LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

2 Tabel analisis ukuran butiran pada segmen 1 1. Segmen 1 Jembatan Bogem Lokasi asal sampel Jenis sampel Berat sampel yang di uji Sungai Opak pada segmen 1 Jembatan Bogem Sedimen dasar Sungai 500 gram Tanggal pengujian 30 Maret 2017 Lokasi pengujian Laboratorium teknik sipil UMY Analisis Distribusi Ukuran Butiran Diamter Berat (mm) Tertahan (gr) Tertahan (%) Komulatif (gr) Komulatif (%) Lolos (%) , Pan 0 jumlah

3 Persen lolos (%) Perhitungan Analisis Ukuran Butiran : 1) berat tertahan ( % ) Berat tertahan (%) = x 100 = x 100 = 12,44 % 2) Berat komulatif (%) = Berat komulatif sebelumnya (%) + Berat tertahan yang di tinjau = ,44 = 12,44 % 3) Berat komulatif lolos ayakan ( % ) Berat komulatif lolos ayakan ( % ) = 100% - Berat komulatif % = ,44 = 87,56 % 4) Dari hasil perhitungan kemudian ditampilkan dalam grafik Diameter Butiran (mm) kalasan Grafik analisis ukuran butiran segmen 1 Jembatan Bogem

4 5) Dihitung jumlah sampel tanah yang hilang selama proses pengujian dengan rumus. = x 100 % = x 100 % = 0,192 %

5 2. Segmen 2 Dusun Jembatan Dusun Tulung Tabel analisis ukuran butiran pada segmen ke-dua Lokasi asal sampel Jenis sampel Berat sampel yang di uji Sungai Opak pada segmen 2 Dusun Tulung Sedimen dasar Sungai 500 gram Tanggal pengujian 30 Maret 2017 Lokasi pengujian Laboratorium teknik sipil UMY Analisis Distribusi Ukuran Butiran Diamter Berat (mm) Tertahan (gr) Tertahan (%) Komulatif (gr) Komulatif (%) Lolos (%) , ,9 4,18 20,9 4,18 95,82 26,22 5,244 47,12 9,424 90,576 32,35 6,47 79,47 15, ,59 8, ,06 24, ,18 6, ,24 30, ,6 11,12 209,84 41, ,2 18,44 302,04 60, ,84 10, ,88 70, ,91 4, ,79 75, ,12 21, ,91 97, ,57 2, , Pan 499, jumlah 499,

6 Persen Lolos (%) Perhitungan Analisis Ukuran Butiran : 1) Berat tertahan ( % ) Berat tertahan (%) = x 100 = x 100 = 4,184 % 2) Berat komulatif (%) = Berat komulatif sebelumnya (%) + Berat tertahan yang di tinjau = 0 + 4,184 = 4,184 % 3) Berat komulatif lolos ayakan ( % ) Berat komulatif lolos ayakan ( % ) = 100% - Berat komulatif % = 100 4,184 = 95,816 % 4) Dari hasil perhitungan kemudian ditampilkan dalam grafik diameter d(m) Series1 Grafik analisis ukuran butiran segmn 2 Jembatan Dsn Tulung

7 5) Dihitung jumlah sampel tanah yang hilang selama proses pengujian dengan rumus. = x 100 % = x 100 % = 0,104 % Jadi, jumlah sampel yang hilang selama proses pengujian yaitu sebanyak 0,104 % 3. Segmen 3 Dusun Jembatan Sultan Dalem Tabel 4.3 Analisis ukuran butiran pada segmen ke dua Lokasi asal sampel Sungai Opak segmen 2 Jenis sampel Berat sampel yang di uji Sedimen dasar sungai 500 gr Tanggal pengujian 30 maret 2017 Lokasi pengujian Laboratorium teknik sipil UMY Analisis Distribusi Ukuran Butiran Diameter Berat (mm) Tertahan(gr) Tertahan(%) Komulatif(gr) Komulatif(%) Lolos(%) ,58 5,916 29,58 5,916 94, ,66 4,132 50,24 10,048 89, , , , , , ,

8 Tabel 4.3 Lanjutan ,95 15,79 242, , , ,47 7, , , , ,11 5, , , , Pan 0 Jumlah 499,23 Perhitungan Analisis Ukuran Butiran : 1) Berat tertahan ( % ) Berat tertahan (%) = x 100 = x 100 = 5,916 % 2) Berat komulatif (%) = Berat komulatif sebelumnya (%) + Berat tertahan yang di tinjau = 0 + 5,916 = 5,916 % 3) Berat komulatif lolos ayakan ( % ) Berat komulatif lolos ayakan ( % ) = 100% - Berat komulatif % = 100 5,916 = 94,084 % 4) Dari hasil perhitungan kemudian ditampilkan dalam grafik.

9 persen Lolos (%) diameter d(m) komulatif Grafik analisis ukuran butiran segmen 2 Jembatan Sultan Dalem 5) Dihitung jumlah sampel tanah yang hilang selama proses pengujian dengan rumus. = x 100 % = x 100 % = 0,154 % Jadi, jumlah sampel yang hilang selama proses pengujian yaitu sebanyak 0,154 %

10 LAMPIRAN 2 HIDROMETRI

11 1. Segmen 1 Jembatan Bogem. Tabel hasil pengukuran dilapangan segmen 1 Sungai Bogem aliran L = jarak (m) t = waktu (d) 5 10,6 5 3,5 5 4,5 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) Titik Hulu Titik hilir Gambar ilustrasi pengambilan data kecepatan aliran Kecepatan aliran, V = dengan : V = kecepatan aliran (m/detik) L = jarak (meter) T = waktu (detik) Contoh perhitungan kecepatan aliran pada segmen 1 Sungai Bogem di titik Jembatan Bogen : Aliran = ( ) V permukaan = ( ) = 1,0033 m/detik

12 Setelah kecepatan permukaan sungai diketahui kemudian dikalikan faktor koreksi C untuk memperoleh kecepatan yang mewakili penampang yang ditinjau. Nilai C yang dipakai adalah 0,90 diambil dari rata-rata dari nilai 0,85-0,95. V rata-rata Aliran = 1, ,90 = 0,902 m/detik a. Luas penampang basah aliran sungai Dari pengukuran di lapangan pada lokasi Jembatan Bogem diperoleh data sebagai berikut: kedalaman aliran bagian kanan = 0,46 m, kedalaman aliran bagian tengah = 0,57 m, kedalaman aliran bagian kiri = 0.47 lebar dasar saluran = 10,5 m. 5,2 m b. c. d. e. f. g. h. 2,2 m 3 m 3,3 m 2 m I II 0,52 0,57 0,54 IV III 10,5 m 6,2m Sketsa Penampang Melintang Sungai Opak Contoh perhitungan luas penampang aliran segmen 1 Bogem Luas Segmen I : Luas Segmen II : = 0,572 m 2 = 1,635 m 2

13 Luas Segmen III : = 1,831 m 2 Luas Segmen IV: = 0,54 m 2 c. Debit Q = A x V persamaan 3. dengan : Q = debit aliran (m 3 /detik) A = luas penampang aliran (m 2 ) V = kecepatan aliran (m/detik) Q = A. V = 4,578 x 0,902 = 4,129 m 3 / detik 1. Analisis perhitungan morfologi segmen Jembatan Bogem a. Menghitung Entrenchment Ratio = = = 1,17 (Tipe A, F,G) b. Menghitung Width/Dept Ratio (W/D Ratio) = = = 19,22 ( Tipe D) c. Menghitung kemiringan sungai (Slope) Menghitung kemiringan dilakuan per titik tinjauan dengan jarak 10 meter dan pengambilan data di lakukan jarak total 100 meter.

14 Kemiringan sungai aliran = x 100% = x 100% = 1,48 % (Tipe B dan G) 2. Segmen 3 Dusun Tulung. Tabel hasil pengukuran dilapangan Sungai Opak segmen 2 (Dsn.Tulung). Aliran I Aliran II Aliran III Jarak (m) Waktu (det) Jarak (m) Waktu (det) Jarak (m) Waktu (det) 5 10,16 5 5, , ,43 5 6, , ,53 5 6, ,09 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017 Titik Hulu Titik hilir Gambar pengambilan data kecepatan aliran Kecepatan aliran, V = dengan : V = kecepatan aliran (m/detik) L = jarak (meter) T = waktu (detik)

15 Contoh perhitungan kecepatan aliran pada Sungai Opak pada segmen 2 Dusun Tulung : Aliran I V = ( )/3 = ( ) = 1,0033 m/detik Aliran II V = ( )/3 = ( ) = 0,626 m/detik Aliran III V = ( )/3 = ( ) = 0,535 m/detik Rata-rata aliran = ( ) =( ) = 0,7214 m/detik Hasil diatas merupakan perhitungan kecepatan aliran permukaan, bukan kecepatan penampang aliran, maka untuk mendapatkan kecepatan penampang aliran, maka dikalikan faktor koreksi C untuk memperoleh kecepatan yang mewakili penampang yang ditinjau. Nilai C yang dipakai adalah 0,90 diambil dari rata-rata dari nilai 0,85-0,95. Rata-rata aliran V = 1,0033 m/detik x 0,90 = 0,902 m/detik

16 i. Luas penampang basah aliran sungai Dari pengukuran di lapangan pada Sungai Opak segmen Dsn.Tulung diperoleh data sebagai berikut : lebar dasar saluran = 10,4 m, kedalaman aliran bagian kiri = 0,43 m, bagian tengah = 0,56 dan bagian kanan sungai = 0,42 4,5 m 2 m 3 m 3,2 m 2,2 m 6,2 m I IV 0,43 II 0,56 III 0,42 10,4 m Sketsa penampang melintang Sungai Opak segmen 2 Dsn.Tulung Kec.Kalasan Perhitungan luas penampang aliran segmen 2 Dsn.Tulung. Luas Segmen I : Luas Segmen II : = 0,43 m 2 Luas Segmen III: = 1,055 m 2 Luas Segmen IV: = 0,952 m 2

17 = 0,462 m 2 Total luas penampang sungai adalah 2,899 m 2 j. Debit Q = A x V dengan : Q = debit aliran (m 3 /detik) A = luas penampang aliran (m 2 ) V = kecepatan aliran (m/detik) Q = A. V = 224,8 x 0,616 = 138,5 m 3 /detik 2. Analisis perhitungan morfologi d. Menghitung Entrenchment Ratio. Entrenchment Ratio = b. Menghitung width/depth ratio (W/D ratio) = = 1,019 (tipe sungai A, F dan G) Width/depth ratio (W/D ratio) = = = 22,12 (tipe sungai D) c. Menghitung kemiringan sungai (slope) Menghitung kemiringan dilakukan per titik tinjauan dengan jarak 10m dan pengambilan data dilakukan dengan jarak total 100 m.

18 Kemiringan sungai = x 100 % = x 100 % = 1,78% = 0,0178 ( tipe sungai DA < 0,5% ) d. Menentukan jenis butiran material permukaan yang dominan (D-50). Dari tabel analisis ukuran butiran pada segmen 2 Dsn.Tulung, Diketahui nilai D-50= 1,67 mm, jadi dapat disimpulkan bahwa material dasar permukaan yang dominan adalah material lanau berukuran kurang lebih 1 mm. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi Sungai Opak pada tinjauan jembatan Dusun Tulung adalah sungai tipe F5b. Tabel hasil perhitungan Entrenchement Ratio dan W/D Ratio Sungai Opak No Titik 1 Jembatan Bogen 2 Dusun Tulung 3 Sultan Dalem Lebar Aliran Lebar Aliran Keda Laman Entrenchement Ratio W/D Ratio Banjir Sungai Aliran (m) (m) (m) Nilai klasifikasi Nilai klasifikasi 6,2 10,5 0,54 1,17 A, F, G 19,44 D 6,2 10,4 47 1,01 A, F, G 22,12 D 3, ,13 A, F, G 23,25 D No Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) Tabel Hasil Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai/Slope, Material Dominan Titik 1 Jembatan Bogem 2 Jembatan Dsn Tulung 3 Sultan Dalem Elevasi (m) (d50), dan Tipe Morfologi Sungai Opak Kemiringan dasar sungai/slope Panjang (m) Nilai (%) klasifikasi Material Dominan (D50) Ukuran Klasifikasi (mm) ,063 DA 1,67 Pasir ,031 DA 0,79 Pasir ,023 DA 1,12 Pasir Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) Tipe Sungai Morfologi F5b F5b F5b

19 LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN POROSITAS

20 1. Segmen 1 Jembatan Bogem Perhitungan porositas material dasar sungai pada segmen Jembatan Bogem a. Pengujian gradasi psj (proporsi kelas j) Psj (proporsi) kelas 1 = = = 0,1244 m Diameter butiran kelas 1 = (dd 1 xdd 2 ) = (0, x 0,00015) = 0,00011 m Tabel Hasil Perhitungan Proporsi Porositas pada segmen 1 Jembatan Bogem Segmen 2 Sungai Opak daerah Kalasan Mewakili gs d(j)= (dd)*dd(j) Proporsi fs(j) Proporsi fs(j) (%) j-th ukuran butir dd(j+1)=d(j)^2/dd(j) Komulatif distribusi ukuran butiran (%) d(1) 0, , dd(1) d(2) 0, , dd(2) d(3) 0, , dd(3) d(4) 0, , dd(4) d(5) 0, , dd(5) d(6) 0, , dd(6) 0, d(7) 0, , dd(7) 0, d(8) 0, , dd(8) 0, d(9) 0, , dd(9) 0, d(10) 0, , dd(10) 0, dd(11) 0, , dd(11) 0, ,0191 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017)

21 PERSEN LOLOS (%) proporsi Lolos (%) Persen Lolos (%) porositas komulatif diameter d(m) Grafik distribusi ukuran butiran dan kolom proporsi persentase sedimen pada segmen Jembatan Bogem DIAMETER D(M) porositas komulatif Grafik Diameter dominan (d50) dan Diameter puncak (d peak ) pada segmen Jembatan Bogem b. Tipe distribusi ukuran butiran ditentukan berdasarkan nilai parameter dan (gamma dan betta) dengan : = (gamma) parameter untuk menentukan jenis/tipe distribusi ukuran butir

22 = (betta) parameter untuk menentukan jenis/tipe distribusi ukuran butir. d max = diameter maksimal d min = diameter minimal d 50 = diameter tengah d peak = diameter puncak = 0,1339 0,6105 Dari hasil parameter dan (gamma dan betta) dan grafik yang di tunjukkan pada Gambar maka kemudian dapat diketahui jenis distribusi ukuran butiran berdasarkan diagram hubungan antara dan dengan indikasi tipe distribusi M Talbot, Log normal, anti Talbot. Dari diagram tersebut diketahui bahwa jenis distribusi ukuran butirnya adalah Log normal. Tipe distribusi ukuran butir Log normal adalah yang sering terjadi jika material dasar sungai dominan butiran seragam berupa material kasar dan material halus. c. Diameter median (d mean ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan; d mean = (dj x psj ) = (0,00011 x 0,0055) = 0, m

23 Dengan menggunakan persamaan yang sama kemudian dihitung diameter median (d mean ) seluruh fraksi kemudian dijumlahkan seluruhnya. d mean total = ( d mean) = 0,0068 % d. Menghitung Ln (diameter fraksi 1) Ln (d j ) = Ln ( 0,00011) = -9,12 m e. Menghitung Ln (diameter median) Ln (d) = Ln (0,0068) = - 4,99 m f. Standar Deviasi ( L ) Ld j = (Ln (d j ) Ln (d)) 2. Psj = (Ln (-9,12) Ln (- 4,99)) 2. 0,0055 = 0,0938 m Dengan menggunakan persamaan yang sama, dihitung standar deviasi diameter seluruh fraksi, setelah nilai standar deviasi diameter seluruh fraksi di ketahui, selanjutnya nilai Standar Deviasi dijumlahkan. Hasil perhitungan standar deviasi pada segmen 1 Jembatan Bogem dapat dilihat pada Tabel Tabel hasil perhitungan standar deviasi pada segmen Jembatan Bogem no (d mean) = dj x psj d dj psj d mean Ln(dj) Ln(d) Ld j = ((ln (dj) - (ln(d))^2) x psj 1 0, d1 2 0, d2 3 0, d3 4 0, d4 5 0, d5 0, , , , , ,0055 0,0068-9,12-4,99 0,0938 0,0102 0,0068-8,74-4,99 0,1434 0,0217 0,0068-8,46-4,99 0,2613 0,0130 0,0068-7,93-4,99 0,1124 0,0136 0,0068-7,60-4,99 0,0926

24 Tabel. Lanjutan 6 0, d6 7 0, d7 8 0, d8 9 0, d9 10 0, d , d11 0, ,0033 0,0067 0, , , ,0262 0,0068-7,08-4,99 0,1144 0,1755 0,0068-5,71-4,99 0,0910 0,2250 0,0068-5,00-4,99 0, ,1420 0,0068-4,57-4,99 0,0250 0,3054 0,0068-4,44-4,99 0,0924 0,0613 0,0068-4,17-4,99 0,0412 Jumlah 0,0068 0, ,82 sigma 1,0675 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) g. Setelah mencari nilai d 50 /dg dengan menetukan batas atas (upper boundary) dan batas bawah (under boundary) dari komulatif distribusi ukuran butiran. Batas atas = 62,58, diameter = 0,00952 m Batas bawah = 49,10, diameter = 0,00475 m d 50 = d batas bawah +. (d batas atas batas bawah ) = 0, (0, ,00475) = 0,0051 % h. Nilai puncak diambil dari proporsi terbanyak pada distribusi ukuran butiran d puncak / d peak = 0,00055 % i. Setelah Σ L diketahui maka besaran nilai porositas material dasar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : n T (x%) =.. persamaan 3.29 ( ) dengan : n T d x% = angka Talbot = persentase angka Talbot

25 n T (16%) = ( ) = 0,7105 % j. Kemudian dicari nilai n T (16%), n T (25%), n T (50%), n T (75%), n T (85%), dan nilai n T rata-rata. n T = = = 1,1081 (%) k. Setelah nilai n T rata-rata diketahui, selanjutnya nilai porositas dapat dihitung menggunakan persamaan : d max /d min = 0,0125/0, = 166,67 % Karena nilai d max /d min > 100 maka persamaan yang digunakan adalah : = 0,0125 x n T rata-rata + 0,3 = 0,0125 x 1, ,3 = 0,3138 % l. Jadi nilai porositas pada titik Jembatan Bogem adalah 0,3138 (%)

26 Tabel hasil perhitungan porositas pada segemn 1 Jembatan Bogem d maksimal d minimal 0,0127 (mm) 0, (mm) Batas atas 59,924 (%) Batas bawah 44,284 (%) d50/dg 1,67 (%) d puncak/ d peak 0,00095 (%) Gamma 0,4766 (%) betta 0,5052 (%) sigma 3,4875 (%) porositas 0,3033 (%) Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) 2. Segmen 2 Dusun Tulung. Perhitungan porositas material dasar sungai pada segemn 2 Dusun Tulung. a. Pengujian gradasi psj (proporsi kelas j) Psj (proporsi) kelas 1 = = = 0,0198 m Diameter butiran kelas 1 = = = 0,00011 m

27 Tabel Hasil Perhitungan Proporsi Porositas pada segmen 2 Dsn.Tulung gs d(j)= (dd(j)*dd(j+1) d(1) d(2) d(3) d(4) d(5) d(6) d(7) d(8) d(9) d(10 ) d(11 ) Propors i fs(j) Propors i fs(j) (%) j-th ukuran butir dd(j+1)=d(j)^2/dd(j ) (m) Komulati f distribusi Ukuran Butiran (%) , , , , , , , , , , , ,0198 0,0357 0,0251 0,0727 0,1565 0,1402 0,2603 0,1260 0,0402 0,0614 0,0625 1,985 3,57 2,516 7,274 15,56 14,02 26,03 12,60 4,02 6,14 6,25 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) dd(1) 0, dd(2) 0,00015 dd(3) 0,0003 dd(4) 0,00043 dd(5) 0,0006 dd(6) 0,00118 dd(7) 0,00236 dd(8) 0,00475 dd(9) 0,00952 dd(10) 0,0112 dd(11) 0,0125 0,0191 Diamete r saringan (mm) 6 1,985 0,075 5,555 0,15 8,071 0,3 15,345 0,425 30,905 0,6 44,925 1,18 70,955 2,36 83,555 4,75 87,575 9,52 93,715 11, ,5

28 persen lolos (%) proporsi lolos (%) Persen Lolos (%) porositas komulatif diameter d(m) Grafik distribusi ukuran butiran dan kolom proporsi prsentase sedimen pada segmen 2 Dsn.Tulung diameter d(m) porositas komulatif Grafik Diameter dominan (d 50 ) dan diameter puncak (d peak ) pada segmen 2 Dsn. Tulung. b. Tipe distribusi ukuran butiran ditentukan berdasarkan nilai parameter γ dan β (gamma dan betta) γ =. Persamaan 3.8 β = Persamaan 3.9

29 dengan : γ = (gamma) parameter untuk menentukan jenis/tipe distribusi ukuran butir β = (betta) parameter untuk menetukan jenis/tipe distribusi ukuran butir d max = diameter maksimal d min d 50 = diameter minimal = diameter tengan d peak = diameter puncak γ = = = 0,358 % β = = = 0,379 % Dari nilai parameter γ dan β (gamma dan betta) dan grafik yang ditujukan pada Gambar 3.21 maka kemudian dapat diketahui jenis distribusi ukuran butiran berdasarkan diagram hubungan antara γ dan β dengan indikasi tipe distribusi M talbot, log normal, anti Talbot. Dari diagram tersebut diketahui bahwa jenis distribusi ukuran butirnya adalah M Talbot. Tipe distribusi ukuran butir M Tablot, adalh yang sering terjadi jika material dasar sungai didominasi butiran seragam berupa material kasar dan material halus. c. Diameter median (d mean ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : d mean = (dj x psj) = (0,00011x 0,0198) = 0, m Dengan menggunakan persamaan yang sama kemudian dihitung diameter median (d mean ) seluruh fraksi kemudian dijumlahkan seluruhnya. d mean total = = 0,00425 m d. Menghitung Ln (diameter fraksi 1) Ln (d j ) = Ln(0,00011)

30 = -9,1150 m e. Menghitung Ln (diameter median) Ln (d) = Ln(0,00425) = -5,460 m f. Standar deviasi ( ) = Ln (d j )- Ln (d) 2 psj = Ln (-9,1150)- Ln (-5,5214)) 2. 0,0529 = 0,2645 m Dengan menggunakan persamaan yang sama, dihitung standar deviasi diameter seluruh fraksi, setelah nilai standar deviasi diameter seluruh fraksi diketahui, selanjutnya nilai standar deviasi dujumlahkan. Hasil perhitungan standar deviasi pada titik 2 selengkapnya dpat dilihat pada table berikut: Tabel hasil perhitungan standar deviasi pada segmen 2 Jembatan Dusun Tulung. no (d mean) = dj x psj d dj psj d mean Ln(dj) Ln(d) Ld j = ((ln (dj) -(ln(d))^2) x psj 1 0, d1 2 0, d2 3 0, d3 4 0, d4 5 0,00013 d5 6 0,00023 d6 7 0,00087 d7 8 0,00085 d8 9 0,00042 d9 10 0,00073 d ,00097 d11 Jumla h 0, , , , , , , , , , , ,0198 0,0042-9,1150-5,460 0,2645 0,0357 0,0042-8,470-5,460 0,3234 0,0251 0,0042-8,340-5,460 0,2082 0,0727 0,0042-7,600-5,460 0,3330 0,1565 0,0042-7,0821-5,460 0,4118 0,1402 0,0042-6,395-5,460 0,1226 0,2603 0,0042-5,702-5,460 0,0152 0,1260 0,0042-5,003-5,460 0,0263 0,0402 0,0042-4,576-5,460 0,0314 0,0614 0,0042-4,437-5,460 0,0643 0,0625 0,0042-4,170-5,460 0,1040 0,0042 0, ,89 1,9047 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017)

31 g. Setelah mencari nilai d 50 /dg dengan menetukan batas atas (upper boundary) dan batas bawah (under boundary) dari komulatif distribusi ukuran butiran. Batas atas Batas bawah = 70,955, Diameter = 0,00236 m =44,925, Diameter = 0,00118 m d 50 = d batas bawah +. (d batas atas batas bawah ) = 0, (0, ,00118 ) = 0,0014 m h. Nilai puncak diambil dari proporsi terbanyak pada distribusi ukuran butiran d puncak / d peak = 0,0018 % i. Setelah Σ L diketahui maka besaran nilai porositas material dasar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : n T (x%) =.. persamaan 3.29 ( ) dengan : n T d x% = angka Talbot = persentase angka Talbot n T (16%) = ( ) = ( ) = 7,662 % = x 100% = 0,479 % k. Kemudian dicari nilai n T (16%), n T (25%), n T (50%), n T (75%), n T (85%), dan nilai n T rata-rata. n T =

32 = = 0,4136 % l. Setelah nilai n T rata-rata diketahui, selanjutnya nilai porositas dapat dihitung menggunakan persamaan : d max /d min = 0,0125/0, = 166,67 m Karena nilai d max /d min > 100 maka persamaan yang digunakan adalah : = 0,0125 x n T rata-rata + 0,3 = 0,0125 x 0, ,3 = 0,3052 % m. Jadi nilai porositas pada segmen Dusun Tulung adalah 0,3052 (31,52%) Tabel hasil perhitungan porositas pada segmen Dusun Tulung. d maksimal d minimal 0,0127 (mm) 0, (mm) Batas atas 60,408 (%) Batas bawah 41,968 (%) d50/dg 0,0024 (%) d puncak/ d peak 0,0021 (%) Gamma 0,3246 (%) betta 0,3506 (%) sigma 4,0171 (%) porositas 0,3122 (%) Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017)

33 LAMPIRAN 4 PERHITUNGAN ANGKUTAN SEDIMEN

34 Persentase lolos (%) 1. Segmen 1 Jembatan Bogem Perhitungan angkutan sedimen pada segmen 1 Jembatan Bogem. Diketahui : a. Debit aliran (Q) = 4,129 m 3 /detik b. Lebar aliran sungai = 10,5 meter c. Kemiringan sungai (S) = 0,148 d. Viskositas air ( = 1,00x10-6 m 2 /s e. Rapat massa rata-rata sedimen dasar sungai 2650 kg/m 3 f. Dengan d 35 = 0,22 mm dan d 65 = 0,44 mm dari grafik distribusi ukuran butiran Diameter Butiran (mm) kalasan D 35 dan D 65 pada grafik distribusi ukuran butiran pada segmen 1 Jembatan Bogem g. Gradasi ukuran butiran hasil analisis saringan. Tabel analisis saringan pada segmen 1 Jembatan Bogem Interval ukuran butiran Ukuran butiran rata-rata % Material (mm) (mm) 12,5 4,75 2,36 0,425 0,3 0,075 9,54 1,14 0,175 33,686 % 55,032 % 11,282 % Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017)

35 Nilai Rb yaitu jari-jari hidrolik akibat kekasaran butiran (grain roughness) terlebih dahulu harus ditentukan. Rb dapat ditentukan dengan cara coba-coba menurut metode Einstein-Babrossa (1952). Sehingga hasil hitungan debit aliran yang didasarkan Rb nilainya sama atau mendekati dengan debit aliran yang diketahui. Contoh Angkutan Sedimen dasar titik Jembatan Bogem Dimisalkan, Rb = 0,13 m a. Kecepatan gesek akibat kekasaran butiran : U 0 = dengan : U 0 = kecepatan gesek akibat kekasaran butiran. g = percepatan gravitasi. S = slope/kemiringan dasar saluran U 0 = = 0,1373 m/detik Tebal lapisan sub-viscous : dengan : = tebal lapisan sub viscous = viskositas/kekentalan air. U 0 = kecepatan gesek akibat kekesaran butiran = = 0, m Diketahui K s = d 65 = 5 x 10-4

36 = dengan : ks = kekasaran butiran. = tebal lapisan sub viscous = = 5,213 m Dari Gambar 3.15 Untuk nilai ks/ = 5,213 diperoleh nilai faktor koreksi pengaruh viskositas x = 1,1 b. Kecepatan aliran rata-rata (V) dapat dihitung dengan persamaan logaritmik : V = 5,75.. Log ( ) = 5,75 x 0,1223 log( ) = 2,844 m/detik c. Intensitas aliran : Dimana dari data distribusi ukuran butiran d 35 = 3x10-4 Ѱ = = = 1,65 x = 0,1886 m Dari Gambar grafik 3.16 Einstein dan Barbrissa (1952) Nilai Ψ = 0,1886 diperoleh nilai = 100 = 100 u o = = 0,02844 m/detik.

37 Dimana u o adalah kecepatan gesek akibat pengaruh konfigurasi dasar (Shape roughness). Jari-jari hidraulik akibat konfigurasi dasar diperoleh dengan cara sebagai berikut : u o g Rb Rb = = = 0,00557 m d. Jari-Jari total diperoleh sebagai berikut : R b = R b + R b = 0,13 + 0,00557 = 0,13557 m Rb = = 0,13557 = 0,1391 Cara mencari nilai h = 0,2539 = 1, ,27114 h = 10,5 h 1,4234 = 10,5 h 0,27114 h 1,4234 = 104,7722 h = 0,13916 m e. Kontrol hitungan debit. Q = A.V = (b x h x V) = 10,5 x 0,13916 x 2,844 = 4,1561 m 3 /detik 4,129 m 3 / detik f. Dengan berdasarkan nilai Rb yang benar selanjutnya dapat dilakukan perhitungan angkutan sedimen menurut Einstein (1950), sebagai berikut : Intensitas aliran : Ψ = = 1,65 = 857,588 d g. Kecepatan gesek akibat kekasaran butiran : = g. R b.s = = 0,1373 m/detik.

38 Tebal lapisan sub viscous. δ = = = 0, m = = = 5,213 Dari Gambar 3.25, diperoleh nilai x (factor koreksi pengaruh viskositas) = 1 Δ = Δ = = 0,00044 m = = 5,213 > 1,8 x = 0,77 x Δ = 0,77 x 0,00044 = 0, * + = * + 2 = * + = 1,157 m Untuk fraksi ukuran butiran, d 1 = 9,54 mm = 0,00954 m = = 28,164 Untuk = 28,164 dari Gambar 3.27, diperoleh nilai hiding factor ξ= 1 = =

39 = 5,213 m Dari Gambar grafik 3.28 Diperoleh nilai koreksi gaya angkat (Y) = 0,5 h. Intensitas aliran yang telah dikoreksi dihitung dengan menggunakan persamaan. Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψd = 1 x 0,5 x 1,157 x 857,588 x 0,00954 = 4,7341 m i. Dari Gambar Einstein 3.29, untuk Ψ,i = 4,7341, diperoleh nilai θ, = 1 Selanjutnya besaran angkutan sedimen dasar untuk fraksi butiran d1 adalah : (i b q b ) = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0,033 x 1 x (2650/9,81) x (9,81 x 0,00954 ) 3/2 (1,65) 1/2 = 0, Kg/m.detik. Untuk fraksi ukuran butiran, d 2 = 1,14 mm = 0,00114 m = =3,364 dari Gambar 3.27, diperoleh nilai hiding factor ξ = 1 = 5,213 dari Gambar 3.28 diperoleh nilai koreksi gaya angkat Y = 0,5 Intensitas aliran yang telah dikoreksi Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = 1 x 0,5 x 1,157 x 857,588 x 0,00114 = 0,5655 m Untuk Ψ, i = 0,5655 dari Gambar 3.29, diperoleh nilai θ,= 10 selanjutnya besar angkutan sedimen untuk fraksi butiran d 2. (i b q b ) 1 = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0,055 x 10 x (2650/9,81) x (9,81 x 0,00114) 3/2 (1,65) 1/2 = 0, Kg/m 3. Untuk fraksi ukuran butiran, d 3 = 0,175 mm = 0,00018 m

40 = = 0,531 dari Gambar 3.27, diperoleh nilai hiding factor ξ = 0,5 Untuk = 0,2679 dari Gambar 3.18, diperoleh nilai koreksi gaya angkat Y= 0,5 Intensitas aliran yang telah dikoreksi Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, d = 0,0112 x 0.5 x 1,2645 x 857,588 x 0,00018 = 0,2679 m Untuk Ψ, i = 0,2679 dari Gambar 3.29, diperoleh nilai θ,= 10 Selanjutnya besar angkutan sedimen suspensi untuk fraksi butiran d 1. (i b q b ) = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0,0112 x1 0 x (2650/9,81) x (9,81 x 0,00018) 3/2 (1,65) 1/2 = 0, kg/m 3 Tabel nilai selengkapnya untuk menghitung angkut sedimen Tabel 4.5 Nilai selengkapnya untuk menghitung angkut sedimen No D(mm) I b (%) R b Ψ, d/x ξ Y Ψ, i Θ.i (i B q B ) (Kg/ms) 1 9,54 0,336 0,087 8,183 12,22 1 0,5 4, ,34x ,14 0,551 0,087 0,977 3,36 1 0,5 0, ,25x ,175 0,112 0,087 0,154 0,53 3 0,5 0, ,9x10-6 Σ 5,63x10-4 Jadi besar angkutan sedimen: Q B = ( Σi b q b ) x 60detik x 60 menit x 24 jam x B = 5,63x10-4 x 60 x 60 x 24 x 10,5 = 511,206 kg/hari = 0,5112 Ton / hari.

41 persen Lolos (%) 2. Segmen 2 Dusun Tulung. Perhitungan angkutan sedimen pada segmen 3 Dusun.Tulung Diketahui : a. Debit aliran (Q) = 3,687 m 3 /detik b. Lebar saluran sungai = 10,4 meter c. Kemiringan sungai = 0,0178 d. Viskositas air = 1,00x10-6 m 2 /s e. Rapat massa rata-rata sedimen dasar sungai 2650 kg/m 3 f. Dengan d 35 = 0,53 mm dan d 65 = 1,67 mm dari grafik distribusi ukuran butiran diameter d(m) Series1 D 35 dan D 65 pada grafik distribusi ukuran butiran pada segmen 2 Dsn.Tulung g. Gradasi ukuran butiran hasil analisis saringan. Tabel analisis saringan pada segmen 2 Dusun Tulung. Interval ukuran butiran Ukuran butiran rata-rata % Material (mm) (mm) 12,5-4,75 9,54 24,412 2,36-0,425 1,14 46,164 0,3-0,075 0,175 29,32 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017)

42 Nilai Rb yaitu jari-jari hidrolik akibat kekasaran butiran (grain roughness) terlebih dahulu harus ditentukan. Rb dapat ditentukan dengan cara coba-coba menurut metode Einstein-Babrossa (1952). Sehingga hasil hitungan debit aliran yang didasarkan Rb nilainya sama atau mendekati dengan debit aliran yang diketahui. Contoh Angkutan Sedimen dasar segmen 2 Sultan Dalem Dimisalkan, Rb = 0,13 m a. Kecepatan gesek akibat kekasaran butiran : U 0 = dengan : U 0 = kecepatan gesek akibat kekasaran butiran. g = percepatan gravitasi. S = slope/kemiringan dasar saluran U 0 = = 0,1506 m/detik Tebal lapisan sub-viscous : dengan : = tebal lapisan sub viscous = viskositas/kekentalan air. U 0 = kecepatan gesek akibat kekesaran butiran = = 0, m Diketahui K s = d 65 = 1,9 x 10-3

43 = dengan : ks = kekasaran butiran. = tebal lapisan sub viscous = = 21,691 m Untuk nilai ks/ = 21,681 diperoleh nilai factor koreksi pengaruh viskositas x = 1,0 b. Kecepatan aliran rata-rata (V) dapat dihitung dengan persamaan logaritmik: V =5,75.. Log ( ) =5,75 x 0,1506 log( ) = 2,581 m/detik c. Intensitas aliran : Dimana dari data distribusi ukuran butiran d 35 = 0,00022 Ѱ = = = 1,65 x = 0,3779 Nilai Ψ = 0,3779 dari Gambar 3.15, diperoleh nilai = 100 = 100 =0,1506 /100 = 0,0258 m/detik. = g. R b.s R b = = = 0, m

44 d. Jari-Jari total diperoleh sebagai berikut : R b = R b + R b = 0,13 + 0,00381 = 0,1338 m Rb = = = 0,1338 m = h = 0,1373 m Cara mencari nilai h = 0,1338 = 1, ,2676 h = 10,4 h 1,3915 = 10,4 h 0,2676 h 1,3915 = 10,1324h h = 0,1373 m. e. Kontrol hitungan debit. Q = A.V = (B h V ) = 10,4.0, ,581 = 3,687 m 3 /s => 3,684 m 3 /detik f. Dengan berdasarkan nilai R b yang benar, selanjutnya dilakukan hitungan angkutan sedimen menurut Einstein (1950), sebagai berikut: Intensitas aliran : Ψ = =1,65 = d = = 713,051.d g. Kecepatan gesek akibat kekasaran butiran : = g. R b.s = 9,81x 0,13 x 0,0178 = 0,1506 m/detik Tebal lapisan sub viscous. δ = 0, m = = = 21,69 Nilai 21,69 m

45 Dari Gambar 3.14, diperoleh nilai x (faktor koreksi pengaruh viskositas ) = 1. Kekasaran dasar saluran Δ = = = 0,00167 m = = 21,69 1,8 x = 0,77 = 0,77. 0,00167 = 0, m. * + 2 = * + 2 = * + 2 = 1,265 D 1 Untuk fraksi ukuran butiran, d 1 = 9,54 mm = 0,00954 m = = 7,425 Untuk dari Gambar 3.16, diperoleh nilai hiding factor ξ =1 Untuk dari Gambar 3.17, diperoleh nilai koresi gaya angkat Y= 0,5 h. Intensitas aliran yang telah dikoreksi dihitung dengan menggunakan persamaan. Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = 1. 0,5. 1, ,051.d = 1. 0,5. 1, ,051. 0,00954 = 4,3045 i. Dari gambar untuk Ψ,i = 4,3045. Digunakan nilai θ, = 0,7. Selanjutnya besaran angutan sedimen suspensi untuk fraksi butiran d 1 adalah (i b q b ) = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0,1534.0, /9,81. (9,81. 0,00954) 3/2. (1,65) 1/2 = 0,00169 kg/m.detik Untuk fraksi ukuran butiran, d 2 = 1,14 mm = 0,00114 m

46 = = 0,887 m Untuk 0,887 dari Gambar 3.16 diperoleh nilai hiding factor ξ =1 Untuk 21,69 dari Gambar 3.17, diperoleh nilai koreksi gaya angkat Y= 0,5 Intensitas aliran yang telah dikoreksi Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = 1. 0,5. 1, ,051.d 2 = 1. 0,5. 1, ,051. 0,00114 = 0,5142 m Untuk Ψ, i = 1,5142 dari Gambar 3.28, diperoleh nilai θ,= 0,001 selanjutnya besar angkutan sedimen untuk fraksi butiran d 2. (i b q b ) 1 = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0,6821.0, /9,81. (9,81. 0,00114) 3/2. (1,65) 1/2 = 0, kg/m.detik Untuk fraksi ukuran butiran, d 3 = 0,175 mm= 0, m = = 0,140 m Untuk = 0,140 dari Gambar 3.16, diperoleh nilai hiding factor Ɛ= 100 Untuk 21,69 dari Gambar 3.17, diperoleh nilai koreksi gaya angkat Y= 0,5 Intensitas aliran yang telah dikoreksi Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = ,5. 1, ,051. d 3 = ,5. 1, ,051. 0, = 0,1624 m Dari gambar Untuk Ψ, i = 0,1624 maka digunakan nilai θ, = 0,001. Selanjutnya besar angkutan sedimen suspensi untuk fraksi butiran d 3. (i b q b ) = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0, /9,81. (9,81. 0, ) 3/2.(1,65) 1/2

47 = 0, kg/m.detik Tabel nilai selengkapnya untuk menghitung angkut sedimen. No D(mm) I b (%) R b Ψ, d/x ξ Y Ψ, i Θ.i (i B q B ) (Kg/ms) 1 9,54 0,244 0,081 6,803 7,42 1 0,5 4,3 1 1,69x ,14 0,461 0, ,5 0,56 0,001 1,89x ,18 0,134 0,81 0,128 0, ,16 0,001 7,54x10 9 Σ 1,69x10-4 Jadi besar angkutan sedimen: Q B = ( Σi b q b ) x 60detik x 60 menit x 24 jam x B = 1,69x10-3 x 60 x 60 x 24 x 10,5 = 1525,913 kg/hari = 1,525 Ton / hari. 3. Segmen 3 Jembatan Sultan Dalem. Perhitungan angkutan sedimen pada segmen 3 Jembatan Sultan Dalem. Diketahui : h. Debit aliran (Q) = 2,25 m 3 /detik i. Lebar saluran sungai = 10 meter j. Kemiringan sungai = 0,0186 k. Viskositas air = 1,00x10-6 m 2 /s l. Rapat massa rata-rata sedimen dasar sungai 2650 kg/m 3 m. Dengan d 35 = 0,29 mm dan d 65 = 0,22 mm dari grafik distribusi ukuran butiran.

48 persen Lolos (%) diameter d(m) komulatif D 35 dan D 65 pada grafik distribusi ukuran butiran pada segmen 3 Sultan Dalem n. Gradasi ukuran butiran hasil analisis saringan. Tabel analisis saringan pada segmen 3 Jembatan Sultan Dalem. Interval ukuran butiran Ukuran butiran rata-rata % Material (mm) (mm) 12,5-4,75 9,54 26,148 2,36-0,425 1,14 59,284 0,3-0,075 0,175 13,922 Sumber : Hasil Analisis Penelitian (2017) Nilai Rb yaitu jari-jari hidrolik akibat kekasaran butiran (grain roughness) terlebih dahulu harus ditentukan. Rb dapat ditentukan dengan cara coba-coba menurut metode Einstein-Babrossa (1952). Sehingga hasil hitungan debit aliran yang didasarkan Rb nilainya sama atau mendekati dengan debit aliran yang diketahui. Contoh Angkutan Sedimen dasar segmen 2 Sultan Dalem. Dimisalkan, Rb = 0,081 m d. Kecepatan gesek akibat kekasaran butiran : U 0 =

49 dengan : U 0 = kecepatan gesek akibat kekasaran butiran. g = percepatan gravitasi. S = slope/kemiringan dasar saluran U 0 = = 0,1215 m/detik Tebal lapisan sub-viscous : dengan : = tebal lapisan sub viscous = viskositas/kekentalan air. U 0 = kecepatan gesek akibat kekesaran butiran = = 0, m Diketahui K s = d 65 = 1,9 x 10-3 = dengan : ks = kekasaran butiran. = tebal lapisan sub viscous = = 2,3056

50 Untuk nilai ks/ = 2,03056 diperoleh nilai factor koreksi pengaruh viskositas x = 1,1 e. Kecepatan aliran rata-rata (V) dapat dihitung dengan persamaan logaritmik: V =5,75.. Log ( ) =5,75 x 0,1215 log( ) = 2,5838 m/detik f. Intensitas aliran : Dimana dari data distribusi ukuran butiran d 35 = 0,29x 10-3 Ѱ = = = 1,65 x = 0,3176 m Nilai Ψ = 0,3176 dari Gambar 3.15, diperoleh nilai = 100 = 100 = /100 = 0,00318 m/detik. = g. R b.s R b = = = 0,0646 m d. Jari-Jari total diperoleh sebagai berikut : R b = R b + R b = 0, ,0646 = 0,0646 m Rb = = = 0,6029 m = h = 0,6088 m Cara mencari nilai h = 0,6029 = 74,15 + 1,20 h = 10 h 74,15 = 10 h 1,20 h 74,15 = 121,8 h h = 0,065 m.

51 e. Kontrol hitungan debit. Q = A.V = (B h V ) = 10.0, = 2,2251 m 3 /s => 2,251 m 3 /detik f. Dengan berdasarkan nilai R b yang benar, selanjutnya dilakukan hitungan angkutan sedimen menurut Einstein (1950), sebagai berikut: Intensitas aliran : Ψ = =1,65 = d = = 1095,181.d g. Kecepatan gesek akibat kekasaran butiran : = g. R b.s = 9,81x 0,081 x 0,0023 = 0,1215 m/detik Tebal lapisan sub viscous. δ = 0, m = = = 2,3056 m Nilai 2,3056 m Dari Gambar 3.14, diperoleh nilai x (faktor koreksi pengaruh viskositas) = 1,1. Kekasaran dasar saluran Δ = = = 0,0002 m = = 2,3056 1,8 x = 0,77 = 0,77. 0,0002 = 0,00223 m. * + 2 = * + 2 = * + 2 = 1,2644

52 D 1 Untuk fraksi ukuran butiran, d 1 = 9,54 mm = 0,00954 m = = 42,73 Untuk dari Gambar 3.16, diperoleh nilai hiding factor ξ =1 Untuk dari Gambar 3.17, diperoleh nilai koresi gaya angkat Y= 0,5 h. Intensitas aliran yang telah dikoreksi dihitung dengan menggunakan persamaan. Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = 1. 0,5. 1, ,18.d = 1. 0,5. 1, ,18. 0,00954 = 4,7694 m i. Dari gambar untuk Ψ,i = 4,7694. Digunakan nilai θ, = 1. Selanjutnya besaran angutan sedimen suspensi untuk fraksi butiran d 1 adalah : (i b q b ) = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0, /9,81. (9,81. 0,00954) 3/2. (1,65) 1/2 = 0,00026 kg/m.detik Untuk fraksi ukuran butiran, d 2 = 1,14 mm = 0,00114 m = = 5,1052 m Untuk 5,1052 dari Gambar 3.16 diperoleh nilai hiding factor ξ =1 Untuk 2,3056 dari Gambar 3.17, diperoleh nilai koreksi gaya angkat Y= 0,5 Intensitas aliran yang telah dikoreksi Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = 1. 0,5. 1, ,18.d 2 = 1. 0,5. 1, ,18. 0,00114

53 = 0,5698 m Untuk Ψ, i = dari Gambar 3.28, diperoleh nilai θ,= 0,001 selanjutnya besar angkutan sedimen untuk fraksi butiran d 2. (i b q b ) 1 = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0, , /9,81. (9,81. 0,00114) 3/2. (1,65) 1/2 = 0, kg/m.detik Untuk fraksi ukuran butiran, d 3 = 0,175 mm= 0, m = = 0,1196 m Untuk = 0,1196 dari Gambar 3.16, diperoleh nilai hiding factor Ɛ= 1 Untuk 15,462 dari Gambar 3.17, diperoleh nilai koreksi gaya angkat Y= 0,5 Intensitas aliran yang telah dikoreksi Ψ, i = ξ 1. Y 1. * + 2. Ψ, = , ,18. d 3 = , ,18. 0, = 0,0899 m Dari gambar Untuk Ψ, i = 0,0899 maka digunakan nilai θ, = 0,001. Selanjutnya besar angkutan sedimen suspensi untuk fraksi butiran d 3. (i b q b ) = i b. θ,. γ s. (g.d 1 ) 2/3.( ) 1/2 = 0, , /9,81. (9,81. 0, ) 3/2.(1,65) 1/2 = 0, kg/m.detik Tabel nilai selengkapnya untuk menghitung angkut sedimen. No D(mm) I b (%) R b Ψ, d/x ξ Y Ψ, i Θ.i (i B q B ) (Kg/ms) 1 9,54 0,262 0,081 10,45 42,73 1 0,5 4,76 1 2,61x ,14 0,592 0,081 1,248 5, ,5 0, ,43x ,175 0,134 0,081 0,197 0, , ,45x10-9 Σ 2,85x10-3

54 Jadi besar angkutan sedimen: Q B = ( Σi b q b ) x 60detik x 60 menit x 24 jam x B = 2,608x10-3 x 60 x 60 x 24 x 10,5 = 2253,88 kg/,104hari = 2,253 Ton / hari.

55 LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKASI SUNGAI

56 Klasifikasi sungai menurut Rosgen (1996)

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Opak. Contoh perhitungan diambil

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Progo Hilir. Contoh perhitungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Progo. Contoh perhitungan diambil

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN Tabel Pengujian analisa saringan agregat halus dan kasar Lokasi asal sampel Sungai Progo segmen Kebon Agung II Jenis sampel Sedimen dasar sungai Berat sampel yang di

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN Perhitungan Analisis Ukuran Butiran : 1) berat tertahan ( % ) 1. Segmen 1 Jembatan Bantar Berat tertahan (%) = = berat tertahan (gr) berat total tertahan x 100 1,49

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Morfologi Sungai

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Morfologi Sungai 57 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Progo. Contoh perhitungan diambil

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tipe Morfologi Sungai Perhitungan berikut ini akan menjelaskan langkah-langkah analisis hitungan hidrometri dari Kali Putih kemudian menentukan jenis atau tipe morfologinya.

Lebih terperinci

Koordinat : S : ,64 E : Hari tanggal : Sabtu, 1 April 2017 Jam :15.32 WIB Elevasi : m SKETSA

Koordinat : S : ,64 E : Hari tanggal : Sabtu, 1 April 2017 Jam :15.32 WIB Elevasi : m SKETSA Lokasi : Sungai Progo, pertemuan Progo- Pabelan Koordinat : S : 07 34 44,64 E : 110 13 41 Hari tanggal : Sabtu, 1 April 2017 Jam :15.32 WIB Elevasi : + 226 m SKETSA Lebar Banjiran 5 m 12 m 17,9 m 18,8

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI Jazaul Ikhsan 1, Arizal Arif Fahmi 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai Progo Hilir, porositas sedimen dasar sungai Progo Hilir pasca erupsi Gunung Merapi 2010, dan mengetahui

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Tipe bentuk morfologi

Gambar 3.1 Tipe bentuk morfologi BAB III LANDASAN TEORI A. Morfologi Sungai Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat, dan perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TINJAUAN MORFOLOGI, POROSITAS DAN ANGKUTAN SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI OPAK PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

TUGAS AKHIR TINJAUAN MORFOLOGI, POROSITAS DAN ANGKUTAN SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI OPAK PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 TUGAS AKHIR TINJAUAN MORFOLOGI, POROSITAS DAN ANGKUTAN SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI OPAK PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 Studi Kasus di Sungai Opak pada Jembatan Bogem, Jembatan Dusun Tulung dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Morfologi Sungai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Morfologi Sungai BAB III LANDASAN TEORI A. Morfologi Sungai Morfologi (morpologie) berasal dari bahasa yunani yaitu morpe yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu, dengan demikian maka morfologi berarti ilmu yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipe Morfologi Sungai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipe Morfologi Sungai 20 BAB III LANDASAN TEORI A. Tipe Morfologi Sungai Morfologi sungai merupakan hal yang menyangkut kondisi fisik sungai tentang geometri, jenis, sifat, dan perilaku sungai dengan segala aspek perubahannya

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengambilan data primer yang telah dilakukan langkah selanjutnya menganalisa hidrolika yang terjadi pada pias yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan dalam upaya mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dari pengambilan data primer di lapangan selanjutnya dilakukan analisa hidrolika yang terjadi pada PiasSungaiProgo yang diteliti. Hal ini dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi Sungai Progo bagian hilir, distribusi ukuran sedimen dan porositas sedimen dasar Sungai Progo pada tahun 2017.

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu

Lebih terperinci

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen 1 BED LOAD Transpor Sedimen Transpor Sedimen 2 Persamaan transpor sedimen yang ada di HEC-RAS Ackers and White (total load) Engelund and Hansen Laursen (total load) Meyer-Peter and Müller Beberapa persamaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Tipe Morfologi Sungai

BAB III LANDASAN TEORI A. Tipe Morfologi Sungai BAB III LANDASAN TEORI A. Tipe Morfologi Sungai Morfologi ( morpologie) berasal dari bahasa yunani yaitu morpeyang berarti bentuk dan logosyang berarti ilmu, dengan demikian maka morfologi berarti ilmu

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Tipe Bentuk Morfologi

Gambar 3.1 Tipe Bentuk Morfologi BAB III LANDASAN TEORI A. Morfologi Sungai Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk, ukuran, jenis, sifat serta perilaku sungai dengan segala faktor perubahanya dalam dimensi ruang

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Studi Kasus Di Sungai Pabelan Lokasi 1 (Jembatan Pabelan 1), Lokasi 2 (Jembatan Srowol), Lokasi 3 (Pabelan-Progo), Magelang, Jawa Tengah

TUGAS AKHIR. Studi Kasus Di Sungai Pabelan Lokasi 1 (Jembatan Pabelan 1), Lokasi 2 (Jembatan Srowol), Lokasi 3 (Pabelan-Progo), Magelang, Jawa Tengah TUGAS AKHIR TINJAUAN MORFOLOGI, ANGKUTAN SEDIMEN DASAR DAN AGRADASI/DEGRADASI SUNGAI PABELAN (STUDI KASUS TAHUN 2012 DAN 2017 PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI PADA TAHUN 2010) Studi Kasus Di Sungai Pabelan Lokasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI Simposium Nasional eknologi erapan (SN)2 214 ISSN:2339-28X SUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN IPE GRADASI MAERIAL DASAR SUNGAI Jazaul Ikhsan 1 1 Jurusan eknik Sipil, Fakultas eknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Keterangan : = kecepatan aliran (m/detik) = jarak (m) = waktu (detik)

Keterangan : = kecepatan aliran (m/detik) = jarak (m) = waktu (detik) BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHSAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjau,

Lebih terperinci

PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH. Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2

PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH. Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2 PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 47 BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi Sungai Progo, pasca erupsi Gunung Merapi 2010 dan mengetahui jumlah angkutan sedimen yang terjadi setelah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Morfologi sungai Morfologi sungai merupakan hal yang menyangkut kondisi fisik sungai tentang geometri,jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek perubahannya dalam dimensi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penambangan Pasir Kegiatan penambangan pasir merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi elevasi dasar sungai. Kegiatan ini memiliki dampak berkurangnya kuantitas sedimen

Lebih terperinci

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN DASAR SUNGAI PROGO DENGAN METODE EMPIRIS (MEYER-PETER & MULLER, EINSTEIN DAN FRIJLINK)

TUGAS AKHIR ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN DASAR SUNGAI PROGO DENGAN METODE EMPIRIS (MEYER-PETER & MULLER, EINSTEIN DAN FRIJLINK) TUGAS AKHIR ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN DASAR SUNGAI PROGO DENGAN METODE EMPIRIS (MEYER-PETER & MULLER, EINSTEIN DAN FRIJLINK) (Studi kasus pada Sungai Progo Pias Jembatan Bantar Intake Sapon) Disusun Oleh

Lebih terperinci

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH Muhammad Multazam 1, Ahmad Perwira Mulia 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: tazzam92@yahoo.com

Lebih terperinci

Naskah Seminar Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Naskah Seminar Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI AKIBAT BANJIR LAHAR DINGIN PASCA LETUSAN GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 1 (Studi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Prinsip Dasar

BAB III LANDASAN TEORI. A. Prinsip Dasar BAB III LANDASAN TEORI Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi eksperimental secara langsung di Sungai Progo Hilir, mengenai fenomena angkutan sedimen di dasar bedload yang terjadi pada sediment

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Umum

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Umum BAB III LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Hidrolika adalah bagian dari ilmu yang mempelajari perilaku air baik dalam keadaan diam atau yang disebut hidrostatika maupun dalam keadaan bergerak atau disebut

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI Lajurady NRP: 0921054 Pembimbing: Endang Ariani, Ir., Dipl.H.E. ABSTRAK Pada saat ini sering terjadi kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENILITIAN

BAB IV METODE PENILITIAN BAB IV METODE PENILITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai putih, porositas sedimen dasar Sungai Putih pasca erupsi Gunung Merapi 2010, serta mengetahui jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI

PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI Wilman Noviandi NRP : 0021033 Pembimbing Utama: Endang Ariani, Ir.,Dipl.HE Pembimbing Pendamping : Robby Yussac Tallar,

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY Oleh Supiyati 1, Suwarsono 2, dan Mica Asteriqa 3 (1,2,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN Dea Teodora Ferninda NRP: 1221039 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Dalam pengelolaan air terdapat tiga aspek utama

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian Mulai Input Data Angka Manning Geometri Saluran Ukuran Bentuk Pilar Data Hasil Uji Lapangan Diameter Sedimen Boundary Conditions - Debit -

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal 08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A.Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tipe morfologi sungai, endapan lahar dingin di dasar sungai, besarnya angkutan sedimen di dasar sungai pasca erupsi Gunung

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA Olviana Mokonio T Mananoma, L Tanudjaja, A Binilang Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah

Lebih terperinci

AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN

AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN April 14 Transpor Sedimen 2 Konsep Awal Gerak Awal gerak butir sedimen sangat penting dalam kaitannya dengan studi tentang transpor sedimen, degradasi dasar sungai, desain saluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG 2004 ABSTRAK

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG 2004 ABSTRAK PENGARUH GEOTEKSTIL PADA ANGKA PERMEABILITAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA-BEDA (STUDI LABORATORIUM) Disusun Oleh : Richard R. Sitorus. NRP : 9821058 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS

Lebih terperinci

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya:

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya: Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya: Tahu gradasi masing-masing agregat (kasar dan halus) Tahu spesifikasi gradasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara debit aliran air dengan berapa banyak sedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara debit aliran air dengan berapa banyak sedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI BAB V 5.1 DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM Tabel 5.1 Data Hujan Harian Maksimum Sta Karanganyar Wanadadi Karangrejo Tugu AR Kr.Kobar Bukateja Serang No 27b 60 23 35 64 55 23a Thn (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

Hidraulika Saluran Terbuka. Pendahuluan Djoko Luknanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM

Hidraulika Saluran Terbuka. Pendahuluan Djoko Luknanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Hidraulika Saluran Terbuka Pendahuluan Djoko Luknanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Pendahuluan Pengaliran saluran terbuka: pengaliran tak bertekanan pengaliran yang muka airnya berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK STUDI PENGARUH BUKAAN PINTU SORONG PADA ALIRAN SEMPURNA DAN ALIRAN TIDAK SEMPURNA TERHADAP PENGGERUSAN DI HILIR PINTU SORONG DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI Bernad L T NRP : 0021062 Pembimbing: Ir. Kanjalia

Lebih terperinci

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... ii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. Sungai Sungai merupakan jalan air alami dimana aliranya mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Menurut Soewarno (1991) dalam Ramadhan (2016) sungai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi terlebih dahulu harus diketahui kondisi sebenarnya dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian Laboratorium

BAB III Metode Penelitian Laboratorium BAB III Metode Penelitian Laboratorium 3.1. Model Saluran Terbuka Pemodelan fisik untuk mempelajari perbandingan gerusan lokal yang terjadi di sekitar abutment dinding vertikal tanpa sayap dan dengan sayap

Lebih terperinci

= = =

= = = = + + + = + + + = + +.. + + + + + + + + = + + + + ( ) + ( ) + + = + + + = + = 1,2,, = + + + + = + + + =, + + = 1,, ; = 1,, =, + = 1,, ; = 1,, = 0 0 0 0 0 0 0...... 0 0 0, =, + + + = 0 0 0 0 0 0 0 0 0....

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek D125 Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek Faradilla Ayu Rizki Shiami, Umboro Lasminto, dan Wasis Wardoyo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di labolatorium hirolika pengairan jurusan teknik sipil fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBEDAAN POLA GERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN ANTARA PILAR SILINDER DENGAN ELLIPS

TUGAS AKHIR PERBEDAAN POLA GERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN ANTARA PILAR SILINDER DENGAN ELLIPS TUGAS AKHIR PERBEDAAN POLA GERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN ANTARA PILAR SILINDER DENGAN ELLIPS Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DisusunOleh : NAMA : Steven

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm) HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

SEDIMENTASI PADA SALURAN PRIMER GEBONG KABUPATEN LOMBOK BARAT Sedimentation on Gebong Primary Chanel, West Lombok District

SEDIMENTASI PADA SALURAN PRIMER GEBONG KABUPATEN LOMBOK BARAT Sedimentation on Gebong Primary Chanel, West Lombok District 26 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. 1 : 26-36, Maret 2016 SEDIMENTASI PADA SALURAN PRIMER GEBONG KABUPATEN LOMBOK BARAT Sedimentation on Gebong Primary Chanel, West Lombok District I.B. Giri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Pendahuluan Peneletian beton ringan dengan tambahan EPS dimulai dengan pengujian pendahuluan terhadap agregat halus dan kasar yang akan digunakan dalam campuran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR Hikmat NRP : 9021020 NIRM: 41077011900138 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( ) PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO Oleh : Dyah Riza Suryani (3107100701) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Fifi Sofia 2. Mahendra Andiek M., ST.,MT. BAB I Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN May 14 Transpor Sedimen Karakteristika Aliran 2 Karakteristika fluida air yang berpengaruh terhadap transpor sedimen Rapat massa, ρ Viskositas, ν Variabel aliran

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. kondisi equilibrium adalah metode praktis untuk analisis dan hitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. kondisi equilibrium adalah metode praktis untuk analisis dan hitungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar-dasar Hodrolika Sumuran Dalam tinjauan praktis dan perhitungan hidrolika sumuran ini dibedakan menjadi dua hal yaitu: 1. kondisi equilibrium adalah metode praktis untuk

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Culvert/ gorong-gorong adalah sebuah conduit yang diletakkan di bawah sebuah timbunan, seperti misalnya timbunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil dari penelitian dengan aliran superkritik

Lebih terperinci

4 BAB VIII STABILITAS LERENG

4 BAB VIII STABILITAS LERENG 4 BAB VIII STABILITAS LERENG 8.1 Tinjauan Umum Pada perhitungan stabilitas lereng disini lebih ditekankan apakah terjadi longsoran baik di lereng bawah maupun di tanggulnya itu sendiri. Pengecekannya disini

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM Kajian Laboratorium mengenai gerusan yang terjadi di sekitar abutment bersayap pada jembatan dilakukan di Laboratorium Uji Model Hidraulika Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 1 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm 3 A Berat jenis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALIRAN AIR DAN PENGGERUSAN MELALUI PINTU TONJOL PADA ALIRAN TIDAK SEMPURNA DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI

KARAKTERISTIK ALIRAN AIR DAN PENGGERUSAN MELALUI PINTU TONJOL PADA ALIRAN TIDAK SEMPURNA DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR DAN PENGGERUSAN MELALUI PINTU TONJOL PADA ALIRAN TIDAK SEMPURNA DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI Robby Nursam NRP: 0121011 Pembimbing: Ir. Endang Ariani, Dipl. HE. JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pada penelitian ini dimodelkan dengan menggunakan Software iric: Nays2DH 1.0 yang dibuat oleh Dr. Yasuyuki Shimizu dan Hiroshi Takebayashi di Hokkaido University,

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE MDO DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE MDO DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE MDO DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI Rokki M N Hutagalung NRP : 0421016 Pembimbing : ENDANG ARIANI., Ir., Dipl. HE JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa Muhammad Humaidi (1) dan Khairil Yanuar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kondisi

Lebih terperinci