BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu tradisi
|
|
- Lanny Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu tradisi yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan cara lisan. Keberadaan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Wakatobi, karena tradisi ini telah hadir sejak mereka masih dalam buaian, hingga mereka meninggal. Dari segi isi, tradisi bhanti-bhanti Wakatobi berisi berbagai pikiran dan perasaan masyarakat Wakatobi, baik yang menyangkut alam, manusia maupun tuhannya. Tradisi bhanti-bhanti Wakatobi tidak terlepas dari aspek pementasan sebagai bagian penting dari tradisi lisan. Pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu peristiwa budaya yang memiliki beberapa unsur penting, salah satunya adalah adanya konteks yang memperngaruhi setiap pementasan. Beberapa konteks yang mendukung pementasan tersebut adalah (1) konteks nazar, (2) konteks syukuran, (3) konteks pesta, dan (4) konteks pesta. Dari berbagai konteks tersebut, semakin memperkuat aspek kelisanan tradisi bhantibhanti Wakatobi. Setiap pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi adalah orisinal dan baru. Setiap konteks yang ada, juga memberikan komposisi skematik yang berbeda, sesuai dengan konteks dan respon penonton. Sebagai tradisi lisan, pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi memiliki beberapa unsur penunjang, yang meliputi (1) situasi dan tempat pementasan, (2) 562
2 unsur performer atau pelantun (orang yang melakukan pertunjukan), (3) audies dan partisan (orang-orang yang terlibat pementasan), (4) media (sarana dan prasarana yang digunakan, baik verbal maupun material seperti nada, ekspresi, dan kostum), (5) variasi pementasan sebagai akibat dari reaksi audiens, dan (6) bahan atau alat (yang meliputi seluruh alat yang digunakan dalam pementasan tradisi lisan. Unsurunsur yang mendukung pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi, menjadi unsur penting dalam perkembangan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi yang telah terjadi secara turun temurun. Setiap kelompok pelantun tradisi bhanti-bhanti memiliki ciri khas yang tidak bisa disamakan dengan kelompok lainnya. Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut. Pertama, pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan peristiwa budaya yang melibatkan pelantun dan penonton dalam ruang dan waktu yang sama. Pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi sangat ditentukan oleh sejauhmana respon pelantun terhadap berbagai konteks dan respon penonton. Pelantun yang dapat merespon konteks dan respon penonton merupakan pelantun yang disukai oleh masyarakat Wakatobi. Oleh karena itu, dari beberapa pelantun yang ada, La Ode Kamaluddin merupakan pelantun yang banyak disukai oleh masyarakat Wakatobi, karena di samping ia mampu memainkan semua alat musik, gambus, biola, gitar dan organ tunggal, ia juga mampu merespon penonton dengan cepat dan halus. Sementara yang lainnya, tidak memiliki kemampuan yang sama dengan La Ode Kamaluddin, sehingga pemberian gelar sebagai maestro tradisi lisan bhantibhanti Wakatobi pantas untuk dia dapatkan. Kedua, nada yang digunakan dalam tradisi bhanti-bhanti Wakatobi mempengaruhi formula yang digunakan dalam tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Di 563
3 sisi yang lain, komposisi skematik, banyak dipengaruhi oleh konteks dan respon penonton. Sehingga pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan ruang komunikasi kultural yang saling berkait dengan formula dan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Dalam tradisi bhanti-bhanti Wakatobi dikenal delapan jenis nada yaitu (1) badendang, (2) badendang baru, (3) balumpa Wanse, (4) balumpa Binongko, (5) nada khas La Ode Kamaluddin, (6) dangdut, (7) ciri khas Wangi-Wangi. Ketiga, pewarisan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi sampai saat ini masih berlanjut secara alamiah, dan juga sudah dilakukan melalui pelatihan secara formal. Pewarisan secara alamiah, memiliki kelebihan dalam hal kemampuan memahami formula dan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Pada konteks masyarakat Wakatobi pelestarian secara alamiah ini, masih berlangsung sampai akhir tahun 1970-an, karena sampai saat itu, masih berkembang tradisi pobhanti yang selalu ikut pada pada beberapa tradisi kabuenga, hekomba a, lariangi, pajogi, bhangka mbule-mbule. Beberapa konteks budaya itu yang membuat mereka lebih akrab dengan formula dan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Sedangkan pelestarian secara formal, mengalami kendala pada persoalan kemampuan menyusun atau mengkomposisi tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Mereka mampu memainkan gitar, gambus, biola bahkan organ tunggal, tetapi tak ada satupun generasi Wakatobi yang memiliki kepiawaian seperti pelantunpelantun yang masih tumbuh atau mewarisi tradisi bhanti-bhanti secara alamiah, misalnya La Ode Kamaluddin, La Mbongo, La Abu aha, La Ajiju, La Huudu, Wa Puru, Wa Rumasi. Generasi baru Wakatobi tidak lagi memiliki kemampuan memahami formula dan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti sebagaimana 564
4 sebagaimana generasi sebelumnya, yang biasa disebut sebagai generasi pobhanti. Penonton saat ini, tidak memiliki daya kritik sebagaimana dimiliki oleh Wa Puru, Wa Rumasi, dan La Rumadi, yang mampu memberikan kritik jika mendengarkan komposisi skematik yang tidak runut. Di era digital, pewarisan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi sudah memberikan dampak yang sangat besar. Kalau pada beberapa dekade sebelumnya, pementasan hanya dinikmati oleh penonton dan pelantun dalam waktu dan tempat yang bersamaan, langsung dan cepat hilang dalam ingatan penonton, maka diera digital, setiap pementasan sudah dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dinikmati oleh pendengar dan penonton di tempat yang sangat jauh, dan juga dapat dinikmati secara berulang-ulang, bahkan mereka tidak pernah mengenal siapa yang melantunkan suatu teks, dan maknanyapun terkadang keluar dari konteks. Diera digital, masyarakat Wakatobi juga memanfaatkan media sosial sebagai ranah untuk pobhanti, walau mereka tidak menggunakan musik, tetapi generasi muda Wakatobi berbalas bhanti-bhanti di media sosial. Ini menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran sosial dan budaya yang mendukung pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Bahkan di dalam sistem politik Wakatobi, tradisi bhanti-bhanti Wakatobi menjadi media yang paling penting untuk membangun isu-isu yang ada. Pemilu 2015 telah membuktikan bahwa kedua tim menggunakan tradisi bhantibhanti sebagai media kampanye yang dikirim di media sosial, kemudian didengarkan di walkman, video, dan kedua tim pasangan menggunakan tradisi bhanti-bhanti sebagai media kampanye mereka. Keempat, formula tradisi bhanti-bhanti Wakatobi disusun berdasarkan polapola formula yang memilikiki keunikan tersendiri sebagai sarana untuk menyusun 565
5 komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Oleh karena itu, formula yang digunakan dalam tradisi bhanti-bhanti Wakatobi meliputi, (1) pengulangan kalimat yang meliputi (a) yang ada pada baris pertama diulang pada baris kedua, (b) pengulangan baris pertama dan kedua diulang pada baris ketiga dan keempat, (c) pengulangan baris pertama pada baris kedua, dan baris tiga diulang pada baris keempat, serta pengulangan baris kedua dan ketiga dibaris lima dan enam. (2) pengulangan kelompok kata, yaitu (a) pengulangan kelompok kata yang ada pada akhir kalimat, pengulangan kelompok kata pada awal baris ketiga dan keempat pada setiap baitnya. (b) pengulangan kelompok kata yang ada pada setiap bait dibait berikutnya. Kelima, komposisi skemati tradisi bhanti-bhanti Wakatobi disusun berdasarkan beberapa hal yaitu : 1. pemanfaatan formula bhanti-bhanti sebagai sarana pengembangan sekuen bhanti-bhanti yaitu (a) pengulangan kalimat, (b) pengulangan kelompok kata, (c) pengulangan kata; 2. penyusunan komposisi skematik dengan memanfaatkan hubungan semantik antara satu bait dengan bait yang lainnya; 3. penyusunan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi dengan memanfaatkan kalimat tanya; 4. penyusunan komposisi skematik dengan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pelantun yang lain; 5. penyusunan komposisi dengan merespon konteks pementasan yang ada. Komposisi skematik seperti ini biasanya digunakan pada setiap teks yang ada dalam pementasa. Di samping itu, penggunaan konteks seperti ini 566
6 biasanya digunakan ketika ada perubahan nada bhanti-bhanti yang disebabkan oleh penggunaan alat yang berbeda, misalnya gambus ke biloa, atau gitar. 6. Adanya pernyataan kontradiksi dengan bait sebelumnya, penyusunan komposisi skematik bhanti-bhanti dengan model seperti ini biasa dilakukan ketika hampir tidak ada hubungan kata dan semantik antara satu bait dengan bait yang lainnya, tetapi hubungan hanya didapatkan melalui adanya kontradiksi dengan teks sebelumnya. 7. Komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti kebanyakan mengangkat beberapa tematik, yaitu (a) kasih sayang ibu; (b) kecemburuan, (c) politik, (d) cinta birahi, (e) refleksi masa lalu. Keenam, berbagai unsur yang membangun tradisi bhanti-bhanti Wakatobi yang menyangkut aspek pementasan maupun aspek struktur menjadi suatu yang menyatu dan saling menunjang. Untuk memahami bagaimana pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi, diperlukan pemahaman mengenai formula dan komposisi skematiknya. Demikian juga untuk memahami formula dan komposisi skematiknya, tidak dapat pula dari pementasan sebagai media komunikasi tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Formula tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan sarana yang dimanfaatkan untuk mengkomposisi tradisi bhanti-bhanti Wakatobi, dan sekaligus dimanfaatkan oleh para pelantun di dalam suatu pementasan untuk menyusun (mengkoposisi) dan sekaligus mementaskan dalam waktu yang bersamaan. Sementara komposisi skematik banyak ditentukan oleh konteks pementasan, terutama respon penonton, pada suatu pementasan. Oleh karena itu, pementasan, formula dan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi 567
7 merupakan suatu kesatuan yang utuh, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya terutama jika melihat tradisi bhanti-bhanti sebagai salah satu produk tradisi lisan. Ketujuh, pementasan, formula dan komposisi skematik merupakan satu kesatuan yang utuh dalam konteks tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Ketiganya memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan satu masa lainnya. Tidak ada formula dan komposisi skematik tanpa pementasan, karena keduanya merupakan sarana yang digunakan oleh seorang pelantun dalam menyusun atau mengkomposisi tradisi bhanti-bhanti dalam suatu pementasan. Demikian, juga formula dan komposisi skematik tidak akan ada, jika tidak ada pementasan, karena formula dan komposisi skematik hanya dapat disusun di dalam pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa pementasan, formula dan komposisi skematik tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. 7.2 Saran Tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa, khususnya masyarakat Wakatobi yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini disebabkan karena tradisi bhanti-bhanti Wakatobi di samping menyimpan berbagai nilai-nilai budaya masyarakat Wakatobi, juga menyimpan berbagai ingatan kolektif masyarakat Wakatobi, mengenai sejarah, kebudayaan yang ada pada masyarakat pendukungnya. Di samping itu, tradisi bhanti-bhanti Wakatobi juga merupakan sarana komunikasi kultural di dalam masyarakat Wakatobi. Sebagai sarana komunikasi kultural, bhanti-bhanti merupakan media masyarakat memberikan kritik kepada pemerintahnya, media pemerintah dalam memberikan arahan kepada 568
8 masyarakatnya. Selanjutnya, melalui tradisi bhanti-bhanti seorang kepala adat mampu memahami keinginan rakyatnya. Dengan demikian, berdassarkan pembahasan yang ada di dalam disertasi ini, yang hanya melihat konteks (pementasan), formula, dan komposisi skematinya, serta keterkaitan antar ketiganya dalam konteks tradisi lisan, maka disarankan agar di masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi khususnya dalam membaca nilai-nilai yang ada di dalam tradisi lisan bhanti-bhanti Wakatobi. Nilai-nilai dapat menjadi kekuatan kultural dalam pembangunan Wakatobi, karena melalui tradisi bhanti-bhanti Wakatobi kita dapat membaca pemikiran masyarakat Wakatobi. Sehingga tradisi bhanti-bhanti Wakatobi dapat menjadi ruang untuk melakukan refleksi terhadap semua yang pernah dilakukan oleh masyarakatnya, dan juga dapat dijadikan sebagai ruang proyeksi dari kehidupan masyarakatnya. Selanjutnya di masa depan diharapkan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran budaya yang ada disetiap sekolah di kabupaten Wakatobi. Tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan satu-satunya entitas budaya yang dapat diterima oleh seluruh subetnis yang ada di kabupaten Wakatobi. Dalam konteks ini, disarankan untuk diadakan penelitian lebih mendalam mengenai efektifitas tradisi bhanti-bhanti Wakatobi sebagai media pembelajaran budaya di sekolah, khususnya pada masyarakat Wakatobi di masa yang akan datang. Dengan ditetapkannya sebagai salah satu warisan budaya nonfisik oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repoblik Indonesia pada 16 Desember 2013 yang lalu, tradisi bhanti-bhanti hendaknya dapat dijadikan sebagai suatu kebanggaan dan penanda identitas masyarakat Wakatobi. Di samping itu, 569
9 disarankan kepada pemerintah daerah dapat memberikan perhatian kepada para pelantun tradisi bhanti-bhanti yang ada di Wakatobi, mengingat tanpa perhatian dari pemerintah, khususnya dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam hal ini dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wakatobi untuk menjadikan tradisi bhantibhanti Wakatobi sebagai salah satu muatan lokal yang ada di seluruh tingkatan sekolah yang ada di Wakatobi. Karena dengan masuknya tradisi bhanti-bhanti ke dalam dunia pendidikan, maka akan berdampak pada pengembangan moral dan karekter generasi muda Wakatobi, terutama tradisi bhanti-bhanti Wakatobi dapat menjadi ruang pembelajan yang berbasis nilai-nilai budaya lokal masyarakat Wakatobi. 570
BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN
BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan kesenian tradisi di Indonesia sangat banyak dan beragam, oleh karena itu amat disayangkan jika kesenian tersebut punah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Ciri khas musik Rarak Godang Rarak Godang mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gambus merupakan salah satu kesenian daerah yang terdapat di Sungai Apit Kabupaten Siak, Riau. Musik gambus umumnya dibawakan oleh orkes gambus. Saat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang sudah dikaji pada bab sebelumnya, ada beberapa poin penting dalam kesenian calung ini. 1. Kesenian calung memiliki peran serta fungsi tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinci2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern maupun di dalam masyarakat tradisional adalah tradisi lisan (Boyer, 1990: 1;
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu gejala kebudayaan yang perlu diperhatikan, baik dalam masyarakat modern maupun di dalam masyarakat tradisional adalah tradisi lisan (Boyer, 1990: 1; Tuloli,
Lebih terperinciOLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK
Keberadaan Orkes Melayu Mawardah di Galang OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah keberadaan alat musik dan lagu yang terdapat pada kelompok orkes melayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal karena seni dan budayanya yang beranekaragamsehinga bangsa ini memiliki daya tarik tersendiri juga memiliki nilai yang tinggi terhadap seni dan budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai
Lebih terperinciTembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud
Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR Gambar 1: penampilan dambus Gambar 2: penjelasan alat musik dambus Gambar 3: alat musik dambus Gambar 4: senar
DAFTAR SINGKATAN LND = Lirik Nyanyian Dambus LND 1 = Lirik Nyanyian Dambus Idup Surang LND 2 = Lirik Nyanyian Dambus Ancor LND 3 = Lirik Nyanyian Dambus Rindu LND 4 = Lirik Nyanyian Dambus Begurau DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Dayak Ngaju merupakan suku Dayak yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya, suku Dayak Ngaju tinggal di sepanjang sungaisungai besar seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan peninggalan benda bersejarah yang berbedabeda. Masing masing daerah memiliki benda yang bersejarah tersendiri yang dapat diangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah video features yang mengenalkan atau melestarikan permainan tradisional warisan budaya lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat
Lebih terperinciKemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078
Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,
Lebih terperincikeunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan salah satu dari kesenian tradisional suku Bugis, di antaranya adalah seni musik dan seni tari. Pertunjukan ini dipentaskan baik pada momen-momen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru untuk dimiliki siswa. Guru semestinya berpikir srtategi apa yang harus dilakukan agar
Lebih terperinciPada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting dalam kesenian Brai ini. 1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.
ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan merupakan aktivitas yang mencakup sosial, hiburan, juga kepercayaan atau adat istiadat yang tidak berwujud sebagai benda. Seni pertunjukan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis seni pertujukan. Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh kolonial Belanda sejak tahun Mereka membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keroncong adalah salah satu musik khas Indonesia yang merupakan hasil akulturasi dari Indonesia dan Portugis. Kemunculan keroncong berawal dari para keturunan portugis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciINDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan
Lebih terperinci2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan ketiga teks MT di Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur didapati simpulan bahwa kesejahteraan hidup bagi manusia yang diwakili oleh
Lebih terperinciMATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL
MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1
Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen
120 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Bentuk penyajian tradisi awalnya perorangan berfungsi untuk batatamba banyanyian, dalam perkembangannya tradisi terdiri dari formasi instrumen masih sederhana terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kediri. Tari Jaranan bukan hanya sekedar untuk penyambutan tamu-tamu penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern ini, banyak produk kesenian budaya yang terlupakan. Negara Indonesia merupakan negara dengan mempunyai berbagai macam warisan budaya, yang setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pengertian transformasi budaya adalah perubahan konsep, bentuk, fungsi, dan sifat budaya untuk menyesuaikan konstelasi dunia (Mardimin, 1994: 14). Transformasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Dapat dikatakan dalam suatu bagian daerah Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian khas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang
Lebih terperinciEKSTRAKULIKULER REOG DALAM MENUMBUHKAN KECINTAAN KESENIAN REOG PADA SISWA DI PONOROGO
EKSTRAKULIKULER REOG DALAM MENUMBUHKAN KECINTAAN KESENIAN REOG PADA SISWA DI PONOROGO BUDI DEFRI KURNIAWATI Universitas Negeri Surabaya bdefri@gmail.com ABSTRAK Reog Ponorogo adalah seni pertunjukan khas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya yang dilakukan ansambel musik Sopo Nauli dalam mempertahankan keberadaan musik tradisi Batak Toba di Kota Medan, maka sebagai
Lebih terperinci