PIMPINAN DEWAN TERSANGKA KORUPSI, GAJI PNS SULBAR MOLOR

Transkripsi

1 PIMPINAN DEWAN TERSANGKA KORUPSI, GAJI PNS SULBAR MOLOR FAJARONLINE.COM, MAKASSAR Pembahasan APBD Perubahan Sulawesi Barat molor setelah empat pimpinan DPRD ditetapkan tersangka. Ini juga berbuntut pada molornya gaji PNS. Lambatnya pembahasan APBD-P Sulbar 2017 membuat gaji aparat sipil negara (ASN) molor. Sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun mengeluh. Salah satu PNS Pemprov Sulbar mengakui hal itu. Biasanya, PNS untuk bulan Oktober sudah menerima gaji paling lambat tanggal 5 Oktober. Namun, hingga kemarin, 10 Oktober, gaji belum diterima. "Belum terima gaji, katanya menunggu perubahan," ujar pegawai Pemprov yang enggan disebutkan identitasnya itu. Padahal, gaji tersebut seharusnya digunakan untuk keperluan sehari-hari. "Habis kalau sudah tanggal begini," keluhnya. APBD Perubahan 2017 Sulbar memang membahas alokasi gaji PNS untuk bulan Oktober. Karena anggarannya belum disetujui DPRD, Pemprov pun harus mengencangkan ikat pinggang. Pemprov Sulbar harus menyisihkan anggaran yang ada agar pembayaran gaji ASN bisa tuntas dilakukan. Sekretaris Provinsi Sulbar, Ismail Zainuddin, mengaku sudah melakukan kesepakatan dengan DPRD Sulbar. Kita sudah minta izin, untuk bayarkan gaji bulan Oktober ini. Setiap OPD (Organisasi Perangkat Daerah) sudah bermohon untuk pencairan gaji. Prosesnya (pembayaran gaji) sudah jalan, kata dia. Bagaimana dengan gaji untuk Bulan November? Ismail Zainuddin mengungkapkan, APBD-P Sulbar sudah harus diketuk sebelum November, supaya penyerapan anggaran, khususnya untuk gaji, bisa berjalan lancar.

2 Bukan tanpa alasan. Kata Ismail, ada beberapa alokasi anggaran yang harus disetujui dalam APBD-P. Salah satunya adalah belanja pegawai, yang harus ditambah karena memang dinilai kurang. Kita dapat tambahan anggaran, melalui dana perimbangan dari pemerintah pusat. Sebesar Rp30 miliar. Ini harus segera disetujui oleh DPRD, kata Ismail. Sebelumnya, disebutkan, pembahasan APBD Perubahan Sulbar bakal molor lantaran empat pimpinan DPRD Sulawesi Barat (Sulbar) ditetapkan tersangka oleh Kejaksaan Tinggi (Kejari) Sulselbar. Empat pimpinan tersebut, antara lain Andi Mappangara (Ketua DPRD), Munandar Wijaya, Hamzah Hapati Hasan, dan H Harun pun diyakini bakal lebih fokus menghadapi persoalan hukum dibanding membahas APBD-P. Ketua DPRD Sulbar, Andi Mappangara menjamin pembahasan APBD-P bisa rampung segera. Namun, berbeda dengan Sekprov, dia menargetkan rampung pada November Menurut dia, banyak anggaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sulbar yang dirasionalisasi. Ketua DPRD Sulbar, Andi Mappangara mengatakan pihaknya optimis APBD Perubahan akan rampung paling lambat akhir November, sedangkan APBD Pokok 2018 pada akhir tahun. Meski sedang tersandung masalah dengan Kejati Sulselbar, dia tetap berusaha menunaikan tugas sebagai anggota DPRD Sulbar. "Insyaallah saya tetap akan bisa membagi waktu untuk tugas dan kasus yang membelit saya. Anggota DPR itu sudah disumpah sebelum diangkat, jadi sudah tanggung jawabnya untuk menjalankan tugas, salah satunya yaitu pembahasan anggaran," ujar dia. Lebih lanjut, politisi partai Demokrat ini berharap unsur pimpinan DPRD Sulbar lainnya juga demikian. Pasalnya, banyak agenda rapat yang tidak bisa jalan jika tidak dipimpin langgar oleh unsur pimpinan, seperti Paripurna dan Bamus. "Jadi saya juga berharap pihak kejaksaan juga tidak langsung melakukan pemanggilan secara sekaligus agar tetap ada unsur pimpinan yang stand by, sehingga tidak ada yang terbengkalai. Ini bukan alasan untuk menghindari pemeriksaan tetapi murni tugas," ujarnya. (edoham/fo) Sumber: Surat Kabar Fajar, Gaji PNS Sulbar Molor Buntut Keterlambatan APBD-P, tanggal 11 Oktober 2017, halaman 1. Catatan: A. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan Daerah 1. Pasal 81 pada: a. Ayat (1) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi: a) perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD; b) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

3 c) keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; d) keadaan darurat; dan e) keadaan luar biasa. b. Ayat (2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. c. Ayat (3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: a) bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya; b) tidak diharapkan terjadi secara berulang; c) berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan d) memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat. 2. Pasal 82 pada a. Ayat (1) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. b. Ayat (2) Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) huruf e adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen). 3. Pasal 83 pada a. Ayat (1) Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. b. Ayat (2) Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran. B. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri dalam Negeri No 21 Tahun Pasal 154 pada a. Ayat (1) Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi : a) perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA; b) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja; c) keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;

4 d) keadaan darurat; dan e) keadaan luar biasa. b. Ayat (2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa 2. Pasal 155 a. Ayat (1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA. b. Ayat (2) Kepala daerah memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a ke dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD. c. Ayat (3) Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara lengkap penjelasan mengenai: a) perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya; b) program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan; dan c) capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan d) capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA. d. Ayat (4) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada DPRD paling lambat minggu pertama bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan. e. Ayat (5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan. f. Ayat (6) Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, agar dihindari adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD. 3. Pasal 156 Ayat (1) Kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (5), masing-masing dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.

5 4. Pasal 157 ayat (1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1), TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai acuan bagi kepala SKPD.