Bab V Pengujian Sistem dan Evaluasi Unjuk Kerja
|
|
- Yandi Suhendra Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab V Pengujian Sistem dan Evaluasi Unjuk Kerja Setelah proses pengujian sub-sistem dilakukan dan dapat dikatakan bahwa tiaptiap modul / sub-sistem berjalan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian pengujian sistem secara keseluruhan. Pengujian dilakukan pada skala laboratorium dan lapangan. Setelah itu, dilakukan evaluasi terhadap hasil pengujian tersebut. Pada pengujian ini, ingin dibuktikan bahwa sistem yang dikembangkan memiliki unjuk kerja yang baik. V.1 Pengujian Laboratorium Pada skala laboratorium, pengujian yang dilakukan meliputi uji fungsionalitas sistem dan optimasi desain. Prosedur pengujian dapat dilihat pada Gambar V.1 di bawah ini. Sistem yang diuji terdiri dari 4 node dengan konfigurasi 1 kepala klaster (Board-1) dan 3 node sensor (Board-2, 3, dan 4). Masing-masing node terhubung dengan PC melalui hyperterminal untuk mengamati aktivitas node. Data pengamatan juga dapat disimpan untuk diolah lebih lanjut. Pada pengujian ini, semua node menggunakan catu tegangan DC 12 V. Gambar V.1. Prosedur pengujian laboratorium. 130
2 V.1.1. Uji Fungsionalitas Sistem Pada bagian ini, akan diuji unjuk kerja sistem dalam menjalankan protokol MAC yang dikembangkan. Pengujian dimulai dari fase set-up, fase steady-state selama 5 round, dan kemudian kembali ke fase set-up, namun dengan perubahan anggota jaringan. Parameter yang ingin diamati dalam pengujian ini antara lain: - Implementasi protokol MAC - Fungsi pengaturan jaringan mandiri (self-organizing and maintenance) - Skalabilitas sistem. Gambar V.2. Uji fungsionalitas sistem pada Kepala Klaster. Aktivitas jaringan pada kepala klaster dapat dilihat pada Gambar V.2 di atas. Terlihat bahwa pada fase set-up, setelah kepala klaster menyebarkan pesan SETUP, ada 3 node sensor yang membalas, sehingga frame / slot yang terbentuk adalah Pada fase steady state, data dari 3 node sensor dapat masuk dengan baik. Pada bagian ini terlihat bahwa dalam 1 round terdapat 5 frame periode data dan 5 frame periode tanpa data. Pada pesan ACK, terlihat bahwa setelah 2 round, jumlah data yang diterima oleh kepala klaster adalah 2 x 3 node = 6 data. Hal ini berarti nilai PER adalah 0%. Sedangkan aktivitas jaringan pada node sensor, dapat dilihat pada Gambar V.3 di bawah ini. Pada fase set-up, terlihat bahwa node sensor mencari pesan SETUP 131
3 hingga ketemu. Setelah memberikan pesan JOIN, node pun menerima slot jaringan. Pada fase steady-state, hanya pada frame yang terdedikasi untuk node itulah saat terjadinya pertukaran data. Dengan membandingkan Member ID node, hasil SLOT, dan slot pertukaran data, maka dapat dikatakan bahwa implementasi protokol MAC pada sistem berjalan dengan baik. Gambar V.3. Uji fungsionalitas sistem pada Node Sensor. Gambar V.4. Uji skalabilitas sistem. 132
4 Untuk parameter pengaturan jaringan dan skalabilitas, hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar V.4 di atas, yang merupakan aktivitas jaringan pada kepala klaster. Pada 5 round sebelumnya, hanya terdapat 2 node anggota dalam jaringan. Kemudian setelah 5 round, jaringan di-reset dan melakukan pengaturan ulang dengan memasuki fase set-up kembali. Pada 5 round yang baru, ternyata terdapat node sensor baru yang ingin masuk ke jaringan. Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa proses pengaturan jaringan mandiri dan penambahan node baru dapat berjalan dengan baik. Namun masih terdapat celah dalam algoritma pengaturan jaringan mandiri ini. Masalah tidak terdapat untuk kasus node yang mati / keluar dari jaringan. Namun untuk node baru yang ingin masuk jaringan, harus menunggu hingga 5 round selesai dilakukan, yaitu selama 5 round x 10 frame x 2 detik = 100 detik. Pada implementasinya pun, proses masuk / aktifnya node baru ini masih dilakukan secara manual, yaitu dengan menyalakan node sensor baru saat jaringan sedang pengaturan jaringan ulang. Pada pengembangan lebih lanjut, diharapkan algoritma pengaturan ini lebih cerdas, sehingga proses masuknya node baru dapat dilakukan secara otomatis dan lebih cepat. Dalam hal skalabilitas, karena dalam 1 round hanya terdapat 10 frame, maka jumlah maksimum node sensor yang dapat menjadi anggota adalah 10 buah. Untuk aplikasi spesifik seperti greenhouse, kapasitas ini memang sudah lebih dari cukup. Namun untuk aplikasi lain dengan skala lebih besar, protokol MAC diharapkan lebih fleksibel dalam mengatur kapasitas maksimal node-nya. V.1.2. Optimasi Desain Sebelum melakukan optimasi, yang harus dilakukan adalah melakukan uji konsumsi energi pada protokol MAC yang dikembangkan. Berdasarkan karakteristik transceiver CC1100 pada Lampiran A, konsumsi arus pada saat aktif adalah TX = 30 ma saat daya keluaran +10dBm dan RX = 15 ma. Sedangkan konsumsi arus saat mode tidur (XOFF) adalah 0.2 ma. Sehingga berdasarkan desain protokol MAC pada Bab III, dapat dihitung rata-rata konsumsi energi tiap 133
5 node saat fase steady-state di tiap slot-nya. Secara garis besar terdapat 3 keadaan, yaitu TX, RX, dan Sleep. Konsumsi energi dalam 1 slot (200ms) adalah: TX = 3,5V.{(20ms x 15mA) + (15ms x 30mA) + (165ms x 15mA)} = 11,3 mj RX = 3,5V.{(5ms x 15mA) + (195ms x 15mA)} = 10,5 mj Sleep = 3,5V.(200ms x 0,2mA) = 0,14 mj Hasil perhitungan konsumsi energi tiap timeslot pada frame periode data dan tanpa data dari kepala klaster dan node sensor dapat dilihat pada Tabel V.1. Tabel V.1. Perhitungan konsumsi energi saat steady-state. Periode Data (mj) Slots Total Base 11,3 10,5 10,5 10,5 11,3 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 65,16 Node-1 10,5 10,5 11,3 10,5 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 64,36 Node-2 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,12 Periode Tanpa Data (mj) Slots Total Base 11,3 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,92 Node-1 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,12 Node-2 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,12 Tabel V.2. Perhitungan konsumsi energi terhadap variasi periode terima data. Message 10 detik Total 20 detik Total 30 detik Total Base 325,8 1954,8 440,4 1321, Node-1 152,84 917,04 263,44 790,32 374,04 748,08 Node-2 152,84 917,04 263,44 790,32 374,04 748,08 Message 40 detik Total 50 detik Total 60 detik Total Base 669, , ,8 898,8 Node-1 484,64 748,08 595,24 748,08 705,84 705,84 Node-2 484,64 748,08 595,24 748,08 705,84 705,84 Gambar V.5. Uji konsumsi energi terhadap protokol MAC. 134
6 Dengan memvariasikan periode terima data dari 10, 20, 30, 40, 50, hingga 60 detik, maka perhitungan total konsumsi energi (mj) dalam 1 menit tiap node dalam jaringan dapat dilihat pada Tabel V.2 di atas. Gambar V.5 di atas adalah plotting data pada Tabel V.2 dalam grafik. Terlihat pada grafik bahwa konsumsi energi pada node sensor cenderung stabil. Sedangkan pada kepala klaster (base), terjadi penurunan energi akibat penambahan periode terima data. Kecenderungan ini dapat dimanfaatkan untuk menghemat energi pada aplikasi sistem yang berbeda-beda. Proses optimasi desain protokol MAC dilakukan 2 tahap, tahap-1 adalah modifikasi protokol, sedangkan tahap-2 adalah penurunan daya keluaran transceiver. Pada tahap-1, optimasi yang dilakukan adalah memanfaatkan mode IDLE dari transceiver sebagai mode normal (default state) dengan mengganti mode RX, mode normal sebelumnya. Optimasi dilakukan pada fase set-up dan steady state, seperti dapat dilihat pada Gambar V.6 dan V.7 di bawah ini. Gambar V.6. Optimasi tahap-1 desain MAC pada fase set-up. Gambar V.7. Optimasi tahap-1 desain MAC pada fase steady-state. 135
7 Dengan adanya optimasi ini, setiap node memasuki mode aktif (TX dan RX) hanya saat hendak mengirim atau menerima data. Pada interval waktu antar mode aktif inilah node memasuki mode IDLE. Keuntungan optimasi ini selain menghemat konsumsi arus hingga 1/10 kali (Tx +10dBm = 30mA, Rx = 15mA, IDLE = 2mA, SLEEP = 0.2mA), metode ini dapat mencegah node untuk mendengar medium pada waktu yang tidak perlu (overhearing). Perhitungan konsumsi arus pada Tabel V.1 dan Tabel V.2 di atas juga akan berubah akibat penerapan optimasi ini. Efek optimasi tahap-1 pada kepala klaster dan node sensor dapat dilihat pada Gambar V.8 di bawah ini. Konsumsi energi dalam 1 slot (200ms) untuk TX dan RX berubah akibat penggunaan mode IDLE dengan perhitungan sebagai berikut: TX = 3,5V.{(20ms x 2mA) + (15ms x 30mA) + (165ms x 2mA)} = 2,87 mj RX = 3,5V.{(5ms x 15mA) + (195ms x 2mA)} = 1,63 mj Akibatnya, konsumsi rata-rata energi dalam 1 menit pada kepala klaster dapat diturunkan secara signifikan hingga 78,6 %, sedangkan pada node sensor, penurunan yang terjadi adalah sebesar 80,6 %. (a) Kepala klaster (b) Node sensor Gambar V.8. Efek optimasi tahap-1 MAC terhadap konsumsi energi. Optimasi tahap-2 adalah penurunan level daya keluaran transceiver CC1100 dari +10 dbm menjadi -10dBm. Konsumsi arus saat mode TX akan berkurang dari 30 ma menjadi 14 ma. Sehingga konsumsi energi dalam 1 slot (200ms) untuk TX akan berubah dengan perhitungan sebagai berikut: TX = 3,5V.{(20ms x 2mA) + (15ms x 14mA) + (165ms x 2mA)} = 2,03 mj. 136
8 Akibatnya, konsumsi rata-rata energi dalam 1 menit pada kepala klaster dapat diturunkan lagi hingga 13,8 %, namun pada node sensor, penurunan yang terjadi tidak besar, hanya sebesar 1,4 %. Hal ini disebabkan karena pada node sensor, aksi kirim data hanya dilakukan satu kali dalam 1 round. Efek optimasi tahap-2 pada kepala klaster dan node sensor dapat dilihat pada Gambar V.9 di bawah ini. (a) Kepala klaster (b) Node sensor Gambar V.9. Efek optimasi tahap-2 MAC terhadap konsumsi energi. Gambar V.10. Optimasi tahap-2 desain MAC. Pada Gambar V.10 di atas, dapat dianalisis bahwa semakin besar periode data terima, maka konsumsi energi pada kepala klaster mendekati node sensor. Dengan kisaran energi mj dalam 1 menit, maka dalam 1 jam, dibutuhkan energi sebesar 12 joule. Dengan baterai berkapasitas 2000 mah, maka daya tahan baterai adalah: T = (3,5V ,6) / 12 J/jam = / 12 = 2100 jam = 87,5 hari. Hal ini menunjukkan bahwa protokol MAC yang hemat energi telah berhasil dikembangkan. 137
9 V.2 Pengujian Lapangan Pengujian lapangan dilakukan pada salah satu greenhouse yang terdapat di Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Lembang, Jawa Barat, seperti dapat dilihat pada Gambar V.11 di bawah ini. Greenhouse dengan ukuran 16 x 10 m ini digunakan untuk pembibitan tanaman kentang kelas 1. Gambar V.11. Greenhouse untuk uji lapangan. Prosedur pengujian dapat dilihat pada Gambar V.12. Empat buah node diletakkan secara merata dengan konfigurasi 1 kepala klaster dan 3 node sensor. Di dalam greenhouse terdapat 6 jalur tanam, dan 2 diantaranya sedang ditanami (warna hijau). Pengujian yang akan dilakukan terkait dengan homogenitas lingkungan internal greenhouse dan pengaruh AC (air conditioner) pada lingkungan. Gambar V.12. Prosedur pengujian lapangan. 138
10 Gambar V.13. Hasil uji sensor tekanan. Gambar V.14. Hasil uji sensor temperatur. Gambar V.15. Hasil uji sensor kelembaban. Pengujian dilakukan pada siang hari di kisaran pk pk Pengambilan data dilakukan selama kurang lebih 1 jam. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Gambar V.13 V.15. Untuk sensor tekanan, ke-3 sensor menunjukkan nilai yang relatif stabil dengan rata-rata deviasi antar sensor +/- 1 mbar. Kisaran nilai 139
11 tekanan pada mbar sesuai dengan ketinggian tempat uji meter [12]. Untuk sensor temperatur, node-3 lebih panas dari ke-2 node lainya karena daerah node-3 terkena sinar matahari langsung. Pada sensor kelembaban, node-3 justru memiliki kelembaban paling kecil karena berada di area yang tidak ditanami, sehingga tidak terkena irigasi. Kecenderungan nilai temperatur berbanding terbalik dengan kelembaban. Deviasi rata-rata antar sensor temperatur adalah +/- 0,3 0 C, sedangkan untuk sensor kelembaban adalah +/- 3 %. Nilai ini memenuhi spesifikasi yang dirancang pada Tabel III.1. (a) (b) Gambar V.16. Hasil uji pengaruh AC. Hasil uji pengaruh AC dapat dilihat pada Gambar V.16. Terdapat dua variabel pengaturan pada AC, yaitu kecepatan kipas (Low Fan, Low Cool, High Fan, High Cool), dan level thermostat (7 set). Gambar V.16 (a) adalah hasil uji dengan pengaturan High Cool dan thermostat-7. Terlihat bahwa node-3 yang terletak paling dekat dengan AC akan mengalami penurunan suhu, sedangkan node-1 tidak berubah. Perbandingan karakteristik pengaruh level thermostat dapat dilihat pada Gambar V.16 (b). Pengujian menunjukkan bahwa peranan 1 buah AC untuk greenhouse dengan ukuran tersebut kurang memadai, sehingga harus ditambah. Besarnya penurunan temperatur akibat AC juga tergantung pada temperatur lingkungan sekitar (ambient). Dengan demikian serangkaian proses pengujian sistem telah selesai. Sistem pemantauan tanaman yang dikembangkan telah menunjukkan performansi yang baik, dalam uji laboratorium maupun uji lapangan. Namun ada beberapa hal yang masih harus dikembangkan lebih lanjut di masa depan. 140
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pengujian program pada Arduino Mega 2560 melalui software
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab empat ini akan dibahas hasil serta pembahasan pada pengujian otomasi sistem hidroponik yang telah dirancang oleh penulis berupa perangkat keras dan perangkat lunak.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar dapat mengetahui karakteristik
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM
42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT
BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Penelitian Setelah alat dan bahan didapat dan dipersiapkan maka perangkat-keras dan perangkat-lunak telah berhasil dibuat sesuai dengan rancangan awal walau
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)
Lebih terperinciAnalisa Kinerja Protokol Sensor Media Access Control (S-MAC) pada Jaringan Sensor Nirkabel
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-57 Analisa Kinerja Protokol Sensor Media Access Control (S-MAC) pada Jaringan Sensor Nirkabel Kusuma Abdillah danwirawan Jurusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan simulasi pengaruh
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan simulasi pengaruh ketinggian nodal sensor dan menganalisa Quality of Service (QoS) dari Jaringan
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram
BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan sistem yang secara garis besar digunakan untuk pemantauan suatu lingkungan yaitu dengan menggunakan Jaringan Sensor
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Arduino Uno R3 Pengujian sistem arduino uno r3 dilakukan dengan memprogram sistem arduino uno r3 untuk membuat Pin.4 menjadi nilai positif negative 0 dan 1 yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan pembangunan di negara ini, jumlah kebutuhan daya energi listik cenderung naik pesat. Kebutuhan daya listrik dapat diakibatkan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Spesifikasi yang ada pada sistem dapat diuraikan menjadi dua bagian, yaitu spesifikasi perangkat keras dan spesifikasi perangkat lunak yang akan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Keterangan : Nodal Sensor Router Nodal Koordinator/Gateway Gambar 3.1. Konsep jaringan ZigBee Gambar 3.1. memperlihatkan konsep jaringan ZigBee yang terdiri
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Alat yang dibuat ini berfungsi untuk membuat udara menjadi lebih bersih, jernih dan sehat serta terbebas dari bakteri yang terkandung di udara, hal ini secara tidak langsung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang dikirimkan melalui Wi-Fi. Perangkat keras ini memiliki fungsi sebagai pendeteksi arus
Lebih terperinciANALISIS PROTOCOL LOW ENERGY ADAPTIVE CLUSTERING HIERARCHY PADA WIRELESS SENSOR NETWORK
ANALISIS PROTOCOL LOW ENERGY ADAPTIVE CLUSTERING HIERARCHY PADA WIRELESS SENSOR NETWORK Afif Dosen Jurusan Teknik Informatika AMIK RESKY Email : afif.sudrahsyah@gmail.com ABSTRAK Wireless sensor network
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.
BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas tentang skema rangkaian dari sistem alat ukur tingkat curah hujan secara keseluruhan, analisis perangkat keras, pengolahan data di software dan analisis
Lebih terperinciPERANCANGAN. 4-1
PERANCANGAN Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat bekerja seperti yang diharapkan.
Lebih terperinciBAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS
BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem yang dibuat, maka pada bab ini dilakukan pengujian sistem. Kemudian akan dilakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368.
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sensor dengan output toggle adalah sensor yang memiliki output biner dalam bentuk pulsa.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tujuan dan latar belakang permasalahan yang mendasari pembuatan skripsi, spesifikasi alat yang akan direalisasikan dan sistematika penulisan skripsi 1.1. Tujuan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian, hasil pengujian dan analisis tentang hasil pengujian yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui apakah
Lebih terperinciBAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi
BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN ALAT
47 BAB IV PEMBAHASAN ALAT 4.1 Spesifikasi alat Gambar alat prototype blood warmer dapat dilihat pada gambar 4.1. 1 2 3 4 6 8 5 7 Gambar 4.1. Spesifikasi alat Keterangan : 1. Indikator heater ON/OFF. 2.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada masing-masing node ditunjukkan pada tabel 4.1.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Minimum Sistem 4.1.1 Hasil Pengujian Hasil pengujian pengiriman data dari minimum sistem Melalui Xbee-Pro pada masing-masing node ditunjukkan pada tabel 4.1.
Lebih terperinciPEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI. Abstrak
PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI Agung Priyanto Program Studi S1 Teknik Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta agungpriyanto@hotmail.com
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN
BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN 4.1. Pengujian Alat Sebelum menjalankan atau melakukan pengoprasian robot yang telah dibuat, maka penulis akan melakukan pengujian pada robot yang telah dibuat untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM
BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv PERSEMBAHAN.... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv
Lebih terperinciPENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS
PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS RINGKASAN SKRIPSI Oleh Cia Kim Liang Anhar Purwito Sari Fendy (0300453296) (0300477863) (0300481305) Universitas Bina Nusantara Jakarta 2005 PENGUKURAN
Lebih terperinciPEMANFAATAN PABX DAN LINE TELEPON SEBAGAI JALUR TRANSMISI UNTUK PERINGATAN DINI KEBAKARAN. Darmawan Utomo Hananto Nugroho Handoko.
PEMANFAATAN PABX DAN LINE TELEPON SEBAGAI JALUR TRANSMISI UNTUK PERINGATAN DINI KEBAKARAN Darmawan Utomo Hananto Nugroho Handoko Abstrak Sistem peringatan dini kebakaran sangat diperlukan pada bidang-bidang
Lebih terperinciUSER MANUAL DELTA ELECTRONIC. electronic.com sby.com UART TTL. RS232 Selector RS232 / TTL Level
USER MANUAL Mifare Standard 1024 bytes EEPROM, terbagi menjadi 16 sektor 100.000 kali penulisan 10 tahun ketahanan data ISO14443A Frekwensi Transponder 13.56 MHz 106 kbit baudrate Bit wise anti collision
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran yaitu mengetahui
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjelaskan perancangan sistem yang dibuat, berupa perancangan sistem mikrokontroller dan tampilan antarmuka web. Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran
Lebih terperinciPENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)
EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT) Desember 2010 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini
BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas
BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang
Lebih terperinciBAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan
BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan
Lebih terperinciSISTEM PEMANTAUAN LINGKUNGAN BERBASIS WSN DENGAN LAJU SAMPLING YANG ADAPTIF
SISTEM PEMANTAUAN LINGKUNGAN BERBASIS WSN DENGAN LAJU SAMPLING YANG ADAPTIF Marcho Senda Djisoko 2206100158 Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya 60111 Abstrak
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat
Lebih terperinciELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM
ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM User Manual Edisi September 2006 ELKAHFI Design & Embedded System Solution Daftar Isi Pengenalan Elkahfi Telemetry System Pendahuluan 1 Kelengkapan Telemetry System 2 Spesifikasi
Lebih terperinciSISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO
SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO Oleh : Rayzah Nur Ilmiyati Pembimbing : Dr. Ir. Andi Adriansyah, M. Eng ABSTRAK Saat ini perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini membahas perancangan sistem telemetri pengamatan suhu dan kelembapan serta kendali peralatan elektronik (seperti kipas) berbasis platform Microcontroller Open Source Wemos.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang elektronika saat ini berkembang cepat sekali dan berpengaruh dalam pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang dapat bekerja secara otomatis
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS
RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS Sumartini Dana 1, Rochani 2, James Josias Mauta 3 Abstrak : Sistem komunikasi data saat ini bukan hanya secara fix cable
Lebih terperinciPada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi
48 BAB 4 HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Prinsip Kerja Alat Hasil yang diperoleh dari perancangan ini yaitu sebuah prototip alat Pemutus Daya Siaga Otomatis. Alat ini berfungsi untuk memutus peralatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai komponen utamanya. Berikut adalah spesifikasi dari alat waterbath terapi: 1. Tegangan
Lebih terperinciYONI WIDHI PRIHANA DOSEN PEMBIMBING Dr.Muhammad Rivai, ST, MT. Ir. Siti Halimah Baki, MT.
IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF PADA SISTEM PENGERING GABAH OTOMATIS YONI WIDHI PRIHANA 2210100194 DOSEN PEMBIMBING Dr.Muhammad Rivai, ST, MT. Ir. Siti Halimah Baki, MT. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan
Lebih terperinciDT-SENSE. Temperature & Humidity Sensor
DT-SENSE Temperature & Humidity Sensor Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. Pentium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat beberapa tahun belakangan ini mendorong berkembangnya perangkat-perangkat telekomunikasi yang berbasis tanpa kabel.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).
BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini terdiri dari
III. METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini terdiri dari berbagai instrumen, komponen, perangkat kerja serta bahan-bahan yang dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atmosfer adalah lapisan campuran gas yang membungkus permukaan bumi dan berfungsi sebagai pelindung kehidupan makhluk hidup di bumi. Atmosfer mampu menyeimbangkan keadaan
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram
Lebih terperinciDT-SENSE. Temperature Sensor
DT-SENSE Temperature Sensor Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. Pentium is a trademark
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul tugas akhir maka perlu diadakan pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran adalah untuk mengetahui ketepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengharuskan pelaku industri mempercepat setiap pekerjaan yang dilakukan. Karena waktu merupakan salah satu aset dunia industri yang paling berharga.
Lebih terperinciAlat Pengolah Kecambah Kacang Hijau Berbasis Mikrokontroler Diterapkan Pada Petani Di Desa Singosari Malang
Alat Pengolah Kecambah Kacang Hijau Berbasis Mikrokontroler Diterapkan Pada Petani Di Desa Singosari Malang Eko Nurcahyo 1,*, Ni Putu Agustini 1, Bambang Prio Hartono 1,Teguh Herbasuki 1 1 Program Studi
Lebih terperinciSeminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548
Lebih terperinciBab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
51 Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Dalam perancangan perangkat keras dan perangkat lunak suatu sistem yang telah dibuat ini dimungkinkan terjadi kesalahan karena faktor-faktor seperti human error, proses
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PEMANTAU BATERAI PADA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) MELALUI FASILITAS SMS PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI. Disusun Oleh:
RANCANG BANGUN PEMANTAU BATERAI PADA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) MELALUI FASILITAS SMS PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Disusun Oleh: AGWIN FAHMI FAHANANI NIM. 105060300111014 63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah Terapi dengan Sensor Suhu yang terdiri atas komponen fisik penunjang seperti Dimmer, Timer, Lampu IR Philip,Sensor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya
Lebih terperinciGambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station
2.2 Skema 2 nd Generation Network Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network Keterangan dari gambar diatas adalah : 1) MS : Mobile Station 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa dari setiap modul yang mendukung alat yang dirancang secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1.1. Latar Belakang Wireless sensor network (WSN) memiliki peranan yang amat penting dalam berbagai bidang kehidupan.wsn merupakan infrastruktur suatu jaringan yang terdiri dari sekumpulan node sensor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan ekonomi menyebabkan kebutuhan energi listrik saat ini terus mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut eksploitasi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PORTABLE SMART CARD READER UNTUK ABSENSI
IMPLEMENTASI PORTABLE SMART CARD READER UNTUK ABSENSI Rijal Fakhruddin, Agung Harsoyo Program Studi Teknik Elekro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Teknologi Smart
Lebih terperinciTeknologi RFID Baca Tulis
Teknologi RFID Baca Tulis RFID atau Radio Frequency Identification adalah merupakan suatu teknik identifikasi obyek yang dilakukan dengan menggunakan pancaran gelombang radio. Modul RFID akan memancarkan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 4.1 Tujuan Setelah perancangan software dan alat telah selesai, untuk tahap selanjutnya yaitu pengujian dan analisa alat, tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perangkat keras yang akan digunakan dalam Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller
Lebih terperinciModel Kendali Aliran. Aliran data masuk. Aliran data keluar
Flow Control Model Kendali Aliran Aliran data masuk Buffer Server Aliran data keluar Koneksi fisik TX RX RX TX GND GND RTS CTS Pertukaran sinyal RTS Jika dijawab CTS maka TX jika tidak tunggu CTS RTS
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas
III. METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Maret 2015 Juli 2015. 3.2.Alat dan Bahan Adapun alat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam
Lebih terperinciLAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK
LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK A.1 TAMPILAN AWAL PERANGKAT LUNAK Gambar A.1 Tampilan awal perangkat lunak A.2 TAMPILAN EDUKASI MENGGUNAKAN LAMPU Gambar A.2 Rekomendasi tidak menggunakan lampu pijar
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan
Lebih terperinciGambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON
Sensor-sensor Keperluan Khusus Sensor-sensor jenis ini adalah merupakan sensor yang digunakan secara spesifik untuk robot-robot dengan tujuan tertentu. Contohnya, sensor api untuk robot yang difungsikan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 HASIL PENGUJIAN STEADY SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT
PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang digunakan serta langkah-langkah praktek, kemudian menyiapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. perangkat lunak yaitu dengan studi pustaka. Dengan cara ini penulis berusaha
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan pada pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak yaitu dengan studi pustaka. Dengan cara ini penulis berusaha mendapatkan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Identifikasi Kebutuhan Proses pembuatan alat penghitung benih ikan ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap sistem yang akan dibuat, diantaranya: 1. Perlunya rangkaian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY
BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY 3.1 Perancangan Alat Dalam merealisasikan sebuah sistem elektronik diperlukan tahapan perencanaan yang baik dan matang. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat
Lebih terperinci