TRANSFORMASI DESAIN ANGKUL-ANGKUL
|
|
- Hartono Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TRANSFORMASI DESAIN ANGKUL-ANGKUL Oleh : Ida Ayu Dyah Maharani FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA Denpasar 2011
2 DAFTAR ISI Daftar Isi... ii Daftar Gambar iii Latar Belakang Makna, Fungsi, Penempatan & Kelengkapan Angkul-angkul Tipelogi... 3 Berdasarkan Dimensi Berdasarkan Struktur Berdasarkan Bahan... 4 Berdasarkan Ragam Hias Perkembangan Angkul-angkul ii
3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Sepasang apit lawang di depan angkul-angkul 3 Gambar 2 Penggunaan karang boma pada bagian atas angkul-angkul Gambar 3 Bentuk karang sae... 6 Gambar 4 Hiasan gegodeg dengan ikut teledu pada ujungnya. 6 Gambar 5 Empat transformasi yang terjadi pada angkul-angkul. 8 Gambar 6 Kehadiran ramp untuk sepeda motor.. 11 Gambar 7 Gambar 8 Kehadiran ramp selebar angkul-angkul dengan menghilangkan anak tangga yang ada sebelumnya Lubang angkul-angkul selebar dan setinggi mobil, dengan bentuk yang sangat minimalis tanpa ornamen hias Gambar 9 Pintu gerbang The Arch Septimius Severus in the Forum 13 Gambar 10 Penyeragaman bentuk angkul-angkul sebagai daya tarik pariwisata iii
4 LATAR BELAKANG Angkul-angkul yang merupakan salah satu bentuk pamesuan (pintu keluar dari pekarangan) juga sebagai salah satu wujud arsitektur tradisional Bali yang telah berkembang dengan pesat baik yang terjadi pada fungsi, estetika (bentuk dan langgam) serta struktur. Untuk itu, sangatlah penting dipelajari perjalanan dari perkembangannya tersebut. Dalam hal ini pengkajian dilakukan dalam hal asal mula wujud angkulangkul, cara perkembangan hingga apa yang terlihat pada saat ini. Atau dengan kata lainnya, salah satu cara yang dapat dipergunakan adalah dengan melihat proses transformasinya. Transformasi mempunyai pengertian perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi dan sebagainya) atau pengalihan menjadi bentuk yang berbeda namun masih memiliki nilainilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan, fungsi, perubahan bentuk, penampilan, karakter atau penempatan, mengubah dari pengakuan, mengubah atau mengganti bentuk atau penampilan luarnya, mengubah kondisi, alam dan fungsi. Lebih jauh, transformasi dalam arsitektur hanya akan berarti bila dipertimbangkan dari suatu tindakan yang kompleks, sama sekali tanpa kecacatan visual dan bentuk dari kondisi yang lama, serta diperoleh melalui metodelogi keserentakan atau simultaneity, dan tidak menganjurkan metodelogi monodimensi. Transformasi tidak hanya merupakan saluran tetapi merupakan lautan kreatifitas yang bersungguh-sungguh dan jujur pada elemen yang memiliki sejumlah resiko, ketertiban dan upaya. Terdapat suatu kecenderungan bahwa saluran transformasi dapat sangat menolong untuk mencapai tujuan. Lebih jelasnya, transformasi merupakan upaya untuk mengubah, mengalihkan, menyatukan beberapa hal dalam mencapai nilai yang sama-sama dapat diterima secara serentak.
5 MAKNA, FUNGSI, PENEMPATAN & KELENGKAPAN ANGKUL-ANGKUL Angkul-angkul adalah salah satu dari beberapa bentuk pamesuan di Bali, yang merupakan satu unit umah atau pintu pekarangan untuk unit bangunan rumah tinggal tradisional Bali. Angkul-angkul yang berawal dengan dimensi lubang hanya apajengking (± 50-80cm) merupakan pintu pekarangan rumah yang juga pada awalnya tidak dipersiapkan untuk dilalui hewan peliharaan (seperti sapi) dan kendaraan pada jaman itu (seperti dokar atau delman). Dengan lubang angkul-angkul yang relatif sempit maka sebagai wujud fisiknya, bangunan ini memiliki makna simbolik sebagai berikut : Makna tata krama, dengan lebar pintu hanya apajengking (± 50-80cm) memperlihatkan suatu usaha untuk menutupi sesuatu yang ada di dalam. Andaikata terlihat, maka diusahakan seminimal mungkin. Disini manusia diajak hidup dengan tata krama agar tidak secara vulgar memperlihatkan miliknya yang dapat menimbulkan nafsu orang lain untuk ingin memilikinya. Makna keamanan, terkadang angkul-angkul juga dilengkapi dengan kehadiran apit lawang di posisi depannya (berjumlah sepasang di sisi kanan dan kiri angkulangkul), merupakan simbol penjaga pintu bersenjata yang bertugas menjaga, mengawasi dan yang mengijinkan tamu masuk menemui penghuni. Biasanya apit lawang pada angkul-angkul ini berupa patung Duarapala (duara berarti pintu, pala berarti pundak) dalam wujud kala (raksasa) yang sedang membawa gada dalam kondisi siap siaga. Makna magic, penempatan berdasarkan asta kosala kosali dan asta bumi dimana memiliki perhitungan yang berbeda-beda sesuai dengan arah mata angin, dan memiliki nilai magic yang dipercaya dapat membawa dampak sesuai dengan yang diharapkan penghuninya.
6 Gambar 1 Sepasang apit lawang di depan angkulangkul TIPELOGI Angkul-angkul mempunyai tipelogi awal serta tipelogi perkembangan yang telah mengalami transformasi dari berbagai pengaruh. Beberapa dari sejumlah tipelogi perkembangan ini mempunyai kemungkinan tidak dapat disebut sebagai salah satu jenis pamesuan lagi bila perkembangannya tidak dalam batas-batas yang dapat disebut sebagai kategori pamesuan. BERDASARKAN DIMENSI Angkul-angkul sangat besar dipengaruhi oleh status sosial penghuninya selain kondisi perekonomiannya. Dari hal tersebut akan melahirkan beragam bentuk angkul-angkul. Eksploitasi desain angkul-angkul salah satunya dapat dilakukan dengan tipelogi. Berdasarkan dimensinya, angkul-angkul ini dapat dibedakan atas tipelogi dimensi vertikal dan tipelogi dimensi horisontal. Angkul-angkul mempunyai gabag-gabagan atau pintu dengan lebar lubang atau dimensi horisontal kurang lebih selebar orang mapejengking atau bertolak pinggang. Mapejengking itu sendiri ada dua jenis yaitu mapejengking dengan kepalan tangan diletakkan di pinggang atau kepalan tangan bertemu di depan perut. Selain itu dimensi lebar juga dapat diperoleh dari tiga tapak ditambah satu tapak ngandang. Lebar lubang pintu yang ± 80cm ini mengajak orang agar melangkah hati-hati, tertib dan penuh hormat. Sedangkan dari dimensi vertikal, pintu atau gabag-gabagan angkul-angkul
7 memiliki dimensi yang berbeda-beda sesuai dengan asta kosala kosali sehingga terdapat perbedaan antara angkul-angkul yang menghadap ke arah kangin (timur), kauh (barat), kaja (utara atau ke arah gunung) dan yang ke arah kelod (selatan atau ke arah laut). Dimensi yang dipergunakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penghuni. Tinggi lubang angkul-angkul ini secara garis besarnya adalah 2½ kali lebar lubangnya ditambah dengan pengurip. Penggunaan ukuran ini biasanya dilakukan dengan hati-hati karena dipercaya membawa dampak baik atau buruk kepada penghuninya. Selain dimensi tersebut, masyarakat juga mengenal dimensi vertikal gabag-gabagan yang memiliki tinggi apenyujuh. BERDASARKAN STRUKTUR Berdasarkan strukturnya, pamesuan di Bali terdiri atas dua jenis. Pertama, pamesuan cecandian yang memiliki struktur masif baik dari bataran (bagian kaki atau pondasi) hingga ke bagian atapnya. Yang kedua adalah pamesuan makekerep yang memiliki struktur masif hanya pada bagian bataran dan pengawak (bagian badan), sedangkan struktur atapnya berupa rangka dengan penutup atap dari bahan yang disusun berlapislapis sehingga rapat (kerep) dan tidak dapat ditembus air hujan. Sehingga dapat dikatakan bahwa melihat dari struktur yang dimilikinya maka angkul-angkul termasuk kategori pamesuan makekerep. Angkul-angkul beratap kakerepang (dari bahan-bahan yang dirapatkan atau dianyam) dibedakan atas tipelogi struktur atap malimas, kampyah dan trojogan (grojogan atau gegudangan). BERDASARKAN BAHAN Berdasarkan bahannya, angkul-angkul dapat dibedakan atas tipeloginya dari bahan tanah polpolan, tanah tatalan, batu bata peripihan, batu paras (sejenis paras Belayu), campuran batu paras dan batu bata, paras batu (sejenis paras kerobokan) dan paras tombong (batu karang laut). Selain bahan-bahan tersebut, batu kali yang keras dan kuat juga dipergunakan sebagai pondasi dan undag yang kini menyerupai ramp (tangga yang memiliki kemiringan). Tanah polpolan merupakan bahan bangunan yang terbuat dari tanah. Dalam pemasangan atau pembentukannya dilakukan dengan cara menumpuknya selapis demi
8 selapis dalam lapisan yang cukup tebal. Tanah yang dipergunakan sebagai bahan bangunan ini mengalami proses pencampuran dengan sekam dan dibusukkan selama kurang lebih tiga hari sehingga mudah dibentuk dan tidak menimbulkan retak-retak. Tanah polpolan dalam jangka waktu tertentu akan mengalami pengikisan dan perbaikannya dilakukannya dengan cara diplester atau dikapur. Sedangkan tanah tatalan merupakan bahan bangunan dari tanah, yang setelah kering dibentuk menjadi balok dengan alat perancak. Tanah yang dipergunakan juga mengalami proses pencampuran dengan sekam dan dibusukkan selama kurang lebih tiga hari. Bata peripihan merupakan batu bata yang padat, tidak mengandung batu, berwarna lebih merah serta mudah diukir dibandingkan dengan batu bata biasa. Batu peripihan mengalami proses pengayakan, dicampurkan dengan abu (sisa pembakaran) serta dibusukkan selama kurang lebih tiga hari sebelum dicetak dan dibakar. Bahan lainnya yaitu batu paras yang merupakan batu padas yang padat, berwarna abu-abu dan mudah diukir, oleh sebab itu sering pula disebut sebagai paras ukir. Batu padas ini biasanya digali di tebing-tebing sungai dan dibentuk menjadi balok. Bila batu paras ini banyak mengandung batu, sering disebut sebagai paras batu. Paras tombong merupakan batu karang yang diambil dari bawah permukaan laut. Karang tersebut dirapikan atau dipotong sehingga berbentuk balok. Sedangkan jika dilihat dari bahan penutup atapnya, angkul-angkul beratap kakerepang dapat dibedakan atas tipelogi dengan bahan penutup atap dari klangsah (daun kelapa), sumi (batang padi), ambengan (alang-alang), genteng, ijuk dan bambu yang dibelah ataupun kelopekan tiing atau kelopak bambu. Angkul-angkul dengan bahan atap ijuk kadangkala dilengkapi dengan bubungan atau pemugbug yang dilengkapi dengan dore dari bahan terakota. Pemakaian bahan bangunan pada angkul-angkul mendapat pengaruh sangat besar dari kondisi alam dan kepercayaan setempat karena ketentuan mengenai pemakaian bahan tidak terdapat dalam asta kosala kosali maupun asta bumi. BERDASARKAN RAGAM HIAS Ragam hias angkul-angkul terdapat pada bagian kepala, badan dan kaki angkul-angkul maupun kelengkapannya. Ragam hias yang menghiasi gidat atau bagian atas dari
9 angkul-angkul, selain teterek dan mas-masan yang sederhana juga dapat berupa karang boma, karang sae atau juga dapat berupa bunbunan. Karang boma yang merupakan simbol penjaga keselamatan atau pelindung terhadap kejahatan, sedangkan karang sae seringkali dipergunakan untuk puri. Gambar 3 Bentuk karang sae Gambar 2 Penggunaan karang boma pada bagian atas angkulangkul Untuk paumahan atau perumahan seringkali dipergunakan bunbunan yang merupakan ragam hias yang menggambarkan flora. Sedangkan pada bagian penutup atap, sering dilengkapi dengan dore, gegodeg, ikut teledu, util, murda dan bentala. Gambar 4 Hiasan gegodeg dengan ikut teledu pada ujungnya
10 PERKEMBANGAN ANGKUL-ANGKUL Angkul-angkul dengan bentuknya yang masih asli terutama masih dapat dilihat di desadesa Bali Aga seperti di desa Penglipuran (Bangli), desa Trunyan (Kintamani), desa Pinggan (Kintamani) dan beberapa desa lainnya. Bentuk asal mula angkul-angkul adalah bentuk yang masih menggunakan konsep Tri Angga dimana bentuk tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kepala berupa atap yang ketika itu masih menggunakan bahan sirap (bambu) dan ijuk. Hal ini dikarenakan desa-desa Bali Aga tersebut sebagian besar terletak di daerah pegunungan yang dingin dan berada tidak jauh dari hutan sehingga bahan-bahannya pun dapat dengan mudah diambil dari lingkungan sekitarnya. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi masyarakat, kini bahan atap sering menggunakan seng dan genteng walaupun masih berada di desa yang sama dengan bentuk pertama tadi. Ragam hias pun mulai terlihat pada bagian atap ini seperti yang berupa ikut teledu. Lalu pada bentuk badan, pertama kali hanya berupa tanah polpolan biasa saja, polos tanpa adanya oranamen sedikit pun. Lalu dalam perkembangannya, badan angkulangkul sekarang ini sering dipenuhi dengen ornamen hias sebagai penambah nilai estetik. Bahan yang dipergunakan pun mulai beralih dengan menggunakan bata maupun paras. Dimensi lubang pada bagian badan ini masih banyak yang memiliki tinggi dan lebar yang hanya bisa dilewati oleh satu orang saja atau dengan kata lain, pada awalnya hingga kini masih dapat ditemukan angkul-angkul yang memiliki lubang dengan rata-rata lebar cm dan tinggi cm. Pada bagian bataran atau kaki angkul-angkul, yang menjadi ciri khasnya disini adalah adanya undag-undagan (beberapa anak tangga). Pada jaman dahulu, kehadiran tangga pada angkul-angkul ini selain membiasakan penghuninya untuk selalu melangkah hati-hati, seringkali juga dipergunakan sebagai tempat duduk-duduk untuk berbincang atau berteduh karena dahulu orang-orang masih terbiasa berjalan kaki bila ingin menjangkau ke suatu tempat dan hal ini disebabkan karena juga tingkat perekonomian masyarakat pada jaman dahulu yang masih rendah sehingga saat itu mereka belum memiliki kendaraan bermotor. Dalam perkembangan bentuk pada bagian bataran ini, masyarakat sering menambahkan buk pada sisi kanan dan kiri bagian terbawah tangga sebagai pengganti tempat duduk-duduk yang semula hanya memanfaatkan anak tangga.
11 Gambar 5 Empat transformasi yang terjadi pada angkul-angkul Dari segi proporsi angkul-angkul dengan bentuk yang masih sederhana ini, dalam pembangunannya selalu didasari dengan asta kosala kosali maupun asta bumi. Pembangunannya selalu dilandasi dengan segala macam pertimbangan kepercayaan demi kebaikan penghuninya. Artinya, para pemilik angkul-angkul dengan bentuk yang masih sederhana ini, yang kebanyakan merupakan masyarakat yang memiliki latar belakang adat-istiadat Bali Aga yang masih sangat mengental pada kehidupan sehariharinya ini, masih menerapkan nilai-nilai kosmologinya dalam kehidupan sehari-hari dan hal ini terlihat pada bangunan-bangunannya termasuk dalam bentuk angkulangkulnya.
12 Kini dalam perkembangannya di kota-kota, bentuk yang seperti ini ada beberapa yang masih ingin mempertahankan eksistensinya, yang dimaksudkan untuk menunjukkan identitas arsitektur tradisional Bali. Namun seringkali, kecocokan dengan bangunan yang ada di belakangnya tidak diperhatikan, sehingga sering menimbulkan suatu pemandangan yang saling bertolak belakang dengan adanya angkul-angkul sebagai wakil bentuk arsitektur tradisional Bali dengan bangunan serba modern yang ada di belakang angkul-angkul. Dalam hal ini sepertinya terlihat munculnya gejala post modern dimana masyarakat modern yang memiliki berbagai desain berdasarkan fungsi, namun masih belum bisa lepas dari nilai-nilai kosmologis yang dipercayai sebelumnya. Bangunan tempat tinggal yang didesain berdasarkan pemenuhan kebutuhan fungsi melahirkan bentuk bangunan yang begitu modernnya, digabungkan dengan bentuk angkul-angkul yang didesain dengan menerapkan nilai-nilai kosmologis yang dipercayai sebelumnya. Dengan alasan jaminan keamanan maka angkul-angkul ini pun lalu dilengkapi dengan kehadiran daun pintu sehingga bisa menyembunyikan dan mengamankan segala sesuatu yang terdapat di belakang angkul-angkul tersebut. Adanya usaha untuk mempertahankan bentuk awal angkul-angkul ini merupakan upaya untuk mempertahankan identitas arsitektur tradisional Bali yang dimiliki. Dalam perkembangannya pula kemudian lahirlah keberadaan 2 entrance untuk satu pekarangan rumah. Entrance pertama adalah angkul-angkul itu sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh satu orang saja, sedangkan entrance kedua adalah pagar garasi yang selain sangat bisa dimasuki manusia tapi juga bisa dimasuki kendaraan bermotor berupa mobil dan sepeda motor. Sehingga timbul kesan bahwa kehadiran angkul-angkul tersebut hanya sebagai unsur estetis saja. Fungsi angkul-angkul sebagai pamesuan sebagian besar sudah diambil alih oleh pagar garasi yang sebetulnya merupakan ruang untuk lewat dan menyimpan kendaraan. Dalam hal ini terjadi pergeseran nilai, dimana pintu masuk bagi kendaraan lebih utama daripada pintu masuk bagi manusia. Ini tidak terlepas dari perletakan angkul-angkul dan pagar garasi yang sejajar (sehingga tidak membentuk ruang pengikat) maupun dalam posisi menyiku (membentuk sudut 90 ). Hampir sama dengan permasalahan sebelumnya bahwa hal ini merupakan usaha untuk mempertahankan nilai-nilai kosmologis tradisional yang dilakukan oleh masyarakat modern. Kehadiran angkul-angkul dalam bentuk dasar awal dengan berbagai
13 perhitungan kosmologis merupakan bukti nyata dari usaha tersebut, walaupun kehadirannya juga disertai dengan adanya pagar garasi sebagai entrance yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya kendaraan yang dimiliki penghuninya. Jadi dalam bentuk ini, angkul-angkul hanya berfungsi sebagai entrance pada saat upacara atau terkadang untuk tamu. Selain itu terdapat juga angkul-angkul lengkap dengan tembok panyengkernya (berbentuk seperti tembok pagar pekarangan rumah) yang terletak di tengah halaman rumah. Sehingga pagar garasi menjadi pamesuan utama sedangkan angkul-angkul hanyalah sebagai ruang masuk bagi tamu saja setelah mereka meninggalkan kendaraannya di halaman rumah dan berjalan kaki menuju bangunan utama. Posisi angkul-angkul di tengah halaman ini menciptakan pembagian halaman rumah menjadi dua bagian yaitu bagian pertama merupakan halaman yang menuju garasi kendaraan yang diawali dengan pagar garasi dan bagian kedua merupakan halaman rumah yang diawali dengan angkul-angkul itu sendiri. Lalu pada beberapa tahun sebelumnya, kehadiran tangga pada angkul-angkul ini selain membiasakan penghuninya untuk selalu melangkah hati-hati, seringkali juga dipergunakan sebagai tempat duduk-duduk untuk berbincang atau berteduh karena dahulu orang-orang masih terbiasa berjalan kaki bila ingin menjangkau ke suatu tempat dan hal ini disebabkan karena juga tingkat perekonomian masyarakat pada jaman dahulu yang masih rendah sehingga saat itu mereka belum memiliki kendaraan bermotor. Namun kini masyarakat lebih senang menggunakan kendaraan untuk mencapai tempat-tempat yang sebetulnya masih layak dicapai hanya dengan berjalan kaki, selain juga ditunjang dengan keadaan ekonomi masyarakat yang jauh lebih baik daripada pada jaman dahulu. Perkembangan bentuk angkul-angkul terjadi pada bagian kaki dengan dengan adanya ramp kecil. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan ekonomi masyarakat sehingga saat itu mereka pun sudah memiliki kendaraan terutama sepeda motor. Namun lubang pada bagian badan masih menggunakan dimensi yang sebelumnya, yang hanya bisa dilewati oleh satu orang. Posisi ramp ini pada awalnya ada ditengah-tengah dengan beberapa anak tangga mengapitnya. Dalam perkembangannya kemudian beberapa anak tangga tersebut mulai dihilangkan dan muncullah bentuk dengan ramp keseluruhan, tanpa anak tangga satu pun. Dan sebagai
14 Transform asi D esain A ngkul-angkul pengganti tempat duduk-duduk para penghuninya, muncullah buk kecil (sebagai tempat duduk-duduk) di sisi kanan dan kiri ramp. Gambar 6 Kehadiran ramp untuk sepeda motor Lokasi : desa Penglipuran, Bangli, Bali Gambar 7 Kehadiran ramp selebar angkulangkul dengan menghilangkan anak tangga yang ada sebelumnya Lokasi : desa Penglipuran, Bangli, Bali Kehadiran ramp selebar lubang angkul-angkul yang hanya bisa dimasuki oleh satu orang itulah yang kemudian menjadi cikal bakal perkembangan bentuk angkul-angkul dewasa ini. Perkembangan ekonomi masyarakat terutama masyarakat perkotaan yang sangat pesat, juga salah satunya sebagai penyebab perubahan bentuk angkul-angkul dewasa ini terutama dalam hal dimensi lubangnya. Banyak masyarakat yang telah memiliki kendaraan bermotor berupa mobil sehingga lubang angkul-angkul kini pun
15 Transform asi D esain A ngkul-angkul memiliki dimensi tinggi dan lebar yang disesuaikan dengan dimensi mobil yang mereka miliki (bahkan melebihi tinggi mobil jip sekalipun). Sehingga angkul-angkul yang terbentuk pun berfungsi sebagai entrance bagi penghuninya dan kendaraannya. Maka nilai angkul-angkul yang berfungsi sebagai pamesuan manusia pun mulai bergeser. Gambar 8 Lubang angkul-angkul selebar dan setinggi mobil Lokasi : pasar Kumbosari, Denpasar Bahkan kini bisa dijumpai angkul-angkul dengan lubang ekstra lebar dan ekstra tinggi agar bisa dimasuki truk dan bis. Bentuk yang seperti ini bisa dilihat pada workshop kerajinan dan juga art shop, sehingga bentuk dengan lubang yang sangat besar ini dapat memudahkan truk-truk yang hendak membawa barang-barang produksi maupun bis-bis pariwisata yang membawa para pengunjung ke workshop maupun ke artshop tersebut. Angkul-angkul yang dapat dilewati truk dan bis tersebut mengalami kurang lebih empat kali pelebaran dan dua kali peninggian. Sehingga perbandingan lebar dan tinggi angkul-angkul tersebut tidak memenuhi konsep angkul-angkul sebagai salah satu bentuk pamesuan dan menjadi bersifat out of scale (tidak proporsional lagi). Oleh karena bukan hanya sekedar berfungsi sebagai entrance, angkul-angkul tersebut juga berfungsi sebagai daya tarik para wisatawan. Sehingga hal ini kemudian diwujudkan dengan penggunaan ornamen hias secara berlebihan atau kembali dengan menggunakan bahanbahan tradisional seperti ijuk. Lalu perubahan yang terjadi pada angkul-angkul tidak hanya terjadi pada dimensi yang menimbulkan perubahan bentuk saja, namun perubahan bentuk ini juga terjadi disebabkan karena pemilihan bentuk dasar itu sendiri. Kini banyak dijumpai angkul-
16 angkul yang tanpa bagian kepala, sehingga pada bagian tersebut hanya berupa bentuk datar saja. Bentuk ini tampak sebagai miniatur dari L Arc de Triomphe dan The Arch Septimius Severus in the Forum yang terdapat di Paris. Terkadang pada bagian atap tersebut diganti dengan menggunakan tanaman rambat. Selain itu dapat juga dijumpai angkul-angkul dengan badan bangunan yang berbentuk segitiga, bukan persegi panjang lagi (jika dilihat dari tampaknya). Ragam hias juga ditinggalkan, sehingga nilai estetis diperoleh melalui eksploitasi dari bentuk angkul-angkul itu sendiri. Ornamen-ornamen sebagai ragam hias pun ada beberapa masyarakat yang mulai meninggalkannya. Beberapa dari mereka memilih bentuk yang modern dengan meninggalkan ornamenornamen tersebut (ornamen is crime, terutama bagi orang-orang yang berfikiran lebih modern) sehingga muncullah bentuk minimalis. Dan pada bagian bataran (kaki) yang dulunya berupa tangga maupun ramp mulai ditinggalkan sehingga tidak ada lagi peralihan level pada bagian bawah angkul-angkul yang menandakan adanya perubahan atau peralihan ruang yang ditujunya. Gambar 9 Pintu gerbang The Arch Septimius Severus in the Forum Lokasi : Paris
17 Transform asi D esain A ngkul-angkul Seperti telah disebutkan di atas, selain dipertahankan sebagai identitas di beberapa rumah tinggal, seringkali hal yang sama juga dilakukan oleh usaha komersial seperti art shop dan usaha lainnya. Kehadiran angkul-angkul tersebut bukan hanya sebagai entrance tetapi juga sebagai unsur estetis. Sehingga keberadaan angkul-angkul ini terkadang dianggap sebagai suatu kehadiran yang berlebihan (yang tidak seharusnya ada) dan seringkali dalam bentuk yang sementara (bukan merupakan bentuk permanen). Sebagai daya tarik, hal ini juga dilakukan di desa Penglipuran, Bangli yang sengaja menyeragamkan bentuk angkul-angkul yang masih asli di setiap pekarangan warganya. Gambar 10 Penyeragaman bentuk angkul-angkul sebagai daya tarik pariwisata Lokasi : desa Penglipuran, Bangli, Bali Lalu bentuk angkul-angkul itu sendiri juga sering digunakan sebagai batas wilayah, yang membuat bergesernya nilai angkul-angkul sebagai salah satu bentuk pamesuan yang ada. Pergeseran tersebut ditengerai dari usaha untuk mengangkat suatu bentuk yang dapat memberikan kesan atau karakter daerah tersebut. Bila hanya untuk mencari karakter, dapatkah angkul-angkul yang merupakan batas wilayah ini disebut lagi sebagai salah satu bentuk pamesuan? Seperti diketahui, karakter berarti sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya.
VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 RUMAH DALAM
Lebih terperinciA. GAMBAR ARSITEKTUR.
A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil
Lebih terperinciKONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung
MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK
Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan tata ruang sebagai sebuah hasil akulturasi antara budaya dan logika tercermin dalam proses penempatan posisi-posisi bangunan. Dasar budaya adalah faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan
Lebih terperinciMETAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI
METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI Cara hidup manusia pada awalnya adalah berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Aktivitas sehari-harinyapun hanya mencari makan untuk bertahan hidup seperti berburu
Lebih terperinciPERUBAHAN WUJUD ARSITEKTUR ANGKUL- ANGKUL PADA RUMAH TINGGAL ETNIK BALI DI KOTA DENPASAR
UNDAGI Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 5, Nomor 2, Desember 2017, p- ISSN 2338-0454 (printed), e- ISSN 2581-2211 (online) PERUBAHAN WUJUD ARSITEKTUR ANGKUL- ANGKUL PADA RUMAH TINGGAL ETNIK BALI DI KOTA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan
305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN
i LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN Oleh I Kadek Mardika UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2016 i ii KATA PENGANTAR Rumah
Lebih terperinciDINDING DINDING BATU BUATAN
DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA
KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA Desak Made Sukma Widiyani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail : sukmawidiyani@gmail.com Abstrak Arsitektur
Lebih terperinci+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00
LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinciKonservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli Ida Ayu Dyah Maharani (1), Imam Santosa (2), Prabu Wardono (3),
Lebih terperinciTabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.
Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetik dan nilai artistik. Karya seni rupa tercipta dengan mengolah konsep titik, garis, bidang,
Lebih terperinciREGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA
REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA Aswin Yuyun Triady 1, Dhani Mutiari 2 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI
BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI 2.1 PENGERTIAN PASAR KERAJINAN DAN SENI Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu ( http://id.wikipedia.org/ : 7/9/2009
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak
Lebih terperinciSangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn
Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,
Lebih terperinciDATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT
DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Lebih terperincipada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad
Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji
Lebih terperinciSNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA
SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 03-3529 - 1994 UDC 691.024.15.035.3 MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN DAFTAR ISI Halaman 1. RUANG LINGKUP... 1 2. DEFiNISI... 1 3. ISTILAH... 1 4. KLASIFIKAS1...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya UMUM Atap adalah bagian bangunan yang mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap suara Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memilki nilai kebaikan. Kekayaan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango
17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI
UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 9-16 ISSN 2338-0454 IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI Oleh: I Made Suwirya Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciby NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD
by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya
Lebih terperinciKONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali
KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.
Lebih terperinciUTS SPA 5 RAGUAN
UTS SPA 5 RAGUAN 0851010072 OBYEK 2 OBYEK 1 Prisma OBYEK 1: kultur simbol yang diambil pada obyek 1 ini dapat dilihat dari bentuk atapnya yang mengadopsi rumah adat batak Karo (tempat Perkumpulan warga),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya
BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar
Lebih terperinciBAB 5 HASIL RANCANGAN
BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni
128 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis ini adalah mencakup tiga aspek yaitu Konsep kosmologis rumah bugis, beserta
Lebih terperinci1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL
1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL SIMBOL LANGGAM JAWA GAMBAR 1 GAMBAR 2 GAMBAR 3 GAMBAR 5 SIMBOL DESIGN YANG PERTAMA INI MENGGUNAKAN LANGGAM JAWA YANG SAYA LETAKKAN DI FRAME JENDELA GAMBAR 1 GAMBAR 6
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu. Namun mereka menyebutnya dengan istilah gerabah atau tembikar. Terbukti dengan ditemukannya
Lebih terperinciGambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.
KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis
185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KHUSUS
BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tri Hita Karana Menurut Nadia dan Prastika (2008), Tri Hita Karana berasal dari suku kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti kemakmuran dan Karana berarti penyebab atau
Lebih terperinciPenerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil
Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular
BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Pemilihan Tapak Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini dipilih karena dapat meningkatkan perasaan kembali ke alam dan menyepi
Lebih terperinciberbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini
Desa Tenganan Pegringsingan II Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari Jika dilihat dari bentuk geografisnya, desa Tenganan Pegringsingan berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara.
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan
3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciStruktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa
Struktur Atas & Pasangan Batu Bata Ferdinand Fassa Tujuan dari akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur atas bangunan sederhana 2. Mahasiswa dapat menggambar bagian-bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berbagai macam industri mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun
Lebih terperinciTABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA
TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinci2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,
Lebih terperinciKELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis
Lebih terperinciANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR
ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN
BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu
Lebih terperinci3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan
3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan talang. a. Gording Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam hukum ekonomi memiliki berbagai banyak kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Rumah
Lebih terperinciPengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,
Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti
Lebih terperinciBAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:
Lebih terperinciKONSEP PERANCANGAN TAMAN DEPAN REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tim Perancang: Muhajirin, S.Sn, M.Pd. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.
1 KONSEP PERANCANGAN TAMAN DEPAN REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tim Perancang: Muhajirin, S.Sn, M.Pd. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn LATAR BELAKANG PERANCANGAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai
Lebih terperinciKONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap
KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan DKI Jakarta yang terkenal dengan kota yang tidak pernah berhenti beraktifitas menyebabkan meningkatnya tingkat stress penduduknya. Oleh karena itu, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengujian kualitas genteng pres. (produk kabupaten Kebumen dan produk kabupaten Sukoharjo) UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
Pengujian kualitas genteng pres (produk kabupaten Kebumen dan produk kabupaten Sukoharjo) UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Ari Tri Hatmanto NIM : K 1502010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN
BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciInterpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.
DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang
BAB III ANALISA 3.1 Analisa Pengguna Munculnya Kegiatan Pengguna tak dapat lepas dari ragam kegiatan yang akan diwadahi serta pengaruh dai pelaku kegiatan itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut nantinya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciKONSTRUKSI DINDING BATU BATA
KONSTRUKSI DINDING BATU BATA Mengambar Rekayasa HSKK 208 Pendahuluan Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,
Lebih terperinciTerdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:
Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-
BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai Dasar Pertimbangan, Konsep Pelestarian, Arahan pelestarian permukiman tradisional di Desa Adat
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali
Lebih terperinciSTUDI PENYIMPANGAN UKURAN BATU BATA MERAH
STUDI PENYIMPANGAN UKURAN BATU BATA MERAH Burhanuddin Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Email: amin.burhanuddin@gmail.com Abstract. Studi ini tentang, berapa
Lebih terperinci