lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pegunungan Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan bagian dari lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini ditempati oleh berbagai batuan sedimen vulkanik yang berumur Tersier hingga Kuarter serta beberapa batuan terobosan batuan beku yang menyebabkan terjadinya proses ubahan batuan hidrotermal dan termineralisasi menjadi mineral logam diberbagai lokasi (Widodo dan Simanjuntak, 2002). Daerah penelitian sendiri masuk dalam zona Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat tepatnya di daerah Sambirejo, Desa Sawahan yang mempunyai potensi terdapatnya mineral logam berupa Mangan (Mn). Mangan merupakan salah satu unsur kimia yang keberadannya memiliki arti penting bagi kehidupan manusia di bumi. Unsur mangan ini merupakan salah satu dari 12 unsur terbesar di kerak bumi ini. Kandungannya di bumi ini sekitar 0,1% yang terkandung dalam lebih dari 300 jenis mineral. Di dunia, komoditas bijih mangan diproduksi sejumlah 22 juta ton di tahun 1987 (Evans, 1993) sedangkan di Indonesia, cadangan mangan yang telah diketahui sejumlah 5,35 juta ton namun cadangan yang ditambang hanya sekitar 4,90 juta ribu ton (Suhala et al,1997). Mangan merupakan salah satu unsur kimia yang keberadannya memiliki arti penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan manusia terhadap mangan semakin lama semakin meningkat karena mangan banyak digunakan terutama sebagai bahan pencampur dalam industri baja, batu baterai, keramik, gelas dan 1

2 2 keperluan pertanian. Untuk dapat memanfaatkan mangan dengan baik, perlu diketahui bagaimana terbentuknya bijih mangan. Bijih mangan terbentuk akibat proses-proses tertentu yang mengakibatkan terakumulasinya bijih mangan sebagai endapan dalam mineral mangan. Endapan bijih mangan terdiri dari beberapa jenis diantaranya endapan sedimenter, endapan hidrotermal, endapan metamorfosa dan endapan residual (Roy, 1976 dalam Harben 1996). Bermacam-macam jenis endapan bijih mangan tersebut masing-masing memiliki tipe dan karakteristik tertentu yang dipengaruhi oleh proses pembentukannya yang berbeda, Dari tipetipe tersebut juga memiliki karakteristik mineral pembawa unsur mangan yang khas dengan kadar Mn yang berbeda-beda. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di daerah ini karena keterdapatan mangan di wilayah ini berada di zona Pegunungan Selatan yang merupakan tempat pembentukan berbagai jenis bahan galian mineral logam salah satunya adalah mineral mangan. Penelitian tentang mangan di daerah penelitian belum pernah diadakan untuk itu peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui proses geologi serta pembentukan mangan di daerah penelitian yang meliputi jenis dan karakteristik endapan bijih mangan tersebut sehingga dapat menjadi suatu data primer yang penting yang dapat digunakan untuk kegiatan eksplorasi dan inventarisasi mangan ataupun bahan galian mineral lainnya di daerah penelitian. I.2. Perumusan Masalah Beberapa masalah yang akan dibahas terkait dengan penelitian yang dilakukan aantara lain ;

3 3 1. Bagaimana pengaruh kontrol geologi daerah penelitian terutama jenis litologinya dalam mengontrol keberadaan endapan bijih mangan tersebut? 2. Bagaimana karakteristik endapan bijih mangan dilihat dari karakteristik mineral dan geokimianya? 3. Bagaimana genesa pembentukan endapan bijih mangan? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh kontrol geologi pada saat pembentukan endapan bijih mangan terutama pengaruh litologi dan struktur geologi di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui karakteristik mineralogi dan karakteristik geokimia endapan bijih mangan di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui proses pembentukan endapan bijih mangan di daerah penelitian. I.4. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan pemetaan geologi lapangan dengan skala peta 1: agar pemetaan endapan bijih mangan di daerah penelitians lebih detail. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini terbatas pada penentuan karakteristik mineralogi dan karakteristik geokimia endapan bijih mangan yang dihasilkan dari analisis petrografi, mineragrafi, X-ray diffraction (XRD) dan X- Ray Fluorescence (XRF).

4 4 I.5. Manfaat Penelitian Informasi geologi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk peningkatan pemahaman dan memberikan informasi ilmiah geologi berupa tipe dan karakteristik endapan bijih mangan yang meliputi mineralogi, genesa, karakteristik endapan mangan di daerah penelitian dan peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan konstribusi dalam pemahaman akademis kepada peneliti-peneliti endapan bijih mangan selanjutnya khususnya di daerah penelitian. I.6. Letak dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi penelitian secara administratif berada di daerah Sambirejo, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Daerah ini berada pada Peta Rupa Bumi Lembar Karangmojo ( ) yang dapat dilihat di peta daerah penelitian (Gambar 1.1). Pemetaan yang dilakukan di daerah penelitian menggunakan peta topografi sebagai peta dasar dengan skala 1: serta memiliki luas daerah 3km x 3km dan berada pada koordinat UTM ,09546(X) ,1350(X) dan ,5200(Y) ,411013(Y) berada pada zona WGS 1984 zona 49S. Lokasi Penelitian berada kurang lebih 85 Km dari kampus UGM dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua sedangkan untuk tempat yang sulit atau tidak memiliki akses jalan kendaraan dapat dicapai dengan berjalan kaki.

5 5 Gambar 1.1. Peta Penunjuk Lokasi Penelitian I.7. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai keadaan geologi di daerah Pegunungan Selatan yang telah dilakukan beberapa peneliti terdahulu diantaranya adalah : 1. Van Bemmelen (1949), Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan oleh Van Bemmelen Pegunungan Selatan dikelompokkan sebagai satu zona fisiografi serta membagi Pegunungan Selatan Jawa Bagian Timur menjadi beberapa zona seperti Baturagung Range, Panggung Masif dan Kambengan Range di bagian utara, plateu batugamping berbentuk

6 6 topografi karst dibagian selatan, serta cekungan antar gunung yaitu cekungan Wonosari dan cekungan Baturetno. Lokasi penelitian terletak tepatnya dibagian timur dari cekungan Wonosari. 2. Surono et al. (1992), mengatakan bahwa batugamping Formasi Wonosari pada beberapa tempat menunjukkan adanya sisipan tuff di daerah penelitian sendiri juga terdapat batugamping dengan sisipan tuff. 3. Toha, dkk (1994) menulis tentang geologi Pegunungan Selatan, yang merupakan suatu konstribusi dalam menghasilkan tatanan stratigrafi Pegunungan Selatan berturut-turut adalah Formasi Butak, Formasi Semilir, Formasi Nganggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi Kepek 4. Menurut Sudarno (1997), ada 4 pola struktur yang berkembang kompleks Pegunungan Selatan diantaranya : arah Timurlaut Baratdaya, arah Utara Selatan, arah Baratlaut Tenggara, arah Timur Barat. Stratigrafi kompleks Pegunungan Selatan tersusun oleh batuan vulkanik dibagian utara kompleks dan batugamping (karst topography) dibagian timur kompleks. 5. Widodo dan Simanjuntak (2002), dalam penelitiannya menyatakan Pegunungan selatan Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan bagian dari lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat kedudukan berbagai bahan galian mineral logam. Secara umum daerah ini ditempati oleh berbagai batuan sedimen vulkanik yang berumur Tersier hingga Kuarter serta beberapa batuan terobosan batuan beku yang menyebabkan

7 7 terjadinya proses ubahan batuan hidrotermal dan termineralisasi pada beberapa tempat. Peneliti mengambil beberapa peneliti terdahulu tentang mangan dari daerah Kliripan, Kulon Progo, D.I. karena endapan mangan di tempat ini berasosiasi dengan batuan sedimen berupa batugamping, Di daerah penelitian sendiri litologi dimana terdapatnya mangan adalah pada batuan sedimen berupa batugamping dengan alasan ini maka peneliti menjadikan penelitian-penelitian di daerah Kliripan sebagai pedoman bagi peneliti karena di lokasi penelitian sendiri daerah Sambirejo, Gunung Kidul belum pernah dilakukan penelitian tentang mangan dan alasan lain adalah keadaan litologi yang mendukung terbentuknya mangan hampir sama. Penelitian-penelitian tersebut diantarnya adalah : 1. Titisari, A.D dan Warmada, I.W. (2005) Dalam laporan penelitian yang berjudul Genesa Batugamping Merah Muda di daerah Klepu, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, dipaparkan bahwa warna merah muda pada batugamping akibat adanya kandungan TiO2 sekitar 0,15% pada mineral titaniferous magnetite yang diperkirakan berasal dari Formasi Andesit Tua, sedangkan konsentrasi MnO sekitar 0,01%-0,03%. Di daerah penelitian daerah Sawahan juga terdapat litologi batugamping dengan warna merah muda. 2. Yonathan, R. (2008) Dalam tugas akhir tipe skripsi yang berjudul Studi Genesa Endapan Mangan di daerah Kliripan-Kembang, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, Yonathan (2008)

8 8 mengidentifikasi keterdapatan bijih mangan pada satuan batugamping berlapis mangan. Di daerah Penelitian juga endapan bijih mangan terdapat pada litologi batugamping. 3. Kabelen, K. Agustinus (2012) Dalam tugas akhir tipe skripsi yang berjudul Interpretasi Model Geologi Endapan Mangan Berdasarkan Karakter Mineralogi dan Kimiawi Mangan di daerah Kliripan-Kembang dan sekitarnya, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, mengidentifikasikan endapan mangan di Kliripan berasosiasi dengan batugamping Formasi Sentolo. Ada dua tipe endapan mangan di daerah penelitian, yaitu endapan primer dan sekunder, Endapan primer terbentuk oleh proses hidrotermal yang berasosiasi dengan gunungapi bawah laut, dan disebut sebagai endapan mangan vulkanogenik sedangkan endapan mangan sekunder yang dijumpai berupa endapan sedimenter yang hadir dalam bentuk perlapisan sebagai hasil rombakan (detrital) dari endapan mangan primer.