing kuisioner memiliki pembobotan sebagai berikut: Kuisioner tingkat kepentingan penggunaan air panas: Tidak penting = 1; Kurang penting = 2; Penting = 3; Sangat Penting = 4. Tidak pernah = 1; Jarang = 2; Sering = 3; Sering Sekali = 4. Mandi, minum, mencuci, memasak, dan lain-lain = 1. Kuisioner tingkat kepuasaan penggunaan alat pemanas air (water heater): Gampang sekali = 1; Tidak juga = 2; Agak repot = 3; Merepotkan = 4. Tidak penting = 1; Kurang penting = 2; Penting = 3; Sangat penting = 4. Tidak panas = 1; Kurang panas = 2; Cukup panas = 3; Terlalu panas = 4. Tidak membantu = 1; Kurang membantu = 2; Cukup membantu = 3; Sangat membantu = 4. Kuisioner tingkat peminat sistem baru: Tidak sama sekali = 1; biasa saja = 2; boleh dicoba = 3; bangat tertarik = 4. Ya = 1 ; Tidak = 0. Untuk menghitung rata-rata penilaian pendapat responden untuk pertanyaan multiple choice dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: AVR Responden = [(n 1 x 1)+(n 2 x2)+(n 3 x3)+(n 4 x4)] / N AVR Responden = Nilai rata-rata penilaian responden, n 1 = jumlah responden yang memilih jawaban pertama, n 2 = jumlah responden yang memilih jawaban kedua, 45

9 n 3 = jumlah responden yang memilih jawaban ketiga, n 4 = jumlah responden yang memilih jawaban keempat, N = jumlah total responden. 3.5 Penggalian Ide Faktor yang paling penting bagi perusahaan untuk merancang suatu produk adalah dari konsumen sendiri, karena produk yang diproduksi akan dikonsumi oleh konsumen itu sendiri. Konsumen yang dimaksud disini adalah konsumen yang mempunyai kebutuhan terhadap air panas. Sehingga suatu perusahaan harus memahami betul permasalahan dan kebutuhan yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen, sebelum mengembangkan suatu produk baru. Untuk mendapatkan ide baru, tahap pertama harus dilakukan survei terhadap kebutuhan konsumen akan konsumsi air panas, sehingga dapat diketahui intensitas penggunaan air panas dan jenis kebutuhan yang diinginkan dari penggunaan air panas tersebut. Analisa Data Hasil Survei Tingkat keseringan penggunaan air panas dalam kehidupan sehari-hari Tabel 3.2. Tingkat kepentingan responden akan penggunaan air panas. [kuisioner pilihan ganda no. 1] Tingkat kepentingan penggunaan air panas Tidak penting Kurang penting Penting Sangat penting

10 31% 0% 8% 61% Tidak penting Pent ing Kurang penting Sangat penting Gambar 3.4. Grafik persentase kepentingan penggunaan air panas Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase responden yang merasa tidak penting = 0 % Persentase responden yang merasa kurang penting = 8 % Persentase responden yang merasa penting = 61 % Persentase responden yang merasa sangat penting = 31 % Rata-rata tingkat kepentingan masyarakat terhadap penggunaan air panas adalah: AVR Responden = [( 0x 1 ) + ( 9x2 ) + ( 73x3 ) + ( 36x4 )] 118 = 3,2288 Tingkat keseringan penggunaan air panas dalam kehidupan sehari-hari Tabel 3.3. Tingkat keseringan penggunaan air panas dalam kehidupan sehari- hari. [kuisioner pilihan ganda no.2] Tingkat keseringan penggunaan air panas Tidak pernah Sangat jarang Sering Sering sekali

11 0% 15% 38% 47% Tidak pernah Sering Sangat jarang Sering sekali Gambar 3.5. Grafik persentase tingkat keseringan pengunaan air panas Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase responden yang merasa tidak pernah = 0 % Persentase responden yang merasa jarang = 15 % Persentase responden yang merasa sering = 47 % Persentase responden yang merasa sering sekali = 38 % Rata-rata tingkat keseringan / intensitas masyarakat terhadap penggunaan air panas adalah: AVR Responden = [( 0x 1 ) + ( 18x2 ) + ( 55x3 ) + ( 45x4 )] 118 = 3,2288 Jenis kebutuhan responden dengan penggunaan air panas (± 60 O Celcius) Tabel 3.4. Jenis kebutuhan responden dalam penggunaan air panas (dengan suhu ± 60 O Celcius). [kuisioner check list no.3] Jenis Kebutuhan Keterangan mandi Minum Masak mencuci dan lain-lain Jumlah

12 17% 6% 33% 17% 27% mandi minum masak mencuci dan lain-lain Gambar 3.6. Grafik persentase jenis kebutuhan penggunaan air panas. Total kebutuhan responden adalah = = 308 Rata-rata jumlah kebutuhan dari setiap responden adalah = Total kebutuhan responden / Total responden = 308 / 118 = 2,61 Analisa data penggalian ide: Tabel 3.5. Hasil analisa data penggalian ide. Keterangan Nilai Definisi Nilai Tingkat kepentingan penggunaan air panas 3,2288=3 Penting Tingkat keseringan penggunaan air panas 3,2288=3 Sering Rata-rata jumlah kebutuhan penggunaan air panas 2,61 ± 2-3 kebutuhan Dari hasil tanggapan responden dan analisa diatas dapat dideskripsikan bahwa: Rata-rata masyarakat mempunyai pendapat bahwa pemanfaatan terhadap air panas mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan hidu sehari-hari, 49

13 Rata-rata masyarakat mempunyai intensitas yang cukup tinggi / sering memanfaatkan air panas untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan seharihari. Rata-rata masyarakat menggunakan air panas untuk 2-3 kebutuhan, dan kebutuhan yang paling banyak dipergunakan adalah untuk kebutuhan mandi. Urutannya adalah mandi, minum, mencuci ataupun memasak, dan kebutuhan lainnya. Setelah mendapatkan tanggapan dari responden maka harus ditemukan solusi untuk memenuhi hasil tanggapan yang ada. Dari deskripsi diatas berarti dapat disimpulkan bahwa masyarakat merasakan peranan air panas sangat penting dan memiliki intensitas pemakaian air panas yang cukup tinggi / sering, oleh sebab itu harus memiliki suatu alat bantu yang dapat memenuhi hal tersebut. Untuk itu konsumen diusulkan untuk menggunakan alat tersebut dibawah ini, yaitu: Alat Pemanas Air Otomatis (Water Heater) Alat ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, karena alat ini dapat bekerja secara otomatis untuk menghasilkan air yang cukup panas (± 60 O Celcius) dan cukup cepat, serta dapat menampung kapasitas air yang banyak. Alat ini termasuk cukup efisien dan efektif. 50

14 3.6 Penyaringan Ide Untuk mengetahui apakah ide / solusi yang diambil dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara merata dan tepat guna, maka harus dilakukan suatu survei kembali kepada konsumen. Survei yang dilakukan disini adalah untuk menanyakan apakah kinerja alat pemanas air (water heater) tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan konsumen atau masih terdapat kekurangan-kekurangan lain dari alat tersebut. Semua jawaban dari konsumen bisa diambil sebagai masukan untuk mengembangkan suatu konsep produk yang baru. Dan tentunya survei yang dilakukan harus ditujukan pada masyarakat yang telah / pernah menggunakan alat pemanas air. Berikut data yang didapatkan dari survei yang dilakukan. Analisa Data Hasil Pengukuran Tingkat kesulitan mencampur dan menghasilkan suhu air yang diinginkan Tabel 3.6. Tingkat kesulitan mencampurkan air biasa dan air panas [kuisioner pilihan ganda no.3] Tingkat kesulitan dalam mencampurkan air biasa dan air panas dalam penggunaan water heater untuk menghasilkan suhu air yang diinginkan Gampang Tidak merepotkan Cukup merepotkan Merepotkan % 3% 30% Gampang 42% Cukup merepotkan Tidak merepotkan Merepotkan Gambar 3.7. Grafik persentase tingkat kesulitan mencampurkan air biasa dan air panas pada penggunaan water heater. 51

15 Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase responden yang merasa gampang dalam mengoperasikan water heater adalah 3% Persentase responden yang tidak merepotkan dalam mengoperasikan water heater adalah 30% Persentase responden yang merasa cukup merepotkan dalam mengoperasikan water heater adalah 42% Persentase responden yang merasa merepotkan dalam mengoperasikan water heater adalah 25% Rata-rata tingkat kesulitan pengoperasian water heater adalah: AVR Responden = [( 3x 1 ) + ( 35x2 ) + ( 50x3 ) + ( 30x4 )] 118 = 2,9068 Tingkat kerepotan responden dalam menunggu water heater menghasilkan air panas. Tabel 3.7. Tingkat kerepotan responden dalam menunggu water heater memanaskan air panas. [kuisioner pilihan ganda no.5] Tingkat kerepotan responden dalam menunggu water heater memanaskan air Tidak sama sekali Tidak begitu Repot Repot Sekali

16 20% 8% 32% 40% Sangat cepat Cukup lama Tidak Lama Sangat lama Gambar 3.8. Grafik persentase tingkat kerepotan responden dalam menunggu water heater memanaskan air. Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase responden yang merasa tidak repot sama sekali dalam menunggu water heater memanaskan air adalah 8% Persentase responden yang merasa tidak begitu repot dalam menunggu water heater memanaskan air adalah 32% Persentase responden yang merasa repot dalam menunggu water heater memanaskan air adalah adalah 40% Persentase responden yang merasa sangat repot dalam menunggu water heater memanaskan air adalah 20% Rata-rata tingkat penilaian responden terhadap waktu kinerja water heater adalah: AVR Responden = [( 9x 1 ) + ( 38x2 ) + ( 47x3 ) + ( 24x4 )] 118 = 2,

17 Suhu yang dihasilkan oleh water heater Tabel 3.8. Pendapat konsumen terhadap suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater. [kuisioner no.6] Pendapat konsumen terhadap suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater Tidak panas Kurang panas Cukup panas Terlalu panas % 2% 18% 74% Tidak panas Cukup panas Kurang panas Terlalu panas Gambar 3.9. Grafik persentase pendapat responden terhadap suhu maksimal water heater. Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase responden yang merasa suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater tidak panas adalah 2%. Persentase responden yang merasa suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater kurang panas adalah 18%. Persentase responden yang merasa suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater cukup panas adalah 74% Persentase responden yang merasa suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater terlalu panas adalah 6%. 54

18 Rata-rata tingkat penilaian responden terhadap suhu maksimal yang dihasilkan oleh water heater adalah: AVR Responden = [( 2x 1 ) + ( 21x2 ) + ( 88x3 ) + ( 7x4 )] 118 = 2,8475 Tingkat kepentingan tampilan ketepatan suhu air yang dihasilkan oleh water heater. Tabel 3.9. Tingkat kepentingan tampilan ketepatan suhu air [kuisioner pilihan ganda no.4] Kepentingan ketepatan tampilan suhu air Tidak penting Kurang penting Cukup penting Sangat penting % 14% 42% 36% Tidak penting Cukup penting Kurang penting Sangat penting Gambar Grafik persentase tingkat kepentingan tampilan suhu air. Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase responden bahwa tampilan suhu air tidak penting adalah 14%. Persentase responden bahwa tampilan suhu air kurang penting adalah 36%. Persentase responden bahwa tampilan suhu air cukup penting adalah 42%. Persentase responden bahwa tampilan suhu air sangat penting adalah 8%. 55

19 Rata-rata tingkat penilaian responden terhadap kepentingan tampilan ketepatan suhu air adalah: AVR Responden = [( 17x 1 ) + ( 43x2 ) + ( 48x3 ) + ( 10x4 )] 118 = 2,4322 Tanggapan ditambahkan terhadap suatu alat bantu Tabel Pendapat konsumen dengan ditambahkan alat bantu untuk mengoperasikan water heater [kuisioner pilihan ganda no.7] Tanggapan konsumen dengan perlunya ditambahkan alat bantu untuk membantu mengoperasi water heater secara otomatis Tidak membantu Kurang membantu Cukup membantu Sangat membantu % 2% 3% 54% Tidak membantu Cukup membantu Kurang membantu Sangat membantu Gambar Grafik persentase perlunya suatu alat bantu untuk mengoperasikan water heater secara otomatis Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa: Persentase bahwa ditambahkan alat bantu tidak membantu terhadap pencampuran air adalah 2%. Persentase bahwa ditambahkan alat bantu kurang membantu terhadap pencampuran air adalah 3%. 56

20 Persentase bahwa ditambahkan alat bantu cukup membantu terhadap pencampuran air adalah 54%. Persentase bahwa ditambahkan alat bantu sangat membantu terhadap pencampuran air adalah 41%. Rata-rata tingkat penilaian responden terhadap kepentingan tampilan ketepatan suhu air adalah: AVR Responden = [( 2x 1 ) + ( 3x2 ) + ( 65x3 ) + ( 48x4 )] 118 = 3,3475 Analisa data penyaringan ide: Tabel Hasil analisa data penggalian ide. Keterangan Nilai Definisi Nilai Tingkat kesulitan mencampur dan menghasilkan suhu air yang diinginkan 2,9068=3 Cukup Sulit Tingkat kerepotan responden menunggu water heater 2,7288=3 Repot memanaskan air Suhu yang dihasilkan oleh water heater 2,8475=3 Cukup Panas Tingkat kepentingan tampilan ketepatan suhu air yang 2,4322=2 Kurang Penting dihasilkan oleh water heater Tanggapan ditambahkannya suatu alat bantu 3,3475=3 Cukup membantu Dari hasil tanggapan konsumen dan analisa data diatas dapat dideskripsikan bahwa: Rata-rata masyarakat menilai masih cukup sulit untuk mencampurkan air panas dari water heater dan air dingin untuk mendapatkan suhu air yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Rata-rata masyarakat merasa repot dalam menunggu water heater memanaskan air dalam arti makan waktu yang cukup lama. Rata-rata masyarakat menilai bahwa tampilan ketepatan suhu air kurang penting untuk diketahui. 57

21 Rata-rata masyarakat menilai bahwa panasnya suhu air yang dihasilkan oleh water heater sudah cukup panas, dalam arti telah memenuhi keinginan user. Rata-rata masyarakat menilai bahwa perlu adanya suatu alat pembantu yang dapat membantu mereka untuk mencampurkan air biasa dan air panas secara otomatis sehingga dapat menghasilkan suhu air yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dari hasil tanggapan diatas, dapat dideskripsikan bahwa pendapat konsumen terhadap kinerja water heater telah cukup puas, tetapi konsumen tetap memerlukan suatu produk baru yang dapat membantu mereka memenuhi keinginannya, yaitu: Perlu adanya alat yang dapat membantu mengoperasikan pencampuran air biasa dan air panas hingga menghasilkan suhu air yang tepat guna untuk memenuhi kebutuhan konsumen, karena konsumen mempunyai perbedaan pemanfaatan air terhadap masing-masing kebutuhan mereka. Pada produk perlu adanya indikator untuk mengetahui suhu air, sehingga konsumen dapat memperkirakan sendiri kebutuhan suhu air yang diinginkan. Produk hanya sebagai alat bantu atau pelengkap untuk membantu pencampuran saja, karena konsumen telah cukup puas terhadap kinerja water heater. Dan kalaupun ada permasalahan pada water heater, itu merupakan permasalah bagi perusahaan atau bagian pengembang water heater. 58

22 3.7 Pengembangan dan Pengujian Konsep Produk Setelah memahami keinginan konsumen, perusahaan akan mulai menelaah bagaimana menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen tersebut. Dan setelah perusahaan mendapatkan suatu gambaran konsep produk baru tersebut, selanjutnya perusahaan akan mencoba untuk menrancang produk tersebut dan dilakukan pengujian Konsep Produk Dari hasil analisa, dapat diketahui bahwa konsumen memerlukan suatu alat bantu dalam penggunaan water heater sehingga dapat membantu user untuk mendapatkan suhu air yang relatif sesuai dengan keinginan user. Suhu air yang diperlukan dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari user untuk penggunaannya. Gambar Konsep sistem rancangan 59

23 Untuk memenuhi keinginan user, dapat dirancang suatu konsep produk baru yaitu dengan menggunakan motor untuk menggerakkan dua buah kran yang terhubung langsung dengan 2 pipa yang memiliki suhu yang berbeda. Motor mengatur buka tutupnya kedua kran air dan mencampurkannya secara otomatis sehingga dapat menghasilkan air dengan suhu yang sesuai dengan keinginan user. Disini user dapat menginput suhu yang diinginkan, tetapi tentunya memiliki batasan suhu tersendiri karena produk juga dirancang sesuai dengan kemampuan water heater Perancangan Konsep Sistem Gambar Blok Diagram Sistem Usulan Dengan berkembangnya teknologi pemanas air dan kapasitas kebutuhan penggunaan air panas, serta diharapkan dapat menghasilkan air panas dengan suhu yang sesuai dengan jenis kebutuhan yang ingin dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu sistem yang melengkapi pemanas air untuk 60

24 membantu mencampurkan air panas dari pemanas air dan air biasa (dingin) dari PAM/air ledeng untuk menghasilkan suhu air yang diinginkan oleh user Perancangan Perangkat Keras (Hardware) Sistem ini dirancang untuk dapat diterapkan pada penggunaan kran air biasa dan kran air panas. Sistem digunakan untuk mengatur buka dan tutupnya kedua kran air. Pada perancangan sistem ini, input sistem ditujukan untuk mengatur output derajat suhu air yang diinginkan sehingga mikrokontroller membandingkan hasil pendeteksian suhu air dengan input untuk mengatur buka tutupnya kedua kran air. Sehingga sistem kontrol ini merupakan sistem kontrol lup tertutup, dimana sinyal keluaran dari sistem mempengaruhi aksi pengontrolan sistem. Spesifikasi dari Perangkat Keras antara lain: Modul Sistem Minimum Vcc Driver Motor 1 Vcc up + 1uF down + 1uF Modul ADC 33pF 33pF MHZ Vcc 220 reset + 1uF 1 P1.0 Vcc 40 2 P1.1 P P1.2 P P1.3 P P1.4 P P1.5 MCS P P1.6 P P1.7 P P3.0 P P3.2/INT0 EA/VPP P3.1 ALE/PROG P3.3 PSEN P3.4 P P3.5 P P3.6 P P3.7 P XTAL2 P XTAL1 P RESET P GND P nF Modul Tampilan Driver Motor 2 Vcc LED LED2 S1 1uF S2 1uF S3 1uF S4 1uF Gambar Rangkaian Sistem Minimum dan Input 61

25 Pada gambar rangkaian sistem minimum terlihat mikrokontroler terdapat modul ADC yang dihubungkan pada port 1, port 3.0 dan 3.2, modul input dihubungkan pada port 3.1 dan 3.3, modul pengontrol motor langkah dihubungkan pada port 0.0 sampai 0.5 sebagai penggerak dan port 3.4 sampai 3.7 sebagai pembatas gerak motor (limit switch), dan modul tampilan 7- segment dihubungkan pada port 2. Reset pada mikrokontroler bersifat aktif high, digunakan untuk mereset seluruh isi dari register dan port dari mikrokontroler. Ketika pertama kali diberikan tegangan, kapasitor yang belum memiliki muatan akan terhubung singkat sehingga mengakibatkan pin RESET memiliki logika 1. Kemudian kapasitor terisi muatan sehingga arus searah tidak dapat melaluinya dan mengakibatkan pin RESET memiliki logika 0. Ketika saklar ditekan maka kondensator akan membuang muatannya dan arus akan melewati saklar, akibatnya akan mereset mikrokontroller. Pada mikrokontroller menggunakan sebuah kristal 11,0592 MHz dan dua buah kapasitor berukuran 33pF dimana masing-masing sebagai pembangkit pulsa clock untuk menggerakkan mikrokontroller dan untuk menstabilkan frekuensi. Pada modul sistem minimum digunakan tegangan Vcc sebesar 5 volt. Modul Input Modul input dapat dilihat pada gambar 3.4 bahwa perangkat input berupa dua buah push-button yang dihubungkan ke port 3.1 dan 3.3 dimana 62

26 masing-masing tombol tersebut dimaksudkan sebagai input untuk mengatur naik (port 3.1) dan turunnya (port 3.3) derajat suhu air yang diinginkan oleh user. Batasan pengaturan suhu air pada sistem dimulai dengan suhu air terendah (normal) sebesar 25 O C dan mencapai suhu tertinggi (batas standard pemanas air) sebesar 55 O C. Dan untuk setiap kali input terjadi perubahan sebesar 1 derajat suhu air baik naik ataupun turun. Sehingga jumlah input hanya terdiri dari 30 tahap pengaturan. Pada modul input digunakan tegangan Vcc sebesar 5 volt. Modul Sensor Suhu Air Vcc LM35 1k 100nF ca pF k Trimpot Vcc Vcc 100nF RST 8 Vcc CNTRL OUT 5 3 V 7 Discharge GND 1 2 Trigger Thresh6 100nF Vcc 100nF 26 IN0 o IN1 o1 14 IN2 o IN3 2 IN4 3 IN5 4 IN6 ADC o IN7 12 Vref(+) 16 Vref(-) 10 Clock Add Add Add o7 o6 C B A OE Start 11 Vcc ALE GND EOC 7 10nF Vcc 1k 1k bc547 1 P1.0 Vcc P1.1 P P1.2 P P1.3 5 P1.4 6 P1.5 7 MCS P0.4 P0.3 P P1.6 8 P P P3.2/INT0 11 P3.1 ALE/PROG EA/VPP P0.7 P0.6 P P P P3.5 P2.6 P2.7 PSEN P3.6 P P3.7 P XTAL2 19 XTAL1 9 RESET P2.1 P2.2 P GND P Gambar Modul Sensor Suhu Air Modul sensor suhu menggunakan sensor LM35 dimana sensor mendeteksi tingkat panas suhu yang hasilnya masih bersifat analog dan kemudian dikonversi oleh ADC0809 sehingga mendapatkan bit digital yang 63

27 dikirim kepada mikrokontroller yang ditampung sebagai data untuk dibandingkan dengan input suhu. Pada modul sensor suhu digunakan tegangan Vcc sebesar 5 volt. Modul Tampilan Mikrokontroller mengolah data yang didapat dari input dan sensor untuk dikirim ke modul tampilan. Modul tampilan merupakan IC SN74LD47N yang dihubungkan pada 7-segment. Sehingga pada 7-segment akan menampilkan input suhu setiap terjadinya penekanan input dan input hanya ditampilkan selama 2 detik, dan setelah itu akan ditampilkan hasil pengecekan sensor. Led yang dihubungi pada port 0.6 dan 0.7 berperan sebagai indikator pembanding antara suhu input dengan suhu hasil check sensor apakah masih kurang dingin atau kurang panas. Pada modul tampilan sistem digunakan tegangan Vcc sebesar 5 volt. 1 P P1.1 4 P1.2 P0.1 P0.0 Vcc P P1.4 7 P1.5 MCS P0.4 P0.3 P0.2 P P P3.0 P0.7 P0.6 P0.5 P3.2/INT P3.1 ALE/PROG EA/VPP 14 P3.3 PSEN P3.4 P P3.5 P2.6 P P XTAL2 P2.3 P2.4 P2.5 XTAL1 P RESET P2.1 GND P DM74LS47 3 LT 6 Vcc 2 A3 a A2 1 7 A1 4 A0 d c b BI/RBO e 5 8 RBI f GND g Vcc DM74LS47 LT Vcc A3 a A2 b A1 c A0 d BI/RBO e RBI f GND g V+ V+ abcdefg. abcdefg. Gambar Modul Tampilan 7-Segment 64

28 Modul Pengendali Motor Pada sistem terdapat modul pengendali motor stepper yang berperan sebagai perangkat penggerak kran yang terdiri dari tiga bagian, yaitu L297 sebagai controller stepper, L298 sebagai driver stepper, dan stepper motor itu sendiri. L297 memiliki fungsi dasar yaitu sebagai translator, yang membangkitkan rangkaian fase motor. Fase motor yang digunakan yaitu fase normal. L297 dapat mengatur arah putaran (CW/CCW) dan clock. L298 memiliki fungsi untuk menjalankan motor langkah dengan mengatur tegangan output dari L297 dan menjaga arus agar tidak hilang dalam sens resistor. Pada modul pengendali motor, tegangan untuk driver motor (Vss) sebesar 5 volt dan untuk controller motor (Vs) sebesar 9 volt. Vss Vs 3.3nF 22k 100nF OSC CW/CCW A 17 L L298 2 O1 CLOCK B C O2 D O3 ENABLE 10 INH2 5 6 INH O sense1 sense2 470uF 100nF D5 D9 D6 D7 D8 D10 D11 D12 Rs Rs Gambar Modul Pengendali Motor Langkah 65

29 3.7.4 Perancangan Perangkat Lunak (Software) Gambar Diagram Alir Utama Pada Sistem Minimum Gambar Diagram Alir Modul Input 66

30 Gambar Diagram Alir Gerak Motor 67

31 3.7.5 Prosedur Operasional Rancangan Adapun prosedur dari pengoperasian rancangan sistem adalah sebagai berikut: User pertama kali memberikan input derajat suhu air yang diinginkan dengan menekan push-button yang telah ditentukan sebagai input. Disini tingkat perubahan derajat suhu yang di input sebanyak 1 derajat, dan batas minimum pengaturan suhu adalah 25 O C dan batas maksimum pengaturan adalah sebesar 55 O C (batasan suhu bisa dirubah) Sistem mempunyai batas toleransi 1 derajat antara suhu input dengan suhu output hasil deteksi sensor. Sensor air melakukan pengecekan setiap ¼ detik terhadap suhu air hasil pencampuran dan mengirimkan data tersebut kepada mikrokontroller. Mikrokontroller menerima input yang dimasukkan kemudian membandingkan suhu air hasil pengecekan sensor untuk menggerakkan motor stepper setiap 5 detik. Motor akan bergerak sesuai dengan langkah yang telah ditentukan apabila terjadi perbedaan suhu antara input dengan output. 7-segment akan menampilkan besaran suhu yang diterima dari input user selama 2 detik dari waktu penekanan input dan kemudian berubah untuk menampilkan suhu sensor. Motor kran air panas dan motor kran air dingin bergerak bersamaan tetapi berlawanan arah, karena untuk menghasilkan debit keluaran air yang sama. 68

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam perancangan sistem ini antara lain studi kepustakaan, meninjau tempat pembuatan tahu untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT BAB IV PEMBAHASAN ALAT Pada bab pembahasan alat ini penulis akan menguraikan mengenai pengujian dan analisa prototipe. Untuk mendukung pengujian dan analisa modul terlebih dahulu penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan alat simulasi Sistem pengendali lampu jarak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Program Studi Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004 / 2005

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Program Studi Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004 / 2005 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Program Studi Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004 / 2005 PERANCANGAN MODEL BISNIS PENGELOLAAN SISTEM KOMPUTER UNTUK INDUS

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sensor ultrasonik sebagai pemancarnya. Sementara untuk modul receiver, jika

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sensor ultrasonik sebagai pemancarnya. Sementara untuk modul receiver, jika BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi perancangan sistem yang terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun sistem. Sistem yang dibuat terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pada timbangan digital sebagai penentuan pengangkatan beban oleh lengan robot berbasiskan sensor tekanan (Strain Gauge) dibagi menjadi dua bagian yaitu perancangan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perencanaan pembuatan alat telemetri suhu tubuh.perencanaan dilakukan dengan menentukan spesfikasi system secara umum,membuat system blok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor dan maraknya pencurian kendaraan bermotor, penggunaan alat keamanan standar yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51 RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51 Isa Hamdan 1), Slamet Winardi 2) 1) Teknik Elektro, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 2) Sistem Komputer, Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis F., dkk : Rancang Bangun Data.. RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis Fitriani, Didik Tristianto, Slamet Winardi Program Studi Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. terpisah dari penampang untuk penerima data dari sensor cahaya (LDR) dan modul yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. terpisah dari penampang untuk penerima data dari sensor cahaya (LDR) dan modul yang 31 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Sistem yang di rancang terdiri dari 2 bagian utama, yaitu bagian yang diletakkan terpisah dari penampang untuk penerima data dari sensor cahaya

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Blok Diagram Blok diagram ini dimaksudkan untuk dapat memudahkan penulis dalam melakukan perancangan dari karya ilmiah yang dibuat. Secara umum blok diagram dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler [ ]

Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler [ ] Rancang Bangun Pemanas Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Muhammad Fat-han Rizqullah [ 44110694 ] Pendahuluan Di era serba praktis saat ini water heater sudah menjadi barang yang jamak ditemui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 3 BAB III PERANCANGAN SISTEM Alat yang dibuat ini berfungsi untuk memberikan informasi mengenai pengaturan suhu pada pesawat infant warmer dengan suhu antara 34 C - 37 C. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM III PERNCNGN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang diagram blok sistem yang menjelaskan tentang prinsip kerja alat dan program serta membahas perancangan sistem alat yang meliputi perangkat keras dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Modul Sensor Warna (TCS 3200) Driver H Bridge Motor DC Conveyor Mikrokont roller LCD ATMega 8535 Gambar 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras 29 30 Keterangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3. Perancangan Perangkat Keras Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam merealisasikan alat maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Blog Diagram Blog Diagram Input : inputan pada blog input adalah sensor LM35 yang dihubungkan pada port PA.0 pada kaki IC 40.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang tersusun secara sistematis dan menjadi pedoman untuk menyelesaikan masalah. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Blok Diagram Hot Plate Program LCD TOMBOL SUHU MIKROKON TROLER DRIVER HEATER HEATER START/ RESET AVR ATMega 8535 Gambar 3.1. Blok Diagram Hot Plate Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK ADC-DAC A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui prinsip kerja ADC dan DAC.. Mengetahui toleransi kesalahan ADC dan ketelitian DAC.. Memahami

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gas medis telah dilakukan oleh Oktavia Istiana (2005) dengan tampilan analog dan Rachmatul Akbar (2015) yang melakukan pembuatan alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

(b) Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data. (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data

(b) Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data. (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data 39 Penerima FM Demodulator FSK Level Converter PC Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data (b) (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data 3.2 Perancangan Perangkat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK Disusun Oleh : Muhammad Nur Fuadi D 400 090 007 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 KWH METER

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN ADC Program BASCOM AVR pada mikrokontroler: W=get ADC V=W/1023 V=V*4.25 V=V*10 Lcd V Tujuan dari program ini adalah untuk menguji tampilan hasil konversi dari tegangan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan pembuatan alat elektrostimulator.perencanaan tersebut meliputi dua bagian yaitu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci