Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi (ISO 15189:2007, IDT) ICS ; Badan Standardisasi Nasional

2

3 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Persyaratan manajemen Organisasi dan manajemen Sistem manajemen mutu Pengendalian dokumen Kaji ulang kontrak Pemeriksaan oleh laboratorium rujukan Jasa dan pasokan eksternal Pelayanan konsultasi Penyelesaian keluhan Identifikasi dan pengendalian ketidaksesuaian Tindakan perbaikan Tindakan pencegahan Peningkatan berkelanjutan Rekaman mutu dan teknis Audit internal Kaji ulang manajemen Persyaratan teknis Personel Kondisi akomodasi dan lingkungan Peralatan laboratorium Prosedur pra-pemeriksaan Prosedur pemeriksaan Jaminan mutu prosedur pemeriksaan Prosedur pasca-pemeriksaan Pelaporan hasil Lampiran A Lampiran B Lampiran C Bibliografi i

4 Prakata Standar Nasional Indonesia ISO 15189:2009, Laboratorium medik - Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi ini merupakan adopsi identik dengan metode terjemahan dari ISO 15189:2007, Medical laboratories Particular requirements for quality and competence versi Bahasa Inggris (E). Dokumen ini diterbitkan untuk digunakan sebagai persyaratan kompetensi laboratorium medik. SNI ini dirumuskan oleh Subpanitia Teknis Perumusan Standar Nasional Indonesia Penilaian Kesesuaian PK 03-01, Lembaga Penilaian Kesesuaian (ISO 15189) yang merupakan subpanitia teknis dari PT 03-01, Lembaga Penilaian Kesesuaian dan telah dikonsensuskan pada tanggal 14 Februari 2009 di Hotel Bumi Wiyata, Depok. Beberapa dokumen yang digunakan dalam acuan normatif standar ini telah diadopsi secara identik menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu: a) ISO 31-1 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan ruang dan waktu; b) ISO 31-2 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan periode dan fenomena yang berhubungan; c) ISO 31-3 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan mekanika; d) ISO 31-4 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan panas; e) ISO 31-5 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan listrik dan magnit; f) ISO 31-6 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan radiasi cahaya dan elektromagnetik sejenis; g) ISO 31-7 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan akustika; h) ISO 31-8 diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan kimia fisika dan fisika molekul; i) ISO diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan reaksi inti dan radiasi pengion; j) ISO diadopsi menjadi SNI , Besaran dan satuan fisika untuk zat padat; k) ISO 9000:2005 diadopsi menjadi SNI ISO 9000:2008, Sistem manajemen mutu Dasar dan kosa kata; l) ISO 9001:2000 telah direvisi menjadi ISO 9001:2008 dan diadopsi menjadi SNI ISO 9001:2008, Sistem manajemen mutu Persyaratan; m) ISO/IEC 17025:2005 diadopsi menjadi SNI ISO/IEC 17025:2008, Persyaratan umum kompetensi laboratorium penguji dan kalibrasi. Apabila pengguna menemukan keraguan dalam standar ini maka disarankan untuk melihat standar aslinya yaitu ISO 15189:2007 (E) dan/atau dokumen terkait lain yang menyertainya. ii

5 Pendahuluan Standar Nasional Indonesia ini, berdasarkan ISO/IEC dan ISO 9001, yang merupakan persyaratan khusus untuk kompetensi dan mutu laboratorium medik. Diketahui bahwa suatu negara mempunyai regulasi sendiri yang spesifik atau persyaratan yang dapat diterapkan pada beberapa atau semua personel profesional dengan aktivitas dan tanggung jawabnya. Pelayanan laboratorium medik adalah penting untuk perawatan pasien dan oleh karenanya harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan semua pasien dan personel klinik bertanggung jawab untuk perawatan pasien. Pelayanan ini termasuk pengaturan permintaan, persiapan pasien, identifikasi pasien, pengumpulan spesimen, transportasi, penyimpanan, pemrosesan dan pemeriksaan sampel klinik, termasuk urutan validasi, interpretasi, pelaporan dan saran, dengan mempertimbangkan keselamatan dan etika dalam pekerjaan laboratorium medik. Bilamana diijinkan oleh regulasi nasional, diharapkan bahwa pelayanan laboratorium medik termasuk pemeriksaan pasien dalam kasus konsultasi, dan beberapa pelayanan yang berpartisipasi aktif dalam pencegahan penyakit sebagai bagian dari diagnosa dan pengelolaan pasien. Setiap laboratorium juga harus menyediakan kesempatan pendidikan dan ilmiah yang sesuai untuk staf profesional yang bekerja di laboratorium tersebut. Selain standar ini digunakan untuk pengakuan dari pelayanan laboratorium medik, dapat juga berguna dan tepat untuk layanan dan disiplin lain. Sebagai tambahan, lembagalembaga yang terikat dalam pengakuan kompetensi laboratorium medik akan dapat menggunakan standar ini sebagai dasar dari kegiatannya. Bila laboratorium akan diakreditasi, sebaiknya memilih badan akreditasi yang mengoperasikan standar ini dan yang menggunakan persyaratan khusus laboratorium medik. Mendemonstrasikan kesesuaian dengan standar ini tidak berarti bahwa sistem manajemen mutu yang dioperasikan oleh laboratorium memenuhi seluruh persyaratan ISO SNI ini tidak digunakan untuk tujuan sertifikasi. Hubungan antara klausul dan subklausul dari ISO edisi kedua dengan ISO 9001:2000 dan ISO/IEC 17025:2005 diuraikan secara rinci dalam Lampiran A dari standar ini. iii

6

7 Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi 1 Ruang lingkup 1.1 Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan kompetensi khusus untuk laboratorium medik. 1.2 Standar ini digunakan oleh laboratorium medik dalam mengembangkan sistem manajemen mutu dan menilai kompetensi mereka dan digunakan oleh badan akreditasi dalam menetapkan atau mengakui kompetensi laboratorium medik. 2 Acuan normatif Dokumen acuan berikut sangat diperlukan dalam mengaplikasikan standar ini. Untuk acuan dengan tahun penerbitan, hanya edisi yang dikutip yang berlaku. Untuk dokumen acuan tanpa tahun penerbitan, edisi terakhir dokumen acuan tersebut (termasuk amandemennya) yang berlaku. ISO 31 (all parts), Quantities and unit. ISO 9000:2005, Quality management systems Fundamentals and vocabulary. ISO 9001:2000, Quality management systems Requirements. ISO/IEC Guide 43-1, Proficiency testing by interlaboratory comparisons Part 1: Development and operation of proficiency testing schemes. ISO/IEC 17025:2005, General requirements for the competence of testing and calibration laboratories. 3 Istilah dan definisi Untuk keperluan standar ini, digunakan istilah dan definisi berikut. 3.1 akreditasi prosedur dimana lembaga yang diberi otoritas memberikan pengakuan formal bahwa suatu lembaga atau personal memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas tertentu 3.2 akurasi pengukuran kedekatan antara hasil suatu pengukuran dan nilai benar besaran ukur [VIM: 1993, definisi 3.5] 3.3 rentang acuan biologis rentang acuan rentang 95% dari pusat distribusi nilai acuan 1 dari 46

8 CATATAN 1 normal. Hal ini menggantikan istilah yang digunakan dengan tidak benar seperti rentang CATATAN 2 Kesepakatan umum menetapkan rentang acuan sebagai rentang 95% dari pusat distribusi. Ukuran lain atau kurva yang asimetris dapat diterima pada kasus-kasus tertentu. Lihat [13] pada bibliografi. 3.4 pemeriksaan serangkaian kegiatan yang bertujuan menetapkan nilai atau karakteristik suatu bahan CATATAN Dalam beberapa disiplin ilmu (misalnya mikrobiologi) suatu pemeriksaan merupakan kegiatan menyeluruh dari sejumlah pengujian, pengamatan atau pengukuran kemampuan laboratorium sumber daya fisik, lingkungan dan informasi, personel, keterampilan dan keahlian untuk pemeriksaan yang dilakukan CATATAN Kaji ulang kemampuan laboratorium dapat mencakup hasil keikutsertaan dalam uji banding antar laboratorium sebelumnya atau program pemantapan mutu eksternal atau pelaksanaan program uji coba pemeriksaan, atau semua hal tersebut, untuk menunjukkan ketidakpastian pengukuran, batas deteksi, dan sebagainya. 3.6 direktur laboratorium personel kompeten yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang atas suatu laboratorium CATATAN 1 Untuk tujuan Standar ini, Direktur dapat terdiri dari beberapa orang personel yang ditunjuk secara kolektif. CATATAN 2 Kualifikasi dan pelatihan dapat dilakukan berdasarkan pada peraturan nasional, regional dan lokal. 3.7 manajemen laboratorium personel (beberapa personel) pengelola kegiatan laboratorium yang dipimpin oleh seorang direktur laboratorium 3.8 pengukuran serangkaian kegiatan untuk menetapkan nilai kuantitas [VIM:1993, definisi 2.1] 3.9 laboratorium medik laboratorium klinik laboratorium untuk pemeriksaan biologi, mikrobiologi, imunologi, kimia, imunohematologi, hematologi, biofisika, sitologi, patologi atau pemeriksaan bahan lain dari tubuh manusia dengan tujuan memperoleh informasi untuk diagnosis, pencegahan dan pengobatan suatu penyakit, atau penilaian kesehatan manusia, dan dapat menyediakan pelayanan konsultasi yang mencakup semua aspek penelitian laboratorium termasuk interpretasi hasil dan saran tentang pemeriksaan lanjutan 2 dari 46

9 CATATAN Pemeriksaan ini juga mencakup prosedur untuk menetapkan, mengukur atau menjelaskan ada atau tidaknya berbagai substansi atau mikroorganisme. Fasilitas yang hanya mengumpulkan atau menyiapkan spesimen atau yang bertindak sebagai pengirim atau pusat distribusi, tidak termasuk sebagai laboratorium medik yang dimaksud, walaupun mungkin merupakan salah satu bagian dari jejaring atau sistem laboratorium yang lebih besar prosedur pasca-pemeriksaan tahap pasca analitik proses setelah pemeriksaan termasuk pengkajian secara sistematik, penyusunan format dan interpretasi, kewenangan untuk mengeluarkan, melaporkan dan mengirimkan hasil, serta menyimpan sampel pemeriksaan 3.11 prosedur pra-pemeriksaan tahap pra analitik secara kronologis tahap pra analitik dimulai dari permintaan pemeriksaan oleh klinisi termasuk permintaan pemeriksaan, persiapan pasien, pengambilan sampel primer, transportasi ke dan di dalam laboratorium dan berakhir ketika prosedur pemeriksaan analitik dimulai 3.12 sampel primer spesimen sekumpulan dari satu bagian atau lebih bahan yang diambil langsung dari suatu sistem CATATAN Di beberapa negara, istilah spesimen lebih sering digunakan daripada sampel primer (atau bagian sampel), di mana sampel dipersiapkan untuk dikirim ke atau diterima oleh laboratorium ditujukan untuk pemeriksaan kuantitas karakteristik dari suatu keadaan, tubuh atau substansi yang dapat dibedakan secara kualitatif dan ditetapkan secara kuantitatif. [VIM:1993, definisi 1.1] 3.14 sistem manajemen mutu sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu [ISO 9000:2005, definisi 3.2.3] CATATAN Untuk tujuan standar ini, mutu mengacu pada definisi yang berhubungan dengan manajemen dan kompetensi teknis laboratorium rujukan laboratorium eksternal tempat suatu sampel dikirim untuk dilakukan prosedur pemeriksaan tambahan atau konfirmasi dan pelaporan 3.16 sampel satu atau lebih bagian yang diambil dari suatu sistem dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi, sebagai dasar untuk pengambilan keputusan terhadap sistem tersebut atau produksinya 3 dari 46

10 CONTOH Suatu volume serum diambil dari suatu volume serum yang lebih besar ketertelusuran sifat hasil suatu pengukuran atau nilai suatu standar yang dapat dihubungkan dengan acuan tertentu, biasanya standar nasional atau internasional, melalui suatu rantai pembandingan yang tidak terputus yang semuanya mempunyai ketidakpastian tertentu [VIM:1993, definisi 6.10] 3.18 ketepatan pengukuran kedekatan antara nilai rata-rata yang diperoleh dari satu seri pengukuran dan nilai benar CATATAN Diadaptasi dari ISO :1993, definisi ketidakpastian pengukuran parameter yang terkait dengan hasil pengukuran, yang menunjukkan penyebaran nilai yang dapat secara layak diberikan pada besaran ukur [VIM:1993, definisi 3.9] 4 Persyaratan manajemen 4.1 Organisasi dan manajemen Laboratorium medik atau organisasi yang salah satu bagiannya terdapat laboratorium medik, harus secara legal dapat dipertanggungjawabkan Pelayanan laboratorium medik, termasuk pelayanan interpretasi dan konsultasi yang sesuai, harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan semua personel klinik yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien Laboratorium medik (selanjutnya disebut laboratorium ) harus memenuhi persyaratan yang relevan dari standar ini, bila melakukan pekerjaan dalam fasilitas permanennya, atau di tempat di luar fasilitas yang permanen dalam lingkup tanggung jawabnya Tanggung jawab personel laboratorium yang terlibat atau berpengaruh pada pemeriksaan sampel primer harus ditetapkan untuk menghindari pertentangan kepentingan. Pertimbangan finansial atau politik sebaiknya tidak mempengaruhi pengujian Manajemen laboratorium harus mempunyai tanggung jawab untuk mendisain, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen mutu. Hal ini harus mencakup: a) dukungan manajemen pada semua personel laboratorium dengan memberi wewenang dan sumberdaya yang sesuai untuk melaksanakan tugasnya; b) pengaturan untuk memastikan bahwa manajemen dan personel, bebas dari setiap tekanan komersial internal dan eksternal, finansial atau tekanan dan pengaruh lain yang dapat merugikan mutu pekerjaan; 4 dari 46

11 c) kebijakan dan prosedur untuk memastikan adanya perlindungan atas kerahasiaan informasi (lihat Lampiran C); d) kebijakan dan prosedur untuk menghindari keterlibatan dalam setiap kegiatan yang akan mengurangi kepercayaan pada kompetensinya, ketidak berpihakan, pengambilan keputusan atau integritas operasional; e) struktur organisasi dan manajemen laboratorium serta kaitannya dengan organisasi lain yang mempunyai hubungan dengan laboratorium tersebut; f) menetapkan tanggung jawab, kewenangan dan hubungan timbal balik dari semua personel; g) pelatihan yang memadai dari semua staf dan penyeliaan yang sesuai dengan pengalaman dan tingkat tanggung jawabnya oleh personel yang kompeten, yang memahami maksud, prosedur dan penilaian hasil dari prosedur pemeriksaan yang relevan; h) manajemen teknis yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk operasional teknis dan penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk memastikan persyaratan mutu dari prosedur laboratorium; i) menunjuk seorang manajer mutu (apapun namanya) dengan tanggung jawab dan wewenang yang didelegasikan untuk mengawasi kesesuaian dengan persyaratan sistem manajemen mutu, yang harus melaporkan secara langsung kepada tingkatan manajemen laboratorium yang membuat keputusan tentang kebijakan dan sumber daya laboratorium; j) menunjuk deputi untuk semua fungsi kunci; dalam suatu laboratorium yang lebih kecil, satu orang dapat mempunyai lebih dari satu fungsi sehingga menjadi tidak praktis menunjuk deputi untuk setiap fungsi Manajemen laboratorium harus memastikan bahwa proses komunikasi yang tepat ditetapkan dalam laboratorium dan bahwa komunikasi memegang peranan dalam kaitannya dengan efektivitas sistem manajemen mutu. 4.2 Sistem manajemen mutu Kebijakan, proses, program, prosedur dan instruksi harus didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada semua personel yang relevan. Manajemen harus memastikan bahwa dokumen tersebut dimengerti dan diterapkan Sistem manajemen mutu harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pengendalian mutu internal dan partisipasi dalam uji banding antar laboratorium yang terorganisasi misalnya pada program pemantapan mutu eksternal Kebijakan dan tujuan dari sistem manajemen mutu harus ditetapkan dalam suatu pernyataan kebijakan mutu di bawah wewenang direktur laboratorium dan didokumentasikan dalam suatu panduan mutu. Kebijakan ini harus mudah didapat oleh personel yang sesuai, harus ringkas dan mencakup hal berikut : a) lingkup pelayanan laboratorium yang dapat diberikan; b) pernyataan manajemen laboratorium tentang standar pelayanan laboratorium; 5 dari 46

12 c) tujuan dari sistem manajemen mutu; d) suatu persyaratan bahwa semua personel yang terlibat dalam kegiatan pemeriksaan, memahami dokumentasi mutu dan menerapkan kebijakan serta prosedur secara terus menerus; e) komitmen laboratorium pada praktek profesional yang baik, mutu pemeriksaannya, dan kesesuaian dengan sistem manajemen mutu; f) komitmen manajemen laboratorium untuk memenuhi standar ini Suatu panduan mutu harus menjelaskan sistem manajemen mutu dan struktur dokumentasi yang digunakan dalam sistem manajemen mutu. Panduan mutu harus mencakup atau merupakan acuan bagi prosedur pendukung termasuk prosedur teknis. Panduan mutu harus menguraikan struktur dari dokumentasi dalam sistem manajemen mutu. Dalam panduan mutu harus ditetapkan juga peranan dan tanggung jawab manajemen teknis dan manajer mutu, termasuk tanggung jawab mereka untuk memastikan kesesuaian dengan standar ini. Semua personel harus diberi instruksi mengenai penggunaan dan penerapan panduan mutu dan semua dokumen yang diacu, serta persyaratan untuk penerapannya. Panduan mutu harus selalu mutakhir dibawah wewenang dan tanggungjawab personel yang ditunjuk oleh manajemen laboratorium untuk bertanggungjawab terhadap mutu lihat i)] Daftar isi suatu panduan mutu untuk suatu laboratorium medik dapat sebagai berikut : a) Pendahuluan. b) Uraian laboratorium medik, identitas legal, sumber daya dan tugas utama. c) Kebijakan mutu. d) Pendidikan dan pelatihan staf. e) Jaminan mutu. f) Pengendalian dokumen. g) Rekaman, pemeliharaan dan pengarsipan. h) Akomodasi dan lingkungan. i) Peralatan, pereaksi dan/atau manajemen bahan habis pakai yang relevan. j) Validasi prosedur pemeriksaan. k) Keselamatan l) Aspek lingkungan [misalnya transportasi, pembuangan bahan habis pakai dan limbah, sebagai tambahan pada dan berbeda dari h) dan i)] m) Penelitian dan pengembangan (bila sesuai). n) Daftar prosedur pemeriksaan. 6 dari 46

13 o) Protokol permintaan, sampel primer, pengumpulan dan penanganan sampel laboratorium. p) Validasi hasil. q) Pengendalian mutu (termasuk uji banding antar laboratorium). r) Sistem informasi laboratorium (lihat Lampiran B). s) Pelaporan hasil. t) Tindakan perbaikan dan penanganan keluhan. u) Komunikasi dan interaksi lain dengan pasien, profesional kesehatan, laboratorium rujukan, dan pemasok. v) Audit internal. w) Etika (lihat Lampiran C) Manajemen laboratorium harus menetapkan dan menerapkan suatu program guna memantau secara berkala dan menunjukkan kalibrasi yang tepat dan fungsi dari peralatan, pereaksi dan sistem analitik. Manajemen laboratorium juga harus memiliki program pemeliharaan pencegahan dan kalibrasi yang terdokumentasi dan terekam (lihat 5.3.2) yang, pada tingkat minimum, mengikuti rekomendasi manufaktur. 4.3 Pengendalian dokumen Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan informasi ( dari sumber internal dan eksternal ). yang membentuk dokumentasi mutu. Satu salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus diarsipkan untuk acuan di kemudian hari dan direktur laboratorium harus menetapkan periode penyimpanan. Dokumen terkendali dapat dipelihara pada beberapa media yang sesuai, baik kertas maupun bukan kertas. Peraturan nasional, regional dan lokal yang berkaitan dengan periode penyimpanan dokumen dapat diterapkan. CATATAN Dalam konteks ini yang dimaksud dokumen adalah setiap informasi atau instruksi, termasuk pernyataan kebijakan, buku teks, prosedur, spesifikasi, tabel kalibrasi, rentang acuan biologis dan asalnya, grafik, poster, catatan, memoranda, perangkat lunak, gambar, rencana, dan dokumen eksternal seperti peraturan, standar atau prosedur pemeriksaan Prosedur yang diberlakukan harus memastikan bahwa : a) semua dokumen yang diberikan kepada personel laboratorium sebagai bagian dari sistem manajemen mutu, harus dikaji ulang dan disetujui oleh personel yang berwenang sebelum diterbitkan, b) suatu daftar, juga merupakan acuan pengendalian dokumen, untuk mengidentifikasi status revisi mutakhir dan distribusinya dipelihara, c) hanya dokumen yang sesuai versi mutakhir yang telah disahkan, yang tersedia untuk penggunaan aktif pada lokasi yang relevan, d) dokumen dikaji ulang secara periodik, bila perlu direvisi, dan disetujui oleh personel yang berwenang; 7 dari 46

14 e) dokumen yang tidak sah atau kadaluwarsa segera ditarik dari seluruh tempat penggunaan, atau dijamin dengan suatu cara terhadap penggunaan yang tidak sengaja, f) dokumen yang disimpan atau dokumen kadaluwarsa yang diarsipkan, diidentifikasi dengan jelas untuk mencegah penggunaan yang tidak sengaja, g) jika sistem pengendalian dokumen laboratorium memperbolehkan amandemen menggunakan tulisan tangan sebelum diterbitkan kembali, prosedur dan wewenang ditetapkan, amandemen ini diberi tanda secara jelas, diparaf dan diberi tanggal, serta dokumen yang telah direvisi diterbitkan kembali secara resmi sesegera mungkin, h) Prosedur harus dibuat untuk menjelaskan bagaimana melakukan dan mengendalikan perubahan dokumen yang disimpan dalam sistem komputer Semua dokumen yang relevan dengan sistem manajemen mutu harus diidentifikasi secara unik, yang mencakup: a) judul; b) edisi atau tanggal revisi mutakhir, atau nomor revisi, atau semua hal tersebut; c) jumlah halaman (bila dapat diterapkan); d) wewenang untuk menerbitkan; e) identifikasi sumber. 4.4 Kaji ulang kontrak Apabila suatu laboratorium melakukan kontrak untuk memberikan pelayanan laboratorium medik, laboratorium tersebut harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengkaji ulang kontrak. Kebijakan dan prosedur untuk kaji ulang ini, yang dapat menimbulkan suatu perubahan dalam pengaturan pemeriksaan atau kontrak harus memastikan, bahwa : a) persyaratan, termasuk metode yang akan digunakan, agar secara memadai ditetapkan, didokumentasikan dan dipahami (lihat 5.5); b) laboratorium mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk memenuhi persyaratan, c) prosedur sesuai yang dipilih, mampu memenuhi persyaratan kontrak dan kebutuhan klinik (lihat 5.5). Sehubungan dengan b), kaji ulang kemampuan sebaiknya menetapkan bahwa laboratorium memiliki sumber daya sarana fisik, personel dan informasi yang diperlukan, dan personel laboratorium mempunyai keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan yang diminta. Kaji ulang dapat juga meliputi hasil dari partisipasi sebelumnya dalam program pemantapan mutu eksternal menggunakan sampel dengan nilai yang diketahui untuk menetapkan ketidakpastian pengukuran, batas deteksi, batas kepercayaan, dan sebagainya Rekaman kaji ulang, termasuk setiap perubahan yang signifikan dan diskusi yang berkaitan, harus dipelihara (lihat ). 8 dari 46

15 4.4.3 Kaji ulang juga harus mencakup setiap pekerjaan yang dirujuk oleh laboratorium (lihat 4.5) Pelanggan (misalnya klinisi, badan pelayanan kesehatan, perusahaan asuransi kesehatan, perusahaan farmasi) harus diberitahu setiap ada penyimpangan dari kontrak Jika suatu kontrak perlu diamandemen setelah pekerjaan dimulai, proses kaji ulang kontrak yang sama harus diulang dan setiap amandemen harus dikomunikasikan kepada semua pihak yang berkepentingan. 4.5 Pemeriksaan oleh laboratorium rujukan Laboratorium harus mempunyai prosedur terdokumentasi yang efektif untuk mengevaluasi dan memilih laboratorium rujukan, demikian juga konsultan yang memberikan pendapat kedua untuk histopatologi, sitologi, dan disiplin terkait. Manajemen laboratorium harus bertanggung jawab untuk memilih dan memantau mutu laboratorium rujukan dan konsultan serta harus memastikan bahwa laboratorium rujukan atau konsultan rujukan kompeten melakukan pemeriksaan yang diminta, bila perlu dengan saran dari pengguna layanan laboratorium Kesepakatan dengan laboratorium rujukan harus dikaji ulang secara periodik untuk memastikan bahwa : a) persyaratan, termasuk prosedur pra pemeriksaan dan pasca pemeriksaan, ditetapkan secara memadai, didokumentasikan dan dipahami; b) laboratorium rujukan mampu memenuhi persyaratan dan tidak ada pertentangan kepentingan; c) pemilihan prosedur pemeriksaan sesuai dengan penggunaan yang dimaksud; d) tanggung jawab masing-masing untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan ditetapkan dengan jelas. Rekaman kaji ulang tersebut harus dipelihara sesuai dengan persyaratan nasional, regional atau lokal Laboratorium harus memelihara suatu daftar dari semua laboratorium rujukan yang digunakan. Suatu daftar untuk semua sampel yang telah dirujuk pada laboratorium lain harus disimpan. Nama dan alamat laboratorium yang bertanggung jawab untuk hasil pemeriksaan harus diberikan kepada pengguna jasa laboratorium. Satu duplikat dari laporan laboratorium harus disimpan dalam rekaman pasien dan di dalam arsip permanen laboratorium Laboratorium yang merujuk (bukan laboratorium rujukan), harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa hasil dan temuan pemeriksaan laboratorium rujukan diberikan kepada orang yang membuat permintaan. Jika laboratorium yang merujuk menyiapkan laporan, harus mencakup semua unsur penting hasil yang dilaporkan oleh laboratorium rujukan, tanpa perubahan yang dapat mempengaruhi interpretasi klinik. Peraturan nasional, regional dan lokal dapat diterapkan. Akan tetapi, hal ini tidak mensyaratkan, bahwa laporan laboratorium yang merujuk mencakup setiap kata dan mempunyai format yang persis seperti laporan laboratorium rujukan, kecuali undang-undang atau peraturan nasional/ lokal mensyaratkannya. Direktur laboratorium yang merujuk dapat memilih untuk memberikan catatan interpretatif tambahan 9 dari 46

16 jika ada, pada interpretasi dari laboratorium rujukan, dalam konteks pasien dan lingkungan medik lokal. Penulis catatan tambahan demikian sebaiknya diidentifikasi dengan jelas. 4.6 Jasa dan pasokan eksternal Manajemen laboratorium harus menetapkan dan mendokumentasikan kebijakan dan prosedur untuk pemilihan dan pembelian jasa eksternal, peralatan dan bahan habis pakai yang mempengaruhi mutu pelayanan. Barang atau jasa yang dibeli harus secara konsisten memenuhi persyaratan mutu laboratorium. Peraturan nasional, regional atau lokal dapat mensyaratkan rekaman dari barang atau jasa yang dibeli. Harus tersedia prosedur dan kriteria inspeksi, penerimaan/penolakan, dan penyimpanan bahan habis pakai Peralatan dan bahan habis pakai yang dibeli yang mempengaruhi mutu pelayanan harus tidak digunakan sampai selesai diverifikasi sesuai dengan spesifikasi standar atau persyaratan yang ditetapkan untuk prosedur yang dimaksud. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa sampel pengendalian mutu dan memverifikasi bahwa hasilnya dapat diterima. Dokumentasi kesesuaian pemasok dengan sistem manajemen mutunya dapat juga digunakan untuk verifikasi Harus tersedia sistem pengendalian inventaris untuk perbekalan. Rekaman mutu yang sesuai untuk jasa eksternal, perbekalan dan produk yang dibeli harus dibuat dan dipertahankan untuk suatu periode waktu sebagaimana ditetapkan dalam sistem manajemen mutu. Sistem ini harus mencakup perekaman nomor lot semua pereaksi yang relevan, bahan kontrol dan kalibrator, tanggal penerimaan di laboratorium dan tanggal bahan digunakan dalam pelayanan. Semua rekaman mutu harus tersedia untuk kaji ulang manajemen laboratorium Laboratorium harus mengevaluasi pemasok pereaksi/reagen kritis, perbekalan dan jasa yang mempengaruhi mutu pemeriksaan dan harus menyimpan rekaman evaluasi ini serta daftar yang telah disetujui. 4.7 Pelayanan konsultasi Staf profesional laboratorium yang sesuai harus menyediakan konsultasi tentang pemilihan pemeriksaan dan penggunaan pelayanan termasuk frekuensi pengulangan dan jenis sampel yang dipersyaratkan. Apabila diperlukan, interpretasi hasil pemeriksaan harus diberikan. Sebaiknya diadakan pertemuan yang terdokumentasi secara berkala antara staf profesional dengan staf klinik mengenai penggunaan pelayanan laboratorium dan konsultasi tentang masalah ilmiah. Staf profesional sebaiknya berpartisipasi dalam visitasi klinik, yang memungkinkan memberi konsultasi tentang efektifitas secara umum maupun kasus individu. 4.8 Penyelesaian keluhan Laboratorium harus mempunyai suatu kebijakan dan prosedur untuk penyelesaian keluhan atau umpan balik lain yang diterima dari klinisi, pasien atau pihak lain. Rekaman keluhan, investigasi dan tindakan perbaikan yang dilakukan laboratorium harus dipelihara sesuai persyaratan [lihat i)]. CATATAN Laboratorium dianjurkan untuk memperoleh umpan balik positif dan negatif dari pengguna pelayanan, terutama dengan cara yang sistematik (misalnya survei). 10 dari 46

17 4.9 Identifikasi dan pengendalian ketidaksesuaian Manajemen laboratorium harus mempunyai suatu kebijakan dan prosedur untuk diterapkan apabila laboratorium mendeteksi adanya aspek apapun dari pemeriksaan yang tidak sesuai dengan prosedur atau dengan persyaratan yang telah disetujui sebelumnya oleh sistem manajemen mutu atau klinisi yang meminta. Hal ini harus memastikan bahwa: a) telah ditunjuk personel yang bertanggung jawab untuk penyelesaian masalah; b) telah ditetapkan tindakan yang diambil; c) pemeriksaan yang tidak sesuai dan bermakna secara medik, sebagaimana mestinya, diinformasikan kepada klinisi yang meminta; d) jika perlu, pemeriksaan dihentikan dan laporan ditunda; e) tindakan perbaikan segera dilaksanakan; f) hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dan telah dikeluarkan, ditarik kembali atau diidentifikasi dengan tepat, jika perlu; g) tanggung jawab untuk otorisasi untuk pemeriksaan kembali ditetapkan; dan h) setiap kejadian ketidaksesuaian didokumentasikan dan direkam, rekaman ini akan dikaji ulang pada rentang waktu tertentu secara berkala oleh manajemen laboratorium guna mendeteksi kecenderungan dan memulai tindakan pencegahan. CATATAN Pemeriksaan atau kegiatan yang tidak sesuai, yang terjadi dalam berbagai bidang, dapat diidentifikasi dengan cara berbeda, termasuk keluhan klinisi, indikasi pengendalian mutu, kalibrasi peralatan, pengecekan bahan habis pakai, tanggapan staf, pengecekan laporan dan sertifikat, kaji ulang manajemen laboratorium dan audit internal dan eksternal Jika ditetapkan bahwa ketidaksesuaian pemeriksaan dapat terjadi kembali atau adanya keragu-raguan tentang kesesuaian laboratorium dengan kebijakan atau prosedur seperti yang ditetapkan dalam panduan mutu, harus segera diterapkan prosedur untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan dan meniadakan akar penyebab (lihat 4.10) Laboratorium harus menetapkan dan menerapkan prosedur untuk menerbitkan hasil dalam kasus ketidaksesuaian, termasuk kaji ulang hasil. Kejadian ini harus direkam Tindakan perbaikan Prosedur tindakan perbaikan harus mencakup suatu proses investigasi guna menetapkan penyebab utama atau beberapa penyebab masalah. Jika sesuai, hal ini harus mengarah kepada tindakan pencegahan. Tindakan perbaikan harus disesuaikan dengan besar masalah dan sepadan dengan risiko yang dihadapi Manajemen laboratorium harus mendokumentasikan dan menerapkan setiap perubahan yang diperlukan pada prosedur operasionalnya sebagai akibat dari investigasi tindakan perbaikan Manajemen laboratorium harus memantau hasil dari setiap tindakan perbaikan untuk memastikan bahwa tindakan tersebut telah efektif dalam mengatasi masalah yang diidentifikasi. 11 dari 46

18 Apabila identifikasi ketidaksesuaian atau investigasi tindakan perbaikan menimbulkan keragu-raguan tentang kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur atau dengan sistem manajemen mutu, manajemen laboratorium harus memastikan bahwa bidang kegiatan yang tepat telah diaudit sesuai dengan butir Hasil dari tindakan perbaikan harus diagendakan pada kaji ulang manajemen Tindakan pencegahan Peningkatan yang diperlukan dan sumber potensial ketidaksesuaian, baik teknis maupun yang berkaitan dengan sistem mutu, harus diidentifikasi. Jika tindakan pencegahan diperlukan, rencana tindakan harus dibuat, diterapkan dan dipantau untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian tersebut dan untuk dipergunakan sebagai kesempatan untuk peningkatan Prosedur tindakan pencegahan harus mencakup tahap awal tindakan dan penerapan pengendalian untuk memastikan efektifitasnya. CATATAN 1 Selain kaji ulang prosedur operasional, tindakan pencegahan dapat mencakup analisis data, termasuk analisis kecenderungan dan risiko dan jaminan mutu eksternal. CATATAN 2 Tindakan pencegahan adalah suatu proses proaktif untuk mengidentifikasi peluang peningkatan, bukan suatu reaksi terhadap identifikasi masalah atau keluhan Peningkatan berkelanjutan Semua prosedur operasional harus dikaji ulang secara sistematik oleh manajemen laboratorium pada rentang waktu berkala, sebagaimana ditetapkan dalam sistem manajemen mutu, untuk mengidentifikasi setiap sumber potensial ketidaksesuaian atau peluang lain untuk peningkatan dalam sistem manajemen mutu atau pelaksanaan teknis. Rencana tindakan peningkatan harus dikembangkan, didokumentasikan dan diterapkan sebagaimana mestinya Setelah tindakan diambil, sebagai hasil dari kaji ulang, manajemen laboratorium harus mengevaluasi efektivitas tindakan melalui suatu kaji ulang yang terarah atau audit bidang yang dimaksud Hasil tindakan kaji ulang tersebut harus diserahkan kepada manajemen laboratorium untuk dikaji ulang dan diterapkan pada setiap perubahan yang diperlukan dalam sistem manajemen mutu Manajemen laboratorium harus menerapkan indikator mutu untuk memantau secara sistematik dan mengevaluasi kontribusi laboratorium pada perawatan pasien. Apabila program ini mengidentifikasi peluang untuk peningkatan, manajemen laboratorium harus menggunakannya tanpa memperhatikan tempat terjadinya. Manajemen laboratorium harus memastikan bahwa laboratorium medik berperan serta dalam kegiatan peningkatan mutu yang berkaitan dengan bidang yang relevan dan dampak terhadap perawatan pasien Manajemen laboratorium harus menyediakan akses untuk mendapatkan kesempatan pendidikan dan pelatihan yang sesuai bagi semua personel laboratorium dan pengguna jasa laboratorium yang relevan. 12 dari 46

19 4.13 Rekaman mutu dan teknis Laboratorium harus menetapkan dan menerapkan prosedur untuk identifikasi, pengumpulan, pemberian indeks, pengaksesan, penyimpanan, pemeliharaan dan pemusnahan yang aman terhadap rekaman mutu dan teknis Semua rekaman harus dapat dibaca dan disimpan sedemikian rupa agar mudah diperoleh kembali. Rekaman dapat disimpan pada beberapa media yang sesuai dengan mematuhi persyaratan hukum nasional, regional atau lokal (lihat catatan 4.3.1). Fasilitas yang harus disediakan yaitu lingkungan yang sesuai untuk mencegah kerusakan, deteriorasi, kehilangan atau akses yang tidak berwenang Laboratorium harus mempunyai suatu kebijakan yang menetapkan jangka waktu penyimpanan berbagai rekaman yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu dan hasil pemeriksaan. Lamanya waktu penyimpanan untuk setiap rekaman harus ditetapkan berdasarkan pada sifat pemeriksaan atau ditetapkan secara khusus. Peraturan nasional, regional, dan lokal dapat diterapkan. Rekaman ini dapat termasuk, tetapi tidak terbatas pada yang berikut ini: a) formulir permintaan (termasuk kartu pasien atau rekaman medik hanya jika digunakan sebagai formulir permintaan); b) hasil pemeriksaan dan laporan; c) hasil cetak instrumen; d) prosedur pemeriksaan; e) buku atau lembar kerja laboratorium; f) rekaman pengaksesan; g) fungsi kalibrasi dan faktor konversi; h) rekaman pengendalian mutu; i) keluhan dan tindakan yang dilakukan; j) rekaman audit internal dan eksternal; k) rekaman penilaian mutu eksternal atau uji banding antar laboratorium; l) rekaman peningkatan mutu; m) rekaman pemeliharaan instrumen, termasuk rekaman kalibrasi internal dan eksternal; n) dokumentasi lot, sertifikat bahan yang dipasok, keterangan yang disisipkan dalam kemasan (package inserts); o) rekaman peristiwa/kecelakaan dan tindakan yang dilakukan; p) rekaman pelatihan dan kompetensi staf. 13 dari 46

20 4.14 Audit internal Untuk memverifikasi kegiatan agar berlanjut sesuai persyaratan sistem manajemen mutu, audit internal dari semua unsur sistem manajerial dan teknis, harus dilakukan pada rentang waktu yang ditetapkan oleh sistem laboratorium. Audit internal harus secara progresif ditujukan pada semua unsur dan ditekankan pada bidang yang secara kritis penting untuk perawatan pasien Audit harus secara formal direncanakan, diorganisasikan dan dilaksanakan oleh manajer mutu atau personel kompeten yang ditunjuk. Personel harus tidak mengaudit kegiatannya sendiri. Prosedur untuk audit internal harus ditetapkan dan didokumentasikan dan mencakup jenis audit, frekuensi, metodologi dan dokumentasi yang diperlukan. Apabila terdapat kekurangan atau peluang untuk peningkatan, maka laboratorium harus melakukan tindakan perbaikan atau tindakan pencegahan sebagaimana mestinya dan harus didokumentasikan serta dilaksanakan dalam waktu yang disepakati. Unsur utama sistem manajemen mutu sebaiknya secara normal menjadi sasaran audit internal sekali setiap dua belas bulan Hasil audit internal harus diserahkan kepada manajemen laboratorium untuk dikaji ulang Kaji ulang manajemen Untuk memastikan kesinambungan kesesuaian dan efektifitas laboratorium dalam mendukung perawatan pasien dan untuk melakukan setiap perubahan atau penyempurnaan yang diperlukan, manajemen laboratorium harus mengkaji ulang sistem manajemen mutu laboratorium dan semua pelayanan medik yang diberikan, termasuk kegiatan pemeriksaan dan konsultasi. Hasil kaji ulang harus dimasukkan ke dalam suatu perencanaan yang mencakup sasaran, tujuan, dan rencana tindakan. Pada umumnya periode untuk melakukan kaji ulang manajemen adalah sekali setiap dua belas bulan Kaji ulang manajemen harus memperhatikan, tetapi tidak terbatas pada: a) tindak lanjut kaji ulang manajemen sebelumnya; b) status tindakan perbaikan yang dilakukan dan tindakan pencegahan yang diperlukan; c) laporan personel manajerial dan penyelia; d) hasil audit internal yang terakhir; e) penilaian oleh badan eksternal; f) hasil penilaian mutu eksternal dan bentuk lain dari uji banding antar laboratorium; g) setiap perubahan volume dan jenis pekerjaan yang dilakukan; h) umpan balik, termasuk keluhan dan faktor lain yang relevan dari klinisi, pasien dan pihak lain; i) indikator mutu untuk memantau kontribusi laboratorium pada perawatan pasien. j) ketidaksesuaian; 14 dari 46

21 k) pemantauan waktu penyelesaian pemeriksaan (turnaround time); l) hasil dari proses peningkatan berkelanjutan; m) evaluasi pemasok. Rentang waktu yang lebih pendek antar kaji ulang sebaiknya dilakukan apabila suatu sistem manajemen mutu sedang dalam proses pemantapan. Hal ini memungkinkan tindakan dini dalam menanggapi bidang yang memerlukan amandemen sistem manajemen mutu atau tindakan lain Mutu dan kesesuaian kontribusi laboratorium pada perawatan pasien harus dipantau seluas mungkin dan dievaluasi secara obyektif. CATATAN Ketersediaan data akan berbeda sesuai dengan jenis laboratorium atau lokasi (misalnya rumah sakit, klinik atau laboratorium rujukan) Temuan dan tindakan yang timbul dari kaji ulang manajemen harus direkam dan staf laboratorium harus diberitahu temuan dan keputusan yang diambil sebagai hasil dari kaji ulang. Manajemen laboratorium harus memastikan bahwa tindakan yang timbul diselesaikan dalam waktu yang tepat dan disepakati. 5 Persyaratan teknis 5.1 Personel Manajemen laboratorium harus mempunyai suatu rencana organisasi, kebijakan personel dan uraian tugas yang menetapkan kualifikasi dan tugas bagi semua personel Manajemen laboratorium harus memelihara rekaman pendidikan yang relevan dan kualifikasi profesional, pelatihan dan pengalaman, serta kompetensi semua personel. Informasi ini harus dengan mudah didapatkan oleh personel yang relevan, dan dapat mencakup : a) sertifikat atau lisensi, jika diperlukan; b) referensi dari pekerjaan terdahulu; c) uraian tugas; d) rekaman pendidikan berkelanjutan dan prestasi. e) evaluasi kompetensi; f) ketentuan mengenai laporan kejadian yang tidak diinginkan atau kecelakaan. Rekaman lain yang tersedia untuk personel yang diberi wewenang berhubungan dengan kesehatan personel dapat mencakup rekaman paparan bahaya dalam pekerjaan dan rekaman status imunisasi Laboratorium harus dipimpin oleh satu atau beberapa orang yang memiliki tanggung jawab eksekutif dan kompetensi untuk menerima tanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan 15 dari 46

22 CATATAN Kompetensi diartikan sebagai produk dari pendidikan akademik dasar, pasca sarjana dan pendidikan berkelanjutan, termasuk pelatihan dan pengalaman beberapa tahun dalam suatu laboratorium medik Tanggung jawab direktur laboratorium atau yang ditunjuk harus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan profesionalitas, ilmiah, konsultatif atau arah organisasi, administratif dan pendidikan. Semua ini harus relevan dengan pelayanan yang diberikan laboratorium. Direktur laboratorium atau yang ditunjuk untuk tiap tugas sebaiknya memiliki pelatihan dan latar belakang yang sesuai untuk dapat melaksanakan tanggung jawab berikut : a) memberi saran bagi mereka yang meminta informasi tentang pilihan pengujian, penggunaan pelayanan laboratorium dan interpretasi data laboratorium; b) melayani sebagai anggota aktif staf medik untuk fasilitas yang dilayani, bila dapat diterapkan dan sesuai; c) berhubungan dan berfungsi secara efektif (termasuk pengaturan kontrak, jika perlu), dengan 1) badan akreditasi dan badan regulasi yang sesuai; 2) pejabat pemerintah yang sesuai; 3) komunitas pelayanan kesehatan; 4) populasi pasien yang dilayani; d) menetapkan, menerapkan dan memantau standar kinerja dan peningkatan mutu pelayanan laboratorium medik; e) menerapkan sistem manajemen mutu (direktur laboratorium dan personel profesional laboratorium sebaiknya berpartisipasi sebagai anggota dari berbagai komite peningkatan mutu dari institusi tersebut, bila dapat diterapkan); f) memantau semua pekerjaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk menetapkan bahwa data yang dihasilkan dapat dipercaya (handal); g) memastikan tersedianya cukup personel yang memenuhi syarat dengan pelatihan dan pengalaman terdokumentasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan laboratorium; h) merencanakan, menentukan sasaran, mengembangkan dan menyediakan sumber daya yang sesuai dengan lingkungan medik; i) menyediakan administrasi yang efektif dan efisien untuk pelayanan laboratorium medik, termasuk perencanaan dan pengendalian anggaran dengan manajemen keuangan yang bertanggungjawab, sesuai dengan penugasan institusi untuk tanggung jawab yang diberikan; j) menyediakan program pendidikan bagi staf medik dan laboratorium serta berpartisipasi dalam program pendidikan institusi; k) merencanakan dan mengarahkan penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan fasilitas; 16 dari 46

23 l) memilih dan memantau semua laboratorium rujukan untuk mutu pelayanan; m) menerapkan suatu lingkungan laboratorium yang aman sesuai dengan praktik laboratorium yang baik dan peraturan yang berlaku; n) mengkaji setiap keluhan, permintaan atau saran dari pengguna jasa laboratorium; o) memastikan moral staf yang baik. Direktur laboratorium tidak perlu melaksanakan semua tanggung jawab secara pribadi. Namun demikian, direktur laboratorium tetap bertanggung jawab untuk seluruh kegiatan operasional dan administrasi laboratorium, untuk memastikan tersedianya pelayanan bermutu bagi pasien Harus tersedia sumber daya staf yang memadai untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan dan melakukan fungsi lain sistem manajemen mutu Personel harus sudah mengikuti pelatihan khusus tentang jaminan mutu dan manajemen mutu untuk pelayanan yang diberikan Manajemen laboratorium harus memberi kewenangan kepada personel untuk melakukan tugas tertentu seperti pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengoperasian jenis peralatan tertentu, termasuk penggunaan komputer dalam sistem informasi laboratorium (lihat Lampiran B) Kebijakan harus ditetapkan untuk menentukan personel yang boleh menggunakan sistem komputer, personel yang boleh mengakses data pasien dan personel yang diberi wewenang untuk memasukkan data dan mengubah hasil pasien, memperbaiki penagihan atau memodifikasi program komputer (lihat Lampiran B dan C) Harus terdapat program pendidikan berkelanjutan yang tersedia bagi staf pada semua level Personel harus dilatih untuk mencegah atau mengamankan dari kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan Kompetensi dari tiap personel untuk melakukan tugas yang diberikan harus dievaluasi setelah pelatihan dan secara periodik. Pelatihan dan penilaian kembali harus dilakukan, bila perlu Personel yang melakukan pertimbangan profesional berkenaan dengan pemeriksaan harus memiliki latar belakang teori dan praktek yang dapat diterapkan, dan juga pengalaman terkini. Pertimbangan profesional dapat dinyatakan sebagai pendapat, interpretasi, prakiraan, simulasi dan model, dan nilai serta sesuai dengan peraturan nasional, regional dan lokal. Personel harus mengambil bagian dalam pengembangan profesi secara teratur atau kerjasama dengan profesional lain Kerahasiaan informasi yang berkenaan dengan pasien harus dijaga oleh semua personel. 17 dari 46

24 5.2 Kondisi akomodasi dan lingkungan Laboratorium harus memiliki ruangan sedemikian rupa sehingga beban kerja dapat dilakukan tanpa mempengaruhi mutu pekerjaan, prosedur pengendalian mutu, keselamatan personel atau pelayanan perawatan pasien. Direktur laboratorium harus menetapkan kecukupan ruangan ini. Sumber daya harus sesuai dengan keperluan untuk mendukung kegiatan laboratorium. Sumber daya laboratorium harus dipelihara dalam suatu fungsi dan kondisi yang handal. Ketentuan yang sama sebaiknya dibuat untuk pengambilan dan pemeriksaan sampel primer di tempat selain fasilitas laboratorium permanen Laboratorium harus didesain untuk efisiensi kegiatan operasional, mengoptimalkan kenyamanan, meminimalkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pasien, karyawan dan pengunjung harus dilindungi dari bahaya yang telah dikenal Apabila tersedia fasilitas pengambilan sampel primer, harus dipertimbangkan untuk mengakomodasi pasien dengan keterbatasan fisik, kenyamanan dan privasi pasien, selain untuk optimasi kondisi pengambilan Desain laboratorium dan lingkungannya harus disesuaikan dengan tugas yang akan dilakukan. Lingkungan tempat dilakukan pengambilan sampel primer atau pemeriksaannya atau keduanya tidak boleh menyebabkan ketidakabsahan hasil atau berpengaruh buruk pada mutu yang dipersyaratkan untuk setiap pengukuran. Fasilitas laboratorium untuk pemeriksaan sebaiknya memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan yang benar. Hal ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, sumber energi, pencahayaan, ventilasi, air, penanganan dan pembuangan limbah serta kondisi lingkungan. Laboratorium sebaiknya memiliki prosedur pengecekan bahwa lingkungan tidak berpengaruh buruk pada kinerja pengambilan spesimen dan peralatan Laboratorium harus memantau, mengendalikan dan merekam kondisi lingkungan, sebagaimana dipersyaratkan oleh spesifikasi yang relevan atau bila hal tersebut mempengaruhi mutu hasil. Perhatian sebaiknya diberikan pada sterilitas, debu, gangguan elektromagnetik, radiasi, kelembaban, catu daya listrik, temperatur, tingkat bunyi dan getaran sesuai dengan kegiatan teknis yang bersangkutan Harus ada pemisahan yang efektif antara bagian laboratorium yang berbatasan, yang didalamnya terdapat kegiatan yang bertentangan. Tindakan harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang. CONTOH Apabila prosedur pemeriksaan menimbulkan suatu bahaya (mikobakteriologi, radionuklida, dan lain-lain); dapat berdampak apabila tidak dipisah, seperti amplifikasi asam nukleat; dipersyaratkan suatu lingkungan yang tenang dan pekerjaan yang tidak terganggu, seperti untuk penapisan sitopatologi, atau pekerjaan yang mempersyaratkan suatu lingkungan terkendali seperti untuk sistem komputerisasi Akses dan penggunaan area yang mempengaruhi mutu pemeriksaan harus dikendalikan. Tindakan yang sesuai harus diambil untuk melindungi sampel dan sumber daya dari akses yang tidak berwenang Sistem komunikasi di dalam laboratorium harus disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas dari fasilitas serta penyampaian pesan yang efisien Ruangan dan kondisi penyimpanan yang sesuai harus disediakan untuk memastikan kesinambungan integritas dari sampel, sediaan apus/slides, blok histologi, mikroorganisme 18 dari 46

25 yang dipelihara, dokumen, arsip, manual, peralatan, pereaksi, perbekalan laboratorium, rekaman dan hasil Area kerja harus bersih dan dipelihara dengan baik. Penyimpanan dan pemusnahan bahan berbahaya harus dilaksanakan secara khusus sesuai dengan peraturan yang relevan. Tindakan harus diambil untuk memastikan kerumahtanggaan yang baik dalam laboratorium. Prosedur dan pelatihan khusus untuk personel dapat diperlukan untuk tujuan itu. 5.3 Peralatan laboratorium CATATAN Untuk maksud dari Standar ini, instrumen, bahan acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik digolongkan sebagai peralatan laboratorium, apabila dapat diterapkan Laboratorium harus dilengkapi dengan semua jenis peralatan yang dipersyaratkan untuk pelayanan (termasuk pengambilan sampel primer, penyiapan dan pengolahan, pemeriksaan dan penyimpanan sampel). Dalam hal laboratorium perlu menggunakan peralatan di luar pengendalian permanennya, manajemen laboratorium harus memastikan bahwa persyaratan dari Standar ini dipenuhi. Apabila memilih peralatan sebaiknya diperhitungkan penggunaan energi dan pembuangan limbah di masa depan (pemeliharaan lingkungan) Peralatan harus mampu menunjukkan kinerja yang dipersyaratkan (pada pemasangan dan dalam penggunaan rutin) dan harus memenuhi spesifikasi yang relevan dengan pemeriksaan bersangkutan. Manajemen laboratorium harus menetapkan dan menerapkan suatu program yang memantau secara berkala dan menunjukkan kalibrasi yang tepat dan fungsi dari peralatan, pereaksi dan sistem analitik. Manajemen laboratorium juga harus memiliki program pemeliharaan pencegahan yang terdokumentasi dan terekam (lihat 4.2.5) yang, pada tingkat minimum, mengikuti rekomendasi manufaktur Apabila instruksi manufaktur, panduan operator atau dokumentasi lain tersedia, dokumen tersebut dapat digunakan dalam menetapkan persyaratan untuk memenuhi standar yang sesuai atau untuk menetapkan persyaratan kalibrasi berkala, sebagaimana mestinya, guna memenuhi sebagian atau semua dari persyaratan ini Tiap jenis peralatan harus diberi label secara unik, diberi tanda atau identifikasi lain Rekaman harus dipelihara untuk setiap jenis peralatan yang berkontribusi pada kinerja pemeriksaan. Rekaman ini harus mencakup paling sedikit hal berikut ini : a) identitas peralatan; b) nama manufaktur, identifikasi tipe dan nomor seri atau identifikasi unik lainnya; c) personel penghubung manufaktur dan nomor teleponnya, jika perlu; d) tanggal penerimaan dan tanggal mulai digunakan; e) lokasi saat ini, jika perlu; f) kondisi ketika diterima (misalnya baru, bekas, atau direkondisi); 19 dari 46

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (ISO/IEC 17025:2005, IDT) ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/17/2009

Pendahuluan 12/17/2009 12/17/2009 Pendahuluan Edisi pertama mengacu kepada ISO 9001:1994 dan ISO 9002:1994. Standar-standar tersebut telah digantikan dengan ISO 9001:2000 yang menyebabkan perlunya menyelaraskan ISO/IEC 17025.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laboratorium Pengujian Mutu Menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

STANDAR INTERNASIONAL

STANDAR INTERNASIONAL STANDAR INTERNASIONAL ISO/IEC 17025 Edisi kedua 15-05-2005 ISO/IEC 17025 (Versi Bahasa Indonesia) Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi Diterjemahkan oleh Komite

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat AUDIT INTERNAL (SNI 19 17025) Nama Laboratorium Alamat Bagian 1 : Informasi Umum Beri tanda X pada kotak yang sesuai Keterangan (bila diperlukan) 1.1 Apakah laboratorium memiliki kegiatan lain selain pengujian

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011 PERTEMUAN KE-5 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO 17025 : 2005 SEJARAH ISO 17025 : 2008 GLP 1. The New Zealand Testing Laboratory Registration Act of 1972 2. Mendirikan A Testing Laboratory Registration Council

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan

Lebih terperinci

DP SNI : Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025)

DP SNI : Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025) DP.01.13 SNI 19 17025-2000 SNI 19-17025-2000: Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025) Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan ini digunakan sebagai persyaratan tambahan ISO/IEC

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1923, 2015 BAPETEN. Labotarium. Dosimetri Eksterna. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005 PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC 17025 : 2005 ASIAH PUSLITBANG KUALITAS DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN - KLHK asiah1312@yahoo.com 081318888067 1 Latar Belakang Apakah lab pengujian

Lebih terperinci

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KLAUSUL-KLAUSUL ISO

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN 1. Pendahuluan Untuk mengharmonisasikan hasil asesmen laboratorium yang dilaksanakan oleh KAN, diperlukan Pedoman tentang Klasifikasi Ketidaksesuaian. Pedoman KAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DAA 4.1 ahap Persiapan Pada tahap persiapan ini, perusahaan telah membentuk tim ISO dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum untuk memahami konsep dasar sistem

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG FORMULIR No. Formulir FOR-APL 02 ASESMEN MANDIRI Edisi 1 Revisi 2 Berlaku Efektif Februari 2016 Nama Peserta : Tanggal/Waktu :, Nama Asesor : TUK : Sewaktu/Tempat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DP.01.07 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO

Lebih terperinci

12/10/2008. Sachbudi Abbas Ras Model ISO 9001:2008. Hak Cipta pada Sachbudi Abbas Ras

12/10/2008. Sachbudi Abbas Ras Model ISO 9001:2008. Hak Cipta pada Sachbudi Abbas Ras Persyaratan ISO 9001:2008 Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Model ISO 9001:2008 2 1 Pendekatan Proses Digunakan dalam pengembangan, implementasi, dan peningkatan efektifitas SMM. Proses adalah suatu

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ISO 9001:2008 Gambar 2.1 Model Sistem Manajemen Mutu Berbasis Proses Sumber : ISO 9000:2005 Gambar 2.1 menggambarkan sistem manajemen mutu berdasarkan proses yang diuraikan dalam

Lebih terperinci

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PEDOMAN KAN 402-2007 PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK" Komite Akreditasi Nasional Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Standar Nasional Indonesia Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Food safety management system Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005,

Lebih terperinci

Sistem manajemen halal

Sistem manajemen halal RSNI4 RSNI4 99001:2016 Rancangan Standar Nasional Indonesia 4 Sistem manajemen halal Pengguna dari RSNI ini diminta untuk menginformasikan adanya hak paten dalam dokumen ini, bila diketahui, serta memberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN KAN MENGENAI INTERPRETASI ISO/IEC 17025:2005. Issue Number : 3 April 2016

PEDOMAN KAN MENGENAI INTERPRETASI ISO/IEC 17025:2005. Issue Number : 3 April 2016 KAN-G-07 PEDOMAN KAN MENGENAI INTERPRETASI ISO/IEC Issue Number : 3 April 2016 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT Lantai 14 Jl. M. H. Thamrin No. 8, Jakarta

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Mutu Sarana Pelayanan Kesehatan

Sistem Manajemen Mutu Sarana Pelayanan Kesehatan Sistem Manajemen Mutu Sarana Pelayanan Kesehatan Hanevi Djasri, dr, MARS Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PMPK) FK-UGM www.mutupelayanankesehatan.net Pengertian sistem Suatu rangkaian fungsi Suatu

Lebih terperinci

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum Lampiran 1. Gap analisis standar Pedoman BSN 1001:1999 terhadap ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007. ISO/IEC 17021 : 2006 ISO/IEC 22003:2007 Pedoman BSN 1001-1999 5 Persyaratan Umum 5 Persyaratan Umum 5.1

Lebih terperinci

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 163/KA/XII/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR BATAN TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN DAN PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin akuntabilitas jasa pengujian parameter

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Proses Menurut Wikipedia proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan Instalasi Biogas Konstruksi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Specification for security management systems for the supply chain (ISO 28000:2007, IDT) ICS 47.020.99 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci