KONSEP PLURALISME ABDURRAHMAN WAHID DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP PLURALISME ABDURRAHMAN WAHID DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM"

Transkripsi

1 KONSEP PLURALISME ABDURRAHMAN WAHID DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) Oleh Achmad Cahyadi NIM: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

2

3

4

5

6 ABSTRAK Achmad Cahyadi ( ), Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Universitas Islam Negreri (UIN) Syarif Hidayatullah Latar belakang penelitian ini adalah bahwa kemajuan zaman di era sekarang ini memiliki berbagai macam tantangan, termasuk tantangan dalam menghadapi pemikiran radikal seperti egois, tertutup (eksklusif), intoleran, dan berorientasi pada kesalehan personal yang dapat memecah belah kebinekaan dan persatuan,. Abdurrahman Wahid melalui ide-ide cemerlangnya khususnya dalam pemikiran pluralismenya akan penulis impelentasikan dalam pendidikan Agama Islam sehingga akan ada pemikiran baru untuk menghadapi tantangan yang banyak terjadi di Negara yang kaya akan keberagaman ini. Studi ini juga dimaksudkan untuk menjawab permasalahan Bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Konsep Pendidikan Pluralisme? Dan Bagaimana Konsep Pendidikan Pluralisme menurut Abdurrahman Wahid dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi kepustakaan yang datanya diperoleh dari berbagai karya tulisan Abdurrahman Wahid terkait pendidikan pluralisme. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka (library research), dengan mengambil ide pemikiran Abdurrahman Wahid. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis dan historis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen dan transkip yang telah ada. Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Menurut Abdurrahman Wahid Konsep Pendidikan pluralisme merupakan suatu pendidikan untuk menerima perbedaan sebagai sunnatullah agar saling mengenal, menghindari perpecahan, mengembangkan kerjasama dengan menanamkan rasa saling pengertian, saling memiliki dan bersikap inklusif, tidak membatasi pergaulan dengan siapapun, namun tetap meyakini kebenaran agama sendiri dengan tidak mempersamakan keyakinan secara total. (2) Dalam perspektif pendidikan Agama Islam, pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan pluralisme memiliki keserasian yaitu berorientasi pada terbentuknya kepribadian serta akhlak yang luhur dengan berdasarkan al-qur an dan al-hadits, serta mengupayakan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi pada peserta didik sejak dini yang berkelanjutan dengan mengembangkan rasa saling pengertian dan memiliki terhadap umat agama lain. i

7 KATA PENGANTAR Bismiilahirrahmanirrahiim Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji Syukur kehadirat Allah swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala nikmat, taufik dan hidayah-nya. Kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasul-Nya yang agung baginda Nabi Muhammad saw. Rasul terakhir yang membawa risalah, penyejuk dan penerang hati umat sehingga selamat bahagia dunia dan akhirat serta mendapatkan syafaat kelak pada hari yaumul qiyamah nanti. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Dr. Khalimi. M.Ag, Dosen Penasehat Akademik juga sebagai Pembimbing skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. ii

8 7. Bapak/Ibu karyawan Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan selama penyusunan skripsi ini. 8. Orang tua tercinta (Ibu Ida dan Bapak Yusuf) yang selalu mendo akan, memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam setiap situasi. 9. Seluruh Keluarga dan sahabat penulis yang senantiasa memberikan do a dan motivasi kepada penulis. 10. Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 pada umumnya dan Kelas B pada khususnya sahabat saya Albert Ferdinand, terima kasih atas semangat, saran-saran, motivasi, bantuan, dan kebersamaan selama menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga Allah swt, membalas kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Alhamdulillaahi Rabbil aalamin Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, 28 Agustus 2017 Penulis iii

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 9 C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Pluralisme Pengertian dan Sejarah Munculnya Pluralisme a. Pengertian Pluralisme b. Sejarah Munculnya Pluralisme ) Faktor Idiologi (Internal) ) Faktor Eksternal Pengertian dan Sejarah Munculnya Pendidikan Pluralisme a. Pengertian Pendidikan Pluralisme b. Sejarah Munculnya Pemikiran Pluralisme Dasar dan Tujuan Pendidikan Pluralisme a. Dasar Pendidikan Pluralisme ) Dasar Historis ) Dasar Normatif iv

10 b. Tujuan Pendidikan Pluralisme B. Biografi Abdurrahman Wahid Biografi a. Kehidupan Awal b. Riwayat Pendidikan Karya-karya Abdurrahman Wahid Penghargaan yang diperoleh Abdurrahman Wahid C. Pendidikan Agama Islam Dasar Pendidikan Agama Islam 54 a. Al-Qur an b. Sunnah c. Ijtihad b. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia Fungsi Pendidikan Agama Islam Tujuan Pendidikan Agama Islam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian C. Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Analisis Data F. Teknik Penulisan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman Wahid Terbentuknya sikap Pluralisme Abdurrahman Wahid Konsep Pendidikan Pluralisme Abdurrahman Wahid. 77 v

11 3. Relevansi Pemikiran Abdurrahman Wahid di Indonesia. 81 B. Konsep Pendidikan Pluralisme menurut Abdurrahman Wahid Ditinjau dari Pendidikan Agama Islam Maqashid al-syari ah Sebagai Prinsip Pendidikan Pluralisme Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman Wahid Ditinjau dari Pendidikan Agama Islam Analisis Pluralisme dalam Pendidikan Agama Islam.. 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah konsep yang tidak ada habisnya dibahas dan dikaji lebih dalam. Berbagai macam ide, wacana, dan gagasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan menjadi suatu objek kajian yang menarik bagi para ahli untuk meneliti dan mengembangkanya. Dari beberapa kajian tersebut, munculah konsep-konsep pendikan yang mempunyai landasan pemikiranya masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan adanya interaksi.interaksi antar individu tersebut bermacam-macam, misalnya interaksi sosial, agama, budaya, dan sebagainya. Proses adanya interaksi antar individu tidak hanya melalui pendidikan saja, akan tetapi pendidikan merupakan media utama dalam interaksi antar individu baik keadaan formal ataupun non formal. Menurut para ahli, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau plural society, 1 dari segi etnis, misalnya ada suku melayu dan ada suku Melanesia yang selanjutnya membentuk seratus suku besar dan suku-suku derivative besar dan kecil. Dari segi bahasa, terdapat ratusan bahasa yang digunakan di seluruh wilayah Nusantara. Dari segi pulau yang dihuni, terdapat sekitar lingkungan kehidupan kepulauan.dari segi sejarah politik lokal, terdapat puluhan bahkan ratusan sistem kerajaan kesukuan lama yang berpengaruh terhadap sistem stratifikasi sosial dan adat istiadat setempat sekarang.dari segi mata pencaharian, terdapat keragaman antara kehidupan pedesaan dan perkotaan.dari segi agama, 1 Prof. Atho Mudzhar, Meretas Wawasan dan PraksisKerukunan Umat Beragama di Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), Cet. I, hlm. 47 1

13 2 terdapat sejumlah agama besar dunia dan sejumlah sistem kepercayaan lokal yang tersebar diseluruh wilayah Nusantara. 2 Masyarakat semacam itu merupakan suatu fenomena unik dan menarik, tetapi juga bisa menjadi pangkal konflik seperti yang banyak terjadi sejak dahulu hingga kini. Di satu sisi keragaman dapat diterima oleh masyarakat sebagai sebuah keniscayaan yang disikapi dengan arif, namun di sisi lain ternyata menimbulkan masalah yang cukup kompleks. Pada hakikatnya, bangsa kita sebagai sebuah masyarakat heterogen yang sedang tumbuh, tentu sulit untuk mengembangkan saling pengertian yang mendalam antara beraneka ragam unsur-unsur etnis, budaya daerah, bahasa ibu, dan kebudayaannya.paling tidak tentu saling pengertian tercapai barulah bersifat nominal belaka.pola hubungan seperti itu dengan sendirinya tidak memiliki daya tahan yang ampuh terhadap berbagai tekanan yang datang dari perkembangan politik, ekonomi, dan budaya, sehingga kerukunan yang ada hanyalah kondisi yang rapuh. 3 Sering kali perbenturan dalam pluralisme yang mendapat sorotan tajam adalah mengenai pluralisme agama.karena secara historis, di negara ini agamaagama besar berkembang dengan suburnya.dan secara sosiologis, hubungan masing-masing agama sarat dengan berbagai dinamika, terkadang akomodatif dan terkadang konfrontatif. Pola hubungan akomodatif terjadi karena masing-masing umat dapat mengaktualisasikan ajaran agamanya dengan benar sekaligus para pemeluk agama menaati dan mengakomodir nilai-nilai budaya lokal.sedangkan mencuatnya hubungan konfrontatif disebabkan oleh sifat dan watak umat beragama, termasuk pemahaman agama yang sempit serta adanya pengaruh provokasi dari luar.yang selanjutnya menyebabkan kerusuhan yang bernuansa agama. 2 Prof. Atho Mudzhar, Meretas Wawasan dan PraksisKerukunan Umat Beragama di Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), Cet. I, hlm Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kumpulan PemikiranK. H. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4 RI, (Jakarta: Kompas, 1999), Cet. II, hlm. 15

14 3 Perbedaan sikap dan pandangan, apalagi perbenturan kepentingan dapat membuat ketenangan suasana sewaktu-waktu berubah menjadi kebalauan.mereka yang tadinya saling menghormati, tiba-tiba dapat bersikap saling menyalahkan. Dalam pelaksanannya, ada lima dimensi sebagai tujuan pendidikan multikultur agar peserta didik maupun pendidik bisa menjadi penyeimbang dari struktur masyarakat yang tertimpang kepada struktur yang berkeadilan, yaitu, pertama adanya integrasi pendidikan dalam kurikulum yang didalamnya melibatkan keragaman dalam satu kultur pendidikan yang tujuan utamanya adalah menghapus perasangka. Kedua, konstruksi ilmu pengetahuan yang di wujudkan dengan mengetahui dan mengetahui secara komperhensif keragaman yang ada.ketiga, pengurangan prasangka yang lahir dari intraksi antar keragaman dalam kultur pendidikan. Keempat, pedagogic kesetaraan manusia yang member ruang dan kesempatan yang sama kepada setiap eleman yang beragam. Kelima, pemberdayaankebudayaan sekolah adalah tujuan dari pendidikan multicultural yaitu agar sekolah menjadi elemen social dari struktur masyarakat yang timpang kepada struktur yang berkeadilan. 4 Dua dasawarsa terakhir ini, Indonesia sedang ditandai oleh friksi dan tensi krusial dengan warna keagamaan, misalnya konflik Kristen-Islam di Poso, Maluku sampai Paling mutakhir dan paling menonjol dalam kurun tahun 2008 hingga awal 2011 adalah pada 1 Juni 2008 terjadi penyerangan oleh FPI (Front Pembela Islam) terhadap anggota AKKBB (Aliansi Kebebasan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) yang tengah melakukan aksi di Monas, Jakarta. Pada 27 Juli 2010 masjid Syekh Ali Martaib di desa Lumban Lobu, Kec. Tapanuli Utara-Sumatera Utara dibakar oleh orang tak dikenal menjelang subuh, 06 Februari 2011 terjadi tragedi di Cikeusik, Pandeglang-Banten yaitu penyerangan terhadap Jama ah Ahmadiyah yang menewaskan empat orang dan melukai lima orang, 08 Februari terjadi perusakan tiga Gereja di Temanggung Jawa Tengah 4 Abdurrahman Wahid, Islam ku Islam anda Islam kita Agama Masyarakat Demokratis, (Jakarta: the wahid institute 2006), hal. 223

15 Hal-hal demikian sangatlah disesalkan mengingat masyarakat Indonesia 4 oleh massa yang tidak puas karena terdakwa kasus penistaan agama Antonius Richmon hanya divonis lima tahun penjara, serta yang terakhir adalah penyerangan pesantren di Pasuruan oleh gerombolan bermotor pada 15 Februari merupakan masyarakat yang plural dan hanya bisa di satukan dengan menjunjung tinggi sikap toleransi baik suku, agama maupun budaya. Sikap toleransi inilah yang membuat masarakat Indonesia bisa melihat keindahan Indonesia sebagai negara yang plural menghargai perbedaan dan hidup dalam perdamaian meski masalah di negara plural ini akan slalu ada akan tetapi masyarakat akan bisa melihat berbagai permasalahan dengan sikap yang lebih dewasa, sehingga jangan sampai ada yang menunggangi di setiap konflik memanfaatkan yang terjadi demi kepentingan pribadi ataupun politik. Sebenarnya, konflik-konflik tersebut tidak selalu berdasarkan pertimbangan keagamaan, tetapi juga karena faktor kebangsaan, kesejarahan, kesenjangan sosial-ekonomi dan politik, hegemoni kultural, kekuasaan teritorial, dan sebagainya. Meskipun demikian, tampak bahwa pertimbangan religiusitas sedikit banyak mengandung semangat kebencian pemeluk suatu agama vis a vis pemeluk agama lainnya. 6 Menurut Yenni Wahid, kekerasan berbau SARA (Suku Agama Ras dan Antar golongan) terjadi karena ada pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa Indonesia yang majemuk. Mereka membenturkan hal-hal yang berbeda, juga ada keinginan untuk memimpin ruang-ruang tertentu namun rela mengacaukan hubungan yang telah harmonis. Serta ada pula penyebab lain, terutama faktor ekonomi yang bisa menyebabkan seseorang menjadi frustasi lalu 5 Fauzan Dj, Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama, Suara Merdeka, Semarang, 20 Februari 2011, hlm. 4 6 Abdul Dubbun Hakim, Menembus Batas Tradisi, Menuju Masa Depan yang Membebaskan, Refleksi ataspemikiran Nurcholis Madjid (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006), hlm. 3-4

16 5 mudah ditawari untuk menjadi mujahid dengan mengikuti kelompok yang menjanjikan surga dan kemuliaan. 7 Agama dewasa ini ditantang dan diuji oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesatnya, agama-agama besar dunia, Yahudi, Kristen, dan Islam disadari ataupun tidak telah memasuki periode krisis yang akut dan berlangsung secara kontinyu. Krisis tersebut karena agama-agama sudah tidak mampu memberikan solusi-solusi alternatif bagi manusia modern dalam ragam masalah kehidupan mereka. Adanya keanekaragaman corak beragama adalah fenomena empiris historis yang tidak mungkin kita hindari.berhadapan dengan realitas tersebut setiap umat beragama disapa untuk menyikapi adanya pluralitas tersebut tanpa mengambil sikap yang eksklusif, partikularis, dan intoleran dalam hidup di tengah-tengah kemajemukan. Sebenarnya, pluralitas keagamaan adalah sebuah kehendak Tuhan yang tidak akan berubah sehingga keberadaannya tidak mungkin ditolak atau ditawar. 8 Sikap mental yang apresiatif dan inklusif terhadap adanya keanekaragaman agama tersebut sejalan dengan semangat nash al-qur an surat al- Hujurat: 13 Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.sesungguhnya orang yang 7 Zannuba Arrifah Chafsoh, Perangi Ahmadiyah Dengan Dakwah, Suara Merdeka, Semarang, 20 Februari 2011, hlm. 2 8 Abdul Dubbun Hakim, op. cit. hlm. 9-10

17 6 paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 9 Jika dicermati secara mendalam, Allah swt. Secara tegas menyatakan melalui firman-nya tersebut bahwa terdapat kemajemukan di muka bumi ini.adanya laki-laki dan perempuan serta perbedaan suku bangsa harus diterima sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar keniscayaan tersebut.bahkan kita disuruh untuk menjadikan pluralitas tersebut dengan berinteraksi sosial sebagai instrumen untuk menggapai kemuliaan di sisi Allah swt. Sejalan dengan firman tersebut, maka pluralitas umat meningkat menjadi pluralisme.yaitu sistem nilai yang memandang optimis-positif terhadap keanekaragaman dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu. Dalam sejarah perkembangan agama Islam, diketahui bahwa hijrahnya Nabi ke Madinah bukan bertujuan untuk membentuk negara Islam, melainkan hanya untuk menjamin keamanan masyarakat agamanya serta demi kondisikondisi yang dibutuhkan bagi penyiaran agama Islam.Selain itu Nabi juga ingin mengimplementasikan perintah-perintah Allah swt. di Makkah untuk diterapkan di Madinah. Di Madinah, Nabi mengeluarkan sebuah Piagamyang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas, dengan menekankan kerjasama seerat mungkin dengan sesama kaum Muslimin dan menyerukan kepada orang-orang Muslim dan Yahudi untuk bekerjasama demi keamanan mereka bersama. 10 Pluralisme merupakan kenyataan bahwa dalam suatu kehidupan manusia terdapat keragaman suku, ras, budaya, dan agama.keragaman itu bisa terjadi karena adanya faktor lingkungan tempat manusia hidup yang berbeda-beda. Lingkungan empat musim bagi seseorang akan membuat orang tersebut memiliki 9 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Jakarta: Al Huda Kelompok Gema Insani,2005), hlm Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Pustaka, 2000), hlm.13

18 7 karakter dan pembawaan yang berbeda dengan orang yang hidup dalam lingkungan dua musim. Menurut Nurcholis Madjid, Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedarsebagai kebaikan negatif (negative good), hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme. 11 Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan juga suatu keharusan bagi keselamatan ummat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. 12 Dengan demikian, hal tersebut menegaskan adanya masalah besar dalam kehidupan beragama yang ditandai oleh kenyataan pluralisme dewasa ini. Salah satu masalah besar dari paham pluralisme yang telah menyulut perdebatan abadi sepanjang masa menyangkut masalah keselamatan adalah bagaimana suatu teologi dari suatu agama mendefinisikan dirinya di tengah agama-agama lain. Dari uraian tersebut, menjadi nyata bagi kita bahwa masalah pokok dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Kita akan menjadi bangsa yang kukuh, kalau umat agama-agama yang berbeda dapat saling mengerti satu sama lain, bukan hanya sekedar saling menghormati. Yang diperlukan adalah rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang rasa satu terhadap yang lain. Sikap mental ini kemudian berubah menjadi eksklusivisme, sektarianisme, dan intoleransi antarumat beragama sehingga terjadilah konflik-konflik dan 11 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm Budhi Munawwar-Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaran Kaum Beriman, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 39

19 8 perang atas nama agama. Realitas empirik inilah yang memprihatinkan kita semua.namun, justru karena itulah dialog antaragama menjadi sangat penting. 13 Kecenderungan sekelompok kecil umat Islam yang sering bersikap keras terhadap penganut agama lain menurut Abdurrahman Wahid merupakan proses pendangkalan agama. Pendangkalan ini muncul karena pengaruh politik Islam di Timur Tengah di mana Islam sudah dijadikan ideologi atau komoditas politik. Proses pendidikan dan dakwah Islam yang cenderung bersifat memusuhi, mencurigai, dan tidak mau mengerti agama lain merupakan faktor lain yang memperburuk hubungan antarumat beragama di Indonesia. Hal ini dilakukan baik oleh mubalig maupun guru-guru di sekolah.padahal tidak ada ayat atau hadis nabi yang memerintahkan kaum Muslim bersikap keras demikian, apalagi terhadap agama-agama samawi. 14 Pluralisme yang ditekankan Abdurrahman Wahid adalah pluralisme dalam bertindak dan berpikir. Pluralisme dalam bertindak mensyaratkan seseorang untuk tidak membatasi pergaulan dengan orang lain (eksklusif) meskipun berbeda keyakinan. Pluralisme dalam berpikir adalah kesediaan untuk menerima atau mengambil gagasan atau pemikiran dari kalangan lain. Sikap hidup yang demikian merupakan realisasi dari pandangan demokratis, toleran dan pluralistik Abdurrahman Wahid. Sikap itu pula yang bisa menjelaskan keluasan pergaulan dan wawasan Abdurrahman Wahid yang ternyata bersumber dari banyak sekali ajaran, nilai moral, dan budaya yang ada di dunia termasuk faktor pendidikan yang diterima di dalam keluarga dan pendidikan formal yang ditekuninya bahkan sampai kepada keaktifannya di berbagai organisasi kemasyarakatan. Oleh sebab itu, pendidikan yang sampai sekarang masih diyakini mempunyai peran besar dalam membentuk karakter generasi muda penerus 13 Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kumpulan Pemikiran K. H. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4 RI, (Jakarta: Kompas, 1999), Cet. II, hlm Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus (ed), Passing Over: Melintas Batas Agama, (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm

20 9 bangsa, maka melalui sistem pendidikannya, sebuah pendidikan pluralisme akan sangat dibutuhkan serta dapat memelihara dan berupaya menumbuhkan pemahaman yang inklusif pada anak bangsa. Dengan suatu orientasi untuk memberikan penyadaran akan pentingnya sikap saling menghargai, menghormati dan bekerja sama dengan agama-agama lain. Mencermati realitas tersebut, pemikiran mengenai pentingnya pendidikan pluralisme terutama bagi bangsa Indonesia yang majemuk menurut pandangan seorang tokoh yang sangat mengedepankan pluralisme, baik pemikirannya yang diaktualisasikan dalam bentuk tulisan di berbagai media, maupun bentuk sikap dan tindakan riil yang dilakukannya, entah itu ketika menjabat sebagai presiden, sebelum maupun sesudah menjabat, sangatlah menarik untuk dikaji. Dan untuk penelitian ini, pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Pluralisme akan ditinjau dalam perspektif Pendidikan Islam, sehingga penelitian ini diberi judul KONSEP PLURALISME MENURUT ABDURRAHMAN WAHID DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang telah diuraikan menjadi sangat lebar, supaya masalah yang terkait dengan judul menjadi jelas, maka penulis perlu mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Masalah-masalah yang terkait kebudayaan dan SARA selalu menjadi wacana yang menarik untuk dikaji, namun pemecahan masalahnya belum memuaskan. 2. Indonesia sebagai Negara multikultural berfrekuensi tinggi adanya konflik kultural. 3. Pemikiran K.H Abdurrahman Wahid terkait dengan pendidikan pluralisme belum terkonsepkan. 4. Pendidikan yang ada sekarang belum bisa mencapai tujuan pendidikan seperti yang dirumuskan undang-undang sisdiknas.

21 10 5. Pendidikan Agama islam yang pluralisme merupakan pendidikan alternatif yang perlu dikembangkan, tetapi konsepnya masih abstrak untuk terealisasikan. C. Pembatasan Masalah Pembahasan dalam penulisan skripsi tidak mungkin dapat dibahas secara keseluruhan.penulisan ini perlu dibatasi supaya tidak melebar dan menyimpang dari fokus masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu Konsep pluralisme Abdurrahman Wahid dalam perspektif pendidikan Agama Islam K.H Abdurrahman Wahid. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan dikaji: 1. Bagaimana Konsep Pendidikan Pluralisme menurut Abdurrahman Wahid? 2. Bagaimana Konsep Pendidikan Pluralisme menurut Abdurrahman Wahid ditinjau dari Perspektif Pendidikan Islam? E. Tujuan Penelitian Dari beberapa permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Konsep Pendidikan Pluralisme. 2. Mengetahui bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Konsep Pendidikan Pluralisme jika ditinjau dari Perspektif Pendidikan Agama Islam. F. Manfaat Penelitian Harapan dari penulisan skripsi ini adalah agar bermanfaat dalam memberikan gambaran tentang Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid dalam prspektif pendidikan Agama Islam untuk dijadikan pegangan sesama praktisi pendidikan yang sekiranya dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi nyata dalam memecahkan berbagai masalah berbau SARA (Suku Agama Ras dan Antar golongan) yang bisa menimbulkan dampak ketegangan di antara kelompok, suku, serta pemeluk agama yang dihadapi oleh masyarakat plural, seperti di Indonesia.

22 BAB II PLURALISME, BIOGRAFI ABDURRAHMAN WAHID DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pendidikan Pluralisme 1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Pluralisme a. Pengertian Pluralisme Pluralisme yang dalam bahasa arabnya diterjemahkan alta addudiyyah, 1 secara lughawi berasal dari kata plural (Inggris) yangberarti jamak, dalam arti ada keanekaragaman dalam masyarakat, ada banyak hal lain di luar kelompok kita yang harus diakui. Pluralisme adalah sebuah ism atau aliran tentang pluralitas. 2 Menurut tokoh muslim Nusantara Cak Nur pluralism adalah satu landasan sikap positif untuk menerima kemajemukan semua hal dalam kehidupan social dan budaya, termasuk agama. 3 Pluralisme yang berarti jamak atau lebih dari satu, dalam kamus bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian.pertama, pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non-kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis, berarti sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih dari satu. Sedangkan ketiga, pengertian sosio-politis: adalah suatu sistem yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok tersebut. Ketiga pengertian tersebut sebenarnya bisa disederhanakan dalam satu makna, yaitu 1 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Gema Insani, 2007), Cet. III, hlm Syamsul Ma arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2005), hlm. 11 Hal.78 3 Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme (Malang: Aditya media publishing), 11

23 12 koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masingmasing. 4 Nurcholis Madjid menyatakan bahwa pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme.pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar sebagai kebaikan negatif (negative good), hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme. Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan juga suatu keharusan bagi keselamatan ummat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kitab suci justru disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan Tuhan yang melimpah kepada ummat manusia. 5 Menurut Alwi Shihab, pengertian konsep pluralisme dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud dengan pluralisme adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dan budaya dapat dijumpai di mana-mana, tapi seseorang dapat dikatakan menyandang sifat tersebut apabila ia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Kedua, pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme, kosmopolitanisme menunjuk suatu realitas di mana aneka ragam, ras, bangsa hidupberdampingan di suatu lokasi. Ambil contoh kota New York, 4 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Gema Insani, 2007), Cet. III, hlm.12 5 BudhiMunawwar-Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 31

24 13 kota ini adalah kota kosmopolitan, yang terdapat orang Yahudi,Kristen, Muslim, Hindu, Buddha, bahkan orang-orang tanpa agama. Namun interaksi positif antar penduduk ini, khususnya di bidang agama, sangat sedikit, kalaupun ada. Ketiga, konsep pluralisme tidak dapat disamakan denganrelativisme. Seorang relativisme akan berasumsi bahwa hal-hal yang menyangkut kebenaran atau nilai-nilai ditentukan oleh pandangan hidup serta kerangka berfikir seorang atau masyarakatnya. Sebagai konsekuensi dari paham ini adalah agama apapun harus dinyatakan benar, atau tegasnya, semua agama adalah sama. Keempat, pluralisme agama bukanlah sinkretisme, yakni menciptakan suatu agama baru dengan memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen ajaran dari beberapa agama tersebut. 6 Atau dapat diartikan bahwa pluralisme merupakan suatu sikap saling mengerti, memahami, dan menghormati adanya perbedaan-perbedaan demi tercapainya kerukunan antarumat beragama.dan dalam berinteraksi dengan aneka ragam agama tersebut, umat beragama diharapkan masih memiliki komitmen yang kokoh terhadap agama masing-masing. 7 b. Sejarah Munculnya Pluralisme Pemikiran Pluralisme muncul pada masa yang disebut dengan pencerahan (Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad ke-18 M, masa yang sering disebut sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern.yaitu masa yang diwarnai dengan wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusia yang berorientasi pada superioritas akal (rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan-kungkungan agama. Di tengah hiruk pikuk pergolakan pemikiran di Eropa yang timbul dari konflik-konflik yang terjadi antara gereja dan kehidupan nyata di luar Gereja, muncullah suatu paham yang dikenal dengan liberalisme, yang 6 Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1999), hlm Syamsul Ma arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, op. cit., hlm. 17

25 14 komposisi utamanya adalah kebebasan, toleransi, persamaan dan keragaman atau pluralisme. Oleh karena paham liberalisme pada awalnya muncul sebagai madzhab sosial politis, maka wacana pluralisme yang lahir dari rahimnya, termasuk gagasan pluralisme agama juga lebih kental dengan nuansa dan aroma politik. 8 Secara umum sebab-sebab lahirnya teori pluralisme dapat di klasifikasikan dalam dua faktor utama yaitu faktor internal (ideologis) dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul akibat tuntunan akan kebenaran yang mutlak (absolute truth claims) dari agamaagama itu sendiri, baik dalam masalah akidah, sejarah maupun dalam masalah keyakinan atau doktrin. 1) Faktor ideologi (internal) Keyakinan seseorang yang serba mutlak dan absolut dalam apa yang diyakini dan diimaninya itu paling benar adalah alami belaka. Keyakinan akan absolutisme dan kemutlakan ini berlaku dalam hal akidah dan ideologi (baik yang berasal dari wahyu Allah dan sumber lainnya). Kenyataan ini hampir tak satupun yang mempertanyakannya, hingga datangnya era modern di mana faham relativitas agama mulai dikenal dan menyebar secara luas di kalangan para pemikir dan intelektual, khususnya pada dekade terakhir abad ke-20 ini. 2) Faktor Eksternal a) Faktor sosio politis Faktor yang mendorong munculnya teori pluralisme agama adalah berkembangnya wacana-wacana sosio politis, demokratis dan nasionalisme yang telah melahirkan sistem negara-bangsa dan kemudian mengarah pada apa yang dewasa ini dikenal dengan globalisasi, yang merupakan hasil praktis dari sebuah proses sosial dan politis yang berlangsung selama kurang lebih tiga abad. Proses ini bermula semenjak pemikiran manusia mengenal liberalisme 8 Anis Malik Thoha, op. cit. hlm. 16

26 15 yang menerompetkan irama-irama kebebasan, toleransi, kesamaan dan pluralisme sebagaimana telah di singgung di atas. b) Faktor Ilmiah atau Keilmuan Pada hakikatnya terdapat banyak faktor keilmuan yang berkaitan dengan pembahasan ini.namun yang memiliki kaitan langsung dengan timbulnya teori-teori pluralisme agama adalah maraknya studi-studi ilmiah modern terhadap agama-agama dunia, atau yang sering juga dikenal dengan studi perbandingan agama. Dengan kata lain peran penting studi agama modern adalah sebagai supplier para filosof agama dan teolog dengan pengetahuan pengetahuan dan data data lengkap yang dapat membantu peran dan tugas utama mereka, yakni memahami hakikat agama Pengertian Pendidikan Pluralisme dan Sejarah Munculnya Pemikiran Pluralisme a. Pengertian Pendidikan Pluralisme Definisi tentang pendidikan pluralisme menurut Frans Magnez Suseno adalah suatu pendidikan yang mengandaikan kita untuk membuka visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang memiliki baik perbedaan maupun kesamaan cita-cita. Inilah pendidikan akan nilai-nilai dasar kemanusiaan untuk perdamaian, kemerdekaan, dan solidaritas. 10 Pendidikan Pluralisme sering dikenal orang dengan sebutan Pendidikan Multikultural. Ainurrofiq Dawam menjelaskan definisi pendidikan multikultural sebagai proses pengembangan seluruh potensi 9 Anis Malik Thoha, op. cit. hlm Syamsul Ma arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, op. cit. hlm. 92

27 16 manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). 11 Muhammad Ali menyebut pendidikan multikultural sebagai pendidikan yang berorientasi pada proses penyadaran yang berwawasan pluralis secara agama sekaligus berwawasan multikultural, seperti itu, dengan sebutan Pendidikan Pluralis Multikultural. Menurutnya, pendidikan semacam itu harus dilihat sebagai bagian dari upaya komprehensif mencegah dan menanggulangi konflik etnis agama, radikalisme agama, separatisme, dan integrasi bangsa, sedangkan nilai dasar dari konsep pendidikan ini adalah toleransi. 12 Memperhatikan beberapa definisi tentang pendidikan pluralisme tersebut di atas, secara sederhana pendidikan pluralisme dapatlah didefinisikan sebagai pendidikan untuk/tentang keragaman keagamaan dan kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.pendidikan di sini, dituntut untuk dapat merespon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Melalui sistem pendidikannya, sebuah pendidikan yang berbasis pluralisme akan berusaha memelihara dan berupaya menumbuhkan pemahaman yang inklusif pada peserta didik. Dengan suatu orientasi untuk memberikan penyadaran terhadap para peserta didiknya akan pentingnya saling menghargai, menghormati dan bekerja sama dengan agama-agama lain. 13 b. Sejarah Munculnya Pemikiran Pluralisme Menurut sejarahnya, di negara-negara yang menganut konsep demokrasi seperti Amerika Serikat dan Kanada, Pendidikan Pluralisme 11 Ainurrofiq Dawam, Emoh Sekolah; Menolak Komersialisasi Pendidikan dankanibalisme Intelektual, Menuju Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Inspeal Ahimsa KaryaPress, 2003), hlm Syamsul Ma arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, loc. cit 13 Syamsul Ma arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, (Semarang: Nedd s Press, 2008), hlm. 100

28 17 bukanlah barang baru lagi.karena mereka telah melaksanakannya khususnya dalam upaya melenyapkan diskriminasi rasial antara orang kulit putih dan kulit hitam yang bertujuan memajukan dan memelihara integrasi nasional. Sedangkan di Indonesia, pendidikan pluralisme relatif baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen. Memang terdapat sejumlah kekuatan di dunia ini yang ikut melahirkan Pendidikan Pluralisme-Multikulturalisme. Yang menurut H.A.R Tilaar, kekuatan-kekuatan tersebut adalah: 1) Proses demokratisasi dalam masyarakat dunia, yang dipicu oleh pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia yang tidak membedakan atas warna kulit, agama, dan gender. 2) Pembangunan kembali Eropa sesudah Perang Dunia II (marshal plan), yang telah menarik pekerja-pekerja di luar Eropa memasukinegaranegara Eropa Barat. Akhirnya banyak yang menetap dan menjadi warga setempat sehingga mereka meminta perlakuan adil, terutama pendidikan bagi generasi mudanya agar bisa mengakomodir kultur asal mereka. 3) Lahirnya paham nasionalisme kultur, sejalan dengan berkembangnya paham demokrasi dan HAM. Sehingga pendidikan pun mulai terbuka untuk memenuhi kebutuhan serta mempersiapkan paradigma baru bagi kelompok-kelompok etnis baru dengan kebudayaan mainstream-nya Dasar dan Tujuan Pendidikan Pluralisme a. Dasar Pendidikan Pluralisme 1) Dasar Historis Ada banyak bukti historis bahwa Nabi Muhammad SAW. memberikan kebebasan kepada pemeluk agama lain untuk melakukan ritual di masjid milik umat Islam. Dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam al-sirah al-nabawiyyah, bahwa Nabi pernah menerima kunjunganpara hlm Syamsul Ma arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, op.cit.,

29 18 tokoh Kristen Najran berjumlah 60 orang.menurut Muhammad ibnu Ja far ibnu al-zubair, ketika rombongan itu sampai di Madinah, mereka langsung menuju masjid.saat itu Nabi sedang melaksanakan shalat ashar bersama para sahabatnya.mereka datang dengan memakai jubah dan surban, pakaian yang juga lazim digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.Dan para sahabatnya.ketika waktu Kebaktian tiba, mereka pun tak harus mencari gereja.nabi memperkenankan mereka untuk melakukan sembahyang di masjid. 15 Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh kalangan Kristen. Ketika umat Islam dikejar-kejar oleh Kafir-Quraisy Mekkah, yang memberikan perlindungan adalah Najasy, raja Abesinia yang Kristen.Ia berpendirian bahwa pengikut Muhammad haruslah dilindungi hak-haknya, termasuk hak memeluk agama.begitu pula ketika Nabi hijrah ke Madinah, Beliau mengadakan pertemuan secara besar-besaran bersama sahabat Anshar dan beberapa keluarga (Naqib) dari Mekkah.Dalam pertemuan itu, 23 artikel dari Piagam Madinah telah ditetapkan.juga tercantum dalam piagam itu, untuk membentuk masyarakat dan hubungan-hubungan legal bagi kelompok Muslim yang baru.selanjutnya Beliau berkonsultasi dengan perwakilan dari non-muslim.akhirnya seluruh dari mereka menyepakati dasar-dasarpembentukan sebuah city-state yang baru.inilah yang kemudiandiabadikan dengan sebutan Piagam Madinah. Seperti yang telah dikatakan oleh Muhammad Husain Haekal bahwa: Antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan masyarakat Yahudi, Muhammad membuat perjanjian tertulis yang berisi pengakuan atas agama mereka dan harta benda mereka, dengan syarat-syarat timbal balik. Sehingga setiap warga Madinah tanpa membedakan agama maupun suku, mereka berkewajiban mempertahankan kota itu. Mereka harus bekerja sama antar sesama Moh. Shofan, Menegakkan Pluralisme; Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah, (Jogjakarta: LSAF, 2008), hlm Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2008), cet. Ke-30, hlm. 202

30 19 Piagam Madinah adalah piagam pertama dalam sejarah peradaban Islam yang menyepakati soal-soal hubungan atau interaksi sosial antara kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan agama dan budaya, yakni antara kelompok Yahudi, Nasrani dan Muslim. Di sini, Nabi Muhammad saw bertindak sebagai pencetus dan mediator dalam gerakan ishlah ini. Isi dari piagam madinah yang telah di artikan kedalam bahasa Indonesia yaitu: (Piagam Madinah) Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah saw, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka a) Pasal 1 Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain. b) Pasal 2 Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin c) Pasal 3 Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. d) Pasal 4 Banu Sa idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. e) Pasal 5 Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

31 20 f) Pasal 6 Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. g) Pasal 7 Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. h) Pasal 8 Banu Amr bin Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. i) Pasal 9 Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. j) Pasal 10 Banu Al- Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin. k) Pasal 11 Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang di antara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam poembayaran tebusan atau diat. l) Pasal 12 Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya. m) Pasal 13 Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang di antara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

32 21 n) Pasal 14 Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh) orang beriman. o) Pasal 15 Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain. p) Pasal 16 Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya. q) Pasal 17 Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka. r) Pasal 18 Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain. s) Pasal 19 Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus. t) Pasal 20 Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman. u) Pasal 21 Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya. v) Pasal 22 Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.

33 22 w) Pasal 23 Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad saw. x) Pasal 24 Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan. y) Pasal 25 Kaum Yahudi dari Bani Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga. z) Pasal 26 Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. aa) Pasal 27 Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. bb) Pasal 28 Kaum Yahudi Banu Sa idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. cc) Pasal 29 Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. dd) Pasal 30 Kaum Yahudi Banu Al- Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. ee) Pasal 31 Kaum Yahudi Banu Sa labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. ff) Pasal 32 Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. gg) Pasal 33 Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu Awf. hh) Pasal 34 Sekutu-sekutu Sa labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa labah). ii) Pasal 35 Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

34 23 jj) Pasal 36 Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad saw. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah sangat membenarkan ketentuan ini. kk) Pasal 37 Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasihat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya. ll) Pasal 38 Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan. mm) Pasal 39 Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini. nn) Pasal 40 Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat. oo) Pasal 41 Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya. pp) Pasal 42 Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad saw. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini. qq) Pasal 43 Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka. rr) Pasal 44 Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib. ss) Pasal 45 Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka

35 24 diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya. tt) Pasal 46 Kaum Yahudi Al- Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah palingmembenarkan dan memandang baik isi piagam ini. uu) Pasal 47 Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah saw. Demikianlah piagam madinah yg menjadi acuan bagi pluralisme di dalam Agama Islam yang telah terjadi di masa rasulullah saw. Kemudian Hal-hal penting yang dapat dijadikan sebagai dasar interaksi sosial di tengah komunitas yang plural antara lain: a) Seluruh suku yang ada di Madinah disebut dalam pasal-pasal piagam dengan maksud menghormati identitas kolektivitas keagamaan dan etnik yang ada dalam masyarakat tersebut b) Tiap-tiap kelompok etnik dan keagamaan dijamin otonomi hukum dan budayanya secara total. c) Secara garis besar Piagam Madinah memuat kesepakatan antara Muhammad, kaum Musyrik, dan Yahudi. Dari 47 pasal yang termuat dalam piagam itu meliputi masalah monoteisme, persatuankesatuan, persamaan hak, keadilan, kebebasan beragama, bela negara, pelestarian adat, perdamaian dan proteksi.

Sebagai contoh, anda boleh lihat Piagam Madinah di bawah.

Sebagai contoh, anda boleh lihat Piagam Madinah di bawah. 36 WAWASAN OPEN UNIVERSITY Sebagai contoh, anda boleh lihat Piagam Madinah di bawah. Piagam Madinah Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah

Lebih terperinci

PIAGAM MADINAH DAN TERJEMAHANNYA

PIAGAM MADINAH DAN TERJEMAHANNYA PIAGAM MADINAH DAN TERJEMAHANNYA Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah Piagam dari Muhammad. Nabi saw di antara kaum mukminin dan muslimin (yang berasal) dari Quraisy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

PIAGAM MADINAH. Pasal 1 Sesungguhnya mereka adalah satu bangsa negara (ummat), bebas dari (pengaruh dan kekuasaan) manusia lainnya.

PIAGAM MADINAH. Pasal 1 Sesungguhnya mereka adalah satu bangsa negara (ummat), bebas dari (pengaruh dan kekuasaan) manusia lainnya. PIAGAM MADINAH MUKADDIMAH Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang "Inilah Piagam Tertulis dari Nabi Muhammad SAW di kalangan Orang-orang yang beriman dan memeluk Islam (yang berasal) dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010

Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010 Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TINGKAT NASIONAL KE-XXIII TAHUN

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:

Lebih terperinci

PIAGAM MADINAH. Kandungan piagam ini terdiri daripada 47 fasal.

PIAGAM MADINAH. Kandungan piagam ini terdiri daripada 47 fasal. PIAGAM MADINAH Piagam Madinah telah dibuat oleh Nabi Muhammad s.a.w. pada tahun 622M bersamaan tahun pertama Hijrah, merupakan perlembagaan bertulis pertama di dunia. Kandungan piagam ini terdiri daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI PENDAHULUAN Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau ketentuan yang mengandung petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah

Lebih terperinci

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN c Menghormati Kemanusiaan d MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam kesempatan khutbah kali ini, saya ingin mengajak semuanya untuk merenungkan ajaran

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Miraj Nasional, Jakarta, 7 Juni 2013 Jumat, 07 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Miraj Nasional, Jakarta, 7 Juni 2013 Jumat, 07 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Miraj Nasional, Jakarta, 7 Juni 2013 Jumat, 07 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN ISRA MI'RAJ NASIONAL DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, TANGGAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan. Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan. Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah 78 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah 1. Surat Al Baqarah ayat 62 Menurut tafsir Sayyid Quthb, yang ditekankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

Dj, Fauzan, Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama, Suara Merdeka, Semarang, 20 Februari 2011 Faqih, Maman Imanulhaq, Fatwa dan Canda Gus

Dj, Fauzan, Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama, Suara Merdeka, Semarang, 20 Februari 2011 Faqih, Maman Imanulhaq, Fatwa dan Canda Gus DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) Ahmad, Munawar, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, (Yogyakarta: LKiS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji. Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji. Kompetensi Dasar: 4.1 Menjelaskan pengertian persatuan dan maksud persatuan umat Islam 4.2 Menjelaskan pengertian dan maksud kerukunan antar umat beragama

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak Aspek Akhlak 4 Qana ah dan Tasamuh Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, siswa akan mengetahui tentang pengertian qanaah dan tasamuh, menampilkan contoh perilaku qanaah dan tasamuh serta dapat

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari BAB V PENUTUP Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan secara panjang lebar, guna untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung

Lebih terperinci

ISLAM DAN TOLERANSI. ABDUL RACHMAN, S.S., M.Pd.I. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Industri.

ISLAM DAN TOLERANSI. ABDUL RACHMAN, S.S., M.Pd.I. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Industri. Modul ke: ISLAM DAN TOLERANSI Fakultas TEKNIK ABDUL RACHMAN, S.S., M.Pd.I Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Masjid Al-Aqsa, sebuah nama masjid bersejarah di Kudus, Jawa Tengah memang kurang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

Lebih terperinci

Naskah Piagam Madinah

Naskah Piagam Madinah Naskah Piagam Madinah Publiser Oleh Von Edison Alouisci http://v-e-alouisci.blogspot.com 1. Muqoddimah Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Inilah Piagam Tertulis dari Nabi Muhammad

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017 KR/KOJK SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA Jakarta, 1 Juni 2017 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan 50 BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan Proses terjadinya kerukunan di Kelurahan Kranggan tidak lepas dari usaha pemerintah setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Salah satunya adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, 07-9-09 Senin, 07 September 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Â PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QURAN 1430 H DI ISTANA BOGOR, JAWA BARAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan ajaran yang diberikan kepada manusia untuk dijadikan dasar dan pedoman hidup di dunia. Ajaran ini diturunkan untuk dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2563 TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika 44 BAB IV ANALISIS A. Kualitas Tingkat Toleransi Pada Masyarakat Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Toleransi antar umat beragama, khususnya di Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

Pemikiran Abdul Munir Mulkhan Tentang Pendidikan Multikultural

Pemikiran Abdul Munir Mulkhan Tentang Pendidikan Multikultural Pemikiran Abdul Munir Mulkhan Tentang Pendidikan Multikultural SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I), pada Jurusan Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang menghiasi keragaman agama

BAB II LANDASAN TEORI. keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang menghiasi keragaman agama 14 BAB II LANDASAN TEORI Indonesia merupakan sebuah negara dengan berbagai macam keragamannya bukan hanya dalam hal budaya namun juga agama sepertihalnya keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang

Lebih terperinci

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah SWT dalam bentuk yang paling sempurna. Selain memiliki bentuk fisik yang lengkap, mereka juga dibekali dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA Dalam bab sebelumnya telah di uraikan tentang toleransi antar umat beragama di Desa Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD

Lebih terperinci

PIAGAM MADINAH DAN PRAKTEK POLITIK NABI MUHAMMAD SAW. Oleh: Ulya Fuhaidah

PIAGAM MADINAH DAN PRAKTEK POLITIK NABI MUHAMMAD SAW. Oleh: Ulya Fuhaidah PIAGAM MADINAH DAN PRAKTEK POLITIK NABI MUHAMMAD SAW Oleh: Ulya Fuhaidah BIOGRAFI SANG NABI - Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau bertepatan dengan April 571 M. - Ayahnya bernama Abdullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada manusia tersebut,

Lebih terperinci

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH KETELADANAN BAB 12 RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH MAIN MENU HOME KETELADANAN RASULULLAH DALAM MEMBINA UMAT (PERIODE MADINAH) IDENTITAS PETA KONSEP MATERI LATIHAN & SOAL IDENTITAS PROGRAM

Lebih terperinci

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen MASYARAKAT MADANI Modul ke: 13 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah Masyarakat Madani 3. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani 4. Institusi Penegak Masyarakat

Lebih terperinci

Materi PAI. Bab IX Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Madinah. Oleh Yuliandre

Materi PAI. Bab IX Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Madinah. Oleh Yuliandre Materi PAI Bab IX Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Madinah Oleh Yuliandre Kompetensi Dasar 1. Memahami makna perjuangan dakwah Rasul saw di Madinah 2. Menganalisis faktor-faktor keberhasilan dakwah

Lebih terperinci

19/03/ Digubal oleh Nabi Muhammad s.a.w pada tahun 622M

19/03/ Digubal oleh Nabi Muhammad s.a.w pada tahun 622M 1 0 Digubal oleh Nabi Muhammad s.a.w pada tahun 622M 0 Merupakan perlembagaan bertulis pertama di dunia 0 Mengandungi 47 fasal yang terbahagi dua. 0 23 fasal tersebut membicarakan tentang hubungan umat

Lebih terperinci

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada

Lebih terperinci

Perjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam

Perjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam Perjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam Kelompok 2 Arum Suci Alfiani Innesyifa Haqien Syifa Fatimah Azzahra Keadaan Masyarakat Madinah sebelum Islam Terdapat suku Aus dan suku Khazraj,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA 18 BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA A. Konsep Syura dalam Islam Kata syura berasal dari kata kerja syawara>> yusyawiru yang berarti menjelaskan, menyatakan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM MEMANTAPKAN CIVIC DISPOSITION

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM MEMANTAPKAN CIVIC DISPOSITION A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia dibangun atas keberagaman/ kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, dan adat istiadat. Kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia dan

Lebih terperinci

3 Wasiat Agung Rasulullah

3 Wasiat Agung Rasulullah 3 Wasiat Agung Rasulullah Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009 Ballroom Hotel Sahid Jakarta, 16 Februari 2009 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum Warahmatullahi

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI Pendidikan Multikultural (1) Oleh : Efrin Baka Abstrak Indonesia adalah satu di antara negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa

Lebih terperinci

FUNDAMENTALISME ISLAM. 1. Ikfan Febriyana Ulul Azmi Najitama Indah Septia D.N

FUNDAMENTALISME ISLAM. 1. Ikfan Febriyana Ulul Azmi Najitama Indah Septia D.N FUNDAMENTALISME ISLAM 1. Ikfan Febriyana 10313244016 2. Ulul Azmi Najitama 10313244028 3. Indah Septia D.N 10313244029 Fundamentalisme Islam ASAL USUL & PENGERTIANNYA LAHIRNYA GERAKAN ISLAM FUNDAMENTALIS

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PELAKSANA HARIAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALIASASI 4 PILAR KEBANGSAAN BAGI HAMONG PROJO KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PELAKSANA HARIAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALIASASI 4 PILAR KEBANGSAAN BAGI HAMONG PROJO KABUPATEN SEMARANG 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PELAKSANA HARIAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALIASASI 4 PILAR KEBANGSAAN BAGI HAMONG PROJO KABUPATEN SEMARANG TANGGAL 28 PEBRUARI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

PLURALISME DAN TOLERANSI

PLURALISME DAN TOLERANSI c Demokrasi Lewat Bacaan d PLURALISME DAN TOLERANSI Oleh Nurcholish Madjid Berkenaan dengan masalah pluralisme, kita dapatkan kenyataan bahwa masyarakat kita masih menunjukkan pemahaman yang dangkal dan

Lebih terperinci

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci