BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit tertua

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit tertua"

Widya Pranoto
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit tertua yang sudah sejak lama menyerang manusia. Penyakit ini disebabkan oleh strain bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang ditransmisikan melalui droplet nukleus pasien secara air-borne. Tuberkulosis biasanya akan menginfeksi jaringan paru saja (TB pulmoner), tapi pada sepertiga kasus ditemukan adanya infeksi bakteri ini di organ tubuh lain (TB extrapulmoner), (Fauci et al., 2005). Secara relatif, proporsi orang yang terinfeksi bakteri ini untuk berkembang menjadi penyakit TB cukup rendah. Tuberkulosis telah menjadi isu kesehatan penting di dunia. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2005, terdapat 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif dari 8,8 juta kasus baru yang ditemukan. Pada tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat 9,27 juta kasus baru tuberkulosis. Laporan terakhir, terdapat hampir 9 juta kasus baru pada tahun 2011 dan 1,4 juta 1

2 2 kematian akibat TB ( pada pasien negatif HIV dan pada HIV-TB). Setiap detiknya akan terdapat infeksi baru pada satu orang di dunia. Secara umum, sepertiga populasi dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Menurut WHO tahun 2009 jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia (50%) dan Afrika (30%). Proporsi lebih kecil terdapat di Mediterania Timur (7%), Eropa (4%), dan Amerika (3%). Selain itu, terdapat 22 negara yang termasuk dalam highburden countries yang menyumbang 81% dari seluruh kasus TB di dunia dan Indonesia merupakan salah satu di antaranya. Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta data insidensi BTA positif pada tahun 2006 sekitar 64/ penduduk (DEPKES, 2008). Sedangkan, pada tahun 2010, terdapat 51% pasien tuberkulosis paru BTA positif di DIY. Tuberkulosis yang menyerang paru dapat menurunkan fungsi pengembangan paru akibat perubahan fibrosis paru difus. Hal tersebut akan mengakibatkan pasien dengan tuberkulosis paru mengalami gangguan pertukaran gas, sehingga menurunkan kapasitas fungsional (Sivaranjini et al., 2010). Pengukuran kapasitas fungsional dapat dilakukan menggunakan uji jalan fungsional (functional

3 3 walking test), salah satunya dengan uji jarak tempuh jalan 6 menit (six minute walking distance/6mwd). Uji jarak tempuh jalan 6 menit merupakan contoh uji jalan fungsional yang praktis dan sederhana yang hanya memerlukan kemampuan untuk berjalan (Sivaranjini et al., 2003). Uji jarak tempuh jalan 6 menit juga dapat menilai kapasitas fungsional pada level submaksimal karena kebanyakan aktivitas sehari-hari dilakukan pada level submaksimal ini. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan publik mayor. Pasien yang pernah mengalami tuberkulosis perlu dilihat pengaruh dari penyakit dan terapinya pada kualitas hidup pasien (Guo et al., 2009). Kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life) adalah seluruh aspek kualitas hidup yang terpangaruh oleh masalah kesehatan baik fisik, mental, maupun sosial (CDC, 2011). Terdapat beberapa alat ukur untuk menilai HRQOL, salah satunya adalah kuesioner St. Goerge Respiratory Questionnaire (SGRQ). SGRQ didesain untuk mengukur gangguan kesehatan pada pasien asthma dan COPD. Kuesioner ini juga valid untuk digunakan untuk pasien bronchiectasis dan posttuberculosis (Manual SGRQ, 2008).

4 4 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara uji jalan 6 menit dan kualitas hidup pada pasien sekuele tuberkulosis paru? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara uji jalan 6 menit dan kualitas hidup (SGRQ) pada pasien sekuele tuberkulosis paru. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Bagi peneliti dapat mengetahui pola hubungan antara uji jalan 6 menit dan kualitas hidup pada pasien sekuele tuberkulosis paru, serta memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti. 2. Bagi institusi dan akademis dapat memberikan informasi dan data statistik terkait perubahan kapasitas fungsional (uji jalan 6 menit) dan kualitas hidup pada penderita sekuele tuberkulosis paru. Di samping itu, dapat manjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi penderita sekuele tuberkulosis paru untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang perubahan kapasitas fungsional (uji jalan 6 menit) dan aspek

5 5 kualitas hidup terkait kesehatan, sehingga penderita dapat aktif mengatasi masalah-masalah yang muncul. Selain itu, dapat memberikan gambaran disabilitas fisik maupun emosional yang mungkin muncul pascapengobatan pada penderita tuberkulosis aktif. E. Keaslian Penelitian Peneliti menelusuri penelitian-penelitian sebelumnya tentang sekuele TB paru terhadap uji jalan 6 menit dan kualitas hidup. Tidak didapatkan penelitian serupa. Namun, didapatkan beberapa penelitian yang meneliti variabel yang sama, yaitu Di Naso et al., (2011), Pasipanodya et al. (2007), dan Sivaranjini et al. (2010). Sedangkan, di Indonesia, sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian serupa pada pasien posttb.

6 Tabel 1. Daftar penelitian-penelitian sebelumnya Penelitian Desain Variabel Cara Variable (tahun) sample bebas pengukuran tergantung Di Naso, Crosssectional Sekuele Grup I vs Fungsi Pereira, TB: Grup II paru Schuh, (27 -Grup I Unis pasien) (single (2011) treatmen t) -Grup II (multipl e treatmen t with MDRTB) Cara pengukuran FVC (%prediks) FEV1 (%prediks) FEV1/FVC (%) PEF (L/s) MIP (cmh2o) MEP (cmh2o) Hasil ± vs ± (p< 0,001) ± vs ± ( <0.001) ± ± (p=0.032) ± 2.47 vs 2.36 ± 0.98 (p<0.001) ± ± (p=0.017) ± ± (p=0.003) 6

7 Sivaranjin i et al. (2010) Case control Control : 60 Sekuele TB : 6 0 Usia BB TB BMI BB/TB (m 2 ) Kapasitas fungsional paru 6MWT Perbedaan signifikan antar grup berdasarkan kapasitas fungsional dan jarak 6MWT (p<0,001). Usia: 55,72±5,28 vs 56,06±5,13(p= 0,355) BB: 56,85±10,99 vs 38,25±7,66(p< 0,0001) TB: 151,19±9,79 vs 153±29 (p=0,216) BMI: 24,72±4,31 vs 445,56,65 vs 265,06 (p<0,0001) 7

8 Pasipanody a et al. (2007) Case control Control :107 Kasus : 210 Riwayat TB Usia Jenis kelamin BMI Ras Riwayat merokok HIV (+), lahir di USA BB/TB(m2) Isian formulir Gangguan paru Tidak ada Ringan Sedang Berat SGRQ pada studi populasi ini sudah valid dan reliabel (interclassco rrelation, 0,927;p<0,01; Cronbach α, 0,93). Rerata skor total pasien posttb secara signifikan lebih tinggi dari skor pasien tuberkulosis laten (23,5[SE 2,2] vs 10,3[SE 1,0];p<0,001) 8

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang terjadi saat partikel udara kecil yang mengandung tuberkel basil