Laporan Penelitian. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) Disusun Oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Penelitian. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) Disusun Oleh:"

Transkripsi

1 Laporan Penelitian STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) Disusun Oleh: Indra Mahdi, MT. FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2016

2 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah dapat menyelesaikan Laporan Penelitian tentang Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya : Penataan Reklame Kota Tasikmalaya. Laporan ini ini terdiri atas enam (6) bab. Bab 1 Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup, serta sistematika laporan. Bab 2 Studi Literatur, yang berisikan tentang pemahaman substansi tentang updating data dan titik sebaran reklame, serta penyelenggarakan reklame di Kota Tasikmalaya. Bab 3 Gambaran Umum Wilayah Kota Tasikmalaya, yang membahas mengenai kondisi umum Kota Tasikmalaya. Bab 4 Pendekatan dan Metodologi, menguraikan pendekatan dan metodologi baik perencanaan, analisis dan pengumpulan data. Bab 5 Kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan Kota Tasikmalaya, dengan kasus pada penataan reklame Kota Tasikmalaya. Bab 6 Simpulan dan Rekomendasi, Semoga laporan penelitian ini bermanfaat. Terimakasih. i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I Maksud dan Tujuan I Sasaran I Ruang Lingkup I Dasar Hukum I Sistematika Pelaporan I-8 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1. Pengertian Reklame II Macam-macam Reklame II Urgensi Reklame dalam Peningkatan Nilai Produk/Barang II Penyelenggaraan Reklame di Kota Tasikmalaya II-7 BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA TASIKMALAYA 3.1. Kondisi Fisis Geografis III Kondisi Sosial III Kondisi Perekonomian III-12 BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI 4.1. Metode Pendekatan IV Metode Pengumpulan Data IV Metode Pengolahan dan Analisis Data IV-4 ii

4 4.4. Peralatan Pendukung IV Hasil Survey IV-5 BAB 5 KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA: PENATAAN REKLAME KOTA TASIKMALAYA 5.1. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Reklame V Titik Sebaran Reklame V Sistem Informasi Geografis (GIS) Sebaran Papan Reklame Kota Tasikmalaya V-4 BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Simpulan VI Rekomendasi VI-2 LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1 - IDENTIFIKASI PAPAN REKLAME LENGKAP KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 Lampiran 2 - PENGELOMPOKKAN JENIS REKLAME LENGKAP KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 Lampiran 3 - IDENTIFIKASI PAPAN REKLAME TETAP KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 Lampiran 4 - FOTO REKLAME BERJENIS BILLBOARD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 Lampiran 5 - SEBARAN PAPAN REKLAME PADA RUAS JALAN BARU KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 iii

5

6 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Kota Tasikmalaya sejalan dengan makin meningkatnya jumlah penduduk dan kawasan terbangun. Kebutuhan akan sarana dan prasarana perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya juga semakin meningkat, salah satu kebutuhan tersebut adalah fungsi komersial yang melayani baik dalam skala kota maupun kawasan. Kebutuhan akan fungsi komersial tersebut makin meningkat apabila dikaitkan dengan keberadaan Kota Tasikmalaya sebagai salah satu destinasi wisata belanja, baik bagi kota-kota sekitarnya maupun mancanegara. Potensi tersebut juga merupakan ladang bagi para pelaku bisnis untuk mempromosikan barang atau jasanya di Kota Tasikmalaya, berbagai media sesuai dengan kemajuan teknologi telah menjadi alat promosi bagi berbagai produk dagang dan jasa yang ada. Secara garis besar, penyampaian tujuan promosi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui media perantara iklan. Reklame merupakan salah satu teknik periklanan yang cukup efektif dan banyak digunakan dewasa ini. Pada awalnya reklame merupakan kegiatan yang bersifat langsung, tetapi saat ini pengertian reklame mengalami perluasan makna, seiring dengan peningkatan fungsi perdagangan dan jasa, dan sebagai akibat dari peningkatan produk-produk yang diperdagangkan/ diperkenalkan, maka terjadi pula peningkatan jumlah dan jenis reklame yang di pasang di jalan-jalan dan pada bangunanbangunan. Reklame tersebut bertujuan menawarkan atau memasarkan produk barang/jasa oleh para pelaku perdagangan dan jasa, sebagai sarana publikasi yang dipandang baik dan efektif dalam menarik perhatian konsumen. Perkembangan media ruang luar reklame ini apabila tidak dikendalikan dapat berdampak negatif pada kualitas ruang publik Kota Tasikmalaya, dimana masing-masing media akan saling bersaing tanpa mengindahkan akibat polusi visual yang akan dihasilkannya. Hal ini akan mempengaruhi tampilan wajah Kota Tasikmalaya. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 1

7 Dua hal yang terlihat saling bertentangan tersebut tentunya perlu diatur dan diselaraskan, sehingga keberadaan reklame yang memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan kota tidak merusak tata aturan dan estetika tata perkotaan yang ada. Permasalahan yang berkaitan dengan Reklame di Kota Tasikmalaya antara lain hal teknis di lapangan yang menyangkut pilihan jenis, bentuk, tata letak pada ruang kota, tema iklan kaitannya dengan kesesuaian kegiatan fungsional pada lokasi, serta konstruksi dan penempatan papan reklame yang benar. Adapun permasalahan/kendala-kendala yang dihadapi yaitu sebagai berikut: 1. Semakin meningkatnya kebutuhan sarana dan parasaran perkotaan di Kota Tasikmalaya; 2. Belum tertatanya penempatan papan reklame di Kota Tasikmalaya. 3. Belum maksimalnya pelayanan dalam merekomendasi permintaan titik sebar reklame 4. Belum optimalnya pelaksanaan monitoring penyelenggaraan reklame, berkenaan dengan Jumlah, lay out & masa tayang reklame. 5. Belum adanya data base reklame yang mutakhir dan akurat. 6. Kurangnya sumber daya manusia dalam monitoring dan pengendalian reklame. 7. Belum adanya Sistem Informasi Manajemen Reklame/ Periklanan Dengan memperhatian berbagai permasalahan di atas, maka penulis merasa penting dan tertarik untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) Maksud dan Tujuan Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) dimaksudkan sebagai informasi tentang semakin meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan di Kota Tasikmalaya, studi kasus penataan papan reklame perkotaan yang informatif terkait data kuantitas, kualitasnya dan titik sebar reklame yang mutakhir dan up to date. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 2

8 Tujuan Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) adalah: 1. Terinventarisirnya kebutuhan sarana dan parasarana perkotaan di Kota Tasikmalaya; 2. Tersusunnya data base kuantitas dan titik sebar reklame yang up to date beserta informasinya dalam bentuk GIS data format yang dapat dijadikan acuan bagi arah pengembangan penataan reklame di Kota Tasikmalaya Sasaran Sasaran Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) ini adalah ketersediaan data spasial (GIS) reklame di Kota Tasikmalaya terkait jumlah, kuantitas, kualitas yang relevan, up to date, akurat dan lebih lengkap Ruang Lingkup Ruang Lingkup Kajian A. Pengumpulan Data Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengumpulan data adalah pengumpulan data data sekunder. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang telah ada di Dinas Cipta Karya, Tata Rung dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya, maupun dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tasikmalaya. B. Survey Survey sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan dalam tahap survey sekunder adalah dengan melakukan survey kompilasi data pada instansi teknis terkait terhadap datadata sebaran reklame di Kota Tasikmalaya baik yang berijin maupun tidak berijin. C. Tahap Pengolahan Data Dalam tahap ini data-data yang diperoleh pada tahap survey diinventarisir dan dikumpulkan serta diolah sedemikian rupa, lalu disajikan dalam bentuk tabulasi data yang mudah dibaca dan informatif yang akan dijadikan sebagai database. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 3

9 Kemudian setelah tabulasi data dilakukan dilanjutkan ploting data base tersebut kedalam Sistem Informasi Geografis. Ploting data base kedalam peta garis digital dilakukan untuk menggabungkan data atribut dan data spasial yang nantinya akan dijadikan sistem informasinya. D. Pembuatan Database Dalam tahap penyusunan data dan titik sebaran reklame ini dibuat dengan spesifikasi: 1. Pengisian data Attribut yang sesuai dengan fitur dataset 2. Simbol penjelasan dari tampilan setiap data di visualisasi informasi geospasial, khususnya dalam katalog data spasial yang digunakan. Tampilan objek spasial terdiri dari tiga bentuk yaitu titik, garis dan poligon. Tabel untuk simbol titik reklame terdiri dari kolom Nilai, Bentuk, Besar dan Warna. a. Kolom Nilai menunjukkan nilai yang valid pada field utama. Kata Semua digunakan bila untuk semua nilai ditampilkan dalam simbol yang sama. b. Kolom Bentuk menunjukkan bentuk dari simbol. c. Kolom Besar menunjukkan besar simbol dalam piksel. d. Kolom Warna berisi warna simbol dalam Red Green Blue (RGB). 3. Data spasial (peta digital) yang ditampilkan dalam layout GIS menggunakan kaidah kartografi; 4. Memuat Informasi lengkap dan dapat di print out mengenai data reklame 5. Menampilkan tulisan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya dan logo Pemerintah Kota Tasikmalaya. E. Penyajian Data Penyajian hasil penyusunan database spasial data reklame ini disajikan dalam bentuk laporan dan softcopy data yang memuat informasi updating data reklame dan peta sebaran titik reklame lengkap. Produk yang dihasilkan pada kegiatan ini berupa data digital (softcopy) dan cetak (hardcopy). Untuk jenis data digital, disimpan dalam media penyimpan data digital (External Harddisk). Sedangkan untuk data cetak diharuskan berwarna. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 4

10 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah kegiatan Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya (Studi Kasus Penataan Papan Reklame Perkotaan) adalah di Kota Tasikmalaya Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5380); 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 713); 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 19 Seri C); 6. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2011 Nomor 125) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 5

11 Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Nomor 151); 7. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Nomor 131); 8. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Nomor 132); 9. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Nomor 144); 10. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 88 Tahun 2013 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Nomor 676); 11. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Reklame (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Nomor 175); 12. Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 36 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Reklame (Berita Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2015 Nomor 232) Sistematika Laporan Laporan Akhir ini terdiri dari enam (6) bab, sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup, serta sistematika laporan. Bab 2 : Studi Literatur Berisikan tentang pemahaman substansi tentang updating data dan titik sebaran reklame, serta penyelenggarakan reklame di Kota Tasikmalaya. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 6

12 Bab 3 : Gambaran Umum Wilayah Kota Tasikmalaya Bab ini membahas mengenai kondisi umum Kota Tasikmalaya, baik kondisi fisik, sosial, maupun perekonomian yang dapat mempengaruhi perkembangan papan reklame di Kota Tasikmalaya. Bab 4 : Pendekatan dan Metodologi Bab ini membahas pendekatan teknis dan metodologi baik perencanaan, analisis dan pengumpulan data dalam penyusunan updating data dan titik sebaran reklame. Bab 5 : Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kota Tasikmalaya : Penataan Reklame Kota Tasikmalaya Bab ini menjelaskan updating data dan titik sebaran papan reklame di Kota Tasikmalaya Tahun 2016 hasil survey lapangan dan analisis, yang dilengkapi dengan data base kuantitas dan titik sebar reklame yang mutakhir dan up to date di Kota Tasikmalaya tahun 2016 beserta informasinya dalam bentuk GIS data format yang dapat dijadikan acuan bagi arah pengembangan penataan reklame di Kota Tasikmalaya. Bab 6 : Simpulan dan Rekomendasi Bab ini menguraikan simpulan hasil kajian dan rekomendasi bagi pengembangan sarana dan prasarana perkotaan, khususnya penataan reklame di Kota Tasikmalaya selanjutnya. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA I - 7

13 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1. Pengertian Reklame Ditinjau dari etimologinya, reklame dan iklan mempunyai makna yang setara. Iklan dari kata i lan (bahasa arab) berarti pengumuman, dan reklame berarti seruan yang berulang-ulang, maka kedua istilah tersebut terkait dengan media periklanan ini mengandung makna yang setara yaitu untuk kegiatan penyampaian informasi kepada masyarakat atau khalayak sasaran pesan. Reklame adalah suatu kekuatan yang menarik yang ditujukan kepada kelompok tertentu untuk membelinya, hal ini dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar dengan demikian dapat dipengaruhi penjual barang-barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan dirinya sendiri. Reklame merupakan pernyataan yang secara sadar ditujukan kepada publik dalam bentuk apapun juga yang dilakukan oleh seorang peserta lalu lintas perdangangan, yang diarahkan kearah sasaran memperbesar penjualan barang-barang atau jasa yang dimasukkan, oleh pihak yang berkepentingan dalam perniagaan. Perkembangan tekhnologi yang juga diikuti oleh perkembangan pada jenis dan visual yang ditampilkan oleh papan reklame, reklame bukan lagi hanya pengertian sederhana seperti spanduk dan sejenisnya. Namun perkembangan baik dalam ukuran maupun bentuk tampilan visualnya yang mengikuti perkembangan tekhnologi itu sendiri. Di Indonesia terdapat kecenderungan membedakan reklame dan iklan berdasarkan kategori penempatannaya, sehingga reklame digunakan STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 1

14 untuk menyebutkan media periklanan luar ruang, sedangkan iklan untuk menyebutkan media periklanan dalam ruang Macam-macam Reklame Jenis atau macam-macam reklame merupakan wujudan dari reklame itu sendiri. Jenis- jenis reklame dapat dikelompokkan menurut tujuan pengadaannya, sifatnya, tempat pemasangannya dan medianya, dan berikut kelompok macammacam reklame a. Menurut tujuan pengadaannya yaitu: 1. Reklame non-komersial Reklame nonkomersial adalah reklame yang dibuat untuk kepentingan social, yaitu mengajak, menghimbau, menyampaikan informasi kepada masyarakat agar bersedia mengikuti pesan yang disampaikan. Reklame ini biasanya datang dari pemerintah pusat maupun daerah. 2. Reklame komersial Reklame komersial adalah reklame yang dibuat untuk kepentingan bisnis. Tujuannya adalah agar mendapat keuntungan sebesar-besarnya, biasanya datang dari perusahaan atau bahan usaha milik Negara maupun swasta. b. Menurut sifatnya yaitu 1. Reklame peringatan Reklame peringatan adalah jenis reklame yang digunakan untukmengingatkan kepada masyarakat. Hal ini berkaitan dengan kewajiban dari lembaga pemerintah. 2. Reklame permintaan atau ajakan Reklame permintaan atau ajakan merupakan jenis reklame yang bernada meminta atau mengajak warga masyarakat agar bersedia menerima ajakan, reklame ini biasa datang dari pihak pemerintah, swadaya masyarakat, maupun swasta. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 2

15 3. Reklame penerangan Reklame penerangan adalah reklame jenisn yang informatif, itu berarti bersifat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Biasanya sering digunakan oleh pemerintah untuk menyampaikan program-programnya. c. Reklame menurut pemasangannya yaitu: 1. Reklame luar ruang Reklame luar ruang merupakan reklame yang operasinya diluar rumah atau gedung. Bentuk reklame luar ruang biasanya lebih bebas dibandingkan reklame dalam ruang. Reklame jenis ini misalnya papan nama, papan reklame, spanduk, pamflet dan LED. 2. Reklame dalam ruang Gambar reklame yang cocok dipasang didalam ruangan (indoor) adalah gambar reklame yang berukuran kecil atau sedang dengan bahan yang tidak perlu tahan oleh air dan matahari. Seperti reklame yang terdapat didalam rumah atau gedung seperti di toko-toko, supermarket, digedung bioskop, dan sebaliknya. d. Menurut medianya yaitu: 1. Reklame audio Media yang digunakan adalah suara atau kode bunyi-bunyian tertentu, baik dengan alat tertentu atau dengan vokal suara. Contohnya pada bentuk reklame tradisional. Tetapi reklame audio modern sekarang sudah banyak menggunakan yang melalui siaran radio. 2. Reklame visual Media yang digunakan adalah objek yang dapat dilihat mata dan gambar, baik gambar diam maupun gambar yang bergerak (film). 3. Reklame audio visual Menggunakan media gabungan dari audio dan visual. Contohnya pada bentuk reklame yang ditayangkan di televisi, slide atau STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 3

16 vidio klip. Penyampaian reklame ini dianggap paling berhasil karena menarik dan lebih mudah dipahami. Perkembangan tekhnologi sendiri juga diikuti oleh perkembangan pada jenis dan visual yag ditampilkan oleh papan reklame, reklame bukan lagi hanya dalam pengertian sederhana seperti spanduk dan sejenisnya. Namun berkembang baik dalam ukuran maupun bentuk tampilan visualnya yang mengikuti kemajuan teknologi itu sendiri. Sebagai media iklan yang ditampilkan di area luar ruang (outdoor advertising) memiliki berbagai macam tipe, bentuk yang jumlahnya sangat banyak dan beraneka ragam, sepert: Billboard, baliho, megatron, videotron, neon box, pylon sign, spanduk, banner, dll. Dari istilah dan nama diatas sebenarnya memiliki fungsi yang sama sebagai alat propaganda promosi, hanya dari segi bentuk kontruksi, dan visualnya saja yang memiliki perbedaan. Berikut jenis-jenis reklame yang di kenal yaitu: No Jenis Reklame Penjelasan 1 Billboard Merpakan bentuk reklame dengan bidang papan dan sruktur berdiri bebas (free standing struktur). 2 Reklame Digital Merupakan reklame yang menggunakan layar monitor berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gamabr dan/atau tulisan berwarna yang dapatdiubah-ubah, terprogram dan difungsukan dengan tenaga listrik. 3 Neon Box Merupakan jenis reklame yang diselenggarakan menggunakan konstruksi tertentu yang STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 4

17 menggunakan lampu penerangan di dalamnya dan memiliki rancangan atau design khusus dengan mengedepankan aspek estetika serta terintegrasi dengan lingkungannya sebagai aksesoris kota. 4 Huruf Timbul Merupakan reklame yang terbuat dari huruf yang dirangkai dan terbuat dari bahan kuningan, stainless, galvanis, dan sebagainya. 5 Reklame Layar Merupakan reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan lainm termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenisnya dengan itu, seperti bandir, umbulumbul, dan spanduk. 6 Reklame Melekat Merupakan reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta ditempelkan, diletakanm dipasangm digantungkan pada suatu benda. 7 Reklame Papan Informasi Merupakan media reklame yang menunjukkan identitas / aktivitas gedung / bangunan tersebut dan tidak masuk pada pajak retribusi/ pajak reklame. 8 Reklame Bando Merupakan reklame yang tervuat dari rangka besi atau sejenisnya dibangun dengan melintang jalan. 9 Reklame 3D Custom Merupakan reklame yang konstruksinya dibuat menyerupai bentuk asli dari objeknya. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 5

18 2.3. Urgensi Reklame dalam Peningkatan Nilai Produk/Barang Dari banyak defenisi tentang reklame, salah satu defenisi reklame tersebut adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan pembuat barang, atau pemasok jasa dengan masyarakat atau sekelompok orang tertentu yang bertujuan untuk menunjang upaya pemasaran sebuah produkya. Strategi pemasaran melalui jasa reklame merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran melalui jasa reklame, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada masyarakat. Dari jasa advertising sendiri harus mampu membuat sebuah reklame yang dapat membujuk khalayak ramai tertarik terhadap produk/barang ataupun jasa yang ditawarkan dalam reklame tersebut sesuai dengan strategi perusahaan untuk mencetak penjulan dan keuntungan. Reklame tersebut juga harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk yang telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Dalam peningkatan nilai suatu produk barang atau jasa perlu diperhatikan beberapa hal penting yang dilakukan jasa periklanan atau reklame yaitu: 1. Volume atau penekanan dan penentuan saat pemasarannya sangat ditentukan oleh situsi atau karakter kegunaan produk yang akan dipasarkan. Sebagai contoh, jika fungsi suatu produk tersebut sama dengan produk lain yang sudah ada, namun tidak memiliki kelebihan lainnya, maka dalam kegiatan pemasaran melalui jasa reklame tersebut harus diintensifkan lagi bagaimana agar masyarakat bisa melihat produk tersebut menarik dan dapat meningkatkan nilai dari produk tersebut. 2. Riset pemasaran yang dilakukan oleh jasa periklanan juga sangat penting, seperti motif, refrensi, serta sikap konsumen yang tentunya akan sangat STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 6

19 mempengaruhi kegiatan periklanan yang akan meuncurkan, termasuk pemilihan media yang akan memuatnya. 3. Nama atau merek produk merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pemasaran. Karena orang-orang di biro iklan terlatih untuk menebak selera konsumen berdasarkan merek produk, maka biasanya merka juga terlibat dalam perumusan nama merek produk tersebut. 4. Segmen pasar yang dipilih juga sangat menentukan corak pemasaran melalui jasa reklame yang akan diluncurkan serta media yang harus dipilih. 5. Penentuan harga memainkan peranan penting bagi tinggi atau rendahnya daya tarik produk atau jasa tersebut. Dari harga yang dibuat maka dapat diketahui apakah suatu produk memang cukup bernilai, termasuk barang mewah atau tidak, serta dapat ditawar atau tidak. Penentuan harga ini merupakan suatu hal yang perlu dicermati, karena harga merupakan aspek penjualan yang paling kompetitif. Hampir semua orang memperhatikan harga dalam membeli suatu barang. Sehingga dari pihak jasa periklanan akan mengemas semenarik mungkin produk yang akan dipasarkan tersebut, sehingga masyarakat dapat melihat produk yang diiklankan tersebut perlu dibeli atau tidak Penyelenggaraan Reklame di Kota Tasikmalaya Penyelenggaraan Reklame di Kota Tasikmalaya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Reklame, sebagai berikut Ketentuan Umum 1. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk, susunan dan/atau corak ragamnya untuk tujuan komersil dan/atau nirlaba yang dipergunakan untuk memperkenalkan, mengajukan, memuji atau mempromosikan suatu barang dan/atau jasa seseorang atau Badan yang STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 7

20 diselenggarakan atau ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah. 2. Papan toko adalah Reklame yang merupakan identitas atau nama senuah tempat usaha yang dipasang pada tempat usaha. 3. Izin Penyelenggaraan Reklame yang selanjutnya disebut Izin adalah izin yang diberikan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk kepada orang atau Badan untuk menyelenggarakan Reklame. 4. Penyelenggara Reklame adalah setiap orang yang menyelenggarakan Reklame, baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. 5. Pola Penyebaran Peletakan Reklame adalah peta yang dijadikan acuan dan arahan untuk Peletakan Reklame. 6. Peletakan Reklame adalah tempat tertentu dimana Titik Reklame ditempatkan atau ditempelkan. 7. Titik Reklame adalah tempat dimana Bidang Reklame ditempatkan. 8. Kawasan adalah batasan ruang geografis dengan dominasi fungsi tertentu. 9. Komplek adalah adalah suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian bangunan dan/atau ruang yang saling berhubungan dan saling tergantung yang dibatasi oleh batas tertentu, antara lain patok, pagar atau tanaman. 10. Bidang Reklame adalah bagian atau muka Reklame yang dimanfaatkan sebagai tempat penyajian gambar atau kata dan pesan-pesan Penyelenggaraan Reklame. 11. Halaman adalah bagian ruang terbuka yang terdapat di dalam persil. 12. Tinggi Reklame adalah jarak antara ambang paling bawah Bidang Reklame dari permukaan tanah rata-rata atau bidang atap datar atau plat beton dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan konstruksi tempat kedudukan peletakan konstruksi Reklame. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 8

21 Asas Penyelenggaraan Reklame Penyelenggaraan Reklame dilaksanakan beradasarkan asas: a. Religius dan berbudaya, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan reklame harus memperhatikan tata nilai kehidupan masyarakat Kota Tasikmalaya yang religious dan kearifan lokal dan nasional; b. Manfaat, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan reklame harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, penyelenggara reklame dan Pemerintah Daerah; c. Keamanen dan keselamatan, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan reklame harus memberi jaminan keamanan dan keselamatan bagi masyarakat; d. Ketertiban, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan reklame tidak boleh mengganggu ketertiban umum; e. Kepastian hukum, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan reklame harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dan memiliki izin dari pejabat yang berwenang; dan f. Kebersihan, keindangan dan keserasioan lingkungan, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan reklame harus memperhatikan kebersihan, keindangan, dan keserasian dengan lingkungan sekitar Klasifikasi Reklame Reklame diklasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran. Jenis reklame dapat berupa : a. Reklame billboard, megatron, videotron, dan light emitting diode (LED); b. Reklame papan; c. Reklame layar; d. Reklame selebaran / brosur; e. Reklame berjalan, termasuk kendaraan; f. Reklame udara; STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 9

22 g. Reklame film / slide; h. Reklame running text; i. Reklame neon box; dan j. Jenis reklame lainnya yang diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota Penyelenggara Reklame Penyelenggara Reklame adalah: a. Pemilik Reklame atau Produk; dan b. Perusahaan Jasa Periklanan atau Biro Periklanan Pola Penyebaran Peletakan Reklame Setiap penyebaran Peletakan Reklame harus memperhatikan aspek religious dan berbudaya, manfaat, keamanan, keselamatan, ketertiban, kepastian hokum, kebersihan, keindangan, dan keserasian lingkungan. Peletakan Titik Reklame dikategorikan ke dalam 4 (empat) kawasan, yaitu: a. Kawasan Bebas, yaitu kawasan yang sama sekali tidak diperbolehkan diselenggarakan kegiatan Reklame; b. Kawasan Khusus, yaitu kawasan dengan karakter/ciri tertentu yang memiliki kualitas lingkungan dan arsitektur bangunan tertentu; c. Kawasan Selektif, yaitu kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan Reklame terpilih; d. Kawasan Umum, yaitu kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan Reklame, yang meliputi kawasan selain Kawasan Bebas, Kawasan Khusu, dan Kawasan Selektif Penempatan Reklame Penempatan Reklame harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Sesuai dengan Izin yang diberikan; b. tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana kota; STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 10

23 c. memelihara dan menjaga Reklama yang terpasang; d. memperhatikan aspek keagamaan, kesusilaan, kesopanan keindahan, kesehatan, ketertiban, dan keamanan; e. tidak mengganggu kepentingan umum f. penyelenggara reklame bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan Reklame, baik seluruhnya atau sebagian; g. penyelenggara reklame bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang terjadi akibat dari reklame yang terpasang; h. melaksanakan saran teknis dan rekomendasi dari Tim Teknis; dan/atau i. konstruksi bangunan Reklame harus menjamin keamanan dan keselamatan. 1) Harus dirancang sedmikian rupa sehingga apabila bangunan Reklame mengalami kerusakan atau runtuh/roboh, tidak membahayakan pengguna jalan, konstruksi dan/atau bangunan pelengkap jalan; 2) Harus memenuhi peraturan teknis yang meliputi: a) Peraturan mengenan pembebanan bangunan; b) Peraturan mengenan perencanaan bangunan baja; c) Peraturan mengenai bahan bangunan; d) Peraturan mengenan perencnaan bangunan beton; dan/atau e) Peraturan mengenai instalasi listrik, bagi Reklame yang menggunakan instalasi listrik; 3) Tidak boleh berupa portal dan/atau jenis konstruksi lainnya yang melintang di atas jalan, yang khusus dimaksudkan untuk Reklame; 4) Bentuk bangun-bangunan tidak boleh sama atau menyerupai rambu rambu lalu lintas; 5) Bahan bangun-bangunan harus menggunakan bahan yang kuat, tahan lama dan anti karat; 6) Dalam hal menggunakan penerangan, maka intensitas dan pantulan cahayanya tidak menyilaukan pengguna jalan; STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 11

24 7) Bentuk huruf, symbol dan warna bangun-bangunan tidak boleh sama atau menyerupai bentuk huruf symbol dan warna rambu-rambu lalu lintas; dan 8) Konstruksi bangun-bangunan tidak boleh membahayakan pengguna jalan dan konstruksi jalan. Reklame pada jaringan Jalan di dalam kawasan perkotaan, ditempatkan di dalam Ruang Manfaat Jalan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Ditempatkan di luar bahu Jalan atau trotoar dengan jarak paling rendah 1 (satu) meter dari tepi paling luar bahu Jalan atau trotoar; b. Dalam hal tidak terdapat ruang di luar bahu Jalan, trotoar atau jalur lalu lintas, Reklame dapat ditempatkan di sisi terluar milik Jalan, dengan ketentuan tidak mengganggu fungsi Ruang Manfaat Jalan; dan c. Lebar reklame tidak boleh melebihi lebar trotoar. Reklame dapat dipasang pada struktur jembatan tanpa membahayakan konstruksi jembatan dan keselamatan pengguna jalan. Sementaraitu untuk reklame di atas Ruang Manfaat Jalan harus diletakkan pada ketinggian peling rendah 5 (lima) meter dari permukaan Jalan tertinggi Kewajiban dan Larangan Setiap Penyelenggara Reklame wajib: a. memiliki Izin; b. memelihara dan/atau memeriksa secara berkala Reklame untuk memastikan keamanan, kelaikan fungsi dan/atau berfungsinya Reklame sesuai Izin yang diberikan; dan/atau c. membongkar dan/atau menertibkan Reklame yang jangka waktu Izinnya sudah berakhir dan tidak diperpanjang atau sebelum jangka waktu izin berakhir apabila konstruksi reklame dinyatakan tidak layak atau membahayakan keselamatan dan keamanan; STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 12

25 d. melaksanakan pengaturan lalu lintas selama pelaksanaan pembangunan konstruksi Reklame, sehingga dapat mengurangi dampak terhadap gangguan kelancaran lalu lintas; e. menjaga dan memelihara Reklame serta bertanggung jawab terhadap segala kerusakan jalan yang disebabkan oleh Reklame selama jangka waktu perizinan; dan/atau f. memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam penyelenggaraan reklame rokok. Dalam Penyelenggaraan Reklame, setiap Penyelenggaran Reklame, dilarang: a. menyelenggarakan reklame tanpa Izin; b. menempatkan / memasang reklame tidak sesuai dengan Izin yang diberikan c. mengubah reklame tidak sesuai dengan Izin yang diberikan; d. memasang reklame yang bahan dan ukurannya tidak sesuai dengan Izin yang diberikan; e. memasang reklame pada prasarana dan sarana umum yang tidak mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang; f. memasang reklame tidak memenuhi standar kelaikan konstruksi, untuk Reklame yang wajib konstruksi; g. menempel atau menggunakan tanaman/pohon sebagai alat/media Reklame; h. menutupi atau menghalangi Reklame lain; i. mengambil/menggunakan tenaga listrik secara melawan hukum; dan/atau j. memasang gambar dan/atau tulisan yang bertentangan dengan tata nilai kehidupan masyarakat Kota Tasikmalaya yang religius Perizinan Setiap orang yang melaksanakan kegiatan Penyelenggaraan Reklame wajib memiliki Izin dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 13

26 Penerbitan Izin dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut: a. Penyelenggara Reklame mengajukan permohonan secara tertulis yang ditujukan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk, dengan disertai persyaratan sebagai berikut: 1. Identitas pemohon; 2. akta pendirian perusahaan dan/atau akta perubahannya serta pengesahannya bagi perusahaan yang berbadan hukum; 3. salinan akta pendirian perusahaan dan/atau akta perubahannya bagi perusahaan yang tidak berbadan hukum; 4. NPWPD; 5. bagi penyelenggaraan Reklame yang menggunakan konstruksi berat harus melampirkan: a) gambar konstruksi bangunan Reklame dan dokumen analisa struktur; b) perizinan bangunan; dan c) polis asuransi untuk segala risiko. 6. Konten/gambar iklan yang ditayangkan; 7. Izin penggunaan tanah atau bangunan bagi Pemohon yang akan menyelenggarakan Reklame di atas tanah atau bangunan milik pihak lain; 8. polis asuransi untuk segala risiko bagi Penyelenggaraan Reklame dengan konstruk si ringan yang klasifikasinya diatur dengan Pearturan Walikota; 9. jaminan pembongkaran; dan 10. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Penerbitan Izin tidak dipungut biaya. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA II - 14

27 BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA TASIKMALAYA 3.1. Kondisi Fisik Geografis Gambaran umum tentang kondisi fisik geografis Kota Tasikmalaya ini dibatasi pada gambaran umum yang berkaitan dengan Letak Geografis dan Aksesibilitas; Kondisi Geologis dan Topografi; Kondisi Klimatologis dan Kondisi Hidrologis Kota Tasikmalaya Letak Geografis dan Aksesibilitas Kota Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah otonomi yang secara adimistratif termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Terletak disebelah tenggara Kota Bandung, berjarak ± 105 Km atau ± 255 Km dari Ibu Kota Jakarta. Berdasarkan posisi garis lintang wilayah Kota Tasikmalaya terletak pada posisi koordinat ( , ,77 ) BT dan ( , ,5 ) LS. Secara administrativ batas wilayah Kota Tasikmalaya dapat diuraikan sebagai berikut: Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Cisayong dan Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Cihaurbeuti dan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Jatiwaras dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Singaparna, Kecamatan Sukarame, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya; Untuk lebih jelasnya posisi geografis wilayah Kota Tasikmalaya dalam konteks wilayah Provinsi Jawa Barat seperti telah diuraikan tersebut di atas, dapat dilihat Peta Orientasi Kota Tasikmalaya dalam wilayah Provinsi Jawa Barat dalam Gambar 3.1 dibawah ini. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 1

28 Kota Tasikmalaya Gambar 3.1. Peta Provinsi Jawa Barat STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 2

29 Gambar 3.2. Peta Administrasi Kota Tasikmalaya STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 3

30 Pada posisi gelografis tersebut, Kota Tasikmalaya memiliki aksesibilitas yang sangat strategis. Wilayah Kota Tasikmalaya dilalui oleh jalan arteri primer yang menghubungkan kota Bandung dengan kota Yogyakarta, dan kota-kota lain di belahan Selatan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain dihubungkan dengan jalan arteri primer, Kota Tasikmalaya dilalui oleh jalur jalan Kereta Api lintas selatan Pulau Jawa. Pusat Kota Tasikmalaya memiliki jarak yang cukup dekat dengan dua pelabuhan laut yang selama ini sudah berjalan sebagai pintu ekspor-impor. Pelabuhan laut dimaksud adalah Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan laut lainnya adalah Pelabuhan Cilacap. Secara administratif pelabuhan Cilacap termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Namun pelabuhan tersebut sudah biasa digunakan sebagai jalur transportasi barang yang akan keluar atau masuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan bahwa dalam sistem perkotaan nasional Kota Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan Banjar berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Disamping itu di dalam RTRWN dinyatakan pula bahwa peran Kota Tasikmalaya lebih ditonjolkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, sedangkan kota orde berikutnya yang berperan sebagai kota penyebar kegiatan ekonomi adalah Kota Banjar, Ciamis, dan Pangandaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan Kota Orientasi, yang menjadi pusat pertumbuhan di Kawasan Andalan Priangan Timur Kondisi Geologi dan Topografi Wilayah Kota Tasikmalaya secara geomorpologis dapat dibagi menjadi tiga satuan wilayah, yaitu: Satuan geomorfologi perbukitan landai menempati bagian Barat Laut Kota Tasikmalaya, dengan ketinggian berkisar ( ) m dpl. Satuan Geomorfologi ini membentuk perbukitan-perbukitan soliter dengan ukuran bervariasi dengan variasi puluhan meter. Satuan geomorfologi pedataran menempati bagian tengah dan timur Kota Tasikmalaya, dengan ketinggian berkisar ( ) m dpl. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 4

31 Satuan geomorfologi perbukitan curam menempati bagian selatan Kota Tasikmalaya. Satuan ini memiliki ketinggian berkisar ( ) m dpl. Satuan ini tersusun atas litologi breksi gunung api, lahar, tuff yang bersifat andesitis sampai basaltis yang termasuk ke dalam endapan gunung api muda yang berumur holosen. Dua satuan geomorfologi yang disebutkan pertama di atas tersusun atas litologi breksi vulkanik, lava andesit, tuff dan endapan pasir tufaan yang termasuk ke dalam endapan breksi vulkanik Gunung Galunggung yang berumur holosen. Endapan ini merupakan hasil letusan dan longsoran saat terjadi erupsi Gunung Galunggung. Komposisi kemiringan lahan di wilayah Kota Tasikmalaya dapat dilihat dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Komposisi Kemiringan Lahan Kota Tasikmalaya Kelas Lereng Keterangan Luas (Hektar) Luas (%) 0 2 Datar 4659,00 25, Landai 6443,14 35, Sedang 6221,24 33, Curam 1061,69 05,77 Total ,07 100,00 Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya Wilayah KotaTasikmalaya terletak pada ketinggian ( ) m dpl. Wilayah tertinggi terletak di Kelurahan Bungursari Kecamatan Bungursari yaitu 503 m dpl sedangkan wilayah terendah terletak di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu sekitar 201 m dpl. Sebagian besar wilayah Kota Tasikmalaya merupakan daerah dengan kategori kemiringan datar, landai, sedang dan curam yang merupakan bagian dari dasar lekukan terendah punggung pegunungan Pulau Jawa. Wilayah ini berhadapan dengan wilayah tangkapan hujan di sebelah Barat, yakni berupa perbukitan yang membentuk tapal kuda, dengan puncaknya di Kecamatan Bungursari yang merupakan bagian dari kaki Gunung Galunggung. Ditinjau dari segi fisiografi wilayah, tempat tertinggi Kota Tasikmalaya terdapat di bagian Barat dan Selatan, kemudian menurun ke tengah di sekitar pusat kota STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 5

32 menuju utara serta sebagian kecil dari timur ke tengah dan utara Kota Tasikmalaya. Pada bagian selatan wilayah Kota Tasikmalaya, di sekitar kecamatan Kawalu dan Cibeureum, kondisinya cenderung berbukit-bukit dengan vegetasi yang terdiri dari hutan dan kebun campuran. Rincian ketinggian per wilayah kecamatan di Kota Tasikmalaya dapat dilihat dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2. Ketinggian Tempat Wilayah Kecamatan di Kota Tasikmalaya No Kecamatan Tinggi dari muka laut 1. Kawalu ( ) m dpl (Kelurahan Urug - Gunung Tandala) 2. Tamansari ( ) m dpl (Kelurahan Setiamulya - Setiawargi) 3. Cibeureum ( ) m dpl (Kelurahan Singkup - Setiajaya) 4. Purbaratu 320 mdpl Kelurahan Purbaratu 5. Tawang ( ) m dpl (Kelurahan Lengkongsari - Kahuripan) 6. Cihideung ( ) m dpl (Kelurahan Nagarawangi - 7. Mangkubumi Cilembang) ( ) m dpl (Kelurahan Sambongjaya - Cipawitra) 8. Indihiang 410 m dpl (Kelurahan Sukajaya) 9. Bungursari 503 m dpl (Kelurahan Bungursari) 10. Cipedes ( ) m dpl (Kelurahan Sukamanah) - Cipedes) Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya Kondisi Klimatologi dan Hidrologi Berdasarkan klasifikasi tipe curah hujan Schmidt dan Ferguson (1951) yang didasarkan atas pertimbangan banyaknya bulan basah (> 200 mm) dan bulan kering (< 100 mm), tipe curah hujan di wilayah Kota Tasikmalaya digolongkan kedalam tipe curah hujan C, yakni memiliki 4 bulan kering dan 8 bulan basah. Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim Mohr, wilayah Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam klasifikasi iklim II. Sementara menurut klasifikasi iklim Oldeman (1979) yang lebih spesifik pada gambaran untuk iklim pertanian termasuk ke dalam zone agroklimat I a. Kelembaban udara bervariasi antara 83 persen sampai dengan 86 persen, dengan penyinaran sinar matahari terlama terjadi pada bulan Juni, hingga mencapai 94 persen. Suhu udara terendah 18 o C dan suhu udara tertinggi mencapai 34 o C. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 6

33 Kisaran suhu udara pada dataran rendah berkisar (20-34) o C dan suhu pada dataran tinggi (18-22) o C. Kecepatan angin berkisar antara 2 sampai 6 knot. Curah hujan rata-rata mencapai 47,50 mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata 82 hari per tahun. Kondisi hidrologi wilayah Kota Tasikmalaya dapat diuraikan melalui pendekatan klasifikasi air permukaan; air hujan; air sungai dan air waduk; air tanah. Air Permukaan. Air permukaan dapat diartikan sebagai aliran air yang mengaliri permukaan wilayah Kota Tasikmalaya, baik dalam bentuk aliran maupun bentuk genangan. Bentuk air permukaan di Kota Tasikmalaya meliputi sungai dan air dalam cekungan berupa danau. Air hujan. Potensi jumlah air permukaan yang berasal dari air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk sumberdaya air di wilayah Kota Tasikmalaya cukup besar. Sebagai ilustrasi, potensi air di Kecamatan Tamansari mencapai juta m 3 /hari, sementara potensi di Kecamatan Mangkubumi mencapai juta m 3 /hari. Permasalahannya, permukaan resapan air sekarang ini semakin berkurang, sehingga pada saat terjadi hujan, air langsung mengalir ke bagian hilir terbuang percuma. Aliran air alih-alih dapat dimanfaatkan, malah berpotensi menimbulkan banjir di beberapa tempat tertentu. Air sungai. Wilayah Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam 2 (dua) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Citanduy dan DAS Ciwulan. DAS Citanduy memiliki limpasan air rata-rata bulanan sebesar 17 m 3 /detik atau rata-rata harian sekitar 5,5 m 3 /detik, sedangkan DAS Ciwulan memiliki limpasan air sungai rata-rata harian sebesar 13,7m 3 /detik. Jumlah kedua limpasan adalah m 3 /hari. Sungai yang mengairi wilayah Kota Tasikmalaya diantaranya adalah Sungai Citanduy, Ciloseh, Ciwulan dan Sungai Cibanjaran. Sedangkan anak-anak sungainya dari Sungai Cibanjaran meliputi Sungai Cihideung, Cipedes, Ciromban, Cidukuh, Cicacaban, Cibadodon, Cikalang, Tonggong Londok, Cibeureum dan Sungai Cimulu. Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dan bermuara di Sungai Citanduy. Air Waduk (Situ). Kota Tasikmalaya mempunyai tujuh waduk yang potensial sebagai sumber air dengan kapasitas total daya tampung air sebesar m 3. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 7

34 Sumber air tersebut adalah Situ Gede terletak di Kecamatan Mangkubumi potensial dapat mengairi sawah seluas 230 Ha; Situ Cibeureum potensial dapat mengairi sawah 69 Ha; Situ Cipanjaran berpotensi dapat mengairi sawah 20 Ha; Situ Malingping berpotensi mengairi sawah 30 Ha;, Situ Bojong berpotensi mengairi sawah 25 Ha; Situ Rusdi berpotensi mengairi sawah 98 Ha dan Situ Cicangri berpotensi mengairi sawah seluas 65 Ha. Air Tanah. Selain memiliki potensi air permukaan, Kota Tasikmalaya memiliki potensi air tanah yang relatif dangkal. Air tanah dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman (1,50-10,00) meter. Sumber air tanah dalam bentuk mata air terdapat di Cibunigeulis Kecamatan Bungursari, mata air Cibangbay di Kecamatan Tamansari serta mata air Cianjur II di Kecamatan Mangkubumi. Tidak dapat dipungkiri, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir kondisi hidrologi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Di beberapa wilayah tertentu yang semula memiliki jaminan pengairan sepanjang tahun, akhir-akhir ini pada saat-saat tertentu, sudah mulai mengalami kesulitan air bersih Kondisi Sosial Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2011 sebanyak jiwa terdiri dari 326,965 jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Dilihat dari golongan umur, penduduk Kota Tasikmalaya didominasi penduduk usia produktif (15-64) tahun yaitu sekitar 66,2%. Penduduk usia produktif merupakan salah satu potensi asset yang cukup besar bagi pembangunan Kota Tasikmalaya apabila sumberdaya manusia (SDM) tersebut berkualitas dan berdaya saing tinggi. Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kota Tasikmalaya dalam 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 1,77%. laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2007, mencapai 2,01%, sedangkan LPP terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 1,66%. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 8

35 Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Per-Kecamatan Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Jumlah Penduduk (jiwa) No Kecamatan L P Jumlah 1. Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes JUMLAH Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, Tahun Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Penduduk Kota Tasikmalaya menyebar tidak merata, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Mangkubumi sebanyak jiwa, diikuti Kecamatan Kawalu jiwa dan Kecamatan Cipedes sebanyak dan jiwa. Kecamatan dengan penduduk terpadat ialah Kecamatan Cihideung jiwa/km 2 diikuti Kecamatan Tawang jiwa/km 2 dan Cipedes mencapai jiwa/km 2. Sedangkan 7 kecamatan lainnya berkisar jiwa/km 2 sampai dengan jiwa/km 2.. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Tasikmalaya sebesar jiwa/km 2. Kondisi ini menunjukan terdapat ketimpangan sebaran penduduk yang mencolok antara 3 kecamatan kawasan perkotaan dan 7 kecamatan lainnya. Untuk lebih lengkapnya mengenai jumlah penduduk per kecamatan di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 3.4. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 9

36 Tabel 3.4 Kepadatan Penduduk Per-Kecamatan Kota Tasikmalaya Tahun 2011 Uraian No Kecamatan Luas wilayah Jml Penduduk Kepadatan 1. Kawalu 39, Tamansari 34, Cibeureum 14, Purbaratu 11, Tawang 5, Cihideung 5, Mangkubumi 23, Indihiang 10, Bungursari 17, Cipedes 9, JUMLAH 171, Sumber : Bappeda dan BPS Kota Tasikmalaya, Tahun Rasio Ketergantungan Penduduk Tingkat ketergantungan (Dependency Ratio) penduduk adalah perbandingan penduduk tidak produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (usia tahun). Pada tahun 2011, angka ketergantungan penduduk di Kota Tasikmalaya 52,30 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung ± 52 orang penduduk tidak produktif. Tabel 3.5 Dependency Ratio Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2011 No Kecamatan Dependency Rasio Laki-laki+ L P perempuan 1 Kawalu 76,92 62,22 69,40 2 Tamansari 45,60 57,89 51,41 3 Cibeureum 56,43 48,32 52,32 4 Purbaratu 54,29 51,49 52,90 5 Tawang 54,26 48,00 51,06 6 Cihideung 43,57 40,91 42,25 7 Mangkubumi 41,12 50,00 45,36 8 Indihiang 36,89 62,75 48,58 9 Bungursari 63,25 38,73 50,01 10 Cipedes 57,54 60,38 58,93 Kota Tasikmalaya 52,52 52,07 52,30 Sumber: BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2011 STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 10

37 Angka beban ketergantungan penduduk laki-laki sebesar 52,52 relatif lebih tinggi dibanding penduduk perempuan yang mencapai 52,07. Kondisi ini disebabkan relatif lebih banyaknya penduduk laki-laki usia di bawah 15 tahun dibandingkan penduduk perempuan, walaupun peluang hidup penduduk perempuan di usia lanjut relatif lebih baik dibanding penduduk lakilaki.berdasarkan rasio-rasio tersebut kondisi kependudukan di Kota Tasikmalaya termasuk kategori mendekati ideal. Jumlah orang yang menjadi tanggungan usia produktif, relative lebih kecil dari jumlah orang yang menjadi tanggungan Kondisi Pendidikan Penduduk Penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2011 usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD/sederajat 60,47%; tamat SLTP/sederajat sebesar 16,14%; tamat SMU/sederajat 17,94%; dan sebanyak 5,44% yang tamat pendidikan tinggi Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut: Tabel 3.6. Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di Kota Tasikmalaya Tahun 2012 No Ijazah tertinggi yang dimiliki Laki-laki Penduduk 10 Tahun Keatas Perempuan Laki-Laki+ Perempuan 1. < SD 12,55 15,95 14,25 2. SD/sedarajat 44,09 48,35 46,22 3. SLTP /sederajat 17,23 15,05 16,14 4. SMU/ sederajat 20,86 15,02 17,94 5. Akademi/PT 5,26 5,62 5,44 Kota Tasikmalaya Sumber: Bappeda dan BPS Kota Tasikmalaya Ditenggarai dengan masih ada penduduk yang tidak tamat SD. Dapat diprediksi masih ada penduduk yang tidak bisa baca tulis. Program Wajib Belajar sebagaimana yang telah dicanangkan oleh pemerintah belum sepenuhnya tercapai. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kota Tasikmalaya Tahun 2011 berada pada angka 9,1, atau setara dengan SMU kelas 1. Artinya program wajib belajar 9 tahun sudah dapat tercapai. Sedangkan Angka Melek Huruf (AMH) berada pada angka 99,59. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 11

38 Dalam upaya untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, ada upaya akselerasi dari pemerintah daerah menyelanggarakan Program Paket A dan atau Paket B bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat. Sementara itu, penduduk yang tidak tamat SD pada umumnya penduduk yang berusia lanjut, dengan demikian akan dengan sendirinya akan terjadi pengurangan seiring dengan berjalannya waktu, dan pada gilirannya akan terjadi peningkatan angka melek huruf Kondisi Perekonomian Struktur Perekonomian Berdasarkan data pada tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa Struktur Perekonomian Kota Tasikmalaya dibangun oleh sektor primer dengan kontribusi 6,76 persen, terdiri dari sektor pertanian 6,75 persen, dan sektor pertambangan 0.01 persen; Kontribusi kelompok sektor sekunder 31,85 persen, terdiri dari sektor industri pengolahan sebesar 17,19%, Listrik, gas dan air minum 1,62 persen, dan sektor kontruksi 13,04 persen. Sektor Primer; 6,76 Sektor Sekunder; 31,85 Sektor Tersier; 61,39 Kota Tasikmalaya Dalam Angka Tahun 2014 Gambar 3.3. Kontribusi Kelompok Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Kontribusi sektor perekonomian tersier 61,39 persen, yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran 33,14%. Sementara itu kontibusi sektor pengangkutan dan STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 12

39 komunikasi 7,64 persen; Sektor keuangan dan persewaan 10,29 persen; Kontribusi Sektor jasa-jasa sebesar 10,32 persen.kontribusi sektor primer dominan paling kecil terhadap perekonomian Kota Tasikmalaya, hal ini merupakan indikator bahwa perekonomian Kota Tasikmalaya tidak berbasis pada sektor-sektor ekonomi perdesaan yang berbasis pada sumberdaya alam. Kontribusi persektor ekonomi selama periode tahun 2010 sampai tahun 2014 dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 3.7. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kelompok Sektor di Kota Tasikmalaya Tahun Tahun Sektor/Kelompok Sektor Ekonomi (%) (%) (%) (%) (%) I. Kelompok Sektor Primer 6,98 6,67 6,40 7,09 6,76 1. Pertanian 6,97 6,66 6,39 7,08 6,75 2. Pertambangan dan ,01 0,01 0,01 0,01 Penggalian II. Kelompok Sektor 27,67 27,92 28,31 31,52 31,85 Sekunder 3. Industri Pengolahan 14,37 14,39 14,51 17,36 17,19 4. Listrik Gas dan Air Bersih 1,88 1,88 1,85 1,63 1,62 5. Bangunan 11,42 11,65 11,95 12,53 13,04 III. Kelompok Sektor Tersier 65,35 65,42 65,30 61,39 61,39 6. Perdagangan, Hotel dan 31,83 32,45 32,97 32,49 33,14 Restoran 7. Pengangkutan dan 13,18 12,82 12,56 7,85 7,64 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & 8,72 8,68 8,57 10,34 10,29 Jasa 9. Jasa-jasa Perusahaan 11,62 11,47 11,19 10,71 10,32 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Bappeda dan BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2015 Kontribusi sektor modern, yang meliputi sektor perdagangan, pengangkutan, bank dan jasa-jasa memiliki andil yang paling besar, hingga mencapai 61,39 persen. Kontribusi kedua terbesar adalah sekunder, yaitu sector industry pengolahan, listrik dan air bersih serta sector kontruksi mencapai 31,85%; Sementara Sektor primer, yakni sektor pertanian dan pertambangan, menempati urutan ranking terkecil yaitu 6,76%. Rincian kontribusi per sektor ekonomi terhadap PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2013 dapat dilihat dalam Gambar 3.4 STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 13

40 Keuangan Persewaan; 10,29 Pengangkutan dan Komunikasi; 7,64 Jasa-jasa; 10,32 Pertaian; 6,75 Pertambangan & Penggalian; 0,01 Industri Pengolahan; 17,19 Listrik Gas & Air Bersih; 1,62 Kontuksi; 13,04 Perdag Hotel Restoran; 33,14 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2013 (diolah) Gambar 3.4. Kontribusi Per Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Dalam tatanan perekonomian tradisional perdesaan, kontribusi sektor usaha primer biasanya paling dominan. Melihat komposisi kontribusi tersebut di atas, dapat diduga bahwa sedang terjadi proses transformasi perekonomian tradisional, yang lebih menitik beratkan pada sektor primer, ke tatanan perekonomian modern yang lebih menitik beratkan pada nilai tambah suberdaya manusia, yaitu pelayanan jasa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp ,60 juta pada tahun 2010 menjadi Rp ,95 juta pada tahun 2011 dan menjadi Rp ,49 juta pada tahun Begitu pula dengan PDRB Kota Tasikmalaya atas dasar harga konstan tahun 2000 meningkat dari Rp ,20 juta pada tahun 2010 menjadi Rp ,40 juta pada tahun 2011 dan menjadi Rp ,60 juta pada tahun PDRB perkapita Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama periode 2010 sampai dengan periode 2012 dengan laju pertumbuhan yang relatif stabil. Tahun 2010, PDRB perkapita atas dasar harga STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 14

41 berlaku di Kota Tasikmalaya mencapai Rp ,60,- dengan laju pertumbuhan 6,88%; pada tahun 2011 sebesar Rp ,95,- dengan laju pertumbuhan 7,24%; dan pada tahun 2012 menjadi Rp ,49,- dengan laju pertumbuhan 6,80%. Kendati demikian, peningkatan PDRB perkapita diatas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Kota Tasikmalaya secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung pada faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Tabel 3.8. Produk Domestik Regional Bruto Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha I. Primer , , , , ,61 1. Pertanian , , , , ,92 2. Pertambangan dan Penggalian 413,01 436,83 462,19 483,19 508,69 II. Sekunder , , , , ,07 3. Industri , , , ,59 Pengolahan 6 4. Listrik Gas dan , , , , ,50 Air Bersih , , , , ,98 Bangunan/Kontruksi III. Tersier , , , , ,66 6. Perdagangan, ,4 Hotel dan , , , ,09 2 Restoran 7. Pengangkutan , ,61 dan Komunikasi , , ,99 8. Keuangan, Persewaan & Jasa , , , , ,57 Perusahaan 9. Jasa-jasa , , , , , ,9 PDRB ,60 5 Sumber: BPS Kota Tasikmalaya Tahun , , ,3 4 STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 15

42 Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. PDRB perkapita Kota Tasikmalaya yang dihitung atas dasar harga konstan pada tahun 2009 adalah Rp ,20 dan PDRB tahun 2010 adalah Rp ,40,- dan PDRB tahun 2011 mencapai Rp ,60,-.PDRB tahun 2012 sebesar Rp ,46; dan PDRB tahun 2013 mencapai Rp , , , , , , ,00 0,00 ADHB ADHK Sumber: Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2015 Gambar 3.5. Perkembangan PDRB Kota Tasikmalaya Tahun Berdasarkan Gambar 3.5 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kota Tasikmalaya yang tergambarkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama periode lima tahun terakhir, yaitu periode tahun mengalami kecenderungan yang terus meningkat. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA III- 16

43 BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI 4.1. Metode Pendekatan Metode yang digunakan untuk membahas studi ini adalah dengan metode deskriptif kuantitatif. Untuk langkah pertama, diperlukan pemahaman terhadap tipologi dan jenis dari media reklame sehingga akan diketahui persamaan dan perbedaan dari masing-masing jenis media reklame tersebut. Setelah mengetahui jenis dari berbagai media reklame, kemudian melakukan klasifikasi reklame tersebut dengan memperhatikan peraturan terkait dan mempelajari studi kepustakaan. Untuk mendukung studi ini, maka dibutuhkan juga pengamatan hasil lapangan, data dari instansi terkait, serta biro reklame Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan melalui berbagai teknik yaitu : Pengumpulan Data Sekunder Yaitu melakukan pengumpulan referensi yang berhubungan dengan topik studi, diperoleh dari buku-buku serta hasil penelitian-penelitian sebagai landasan teori dan bahan perbandingan, peraturan yang terkait, serta data-data yang diperoleh dari Dinas/Instansi pemerintahan terkait. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara survey instansional. Survey instansional dilakukan kepada instansi instansi yang relevan dan sebelumnya telah melakukan lajian terkait reklame di Kota Tasikmalaya. Kegiatan yang dilakukan pada istansi teknis terkait data-data sebaran reklame di Kota Tasikmalaya, baik yang masih berizin maupun yang sudah tidak berizin. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA IV- 1

44 Adapun instansi yang telah memiliki data terkait dengan reklame di Kota Tasikmalaya yaitu Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPPT) Kota Tasikmalaya, dan Satuan Polisi Pamong Prama (SatPol PP) Kota Tasikmalaya Pengumpulan Data Primer Data primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : Observasi lapangan, yaitu dengan cara mengamati secara langsung wilayah studi tentang sebaran media reklame luar ruangan eksisting. Dokumentasi, yaitu dibuat untuk mendapatkan kondisi eksisting secara visual. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan, yairu melalukan sensus terhadap reklame yang berada di Kota Tasikmalaya, naik yang indoor maupun yang outdoor. Adapun data yang disurvei dan dikumpulkan, meliputi: 1. Pemilik reklame 2. Jenis reklame 3. Ukuran reklame 4. Konten reklame 5. Lokasi reklame 6. Foto reklame eksisting 7. Posisi koordinat reklame 8. Status reklame (berizin atau tidak berizin) 9. Masa berlaku izin reklame Adapun spesifikasi reklame yang harus disensus disesuaikan dengan jenis reklame, seperti pada Tabel 4.1. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA IV- 2

45 Tabel 4.1. Jenis Reklame Outdoor No Jenis Reklame 1 Reklame Permanen: a. Billboard / Papan b. Megatron c. Videotron d. LED (Light Emitting Diode) e. Running Text f. Neon Box 2 Reklame Tembok / Dinding a. Mural b. Grafity 3 Reklame Kain / Layar a. Spanduk, Umbul Umbul, Bandir b. Banner, Baligho 4 Reklame Melekat (Sticker) 5 Reklame Selebaran (Brosur) 6 Reklame Berjalan (pada kendaraan) 7 Reklame Udara 8 Reklame Film 9 Reklame Peragaan a. Permanen b. Tidak Permanen Selain jenis reklame, kegiatan pengumpulan data primer yang berupa sensus harus meliputi pengumpulan beberapa informasi terkait reklame yang selanjutnya akan digunakan dalam proses analisis Penyusunan Masterplan Penyelenggaraan Reklame di Kota Tasikmalaya. Adapun informasi yang harus didapatkan oleh surveyor dalam pengumpulan data primer, antara lain: 1. Titik koordinat reklame 2. Lokasi reklame (nomor bangunan tempat reklame) 3. Titik reklame (di dalam / di luar prasarana kota) 4. Naskah reklame STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA IV- 3

46 5. Ukuran reklame 6. Fungsi ruang 7. Fungsi jalan 8. Sudut pandang 9. Jumlah muka. Sebagai bentuk nyata telah melakukan sensus, maka surveyor mendokumentasikannya dalam bentuk foto Metode Pengolahan dan Analisis Data Pada tahapan ini, data primer dan data sekunder yang telah diperoleh pada saat survey lapangan diinventarisir dan di collecting, serta diolah datanya. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabulasi data yang mudah dibaca dan informatif, yang akan dijadikan sebagai data base. Penyajian data hasil updating data reklame ini disajikan dalam bentuk laporan dan softcopy data yang memuat informasi updating data reklame dan peta sebaran titik reklame lengkap dengan informasi dan masa belaku perizinannya Peralatan Pendukung Alat yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pendataan reklame di Kota Tasikmaaya, terutama untuk pengumpulan data primer, adalah Disto, Global Positioning System (GPS), dan kamera. Disto merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian dan ukuran reklame. Sementara Global Positioning System (GPS) digunakan untuk menentukan koordinat reklame Hasil Survey Adapaun hasil survey yang dihasilkan dari kajian updating data dan titik sebaran reklame di Kota Tasikmalaya, adalah: STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA IV- 4

47 1. Jumlah reklame 2. Pemilik reklame 3. Jenis reklame 4. Ukuran reklame 5. Konten reklame 6. Lokasi reklame 7. Foto reklame eksisting 8. Posisi koordinat sebaran reklame 9. Status reklame (berizin atau tidak) 10. Masa berlaku izin reklame Dilengkapi dengan album gambar / peta yang memuat data sebaran reklame hasil survey lengkap dengan titik koordinat pada setiap koridor jalan. STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA IV- 5

48 BAB 5 KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA: PENATAAN REKLAME KOTA TASIKMALAYA 5.1. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Reklame Berdasarkan data updating reklame tahun 2015 lalu dilakukan survey lapangan untuk mencek data pada tahun Didapatkan perbedaan jumlah papan reklamesebagai berikut: 1. Data Tahun 2015 : 3029 buah reklame 2. Data Tahun 2016 : 2968 buah reklame Adapun jumlah papan reklame di Kota Tasikmalaya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1 tentang Identifikasi Papan Reklame Lengkap di Kota Tasikmalaya Tahun Adapun jenis papan reklame yang lengkap berdasarkan jenis reklamenya, sebagai berikut: No Jenis Jumlah 1 Spanduk Baliho Billboard Neon Sign Neon Box Papan Papan Produk Kain 98 9 Bando LED 2 11 Papan Merk Videotron 2 13 Poster / tempelan 3 14 Bando Jalan 2 STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA V - 1

49 15 Papan Sekolah 1 16 Papan Tempel 2 17 Dinamycs Wall 2 18 Brosur Untuk lebih rincinya lihat Lampiran 2 tentang Pengelompokkan Jenis Reklame Lengkap di Kota Tasikmalaya Tahun Namun demikian, terdapat identifikasi jenis reklame yang tetap dengan mengeluarkan jenis reklame yang sifatnya hanya sementara berupa spanduk, baliho, kain, poster, dan selebaran. Maka jumlah papan reklame yang sifatnya tetap pada tahun 2016 di Kota Tasikmalaya adalah sejumlah Dapat dilihat pada Lampiran 3 tentang Identifikasi Papan Reklame Tetap di Kota Tasikmalaya Tahun Adapun untuk jenis papan reklame billboard, pada tahun 2015 terdapat 96 buah, sementara pada tahun 2016 menjadi 49 buah. Dapat dilihat pada Lampiran 3 tentang Adapun terdapat penurunan jumlah jenis papan reklame Billboard, sebagai berikut : No Tahun Jumlah Adapun foto foto Billboard yang masih ada tahun 2016 yang berjumlah 49 dapat dilihat pada Lampiran 4 tentang Foto Reklame Billboard Kota Tasikmalaya Tahun STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA V - 2

50 5.2. Titik Sebaran Reklame Titik sebaran papan reklame di Kota Tasikmalaya Tahun 2015 adalah pada 74 ruas jalan utama, sebagai berikut: Namun demikian pada tahun 2016 titik sebaran papan reklame diperluas pada 16 ruas jalan utama di Kota Tasikmalaya, yaitu: No Ruas Jalan No Ruas Jalan 1 Jalan Bebedahan 9 Jalan Cieunteung Gede 2 Jalan Cigeureung 10 Jalan Argasari 3 Jalan Cinehel 11 Jalan R.E Djaelani 4 Jalan Buninagara 12 Jalan Bantarsari 5 Jalan Cikalang Tengah 13 Jalan Peta 6 Jalan Cikalanggirang 14 Jalan Cilolohan 7 Jalan Setiawargi 15 Jalan Cieunteung 8 Jalan Tamansari 16 Jalan Cibeuti Adapun jumlah papan reklame pada ruas jalan baru sejumlah 244 papan reklame dapat dilihat pada Lampiran 5 tentang Sebaran Papan Reklame Pada Ruas Jalan Baru Kota Tasikmalaya Tahun STUDI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA PERKOTAAN KOTA TASIKMALAYA V - 3

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN KONDISI GEOGRAFI KOTA TASIKMALAYA A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Tasikmalaya termasuk kedalam Wilayah Pengembangan (WP) Priangan Timur dengan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, - 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa reklame

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menciptakan keindahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 );

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 ); BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMASANGAN REKLAME DI KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk ketertiban penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2016 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan benda atau alat yang akan dipasang pada tempat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 33 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Rakyat mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan menumbuhkan perekonomian masyarakat. Dengan berkembangnya Toko Modern dikhawatirkan keberadaan Pasar Rakyat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. b. bahwa salah

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RGS Mitra 1 of 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RGS Mitra 1 of 8 Lampiran UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TITIK REKLAME DI WILAYAH KOTA SAMARINDA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang Mengingat : a. bahwa bangunan reklame di Kota Samarinda harus dilakukan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan perkembangan kemajuan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2010 SERI E Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 22 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 22 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 22 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :18 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME 1 SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI SEMARANG,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk menciptakan keindahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 1/B, 2008 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kejelasan mengenai

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyampaikan informasi,

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH 1 BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG R E K L A M E DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG Menimbang : a bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Menimbang BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT No. Urut: 08, 2015 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 20 TAHUN 2009 TENT ANG

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 20 TAHUN 2009 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 20 TAHUN 2009 TENT ANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE

Lebih terperinci

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG ======================================================= PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG NILAI SEWA REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENT ANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENT ANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENT ANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang Mengingat bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI LEBAK, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 1 Tahun: 1998 Seri: C =================================================================

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci