BAB I PENDAHULUAN. commit to user. Akta Tanah. 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa Pejabat Pembuat

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai Pejabat Umum mempunyai wewenang membuat akta-akta tertentu sesuai peraturan perundang-undangan bersangkutan, yaitu akta peralihan dan pembebanan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun dan akta pelimpahan kuasa membebankan hak tanggungan. Sementara Pejabat Umum adalah orang yang diangkat oleh instansi yang berwenang dengan tugas melayani masyarakat umum di bidang atau kegiatan pertanahan. 1 Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai Pejabat Umum juga ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disebut PPAT adalah Pejabat Umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan umum mengenai jabatan PPAT lebih khusus, lengkap dan terperinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang pada intinya berisikan ketentuan-ketentuan kode etik dan landasan yuridis bagi PPAT. 2 Pasal 7 ayat 3 Penetapan dan pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 pada tanggal 5 Maret 1998 merupakan kelanjutan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, membuat kedudukan PPAT sebagai satu-satunya pejabat yang berwenang membuat akta 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah. commit to user 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 1

2 digilib.uns.ac.id 2 peralihan hak atas tanah menjadi semakin kokoh, kecuali akta lelang yang dibuat oleh pejabat lelang. Sebagai upaya menertibkan pembuatan akta peralihan hak atas tanah sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Adapun PPAT dimaksud diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana yang diuraikan pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998, dikenal beberapa PPAT yaitu PPAT-Notaris, PPAT-Camat, PPAT-Khusus (PPAT-ex Pegawai BPN). Menurut Santoso (2010) 3, PPAT Notaris adalah pejabat umum yang sudah lulus pendidikan Spesialisasi Kenotariatan (sekarang Magister Kenotariatan); dan juga sudah lulus ujian PPAT serta diangkat berdasarkan Surat Keputusan dari Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk wilayah kerja tertentu. PPAT sementara, adalah pejabat dalam pemerintahan yang ditunjuk karena jabatannya, untuk melaksanakan tugas PPAT dalam pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Biasanya pejabat tersebut adalah camat yang ditunjuk sebagai PPAT oleh Badan Pertanahan Nasional. PPAT Khusus adalah pejabat BPN yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu, khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu. Biasanya mereka merupakan pensiunan pegawai BPN dan berwenang untuk membuat akta peralihan hak atas tanah-tanah tertentu, seperti tanah perkebunan. Keberadaan ketiga jenis PPAT tersebut yang kemudian melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, sehingga menentukan keberadaan masingmasing PPAT di masyarakat. Camat sebagai PPAT Sementara juga berfungsi sebagai konsultan dan penasehat hukum bagi masyarakat. PPAT sebagai pejabat yang bertugas khusus di bidang pembuatan aktaakta hak atas tanah dan pendaftaran tanah adalah pengangkatannya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan 3 Urip Santoso. (2010). Pelepasan Hak Atas commit Tanah to Untuk user Kepentingan Perusahaan Swasta. Jurnal PERSPEKTIF: Volume XV No. 3 Tahun 2010 Edisi Juli. Hal 326

3 digilib.uns.ac.id 3 Pemerintah Nomor 37 Tahun Syarat-syarat pengangkatan PPAT dalam peraturan tersebut meliputi: a) berkewarganegaraan Indonesia; b) berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun; c) berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh Instansi Kepolisian setempat; d) belum pernah dihukum penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; e) sehat jasmani dan rohani; f) lulusan program pendidikan spesialis notariat atau program pendidikan khusus PPAT yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi; dan g) lulus ujian yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Agraria/Badan Pertanahan Nasional. Hal ini berbeda dengan PPAT Sementara yang mana dalam PP tersebut tidak disebutkan adanya ujian dan pendidikan khusus bagi Camat, tetapi karena jabatannya sebagai Kepala Pemerintahan Kecamatan dapat ditunjuk sebagai PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Keberadaan Camat selaku PPAT Sementara karena jabatannya, dimaksudkan untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT serta membantu pelaksanaan pendaftaran tanah di Kecamatannya. Masyarakat selama ini telah mengetahui Camat selain sebagai PPAT Sementara, juga sebagai pimpinan pemerintahan di tingkat kecamatan, sehingga fungsi dan kedudukannya dibutuhkan dalam melayani pembuatan akta hak atas peralihan tanah. Meskipun saat ini banyak terdapat PPAT Notaris, namun PPAT Sementara tetap dianggap masih tetap dibutuhkan meskipun ada PPAT umum dan PPAT. Camat selaku PPAT Sementara kedudukannya sangat strategis karena dia sangat menguasai wilayah dan memahami karakter masyarakatnya. Camat selaku PPAT Sementara, dalam praktek PPAT, tetap harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terkait pelaksanaan pembuatan akta peralihan hak atas tanah oleh PPAT maupun PPAT sementara, Pemerintah telah memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 sejak tanggal 5 Maret 1998, dan kini dilengkapi dengan peraturan commit pelaksananya to user seperti Peraturan Menteri Negara

4 digilib.uns.ac.id 4 Agraria / Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1997, Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan PPAT. Namun demikian, pelaksanaan pembuatan akta peralihan hak atas tanah masih saja terdapat permasalahan. Permasalahan yang timbul dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah pada PPAT Sementara dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Factor factor yang menyebabkan timbulnya permasalahan, baik itu disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan ataupun akibat kurangnya penguasaan tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti tidak melakukan pengecekan sertifikat asli di Kantor Pertanahan dan kesalahan pembuatan bagian-bagian akta dalam formulir kelengkapan akta peralihan hak atas tanah. Kesalahan tersebut kadangkala tidak sesuai dan menyalahi ketentuan yang digariskan baik oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun Permasalahan dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah pada akhirnya menimbulkan akibat hukum yang merugikan para pihak maupun PPAT itu sendiri. Pada proses pembuatan akta peralihan hak atas tanah, meskipun telah memenuhi syarat formal maupun non formal dalam pelaksanaan pembuatan akta tanah tersebut, namun kemungkinan PPAT Sementara melakukan kesalahan dan kelalaian masih tetap terbuka, karena adanya tugas lain camat sebagai kepala pemerintahan. Pembangunan di kecamatan Jaten sebagai daerah pengembangan industri yang berwawasan lingkungan berkembang pesat, sehingga secara langsung juga berpengaruh terhadap frekuensi pembuatan akta-akta tanah yang menggunakan jasa PPAT, khususnya melalui Camat selaku PPAT Sementara. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut terhadap fungsi dan kedudukan serta pelaksanaan pembuatan akta tanah oleh Camat selaku PPAT Sementara di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Camat selaku PPAT Sementara mempunyai fungsi memberikan commit to user pelayanan dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah, sehingga dalam

5 digilib.uns.ac.id 5 fungsi tersebut, mestinya melakukan sesuai dengan fungsi PPAT, seperti melakukan pengecekan sertifikat asli di Kantor Pertanahan dan melengkapi bagian-bagian akta dalam formulir akta otentik. Fungsi camat selaku PPAT sementara, kadangkala tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Camat selaku PPAT sementara, menyederhanakan fungsi tersebut dengan menyertakan berkas persyaratan belakangan, karena jabatannya sebagai camat. Pada kedudukan camat selaku PPAT sementara, camat dapat memberikan legalitas akta peralihan hak atas tanah meskipun kelengkapan transaksi belum dilengkapi akta-akta otentik. Hal inilah yang kemudian menjadi konsentrasi penelitian dengan mengambil tema, fungsi dan kedudukan camat selaku PPAT sementara dalam pembuatan pembuatan akta hak atas tanah di Kecamatan Jaten Karanganyar. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah fungsi dan kedudukan Camat selaku PPAT sementara dalam pembuatan akta hak atas tanah di Kecamatan Jaten Karanganyar? 2. Bagaimanakah Camat selaku PPAT sementara dalam membuat akta hak atas tanah di Kecamatan Jaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam suatu penelitian menunjukan kualitas dari penelitian tersebut. Suatu penelitian ilmiah harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Hal ini merupakan bagian dari pedoman penelitian ilmiah. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis fungsi dan kedudukan Camat selaku PPAT sementara dalam pembuatan akta hak atas tanah di Kecamatan Jaten Karanganyar 2. Untuk mengetahui pembuatan akta hak atas tanah oleh Camat selaku PPAT sementara di Kecamatan commit Jaten to user Karanganyar.

6 digilib.uns.ac.id 6 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan sebagai suatu bahan akan memberikan kemanfatan. Kemanfaatan di sini ada 2 yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil pengkajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baik berupa perbendaharaan dalam bentuk konsep-konsep pemikiran, metode atau teori dalam ilmu hukum perdata pada umumnya maupun hukum agraria pada khususnya, terutama peran camat selaku PPAT sementara. 2. Manfaat Praktis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembuatan akta hak atas tanah oleh camat dalam kedudukan dan fungsinya selaku PPAT Sementara. commit to user