BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan memperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. Peredaan itu berupa kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. Hal ini berarti metode pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Hal ini sesuai dengan hasil statistik yang diperoleh Fh = 36,37 > Ft = 4,00 dengan db pembilang 1 dan db penyebut = 60, pada taraf nyata= 0, Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dengan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Perbedaan itu berupa siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Hal ini berarti bahwa minat membaca karya sastra memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Hal ini sesuai dengan hasil statistik diperoleh Fh = 16,50 > Ft = 4,00 dengan db pembilang =1 dan db penyebut = 60, pada taraf nyata = 0, Terdapat interaksi antara metode pembelajaran baik metode pembelajaran reciprocal learning maupun metode pembelajaran talking stick dan minat membaca karya sastra terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek 99

2 100 siswa. Terbukti dengan hasil statistik diperoleh Fh = 7,33 > Ft = 4,00 dengan db pembilang = 1 dan db penyebut = 60, pada taraf nyata = 0,05. Berdasarkan simpulan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, diketahui bahwa penggunaan metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Oleh sebab itu, implikasi teoritis dan praktis yang harus dilakukan oleh guru bahasa Indonesia terkait dengan temuan peneitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memperkuat teori-teori mengenai apresiasi cerita pendek dengan metode pembelajaran reciprocal learning dan metode pembelajaran talking stick dengan minat membaca karya sastra siswa. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa penerapan metode pembelajaran reciprocal learning menghasilkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek lebih baik daripada metode pembelajaran talking stick. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran dengan metode reciprocal learning adalah metode pembelajaran yang berpusat pada kemampuan siswa untuk berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai tugas. Dengan adanya pembagian tugas dalam diskusi maka diksusi tersebut akan berjalan lebih tertib dan efektif. Siswa memiliki tugas masingmasing dalam diksusi tersbeut, sehingga siswa akan fokus pada tugasnya dalam berdiksusi. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat siswa yang hanya berbicara sendiri atau tidak ikut berdiskusi. Seperti yang dikatakan oleh Huda (2014: 216) reciprocal learning ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan skill-skill yang dimiliki oleh pembaca dan pembelajar efektif, seperti merangkum, bertanya, mengklarifikasi, memprediksi, dan merespons apa yang dibaca. Siswa melakukan empat hal

3 101 tersebut dalam kelompok kecil. Dengan adanya pengembangan skill-skill tersebut dalam pembelajaran reciprocal learning akan membuat siswa lebih aktif dan tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar khususnya dalam mengapresiasi cerita pendek perlu dipertimbangkan penerapan metode pembelajaran reciprocal learning. Dengan diterapkannya metode pembelajaran ini dimungkinkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek tercapai secara optimal. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran reciprocal learning berpengaruh positif dalam meningkatkan kemmapuan mengapresiasi cerita pendek. Metode ini dapat mengembangkan kemampuan siswa melalu diskusi secara maksimal dalam rangka meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Minat membaca karya sastra juga memiliki peran yang positif terhadap dampak dari kedua metode pembelajaran yang digunakan dalam mempengaruhi kemmapuan mengapresiasi cerita pendek, khususnya siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi. Minat membaca karya sastra menjadi salah satu indikator bahwa siswa telah memiliki kemampuan yang baik dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra. Oleh karena itu, sebaiknya guru memberikan dorongan kepada siswa selama proses belajar sehingga aktivitas belajar dapat berlangsung lebih menyenangkan, dapat meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar siswa, serta komunikasi antar siswa maupun guru dapat berjalan lancar. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pendidik sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar serta prestasi siswa terutama dalam hal kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Metode pembelajaran reciprocal learning dan talking stick dapat dijadikan alternatif pembelajaran mengapresiasi cerita pendek pada siswa. Namun, guru juga tetap harus memberikan bimbingan, dorongan, serta latihan kepada siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena hal itu merupakan faktor penting dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampauan atau prestasi siswa. Kelebihan lain dari metode pembelajaran reciprocal learning adalah peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada kelompok siswa yang memiliki

4 102 minat membaca karya sastra tinggi. Namun, bagi kelompok siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah tidak lebih buruk dari siswa yang menggunakan metode lain. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini cocok untuk diterapkan kepada siswa di semua jenis kelas pembelajaran, baik yang siswanya memiliki minat membaca karya sastra tinggi, rendah ataupun campuran keduanya. Pada umumnya, yang terjadi di lapangan kelas-kelas pembelajaran berupa kelas yang berisi siswa yang heterogen dalam minat membaca karya sastranya. Dalam satu kelas biasanya terdapat siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi maupun rendah. 2. Implikasi Praktis Penerapan metode pembelajaran reciprocal learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek perlu diupayakan secara intensif oleh guru. Metode pembelajaran reciprocal learning merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya untuk menyelesaikan masalah dengan berbagi tugas. Pembagian tugas dalam kerja sama kelompok untuk kemudian didiskusikan bersama dapat melatih siswa untuk saling berbagi pendapat sekaligus menghargai pendapat temannya. Siswa diajarkan bagaimana menanggapi pendapat-pendapat temannya dalam menyelesaikan permasalahn yang mereka hadapi. Meskipun dilakukan secara kerja sama, hal ini tidak lantas membuat siswa enggan untuk mengerjakan karena sudah ada temannya yang akan mengerjakan, akan tetapi dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa tetap memiliki tanggung jawab masing-masing dalam kelompoknya karena terdapat pembagian tugas. Pembelajaran mengapresiasi merupakan pembelajaran yang tidak dapat lepas dari kegiatan membaca atau mendengarkan. Apresiasi dapat berwujud kegiatan langsung mapun tak langsung. Apresiasi dapat diwujudkan dengan berbagai cara, yang pertama dalah dengan cara membaca dan atau menikmati karya-karya terutama karya sastra kreatif secara langsung, dengan segala bentuk dan ragamnya. Bentuk apresiasi yang kedua dapat diwujudkan dengan melakukan

5 103 berbagai cara yang dapat menunjang penikmatan dan atau pemahaman terhadap karya kreatif. Sedangkan bentuk apresiasi tak langsung yaitu antara lain melalui membaca kritik sastra atau ulasan yang dibuat para ahli, menonton sinetron atau film yang diangkat dari kisah dalam sebuah novel atau drama, menonton pertunjukan teater, mendokumentasikan karya-karya sastra, ikut dalam kegiatan membaca puisi dan deklamasi, serta dapat juga dengan menyelenggarakan lomba baca maupun cipta karya sastra kreatif (Jamaludin, 2005: 20). Oleh karena itu, untuk dapat mengapresiasi cerita diperlukan pemahaman dengan cara-cara kreatif sehingga dapat mengeparesiasi dengan baik. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah kesanggupan seseorang untuk mengenal, menghargai, atau mengagumi, menginterpretasi atau memberi makna, mengerti atau memahami, menyenangi atau menikmati dan memberi penilaian terhadap karya sastra yang berbentuk cerita pendek. Kemampuan mengenal, memahami hingga menilai sebuah cerita pendek didapat dari wawasannya yang luas tentang karya sastra. Semakin luas referensi tentang karya sastra terutama cerita pendek sesorang akan menentukan kemampuan mengapresiasi terhadap cerita pendek tersebut. Pembelajaran reciprocal learning dimulai dengan guru menyiapkan teks cerita pendek dan materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, guru memberikan materi yang akan disampaikan dan membentuk kelompok dengan anggota 4 orang siswa.setelah pembagian kelompok, siswa diminta untuk membagi tugas dalam kelompok tersebut, ada yang menjadi penanya, pemrediksi, pengklarifikasi, dan perangkum. Kemudian memberikan teks cerita pendek yang telah disiapkan untuk dibaca oleh siswa secara berkelompok dan diskusikan. Guru berperan sebagai fasilitator sekaligus pengkonfirmasi akhir dari diskusi yang mereka lakukan. Setelah siswa membacakan hasil diskusi mereka, maka guru akan mengkonfirmasi dan mengarahkan siswa kepada hasil yang lebih tepat. Pembagian tugas dalam kelompok diskusi ini turut berperan aktif dalam keberhasilan metode pembelajaran. Dengan pembagian tugas pada masing-masing siswa,maka siswa merasa memliki tanggung jawab penuh terhadap tugasnya, tentu saja tanpa mengabaikan pendapat dari teman-teman kelompoknya mengenai hasil dari tugas

6 104 masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain. hal ini tentunya membuat kondisi kelas lebih kondusif karena dalam kegiatan berkelompok tidak hanya satu dua siswa saja yang bekerja, tetapi bekerja semua sesuai dengan tugas maisngmasing. Rangakaian pembelajaran ini akan memudahkan siswa khususnya pada pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Pada kegiatan mengapresiasi cerita pendek, siswa dituntut untuk berdiskusi dengan pembagian tugas pada masing-masing siswa yang membuat siswa harus berpikir untuk mengerjakan tugasnya dalam diskusi kelompok tersebut. Berbeda dengan metode pembelajaran reciprocal learning, metode pembelajaran talking stick cenderung lebih santai yang cenderung membuat siswa kurang berkonsentrasi pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan diskusi kelompok tanpa ada pembagian tugas pada masing-masing siswa. Hal ini menyebabkan siswa yang serius akan serius tetapi yang tidak serius hanya akan mengobrol. Diskusi yang mereka lakukan menjadi kurang efektif karena seringkali diselingi obrolan yang diluar konteks pembelajaran. Guru sudah berusaha untuk mengatur kelas agar pokok pembahasan kembali pada tujuan utama, namun tetap ada beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi pada pembelajaran. Kejadian ini beberapa kali terjadi ketika dilakukan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran talking stick. Perbedaan pada kedua metode pembelajaran ini tentunya akan memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning memiliki kesempatan untuk berkonsentrasi pada pembelajaran yang dilakukan. Sebaliknya siswa menajadi kurang berkonsentrasi pada metode pembelajaran talking stick. Kurangnya konsentrasi dan situasi kondusif dikelas dapat mengganggu pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca sehingga kemampuan mengapresiasi cerita pendek menjadi kurang optimal. Menyadari adanya kekurangan dan kelebihan yang dapat terjadi, metode pemebelajaran reciprocal learning merupakan metode yang efektif dan inovatif salam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Upaya ini

7 105 dapat dilakukan oleh guru untuk menekankan pentingnya proses dan hasil yang dicapai pada pembelajaran mengapresiasi hasil karya terutama cerita pendek dalam pembelajaran bahasa indonesia. Selain pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan mengapresiasi sebuah karya juga dapat dilakuakn untuk mengapriasi hal-hal lain diluar pelajaran bahasa Indonesia, misalnya sebuah penemuan ilmiah, karya berupa benda seni dan sebagainya. Berdasarkan temuan empiris ini, guru perlu mengupayakan penerapan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan yang berkaitan dengan metode-metode pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran yang beraneka ragamnya. Keragaman metode yang dimiliki dan dikuasai oleh guru akan memudahkan guru untuk memilih metode yang sesuai dengan kondisi siswa dan materi yang akan disampaikan. Hal ini juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan guru mengenai metode-metode pembelajaran yang efektif dan inovatif. Berdasarkan simpulan penelitian di atas, diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi lebih baik daripada yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang efektif adalah pembalajaran yang dilandasi oleh siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi. Kegiatan mengapresiasi cerita pendek akan senantiasa berjalan dengan baik apabila siswa sebagai pembelajar memiliki minat membaca karya sastra tinggi sebagai pondasi awal dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang dimiliki. Minat membaca karya sastra akan memberikan pengetahuan awal yang dibutuhkan siswa untuk tertarik terhadap apresiasi sastra siswa. Ketika siswa sudah memiliki ketertarikan yang besar terhadap karya sastra, maka siswa tersebut akan dengan mudah untuk mengapresiasi karya sastra tersebut terutama dalam bentuk cerita pendek. Sedangkan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah akan kesulitan dalam mengapresiasi cerita pendek, hal itu dikarenakan siswa merasa tidak tertarik untuk membaca karya sastra sehingga siswa pun merasa enggan

8 106 membaca yang berakibat kesulitan dalam mengapresiasi karya sastra terutama cerita pendek. Sebagai guru, hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja dan harus segera ditangani. Guru juga harus memberikan perhatian yang ekstra untuk menangani hal tersebut. Tindakan dari guru sangatlah penting guna mencari solusi dalam menggiatkan minat mebaca karya sastra siswa. Rahim (2008: 28) mengungkapkan bahwa minat membaca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Maksudnya orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapatkan bahan bacaan, kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Hakikatnya, minat membaca merupakan kecenderungan hati yang tinggi dari orang tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu. Faktor pendorong bangkitnya minat baca ialah ketertarikan, kemauan, kegemaran dan hobi membaca. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan pengertian minat membaca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca yang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca tersebut sehingga seseorang membaca dengan kemauannya sendiri (Sutarno, 2006: 27). Dalam hal ini adalah kecenderungan terhadap bacaan berupa karya sastra. Impikasi minat membaca dalam penelitian ini antara lain: (1) ketertarikan, siswa mulai menaruh perhatian pada bahan bacaan terutama dalam bentuk karya sastra; (2) kemauan, kegiatan membaca terutama membaca karya sastra mulai menjadi sesuatu yang dilakukan tanpa ada paksaan; (3) kegemaran, dimulainya proses membaca sebagai sebuah hal yang menyenangkan bagi pribadi siswa; dan (4) hobi membaca, kegiatan membaca terutama membaca karya sastra tidak lepas dari keseharian siswa dan sudah menajadi kebutuhan primer siswa. Suharyanti (2008: ) mengungkapkan bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi minat baca ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi minat membaca meliputi beberapa hal, yaitu: faktor pembawaan atau bakat, jenis kelamin, umur dan tingkat perkembangan, keadaaan fisik dan psikis, serta kebutuhan obyektif. Sedangkan faktor eksternalnya adalah aspek sosial dan aspek lingkungan. Faktor-faktor

9 107 tersebut tentunya juga mempengaruhi minat membaca karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan karya sastra lainnya. Berdasarkan temuan empiris di atas, upaya untuk meningkatkan minat membaca karya sastra dapat dilakukan dengan cara: (1) meningkatkan budaya literasi atau membaca di rumah maupun lingkungansekolah sebagai pondasi awal dalam tumbuhnya minat membaca teruatama membaca karya sastra; (2) berusaha memunculkan kesempatan membaca karya sastra dalam setiap kondisi dan situasi; (3) memberikan pembelajaran yang erat kaitannya denagn usaha dalam meningkatkan minat membaca karya sastra; (4) memberikan reward dalam bentuk pujian agar minat membaca karya sastra semakin meningkat sehingga memiliki minat membaca karya sastra tinggi, dan tetap memberikan motivasi kepada siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Pembelajaran yang efektif harus ditunjang dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan yang diajarkan. Proses belajar mengajar juga harus memperhatikan kondisi siswa pada saat sebelum dilakukan pembelajaran. Hal ini lah yang menyebabkan setiap guru harus memiliki beberapa metode pembelajaran yang nantinya akan digunakan kepada para siswa guna pemerolehan nilai yang baik dan berkesan bagi siswa. Oleh karena itu, setiap guru tidak hanya terpaku pada satu metode pembelajaran saja, namun harus menggunakan beberapa metode pembelajaran yang nantinya dapat disesuaikan dengan kondisi siswa supaya siswa juga tidak merasa jenuh. Salah satu upaya guru dalam meningkatkan pembelajaran ialah dengan menggunakan metode pembelajaran reciprocal learning sebagai alat untuk pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Penggunaan metode reciprocal learning terbukti lebih baik daripada penggunaan metode pembelajaran talking stick khususnya pada pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Kedua metode pembelajaran tersebut termasuk dalam pendekatan kooperatif, yakni keduanya menggunakan cara-cara berkelompok untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Pendekatan ini berupa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan yang berorientasi padakerja sama antarsiswa

10 108 (Andayani, 2015: 233). Kegiatan dalam pendekatan ini cocok untuk diberikan kepada siswa-siswi pada usia remaja seperti siswa SMA ini, siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan orang-orang disekitarnya untuk memecahkan sebuah masalah. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif juga akan memerlukan sumber belajar yang baik. Teknologi yang ada dan telah menjadi bagian kehidupan kita dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjadi sumber belajar yang potensial demi memberikan dan menyediakan sumber dan bahan belajar yang baik. Sumber belajar bukan saja berasal dari buku-buku teks saja, namun juga dapat memanfaatkan segala sesuatu yang disekitar mereka yang mampu menjadi sarana belajar efektif bagi siswa. Hal ini turut menjadi kewajiban guru untuk jeli mencari, memanfaatkan, dan menggunakan sumber belajar potensial yang dapat membantu kegiatan belajar mengajar siswa. Untuk itu, peran orang tua dan sekolah juga sangat diperlukan demi terpenuhinya setiap kebutuhan siswa demi melengkapi hal-hal yang berkaitan dengan ilu yang diuthkan melalui sarana dan prasarana yang cukup. 3. Implikasi Pedagogis Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh hasil bahwa metode reciprocal learning merupakan metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Penggunaan metode ini tentunya akan mempermudah proses pembelajaran. Selain itu, metode ini tentunya dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa terutama dalam pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Dengan adanya temuan tersebut, pihak sekolah seperti kepala sekolah dapat memberikan pengarahan kepada guru yang menguasai pembelajaran dengan metode tersebut untuk mengajarkannya kepada guru lain terutama bahasa Indonesia. Selain pihak sekolah, pihak lain yang bersangkutan seperti dinas pendidikan di kota Yogyakarta dapat memberikan pelatihan kepada guru-guru terutama bahasa Indonesia untuk menggunakan metode reciprocal learning dalam pembelajaran bahasa. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif bagi

11 109 peningkatan hasil belajar siswa, terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia atau dapat juga untuk pelajaran lain. Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa minat membaca karya sastra memberikan efek positif dalam upaya peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan temuan tersebut, minat membaca karya sastra sangat penting untuk dipupuk dan ditingkatkan agar kemampuan mengapresiasi sastra siswa terutama cerita pendek dapat meningkat. Guru dapat mulai membimbing siswa untuk gemar membaca, seperti memberikan tugas untuk membaca buku sastra atau membuka diskusi tentang sastra di dalam kelas maupun di luar kelas. Sekolah dapat mengupayakan untuk menambah jumlah buku-buku sastra diperpustakaan atau membuat pojok buku sastra di sekolah. Hal ini tentu akan meningkatkan keinginan dan minat siswa untuk membaca sastra. Selain minat membaca sastra, minat membaca sendiri juga dapat meningkatkan wawasan siswa dalam berbagai hal. Hal itu tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan prestasi belajar siswa secara umum. Selain pihak sekolah yang mengupayakan penyediaan buku-buku bacaan terutama buku sastra, dari dinas pendidikan daerah terkait juga dapat membantu menyediakan buku-buku bacaan tersebut. Dapat juga dengan membuat ruangruang baca yang dapat dinikmati oleh semua kalangan terutama siswa dari berbagai jenjang pendidikan guna meningkatkan kesadaran mereka dalam membaca. Hal ini tentu akan sangat membantu siswa untuk gemar membaca sehingga minat membaca siswa terutama minat membaca sastra siswa akan meningkat dan memberikan dampak positif dalam prestasi belajar siswa di sekolah. C. Saran Berdasarkan pada temuan empiris dalam penelitian ini, maka perlu diajukan saran-saran sebagai berikut: pertama, bagi guru, untuk (1) menggunakan pendekatan maupun metode pembelajaran yang bervariasi, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga siswa akan memiliki semangat untuk mampu mengapresiasi sebuah karya sastra; (2) menciptakan suasana yang kondusif di

12 110 lingkungan kelas maupun sekolah sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mengapresiasinya dengan konsentrasi penuh; (3) mengubah paradigma bahwa pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di kelas, namun juga di berbagai tempat seperti perpustakaan, taman sekolah, dan lain-lain; dan (4) senantiasa menggiatkan minat membaca siswa terutama membaca karya sastra guna meluaskan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki siswa terutama dalam bidang sastra. Kedua, bagi kepala sekolah, hendaknya mendukung upaya penerapan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. Selain itu, penting bagi sekolah untuk menyediakan fasilitas sekolah dan media pembelajaran yang beraneka ragam serta memfasilitasi guruguru bahasa untuk pelatihan teknologi pembelajaran guna meningkatkan wawasan dan kreativitasnya dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk siswanya. Dengan ini, saran yang ditujukan kepada kepala sekolah, antara lain: (1) membantu guru menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran; (2) mendukung dan memberi kebebasan guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif; (3) memfasilitasi guru untuk mengembangkan potensinya dengan mengikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan inovasi pembelajaran. Ketiga, bagi pengawas sekolah, sesuai kapasitasnya sebagai penilai kegiatan dan kelengkapan sekolah, penting bagi pengawas sekolah untuk tanggap dalam melihat kebutuhan sekolah. Hal ini diperlukan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan begitu, saran yang ditujukan kepada pengawas sekolah, antara lain: (1) lebih tanggap dalam melihat apa saja yang diperlukan guru, siswa, dan sekolah dalam kegiatan belajar mengajar; (2) meningkatkan mutu proses pembelajaran di beberapa sekolah yang menjadi wewenangnya; (3) meningkatan intensitas pelatihan dan pembinaan tenaga pengajar; serta (4) meningkatkan standar penilaian kegiatan hasil akhir belajar di sekolah guna meningkatkan mutu sekolah. Keempat, bagi peneliti lain yang sejalan dengan kajian ini, untuk mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak variabel bebas yang diduga memberikan kontribusi yang sangat komprehensif. Penelitian

13 111 tersebut nantinya dapat menjadi pembanding dan pembaharu dari penelitianpenelitian sebelumnya. Hal ini akan sangat bermanfaat baik bagi peneliti maupun guru pelaksana pembelajaran kemampuan mengapresiasi sastra.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. di muka, dapat ditarik beberapa simpulan hasil penelitian berikut ini.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. di muka, dapat ditarik beberapa simpulan hasil penelitian berikut ini. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan di muka, dapat ditarik beberapa simpulan hasil penelitian berikut ini. 1. Ada pengaruh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi 127 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks

BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks ulasan drama/film dengan media audio visual film pendek pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang aktif. Guru adalah seorang pendidik yang yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang aktif. Guru adalah seorang pendidik yang yang berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan suatu negara. Kualitas pendidikan yang baik diperoleh melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak, membaca, dan berbicara. Artinya, kemampuan menulis juga merupakan keterampilan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian INDAH KOMALA SARI, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian INDAH KOMALA SARI, 2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca, baik dalam makna yang sempit maupun dalam makna yang luas, merupakan salah satu aktivitas utama dalam upaya mewujudkan kecerdasan. Membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkarya seni, setiap individu selalu ingin mengkomunikasikan karyanya kepada orang lain dan sekaligus memuaskan orang lain tersebut. Individu tidak akan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pembelajaran dikarenakan materi matematika sifatnya tidak nyata atau. abstrak yang sulit dibayangkan di dunia nyata.

PENDAHULUAN. pembelajaran dikarenakan materi matematika sifatnya tidak nyata atau. abstrak yang sulit dibayangkan di dunia nyata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran matematika sering didapatkan bahwa siswa masih sukar menerima dan mempelajari matematika bahkan banyak yang mengeluh bahwa pelajaran matematika membosankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang memadai mengenai penguasaan struktur bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perihal karakter dan implementasi kurikulum, membuat para pemerhati pendidikan berpikir serta berupaya memberikan konstribusi yang diharapkan dapat bermakna

Lebih terperinci

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi Vol 1 No 1 (2017) 27-33 Indonesian Journal of Primary Education Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca Acep Saepul Rahmat Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta acepsaepulrahmat@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran sastra, khususnya mengenai cerita rekaan (cerita pendek, novel, dongeng, cerita anak, dan sebagainya), diberikan dengan maksud untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengajaran sastra di SMA, SMK dan sederajat selalu mendapatkan banyak perhatian. Pembicaraan masalah pengajaran sastra sudah sering dimuat di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum yang ada dalam setiap jenjang pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketrampilan berbahasa ada empat macam yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang besar untuk menciptakan masa depan yang gemilang. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Sejarah siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik mampu mendukung pembangunan di masa mendatang, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. IPS merupakan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. IPS merupakan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS merupakan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang tidak hanya menekankan pada sejumlah konsep yang bersifat hafalan saja, namun juga menekankan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran puisi di sekolah sering menekankan pada teori-teori puisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran puisi di sekolah sering menekankan pada teori-teori puisi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran puisi menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengajaran sastra, sedangkan pengajaran sastra menjadi bagian dari pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kenyataan

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Potret pembelajaran sastra di berbagai sekolah (di Indonesia) selama ini terlihat buram dan sedih. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan saat ini mulai menurun kualitasnya, salah satu faktor menurunnya kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru selaku pembimbing dalam belajar adalah salah seorang yang berperan dan berjasa dalam membantu mengembangkan keterampilan maupun kepribadian siswa, guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra ialah karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa Indonesia dipelajari untuk menjadikan peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA2 SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI OLEH: MIFTACHUL JANNAH

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dan harus mampu merancang suatu pembelajaran yang inovatif dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Memasuki era globalisasi yang identik dengan istilah modernisasi, hampir semua aspek kehidupan manusia pada masa kini mengalami berbagai perubahan.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa sangat erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa. Empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menulis, berbicara, menyimak, dan membaca.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di Indonesia saat ini mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan pembelajaran sastra pada masa penjajahan. Menurut Saparie (2006)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari suatu bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Karena IPS pelajaran yang mempelajari berbagai bidang dari sejarah, ekonomi, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah pembelajaran sastra. Pada pembelajaran sastra bukan merupakan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tolak ukur suatu Negara dikatakan berkembang atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia yang baik,

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan karya akhir ini dapat disimpulkan bahwa materi ajar cerpen adalah subtansi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sastra tingkat MTs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengajar adalah membentuk suatu kebiasaan, sehingga melalui pengulangan-pengulangan siswa akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan suatu negara dan mencerdaskan generasi bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara besar yang berkembang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk membudayakan manusia. Dengan demikian urusan pertama

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk membudayakan manusia. Dengan demikian urusan pertama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun dan kapan pun di dunia pasti terdapat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah memanusiakan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca adalah salah satu keterampilan yang sangat penting di dalam kehidupan. Karena hampir semua pengetahuan menyajikan ilmunya dalam bentuk teks tulisan yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia adalah dengan cara penguasaan segala aspek keterampilan berbahasa oleh peserta didik. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang telah dilakukan dan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak masih kurang efektif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan pembangunan sehingga dapat memjawab tantangan-tantangan

Lebih terperinci

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK DISERTAI TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS ORAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-J SMA NEGERI 1 KARTASURA SKRIPSI Oleh : ANI SUGIHARTI NIM. K 4305002 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Keempat hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah SMA di, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis, 88 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Simpulan tersebut akan dipaparkan berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai penting pada jenjang pendidikan dengan pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan merupakan suatu proses pembinaan, pengayoman, pengajaran dan pembentukan karakter manusia baik secara fisik dan mental untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam pendidikan Indonesia, sastra menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam pendidikan Indonesia, sastra menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan karya sastra tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Dalam pendidikan Indonesia, sastra menjadi salah satu pembelajaran wajib. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : KUNCORO PUTRI NIM : K 4303035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci