BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan banyak pula

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan banyak pula"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Tinjauan Praktik Industri Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan banyak pula dimana pendidikan dapat dilangsungkan. Salah satu kegiatan proses yang dapat dilangsungkan diluar kampus adalah praktik industri, karena waktu belajar diadakan di industri-industri yang sesuai dengan program studi. Praktik industri adalah suatu kegiatan yang harus diikuti oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JPTM) Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai wahana untuk memantapkan hasil belajar sekaligus memberikan kesempatan mendalami kemampuan hasil belajar tersebut kedalam kondisi kerja yang sesungguhnya. Praktik di industri atau di bengkel/dealer resmi merupakan kesempatan untuk menimba ilmu dan meningkatkan keterampilan serta pengetahuan menjadi terbuka bagi mahasiswa. Praktik industri membawa dampak yang positif terhadap motivasi belajar, seperti yang dikemukakan oleh Nolker H dan Schoenfeldt E (Herlina L, 2004: 10). Apabila peserta didik berhasil dalam menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari mengenai bidang kejuruannya, maka hal itu akan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar, peserta didik melihat nilai praktis dari aktifitas mereka dalam pendidikan dan karenanya mau melanjutkan upaya belajar kesan-kesan yang diperoleh juga menambah kemauan belajar peserta didik menanyakan informasi latar belakang. Itu menimbulkan interaksi yang bermanfaat antar pelajaran disekolah dengan pengalaman praktik di tempat kerja. 11

2 12 Jelaslah bahwa pelaksanaan praktik industri di tempat kerja atau indsutri dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam melakukan proses aktualisasi karena dapat menguji dan membandingkan pengetahuan teoritisnya dengan keadaan yang sebenarnya didunia kerja. a. Tujuan Praktik Industri Untuk memenuhi persyaratan kurikulum Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia, pada setiap semester VII kepada para mahasiswanya diwajibkan untuk melaksanakan mata kuliah praktik industri yang memiliki bobot 2 SKS, dengan persyaratan sudah menempuh minimal 120 SKS dan memenuhi semua persyaratan administrasi. Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan praktik industri adalah sebagai berikut: 1.) Meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam wacana industri bagi mahasiswa JPTM FPTK UPI. 2.) Meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan mahasiswa melalui kerja lapangan atau magang sesuai bidang keahliannya. b. Pelaksanaan Praktik Industri 1. Peserta Praktik Industri Peserta dalam mata kuliah praktik industri adalah mahasiswa JPTM bidang keahlian teknik mesin konstruksi, teknik mesin produksi, teknik mesin pendingin, dan teknik mesin otomotif dengan ketetapan sebagai berikut: a. Memprogram/mengontrak mata kuliah praktik industri.

3 13 b. Telah menempuh mata kuliah paket pilihan (bidang keahlian) minimal yang dipersyaratkan oleh dosen pembimbing mata kuliah praktik industri. c. Setiap mahasiswa memahami dan menerima konsekuensi logis dari kontrak kerja/perjanjian lapangan, yang telah disepakati oleh pihak industri (perusahaan) dan atas bimbingan dosen yang ditunjuk. d. Telah lulus mata kuliah teknik dan manajemen industri. 2. Tempat Praktik Industri Tempat mahasiswa melaksanakan praktik industri adalah industri atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Industri atau perusahaan yang relevan dengan paket pilihan (bidang keahlian). b. Industri atau perusahaan yang dapat menumbuh-kembangkan kreativitas dan inovasi mahasiswa. c. Industri atau perusahaan yang dapat memberikan pengalaman kerja, berbudaya industri dan mendorong kemandirian mahasiswa. 3. Waktu Pelaksanaan Praktik Industri Waktu yang disediakan untuk mahasiswa melaksanakan praktik industri, disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan bersama antara JPTM FPTK UPI dengan pihak industri tempat mahasiswa praktik. Sebagai bahan pegangan atau acuan dalam pelaksanaan praktik industri ini adalah: a. 1 (satu) SKS yang setara dengan 4 x SKS praktik laboratorium atau setara dengan 4 x 100 menit = 400 menit. b. Mengingat praktik industri merupakan mata kuliah yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa JPTM FPTK UPI, khususnya mahasiswa program S-1, maka

4 14 dikenakan aturan yang sama dengan mata kuliah yang lain, yakni harus dilaksanakan dalam waktu 16 kali pertemuan. Dengan demikian jumlah waktu yang harus dilakukan oleh mahasiswa dalam melaksanakan praktik industri adalah 16 x 400 menit = 6400 menit = 172 jam aktual. 4. Pembimbing Praktik Industri Praktik industri dilaksanakan dibawah bimbingan dan arahan dosen pembimbing. Dosen pembimbing tersebut terdiri dari dua orang, yaitu satu orang dari JPTM FPTK UPI yang ditugaskan oleh ketua jurusan, dan satu dari industri yang ditunjuk oleh pihak industri atau perusahaan. Dosen pembimbing yang ditugaskan oleh ketua jurusan, berkewajiban: 1. Melakukan monitoring terhadap kegiatan mahasiswa di lapangan selama melaksanakan praktik industri, minimal satu bulan satu kali. Hal ini dimaksudkan untuk mencari data sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian. 2. Membimbing mahasiswa dalam penyusunan laporan akhir pelaksanaan praktik industri. 3. Mengikuti seminar laporan pelaksanaan praktik industri bersama-sama dengan dosen pembina atau penanggung jawab mata kuliah praktik industri, dan satu orang dosen lain yang ditunjuk oleh ketua jurusan. Dosen pembimbing praktik industri yang ditunjuk oleh pihak industri (dosen luar biasa), berkewajiban: 1. Memeriksa dan mengevaluasi kedisiplinan mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktik di industri.

5 15 2. Memeriksa kehadiran mahasiswa yang dibimbingnya. 3. Memeriksa dan mengevaluasi kinerja mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktik industri (kemampuan memecahkan masalah, keselamatan kerja, dan prosedur kerja). c. Praktik Industri Sebagai Sarana Menambah Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan. Praktik industri mempunyai fungsi majemuk, diantaranya memudahkan peralihan pendidikan ke dunia kerja. Tempat pendidikan tidak memiliki sarana yang sepadan untuk membiasakan peserta didik pada wujud kehidupan nyata. Wawasan yang diperlukan hanya diperoleh dengan jalan mengumpulkan pengalaman praktik bekerja di tempat yang sebenarnya. Dengan praktik industri kita dapat memperoleh pengetahuan baru yang saat ini sedang berkembang, sedangkan di bangku kuliah mahasiswa telah dibekali teori dan keterampilan menyangkut bidang keahliannya. Untuk menguji keterampilan dan kemampuan yang didapat di bangku kuliah, kita harus mencobanya ke dunia kerja, yang terlebih dahulu harus menguasai teori dan langkah awal sebelum terjun untuk praktik industri. Hasil belajar tersebut tampak dalam perubahan tingkah laku setelah melalui pengalaman belajar. Berikut ini, dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut, yaitu:

6 16 1. Aspek Kognitif Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenai dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental (Nasution S, 1982: 34). a.) Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hapalan termasuk pula yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan tentang hal-hal yang perlu diingat kembali. Dilihat dari segi respon belajar mahasiswa, pengetahuan itu perlu dihafal, diingat supaya dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpannya dalam ingatan, misalnya dibaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Hasil belajar ini, termasuk hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar lainnya. b.) Pemahaman Tipe hasil belajar ini lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dari arti suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertalian antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum, pertama, pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya, misalnya memahami daya pengereman sehingga dapat menghitung daya pengereman. Kedua, pemahaman penafsiran, misalnya menggunakan satuan-satuan yang digunakan dalam perhitungan. Ketiga, pemahaman

7 17 ekstrapolasi yaitu kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan. c.) Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teoritis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulangulang menerapkan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah, kecuali ada satu unsur yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yaitu sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus. Generalisasi merupakan rangkaian sejumlah informasi atau rangkuman yang dapat dikenakan pada hal khusus baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus atau metoda tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Misalnya: perhitungan statistik, dan sebagainya. d.) Analisis Analisis adalah suatu upaya memecahkan suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga jelas susunannya. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Hal tersebut sangat diperlukan bagi mahasiswa.

8 18 Kemampuan menalar pada hakekatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki oleh seseorang, maka seseorang dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. e.) Sintesis Sintesis merupakan lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi suatu yang bermakna, sedangkan pada sintesis adalah kemampuan menyatukan suatu unsur atau bagian menjadi satu integritas. Sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen, sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergen. Dalam berpikir divergen pemecahannya atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tidak sama dengan mengumpulkan ke dalam suatu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati. f.) Evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi dari semua tipe belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya dengan menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan kriteria dengan sesuatu yang

9 19 tampak atau aktual, mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai sesuatu tersebut. 2. Aspek Afektif Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan nilai-nilai yang disebut juga perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris (Nasution S, 1982: 34). a.) Receiving Atending Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar mahasiswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima rangsangan dan kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Sebagai contoh, misalnya perhatian sewaktu diberikan penjelasan oleh pembimbing pada saat praktik, menerima saran-saran yang diberikan oleh pembimbing dan lain-lain. b.) Responding Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus yang datang dari dirinya. Misalnya, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, mentaati peraturan-peraturan kerja pada waktu melaksanakan praktik, dan lain-lain. c.) Valuing Yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam hal ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap

10 20 nilai tersebut. Misalnya, menjalankan tugas yang diberikan dengan penuh kesungguhan, menjalankan tugas yang diberikan dengan penuh percaya diri, mentaati peraturan dengan penuh kesungguhan, dan lain-lain. d.) Organisasi Yaitu perkembangan nilai kedalam satu sistem organisasi, mencakup didalamnya menentukan satu nilai dari kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk di dalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi dari sistem nilai, seperti menyadari pentingnya proporsi antara hak dan tanggung jawab, tanggung jawab terhadap tugas praktik yang dibebankan, dan lain-lain. e.) Karakteristik Nilai dan Internalisasi Nilai Yaitu keterpaduan dari sistem nilai yang ideal yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Termasuk di dalamnya keseluruhan nilai dan karakteristiknya. 3. Aspek Psikomotor a.) Persepsi Hal ini berkenaan dalam penggunaan indera dalam melakukan kegiatan tertentu. Seperti mengenal kerusakan dari sistem rem, peralatan rem, dan sebagainya. b.) Kesiapan Berkenaan dengan kesiapan untuk melakukan kegiatan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan mental (mental set), kesiapan fisik (physical set) atau kesiapan emosi (emotion set) dalam melakukan suatu kegiatan.

11 21 Selama praktik industri, praktikan memperoleh peluang untuk mengenali dan menggunakan peralatan-peralatan baru yang belum pernah dijumpai. Aspekaspek positif dari pengalaman praktik industri adalah: a.) Pendidikan berlangsung dekat dengan kenyataan praktik. b.) Pendidikan dapat cepat diselesaikan melalui praktik industri, dengan persyaratan baru yang timbul dalam pasaran tenaga kerja. c.) Proses belajar berlangsung di tengah-tengah kesibukan suasana kerja. 2. Tinjauan Belajar Belajar merupakan proses perubahan yang dihasilkan dari hubungan yang terkondisi antara simulasi dan respon. Bagi seorang behavioris belajar pada dasarnya adalah hubungan sebuah respon tertentu pada sebuah simulasi yang tadinya tidak berhubungan, dan bagi penganut Gestalt, hakekat belajar adalah penemuan hubungan unsurunsur di dalam ikatan keseluruhan. Surakhmad W (Iskandar H, 1999: 8) Belajar juga dapat diartikan mengalami yang bermakna, menghayati secara aktual yang menimbulkan respon tertentu, dari pihak siswa dapat menghasilkan perubahan (pengarahan, pendewasaan) pola tingkah laku, perubahan didalam sistem nilai, perbedaan konsep-konsep (pengertian), serta didalam kekayaan informasi. Belajar dipandang sebagai hasil, dimana seseorang dapat melihat bentuk akhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif dengan nampaknya tandatanda tingkah laku yang dipelajari dalam bentuk keterampilan, konsep-konsep dan sikap. Belajar dapat pula dipandang sebagai proses, dimana dapat dilihat pada apa yang terjadi selama mahasiswa menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk

12 22 mencapai sutau tujuan dalam bentuk pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar berlangsung. Belajar juga dipandang sebagai fungsi dimana perhatian ditunjukan pada aspek-aspek yang menentukan atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku dalam pengalaman edukatif dengan satu aspek yang diutamakan adalah motivasi. Belajar adalah proses perbaikan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penelitian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi berbagai aspek kehidupan dan pengalaman yang terorganisir. Rackhmat C (Iskandar H, 1999: 9) Pengertian-pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pada hakekatnya secara umum mempunyai kesamaan, yaitu bahwa belajar merupakan proses interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang akan terlihat pada pola sambutan (respon) yang baru terhadap lingkungan. Keterampilan, kecakapan, pengetahuan, aspirasi, hubungan sosial, hubungan jasmani, dan etika atau budi pekerti merupakan suatu bentuk pola sambutan (respon) yang baru terhadap lingkungan. a. Proses Pembelajaran Praktik Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai kegiatan pokok pada proses pendidikan di sekolah, karena kegiatan ini berkenaan langsung dengan pengupayaan perubahan perilaku siswa atau pencapaian tujuan pendidikan Rahmat C (Iskandar H, 1999: 9). Proses pembelajaran juga pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan dimana di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan tersebut dapat merubah tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya

13 23 sehingga dengan tingkah laku itu mereka dapat mengadakan penyesuaian dan pertimbangan dengan tuntutan hidup. Konteks proses pembelajaran pada dasarnya ada empat pokok tugas yang seyogyanya dilakukan oleh penyelenggara proses pembelajaran, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, dan memberikan bimbingan agar mereka terhindar dari kesulitan atau dapat mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi. b. Komponen-komponen Pembelajaran Komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran pada hakekatnya satu sama lainnya berhubungan saling mempengaruhi. Keberhasilan proses pembelajaran yang diselenggarakan akan ditentukan oleh bagaimana komponenkomponen pembelajaran tersebut berkaitan secara simultan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Komponen-komponen pembelajaran yang penting dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, diantaranya adalah tujuan pembelajaran yang merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang hendak dicapai dan dimiliki mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran. Tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai harus dipandang sebagai bagian inti dari kegiatan perencanaan pengajaran praktik. Penentuan tujuan pada pembelajaran praktik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu materi, atau bahan pembelajaran yang akan disajikan, metode dan alat pembelajaran yang merupakan media informasi pembelajaran serta evaluasi proses pembelajaran. Proses pembelajaran juga dapat terlaksana dengan baik apabila adanya komunikasi yang

14 24 jelas antara dosen dengan mahasiswa, sering digunakan untuk mengembangkan interaksi yang dinamis antara dosen dengan mahasiswa. c. Faktor-faktor Penentu Kualitas Pembelajaran Faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas penyelenggaraan pembelajaran adalah: 1. Faktor guru Guru hendaknya mempunyai pengetahuan mengenai psikologi dan pendidikan serta kecakapan mempergunakan metode dan alat pengajaran untuk membawa perubahan didalam tingkah laku anak didiknya Surakhmad W (Iskandar H, 1999: 11). Kompetensi profesional guru adalah salah satu faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran yaitu kualitas intelektual dan kemampuan manajerial. Untuk melihat lebih jauh lagi, maka kualitas profesional guru terletak sedikitnya dalam empat bidang utama, yaitu: 1. Guru harus mengenal setiap siswa yang dipercayakan kepadanya. 2. Guru harus memiliki kecakapan memberikan bimbingan. 3. Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan. 4. Guru harus memiliki pengetahuan yang utuh dan baru mengenai ilmu pengetahuan yang diberikan. Surakhmad W (Iskandar H, 1999: 12) 2. Ukuran kelas Ukuran kelas berhubungan langsung dengan sejumlah mahasiswa dalam satu kelompok belajar, semakin besar ukuran kelas maka seoramg pengelola pembelajaran dalam hal ini guru, maka semakin sulit mengatur kondisi kelasnya.

15 25 Akhirnya akan menimbulkan proses pembelajaran yang tidak efektif dan sulitnya pencapaian tujuan pembelajaran yang direncanakan. 3. Suasana pembelajaran Suasana yang memungkinkan dapat membantu kelancaran proses pembelajaran adalah suasana yang kondusif dan demokratis, yaitu adanya kebebasan mahasiswa untuk belajar, mengemukakan pendapat dan berdialog. 4. Fasilitas dan sumber belajar Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia akan dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran, karena dengan ketersediaan sumber belajar yang lengkap akan memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan baik. d. Hasil Belajar Praktik Uzer M (2002: 11) Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melalui proses belajar mengajar yang dapat diketahui melalui daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan baik secara individual atau kelompok melalui tes. Sudjana N (2005: 38): Hasil belajar siswa adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Menurut Gagne (Herlina, 2004: 11) ada lima jenis hasil belajar dalam pembelajaran yaitu: 1. Verbal information Belajar informasi verbal sebagai suatu kapasitas mengandung pengertian bahwa seseorang dapat menyatakan apa yang dipelajari dalam bentuk proporsi atau kalimat.

16 26 2. Intelctual Skills Intelectual Skills adalah kemampuan yang membentuk knowing how atau proses mengetahui bagaimana atau proses mencari tahu bagaimana dan bukan mengetahui apa sesuatu informasi. Intelectual Skills dapat dibagi kedalam beberapa sub kategori yang tersusun berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Diantara sub kategori-sub kategori itu saling berkaitan satu sama lain dalam arti keterampilan yang kompleks membutuhkan kemampuan penguasaan keterampilan sederhana terlebih dahulu. Jenis keterampilan intelektual itu adalah: Diskrimination, Concepts, Rules dan High Order Rules. Keterampilan terdahulu bersifat perkuisit bagi keterampilan kemudian. 3. Cognitive Strategis Cognitive Strategis adalah kapabilitas belajar yang terorganisasikan dalam pikiran seseorang yang digunakan untuk memandu perhatiannya, memandu belajarnya, memandu mengingat sesuatu, memandu berpikir. Perbedaan dengan intetelektual skills bekerja kearah aspek-aspek lingkungan siswa, yang membuatnya dapat bekerja dengan angka-angka, kata-kata, dan simbol-simbol yang berbeda. sedangkan kognitive strategis mengatur tingkah laku siswa sendiri dalam berhadapan dengan lingkungan. jadi jelaslah kognitive strategis merupakan tujuan pendidikan yang sangat penting 4. Attitudes (Sikap) Attitudes (sikap) adalah keadaan internal yang mempengaruhi tindakan seseorang terhadap benda, orang dan kejadian.

17 27 5. Motor Skill (keterampilan motorik) Keterampilan motorik hendaknya menjadi komponen yang esensial dalam pendidikan. keterampilan ini dipelajari dalam kaitannya dengan aktivitasaktivitas umum manusia, missalnya mengemudi mobil, mengetik, mengoperasikan komputer dan kegiatan lainnya. Fungsi keterampilan motorik sebagai kapasitas belajar adalah memungkinkan seseorang dapat mengerjakan sesuatu secara persis, teliti, halus dan tepat, dengan melibatkan anggota badan. Sistem pendididkan nasional rumusan tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni: 1. Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3. Ranah Psikomotoris Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretative.

18 28 Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasi isi bahan pengajaran. e. Tahapan Proses Belajar Belajar merupakan aktivitas yang berproses di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap antara satu dengan lainnya yang berurutan dan fungsional. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi bersifat positif, dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Menurut Albert Bandura (Hendarwin H, 2007: 17) mengatakan bahwa: Setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi: a. Tahap perhatian (attentional phase). b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase). c. Tahap produksi (reproduction phase). d. Tahap motivasi (motivation phase). f. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan berkenaan dengan masalah penelitian mengenai perbandingan anatara prestasi belajar chassis otomotif sebelum dan setelah melaksanakan praktik industri, antara lain dikemukakan oleh Hamalik (Hendarwin H, 2007: 17) sebagai berikut: a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta diklat dengan lingkungannya.

19 29 b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi peserta diklat. Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapanharapannya. c. Belajar yang paling efektif adalah apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri. d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu peserta diklat harus sanggup mengatasi secara tepat. e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik bagi guru, beserta tuntutan dari buku pelajaran sendiri. f. Jenis belajar yang paling utama adalah berpikir kritis, lebih baik dari kebiasaan-kebiasaan mekanis. g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari bersama. h. Belajar memerlukan pamahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian. i. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. j. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan dan hasil. k. Belajar dianggap berhasil apabila pelajar telah sanggup mentransferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktik sehari-hari. 3. Tinjauan Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku dalam teori kognitif (penalaran), afektif (penghayatan), dan konatif (keterampilan) M. Syah (Hendarwin H, 2007: 73). Perubahan dan perkembangan ini mempunyai arah positif atau negatif dan kualifikasinya akan terbagi-bagi, seperti tinggi, sedang, rendah, berhasil/tidak berhasil, dan lulus/tidak lulus. Prestasi belajar yang dicapai seorang individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hendarwin H, 2007: 73). Berkaitan dengan hal diatas, Suharsimi Arikunto (2002: 42) mengemukakan bahwa: Prestasi belajar pada hakekatnya adalah hasil belajar dari individu yang merupakan perubahan yang terdapat dalam diri individu yang

20 30 dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku dan perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari belajar itu sendiri. Tingkat keberhasilan proses belajar dengan kata lain prestasi belajar atau hasil belajar yang maksimal diperlukan rentang waktu tertentu dan akan diperoleh setelah mempelajari materi diklat yang diperlukan dan interaksi dengan lingkungannya. Demikian juga pendapat yang dikemukakan M. Syah (Hendarwin H, 2007: 73): Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya, meliputi semua akibat dari proses belajar yang berlangsung disekolah maupun diluar sekolah yang bersifat kognitif, afektif maupun konatif yang sengaja maupun tidak disengaja. Prestasi belajar yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari potensi diri yang dimilikinya dan merupakan juga aktualisasi potensi yang dimilikinya, artinya belajar merupakan manifestasi kemampuan potensi individu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan perilaku sebagai hasil usaha yang disadari dan dapat diukur serta dievaluasi berdasarkan norma-norma tertentu yang sudah ditetapkan. Maher (Hendarwin H, 2007: 74) menyatakan sebagai berikut: (1) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang daat diukur. Pengukuran perubahan perilaku itu dapat dilakukan dengan menggunakan tes prestasi (Achievement Test) (2) Prestasi belajar merupakan hasil perbuatan individu itu sendiri dan bukan dari hasil perbuatan orang lain (3) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah dicapai oleh kelompok, dan (4) Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Sifat dari proses belajar sangat kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut. Diantaranya adalah faktor yang datang dari diri individu dan faktor yang datang dari luar individu. Faktor yang lebih berperan

21 31 dalam proses belajar adalah siswa itu sendiri. Sebagai subjek belajar, siswa memiliki kemampuan yang unik, ia memiliki kapasitas mental yang berbeda untuk mencapai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan oleh pengajar. Selain itu faktor tujuan belajar itu sangat dipengaruhi tuntutan keluarga, sekolah,dan masyarakat. Rusyan (Hendarwin H, 2007: 74) berpandangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar: a. Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. b. Faktor psikologis, 1) Faktor intelektual, yang meliputi: faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. 2) Faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu, meliputi minat, sikap, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya. c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. 1) Faktor sosial, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya, seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, faktor belajar, dan iklim. 4) Faktor spiritual atau keagamaan. Faktor-faktor diatas, mempengaruhi prestasi siswa pada kemampuan praktik dan penguasaan teori. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah siswa melakukan tes penguasaan teori dan praktik. 4. Tinjauan Praktik Industri Terhadap Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari potensi diri yang dimilikinya dan merupakan aktualisasi potensi yang dimilikinya, artinya belajar merupakan manifestasi kemampuan potensi individu.

22 32 Untuk mengukur prestasi belajar individu, diperlukan suatu proses pembelajaran. Karena proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan diamana didalamnya terjadi interaksi antara mahasiswa dengan dosen, kegiatan tersebut dapat merubah tingkah laku dan pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya. Adapun salah satu proses pembelajaran yang berfungsi untuk merubah tingkah laku dan pengetahuan mahasiswa JPTM FPTK UPI adalah melalui praktik industri. Dengan praktik industri mahasiswa dapat memahami konsep teoritis dalam aplikasinya tentang budaya, iklim, dan cara kerja serta tuntutan keahlian tenaga di industri yang sesuai dengan bidangya. Sehingga untuk menguji keterampilan dan kemampuan yang didapat di bangku kuliah kita harus mencobanya ke dunia kerja, yang terlebih dahulu harus menguasai teori dan langkah awal untuk mengenal dunia kerja melalui kegiatan praktik industri. Diharapkan dari kegiatan praktik industri tersebut dapat memberikan efek positif terhadap prestasi belajar mahasiswa JPTM FPTK UPI konsentrasi otomotif. 5. Tinjauan Chassis Otomotif Sistem chassis meliputi suspensi yang menopang kendaraan, kemudi untuk mengatur arah kendaraan, roda, dan rem menghentikan jalannya kendaraan. Sistem-sistem berpengaruh langsung terhadap kenikmatan berkendaraan, stabilitas dan lain sebagainya. Mata kuliah chassis otomotif adalah suatu materi dalam bidang otomotif yang membahas mengenai suspensi, steering sistem, rem, CCKG dan roda. Mata

23 33 kuliah ini terdiri dari teori dan praktik, yang dilaksanakan mahasiswa pada semester enam dengan beban 3 SKS. Silabus Chassis Otomotif I. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Chasis Otomotif Nomor Kode : OT 462 Jumlah SKS : 3 SKS Semester : 6 Kelompok Mata Kuliah : MKKK Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin S1 Status Mata Kuliah : Mata Kuliah Tersendiri Dosen : 1. Drs. H. Ewo Tarmedi ST.,M.Pd. 2. Drs. Tatang Permana, M.Pd. 3. Ridwan Adam N, S.Pd. II. TUJUAN Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mempunyai kompetensi chasis otomotif yang dapat diterapkan atau diaplikasikan pada kendaraan / mobil. III. DESKRIPSI ISI Dalam perkuliahan ini, dibahas masalah suspensi, steering system, rem, CCKG dan roda. IV. PENDEKATAN PEMBELAJARAN a. Metode : Ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. b. Praktik : Suspensi, steering, rem, CCKG dan roda. c. Tugas : Pembuatan laporan. d. Media : Buku sumber dan job sheet. V. EVALUASI a. Kehadiran. c. Hasil praktik. e. Proses praktik. b. Tugas. d. UTS. f. UAS.

24 34 VI. RINCIAN MATERI PERKULIAHAN Pertemuan : 1. Penjelasan alat chasis & fungsinya, pembagian kelompok praktik. 2. Teori tentang sistem kemudi. 3. Teori sistem suspensi. 4. Teori sistem rem. 5. Teori sistem roda dan CCKG. 6. Perakitan dan pemasangan sistem rem. 7. Perbaikan sistem rem. 8. UTS. 9. Pemeriksaan sistem kemudi. 10. Pemeliharaan dan perbaikan sistem kemudi. 11. Overhaul sistem kemudi. 12. Pemeriksaan sistem suspensi. 13. Pemeliharaan dan perbaikan sistem suspensi. 14. Pelaksanaan pekerjaan spooring balance roda. 15. Melepas, memasang dan menyetel roda serta. pemasangan ban luar dan dalam. 16. UAS. B. Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas. (Suprian, 2001: 55). Adapun manfaat dari anggapan dasar adalah: 1. Untuk memperkuat teori tentang permasalahan.. 2. Membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek penelitian, wilayah pengambilan data, dan instrumen pengumpulan data. Dalam penelitian ini penulis merumuskan anggapan dasar sebagai berikut:

25 35 1. Bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan siswa mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi yang disajikan oleh guru. Nawawi H (Iskandar H, 1999: 41). 2. Hasil belajar setiap mahasiswa bermacam-macam (berbeda-beda). 3. Semua mahasiswa telah memiliki kemampuan dasar chassis otomotif. 4. Perlakuan terhadap mahasiswa pada mata kuliah chassis otomotif sebelum melaksanakan praktik industri adalah sama. C. Hipotesis Hipotesis pada hakikatnya tidak lain adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban dari masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan sudah pasti jawaban tersebut belum tentu benar, dan karenanya perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya. (Suprian, 2001: 52). Salah satu bagian penting dari statistik adalah pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol diberi notasi H 0, yakni pernyataan yang menunjukan kesamaan atau tidak berbeda. Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, diberi notasi H A, yang menunjukan perbedaan atau tidak sama. Prosedur pengujian yang memungkinkan peneliti menerima atau menolak H 0, atau menentukan apakah data sampel berbeda nyata dari hasil yang diharapkan disebut pengujian hipotesis. Jika H 0 ditolak artinya hipotesis alternatif diterima, sebaliknya jika H 0 diterima berarti H A ditolak. Jika nilai statistik sampel t termasuk daerah penolakan, artinya menolak H 0, dan bila nilai t statistik sampel berada pada daerah penerimaan artinya menerima H 0. (Sudjana N, 2004: 139).

26 36 Berdasarkan landasan teori dan anggapan dasar diatas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut Terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah chassis otomotif antara sebelum dan setelah melaksanakan praktik industri.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

SILABUS. I. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Body Otomotif Nomor Kode : OT 471. Semester : 6 Kelompok Mata Kuliah : MKKK

SILABUS. I. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Body Otomotif Nomor Kode : OT 471. Semester : 6 Kelompok Mata Kuliah : MKKK DESKRIPSI OT471, Bodi Otomotif: S-1, 3 SKS, Semester 7 Mata kuliah ini merupakan Mata kuliah bidang keahlian S-1 Pendidikan teknik mesin FPTK UPI. Tujuan Kurikuler mata kuliah ini adalah mahasiswa memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pengalaman Belajar Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, pada hakekatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah 1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JPTM) merupakan salah satu jurusan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung maupun tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014 BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mendukung penelitian ini serta mempermudah pembaca dalam memehami topik yang ada, penulis membubuhkan : A. Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen Metode Eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena. sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena. sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan SDM melalui pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar siswa, salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa melalui pendidikan dapat melestarikan dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program komputer merupakan bagian dari teknologi komputer yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Program komputer merupakan bagian dari teknologi komputer yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program komputer merupakan bagian dari teknologi komputer yang telah banyak mengalami peningkatan yang signifikan, terbukti banyak tercipta program yang lebih

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Pengertian media sebagai sumber belajar adalah segala benda serta mahluk hidup yang berada di lingkungan sekitar serta peristiwa yang dapat memungkinkan siswa

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang bersikap rasional, teliti, kreatif, peka terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI A. Model Pembelajaran Course Review Horay 1. Pengertian Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang - undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

Build the world with studying..

Build the world with studying.. By Build the world with studying.. Menurut beberapa ahli pakar psikologi : Gage dan Berliner : belajar merupakan proses dimana suatu organisme merubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) Oleh: Muhamad Fatih Rusydi Syadzili I Pendidikan esensinya bukan sebagai sarana transfer

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kajian Teori 1. BELAJAR Menuru Sunaryo dalam Komalasari (2014,hlm. 2) mengatakan bahwa Belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK 45 HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK Eka A. Saefudin 1, Iwa Kuntadi 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tercipta dari proses pendidikan yang baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani tidak dapat dipisahkan dari unsur permainan maupun bermain. Sesuai dengan keadaan Pendidikan Jasmani pada masa sekarang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata media menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium"

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK 162 STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK Wanday M. P. Iskandar 1, Uli Karo Karo 2, Asep H. Sasmita 3 Departemen Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun manusia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan Negara.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Praktik Pembelajaran praktik merupakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA DIAGRAM ALIR KALOR BAGI SISWA KELAS SEPULUH SATU SMA 4 KOTA TEGAL 1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA DIAGRAM ALIR KALOR BAGI SISWA KELAS SEPULUH SATU SMA 4 KOTA TEGAL 1 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA DIAGRAM ALIR KALOR BAGI SISWA KELAS SEPULUH SATU SMA 4 KOTA TEGAL 1 Bambang Setiawan 2 Abstrak Penelitian melalui Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom 1. Ranah Kognitif Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat

Lebih terperinci