KAJIAN YURIDIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN BERAT (studi kasus putusan No. 64/Pid.B/2015/PN.Ska)

Transkripsi

1 1 KAJIAN YURIDIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN BERAT (studi kasus putusan No. 64/Pid.B/2015/PN.Ska) Oleh : Angelo Lintang Lazuardi NPM Universitas Slamet Riyadi ABSTRAK Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan tindak pidana terhadap tindak penganiayaan berat di Pengadilan Negeri Surakarta dan melihat dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan putusan hakim No.64/Pid.B/2015/PN.Ska Penganiayaan adalah tindak pidana yang paling sering terjadi dalam masyarakat, mengingat banyak nyawa menghilang, maka dari itu tuntuan agar dijatuhkan sanksi kepada pelaku, agar membuat pelaku jera, dan diharapakan mampu mengurangi angka kriminalitas yang semakin marak di masyarakat, khususnya tindak penganiayaan dan tindak pidana lainya Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Jenis penelitian pendekatan secara yuridis normatif. Sifat penelitan menggunakan despkriptif. Sumber data penelitian menggunakan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Teknik analisis data digunakan data yang digunakan analisis kualitatif Hasil penelitian menunjukan bahwa hakim Pengadilan Negeri Surakarta menjatuhkan kepada Terdakwa SUHARDI alias KECU karena secara sah dan menyakinkan telah melakukan tindak pidana penganiayaan berat dan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara 1 (satu) tahun. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap kasus penganiayaan berat di Pengadilan Negeri Surakarta terdiri dari faktor yuridis yaitu keterangan saksi, keterangan terdakwa, petunjuk, pertimbangan menurut hukumnya dan pertimbangan hal-hal yang meringakan dan memberatkan serta hambatan yang terjadi dalam persidangan yang semua mutlak atas putusan hakim Kata kunci : Penerapan tindak pidana penganiayaan berat serta pertimbangan dan hamabatan yang terjadi. PENDAHULUAN Setiap orang adalah makhluk cpitaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan kemulian harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh undang-undang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

2 2 sehingga dengan kata lain seseorang berhak dan wajib diberlakukan sebagai manusia yang memiliki drajat yang sama dengan yang lain. Hak hidup manusia tidak dapat dikurangi oleh siapa pun dan dalam keadaan apapun tidak boleh disiksa, tidak diperbudak, tidak di perjualbelikan dan tidak dipaksa untuk melakukan perbuatan yang tidak disukai yang melanggar harkat dan martabat dirinya sebagai manusia. Di setiap negara hukum perilaku menyimpang tata hukum yang diharuskan untuk mempertanggung jawabkan perbuatanya. Karena norma hukum dibuat untuk dipatuhi apabila dilanggar, maka akan dikenakan sanksi, apabila terjadi pelanggaran norma hukum dalam pergaulan hidup maka akan terjadi goncangan sehingga perlu untuk upaya-upaya menegakkan hukum itu sendiri yaitu dengan menindak pelaku itu sendiri sesuai dengan hukum yang berlaku penegak hukum yang telah maupun sedang berlangsung, Kadangkadang menimbulkan persoalan yang tidak terselesaikan karena bersamaan dengan realitas pelanggaran hukum yang berupa kejahatan yang disebabkan oleh kesadaran hukum yang kurang. Tetapi dalam doktrin/ilmu pengetahuan hukum pidana penganiayaan mempunyai unsur sebagai berikut Adanya kesengajaan. Adanya perbuatan Adanya akibat perbuatan (yang dituju),yakni 1. Rasa sakit pada tubuh 2. Luka pada tubuh Unsur pertama adalah adanya unsur subjektif (kesalahan), unsur kedua dan ketiga berupa obyektif. Hukum adalah suatu kenyataan keadilan. berhubungan dengan itu maka kejahatan

3 3 sebagai suatu ketidakadilan merupakan tantangan hukum. Oleh karna itu suatu ketidak adilan harus dilenyapkan dan cara melenyapkan juga harus dengan suatu ketidakadilan juga berupa penderitaan kepada orang yang menimbulkan suatu ketidakadilan itu Tindak penganiayaan yang diatur dalam pasal KUHP yang menjelaskan barang siapa dengan sengaja melukai seseorang akan dihukum menurut hukum yang berlaku. Banyak moduas dan macam penganiyaan yang sering teradi dalam masyarakat sehingga dapat menimbulkan cedera bahkan hilangnya nyawa seseorang. Tindak pidana penganiayaan ini merupakan tindakan yang meresahkan di masyarakat. Tindak Pidana penganiayaan senantiasa dihadapi oleh masyarakat dan sulit untuk dihapuskan sampai tuntas. Jadi yang bisa dilakukan masyarakat hanyalah penanggulangan, maka dari itu penulis ingin mengetahui bagaimana pengadilan negeri surakarta dalam memberikan saksi dan pertimbangan apa saja hakim dalam memutus dan hal apa saja yang memhambat jalan nya persidangan. Untuk memecahkan pokok permasalahn secara jelas diperlukan rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana penganiayaan berat? Dasar-dasar apa yang membuat hakim memutuskan bahwa tindak pidana penganiayaan ini berat? TUJUAN PENELITIAN Suatu kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang pasti sebagai sasaran yang akan dicapai atas permasalahan yang dihadapi. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif

4 4 Untuk mengetahui bagaimana hakim memutuskan dalam perkara tindak pidana penganiayaan Untuk mengetahui unsur-unsur perkara sehingga hakim dapat menjatuhkan putusan 2. Tujuan subjektif Untuk menambahkan, memperluas, dan mengembangkan wawasan saya dibidang hukum pidana, serta pemahaman aspek hukum maupun teori maupun praktik dalam bidang hukum Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori ilmu hukum yang diperoleh dari penelitian. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a) Hasil penelitian dapat menambah referensi di bidang karya ilmiah yan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum acara pidana b) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam memecahakan permasalahan dari sudut teori hukum mengenai tindak pidana penganiayaa berat dari Pengadilan Negeri Surakarta 2. Manfaat Praktis a) Hasil penelitian ini dapat memberikan data dan informasi ang jelas menganai penyelesaian hukum tindak pidana penganiayaan berat dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta

5 5 b) Memberikan penjelasan kepada semua pihak tentang korelasi fungsi reskrim kaitanna dengan upaya penyelesaian hukum tindak pidana penaniayaan berat dan putusan pidana di Pengadilan Negeri Surakarta. LANDASAN TEORI Tinjuan Umum Tentang Tindak Pidana strafbaarfeit merupakan istilah asli bahasa belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti tindak pidana, delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan yang dapat dipidana menurut Pompe, sebagaimana yang dikemukan oleh bambang Poernomo ialah strafbaarfeit adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum sedangkan definisi dalam hukum positif adalah suatu kejadian yang oleh peraturan perundang-undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum 1. Menurut definisi pendek pada hakekatnya menyatakan bahwa pastilah untuk setiap delik yang dapat dipidana harus berdasarkan Undang-undang yang dibuat oleh pembentuk Undang-undang dan pendapat umum tidak dapat menentukan lain daripada apa yang telah ditetapkan dalam Undang-undang. Definisi yang panjang lebih menitikberatkan kepada sifat melawan hukum dan pertanggungjawaban yang merupakan unsur-unsur yang telah dirumuskan secara tegas didalam setiap delik atau unsur yang tersembunyi secara diam diam 1 Bambang Poernomo,1978, Asas-asas hukum pidana, jakarta, Ghalia Indonesia, hal 46

6 6 dianggap ada 2. Dalam pasal 351 ayat (1) berbunyi penganiayaan diancam dengan penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Didalam KUHP tindak pidana penganiayaan dibagi menjadi 4 jenisnya yaitu : Penganiayaan biasa Penganiayaan ringan Penganiayaan sedang Penganiayaan berat Pertimbangan hakim dalam persidangan didalam hal ini hakim mempertimbangkan terhadap nenberatkan dan meringankan putusan pemidanaan hakim menjatuhkan pidana harus dalam rangka menjamin tegaknya kebenaran. Secara umum rumusan pengrtian hukum setidaknya mengandung beberapa unsur Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masayarakat.peraaturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak nelakukan sesuatu hal ini dimaksut untuk mengatur perilaku manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan kepntingan umum Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan yang memiliki kewengan untuk menetapkan sesuatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat luas Penegakan aturab hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk dilanggar tapi untuk dipatuhi. Untuk menegakannya diatur pula mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan menegakakan sekalipun dengan tindakan yang represif, meski demikian terdapat pula nurma hukum yang bersifat melengkapi. 22 S.R Sianturi,2002, Asas-asas hukum di indonesia dan penerapannya, Storia Grafika Jakarta hal 89

7 7 Metode Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode sistematik dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum dan masyarakat, dengan cara menganalisanya. Yang diadakan pemeriksaan secra mendalam tentang fakta hukum dengan permasalah-permasalahan yang timbuldi dalam gejala yang bersangkutan. Agar suatu metode penelitian berjalan dengan baik dan benar di perlukan suatu metode penelitian. Dan ada beberapa metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut; Lokasi penelitian Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini yaitu normatif yang menggunakan data sekunder. lokasi penelitian ini di adakan di Pengadilan Negeri Surakarata Jenis penelitian Jenis penelitian dalam penyusunan hukum ini adalah penelitian hukum normative atau penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian dengan meneliti data sekunder atau bahan-bahan pustaka yang terdiri dari bahan primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan bahan tersebut kemudian disusun secara sistematik, dikaji kemudian ditarik kesimpilam dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 1986 :14) Sifat Penelitian

8 8 Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang berusaha mendapat data-data untuk memperoleh gambar secara lengkap dan kemudian menganalisis untuk menjawab permaslah yang ada, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti-setelitinya untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang acuan yang gunakan hakim dalam memutuskan legal rasionee dan bagaimana pembuktian fakta peristiwa dan fakta yuridis terkait kasus penganiayaan berat Pendekatan penelitian Dalam penelitian normative, dengan case study (studi kasus) maka pendekatan yang digunakan yang digunkan adalah perundang undangan, pendekatan konsep, pendekatan analisis, pendekatan filsafat, pendekatan historis, dan pendekatan perbandinga (Jhony Ibrahim,2006:443). Pendekatan penelitian yang dilakukan penulisan dengan memperoleh data tertulis dari Pengadilan Negeri Surakarta. Bahan hukum Secara umum, maka di dalam penelitian ini biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan bahan pustaka Yang diperoleh secara langsung diperoleh dari masyarakat adalah data primer, sedangkan yang diperoleh dari pustaka disebut data sekunder (SoejonoSoekanto,1986:51). Jenis data yang digunaan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai studi kepustakaan berbagai buku, arsip,dokumen, peraturan perundang - undangan, hasil penelitian ilmiah dan bahan bahan kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data adalah tempat dimana data itu diperoleh, dalam penelitian ini dipakai adalah sumber data sekunder, terdiri dari. 1) Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana 2) Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP);

9 9 3) Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) 4) Undang undang Dasar Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mngenai bahan hukum primer,seperti hasil karya para sarjana,majalah, internet,dan makalah. Bahan Hukum Tersier atau Penunjang Bahan hukum tersier yaitu bahan bahan hukum yang bersifat mnunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus bahasa Indonesia dan lainnya. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Suatu penelitian memerlukan data yang lengkap dan memiliki nilai validitas yang tinggi. Untuk mengumpulkan data tersebut, maka perlu dilakukan dengan cara dan dengan teknik tertentu pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau bahan pustaka. Studi dokumen atau bahan pustaka ini penulis lakukan engan usaha usaha pengumpulan data terkait dengan legal raisonee hakim dalam memutus perkara penganiayaan berat di Pengadilan Negeri Surakarta dengan cara mengunjungi perpustakaan perpustakaan, membaca, mengkaji, dan mempelajari buku buku, literature,artikel, majalah, koran, karangan ilmiah, makalah dan sebagainya yang berkaitan erat dengan pengaturan legal raisonee hakim dalam memutus perkara penganiayaan berat Teknik Analisis Data

10 10 Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi laporan. Analisis data adalah proses pengoganisaian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2002:103). Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan, kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah yang akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian. Hasil Penelitian Dasar Pertimbangan hakim dalam memutus Perkara Pidana penganiayaan berat hakim menimbang dengan proses yang telah terjadi apa kah ada kecocokan serta jga melihat dari pasal 184 KUHAP yaitu alat bukti yaitu keterangan saksi keterangan terdakwa petunjuk ada ada keselarasan jika sudah selaras hakim berhak memutus perkara. Dan yang terjadi dan keputusan di dalam persidangan adalah mutlak keputusan hakim, tetapi dengan teori dan rumusan yang benar serta ada asa keadilan dalam diri hakim Hambatan yang terjadi dalam persidangan perkara ini ialah adalah nya keterangan saksi yang kurang sehingga hakim belum yakin dalam memutuskan perkara ada jaga hambatan yang permohonan terdakwa untuk pengurangan masa tahanan dikarenakan terdakwa akan menikah dalam waktu dekat. Dan hakim mengabulkan pengurangan dengan memutus dengan penjara 1 tahun. Didalam perkara ini jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan penajara 1 tahun 6 bulan. Dalam perkara ini keputusan hakim mutlak.

11 11 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis dalan bab terdahulu mengenai tindak pidana penganiyaan dalam kesimpulan dan saran-saran Pertimbangan hakim pengandilan Negeri surakarta dalam menjatuhkan putusan perkara penganiayaan berat kepada terdakwa Suhardi alias kecu karena sah menyakinkan telah melakukan tindak pidana penganiayaan berat. Pertimbangan hakim menjatuhkan putusan terhadap kasus penganiayaan berat di pengadilan negeri terdiri dari unsur yuridis yaitu : terpenuhinya unsur pada pasal 351 ayat (1), serata alat bukti yang sudah ada dan memenuhi syarat dan pertimbangan sosiologis berupa hal-hal yang meringankan dan memberatkan terutama pertimbangan subyektif pada hal-hal yang memberatkan dan meringakan dari terdakwa. Hambatan yang ditemukan dalam hakim menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan berat adalah sedikitnya saksi yaksni hanya korban dan istri korban dan dari pihak kepolisian yang bertugas serta hambatanyang lain yaitu ada permohonan pengurangan kurungan dikarenakan terdakwa akan menikah dalam waktu dekat yang menyebabkan perbedaan pendapat antara Majelis Hakim ketua dan Majelis hakim anggota Saran-saran Permohonan pengurangan kurungan terhadap terdakwa seharusnya diikirkan kembali mungkin saja itu hanya alesan terdakwa hanya untuk meminta belas kasih, dan itu belum membuat jera terdakwa agar ini menjadi perhatian bagi penegak hukum dan tidak lupa asas keadilan harus ada dalam diri majalis Hakim

12 12 Bagi para hakim agar lebih mendengar dengan hati nurai sehingga munculnya rasa keadilan agar hambatan yang tejadi dalam persidangan dapat teratasi.jadi hakim dapat bertindak adil tanpa mengurangi hak dan kewajiaban antara korban dan terdakwa