PERLINDUNGAN HAK-HAK DASAR MASYARAKAT ADAT DALAM PERATURAN PER-UU-AN NASIONAL:
|
|
- Lanny Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Makalah ADVANCED TRAINING Hak-hak Masyarakat Adat (Indigenous Peoples' Rights) Bagi Dosen Pengajar HAM di Indonesia Yogyakarta, Agustus 2007 PERLINDUNGAN HAK-HAK DASAR MASYARAKAT ADAT DALAM PERATURAN PER-UU-AN NASIONAL: Catatan Kritis Rikardo Simarmata (Ph.D researcher Univ. Leiden)
2 PERLINDUNGAN HAK-HAK DASAR MASYARAKAT ADAT DALAM PERATURAN PER-UU UU-AN NASIONAL: Catatan Kritis Rikardo Simarmata (Ph.D researcher Univ. Leiden)
3 Problem Konseptual (1) Istilah Dua istilah: masyarakat hukum adat (UUPA, UU Kehutanan, UU HAM, UU Sumberdaya Air, UU Perkebunan, UU MK, UU Pemda) dan masyarakat adat (UU Sistem Pendidikan Nasional, UU Minyak dan Gas Bumi, UU Panas Bumi). Apakah istilah masyarakat hukum adat adalah kata lain dari adatrechtsgemeenschap dan istilah masyarakat adat adalah kata lain dari indigenous peoples? Sejauh ini baru UU Otsus Papua yang membedakan kedua istilah tersebut.
4 Problem Konseptual (2) Siapa masyarakat adat? Menggunakan definisi (Permenag/Kepala BPN No. 5/1999, UU Sumberdaya Air) vs menggunakan pembuktian pemenuhan unsur (UU Kehutanan, UU Perkebunan, UU MK) Pendekatan defenisi: tidak ada sebuah peraturan per- UU-an yang duduk di hirarki yang tinggi dijadikan patokan. UU Sumberdaya Air justru meniru defenisi dari Permenag/Kepala BPN No. 5/1999. Pendekatan pemenuhan unsur: apakah membayangkan masyarakat adat yang statis atau masyarakat adat yang mengalami perubahan?
5 Problem Konseptual (3) Perlindungan Hak-Hak Dasar dalam Konstitusi Dinamika: 1. dari pengakuan deklaratif ke pengakuan bersyarat; 2. penghilangan prediket sebagai daerah istimewa Dari pemerintahan daerah (volkgemeenschap) ke masyarakat hukum adat (adatrechtsgemeenshap) Konstitusi hasil amandemen: konstitusionalisasi pengakuan bersyarakat. Staatside: siapa dan dimana kedudukan masyarakat adat? Apakah ia merupakan minority/vulnerable group yang perlu dilindungi dan karena itu berhak mendapatkan affirmative policy?
6 Problem Konseptual (4) Perlindungan Hak-Hak Dasar dalam Peraturan Per-UU UU-an Agraria/SDA Fiksi hukum: hak menguasai persekutuanpersekutuan adat beralih menjadi hak menguasai negara. Karena itu persekutuan2 adat tidak lagi memiliki hak menguasai melainkan hanya hak mengelola atau hak memanfaatkan. Pengakuan bersyarat: intensi mengakui atau menyangkal? Intensi untuk menyangkal memproyeksikan akan berlaku satu hukum yang seragam (unifikasi) dan masyarakat adat niscaya akan berkembang untuk berubah menjadi masyarakat modern.
7 Problem Konseptual (5) Perlindungan Hak-Hak Dasar dalam Peraturan Per-UU UU-an Agraria/SDA Karena persyaratannya banyak dan berlapis, menandakan bahwa negara tidak menempatkan masyarakat adat sebagai minority group yang memerlukan affirmative policy. Hak masyarakat adat atas agraria/sda mengalah untuk pertambangan (UU No. 11/1967) dan HPH (PP No. 21/1970). Perlindungan terhalang oleh persyaratan. Pengakuan dan perlindungan tertunda karena belum ada pengukuhan keberadaan hak ulayat atau masyarakat hukum adat.
8 Problem Konseptual (6) Gelombang Ketiga Pasca Amandemen Kedua UUD 1945, terdapat banyak peraturan perudangan yang memiliki klausul mengenai pengakuan keberadaan dan hak-hak dasar masyarakat adat: mengimplementasikan pengakuan bersyarat. Produk hukum daerah: antara tetap bertahan dalam kerangka legal nasional atau responsif untuk meredakan ketegangan antara apa yang seharusnya dan apa yang senyatanya.
9 Situasi-Situasi Praktis Pengakuan dan perlindungan hak-hak dasar masyarakat adat terkendala karena sejumlah faktor berikut ini: 1. menonjolnya simbolisasi terutama dalam kancah politik lembaga adat, upacara, pakaian dan gelar adat mendominasi simbol masyarakat adat. 2. penyelesaian konflik atas tuntutan pengembalian tanah-tanah adat, tidak bisa dilakukan karena kelompokyang menuntut belum ditetapkan sebagai masyarakat hukum adat. 3. Pemda tidak melakukan pengukuhan hak ulayat dan masyarakat hukum adat karena tidak mengalokasikan anggaran tersendiri. Peniadaan anggaran ini memang disengaja karena takut menghadapi resiko dikiritik, dipersoalkan bahkan digugat oleh kelompok masyarakat. 4. bagi sebagian pemerintah, pengakuan dan perlindungan masyarakat adat dikonotasikan dengan gerakan-gerakan pemisahan diri.
10 Rekomendasi untuk Perubahan Dekonstitusionalisasi pengakuan bersyarat, sekaligus penghilangan klausul pengakuan bersyarat. Pengakuan bersyarat sebenarnya justru menyangkal asumsi yang dibangun oleh fiksi hukum bahwa persekutuanpersekutuan adat telah eksis sebelum negara bangsa berdiri. Memperjelas kedudukan masyarakat adat dalam konstruksi bentuk negara. Memperjelas penggunaan istilah beserta pengertiannya. Menempatkan masyarakat adat sebagai minority/vulnerable group yang memerlukan affirmative policy.
PILIHAN HUKUM PENGURUSAN/ PENGELOLAAN HUTAN OLEH MASYARAKAT ADAT
PILIHAN HUKUM PENGURUSAN/ PENGELOLAAN HUTAN OLEH MASYARAKAT ADAT Oleh: Rikardo Simarmata Disampaikan pada Diskusi Reguler WG-Tenure, 20 Juli 2006 Pengertian Istilah Pilihan hukum (legal option, policy
Lebih terperinciPENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012
PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012 Pusat Hukum dan Hubungan Masyarakat Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2013 Ketentuan yang dimohonkan Pengujian
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 122/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 122/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan I. PEMOHON 1. M. Nur bin (Alm) Abdul Razak; 2. AJ. Dahlan; 3. Theresia Yes Kuasa Hukum
Lebih terperinciMasyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal
Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal Pandangan dan Pengalaman AMAN Mina Susana Setra Deputi untuk Advokasi, Hukum dan Politik - AMAN GCF TaskForce REDD+ Training Bali, 20 November
Lebih terperinciHAK MASYARAKAT ADAT. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM
HAK MASYARAKAT ADAT Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) DEFINISI MASYARAKAT ADAT Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal-usul leluhur (secara turun temurun) di wilayah geografis
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS
EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS Dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia, tercatat beberapa daerah yang memiliki otonomi khusus
Lebih terperinciLANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012
LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012 disampaikan oleh: MENTERI KEHUTANAN Jakarta, 29 Agustus 2013 1. Pemohon KERANGKA PAPARAN
Lebih terperincithe Right of Indigenous Peoples, melalui suatu pemungutan suara (roll-call vote),
POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM BERBAGAI KEBIJAKAN NEGARA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM BIDANG HAK SIPOL 1 OLEH: DR.IR.ADHI SANTIKA, MS, SH BALITBANG HAM DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM 1. Pada
Lebih terperinciKebijakan Umum menuju Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dan Wilayah Adatnya di Indonesia
Kebijakan Umum menuju Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dan Wilayah Adatnya di Indonesia SEMINAR NASIONALPENYEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA (PERINGATAN 53 TAHUN UUPA), Fakultas
Lebih terperinciPROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at
PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at Latar Belakang dan Tujuan Otonomi Khusus Otonomi khusus baru dikenal dalam sistem pemerintahan Negara Indonesia di era reformasi. Sebelumnya, hanya
Lebih terperinciPERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DR. Wahiduddin Adams, SH., MA ** Pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berawal dari bersatunya komunitas adat yang ada di seluruh
Lebih terperinciMakalah. Masyarakat adat dan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
Makalah ADVANCED TRAINING Hak-hak Masyarakat Adat (Indigenous Peoples' Rights) Bagi Dosen Pengajar HAM di Indonesia Yogyakarta, 21 24 Agustus 2007 Masyarakat adat dan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Perorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Implementasi Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Perorangan Warga Masyarakat Hukum
Lebih terperinciLAPORAN. Penelitian Individu
LAPORAN Penelitian Individu Aspek Kelembagaan dalam Penyerahan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan di Daerah Otonomi Khusus Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn. PUSAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangan terhadap hubungan hukum antara manusia dengan tanah di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Hukum Adat (selanjutnya disebut MHA) di Indonesia merupakan kesatuan kemasyarakatan yang berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan bermasyarakat.
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. sebagai suatu lembaga pelengkap dalam pelaksanaan Otsus Papua. Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Kedudukan MRP dalam peran dan fungsi dalam pelaksanaan Otsus Papua dari sisi kewenangan terlihat lemah. Sehingga MRP dilihat sebagai suatu lembaga pelengkap dalam pelaksanaan
Lebih terperinciEksistensi Hutan Adat Dalam Pembangunan Kehutanan di Indonesia. Paska Putusan MK No. 35/PUU-X/2012
Eksistensi Hutan Adat Dalam Pembangunan Kehutanan di Indonesia Paska Putusan MK No. 35/PUU-X/2012 Seminar Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan Dalam Perspektif Tata Ruang Kupang, 2 Juli 2013 Suer Suryadi
Lebih terperinciPeluang Hukum Keberadaan dan Perlindungan/Pengakuan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber daya Alam
Peluang Hukum Keberadaan dan Perlindungan/Pengakuan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber daya Alam Mumu Muhajir Epistema Institute Rangkasbitung, 27 Maret 2013 Hubungan Masyarakat Adat dan Negara Kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) merupakan salah satu unsur penyelenggara Pemerintahan Aceh yang bertindak sebagai lembaga legislatif di Aceh dengan fungsi merumuskan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA
BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA Perkembangan sejarah hukum agraria di Indonesia, dapat dilihat dalam 4 (empat) tahapan, yaitu tahap Indonesia sebelum merdeka (masa kolonial), tahap Pemerintahan
Lebih terperinciKemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN
Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Jakarta, 10 November 2014 1. Latar Belakang 2. Substansi NKB 3. Target Percepatan Penetapan KH 4. Realisasi Penetapan KH 5. Pengakuan
Lebih terperinciKedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari
Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari Forest Forest Concession Area Abdon Nababan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Indigenous Peoples Alliance of
Lebih terperinciKEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN
KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN (Dipublikasikan dalam Jurnal Al-Buhuts, ISSN: 1410-184 X, Vol. 5 No. 2 Maret 2001, Lembaga Penelitian
Lebih terperinciResiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert
Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert Kenapa Kita Bicara Korupsi dalam REDD? Good Governance Lestari Hutan Dikelola Korupsi Rusak REDD Insentif Lestari Korupsi Rusak Akar Masalah Deforestasi Dan
Lebih terperinciPERANAN KEPOLISIAN DALAM MENGATASI KONFLIK PERKEBUNAN DI INDONESIA
PERANAN KEPOLISIAN DALAM MENGATASI KONFLIK PERKEBUNAN DI INDONESIA OLEH : KOMBES POL.DRS. TAVIP YULIANTO M.SI. (KABAGMITRA DIVHUMAS POLRI) ACARA DISKUSI DENGAN TEMA KONFLIK PERKEBUNAN: KONSISTENSI BISNIS
Lebih terperinciDINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016
DINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016 Pengaturan mengenai syarat bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkeinginan
Lebih terperinciPOTENSI PELANGGARAN HAM DALAM BERBAGAI KEBIJAKAN NEGARA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM BIDANG HAK SIPOL
Makalah ADVANCED TRAINING Hak-hak Masyarakat Adat (Indigenous Peoples' Rights) Bagi Dosen Pengajar HAM di Indonesia Yogyakarta, 21 24 Agustus 2007 POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM BERBAGAI KEBIJAKAN NEGARA
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bogor.Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA I. BUKU AMAN, World Agroforestery Centre (ICRAF), Forest People Programme (FPP). 2003. Satu Yang Kami Tuntut: Pengakuan. Bogor.Indonesia. Ahmad Redi. 2014. Hukum Sumber Daya Alam Dalam Sektor
Lebih terperinciPerbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan
Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan Hak Asasi Manusia sama artinya dengan hak-hak konstitusional karena statusnya yang lebih tinggi dalam hirarki norma hukum biasa,
Lebih terperinciKementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan ISSN: 2085-787X Volume 7 No. 2 Tahun 2013 Dampak Putusan MK No. 35/PUU-X/2012
Lebih terperinciPERSOALAN AREAL PERKEBUNAN PADA KAWASAN KEHUTANAN. - Supardy Marbun - ABSTRAK
PERSOALAN AREAL PERKEBUNAN PADA KAWASAN KEHUTANAN - Supardy Marbun - ABSTRAK Persoalan areal perkebunan pada kawasan kehutanan dihadapkan pada masalah status tanah yang menjadi basis usaha perkebunan,
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.
Al Ulum Vol.53 No.3 Juli 2012 halaman 30-34 30 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN Noor Azizah* PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB V. PENUTUP. (dua) permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu:
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan kajian tentang Konstruksi Hukum Penguasaan Tanah Negara dalam Sistem Hukum Tanah Nasional maka diajukan jawaban terhadap 2 (dua) permasalahan yang
Lebih terperinciPENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK-HAK MASYARAKAT ADAT DARI PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL
PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK-HAK MASYARAKAT ADAT DARI PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL Nurhidayati Pogram Studi Sekretaris, Akademi Sekretari dan Manajemen BSI Nurhidayati.nht@bsi.ac.id Abstract: Indigenous
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) MAGISTER ILMU HUKUM
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) MAGISTER ILMU HUKUM Tim Pengajar: Dr. R. Herlambang P. Wiratraman, SH., MA. (PJMK, herlambang@fh.unair.ac.id) Radian Salman, SH., LL.M. [radian@fh.unair.ac.id
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali I. PEMOHON Abd. Rahman C. DG Tompo Kuasa Hukum DR. Saharuddin Daming. SH.MH., berdasarkan surat kuasa khusus
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL. A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional
24 BAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional Setelah pergulatan selama 12 tahun, melalui prakarsa Menteri Pertanian Soenaryo,
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/DPD RI/III/ TENTANG HASIL PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 51/DPD RI/III/2012-2013 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN
Lebih terperinciKETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Oleh : Handoko Setiadji, S.T. Abstrak Rencana pembangunan memuat arahan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciHarmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam*
Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam* Oleh Prof. DR. Maria SW. Sumardjono, SH., MCL., MPA.** * Pokok-pokok pikiran disampaikan pada Semiloka Menuju Kawasan Hutan yang Berkepastian
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 128 /PUU-VII/2009 Tentang UU Pajak Penghasilan Pemerintah tidak berhak menetapkan pajak
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 128 /PUU-VII/2009 Tentang UU Pajak Penghasilan Pemerintah tidak berhak menetapkan pajak I. PEMOHON Prof. Moenaf Hamid Regar, selanjutnya disebut Pemohon. II.
Lebih terperinciHAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK: MASYARAKAT ADAT/BANGSA PRIBUMI
Makalah ADVANCED TRAINING Hak-hak Masyarakat Adat (Indigenous Peoples' Rights) Bagi Dosen Pengajar HAM di Indonesia Yogyakarta, 21 24 Agustus 2007 HAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK: MASYARAKAT ADAT/BANGSA
Lebih terperinciProf. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.
Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. Lahir : Solo, 14 Juni 1949 Alamat Rumah : Jl. Margaguna I/1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Alamat Kantor : Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 6
Lebih terperinciMasyarakat Adat dalam Kontestasi Pembaruan Hukum 1
Masyarakat Adat dalam Kontestasi Pembaruan Hukum 1 Yance Arizona 2 Ragam istilah dan definisi Selama ini debat soal istilah dan definisi masyarakat adat masih saja terus berlangsung. Ada beragam istilah
Lebih terperinci22/06/2013. Materi Kuliah SUBJEK PAJAK. Definisi Subjek Pajak. Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008)
Materi Kuliah SUBJEK PAJAK Definisi Subjek Pajak Subjek pajak adalah orang/pihak yang dituju oleh undang-undang perpajakan untuk dikenakan pajak Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008) Orang Pribadi Warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU RI No 53 tahun 1999, yang diperkuat dengan Keputusan Mahkamah. Konstitusi No. 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Rokan Hulu, merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kampar, yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan kepada UU Nomor 53 tahun 1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratisasi. Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah salah satu produk terpenting reformasi politik yang berlangsung di Indonesia sejak tahun 1998 yang bermuatan demokratisasi. Tujuan Otonomi Daerah
Lebih terperinciYang Terhormat: Sulawesi Tengah
SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015
Lebih terperinciSERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN YANG SEMPURNA
SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN YANG SEMPURNA Oleh: Cut Lina Mutia Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Tanah tidak hanya mempunyai fungsi sosial,
Lebih terperinci[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara
Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.
Lebih terperinciMenguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut
www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang aspek hukum
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang aspek hukum perlindungan hutan dan masyarakat adat terhadap pertambangan batu bara di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya maupun kehidupan manusia itu sendiri. Kebutuhan akan tanah dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dari masa ke masa arti dan fungsi tanah bagi kehidupan manusia semakin meningkat. Pada masa pembangunan, tanah sangat diperlukan karena kebutuhan tanah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah karunia dari Tuhan yang Maha Esa kepada umat manusia dimuka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan
Lebih terperinciDESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1
DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Tanto Lailam, S.H., LL.M. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,
Lebih terperinciModul ke: 09TEKNIK GEOPOLITIK. Nanang Ruhyat. Fakultas. Program Studi Teknik Mesin
Modul ke: GEOPOLITIK Fakultas 09TEKNIK Nanang Ruhyat Program Studi Teknik Mesin GEOPOLITIK TUJUAN PERKULIAHAN: 2 1. Mengetahui pengertian wawasan nusantara 2. Mengerti fungsi dan bentuk wawasan nusantara
Lebih terperinciIMPLIKASI PENCABUTAN HAK ATAS TANAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA. Istiana Heriani*
Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman 14-20 14 IMPLIKASI PENCABUTAN HAK ATAS TANAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA Istiana Heriani* ABSTRAK Kepemilikan hak atas tanah merupakan hak dasar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri, hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, hal
Lebih terperinciBahwa sebelum berlakunya UUPA terdapat dualisme hukum agraria di Indonesia yakni hukum agraria adat dan hukum agraria barat. Dualisme hukum agraria ini baru berakhir setelah berlakunya UUPA yakni sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara dan lain-lain
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut :
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut : Pertama, terkait Penerapan Desentralisasi Asimetris Terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar
Lebih terperinciHUKUM ADAT DAN KOMERSIALISASI HUTAN DI LUAR JAWA PADA MASA ORDE BARU
HUKUM ADAT DAN KOMERSIALISASI HUTAN DI LUAR JAWA PADA MASA ORDE BARU Sebelum periode pemerintahan Orde Baru (sebelum tahun 1966), hutan-hutan alam tropika di luar Jawa pada umumnya belum dimanfaatkan secara
Lebih terperinciBAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA
BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA Perkembangan Hukum (agraria) yang berlaku di suatu negara, tidak dapat dilepaskan dari politik agraria yang diberlakukan dan atau dianut oleh Pemerintah
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 35/PUU-X/2012 Tentang Tanah Hak ulayat Masyarakat Hukum Adat
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 35/PUU-X/2012 Tentang Tanah Hak ulayat Masyarakat Hukum Adat I. PEMOHON 1. IR. Abdon Nababan (Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)........ Pemohon I.
Lebih terperinciWILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi
WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah
Lebih terperinciMasalah pertanahan mendapat perhatian yang serius dari para pendiri negara. Perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Tanah diciptakan oleh Tuhan sebagai tempat makhluk-makhluk yang diciptakannya beraktifitas, termasuk manusia.
Lebih terperinciperkebunan kelapa sawit di Indonesia
Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,
Lebih terperinciPILKADA LANGSUNG DI ACEH, DI ANTARA SENGKETA TIGA ATURAN
PILKADA LANGSUNG DI ACEH, DI ANTARA SENGKETA TIGA ATURAN Oleh: REFLY HARUN Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Disahkannya Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERADILAN ADAT DI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa pemberian Otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unsur penting dalam negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive power) dan
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara I. PEMOHON 1. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, diwakili oleh Prof. Dr. H. M Din Syamsuddin, MA dalam kedudukannya
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY HASIL PENELITIAN
EXECUTIVE SUMMARY HASIL PENELITIAN PENGAKUAN DAN PENGHORMATAN NEGARA TERHADAP MASYARAKAT ADAT SERTA HAK- HAK TRADISIONALNYA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: TIM PENELITI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Lebih terperinciRoad Map Pembaruan Agraria di Indonesia
Road Map Pembaruan Agraria di Indonesia Agraria di Indonesia merupakan persoalan yang cukup pelik. Penyebabnya adalah karena pembaruan agraria lebih merupakan kesepakatan politik daripada kebenaran ilmiah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adat. Misalnya saja dalam pasal 18 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: Negara
BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN MEMILIH JUDUL Keberadaan tanah adat dalam hukum positif Indonesia diakui dan pengakuan ini antara lain terdapat dalam pasal 3 dan 5 UUPA. Namun dalam pelaksanaan nya tetap saja
Lebih terperinciKONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) alam memiliki nilai sosial
KONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) 1. Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam memiliki nilai ekonomis serta memiliki nilai sosial politik dan pertahanan keamanan yang tinggi. 2. Kebijakan pembangunan pertanahan
Lebih terperinciHAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING
HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING MAKALAH Oleh : Hukum Agraria Dosen : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa
Lebih terperinciPAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat
BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat Penyebutan masyarakat dapat ditemukan dalam berbagai peraturan. Masyarakat yang dimaksud tersebut bukan berarti menunjuk pada kerumunan
Lebih terperinciRefleksi Pendampingan Pembentukan Produk Hukum Daerah mengenai Masyarakat Adat dan Wilayah Adat 1
Refleksi Pendampingan Pembentukan Produk Hukum Daerah mengenai Masyarakat Adat dan Wilayah Adat 1 Yance Arizona, SH, MH. [Pj. Direktur Eksekutif Epistema Institute] I. Pengantar Pantia dari Sajogyo Institute
Lebih terperinciNotulensi FGD. Aliansi Nasional. Reformasi KUHP
Notulensi FGD Aliansi Nasional Reformasi KUHP HuMa Aliansi Nasional RKUHP - DRSP 2006 1 Focus Group Discussion (FGD) Tempat : Hotel Pangeran Beach, Padang Hari, Tanggal : Selasa, 19 September 2006 Peserta:
Lebih terperinciKementerian PPN/ Bappenas. Prosiding. Seminar Nasional Bedah Peraturan Perundangan Terkait Tanah Adat/Ulayat
2015 Kementerian PPN/ Bappenas Universitas Trisakti Prosiding Seminar Nasional Bedah Peraturan Perundangan Terkait Tanah Adat/Ulayat KERJA SAMA ANTARA DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN, BAPPENAS DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut beberapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut beberapa kesimpulan mengenai Sistem Rekrutmen Hakim Konstitusi yang Transparan, Partisipatif, Obyektif dan
Lebih terperinciKEPASTIAN HUKUM HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH DAN SUMBERDAYA ALAM
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 KEPASTIAN HUKUM HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH DAN SUMBERDAYA ALAM Muslim Andi Yusuf 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 Penelitian ini
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XIV/2016 Persyaratan Bagi Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Papua
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XIV/2016 Persyaratan Bagi Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Papua I. PEMOHON 1. Hofni Simbiak, STh., (Pemohon I); 2. Robert D. Wanggai, (Pemohon II); 3. Benyamin
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat I. PEMOHON Assosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang diwakili oleh Ir. H. Isran
Lebih terperinciKonstitusi dan Rule of Law
Modul ke: Konstitusi dan Rule of Law DR. Rais Hidayat Fakultas: Teknik Program studi: Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menguraikan dan mejelaskan pengertian dan definisi konstitusi dan Rule
Lebih terperinciPendaftaran Tanah. Mata kuliah Hukum Tanah Perkuliahan ke 4
Pendaftaran Tanah Mata kuliah Hukum Tanah Perkuliahan ke 4 Magis-religius Posisi Politik Sosial Ekonomis Antropologi Historis Hukum Nilai pada Tanah Filosofi Pendaftaran Tanah Kepemilikan Tanah secara
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERLINDUNGAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 35/PUU-X/2012 *
53 PERAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERLINDUNGAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 35/PUU-X/2012 * Abstract Daisyta Mega Sari ** dan Akhyaroni Fu adah *** Program Studi Sarjana, Fakultas
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 1 ALINEA KE IV PEMBUKAAN UUD 1945 MEMUAT : TUJUAN NEGARA, KETENTUAN UUD NEGARA, BENTUK NEGARA, DASAR FILSAFAT NEGARA. OLEH KARENA ITU MAKA SELURUH
Lebih terperinciPETA MASALAH HUKUM PERTANIAN PROF.DR.ROMLI ATMASASMITA GURUBESAR (EM) UNPAD
PETA MASALAH HUKUM PERTANIAN PROF.DR.ROMLI ATMASASMITA GURUBESAR (EM) UNPAD UU POKOK AGRARIA UU PERTANIAN UU PERLINDU NGA LAHAN UU KEHUTANA N PP ALIH FUNGSI LAHAN Arahan Diskusi Komitmen dalam diskusi
Lebih terperinciINSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi, air dan ruang angkasa atau kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinci1. ANNA MUAWANA, SE, MH F-PKB/A-169 KETUA TIM/WAKIL KETUA BALEG 2 DR. H. SUBYAKTO, SH, MM F-PD/A-495 ANGGOTA
LAPORAN SINGKAT KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI KE PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TANGGAL 5-6 OKTOBER 2012 ----------------------------------------- Assalamu alaikum Wr.Wb. Salam Sejahtera
Lebih terperinci4 Ibid, hlm 3 5 Ibid, hlm 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara sebagai suatu identitas yang tampak abstark dan merupakan unsurunsur negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat.
Lebih terperinci