PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI"

Transkripsi

1 PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI ANGGA SUANGGANA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Pada di Gapoktan Rukun Makmur, Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI ANGGA SUANGGANA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iii

3 RINGKASAN ANGGA SUANGGANA. Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi, (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan DWI RACHMINA). Pertanian merupakan basis dasar dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Hal ini dikarenakan kebutuhan bangsa akan ketahanan pangan secara mandiri yaitu dari sektor pertanian. Permasalahan kemiskinan saat ini selalu terkait dengan sektor pertanian, terutama sektor pertanian di wilayah perdesaan. Keterbatasan akses informasi dan teknologi menjadi masalah yang serius bagi petani untuk mengetahui bagaimana mengakses modal dalam rangka pemenuhan kebutuhan usahatani. Peran organisasi tani di tingkat desa sangat erat dengan akses permodalan. Oleh karena itu, diperlukan organisasi tani yang kuat, terarah dan memiliki manajemen SDM yang bisa dipertanggungjawabkan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi tersebut pemerintah melalui Kementrian Pertanian mencanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang merupakan program revitalisasi pertanian Presiden Republik Indonesia pada tahun Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani. Pada awal dicanangkan program PUAP, Provinsi Jawa Barat mendapatkan jatah 17 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah Gapoktan sebanyak 529 desa. Kabupaten Bogor adalah salah satu daerah yang menerima dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP yang tersebar di 10 kecamatan dan 25 desa. Kecamatan Pamijahan mendapatkan dana PUAP di lima desa potensi salah satu adalah Desa Cibitung Kulon yang merupakan daerah sentra tanaman pangan di kecamatan ini yang menerima dana PUAP sebesar 100 juta dan penghasil padi sebagai produk andalannya. Gapoktan ini mengalokasikan 90 persen dana PUAP untuk sektor tanaman padi terutama budidayanya. Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Rukun Makmur desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Pengumpulan data dilaksanakan pada Juni 2009 hingga Agustus Responden penelitian adalah para petani padi yang merupakan anggota penerima dana BLM-PUAP sebanyak 30 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah pendapatan usahatani dan perhitungan uji t statistik. Gapoktan di Desa Cibitung Kulon ini merupakan lembaga desa yang telah ada sebelum program PUAP dicanangkan oleh Pemerintah. Karakteristik Gapoktan ini adalah sebagai lembaga desa yang memiliki struktur organisasi seperti ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi di unit usaha. Seksi usaha yang dimiliki Gapoktan ini baru berjumlah dua diantaranya unit usaha simpan pinjam dan unit usaha sembako. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di Desa Cibitung Kulon menunjukkan bahwa pelaksanaan program PUAP pada dasarnya memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan atas biaya total usahatani padi sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Produksi rata-rata yang dihasilkan petani meningkat dari kilogram/hektar Per musim sebelum adanya PUAP menjadi kilogram/hektar Per musim setelah mengikuti program PUAP. Penerimaan rata-rata petani atas biaya total sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp ,00/hektar Per musim dan sesudah

4 adanya PUAP sebesar Rp ,00/hektar Per musim. Sedangkan pendapatan ratarata atas biaya tunai adalah Rp ,00/hektar Per musim dan pendapatan rata-rata atas biaya total sebelum adanya program PUAP Rp ,00/hektar Per musim. Begitu juga pendapatan rata-rata atas biaya tunai setelah adanya program PUAP naik menjadi Rp ,00/hektar Per musim dan pendapatan rata-rata atas biaya total sebesar Rp ,00/hektar Per musim. Jika dilihat dari perbandingan pendapatan terdapat kenaikan rata-rata sebesar 83,23 persen untuk pendapatan total dan 22,92 persen atas pendapatan tunai. Sesuai dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani padi yang diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan biaya usahatani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio yang lebih dari satu yang artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan memberikan penerimaan lebih dari satu satuan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebelum PUAP adalah 1,34, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan menerima sebesar Rp.1,34. Sementara itu R/C atas biaya tunai setelah PUAP sebesar Rp1,39 yang berarti ada kenaikan nilai rasio sebesar 0,06. Sementara apabila nilai R/C rasio ditambahkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya maka R/C rasio sebelum adanya PUAP sebesar Rp.1,03 naik menjadi Rp.1,18 setelah adanya PUAP artinya walaupun sebelum ada PUAP, petani responden sudah mendapatkan keuntungan akan tetapi setelah adanya PUAP bertambah lagi keuntungannya walaupun dalam biaya tunai mengalami kenaikan 4,32 persen dan biaya total kenaikan sebesar 15,04 persen. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired test) terhadap pendapatan bersih responden sebelum mengikuti program PUAP dan pendapatan bersih responden sesudah mengikuti program diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0, (2.93). Nilai hasil perhitungan tersebut secara nyata masih lebih kecil dari pada level of significant (α) yakni digunakan yakni 0,05 atau t-hitung (nilai mutlak) ± 1,98 > t-table 1,645. Hal ini dapat ditarik kesimpulan untuk menolak H 0 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti program PUAP. Dengan demikian secara nyata terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti program PUAP. Sosialisasi secara lengkap dan menyeluruh kepada anggota baru yang dinilai masih kurang dikarenakan kesibukan pengurus Gapoktan dengan cara mengundang petugas penyuluh lapang (PPL) dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Desain program akan lebih baik jika dilakukan dan diikuti program pengembangan SDM terutama anggota Gapoktan usia produktif.implementasi program PUAP akan lebih riil terlihat apabila bentuk pinjaman diberikan berupa pembelian benih unggul yang langsung dibagikan ke anggota sesuai nilai pinjaman dan sarana produksi diadakan secara kolektif dalam rangka efektivitas harga beli yang lebih murah. Mendirikan sejumlah unit-unit usaha bersama yang terkait dengan pengadaan bahan-bahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan input pertanian, sehingga petani tidak perlu lagi memberli keluar desa.

5 PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANGGA SUANGGANA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) Nama : Angga Suanggana NIM : H Menyetujui Dosen Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, MS NIP Mengetahui Ketua Departemen Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Kelulusan :

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Petani Padi Studi pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Angga Suanggana H

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 29 November Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Endang Suherlan dan ibu Teti Elawati yang bertempat di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Penulis memulai jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Cilangkap, Kota Depok dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat lanjutan menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2000 di SLTP Negeri 2 Cibinong. Pendidikan menengah atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMU Negeri 2 Cibinong Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima di program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.. Berselang enam bulan penulis melanjutkan kuliah di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis. Selama menjadi mahasiswa, Selama kuliah penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM IPB tahun dan pengurus aktif KAMMI Daerah Bogor tahun Setelah lulus dari Diploma III, penulis kemudian aktif pada organisasi kemasyarkatan (ormas) Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) sebagai Ketua Bidang Jaringan dan Advokasi di lingkup Kabupaten Bogor hingga saat ini. Dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan seperti menjadi Ka.Departemen Sumberdaya Manusia (SDM) di Forum Komunikasi Manajemen Agribisnis (FK MAB). Pada saat kuliah di Ekstensi Agribisnis, penulis aktif di KAMUS (Keluarga Muslim Ekstensi Agribisnis) sebagai Kordinator Bidang Sumber Daya Manusia (SDM).

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil alamin, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala kasih sayang, rahmat, serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani Padi Desa Cibitung Kulon (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor). Skripsi ini menganalisis pengaruh program PUAP terhadap pendapatan usahatani petani padi di Desa Cibitung Kulon pada tahun Selain itu juga, skripsi ini menganalisis pelaksanaan program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon pada tahun Sehingga harapannya dapat dihasilkan rekomendasi dan saran untuk kemajuan sektor pertanian khususnya pada subsistem on farm. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan serta kendala-kendala yang dihadapi. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun guna untuk penyempurnaan skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Oktober 2011 Angga Suanggana

10 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ibu Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Bpk Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran demi keberhasilan penelitian. 3. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas kesediaannya menjadi Dosen penguji utama. Terima kasih atas koreksi dan saran yang telah diberikan. 4. Ibu Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih atas koreksi dan saran yang telah diberikan 5. Ayahanda, Ibunda dan adik-adikku yang selalu kucintai, terima kasih atas segala dorongan, kasih sayang, perhatian, semangat dan doa yang terus mengalir tanpa batas ruang dan waktu. 6. Saudari Yunita Zebua yang telah meluangkan waktunya menjadi pembahas pada saat seminar. 7. Pihak Pengurus Gapoktan Rukun Makmur (Pak Samsudin, Pak H.Cucun dkk), PPL Pak Jasiman, Perangkat Desa Cibitung Kulon atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 8. Dinas pertanian dan Staf Bidang Informasi Departemen Pertanian RI atas kerelaannya untuk memberikan data dan informasi. 9. Kordinator Pengelola Program, dan Staf Program Studi Agribisnis Penyelenggaran Khusus IPB Baranang Siang Bogor. 10. Pimpinan dan staf Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 11. Saudara-saudara ceria di Keluarga Muslim Ekstensi yang telah memberikan motivasi dan nasehat baiknya, KAMMI Daerah Bogor , PPNSI Kabupaten Bogor, Team Futsal Agribisnis dan Ekstensi Agribisnis dan Manajemen semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 12. Teman-teman satu ukhuwah DKM YPM Darussaalam Kaltim Prima Coal (KPC), Ust. Andi dan Ust Mafruhin di Sangatta Kabupaten Kutai Timur Kalimatan Timur. 13. Pengurus Kebun (Manager) dan Rekan staf di Bukit Permata Estate (BPE) PT Telen Teladan Prima Group.

11 14. Rekan-rekan mahasiswa AGB esktensi angkatan 1, 2 dan 3 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Pada akhirnya, hanya Allah-lah yang akan membalas segala kebaikan kalian. Semoga kebaikan yang telah saudara perbuat diganti dengan pahala yang berlipat. Amin. Bogor, Oktober 2011 Angga Suanggana

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vii ix x I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup... 8 II TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Tujuan PUAP Sasaran PUAP Kelembagaan dan Peran Kelembagaan Gabungan Kelompok Tani Kelompok Tani Pengertian Kredit Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Pendapatan Usahatani Imbangan Penerimaan dan Biaya Evaluasi Program PUAP Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumulan Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan Data Indentifikasi Karakteristik Gapoktan Analisis Kinerja Gapoktan Analisis Pendapatan Usahatani Analisis R/C Rasio iv

13 4.5.3 Uji t berpasangan (paired t-test) V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Jumlah dan Kepadatan Penduduk Potensi Pertanian Budidaya (On Farm) dan Non Budidaya (Of Farm) Lokasi Petani Peserta Program PUAP VI HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Responden Gapoktan Status Usahatani Tanaman Pangan (Padi) Petani Responden Usia Petani Responden Tingkat Pendidikan Petani Responden Status Kepemilikan Lahan Petani Responden Pengalaman Usahatani Petani Responden Kegiatan Usahatani Tanaman Pangan (Padi) di Lokasi Penelitian Pengolahan Lahan Penyemaian Benih Penanaman Pemupukan Pengairan Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Panen dan Pasca Panen Penilaian Pelaksanaan Menyalurkan Dana BLM-PUAP Berdasarkan Pihak Penyalur Realisasi dan Jangkauan Pinjaman BLM-PUAP Presentase Tunggakan Penilaian Penyaluran Dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP Berdasarkan Kriteria Pihak Pengguna (Petani) Persyaratan Awal Pinjaman Prosedur Peminjaman Biaya Administrasi Tingkat Bunga Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani Penggunaan Dana BLM PUAP Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah PUAP Pengadaan Input Ouput Usahatani Pendapatan Anggota Gapoktan Sebelum dan Setelah PUAP Analisis R/C Rasio Sebelum dan Setelah Program PUAP Hasil Uji-t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Perbedaan Pendapatan v

14 VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Persentase PDB Sektoral terhadap PDB Nasional tahun Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Perdesaan dan Perkotaan di Provinsi Jawa Barat Tahun Daftar Desa Penerima Dana PUAP Di Kota dan Kabupaten Propinsi Jawa Barat Tahun Luas Panen, Hasil per Hektare dan Produksi Padi Sawah di Pamijahan Tahun Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan Rukun Makmur Sebelum dan Setelah Program PUAP Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Lahan Usahatani Tanaman Padi Di Kecamatan Pamijahan Tahun Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Usia Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Di Kecamatan Pamijahan Tahun Jumah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Di Kecamatan Pamijahan Tahun Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja Terhadap Luas Lahan Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP per Hektar per Musim Alokasi Bantuan Langsung Mandiri PUAP di Kecamatan Pamijahan Tahun vii

16 13. Realisasi Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun Makmur Tahun Realisasi Penerima dana PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Pelaksanaan Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun Makmur Tahun Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Oleh Petani Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP Perbandingan Penggunaan Pupuk Per Hektar Di Gapoktan Rukun Makmur Sebelum Dan Setelah Adanya PUAP Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian pada Usahatani Petani Reesponden Gapoktan Rukun Makmur per Tahun Rata-rata Peningkatan Produksi Usahatani Padi Petani Responden Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP Perbandingan Nilai R/C rasio Sebelum dan Setelah Adanya Progam PUAP viii

17 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Pola Dasar Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional Tanggapan Responden Terhadap PUAP Tahun Tanggapan Responden Terhadap Bunga Pinjaman yang Berlakukan oleh LKM Tanggapan Responden Terhadap Prosedur Peminjaman Mekanisme Pencairan Dana BLM PUAP Pengalokasian Penggunaan Dana BLM PUAP Tahun ix

18 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Pengaruh Sektor Lapangan Usaha Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Peta Kesesuaian Lahan Pertanian dan Tata Rencana Ruang Wilayah Komoditi Pertanian di Kabupaten Bogor Produksi Dan Luas Lahan Padi Per Kecamatan Di Kabupaten Bogor Tahun Produktivitas Panen Tanaman Pangan Padi di Provinsi Jawa Barat pada Tahun Struktur Organisasi Gapoktan Rukun Makmur dan LKM Karakteristik Responden Penelitian PUAP Hasil Uji t Berpasangan Perbedaan Pendapatan Sebelum Dan Setelah Adanya Program PUAP Permusim Perhektar Alokasi Dana BLM PUAP Menurut Sektor Usaha Formulir Program Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Perbandingan Produksi Beras Nasional Rata-rata Pendapatan Usahatani Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP Perbandingan Komoditi Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Nasional Tahun Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja terhadap Luas Lahan Sebelum dan Setelah Adanya PUAP Perbandingan Komoditi Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Di Provinsi Jawa Barat Tahun x

19 15. Data Penerimaan Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP Data Input Produksi Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP Data Input Produksi Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Setelah Adanya Program PUAP Rata-rata Petani Biaya Tunai dan Biaya Total Gapoktan Rukun Makmur Sebelum Adanya PUAP Rata-rata Petani Biaya Tunai dan Biaya Total Gapoktan Rukun Makmur Setelah Adanya PUAP Rata-rata Pendapatan Usahatani Atas Biaya Tunai dan Biaya Total Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP xi

20 I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan yang terjadi di sektor pertanian pada umumnya ada di wilayah perdesaan, hal ini dikarenakan wilayah perdesaan adalah daerah yang kurang akses informasi dan teknologi. Selain itu, daerah perdesaan mengalami pembangunan yang tidak maju tidak demikian seperti di wilayah perkotaan. Kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan menduduki urutan kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan. Kontribusi sebesar 15,8 persen pada tahun 2009 menjadi 16,1 persen pada tahun 2010 merupakan hasil nyata bahwa pertanian memberikan pengaruh positif pada perkembangan ekonomi mikro dan pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan kontribusi sektor lapangan usaha pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dari tahun ke tahun. Tabel 1. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha terhadap Produk Domestik Bruto Nasional (Milyar Rupiah) Lapangan Usaha Tahun Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, , , ,1 3,56 Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian , , ,0 0,30 Industri Pengolahan , , ,9-5,16 Listrik, Gas & Air Bersih , , ,8-1,93 Konstruksi , , ,2 10,97 Perdagangan, Hotel & , , ,0 0,37 Restoran Pengangkutan dan , , ,3 0,46 Komunikasi Keuangan, Real Estate & Jasa , , ,0-2,65 Perusahaan Jasa-jasa , , ,8 0,61 Produk Domestik Bruto , , ,0 Sumber : BPS, 2010 (diolah) Ket: *sementara

21 Dari Tabel 1 dapat dilihat kenaikan sektor lapangan usaha pertanian mengalami kenaikan terus dari tahun 2008 ke tahun 2010 dengan laju rata-rata sebesar 3,56 persen pertahun. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor lapangan usaha yang masih menjadi pilihan utama oleh masyarakat Indonesia dalam mencari pekerjaan khususnya wilayah perdesaan. Secara implisit dapat dijelaskan bahwa tingkat produktivitas yang rendah serta penerimaan pendapatan yang sangat rendah terjadi di sektor pertanian juga turut mempengaruhi penggunaan tenaga kerja di sektor usaha masing-masing, sehingga yang terjadi adalah peningkatan jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa. Hasil perhitungan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun baik di kota maupun di desa terus menurun. Pada Provinsi Jawa Barat tahun terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 5,322 juta menjadi 4,774 juta jiwa yang sebagian besar penduduk miskin banyak terdapat di wilayah perdesaan sebesar 51 persen. Tabel 2. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat Tahun No Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) % Penurunan Penduduk Miskin Garis Kemiskinan P1* (%) P2** (%) Kota Desa K+D K+D (%) K+D (Rp) K+D K+D ,17 0, ,95 0, , Rata-rata , ,06 0,54 Sumber : BPS (2010) Keterangan : *indeks kedalaman kemiskinan **indeks keparahan kemiskinan Dilihat dari sisi mata pencaharian penduduk desa, dapat dikatakan kemiskinan masih mayoritas terjadi pada penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada umumnya masalah kemiskinan sangat erat dengan hubungannya dengan pertanian. Menurut Hakim (2008) 1, beberapa masalah pertanian yang dimaksud yaitu pertama, sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi 1 Lukman Hakim Kelembagaan & Kemiskinan Indonesia. (20 Agustus 2011) 2

22 sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Tidak sedikit petani yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan ruang gerak petani terhadap fasilitas yang dimiliki sehingga membuat petani menjadi tertutup dan lambat dalam merespon perubahan yang terjadi di dunia luar. Kedua, petani mengalami keterbatasan pada akses informasi pertanian. Adanya penguasaan informasi oleh sebagian kecil pelaku pasar komoditas pertanian menjadikan petani semakin tersudut. Terlihat dari realitas ketidaktahuan petani akan adanya HPP (Harga Pembelian Pemerintah) dan pembelian oleh oknum terhadap hasil pertanian dibawah harga yang ditentukan oleh pemerintah, sehingga tidak sedikit dari petani yang tidak memperoleh keuntungan dari hasil pertaniannya bahkan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar petani Indonesia tidak mengandalkan dari sektor pertanian, tetapi dari luar sektor petanian seperti kerja sampingan buruh pabrik, kuli bangunan dan lain sebagainya. Ketiga, petani memiliki kendala atas sumberdaya manusia yang dimiliki. Terlihat dari rendahnya pendidikan yang dimiliki petani. Ini terjadi karena masih adanya stigma atau pandangan yang berkembang di tengah masyarakat bahwa menjadi petani adalah karena pilihan terakhir dikarenakan tidak memperoleh tempat di sektor lain. Faktor penyebab lainnya adalah pemerintah yang berpihak pada sektor industri dari pada sektor pertanian yang berdampak pada semakin menyempitnya lahan yang dimiliki oleh petani akibat konversi lahan menjadi lahan industri maupun pemukiman. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Masalah modal tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya, belum adanya asuransi pertanian masih adanya praktek sistem ijon dan sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani 2. Jika di dalami lagi permasalahan yang dihadapi petani adalah kekurangan modal untuk membeli input produksi pertanian. Peran kelompok tani sebagai lembaga desa yang mengayomi atau menyediakan sarana produksi pertanian perlu 2 Apriyantono, A Pembangunan Pertanian di Indonesia. indonesia.html. [17 April 2009]. 3

23 mendapat dukungan dari semua pihak terutama pemerintah. Kemampuan petani dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga keuangan perbankan dan non perbankan menerapkan prinsip 5-C (Character, Collateral, Capacity, Capital dan Condition) dalam menilai usaha pertanian yang tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani. Secara umum, usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi, sedangkan skim kredit masih terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh kegiatan pra dan pasca produksi dan sampai saat ini belum berkembangnya lembaga penjamin serta belum adanya lembaga keuangan khusus yang menangani sektor pertanian (Syahyuti, 2007). Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono telah mencanangkan program Revitalisasi Pertanian pada tanggal 11 Juni 2005 dengan program-program utama antara lain: Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis, Peningkatan Kesejahteraan Petani serta Pengembangan Sumberdaya dan Pemantapan Pemanfaatannya, baik di bidang perikanan maupun kehutanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan. Salah satu program jangka menengah ( ) yang dicanangkan Kementerian Pertanian RI adalah memfokuskan pada pembangunan pertanian perdesaan. Langkah yang ditempuh adalah melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor PERMENTAN Nomor 09/Permentan/OT.140/2/2011 dibentuk tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar sub sektor. PUAP berbentuk fasilitasi bantuan modal usaha petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program PUAP memiliki tujuan antara lain: (1) Untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani. (3) 4

24 Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dicanangkan pada tahun Melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai pelaksana langsung program PUAP diharapkan dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) bisa tersalurkan dengan tepat sasaran. Penyaluran dana ini difokuskan pada daerah-daerah tertinggal yang memiliki potensi pertanian agribisnis. Berdasarkan kebijakan teknis program PUAP, sebaran lokasi PUAP meliputi 33 provinsi, 379 kabupaten atau kota, kecamatan miskin dan desa miskin. Salah satu provinsi yang menerima PUAP adalah Provinsi Jawa Barat. Provinsi ini merupakan daerah penghasil beras terbesar nasional (Lampiran2). Jumlah kuota untuk Jawa Barat adalah sebanyak 529 desa yang terbagi dalam 17 kabupaten dan 2 kota 3. Adapun kabupaten dan kota yang mendapatkan program PUAP dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Daftar Desa Penerima Dana PUAP Di Kota dan Kabupaten Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 No Nama Kabupaten/Kota Jumlah Nama Jumlah No Kec Desa Kabupaten/Kota Kec Desa 1 Kabupaten Bandung Kota Banjar Kabupaten Bandung Barat Kota Depok Kabupaten Bekasi Kabupaten Kuningan Kabupaten Bogor Kabupaten Majalengka Kabupaten Ciamis Kabupaten Purwakarta Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang Kabupaten Cirebon Kabupaten Sukabumi Kabupaten Garut Kabupaten Sumedang Kabupaten Indramayu Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Karawang Jumlah Jumlah Rata-rata Rata-rata 9 25 Sumber: Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Deptan (PUAP), Departemen Pertanian Petunjuk Teknis PUAP. 5

25 I.2 Perumusan Masalah Permodalan dan akses informasi merupakan permasalahan yang dihadapi petani di perdesaan. Sumber modal yang bisa di dapat dari lembaga bank dan non bank belum bisa di akses dengan mudah oleh petani dikarenakan keterbatasan dan ketidaktahuan yang dimiliki petani. Petani sebagai debitor dan bank sebagai kreditur tidak memiliki titik temu atau kesepakatan dikarenakan pihak debitur tidak memiliki agunan atau jaminan yang jelas untuk mengajukan kredit pinjaman. Di sisi debitor, karakteristik dari sebagian besar petani yakni masih belum menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manajemen modern, tidak atau belum memiliki badan usaha resmi, keterbatasan aset yang dimiliki, memiliki lahan yang sempit, bermodal rendah, minim teknologi serta jumlah tenaga kerja yang banyak. Sementara itu, di sisi kreditor sebagai lembaga pemodal menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-prinsip manajemen modern, izin resmi serta adanya jaminan. Keterbatasan petani dalam mengakses sumber modal makin menguatkan petani mengalami beragam tekanan, baik tekanan ekonomi maupun tekanan sosial. Tekanan ekonomi berhubungan langsung dalam pengadaan sarana produksi meliputi bibit, pupuk maupun obat-obatan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu tekanan sosial lebih bersifat kepada penilaian sebagian besar masyarakat di luar petani yang menilai bahwa petani itu terbelakang dan tertinggal karena tidak mempunyai keinginan untuk maju. Ini yang menyebabkan sebagian besar petani mengalami kemunduran dan kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi banyak terdapat di perdesaan karena sebagian besar petani berada di wilayah desa. Tahun 2008 program PUAP di Provinsi Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bogor telah dilaksanakan dengan jumlah dana yang diterima sebesar 100 juta tiap desa miskin (Lampiran ). Salah satu kecamatan yang menerima dana PUAP adalah Kecamatan Pamijahan yang terdiri dari Desa Cibitung Kulon, Desa Cibitung Wetan, Desa Gunung Picung, Desa Gunung Bunder 1 dan 2. Pemanfaatan dana PUAP dialokasikan untuk pembelian sarana produksi kegiatan pertanian yang meliputi pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya 6

26 serta juga digunakan untuk simpan pinjam. Namun pemanfaatan dana tersebut dikhawatirkan digunakan oleh petani tidak pada tempatnya atau terjadi penyimpangan penggunaan dana tersebut. Pelaksanaan program PUAP pada tahun 2008 merupakan pelaksanaan program perdana yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian RI. Oleh sebab itu dalam pelaksanaannya masih jauh dari sempurna, karena diperlukan sosialisasi dan penjelasan yang utuh mengenai programini kepada petani desa yang minim pendidikan sehingga masih banyak perbaikan, saran maupun masukan yang berguna bagi pelaksanaan program ini pada periode selanjutnya. Hal inilah yang mendorong untuk lebih dikaji bagaimana pelaksanaan program ini. Dengan bantuan langsung berupa modal bergulir sebesar 100 juta per desa per Gapoktan diharapkan wilayah perdesaan akan semakin maju, timbul lapangan kerja di desa dan tidak ada lagi warga desa yang melakukan urbanisasi menuju perkotaan dan lebih memilih membangun desanya secara bersama-sama. Daerah yang dikaji adalah Desa Cibitung Kulon di Kecamatan Pamijahan. Desa ini memiliki sistem irigasi yang baik dan potensi menghasilkan produksi padi yang unggul dibandingkan desa-desa yang lainnya. Selain itu, Desa Cibitung Kulon mengalokasi 94 persen dana BLM PUAP untuk kegiatan usahatani padi. Hal inilah yang menjadi alasan pemilihan tempat penelitian dilakukan. Lokasi desa yang terletak dibawah kaki gunung Salak menjadikan desa ini tidak pernah mengalami kekeringan atau kekurangan air. Dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan merupakan penghasil tanaman pangan padi terbesar yaitu rata-rata 28 ton pada tahun 2008 dan naik menjadi 33 ton pada tahun Produktivitas meningkat pada tahun 2008 sebesar 4,372 ton/ha menjadi 4,67 ton/ha pada tahun Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi pertanian sektor tanaman pangan padi yang dapat terus ditingkat terlebih lagi dengan masuknya program PUAP di beberapa desa di wilayah kecamatan tersebut. Kehadiran program PUAP dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani karena program ini pada dasarnya memberikan bantuan penguatan modal bagi petani. Bantuan modal usaha yang disalurkan melalui 7

27 Gapoktan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha yang mendukung pendapatan rumah tangga petani sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga. Berdasarkan hal tersebut menarik untuk diteiliti apakah program PUAP di Kabupaten Bogor telah mampu membantu masalah permodalan petani. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana pengaruh dari program PUAP terhadap pendapatan petani padi sebagai peserta program PUAP di Kecamatan Pamijahan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pelaksanaan program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor? 2. Menganalisis pengaruh program PUAP terhadap pendapatan petani padi sebelum dengan sesudah mengikuti program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari Penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan terutama mengenai program-program yang diberikan oleh Departemen Pertanian. 2. Bagi pembaca dan peneliti lain, dapat berguna sebagai informasi dan bahan rujukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dan evaluasi kepada Departemen Pertanian agar bisa maksimal dalam melakukan sosialisasi mengenai programnya kepada masyarakat. 4. Bagi masyarakat Kecamatan Pamijahan khususnya petani yang menjadi peserta program PUAP sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan usahanya dibidang agribisnis on farm khususnya tanaman pangan 8

28 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini melingkupi pengaruh program PUAP yang dinilai dengan pendapatan usahatani padi dimana respondennya adalah petani Gapoktan Rukun Makmur penerima dana BLM PUAP tahun Gapoktan yang diteliti adalah Gapoktan yang berada di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Penelitian memfokuskan pada perubahan pendapatan petani sebelum menerima dana PUAP dengan pendapatan petani setelah menerima PUAP serta pelaksanaan program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur. 9

29 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan peningkatan produksi pangan secara nasional (Sagala 2010). Kemudian pada tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai penyempurnaan dalam sistem kredit massal BIMAS, dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui Koperasi Unit Desa (KUD). Sejalan dengan perkembangannya dari tahun ke tahun ternyata pola demikian banyak menemui kesulitan terutama dalam penyaluran kredit. Hal ini diakibatkan tunggakan pada musim sebelumnya sangat tinggi dan dalam kenyataannya banyak kelompok tani di wilayah KUD yang tidak menerima dana tersebut, padahal mereka memiliki kemampuan untuk melunasinya. Setelah sepuluh tahun berjalan akhirnya pada tahun 1995 KUT mengalami perubahan dari pemerintah dengan mencanangkan skim kredit KUT pola khusus. Pada pola ini, kelompok tani langsung menerima dana dari Bank pelaksana bukan melalui KUD. Sepanjang perkembangan sistem baru tersebut, ternyata terjadi penunggakan yang besar dibeberapa daerah dikarenakan anjloknya harga gabah yang diterima petanni, faktor bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi dalam proses penyaluran serta pemanfaatan dana tersebut. Salah satunya adalah pengalihan dana KUT yang seharusnya untuk usahatani kemudian dialihkan untuk keperluan konsumsi rumah tangga atau pembiayaan anak sekolah. Program yang selanjutnya adalah program penguatan modal dengan nama Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Program ini diperkenalkan pada bulan Oktober 2000 sebagai pengganti KUT. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan pendapatan petani yang sasarannya untuk fasilitas modal usahatani tanaman pangan (padi dan palawija), tebu, peternakan, perikanan dan pengadaan pangan (Sagala 2010). Skim program ini pengaturannya adalah melalui 9

30 Bank pelaksana yang disalurkan melalui koperasi dan atau kelompok tani yang selanjutnya disalurkan kepada anggotanya langsung. Pengajuan untuk memperoleh dana tersebut dilakukan melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Pengajuan ini dapat berbentuk proposal usaha yang selanjutnya dilakukan pemberian kredit. Dalam upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berusaha, pemerintah melalui Departemen Pertanian tahun 2002 mengeluarkan kebijakan baru berupa program fasilitas Bantuan Langsung Tunai (BLM). Program ini diarahkan untuk kegiatan ekonomi produktif, bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan proses kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan dan bantuan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif. Pada tahun 2008 dengan adanya kepemimpinan baru di pemerintahan, maka pemerintah melalui Departemen Pertanian mencanangkan program jangka menengah yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang bertujuan untuk penguatan modal yang diberikan serta pelatihan kepada anggota atau pengurus kelompok tani. PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau disingkat PNPM Mandiri. Melalui bantuan modal usaha yang diiringi dengan adanya pelatihan langsung dilapangan diharapkan dapat menumbuhkembangkan usaha agribisnis potensi pertanian desa baik off farm atau on farm. PNPM Mandiri ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan sdan meningkatkan kesempatan kerja khususnya di wilayah perdesaan. Kebijakan dari program PUAP diwujudkan dengan penerapan pola bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Dalam operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada Gapoktan sebagai pelaksana langsung penyaluran dana kepada anggota. Gapoktan ini didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping ditingkat kecamatan dan penyelia mitra tani ditingkat kabupaten atau kota. 10

31 Kegiatan tahap pertama program PUAP adalah pendidikan dan pelatihan (Diklat) terpadu dari Departemen Pertanian (Deptan), adapun dana hibah merupakan pelengkap atau penunjang bagi kelancaran program tersebut. Pada tahap ini terdiri dari tiga aspek yaitu diklat kepemimpinan, diklat kewirausahaan dan diklat manajemen. Diklat kepemimpinan diberikan kepada ketua kelompok dan anggota gabungan kelompok tani dalam mengelola dan mengarahkan para petani yang menjadi anggota kelompok. Diklat kewirausahaan meliputi pengembangan keterampilan usaha pengolahan hasil tani agar menjadi produk yang bisa memberikan nilai tambah bagi petani tersebut. Selain itu diklat ini juga mengembangkan sikap kreatif dan inovatif yang bisa menumbuhkan ide-ide yang peluang usaha yang lain bagi petani. Dana hibah yang digulirkan pada program PUAP ini merupakan sarana untuk menunjang program tersebut agar berjalan dengan baik. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ditujukan untuk memberikan modal kepada kelompok tani. Arus sirkulasi perputaran uang diharapkan dapat berputar secara merata kepada setiap anggota kelompok tani. Dengan dana yang diberikan ini diharapkan Gapoktan atau Poktan memiliki Unit Usaha Otonom yang dikelola secara mandiri dan bertanggungjawab. Adapun skema dari pola dasar PUAP dapat dilihat pada Gambar 1 POLA DASAR PUAP Rencana Usaha Bersama (RUB) KOMITE PENGARAH DIKLAT 1. KEPEMIMPINAN 2. KEWIRAUSAHAAN 3. MANAJEMEN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) GAPOKTAN POKTAN PENYELIA MITRA TANI PENDAMPING USAHA PRODUKTIF PETANI Gambar 1. Skema Pola Dasar PUAP Sumber : Pedoman Dasar PUAP,

32 2.2 Tujuan dan Sasaran Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) mempunyai tujuan utama sebagaimana tercantum pada pedoman umum PUAP adalah untuk i : 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; 3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan Selain tujuan program PUAP juga memiliki sasaran program. Adapun sasaran yang ingin diharapaka dari program PUAP ini adalah : 1. Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa; 2. Berkembangnya Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; 3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan 4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman 2.3 Kelembagaan dan Peran Kelembagaan Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga adalah organisasi atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin seharihari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku 12

33 individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Pada dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian yaitu: kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hirarki (Hayami dan Kikuchi, 1987) 3. Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan serta tanggung jawabnya. Lembaga perdesaan diperlukan untuk merangsang energi sosial pada masyarakat, akan tetapi dapat juga dijadikan sebagai tempat untuk membangun pembangunan di tingkat desa. Sesuai dengan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk membuat suatu kelembagaan di tingkat perdesaan yaitu Gabungan Kelompok Tani disingkat Gapoktan yang terdiri dari beberapa kelompok tani (Poktan). Kelembagaan perdesaan sangat dibutuhkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di desa yang memiliki potensi untuk maju. Dengan adanya kelembagaan perdesaan, informasi dan teknologi baru dapat diterima petani dengan baik, serta pemasaran hasil produksi petani akan lebih mempunyai harga jual yang tinggi, hal ini dikarenakan jaringan yang kuat antar sesama kelompok tani yang saling bekerja sama. Terkait dengan komunitas perdesaan, maka terdapat beberapa unit sosial (kelompok, kelembagaan dan organisasi) yang merupakan aset untuk dapat dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Pengembangan kelembagaan di tingkat lokal dapat dilakukan dengan sistem jejaring kerjasama yang setara dan saling menguntungkan. Menurut Sagala, (2010), kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD dan KUD. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal yang merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri. Biasanya kelembagaan ini berwujud nilai-nilai, kebiasan-kebiasan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan gotong-royong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya 3 Dalam Baga, dkk Diktat Kuliah Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. 13

34 2.3 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Kelompok Tani (Poktan) Menurut Kementerian Pertanian (2008), mendefinisikan Gabungan Kelompok tani sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah administratif desa atau berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak perairan tersier. Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan bagi anggotanya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelankangi oleh kenyataan kelemahan ekstabilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap masalah keuangan, pemasaran, penyedia sarana produksi pertanian dan sumber informasi. Akan tetapi lembaga ini diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi yang didalamnya bisa dibentuk unit-unit usaha yang dapat bergerak secara mandiri untuk kemajuan bersama. Menurut Kementerian Pertanian (2008), kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria atau wanita) maupun petani taruna (pemuda dan pemudi), yang terkait secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama, kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Dalam pengembangannya, kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan selama ini petani banyak mendapat subsidi dari pemerintah seperti bibit, benih, dan yang saat ini diberikan oleh pemerintah adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP). Dana BLM PUAP diberikan berupa kredit pertanian, dimana dana tersebut diberikan kepada petani dengan syaray yang mudah seperti bunga yang rendah, kredit tanpa agunan dan sebagainya yang selama ini mempersulit permodalan petani. 2.4 Pengertian Kredit Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai tiga komponen penting, yaitu pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan. 14

35 Pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh adanya peningkatan produksi (output). Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input atau dengan cara menerapkan teknologi baru serta penanganan produk secara tepat waktu, cara dan dosis. Penambahan input, penangan produk yang tepat dan cepat serta penerapan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Dalam hal, pelaksanaan pembangunan berarti pula peningkatan penggunaan modal secara tepat dan efektif. Penggunaan modal ini berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman (kredit), akan tetapi dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki maka dibutuhkan modal pinjaman yang tepat waktu guna menjaga input agar memiliki produktivitas yang maksimal. Berdasarkan Undang-undang No,10 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-undang No.8 tahun 1992, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga pinjaman. Berdasarkan jenis kepentingannya, kredit dapat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan kepada peminjam untuk membiayai kegiatan usaha yang besifat produtif, sedangkan kredit konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana untuk membiayai konsumsi keluarga seperti biaya anak sekolah. Menurut Suyatno (2006), didalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu : 1. Kepercayaan Merupakan keyakinan dari pihak pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang dan barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya pihak pemberi kredit telah melakukan penyelidikan dan analisa terhadap kemampuan dan kemaun calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan disalurkan. 2. Suatu masa akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini 15

36 terkandung pengertian nilai uang, yaitu nilai uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk Suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan semakin tinggi resiko yang dihadapinya karena dalam waktu tersebut terdapat juga unsur ketidakpastian yang tidak diperhitungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko yang lahirnya yang bernama jaminan. 4. Prestasi atau Objek Kredit Pemberian kredit tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, akan tetapi juga dapat diberikan dalam bentuk barang dan jasa, namun dapat dinilai dalam bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit pada umumnya adalah menyangkut uang. 2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Program Bantuan Penguatan Modal Bergulir Sejak pemerintahan pada zaman orde baru dulu juga telah meluncurkan kredit program yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan modal petani. Dalam perkembangannya model program kredit pertanian ini telah mengalami perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah selama ini sudah memberikan bantuan modal bergulir yang sudah berjalan diantaranya : (1) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); (2) Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM); (3) Kredit Ketahanan Pangan (KKP); (4) Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP); (5) Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dari program pemerintahan tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh masingmasing yaitu ; (1) Kasmadi (2005); (2) Filtra (2007); (3) Lubis (2005); Pertiwi (2006); Tarmidi (2006); Ifan (2009); Yulistia (2010) dan Koko (2009). 16

37 Penelitian Koko (2009) mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota Gapoktan. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, uji korelasi dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian di tiga Gapoktan dengan menggunakan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa pengaruh PUAP terhadap kinerja Gapoktan sebelum dan setelah adanya PUAP berdasarkan indikator organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja Gapoktan itu sendiri. Dari hasil penelitian tersebut mayoritas responden petani yang menggunakan dana BLM-PUAP untuk menambah usahanya dan menyatakan ingin melakukan peminjaman kembali karena merasakan manfaat langsung dari pinjaman dana tersebut. Dari hasil tersebut pendapatan anggota Gapoktan sebelum dan setelah menerima BLM-PUAP mengalami perubahan peningkatan. Hal ini dibuktikan melalui uji t-hitung terhadap perubahan pendapatan yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata dari pendapatan responden petani sebelum dan setelah adanya program PUAP. Penelitian Sagala (2010), mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani Padi. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pendapatan petani padi antara sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Hasil penelitian Pertiwi (2006) mengenai Pengaruh Kelompok Usaha Bersama (KUB) pada program pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan memberikan gambaran bahwa program-program yang digulirkan baik dalam bentuk dana bantuan maupun pelatihan kepada masyarakat yang menekuni sektor riil sangat diminati dan mendapatkan respon yang positif. Walaupun program ini tidak berada pada sektor pertanian di perdesaan, akan tetapi persamaannya adalah dari tujuan dana tersebut digulirkan. Dari program tersebut lapangan kerja tercipta sehingga pengurangan pengangguran dan angka kemiskinan menjadi turun dengan signifikan. Hanya saja dari program ini sistem pengawasan dan pengendalian tidak sebaik dari program pemerintah yang sejenis. 17

38 Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi (2006) mengenai Pengaruh Pengelolaan Kredit Mikro Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Miskin memberikan pengertian bahwa kredit sebesar apapun yang diperuntukan bagi warga miskin akan memperoleh respon yang positif. Dana yang bergulir tersebut akan memberikan stimulus bagi warga miskin untuk memperkuat perekonomiannya. Pemberian kredit mikro dengan melibatkan Bank BUMN akan memberikan iklim usaha yang baik bagi dunia perbankan dan sektor ekonomi mikro, sehingga perekonomian nasional perlahan akan naik. Kelebihan dari kredit yang ditawarkan biasanya tidak memakai agunan sehingga banyak warga yang menggunakan fasilitas tersebut. Akan tetapi yang menjadi kekurangnya adalah tidak adanya pengawasan yang optimal dari tingkat pusat ke daerah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kebocoran-kebocoran dana di tengah prosesnya. Terlebih lagi dana tersebut hanya diperuntukan bagi masyarakat miskin perkotaan yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai pedagang kecil. Pengucuran dana dilakukan melalui bank-bank BUMN yang ditunjuk oleh pemerintah sehingga dalam hal ini pihak bank yang melakukan pengawasan dan kontrol terhadap program pemerintah. Penelitian Yulistia (2009) mengenai analisis pendapatan dan efisiensi produksi belimbing dewa peserta primatani merupakan salah satu penelitian yang menganalisis pengaruh peran program pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian di tingkat perdesaan. Penelitian tentang Primatani memiliki kesamaan tujuan dalam aplikasi penerapan dilapangan yaitu melibatkan semua aspek yang memiliki kepentingan bersama dalam hal memajukan pertanian di Indonesia. Kemudian hal yang sama juga terjadi pada penelitian Ifan (2009) mengenai Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan program dari pemerintah yang memberikan pengaruh dari programprogram yang digulirkan oleh pemerintah pusat dalam rangka memberdayakan ekonomi sektor mikro. Dari penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis terhadap pendapat petani di Desa 18

39 Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Program ini merupakan fasilitas terhadap permodalan petani dalam bentuk simpan pinjam yang disalurkan melalui lembaga desa yaitu Gapoktan. Gapoktan sendiri mendirikan sebuah unit lembaga keuangan mikro untuk fokus mengelola kredit tersebut. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani untuk melihat pengaruh yang timbul dari program PUAP sebelum dan setelah adanya program ini. 19

40 20

41 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab dan memecahkan pokok permasalahan suatu penelitian percobaan tertentu yang ilmiah Struktur Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yang dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 1999). Perilaku biaya berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Pengusaha harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja administrasi, penyusutan kandang, penyusutan ternak dan lahan tempat pengelolaan ternak yang dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan. Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi dianggap variabel, maka biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat berubah apabila skala usaha berubah. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, pakan, obat-obatan, dan penyusutan peralatan tidak tahan lama. Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh pengusaha untuk menentukan skala usaha dari suatu perusahaan. Pengusaha dapat menyesuaikan besarnya skala usaha agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Dalam membuat keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang. 20

42 Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan : 1) Berdasarkan jumlah output yang dihasikan terdiri dari : a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja. 2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenagan kerja luar keluarga. Biaya tunai berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. b) Biaya tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Menurut Suratiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut : 1) Faktor internal dan eksternal Faktor internal antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi biaya adalah input (ketersediaan dan harga) dan output (permintaan dan harga). 2) Faktor manajemen Di samping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat menentukan. Dengan faktor internal tertenu maka petani harus dapat mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak sepenuhnya dapat dikuasai. Petani harus dapat melaksanakan usahataninya 21

43 dengan sebaik-baiknya yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaanny sangat diperlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktordan informasi harga baik harga faktor produksi maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan yang ada agar tidak salah pilih dan merugi Konsep Usahatani. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal pada waktu tertentu (Soekartawi 2002). Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara tepat dan baik. Sedangkan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto 1989). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto 1989). Dalam usahatani petani biasanya tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik lahan, jaminan kelangsungan, fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim tanam dan pertimbangan ekonomis. 22

44 Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi : (a) adanya lahan, tanah usahatani yang di atasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul, garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana usahataninya, mengawasi jalannya usahatani dan menikmati hasil usahataninya (Hernanto 1989). Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka pendapatan itu digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seorang yang disebut petani (Hernanto 1989). Keempat unsur ini tidak dapat dipisahkan karena kedudukannya dalam usahatani sama-sama penting. Pengenalan dan pemahaman keempat unsur pokok tersebut diperlukan karena berkaitan dengan kepemilikan dan penguasaan faktor produksi. Ilmu yang mempelajari tentang usahatani dikenal dengan ilmu usahatani. Menurut Soekartawi (1995) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada di lapangan pertanian secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya 23

45 bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Hernanto (1989) berpendapat bahwa selalu ada empat unsur pokok dalam usahatani atau sering juga disebut sebagai faktor-faktor produksi. Keempat unsur tersebut antara lain adalah : 1) Lahan Lahan merupakan faktor produksi yang mewakili unsur alam dan merupakan jenis modal yang sangat penting. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan lahan dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur ataupun tumpangsari. 2) Tenaga kerja Tenaga kerja dalam usahatani sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Jenis tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka petani mempekerjakan buruh yang berasal dari luar keluarga dengan member balas jasa atau upah. Berdasarkan hal tersebut, menurut sumbernya tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam dan luar keluarga. 3) Modal Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga kerja. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas, baik lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4) Pengelolaan (manajemen) usahatani Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang 24

46 dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Manajemen merupakan tindakan manusia (petani) dengan kemampuan dan keterampilannya mengkombinasikan faktorfaktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal dalam proses produksi pertanian untuk tujuan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan secara maksimum. Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengenalan dan pemahaman prinsip teknik meliputi perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dikuasai dan cara budidaya atau alternatif lain berdasar pengalaman orang lain. Pengenalan pemahaman prinsip ekonomis antara lain penentuan perkembangan harga, kombinasi cabang harga, pemasaran hasil, pembiayaan usahatani, penggolongan modal dan pendapatan serta ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang diambil agar risiko tidak menjadi tanggungan si pengelola. Kesediaan risiko sangat tergantung kepada tersedianya modal, status petani, umur, lingkungan usaha, perubahan posisi, pendidikan dan pengalaman petani Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan : TR = Y. Py di mana : TR = Jumlah penerimaan Y = Produk Py = Harga produk per satuan Secara khusus bagi petani, analisis pendapatan usahatani dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilannya dalam usaha. Suatu 25

47 usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, lebih jauh menyatakan beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi. Syarat- syarat tersebut adalah : (1) usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan; (2) usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut; (3) usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak; (4) usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula dan (5) usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer (Sagala dalam Hadisapoetro, 2010). Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan pilihan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani gambir yang akan memilih bentuk output yang mana yang menjanjikan keuntungan lebih besar. Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan di dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar (Sagala dalam Hadisapoetra, 2010). 26

48 Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak kerja atau traktor, sewa alat-alat, bangunan dan lahan (apabila lahan bukan milik sendiri), pembelian alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi (penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga. Selain itu terdapat juga pengeluaran serperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani. Berdasarkan cara perhitungan pendapatan usahatani, dikenal dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan kotor (gross farm income). Pendapatan bersih dihitung dari hasil pengurangan antara jumlah penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya (total cost) yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih usahatani merupakan keuntungan usahatani (profit) dan dapat dirumuskan sebagai berikut : π = TR TC di mana : π = Keuntungan (Pendapatan Usahatani) TR = Total revenue TC = Total cost Menurut Soekartawati et al (1986), pendapatan kotor usahatani secara operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3) nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat 27

49 berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktorfaktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Data produksi meliputi hasil (produksi) yang diperoleh dan yang diberikan kepada pihak lain karena jasanya dalam kegiatan usahatani tersebut. Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktor-faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja harian dan biaya bibit. Jadi biaya tetap ini tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang diusahakan itu lebih dari satu komoditi, misalnya tanaman tumpangsari jagung dan kedelai. Hal ini menyebabkan jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis diarahkan untuk tanaman jagung atau kedelai. Besaran pendapatan yang diperoleh dari usahatani tergantung pada: luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang sering disebut yang sering disebut sebagai pendapatan total. Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut: Itunai = NP BT Itotal = NP (BT+BD) Keterangan: I tunai = Tingkat Pendapatan Bersih Tunai I total = Tingkat Pendapatan Bersih Total NP = Nilai produk; Hasil Perkalian Jumlah Output Dengan Harga Satuan BT = Biaya tunai BD = Biaya diperhitungkan 28

50 3.1.4 Imbangan Penerimaan dan Biaya Menurut Hernanto (1989), tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). R/C rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu, berarti penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut belum menguntungkan. Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas Evaluasi Program PUAP Keberhasilan program ini dalam rangka pemberdayaan potensi agribisnis desa akan memberikan pengaruh berupa manfaat yang optimal terutama bagi petani yang membudidayakan atau mengusahakan tanaman pangan padi. Oleh karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan program ini perlu dilakukan untuk memberikan masukan terhadap program PUAP lanjutan tahun ini. Adapun indikator-indikator dari keberhasilan PUAP berdasarkan pedoman atau juknisnya antara lain 9 : 1. Indikator keberhasilan output yaitu : a. Tersalurkannya dana BLM-PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan b. Terlaksananya fasilitas Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani 2. Indikator keberhasilan outcome yaitu : 9 PSDM/Tim PUAP Pusat 2008, Pedoman PUAP 29

51 a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. 3. Indikator benefit dan Impact antara lain : a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa peserta PUAP; b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran Berdasarkan dari indikator tersebut dapat dinilai keberhasilan program PUAP dalam memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani peserta. Dengan digunakannya salah satu indikator keberhasilan, maka program PUAP berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani peserta. Salah satu yang menjadi indikator dari keberhasilan penerapan program PUAP adalah dapat dilihat dari dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan seseorang. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu program terobosan dari Departemen Pertanian yang menitikberatkan pada pengembangan agribisnis dengan melihat pontensi komoditi yang dimiliki desa peserta PUAP. Sejak februari 2008 program ini dirancang dengan tujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki lumbung pangan mandiri, sehingga hal ini berdampak pada pengurangan penggunaan devisa akibat 30

52 dari impor beras atau bahan baku pertanian. Pada awal digulirkannya program ditujukan untuk terlebih dahulu memberdayakan sektor on farm terlebih dahulu dan dalam rangka mempertahankan predikat swasembada pangan tahun 2008, hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang masih kekurangan baik itu sektor pertanian dan peternakan. Komoditi tanaman pangan merupakan sektor komoditi on farm yang terbesar dibiayai oleh dana BLM PUAP terutama di wilayah Propinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan tanaman pangan merupakan komoditi yang menjadi prioritas dari pemerintah untuk dapat dikembangkan yang dalam jangka panjangnya nanti Indonesia tidak lagi menjadi importir bahan baku pertanian Alokasi dana yang sebagian besar ditujukan untuk tanaman pangan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk wilayah Propinsi Jawa Barat, pemerintahan pusat mempunyai tujuan untuk menjadikan propinsi ini sebagai lumbung pangan. Dengan melihat dasar yang jelas tersebut, maka komoditi tanaman pangan dapat menjadi indikator dari keberhasilan program PUAP dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani di desa. Salah satu penilaian keberhasilan atau pengaruh dari program PUAP adalah dengan melihat dari salah satu indikator yang diberikan oleh Departemen Pertanian dalam pedoman PUAP yang diantaranya adalah adanya peningkatan kesejahteraan atau pendapatan petani dari sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dengan pendapatan sesudah memperoleh dana BLM PUAP. Penilaian keberhasilan ini adalah dengan mengambil sampel salah satu komoditi pertanian yang mayoritas dibiayai PUAP yaitu tanaman pangan. Perbedaan mencolok dalam melihat pengaruh program ini adalah tingkat hasil produktivitas padi yang meningkat dari sebelum memperoleh dana ini. 31

53 Permasalahan pertanian di Perdesaan 1. SDM Petani 2. Kemampuan Permodalan 3. Akses Informasi Program PUAP 1. Pengentasan Kemiskinan 2. Lapangan Kerja 3. Pemerataan Pembangunan di Desa 4. Penguatan Modal Usaha Penyaluran melalui Gapoktan dengan kredit PUAP Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Rukun Makmur Pelaksanaan Program PUAP dilihat dari tingkat pendapatan dengan metode Analisis Usahatani Pendapatan petani padi Sebelum PUAP bergulir Pendapatan Petani Padi Setelah PUAP bergulir Pengaruh Keberhasilan Program PUAP Terhadap Pendapatan Petanipetani Tanaman Pangan (Padi) Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 32

54 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif khususnya tanaman pangan yang menjadi andalan di Kabupaten Bogor. Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Petani adalah Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Pemilihan tempat penelitian tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan beberapa hal diantaranya : (1). Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu sentra penghasil sentra tanaman pangan di Kabupaten Bogor, (2). Lokasi yang sangat strategis dekat dengan pemerintah pusat ekonomi nasional ditambah dengan akses sarana dan prasarana transportasi yang memadai, (3). Kecamatan ini merupakan salah satu daerah pertama dalam penerima dana BLM PUAP sejak tahun 2008, (4). Produktivitas tanaman pangan yang tinggi dibandingkan kecamatan lainnya, dan (5). Letak lokasi yang dekat dengan sumber air sehingga sangat cocok untuk budidaya tanaman pangan khususnya padi yang membutuhkan pasokan air yang cukup. Penelitian dilakukan dengan mengambil satu sampel desa dari lima desa yang menjadi peserta program PUAP. Desa Cibitung Kulon dipilih dikarenakan proporsi dari penggunaan dana BLM PUAP mayoritas untuk budidaya (on farm) tanaman pangan khususnya padi. Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak awal penyusunan proposal hingga penyerahan skripsi terhitung dari Juni 2009 hingga Agustus Data dan Instrumentasi Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengumpulkan variabelvariabel yang akan digunakan untuk estimasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen

55 Pertanian Bidang Pembiayaan Agribisnis yang menangani program PUAP, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dibidang pertanian dan nelayan. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuisioner dari Gapoktan dan wawancara dengan petugas lapang (PPL) yang terkait. 4.3 Metode Pengumpulan Data. Penelitian ini sendiri hanya dibatasi pada tiga jenis usaha budidaya tanaman pangan (padi). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1. Desk Study; dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai literatur dan datadata sekunder yang terkait dengan penelitian ini, baik dari laporan-laporan hasil penelitian, artikel-artikel di berbagai surat kabar maupun hasil survey yang pernah dilakukan sebelumnya. 2. Observasi (pengamatan); digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui kondisi dan situasi pada lokasi penelitian. 3. Wawancara; dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden sesuai dengan tujuan penelitian, dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak terkait untuk mencari data yang belum terjawab dalam kuesioner. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui metode sampling dengan mengambil beberapa sampel atau contoh secara acak bertingkat (stratified random sampling). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani di Gapoktan Rukun Makmur yang mengikuti program PUAP yang terletak di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak Gapoktan yang ada di kecamatan atau desa yang mengikuti atau menjadi peserta program PUAP. Data pendapatan usahatani sebelum adanya program PUAP diperoleh pada musim tanam sebelum realisasi dana PUAP cair. 4.4 Metode Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini merupakan peserta program PUAP yang terdiri dari lima Poktan yang kemudian digabung menjadi Gapoktan yang jumlahnya 34

56 bervariasi antara tiga sampai lima orang per Poktan yang dijadikan sampel. Namun, penentuan sampel yang akan diambil (purposive) ditentukan berdasarkan kriteria: (1) merupakan anggota kelompok tani yang aktif, dan (2) mengangsur cicilan pinjaman minimal lima kali (terjadi pengaliran dana). Jumlah keseluruhan dalam pengambilan sampel sebanyak 30 orang petani dengan cadangan lima orang. Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Makmur berjumlah empat kelompok yang terdiri dari lima kampung atau rukun warga (RW). Jumlah anggota dalam setiap kelompok tani bervariasi antara 30 sampai 70 orang. Sehingga jika dijumlahkan secara keseluruhan anggota kelompok tani Rukun Makmur berjumlah anggota. Penentuan jumlah sampel ini didasarkan pada metode Gay yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10 persen dari total populasi (Koko, 2009). 4.5 Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data kualitatif yang dikumpulkan dari literatur Departemen Pertanian program PUAP, pengamatan, dan telaah pustaka. Data tersebut diinterprestasikan sehingga dapat menjadi acuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dengan jelas seperti apa program PUAP yang telah digulirkan oleh Departemen Pertanian dan sudah sampai sejauhmana program tersebut memberikan kontribusi kepada perkembangan usaha petani miskin yang ada di perdesaan terutama di daerah Kabupaten Bogor. Analisis ini digunakan untuk mengetahui prioritas alokasi penyaluran dana PUAP. Dengan demikian dapat diketahui skala prioritas dari tujuan pengguliran program PUAP untuk para petani miskin pemilik atau penggarap yang menjadi anggota kelompok tani peserta program PUAP. Berdasarkan dari rancangan usaha kelompok yang telah disusun oleh masing-masing kelompok tani yang kemudian dirangkum dalam Rencana Usaha Bersama (RUB), maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dana BLM PUAP digunakan untuk membiayai proses produksi tanaman pangan (padi) selama satu musim tanam. 35

57 4.5.2 Analisis Kinerja Gapoktan PUAP Analisis ini dilihat dari kemampuannya mengelola dan menyalurkan dana PUAP secara efektif berdasarkan kriteria penilaian dari Gapoktan sebagai lembaga penyalur langsung dana pinjaman PUAP. Efektivitas penyaluran dana PUAP dilihat dari beberapa tolak ukur yaitu: 1). Target dan Realisasi Pinjaman; 2). Jangkauan Pinjaman; 3). Persentase Tunggakan. Tolak ukur yang dinilai jika dua dari tiga hal ini berjalan dengan baik, maka kinerja Gapoktan berhasil dalam pelaksanaannya. Penilaian terhadap kinerja Gapoktan juga dapat dilakukan dengan metode deskriptif berdasarkan data yang didapat melalui hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan dan data-data sekunder yang didapatkan dari pihak terkait Analisis Pendapatan Usahatani Analisis ini terdiri dari penerimaan, biaya, pendapatan, dan efisiensi usahatani. Dengan menggunakan analisis ini dapat dilihat bagaimana perubahan yang terjadi pada lahan yang digarap oleh petani kelompok maupun individu yang telah mendapatkan dana stimulus PUAP dengan kondisi lahan yang belum mendapatkan atau melaksanakan program PUAP. Dengan adanya program PUAP yang terdiri dari berbagai macam konsep mulai dari peningkatan pengetahuan petani melalui program pelatihan hingga program mengalokasikan sumber daya dengan pengoptimalisasi lahan yang ada. Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya variabel atau tetap. Dari hasil yang diterima oleh petani inilah yang menjadi salah satu indikator dari keefektivan dari program PUAP tersebut. Aspek yang kedua adalah biaya yang merupakan komponen penting dalam melakukan kegiatan usahatani. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai seperti biaya benih (kg), pupuk 36

58 kandang (karung/kg), pupuk TSP (kg), pupuk KCL (kg), pupuk urea (kg), pestisida (kaleng/ml), dan Tenaga kerja (HOK). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas seluruh biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang sering disebut sebagai pendapatan total. Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut : I tunai = NP - BT I total = NP - (BT + BD) Keterangan : I tunai I total NP BT BD = Tingkat pendapatan bersih tunai = Tingkat pendapatan bersih total = Nilai produk, merupakan hasil perkalian jumlah output dengan harga = Biaya tunai = Biaya diperhitungkan Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti sewa lahan (ha) dan penyusutan peralatan (Rp/tahun). Aspek yang ketiga yaitu pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto,1989). Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus: Pendapatan (π) = TR-TC Pendapatan (π) = (P x Q) (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) Dimana : TR = Total Penerimaan TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan Analisis R/C Ratio Analisis ini digunakan untuk mengetahui rasio keuntungan antara penerimaan dengan pengeluaran. Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis 37

59 apabila rasio output terhadap inputnya lebih menguntungkan dari usaha lain. Return and Cost Ratio (R/C Ratio) merupakan perbandingan antara nilai output dengan pengeluaran usahatani. Rasio pendapatan terhadap biaya merupakan perbandingan antara total penerimaan yang diperoleh dari setiap satuan uang yang dikeluarkan dalam proses produksi usahatani. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua yakni analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), perhitungan R/C rasio diformulasikan sebagai berikut: (Rasio atas Biaya Total) TP R / C BT BT = Bt + Btt Dimana: (Rasio atas Biaya Tunai) TP R / C Bt TP = Total Penerimaan Usahatani (Rp) BT = Biaya Total (Rp) Bt = Biaya Tunai (Rp) Btt = Biaya tidak Tunai (Rp) Konsep penarikan kesimpulan tentang efektivitas program PUAP menggunakan penarikan kesimpulan yang didasarkan R/C rasio adalah : 1. Jika R/C rasio dari sebelum dan setelah adanya program PUAP mengalami penurunan maka program PUAP tidak efektif. 2. Jika R/C rasio dari sebelum dan setelah adanya program PUAP mengalami kenaikan maka program PUAP efektif Uji t berpasangan (paired t-test) Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan masyarakat pesisir setelah mengikuti program PUAP berdasarkan hipotesis yang diajukan yaitu: H 0 : x 2 -x 1 = 0 H 1 : x 2 -x

60 H 1 berarti terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dengan sesudah mengikuti program PUAP Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai P- value dengan nilai α, yakni P-value < α, maka H 0 ditolak. Nilai P-value diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Aminah, 2008): t- hitung = d Sd n ( ) 2 d d d dimana d = x 1 x 2 ; d = ; dan Sd = n n dimana : n = jumlah sampel x 1 = pendapatan bersih sebelum x 2 = pendapatan bersih sesudah n 1 Untuk batasan penerimaan dan penolakan H 0 yang ingin diperoleh, ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α 0,05 dan apabila penerimaan < t-tabel,db = n-1 sedangkan penolakan terjadi jika > t-tabel, db = n-1. Pengujian alpha sebesar lima persen dalam uji statistic t-hitung sesuaidengan kebutuhan penelitian yang juga didasarkan pada pernyataan Usman, dkk (2008), bahwa dalam penelitian sosial, besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti. 2 39

61 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18 0-6º47 10 Lintang Selatan dan 106º º Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibukota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup tinggi, memiliki luas ± ,304 ha, dengan batasan wilayah sebagai berikut (Bapeda Kabupaten Bogor, 2007): 1. Sebelah Utara : Kab. Tangerang (Provinsi Banten), Kab/Kota Bekasi dan Kota Depok; 2. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Provinsi Banten); 3. Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta; 4. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur; 5. Bagian Tengah : Kota Bogor. Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17 kelurahan (428 desa/kelurahan), RW dan RT yang tercakup dalam 40 kecamatan 4. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran lima Kecamatan di tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran dari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan Ciampea) (Lampiran 3). Selain itu, pada akhir tahun 2006 telah dibentuk pula sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug Kecamatan Jasinga 5. Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, sehingga membentuk bentangan lereng yang 4 RPJPD Kabupaten Bogor Loc.it

62 menghadap ke utara, dengan klasifikasi keadaan morfologi wilayah serta prosentasenya sebagai berikut 6 : a) Dataran rendah ( m dpl) sekitar 29,28 persen, merupakan kategori ekologi hilir; b) Dataran bergelombang ( m dpl) sekitar 42,62 persen, merupakan kategori ekologi tengah; c) Pegunungan ( m dpl) sekitar 19,53 persen, merupakan kategori ekologi hulu; d) Pegunungan tinggi ( m dpl) sekitar 8,43 persen, merupakan kategori ekologi hulu; e) Puncak-puncak gunung ( m dpl) sekitar 0,22 persen, merupakan kategori ekologi hulu; Sedangkan untuk iklim di wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan ratarata curah hujan tahunan mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25 C serta kelembaban udara 70 persen. Kecepatan angin cukup rendah, dengan rata-rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar 146,2 mm/bulan. Secara umum wilayah Bogor terbentuk oleh batuan vulkanik yang bersifat piroklastik, yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tufaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal). Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil dari pelapukan endapan (Lampiran 5). Bahan induk geologi tersebut menghasilkan tanah-tanah yang relatif subur. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur untuk kegiatan pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Jenis tanah di Kabupaten Bogor terdiri dari 22 jenis tanah, dengan presentase terbesar adalah Asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit Air Tanah sebesar 20,20 6 Ibid, hal 40 39

63 persen ( ha). Secara garis besar jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor yaitu jenis Asosiasi, Latosol, Laterit, Kompleks dan Podsolik. Kabupaten Bogor juga terdapat enam sungai yang melintasi diantaranya DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Kali Bekasi dan DAS Citarum Hilir. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa, dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Dengan demikian beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor. 5.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 menurut hasil Sensus Daerah (SUSDA) sebanyak jiwa dan pada tahun 2007 telah mencapai jiwa (penyempurnaan hasil SUSDA melalui coklit, 2007) atau 10,32 persen dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat ( jiwa). Berarti dalam lingkup Propinsi Jawa Barat, jumlah penduduk tersebut menempati urutan kedua setelah Kabupaten Bandung ( jiwa). Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bogor tahun adalah 0,53 persen, lebih rendah dibandingkan dengan LPP tahun yang mencapai 2,79 persen. Sementara LPP selama periode , rata-rata mencapai 4 persen atau masih berada diatas 2 persen per tahun. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan alami dan migrasi masuk ke Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk sebanyak jiwa di atas, terdiri dari penduduk Laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa atau rasio jenis kelamin (sex ratio) 105, artinya penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk Perempuan. Sementara itu, komposisi umur penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2007, yaitu usia 0-14 tahun sebanyak

64 jiwa, usia tahun sebanyak jiwa, dan usia 65 tahun ke atas sebanyak jiwa. Dari komposisi umur tersebut, maka angka beban ketergantungan (dependency ratio) mencapai 47,59 yang berarti diantara 100 orang penduduk usia produktif menanggung sebanyak 48 orang penduduk usia non produktif. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata jiwa/ km², sementara tingkat kepadatan terendah adalah 306 jiwa/km², terdapat di kecamatan Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu jiwa/km², terdapat di kecamatan Ciomas. Data ini menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat kepadatannya lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan, terutama yang berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kota Bogor. 5.3 Potensi Pertanian On Farm dan Off Farm Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hal ini dapat terlihat dari letak geografisnya yang dilalui oleh jalur pegunungan yang kaya akan sumber mata air. Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian pangan, sayuran dan hortikultura dan perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar hampir di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana sudah tersedia irigasi, seperti di Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu dan lainnya. Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah adalah berkisar empat sampai lima ton per ha, sedangkan produktivitas padi gogo dua sampai tiga ton per Ha. Produktivitas ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan, seperti menekan bahaya banjir, dan lain-lain dan perbaikan manajemen usaha tani seperti pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana seperti pembangunan pasar, gilingan padi, dan seterusnya. Kendala penting tanaman padi sawah lainnya adalah luasan padi sawah rata-rata adalah m 2 per keluarga petani. Dengan luasan kepemilikan yang rendah ini maka penciptaan usaha selain bertani sawah harus dilakukan terutama dari perikanan atau peternakan. 41

65 Daerah pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar pada hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu. Tanaman jagung menyebar di kecamatan Darmaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi, Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin. Sedangkan tanaman kedelai menyebar hanya di Tamansari, Kemang, Rancabungur dan Megamendung. Situasi yang sama juga terjadi pada sayuran dan buah. Daerah sayuran mendominasi terbatas pada beberapa kecamatan seperti Cisarua, Darmaga, Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari Tanjungsari, Mekarsari, Jasinga, Tajurhalang, dan lain-lain. Kendala utama dalam komoditas lahan kering (semusim dan tahunan) adalah masih rendahnya produktivitas yang terkait dengan manajemen usaha tani, dan pemasaran. Khususnya untuk tanaman buah, sebenarnya ada varietas lokal yang sudah dikenal tetapi produksi masih rendah. Upaya pengembangan komoditas bersifat lokal perlu dilakukan, karena tanaman perkebunan relatif terbatas di Kabupaten Bogor, tetapi ada daerah utama perkebunan penyebaran untuk teh di Ciawi, karet di Tanjungsari, dan kelapa sawit di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, dan Rumpin. Tanaman perkebunan ini secara keseluruhan terdapat pada lahan yang berkategori kelas tiga dengan kendala utama pada kelerengan, sehingga degradasi lahan melalui proses erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala utama. Dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman perkebunan relatif terbatas (total sekitar hektar), sehingga bentuk usaha skala besar tidak dianjurkan, tetapi ke bentuk usaha perkebunan skala kecil dan bekerjasama dengan usaha yang sudah besar. Kabupaten Bogor memiliki potensi yang cukup baik di bidang peternakan. Perkembangan populasi ruminansia dan unggas pada umumnya meningkat setiap tahun, terutama berkembang di Bogor Barat dan Bogor Timur, yang didukung oleh sumber daya alamnyasebagai daerah pertanian yang sangat sesuai untuk berkembangnya kegiatan usaha peternakan, terutama dipandang dari segi ketersediaan pakan, dimana kegiatan usaha tersebut merupakan kegiatan yang saling bersinergi. Perkembangan usaha peternakan di Kabupaten Bogor sangat ditunjang oleh lokasi yang strategis sebagai daerah yang berbatasan dengan ibu kota negara. 42

66 Berkembangnya industri hulu dan hilir di bidang peternakan serta keberadaan Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian di Kabupaten Bogor sebagai sumber informasi dan teknologi berpengaruh besar pada perilaku usaha peternak. Hal tersebut di atas dapat merupakan suatu pendorong bagi calon investor untuk membuka usaha peternakan di Kabupaten Bogor. Kenyataan di atas didukung oleh data meningkatnya produksi peternakan berupa daging, telur dan susu. Sedangkan pada sektor perikanan, Kabupaten Bogor cukup potensial untuk dikembangkan, baik budidaya ikan hias, pembenihan maupun pembesaran ikan konsumsi. Untuk ikan konsumsi antara lain : mas, lele, nila, gurame dan patin, yang dapat dikembangkan hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor. Saat ini perkembangan usaha perikanan terutama di Bogor Barat dan sebagian wilayah Bogor Tengah. Produksi ikan konsumsi diperoleh dari cabang usaha Kolam Air Tenang 61,74 persen, Kolam Air Deras 27,89 persen, Perikanan Sawah 6,84 persen, Jaring Apung 1,44 persen, Karamba 0,62 persen dan Perikanan Tangkap di Perairan Umum 1,34 persen. 5.4 Lokasi Petani Peserta Program PUAP Desa Cibitung Kulon merupakan salah satu daerah subur yang menghasilkan produk pangan berupa beras yang paling besar di Kecamatan Pamijahan. Jarak desa dengan ibukota kecamatan sekitar lima kilometer, sedangkan untuk jarak dengan ibukota Kabupaten Bogor sekitar 20 kilometer. Jumlah responden pada penelitian ini, sebanyak 30 responden anggota petani. Selain penggunaan lahan untuk tanaman pangan (padi), biasanya petani melalukan tumpang sari dengan hewan ternak atau tanaman pangan lainnya misal umbiumbian atau kacang-kacangan. Tanaman pangan padi merupakan komoditi pertanian yang diusahakan secara turun-temurun bahkan sudah menjadi tradisi yang dilestarikan oleh penduduk Desa Cibitung Kulon. Oleh karena itu, musim tanam di daerah tersebut tidak mengenal waktu dan bisa ditanami kapan saja dikarenakan debit air yang lebih dari cukup. Kondisi letak yang berada di dataran sedang dan tinggi menjadikan Desa Cibitung Kulon sangat subur dan menghasilkan produk padi diatas rata-rata produksi desa lainnya. Pelestarian sumberdaya air di daerah sekitar 43

67 Desa Cibitung Kulon harus terus dijaga baik itu oleh warga sekitar maupun oleh pemerintah daerah agar hasil yang diperoleh petani memuaskan. Desa Cibitung Kulon terletak di kaki Gunung Salak-Halimun yang kaya akan keanekaragaman hayati dan merupakan taman nasional yang dilindungi oleh pemerintah daerah maupun pusat untuk dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari warga sekitar untuk tidak tergoda dalam membiarkan hilangnya lahan pertanian untuk kemudian dijadikan rumah-rumah wisata (villa), karena dapat mengganggu sumber air yang berada di hulu sungai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor tahun 2008 luas panen, hasil dan produksi padi sawah di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan rata-rata diatas 5,5 ton per hektare di masing-masing desa. Untuk lahan panen yang paling luas terdapat di Desa Ciasihan dengan hektare, diikuti oleh desa Ciasmara, Gunung Sari dan Cibunian. Sedangkan untuk desa Cibitung Kulon hasil panen per hektarnya menduduki urutan teratas 7,3 ton/ha (Tabel 4). Tabel 4. Luas Panen, Hasil per Hektare dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Pamijahan Tahun 2008 No Desa Luas Panen (ha) Hasil/ha (ton/ha) Produksi (ton) 1 Cibunian , Purwabakti , Ciasmara , Ciasihan 1, , Gunung Sari , Gunung Bunder , Gunung Bunder , Cibening , Gunung Picung , Cibitung Kulon , Cibitung Wetan , Pamijahan , Pasarean , Gunung Menyan , Cimayang ,617.0 Jumlah 7, ,057.3 Sumber : KCD Pertanian Kabupaten Bogor,

68 Desa Cibitung Kulon merupakan salah satu desa yang menganggap bahwa bertani merupakan kewajiban yang terus-menerus dijaga kelestariannya dan diwariskan turun temurun. Hal ini mengakibatkan bertani menjadi suatu tradisi dan budaya memang konsistensi masih berjalan sampai saat ini. Akan tetapi, bila tidak dibentuk semangat dan cara bertani yang baik, tentunya akan memiliki implikasi terhadap hasil panen yang terbatas. Dengan adanya program PUAP diharapkan para petani di desa Cibitung Kulon dapat meningkatkan produktivitas yang berimplikasi pada naiknya pendapatan usahatani petani anggota. Kelestarian keanekaragaman hayati di Kabupaten Bogor akan berdampak kepada hasil pertanian yang sangat membutuhkan pasokan air. Hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani yang berada disekitar kawasan taman nasional Gunung Salak-Halimun. Selain potensi pertanian yang melimpah, Kecamatan Pamijahan juga merupakan kawasan Wisata dan perkemahan bagi masyarakat di Wilayah Jabodetabek sehingga pengelolaan dan pemeliharan taman nasional perlu dilakukan secara teratur agar asset pemerintah daerah Kabupaten Bogor dapat terjaga dan dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah dan warganya. 45

69 VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI 6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur Sejak diresmikan pada Juni 2008 Gapoktan Rukun Makmur oleh Tim PUAP Kabupaten Bogor anggota Gapoktan ini berjumlah 140 orang yang tersebar di empat Kelompok Tani (Poktan) diantaranya Poktan Sayagi, Poktan Sawargi, Poktan Rukun Makmur dan Poktan Berkah. Menurut data yang didapat dari pengurus Gapoktan tersebut jumlah awalan anggota Gapoktan sekitar 40 orang dan ketika PUAP sudah bergulir terjadi kenaikan menjadi 140 orang dalam jangka waktu empat bulan. Jumlah anggota Gapoktan terus mengalami pertambahan hingga kini berjumlah 223 orang yang tersebar di empat Poktan. Data peningkatan jumlah anggota Gapoktan Rukun Makmur dapat dilihat pada Tabel 5 dimana terjadi kenaikan jumlah anggota sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Tabel 5. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani Sebelum dan Sesudah Adanya program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur. Kelompok Tani Sebelum PUAP Sesudah PUAP Perubahan (orang) (orang) Anggota (%) Berkah ,7 Sawargi ,3 Sayagi ,1 Rukun Makmur ,4 Total ,8 Sumber : Gapoktan Rukun Makmur, 2009 Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan Rukun Makmur perubahan jumlah anggota mengalami pertambahan yang cukup baik. Sejak awal didirikan, Gapoktan merupakan lembaga yang tidak begitu diperhatikam oleh masyarakat desa Cibitung Kulon. Akan tetapi sejak adanya program PUAP dan telah terealisasi pencairan dana BLM PUAP secara bertahap dan setelah empat bulan sudah berjalan mulai tampak hasil yang nyata dari program ini diantaranya petani bisa lebih tepat waktu membeli sarana produksi usahataninya dengan

70 diberikan kemudahan berupa bunga yang ringan yang dibayarkan pada akhir periode musim tanam. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cibitung Kulon di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang responden yang merupakan anggota Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Rukun Makmur sejak tahun Jumlah responden tersebut dipilih secara acak (random sampling) dengan melihat anggota Gapoktan yang merupakan anggota awal yang menerima dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) PUAP sejak awal dana ini digulirkan. Karakteristik dari responden penelitian merupakan petani yang sebagian besar hanya memiliki lahan sebesar rata-rata sebesar m 2, sehingga dengan demikian petani ini hanya petani kelas kecil menengah. Kebutuhan petani akan pembiayaan lahan usahanya untuk menghasilkan produktivitas hasil Gabah Kering Panen (GKP) merupakan dambaan setiap petani yang tentunya berimplikasi pada peningkatan margin keuntungan atau pendapatan petani. Oleh karena itu, penyebaran dana BLM PUAP harus tepat dan merata dengan diikuti pengontrolan angsuran dari anggotanya. Karakteristik petani responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pengeluaran keluarga dan pengalaman berusaha. Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani Status Usahatani Petani Responden Sebagian besar responden menganggap bahwa kegiatan bertani yang mereka lakukan merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar tiga responden menganggap kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan. Status lahan usahatani dari petani responden peserta program PUAP sebagian besar merupakan lahan milik sendiri. Sebanyak 90 persen responden adalah petani pemilik yang bertani merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar 10 persen merupakan petani menyewa lahan yang hasil taninya nanti dibagi dengan perbandingan 60:40 kepada pemilik lahan (Tabel 6). 47

71 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari petani responden menggantungkan hidupnya pada kegiatan usahatani padi sawah dan menganggap usahatani padi masih memberikan keuntungan bagi petani di Desa Cibitung Kulon. Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian Usahatani Padi di Gapoktan Rukun Makmur No Jumlah Petani Responden (orang) Status Usahatani Gapoktan Rukun Pekerjaan Pekerjaan Makmur Utama Sampingan 1 Kelompok Tani Rukun Makmur Kelompok Tani Sawargi Kelompok Tani Sayagi Kelompok Tani Berkah 5 - Jumlah 27 3 Dari 30 orang responden yang berhasil diwawancarai menyatakan bertani merupakan pekerjaan utama yang dilakukan secara turun-temurun dari orang tua. Sedangkan sisanya sebanyak tiga menganggap bertani sebagai pekerjaan sampingan karena pekerjaan utama responden adalah sebagai guru honorer, PNS dan pedagang sarana produksi pertanian. Pekerjaan sampingan bertani dilakukan apabila lahan yang dimiliki tidak sedang di sewa atau digadaikan kepada petani penggarap. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, tambahan pendapatan yang diperoleh responden dari pekerjaan utama mereka sebagai guru honorer adalah sebesar Rp ,- sampai Rp ,- per bulan, sedangkan untuk pedagang bisa mencapai Rp ,- per bulan. Tambahan pendapatan ini dapat mereka gunakan sebagai modal dalam menjalankan aktivitas usahataninya untuk membeli sarana produksi pertanian yang dibutuhkan dan kebutuhan rumah tangganya masing-masing Usia Petani Responden Usia petani merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan produktivitas padi. Usia produktif memberikan pengaruh yang cukup kepada keberlangsungan petani dalam menggarap lahannya. Selain itu juga, usia 48

72 produktif memberikan kemudahan bagi penyuluh untuk menyampaikan materi menanam yang baik, dikarenakan tingkat pemahaman petani yang tidak cepat lupa dalam menerima materi tersebut. Jumlah presentase petani responden program PUAP disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Usia No Usia Petani Responden (Tahun) Jumlah Petani Responden Presentase (%) Jumlah Berdasarkan hasil penelitian rata-rata petani berusia 45 tahun. Pembagian usia responden dibagi menjadi empat kriteria satu responden berusia dibawah 30 tahun. Usia tahun berjumlah tujuh orang atau 23,33 persen dan sebelas orang berusia tahun atau sebesar 36,67 persen. Sehingga jika dijumlahkan petani responden yang berusia dibawah 50 tahun adalah 19 orang atau 63,33 persen. Sedangkan untuk usia diatas 50 tahun sebanyak 11 orang atau 36,67 persen. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani Tingkat Pendidikan Petani Responden Pendidikan merupakan hal terpenting dalam mengetahui aspek teori dan teknis dalam memahami suatu persoalan terutama masalah mengenai ilmu pertanian. Oleh karena itu diperlukan peran pendamping atau penyuluhan terhadap petani dengan cara mentransfer ilmu-ilmu yang didapat kepada petani agar dapat secara langsung di aplikasikan ke lahan pertanian. Dari hasil kuisioner penelitian yang disebar dengan melakukan wawancara dengan petani responden, menunjukkan bahwa petani yang berpendidikan Sarjana atau Diploma hanya dua orang yang merupakan pengurus Gapoktan atau 6,67 49

73 persen. Responden yang berpendidikan sarjana merupakan pensiunan PNS Pemda Bogor dan Kepala Sekolah SD. Tingkat pendidikan petani responden program PUAP yaitu Sekolah Dasar (SD) sederajat sebanyak tujuh responden atau 23,33 persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat sebanyak 18 orang responden atau 60 persen dan sisanya Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat sebanyak tiga orang atau 10 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Petani Jumlah Petani Presentase No Responden Responden (%) 1 SD/Sederajat SMP/Sederajat SMU/Sederajat Diploma/Sarjana Jumlah Berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pendidikan tingkat SMP merupakan mayoritas dari petani responden yang menjadi peserta program PUAP. Tingkat yang pendidikan menengah pertama dapat dijadikan ukuran untuk bisa memahami suatu persoalan yang sulit dan mudah menerima hal-hal yang rasional yang diberikan oleh penyuluh masingmasing. Karakter tingkat pendidikan inilah yang dijadikan salah satu alasan memilih tempat penelitian di Desa Cibitung Kulon ini. Petani sebagai pengelola akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan dan harus dipilih untuk diusahakan. Beberapa hal yang harus diputuskan oleh petani diantaranya adalah menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Jika petani responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan mereka dalam mengadopsi teknologi dan hal-hal baru dalam kegiatan usahatani yang dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan usahatani. Selain itu, tingkat pendidikan dan keterampilan serta pengalaman juga mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. 50

74 6.1.4 Status Luas Lahan Milik Petani Responden Semakin besar lahan yang dimiliki oleh petani akan semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Selain itu jumlah tanaman padi yang ditanam juga akan bertambah dan berimplikasi pada meningkatnya produksi padi serta bertambah pula penghasilan bagi petani. Luas lahan yang menjadi milik petani responden dibagi menjadi dua kategori atau golongan yaitu golongan luas lahan antara 0-0,5 hektar sebanyak 17 responden atau 56,67 persen dan golongan luas lahan diatas 0,5 hektar sebanyak 13 responden atau 43,33 persen (Lampiran 5). Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luasan Lahan Padi yang Dimiliki Tahun 2009 Rata-rata Status Kepemilikan Jumlah Petani Responden Presentase No Petani Responden (ha) (orang) (%) 1 0-0,5 Ha 17 56,67 2 > 0,5 Ha 13 43,33 Jumlah Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani, maka kemungkinan akan semakin banyak biaya dan jumlah gabah yang dihasilkan dari lahan tersebut. Luas lahan yang dimiliki juga menggambarkan besarnya skala usahatani yang dijalankan. Pada petani responden yang memiliki lahan sawah dibawah 0,25 ha, umumnya bertani merupakan pekerjaan sampingan dikarenakan hasil yang didapat tidak mencukupi jika tidak melakukan pekerjaan yang lainnya. Responden petani yang memiliki luas lahan sempit umumnya memiliki usaha lain yaitu dibidang peternakan, dagang dan jasa. Dikarenakan lahan yang tidak begitu luas, terkadang lahan pertaniannya digunakan untuk beternak kambing atau sapi sehingga alokasi pinjaman modal dari dana BLM PUAP lebih digunakan untuk membeli pakan ternak tambahan atau mempersiapkan lahan yang akan ditanami tanaman padi ketika hewan ternaknya sudah dijual. 51

75 6.1.5 Pengalaman Usahatani Petani Responden Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner dengan para responden penerima BLM-PUAP dapat diinformasikan bahwa dari total 30 petani responden. Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat dikatakan petani sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Namun juga tetap diperlukan pendampingan usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu para petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila para petani tidak mampu mengatasi sendiri. Selain itu pendampingan juga dapat membantu petani dalam menyerap informasi-informasi teknologi terbaru di bidang pertanian khususnya padi. Tabel 10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No Pengalaman Usahatani Petani Jumlah Responden Presentase Responden (Tahun) (orang) (%) Jumlah Tabel 10 menggambarkan pengalaman berusahatani dari petani peserta program PUAP. Pengalaman berusahatani tidak bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan atau status kepemilikan lahan. Pengalaman usahatani bisa dikaitkan juga dengan usia dari petani responden. Pada umumnya pengalaman bertani responden berkisar antara tahun yaitu berjumlah 21 orang petani responden yang terdiri dari 11 orang berpengalaman antara tahun atau 36,67 persen dan 10 orang petani berpengalaman antara tahun atau sebesar sebesar 33,33 persen. Lain halnya dengan pengalaman bertani yang dibawah 10 tahun sebanyak sembilan orang atau sebesar 30 persen dari jumlah responden dan diantaranya adalah guru atau PNS dan meneruskan usahatani orang tua yang sudah dilakukan bertahun-tahun. 52

76 6.2 Kegiatan Usahatani Tanaman Padi di Lokasi Penelitian Usahatani tanaman padi merupakan usaha yang paling banyak dilakukan oleh petani di Indonesia. Menanam padi bagi petani merupakan usaha pokok yang ditekuni sejak mereka dilahirkan, karena menanam padi bagi masyarakat Desa Cibitung Kulon merupakan tradisi yang turun temurun. Produktivitas padi di Kecamatan Pamijahan paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi alam yang mendukung dan pasokan debit air yang lebih dari cukup sehingga hasil panen per hektare bisa di atas rata-rata (Lampiran 4). Hasil yang didapat dari panen padi tersebut masih bisa ditingkatkan apabila dilakukan penanganan yang tepat dan akurat dalam memberikan pupuk dan pengolahan lahan sebelum ditanami. Pemberian nutrisi bagi tumbuhan dengan jadwal yang sesuai akan menjadikan tanaman tumbuh subur. Pada dasarnya metode menanam padi yang dilakukan oleh petani setelah mendapatkan dana BLM dan peserta program PUAP dengan sebelum menjadi anggota dan sebelum mendapatkan dana PUAP sama saja. Akan tetapi yang mempengaruhi faktor produktivitas panen padi meningkat adalah pemberian nutrisi yang tepat waktu, faktor alam atau cuaca dan benih yang tepat. Dari ketiga faktor tersebut yang dapat memberikan pengaruh pada produktivitas padi salah satunya adalah pemberian nutrisi yaitu pupuk yang tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara. Sebelum adanya program PUAP ini petani Desa Cibitung Kulon merasa kebingungan untuk membeli pupuk sehingga pemupukan yang seharusnya lima hari setelah masa tanam menjadi terlambat dikarenakan kekurangan modal. Dengan adanya penambahan modal usaha dari dana BLM PUAP petani responden merasa terbantu dan dapat memberikan nutrisi dengan tepat waktu sehingga hal ini berimplikasi pada produktivitas gabah yang meningkat. Pada penggunaan rasio tenaga kerja terjadi perubahan hanya pada aktivitas pengolahan lahan, dimana penggunaan tenaga kerja setelah adanya PUAP menggunakan traktor sedangkan untuk sebelum adanya PUAP menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Pada Tabel 11 dapat dilihat perbedaan pemakaian tenaga kerja per 53

77 hektar setelah adanya PUAP berdasarkan luas lahan rata-rata yang dimiliki petani responden yang pada proses pengolahan lahan umumnya memakai traktor. Tabel 11. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja Terhadap Luas Lahan Sebelum dan Setelah Adanya PUAP per hektar Jenis Kegiatan Budidaya Tenaga Kerja Sebelum PUAP (HOK) Tenaga Kerja Setelah PUAP (HOK) LK DK LK DK Pengolahan Lahan 17,52 25,76-2 Penyemaian Benih 5,04 5,46 5,04 5,46 Penanaman 32,68 9,58 32,68 9,58 Pemupukan 5,23 2,43 5,23 2,43 Pengendalian HPT 25,52 16,9 25,52 16,9 Panen 91, ,32 6 Total Rata-Rata 177,01 68,13 159,8 42,37 Sumber: Data primer, diolah Ket: LK = Luar Keluarga, DK = Dalam Keluarga Kebutuhan rata-rata tenaga kerja pada Tabel 11 sebelum dan setelah adanya program PUAP hanya mengalami perubahan yang signifikan pada proses pengolahan lahan. Hal ini dikarenakan proses pengolahan lahan menggunakan traktor dan dibantu satu atau dua operator dari tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga traktor untuk mengolah lahan bertujuan untuk percepatan penanaman benih padi, sehingga waktu tanam bisa lebih cepat dikerjakan. Selain cepat dan efektif penggunaan teknologi traktor diharapkan mampu membuat petani merasa terbantu karena biaya yang dibebankan dikenakan secara kolektif minimal satu hektar. Tenaga kerja yang tidak lagi mengolah lahan berganti propesi menjadi produsen pupuk kandang (organik). Mereka mengolah limbah kotoran hewan seperti kelinci, kambing maupun sapi sebagai pupuk pengganti kimia. Limbah kotoran yang diolah menjadi pupuk kandang adalah limbah padat (peses) dan cair (urine) Pengolahan Lahan Kegiatan penanaman padi sawah yang pertama adalah dimulai dari menyiapkan lahan yang akan ditanam. Lahan yang sebelumnya telah ditanami 54

78 oleh tanaman padi dibiarkan selama satu bulan sambil terus dialirkan air, hal ini dikarenakan untuk menggemburkan tanah sebelum dilakukan pembajakan. Biasanya penggemburan lahan atau tanah pertanian dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga manusia atau hewan dan menggunakan traktor. Umumnya biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan hingga bisa ditanami bervariasi. Untuk saat ini setelah adanya program PUAP proses pengolahan lahan menggunakan tenaga traktor dengan biaya Rp ,-/ha sedangkan dengan menggunakan tenaga manusia atau hewan Rp ,-/HOK pria selama lima hingga enam hari. Efisiensi waktu menjadi pertimbangan petani responden untuk memilih traktor dalam membajak sawahnya daripada menggunakan tenaga hewan atau manusia. Karena pada dasarnya traktor juga dikendarai oleh manusia sehingga biayanya menjadi efektif yang hanya memerlukan waktu dua hari Kebiasan untuk mengolah lahan di Desa Cibitung Kulon mengupah buruh tani adalah dengan sistem bagi hasil atau yang mereka sebut paket, karena dilakukan saat awal penanaman, perawatan hingga panen. Bagi hasil yang dilakukan pada saat panen dimana gabah yang dihasilkan dibagi dengan perbandingan empat banding satu (4:1), dimana ketika gabah yang dihasilkan sebesar 100 kwintal akan dibagikan 80 kwintal untuk pemilik dan 20 kwintal untuk penggarap dalam setiap 100 kwintal hasil panen. Kegiatan pengolahan lahan saat sebelum adanya prorgam PUAP melibatkan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan per hektar yang dilakukan sebanyak dua kali dengan 25,76 HOK (Hari Orang Kerja) untuk tenaga kerja dalam keluarga dan 17,52 HOK untuk tenaga kerja luar keluarga. Akan tetapi pada umumnya pengolahan lahan di Desa Cibitung Kulon dilakukan menggunakan traktor yang di sewa dari pengurus Gapoktan dengan pertimbangan cepat dan kualitas yang dihasilkan lebih baik. Pada kegiatan awal ini perlu penggunaan tenaga pria yang lebih banyak dikarenakan penyiapan lahan yang cepat terdiri dari perbaikan pematang sawah, perataan tanah, dan pembuatan parit disekitar pematang. Tenaga kerja pria dari luar keluarga lebih banyak dari tenaga kerja dalam keluarga, dikarenakan tenaga 55

79 kerja dalam keluarga umumnya menggunakan anak-anak mereka yang bersekolah pada pagi hingga sore hari Penyemaian Benih Setelah dilakukan persiapan lahan maka dilakukan penyemaian benih yang dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan ini tidak terlalu sulit apabila dilakukan oleh keluarga sendiri. Kebutuhan rata-rata tenaga kerja per hektarnya pada kegiatan usahatani penyemaian benih adalah 5,04 HOK tenaga kerja luar keluarga dan 5,46 HOK tenaga kerja dalam keluarga Cara persemaian yang dilakukan di Desa Cibitung Kulon pada lahan basah yang sudah diolah menggunakan traktor. Kegiatan selanjutnya adalah membuat petak-petakan yang berukuran 3 x 2 m dan terletak dekat dengan aliran sumber air. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyebaran dan pemindahan benih pada saat benih akan siap ditanam. Umur benih yang siap ditanam yaitu benih yang berumur lebih kurang 15 hari Penanaman Jarak tanam padi adalah 20 x 20 cm, dilakukan secara lurus dan teratur. Hal ini bertujuan untuk memudahkan saat melakukan kegiatan penyiangan atau perawatan dari rumput, hama dan gulma lainnya. Setelah penanaman selesai sekitar 10 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada bibit padi yang telah ditanam dapat memperkuat perakarannya dan merangsang tumbuhnya anakan padi Dalam penanaman, petani biasa menggunakan dua hingga tiga bibit perlubang tanam. Hal ini supaya persaingan bibit tidak terlalu banyak dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Selain itu juga dalam menanam tidak terlalu dalam agar pada proses penyerapan air dan hara oleh akar dalam tanam tidak terganggu. Kebutuhan tenaga kerja rata-rata per hektarnya adalah 5,23 HOK untuk tenaga kerja luar keluarga dan 2,43 HOK tenaga kerja dalam keluaga. Kebutuhan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan ini lebih kepada pengkordinasian kerja di lapangan. Rasio ini didapat dari wawancara dengan petani responden dengan 56

80 alasan tenaga kerja keluarga hanya dibutuhkan untuk pengawasan atau koordinasi di lapangan Pemupukan Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dilakukan dengan kegiatan pemupukan. Pupuk yang digunakan dalam satu kali musim tanam per hektar adalah tiga kwintal per satu kali pemupukan dengan perincian satu kwintal urea, 1,5 kwintal proska/sp dan satu kwintal TSP. Pupuk NPK digunakan untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Untuk pupuk tambahan dalam meningkatkan hasil panen petani biasanya menggunakan pupuk organik (pupuk cair dan kandang atau air seni ternak). Untuk mempertahankan ketersediaan hara di dalam tanah yang cukup optimal, maka perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dan warna daun 7. Pemupukan yang dianjurkan oleh penyuluh adalah tiga kali yaitu saat umur 7-10 HST (hari setelah tanam) dengan dosis urea 50-75kg/ha, Ponska/SP kg/ha, dan TSP/KCL 50 kg/ha. Pada usia 21 HST dilakukan pemupukan yang kedua dengan dosis Urea kg/ha. Untuk pemupukan ketiga dilakukan pada usia tanam HST dengan dosis Urea kg/ha dan KCL atau Proska kg/ha). Waktu pemupukan dilakukan pada pukul siang hal ini dikarenakan untuk mencegah pupuk menempel pada daun (masih basah) dan dapat menyebabkan daun padi terbakar dan pupuk hilang atau hanyut terbawa air. Selain itu saluran air baik yang masuk dan keluar petak sawah ditutup terlebih dahulu agar pupuk tidak terbuang. Penutupan saluran irigasi dilakukan diatas jam 12 siang hingga sore hari. Dari hasil wawancara dengan petani responden dosis pemberian pupuk sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dilakukan tidak teratur dan sering terlambat. Hal ini dikarenakan ketersediaan modal yang kurang sehingga petani harus mencari pinjaman bahkan melalui rentenir. Hal ini berimplikasi pada hasil panen pada akhir musim dan margin pendapatan yang diperoleh kadangkala tidak 7 Cara dan langkah mudah bertanam padi, Majalah Abdi Tani edisi 35 April-Juni

81 sesuai yang diharapkan bahkan hanya cukup untuk modal menyiapkan musim tanam berikutnya Pengairan Tanaman Dalam sistem pengairan tanaman padi sawah di Desa Cibitung Kulon dilakukan secara berundak atau sistem sengkedan yaitu memanfaatkan sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Kegiatan pangairan dilakukan untuk menjaga dan menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman padi yang memang sangat tergantung sekali dengan air. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah hingga usia 100 hari. Setelah diatas tiga bulan barulah volume air dikurangi, karena akan memasuki persiapan masa panen. Untuk tinggi air sebaiknya antara dua sampai lima sentimeter setelah tanam dengan usia tanaman diatas 10 hari dengan kondisi air bersikulasi mengalir sampai fase pembungaan. Petani responden biasanya melakukan pengairan pada awal musim tanam ketika pertama kali bibit ditanam hingga tanaman berusia 100 hari Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Dalam budidaya tanaman padi sawah, selain hama dan penyakit, tanaman pengganggu atau gulma perlu juga dikendalikan. Gulma secara langsung akan berkompetisi dengan tanaman padi dalam pengambilan unsure hara, air,co 2, sinar matahari dan ruang tumbuh. Hal ini menjadikan pertumbuhan tanaman tidak optimal dan menghambat tumbuhnya bulir padi. Dalam penyiangan gulma di lahan pertanaman padi, dapat dilakukan dengan manual dan dengan menggunakan herbisida Penyiangan secara manual dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dan juga menggunakan alat yang disebut gosrok. Sedangkan penyiangan dengan herbisida dilakukan dengan menyemprot tanaman pengganggu atau gulma dengan bahan kimia yang selektif digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan tanaman padi tersebut. Menurut hasil wawancara kepada responden, jumlah rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan per hektarnya adalah 25,52 HOK dalam keluarga dan 16,9 HOK luar keluarga. 58

82 Panen dan Pasca Panen Saat memasuki tahap panen volume kadar air mulai dikurangi atau ketika padi mulai berbuah dan warna hijau. Hal ini dikarenakan untuk menjaga agar bulir padi tidak cepat membusuk. Prosen perubahan warna dari hijau menjadi kuning sekitar hari atau 40 hari dari fase pembungaan. Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya dengan kualitas gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu awal maka akan banyak bulir padi yang masih berwarna hijau, akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan rendah, dan banyak bulir padi mengapung dan beras kepala banyak yang patah. Sebaiknya bila tanaman dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah saat proses pemanenan. Kriteria pemanenan gabah yang ideal dapat dilakukan bila secara visual kondisi tanaman telah 90 persen masak fisiologi, artinya 90 persen gabah telah berwarna dari hijau menjadi kuning dan bila dihitung dari masa berbunga telah mencapai hari setelah proses pembungaan. Proses pasca penen dilakukan di tempat atau di sawah. Hal ini dilakukan agar bulir padi tidak berkurang akibat tersentuh atau tersenggol dikarenakan penumpukan yang kasar. Setelah proses penggebutan atau memisahkan bulir dengan batang dan daun padi. Gabah hasil panen kemudian dijemur selama dua atau tiga hari tergantung pada kondisi cuaca hingga kadar air berkurangn dan kulit padi mengering. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses penggilingan atau pemisahan kulit dengan isinya (beras). Penyusutan dari bobot gabah menjadi beras berkisar antara persen dari bobot awal. 6.3 Penilaian Pelaksanaan Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Pihak Penyalur Salah satu keberhasilan pelaksanaan program PUAP adalah keberhasilan penyaluran dana bantuan tersebut kepada petani anggota Gapoktan. Berdasarkan kriteria pihak penyalur yakni Gapoktan dan berdasarkan penelitian terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan tersebut. Berdasarkan kriteria pihak penyalur 59

83 yakni Gapoktan dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan penyaluran bantuan PUAP digunakan beberapa tolok ukur. Ketika pertama kali digulirkan pada awal tahun 2008 oleh Kementrian Pertanian, tujuan program PUAP ini adalah memberikan dana stimulus berupa dana BLM yang sifatnya tambahan modal dan bergulir yang harus dikembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dengan lahan yang terbatas. Selain itu diperlukan kerjasama semua pihak agar pelaksanaan program PUAP ini dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada tahun 2008 merupakan program perdana yang dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian RI. Program PUAP merupakan program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Di Kecamatan Pamijahan terdapat lima desa penerima dana BLM PUAP sama dengan di Kecamatan Jasinga. Lima desa penerima PUAP mengalokasikan dana BLM PUAP sebagian besar untuk sektor pertanian budidaya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Alokasi Dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP Di Kecamatan Pamijahan Tahun 2008 No Gapoktan Jumlah Dana Alokasi Dana BLM PUAP Budidaya Non Budidaya Persentase Penggunaan Dana (%) 1 Bina Sawargi , , ,- 87,39 2 Rukun Makmur , , ,- 94,00 3 Sumber Ubi , , ,00 4 Makmur Sari , , ,- 75,00 5 Melati , , ,- 97,00 Total , , ,- 90,678 Sumber: Kementan, 2008 Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunaan dana PUAP digunakan untuk sektor pertanian budidaya yaitu sebesar 90,68 persen. Keberhasilan pelaksanaan program ini ditentukan salah satunya oleh terealisasinya penyaluran dana bantuan tersebut sesuai mekanisme yang berlaku. 60

84 Pihak penyalur dalam hal ini adalah Gapoktan dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan penyaluran bantuan PUAP yang baik digunakan beberapa tolak ukur meliputi: 1) realisasi dan jangkauan pinjaman; 2) persentase tunggakan Realisasi dan Jangkauan Pinjaman Bantuan Langsung Mandiri (BLM) Perguliran dana BLM PUAP tahun 2008 dimulai pada bulan Maret 2009 sebesar Rp ,- alokasi dana tersebut diperuntukkan untuk semua anggota Gapoktan yang berjumlah 40 orang pada awal pembentukkan sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK) masing-masing kelompok tani. Pelaksanaan tahap awal ini adalah untuk melihat partisipasi anggota dalam mengembalikan pinjamannya. Sanksi bagi anggota yang tidak lancar untuk membayar pinjaman akan berdampak pada anggota lainnya yang satu kelompok. Hal ini dikarenakan, sistem yang telah disepakati yaitu angsuran salah satu anggota harus ditanggung bersama. Pada saat penelitian dilakukan, Gapoktan Rukun Makmur telah merealisasikan pinjaman dana BLM PUAP kepada anggotanya sebanyak empat kali. Pada tahap satu, jumlah dana yang direalisasikan mencapai Rp ,- kepada anggota penerima sebanyak 40 orang, tahap kedua juga telah terealisasi sebanyak Rp ,- kepada 34 orang anggota dan tahap ketiga sebanyak Rp ,- kepada 60 orang anggota serta tahap akhir mencapai Rp ,-. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Realisasi Dana BLM-PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan tahun 2009 No Bulan Realisasi Kisaran Pencairan (Rp) Realisasi (Rp) 1 Maret , ,- 2 April , ,- 3 Mei , ,- 4 Agustus , ,- Total ,- Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa kisaran pencairan realisasi dana BLM PUAP telah mencapai 97 persen dari jumlah dana PUAP yang 61

85 digulirkan yaitu Rp ,00. Tahap realisasi pencairan berbeda-beda dikarenakan Rencana Usaha Anggota (RUA) yang diajukan oleh masing-masing anggota disetiap Kelompok Tani (Poktan) tidak sama dalam proses verifikasi kelengkapan administrasi. Pada tahap pertama jumlah anggota yang menerima dana BLM PUAP dialokasikan untuk masing-masing Poktan sebanyak 10 orang. Kemudian pada tahap kedua disesuaikan kepada masing-masing Poktan untuk bisa merancang rencana usaha anggotanya. Pada tahap awal pencairan dana diberikan sebesar Rp ,- kepada masing-masing anggota sesuai RUA yang dibuat. Tujuan dari pembatasan pinjaman ini adalah untuk pemerataan penyaluran pinjaman kepada semua anggota. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa keadilan kepada masingmasing Poktan. Kemudian pada tahap keempat pencairan diberikan apresiasi kepada anggota yang mengembalikan pinjaman tepat waktu atau kurang dari waktu yang disepakati dengan memperoleh pinjaman sebanyak Rp ,-. Permohonan pinjaman dana PUAP tertuang dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok). RUK yang telah dibuat oleh petani akan diajukan kepada pengurus Gapoktan yang juga dibantu oleh PPL pendamping. Pemrosesan RUK meliputi kelengkapan administratif dan teknis. Menurut pengurus Gapoktan sebagai pihak penyalur, hal-hal yang menyebabkan RUK tersebut perlu diperbaiki kembali seperti ketidaksesuaian tanda tangan, nama anggota yang tidak sesuai, pergantian luas lahan, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya dapat menghambat realisasi pinjaman. Namun ketidaksesuaian tersebut bukan berarti membuat RUK yang diajukan tidak direalisasikan, hanya saja pelaksanaan pencairan dan pinjaman mengalami sedikit keterlambatan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan 2009 No Nama Kelompok Tani Kisaran Pencairan Jumlah Anggota (Poktan) (Rp) Penerima PUAP (orang) 1 Rukun Makmur , Sawargi , Sayagi , Berkah ,- 31 Total ,

86 Jangkauan realisasi penerima PUAP pada setiap anggota dimasing-masing Poktan disesuaikan dengan jumlah anggota pada masing-masing Poktan. Harapannya adalah masing-masing anggota Gapoktan memiliki kemampuan mengelola dana BLM PUAP dalam mengembangkan kegiatan pertanian yang pada akhirnya mampu mengembangkan kegiatan agribisnis yang berkelanjutan Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diinformasikan bahwa Poktan Rukun Makmur mendapat kisaran pencairan yang paling besar dibandingkan poktan yang lain. Hal ini berdasarkan jumlah anggota dan kesiapan secara teknis mengenai persyaratan admninstrasi dan komitmen pengembalian dana pinjaman yang tepat waktu sehingga pengurus Gapoktan memberikan kepercayaan untuk meminjamkan dana tersebut pada musim tanam berikutnya. Tahapan pencairan dana BLM PUAP Gapoktan Rukun Makmur dapat dilihat Tabel 15. Tabel 15. Pelaksanaan Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun Makmur Tahun 2009 No Waktu Pencairan Penerima Kisaran Realisasi Dana yang (orang) Pencairan (Rp) Disalurkan (Rp) 1 Maret 2009 (Tahap 1) , ,- 2 April 2009(Tahap 2) , ,- 3 Mei 2009(Tahap 3) , ,- 4 Juni Juli Agustus 2009 (Tahap 4) , ,- 7 September , ,- 8 Oktober November Desember , ,- Total Penerima 223 Total Dana BLM ,- Sumber : Lembaga Keuangan Mandiri (LKM) Gapoktan Rukun Makmur, 2009 Jumlah anggota pada dari awal pembentukan Gapoktan hingga saat ini, kian bertambah menjadi 223 orang dengan jumlah dana yang tersalurkan mencapai Rp ,-. Dari informasi Tabel 15 dapat diketahui bahwa Gapoktan Rukun Makmur telah mencairkan atau merealisasikan dana BLM PUAP sebanyak empat tahap yaitu bulan Maret, bulan April, bulan Mei dan terakhir bulan Agustus tahun Pencairan bertahap ini dikarenakan faktor 63

87 teknis seperti kelengkapan administrasi, kecocokan lahan, tanda tangan dan lain sebagainya. Kemudian pada bulan September pengurus Gapoktan kembali merealisasikan pinjaman kepada 11 orang anggota baru Gapoktan termasuk anggota lama yang mengajukan rancangan usahanya kembali pada awal musim Persentase Tunggakan Tunggakan pinjaman merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan efektivitas penyaluran pinjaman. Apabila tingkat realisasi pinjaman tercapai, frekuensi peminjaman meningkat dan jangkauan kredit meluas, namun persentase tunggakan meningkat maka akan mempengaruhi keberhasilan simpan pinjam tersebut. Oleh karena dana yang digulirkan bertahap dan harus memutar secara merata serta semua anggota dapat merasakan manfaatnya, maka diperlukan manajemen keuangan dan pendekatan untuk memberikan pengertian kepada anggota betapa pentingnya dana tersebut untuk kesejahteraan bersama. Penyaluran dilakukan berdasarkan pada musim tanam yaitu setiap empat bulan sekali yang awalnya dilakukan pada awal bulan kelima. Kebutuhan petani akan tambahan modal usaha adalah hal yang penting untuk meningkatkan semangat petani dalam melakukan usahataninya. Dana tambahan modal tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan saat panen. Tanggapan mengenai PUAP oleh responden dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Tanggapan Responden Terhadap Program PUAP,

88 Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa 83 persen atau 25 orang mengalokasikan dana BLM PUAP untuk tambahan modal usahatani padi, empat orang atau 13,33 persen untuk pengembangan SDM seperti pelatihan petani, biaya anak sekolah dan 3,33 persen untuk dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. Pemberian tambahan modal usaha bagi petani walaupun tidak besar, memberikan dampak yang positif dikarenakan pemberian pupuk dan perawatan yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pelaksanaan program PUAP, diketahui bahwa tujuan utama responden menjadi anggota peserta program PUAP adalah untuk mendapatkan tambahan modal usaha, kemudian pelatihan dan lain sebagainya. Petani anggota yang membayar pinjaman dengan tepat waktu akan diberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman tahap selanjutnya, bahkan jumlah pinjamannya bisa dinaikkan. Kenaikan jumlah pinjaman dari Rp ,00 menjadi Rp ,00 merupakan hasil musyawarah dengan anggota Poktan. Apresiasi dari pengurus Gapoktan terhadap petani yang bisa dengan lancar dalam membayar angsuran pinjaman akan menimbulkan dampak yang positif bagi kesejahteraan petani. Alasan responden yang mayoritas kenapa tidak memilih pelatihan sebagai opsinya adalah karena menganggap pelatihan bisa didapat dari pengalaman hidup. Untuk responden yang terakhir menjawab tujuan mengikuti program PUAP hanya untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yang akan dikembalikan pada awal bulan depan dikarenakan kebutuhan mendadak tersebut itulah responden ini mengajukan pinjaman. Lembaga Keuangan Mandiri (LKM) merupakan lembaga mandiri yang dibentuk oleh pengurus Gapoktan untuk tujuan mengelola keuangan dari dana BLM PUAP. Umumnya staf pengurus dari lembaga ini diberikan pelatihan singkat dari Tim PUAP Kabupaten atau Penyelia Mitra Tani (PMT) mengenai cara mengelola keuangan. Selain itu juga tingkat pendidikan dan pengalaman dari staf dan manajer lembaga ini menjadi pertimbangan. Manajer LKM dan stafnya memperoleh honor yang berasal dari bunga pinjaman setiap bulannya sesuai kesepakatan musyawarah Gapoktan. 65

89 Honor untuk manajer dan stafnya ditetapkan sebesar Rp ,-sampai Rp ,- setiap bulan. Jumlah personil yang mengelola keuangan ini adalah lima orang terdiri dari manajer, kasir, pemasaran, pembinaan anggota dan verifikasi. Manajer akan melakukan laporan kas setiap bulan sekali atau setiap akhir musim tanam. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui kondisi kas untuk memutar dana tersebut kepada anggota yang lainnya. Kemudahan yang digambarkan peserta program adalah waktu pencairan yang singkat, syarat yang mudah untuk dipenuhi verifikasi yang tidak rumit dan sistem tanggung renteng yang diberlakukan oleh LKM. Sedangkan kesulitannya adalah waktu pedan sulitnya mengisi formulir PUAP yang harus diisi secara lengkap. Biasanya hal tersebut terjadi pada responden yang tingkat pendidikannya rendah. Sesuai dengan sasaran dan tujuannya, yang menjadi peserta dari program PUAP adalah masyarakat perdesaan yang memiliki usaha ekonomi produktif khususnya dibidang pertanian budidaya. Untuk Kecamatan Pamijahan, dari hasil identifikasi dan verifikasi dilapangan oleh pengurus Gapoktan dibantu PPL setempat jumlah anggota Gapoktan yang telah menggunakan dana BLM PUAP telah mencapai 223 anggota. Selisih dari dana awal dengan akhir merupakan bunga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah Gapoktan yang dipergunakan untuk menambah kas LKM. Bunga sebesar lima persen tersebut dialokasikan sebagai, simpanan pokok, biaya administrasi dan dana cadangan apabila angsuran mengalami kemacetan dalam pembayaran dan kemudian digulirkan kembali kepada anggota yang belum mendapatkan pembiayaan. Jenis usaha yang dibiayai pada awal dicairkan dana ini adalah untuk tambahan modal petani anggota pada awal musim tanam. Dengan luas lahan ratarata yang dimiliki petani antara m 2 diharapkan produksi gabah yang dihasilkan naik dan pendapatan petani meningkat. Mayoritas penggunaan dana BLM PUAP adalah untuk penambahan modal sektor budidaya (on farm) yaitu sebesar 90 persen. Sedangkan sebagian kecil hanya untuk usaha non budidaya yaitu membeli pupuk, pestisida dan usaha yang bergerak dibidang penyediaan produksi pertanian. 66

90 Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada prinsipnya program PUAP di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan Desa Cibitung Kulon sudah sesuai dengan indikator keberhasilan PUAP secara output dan outcome yaitu tersalurkannya dan BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani baik pemilik, petani penggarap dan buruh tani Selama waktu penelitian, peneliti melihat belum terjadi penunggakan pengembalian pinjaman. Hal ini dikarenakan, penjualan hasil padi ditampung langsung atau dikordinir oleh pengurus Gapoktan. Jadi pemotongan angsuran pinjaman terjadi langsung saat transaksi penjualan gabah dan penggilingan. Proses sosialisasi dan rasa segan anggota-anggota Poktan kepada pengurus Gapoktan menjadi nilai lebih dari kelompok tani ini. Hal ini dilakukan dengan cara mengadakan arisan atau silaturahmi dengan sesama anggota setiap dua kali dalam sebulan, sehingga kebersamaan terus terjalin sekaligus mengontrol pembayaran angsuran pinjaman atau mengingatkan kepada anggota. 6.4 Penilaian Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Pihak Pengguna (Petani) Petani pemilik, petani penggarap, rumah tangga tani adalah kelompok sasaran dalam pelaksanaan program PUAP. BLM PUAP merupakan program bantuan yang diberikan kepada mereka melalui Gapoktan dengan tujuan agar pendapatan mereka dapat meningkat. Penyaaluran BLM-PUAP bagi para petani harus mengutamakan pelayanan yang baik. Pelayanan yang dimaksud adalah begaimana bantuan tersebut dapat menjangkau para petani yang membutuhkan dana tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu pola pelayanan penyaluran BLM- PUAP yang diinginkan oleh kelompok sasaran tersebut sehingga penyaluran BLM-PUAP efektif menurut petani pengguna. Penilaian penyaluran BLM-PUAP dari sisi pengguna (petani) dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut yaitu persyaratan awal, prosedur realisasi pinjaman, tingkat bunga, biaya administrasi, pelayanan dan jarak atau lokasi 67

91 6.4.1 Persyaratan Awal Secara umum persyaratan yang wajib dipenuhi oleh calon peminjam adalah petani harus merupakan anggota resmi dan terdaftar di Gapoktan dan bersedia membayar bunga pinjaman sebesar lima persen yang dibayar sekali pada saat pengembalian pinjaman terakhir atau petani menjual hasilnya ke unit usaha Gapoktan. Besar pinjaman maksimal Rp ,00 dan membuat rincian pembiayaan usahatani dalam satu musim dengan mengisi formulir yang disediakan Gapoktan. Untuk kelengkapan administrasi lainnya adalah fotocopy kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan foto berukuran 2x3 cm sebanyak dua lembar. Menurut anggota petani, syarat-syarat tersebut tidak terlalu memberatkan, hanya saja di desa tersebut yang sulit mencari tempat fotocopy yang terdekat Prosedur Pinjaman Tahapan yang harus dilalui mulai dari pertama kali mengajukan suatu peinjaman hingga tahapan realisasi pinjaman. Para anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan harus menyusun Rencana Usaha Anggota (RUA) yang kemudian dilanjutkan dengan membuat Rencana Usaha Kelompok. Penyusunan proposal ini dibantu atau dikonsultasikan dengan PPL atau Penyelia Mitra Tani. RUK yang sudah disusun telah disetujui oleh ketua kelompok dan PPL yang kemudian disampaikan kepada pengurus Gapoktan. Proses penilaian meliputi kelengkapan administrasi dan survey lapangan mengenai lahan yang akan ditanam atau dijadikan usaha. Setelah disetujui pengurus Gapoktan akan di salurkan dana tersebut kepada anggota melalui ketua kelompok tani masing-masing. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Gapoktan jumlah peminjam satu kelompok di batasi maksimal 20 orang Hal ini disebabkan belum pahamnya responden mengenai sistem yang diterapkan oleh pihak pengurus dan juga sosialisasi yang kurang intensif saat pertemuan rutinan. Tanggapan responden terhadap mengenai prosedur pinjaman dapat dilihat pada Gambar 4 68

92 Gambar 4. Tanggapan Responden Terhadap Kemudahan Prosedur Peminjaman Tanggapan responden terhadap prosedur cara mengajukan peminjaman, sebanyak 56 persen atau 17 orang menyatakan prosedur peminjaman mudah, 27 persen atau delapan orang menyatakan cukup mudah, dan sisanya sebanyak lima orang atau 17 persen menyatakan agak sulit. Agar pengembalian pinjaman dapat berjalan lancar, pengurus dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) melakukan suatu fungsi kontrol. Selain kontrol sebelum peminjaman meliputi persyaratan pinjaman, juga dilakukan kontrol pada waktu proses pengembalian pinjaman tersebut. Pengontrolan pada saat pengembalian pinjaman oleh petani dilakukan dengan mengadakan pertemuan akhir bulan guna membahas beragam dinamika masalah pertanian di lapangan serta sekaligus mengumpulkan dana angsuran pinjaman oleh petani yang meminjam. Permohonan pinjaman dana PUAP tertuang dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok). RUK yang telah dibuat, oleh petani akan diajukan kepada pengurus Gapoktan yang juga dibantu oleh PPL pendamping. Pemrosesan RUK meliputi kelengkapan administratif dan teknis. Menurut pengurus Gapoktan sebagai pihak penyalur, hal-hal yang menyebabkan RUK tersebut perlu diperbaiki kembali seperti ketidaksesuaian tanda tangan, nama anggota yang tidak sesuai, pergantian luas lahan, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya dapat menghambat realisasi pinjaman. Namun ketidaksesuaian tersebut bukan berarti membuat RUK yang 69

93 diajukan tidak direalisasikan, hanya saja pelaksanaan pencairan dan pinjaman mengalami sedikit keterlambatan Biaya Administrasi Beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh petani dalam melengkapi administrasi adalah fotocopy KTP, materai 3000 untuk perjanjian. Untuk proses administrasi dikenakan biaya untuk calon peminjam sebesar Rp ,- dengan rincian iuran wajib Rp ,- dan Rp ,- diperuntukkan untuk pembelian materai dan proses memfotocopy KTP dan formulir pendaftaran. Lamanya waktu proses verifikasi paling lama tiga hari, hal ini dikarenakan pihak Gapoktan perlu melakukan survey langsung ke lapangan untuk mengecek usaha yang akan dibiayai oleh dana PUAP ini Tingkat Bunga Tingkat bunga adalah bunga nominal dalam persen yang harus dibayar peminjam berdasarkan perjanjiannya dengan yang meminjamkan. Tingkat bunga yang dibebankan kepada petani sudah dimusyawarahkan dalam rapat Gapoktan. Beban bunga ditetapkan sebesar lima persen per musim dan dibayarkan sekali saat petani akan menjual hasil panen (Yarnen) kepada pengurus Gapoktan. Penetapan tingkat suku bunga ini merupakan kesepakatan bersama antar anggota berdasarkan hasil musyawarah mufakat. Alokasi bunga pinjaman tersbut diperuntukkan untuk administrasi pembelian alat tulis kantor dan pembelian materai serta honor pegawai LKM. Tanggapan selanjutnya dari responden adalah dari sisi bunga pinjaman yang diterapkan. Menurut hasil wawancara dengan responden menyatakan bunga yang diberlakukan untuk pinjaman ini rendah bahkan ada yang menyatakan cukup rendah. Hal ini dikarenakan dari bunga sebesar lima persen tersebut setengahnya dialokasikan untuk simpanan pokok atau wajib yang akan dikembalikan pada akhir tahun buku. Besarnya simpanan wajib adalah Rp ,00. Sebanyak persen responden menganggap bahwa bunga pinjaman rendah dan sisanya menyatakan cukup rendah (Gambar 5). 70

94 Gambar 5.Tanggapan Responden Terhadap Bunga Pinjaman yang Berlakukan oleh LKM Untuk proses pencairan dana dari Tim PUAP Pusat hingga sampai kepada pihak Gapoktan melalui Bank pelaksana dapat dilihat pada Gambar 6 diagram aliran dana BLM PUAP ke Gapoktan. Gambar 6. Mekanisme pencairan dana BLM PUAP ke Gapoktan. 71

95 Pada tahap pencairan dari Departemen Pertanian ke rekening Gapoktan, dokumen persyaratan harus terlebih dahulu dipenuhi. Kemudian setelah itu, pengurus Gapoktan membentuk Lembaga Keuangan Mandiri Agribisnis (LKMA) yang bertugas untuk mengelola pembiayaan kepada petani anggota. Mekanisme penyaluran dari Gapoktan ke petani anggota peserta program PUAP dilakukan dengan mengisi persyaratan diantaranya adalah mengisi formulir PUAP, foto coy KTP, pas foto dan petani merupakan anggota terdaftar dan aktif di kelompok taninya masing-masing. Pengajuan dana pembiayaan dilakukan secara kolektif melalui masingmasing ketua kelompoknya dengan batas minimal lima anggota. Setelah melakukan pengajuan dan persyaratan telah terpenuhi maka pengurus Gapoktan melalui manajer LKM melakukan verifikasi ke lapang tentang luas lahan yang dimiliki. Untuk menjaga agar dana BLM PUAP bisa disalurkan kepada semua anggota Gapoktan, pengurus menerapkan batas maksimal pembiayaan yaitu sebesar Rp ,-/petani. Pola Grameen Bank (tanggung renteng) yang pernah diterapkan di Negara Bangladesh oleh Prof. M. Nuh juga diterapkan oleh Gapoktan Rukun Makmur. Pola ini menekankan kerjasama dan gotong-royong anggota dalam mengelola pembayaran angsuran. Apabila salah satu anggota tidak sanggup membayar angsuran atau pinjaman sesuai yang disepakati, maka pengurus LKM akan memberikan sanksi kepada petani untuk tidak mendapatkan pinjaman tahap berikutnya. Oleh karena itu, peran anggota lainnya dalam satu kelompok harus dilakukan seperti menalangi atau membantu pembayaran pinjaman anggota lainnya untuk kemudian bisa diberikan pinjaman pada tahap berikutnya. 6.5 Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani Penggunaan Dana BLM PUAP Suatu program akan menjadi sarana yang baik dan dapat membantu penguatan modal apabila dilakukan secara tepat dari segi perencanaan, waktu, kegunaan, sasaran dan prosedur. Apabila pemberian dana tersebut tidak tapat sasaran maka akan berdampak negatif pada keberlanjutan program tersebut pada 72

96 periode tahun berikut. Alokasi tambahan modal ini bagi petani dimanfaatkan untuk menambah biaya operasional seperti membeli pupuk, benih padi dan penyemprotan hama. Pemanfaatan dana BLM PUAP di Desa Cibitung Kulon sebagian besar digunakan untuk simpan pinjam anggota yang melakukan usahatani padi sebagai tambahan modal dan sisanya untuk pembelian sarana pendukung pertanian. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pengurus pembelian sarana pendukung dilakukan untuk memperbaiki sarana kantor dan memfasiitasi petani untuk membeli input-input pertanian seperti pupuk dan obat pertanian yang pengadaannya tercantum pada Rencana Usaha Bersama (RUB) Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani ini memang memiliki usaha menyediakan keperluan petani anggota lainnya sehingga harga yang ditawarkan lebih murah dan bisa dibayar saat akhir musim tanam nanti. Sebanyak 29 petani responden atau 96,67 persen mengalokasikan dana BLM PUAP untuk menambah biaya usahatani. Begitu juga dengan perencanaan yang tidak matang akan berimplikasi pada hasil akhir yang kurang memuaskan dan hasil yang tidak maksimal. Sedangkan sisanya sebesar 3,33 persen atau satu petani responden menggunakan dana tersebut untuk membeli pupuk, pestisida dan alat pertanian lainnya. Penggunaan dana BLM PUAP oleh petani responden di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Pengalokasian Penggunaan Dana BLM PUAP Tahun

97 Sedangkan simpan pinjam diberikan senilai Rp ,00 sebagi pinjaman awal dan apresiasi akan diberikan jika petani mampu mengembalikan tepat waktu adalah dengan memberikan tambahan pinjaman senilai Rp ,00 pada tahap berikutnya. Dengan adanya BLM PUAP petani sawah terbantu untuk pengadaan pembelian pupuk, bibit, sewa traktor maupun membayar biaya tenaga kerja sehingga penangan pertanian bisa tepat waktu dan dosis. Terlaksananya kegiatan produksi tepat waktu dapat menningkatkan produksi seperti pemberian pupuk atau pengendalian gulma yang tepat waktu, cara dan dosis yang benar akan menghilangkan kerugian. Dengan meningkatnya produksi, maka nilai jual akan naik sesuai harga yang ditetapkan Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya PUAP Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dikategorikan ke dalam biaya-biaya yang dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pupuk, pestisida, benih, dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan penyusutan alat-alat pertanian. Berikut penjelasan secara umum mengenai penggunaan faktor produksi (input) dalam usahatani padi pada Gapoktan Rukun Makmur Pengadaan Input Input merupakan sumberdaya awal dari biaya tunai yang harus disediakan bagi keberlangsungan produksi pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, benih yang digunakan saat musim tanam 2009 hingga 2010 digunakan varietas IPB 2 Batola. Varietas padi ini selain tahan dengan penyakit juga masa panennya pendek sehingga dalam waktu satu tahun bisa beberapa kali menanam. Benih tersebut diperoleh dengan harga Rp.6.000,00 per kilogram. Ratarata lahan yang dimiliki petani responden adalah 0,6470 hektar. Jumlah rata-rata 74

98 benih yang dibutuhkan petani sebelum adanya program PUAP adalah sekitar 29 kilogram per hektar dengan biaya yang dibutuhkan Rp ,-. Pupuk adalah hal yang terpenting dari produksi dan nutrisi wajib bagi keberlangsungan produktivitas tanaman. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani Gapoktan Rukun Makmur adalah Pupuk Kandang, Urea, TSP, dan Ponska. Pemberian nutrisi ini dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pemupukan yang rotasi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produksi tanaman yang cara aplikasinya disebar menggunakan tangan. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani di empat kelompok tani sebelum dan setelah adanya PUAP disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Per Hektar Oleh Petani Sebelum dan Setelah Adanya PUAP Jenis Pupuk Satuan Sebelum PUAP Setelah PUAP Pupuk Kandang Kg 220,4 375 Urea Kg 127,8 125,2 Ponska Kg 106,1 113,5 TSP Kg 102,1 98,7 Berdasarkan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk mengalami perubahan untuk pupuk pada jenis urea dan pupuk kandang. Untuk pupuk urea berubah dari 127,8 kg menjadi 125,2 kg atau turun 2 kg dan pupuk kandang dari 220,4 kg menjadi 375 kg serta pupuk TSP turun dari 102,1 kg menjadi 98,7 kg. Perubahan penggunaan pupuk ini dikarenakan adanya proses sosialisasi dari penyuluh pendamping tentang pentingnya penggunaan pupuk organik terutama pupuk kandang terhadap hasil produksi padi. Selain itu juga, pupuk kandang ini merupakan hasil olahan limbah hewan yang diusahakan oleh anggota Gapoktan Rukun Makmur pada sektor ternak yang tidak lagi bekerja disawah. Penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh dinas terkait atau penyuluh lapang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana dosis rata-rata perhektarnya lebih tinggi dari yang dianjurkan sehingga akan membuang biaya pembelian pupuk yang seharusnya bisa dialokasikan pada input yang lainnya. 75

99 Tabel 17. Perbandingan Penggunaan Rata-rata Pupuk per Hektar di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan Jenis Sebelum Anjuran Dinas Harga/Kg Nilai Selisih (Kg) Pupuk PUAP Pertanian (Rp) (Rp) Urea 127,8 100 (-) 27, Ponska 106,1 100 (+) 6, TSP 102,1 100 (+) 2, Keterangan : (+) = Penggunaan pupuk belebih (-) = Penggunaan pupuk kurang Penggunaan dosis yang berlebih diakibatkan karena opini petani yaitu semakin banyak di pupuk maka, produksi akan semakin meningkat. Perubahan jumlah dosis pupuk yang digunakan oleh responden tidak menunjukkan perubahan jumlah atau nilai dosis yang signifikan. Adanya perubahan penggunaan pupuk dikarenakan sebagian petani memilih untuk merubah kombinasi penggunaan dari pupuk urea dan TSP menjadi pupuk organik seperti pupuk kandang padat dan cair. Untuk pupuk kandang digunakan kotoran kelinci berikut air seninya, dikarenakan banyak petani responden yang membudidayakan kelinci di pekarangan rumahnya. Selain itu, hal tersebut juga sesuai arahan dari penyuluh lapang dan Penyelia Mitra Tani setempat. Dari Tabel 18 juga dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat pertanian adalah Rp ,00. Nilai terbesar terdapat pada penggunaan knapsack sebesar Rp ,00 per unitnya. Para petani yang tergabung dalam anggota Gapoktan di Desa Cibitung Kulon umumnya tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah masih layaknya alat-alat tersebut untuk digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan pertanian tersebut. Sarana produksi yang lainnya adalah alat-alat pertanian seperti cangkul, arit, parang, knapsack yang jumlahnya satu unit. Pada Tabel 15 disajikan penggunaan peralatan pada usahatani padi di Desa Cibitung Kulon. 76

100 Tabel 18. Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan No Jenis Peralatan Jumlah yang dimiliki Harga/Unit Nilai Ekonomis (unit) (Rp) (Rp) 1 Cangkul Arit Parang Knapsack 0, Peralatan petani responden pada umumnya memiliki umur ekonomis satu sampai lima tahun dan jumlah musim tanam dalam satu tahun sebanyak dua kali. Penggunaan dana BLM PUAP tidak digunakan untuk membeli peralatan pertanian tetapi hanya digunakan untuk membeli pupuk kimia, pupuk organik dan pestisida. Perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan hasil yang bisa dilihat pada Tabel 19 berikut formulasinya. Penyusutan = NilaiEkonomis xjumlahunit UmurEkonomisxJumlahMusimdalamSetahun Tabel 19. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Usahatani Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur per Tahun No Jenis Peralatan Nilai Ekonomis (Rp) Umur Ekonomis (Th) Nilai Penyusutan (Rp) 1 Cangkul ,- 2 Arit ,- 3 Parang ,- 4 Knapsack ,- Jumlah ,- Berdasarkan data dari Tabel 19 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yakni sebesar Rp ,00/musim tanam, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp.5.625,00, nilai arit Rp ,00; parang Rp.3.266,00; dan nilai dari knapsack (semprotan) Rp.6.800,00. Nilai penyusutan alat-alat pertanian sebelum dan setelah adanya program PUAP tidak mengalami perubahan karena alat-alat pertanian tersebut sudah ada ketika para petani memulai usahataninya. Biaya pengeluaran kembali akan 77

101 diperhitungkan apabila peralatan pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru. Menurut hasil wawancara dengan petani yang memiliki knapsack, alat ini tidak selalu digunakan tergantung tingkat serangan hama penyakit yang menyerang. Sedangkan cangkul juga hanya digunakan saat perawatan untuk pengolahan awal digunakan traktor Output Usahatani Output usahatani padi merupakan tolak ukur keberhasilan usahatani padi yang dilihat dari produksi dan penerimaan yang diperoleh petani. Output ini didapat dari wawancara dengan 30 responden petani anggota Gapoktan Rukun Makmur. Rata-rata lahan yang dimiliki sekitar 0,6470 hektar. Rata-rata produksi padi sebelum dengan sesudah adanya program PUAP disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Produksi Per Hektar Usahatani Padi Petani Responden Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP Jenis Input Satuan Nilai Rata-Rata Nilai Rata-Rata Nilai Selisih (Rp) Sebelum (Rp) Setelah (Rp) Produksi GKP Kg Harga Gabah/Kg Penerimaan Usahatani , Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian hasil produksi yang diperoleh adalah dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual. Akan tetapi dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa seluruh hasil produksi petani di jual petani dengan harga yang telah disesuaikan dengan harga yang berlaku di tingkat Kecamatan Pamijahan. Gabah kering panen yang sudah dipisahkan dengan batang padi kemudian dijemur selama dua hari, kemudian dibawa ke tempat penggilingan padi untuk ditimbang lalu digiling. Berdasarkan data dari Tabel 20 di atas bahwa rata-rata produksi per hektar gabah kering panen sebelum adanya PUAP yang peroleh petani responden adalah kilogram per musim. Dengan harga gabah kering panen (HGP) yang berlaku di petani adalah Rp.2.200,00 per kilogram, maka penerimaan total yang didapat adalah sebesar Rp ,00. Untuk produksi yang diperoleh setelah 78

102 adanya program PUAP yaitu kilogram dengan rata-rata penerimaan total sebesar Rp ,00. Perubahan penerimaan ini dinilai positif bagi pendapatan petani karena adanya peningkatan sebesarnya Rp ,00. Peningkatan hasil produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan harga produksi petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani adanya perubahan tinggi rendahnya produksi dikarenakan hasil dari bimbingan penyuluhan yang memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan waktu pelaksanaan. Selain itu juga dikarenakan penggunaan pupuk organik. Dari gambaran hasil peningkatan produksi telah menunjukkan manfaat adanya bantuan dari program PUAP kepada petani. 6.6 Pendapatan Anggota Gapoktan Sebelum dan Setelah PUAP Pendapatan yang digunakan dalam analisis adalah pendapatan usahatani rata-rata yang diperoleh dengan cara mengurangkan penerimaan rata-rata dengan biaya total rata-rata dan biaya tunai rata-rata yang dikeluarkan oleh petani responden. Pendapatan atas biaya total lebih rendah daripada pendapatan atas biaya tunai dikarenakan tidak dikurangi oleh biaya yang diperhitungkan. Pada Tabel 21 disajikan kondisi pendapatan usahatani rata-rata sebelum dan setelah adanya program PUAP. Pendapatan rata-rata usahatani petani responden yang disajikan adalah data pada awal musim tanam 2009, yaitu pada saat melakukan panen perdana pada bulan Juni 2009 Berdasarkan pada Tabel 21 dapat diketahui terjadi peningkatan penerimaan usahatani berasal dari hasil kali antara jumlah produksi padi sawah dengan harga jual perkilogramnya. Walaupun program ini baru berjalan satu tahun namun dengan adanya pembinaan yang sistematis dapat menghasilkan peningkatan produksi yang relatif besar yaitu terjadi peningkatan sebesar Rp ,00 atau 395 kilogram. Sebelum adanya program PUAP produksi ratarata yang diperoleh adalah sebesar kilogram per hektar dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) dengan dikalikan harga Rp.2.200,00 perkilogram menjadi sebesar Rp ,00. Namun setelah adanya PUAP terjadi peningkatan produksi rata-rata padi sawah yang diperoleh sebesar kilogram per hektar, sehingga diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp ,00. 79

103 Tabel 21. Pendapatan Usahatani Padi Rata-rata Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP Per Hektar/Musim Satuan Sebelum Setelah Jenis Biaya Selisih Fisik Jumlah Rp Jumlah Rp Produksi GKP Kg Harga Gabah/Kg Rp 2.200, ,- A.Penerimaan Usahatani Rp , , ,- B.Biaya Usahatani B.1 Biaya Tunai Kg ,- 39, , ,- 2.Pupuk a. Pupuk Kg , , ,- b. Rp Kg , , ,- c. Rp Kg ,- 113, , ,- d. Rp Kg , , ,- 3.Tenaga Kerja Luar Keluarga Hok 176, ,- 158, , ,- 4.Sewa Traktor Rp , ,- 5.Angsuran Pinjaman Rp , ,- 6.Pestisida Padat Kg 2, ,- 1, ,- -587,- Total Biaya Tunai Rp , , ,- B.2 Biaya Diperhitungkan - Tenaga Kerja Dalam HOK 67, ,- 41, , ,- Keluarga - Penyusutan Alat Rp , ,- 0 Total Biaya Diperhitungkan Rp , , ,- C.Total Biaya Usahatani Rp , , ,- (B1+B2) D.Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) Rp , , ,- E.Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) Rp , , ,- F.R/C Atas Biaya Tunai 1,34 1,39 0,06 (A/B1) G.R/C Atas Biaya Total (A/C) 1,03 1,18 0,15 Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan yang jika dijumlah menjadi biaya total usahatani. Sedangkan pendapatan tunai usahatani merupakan pengurangan antara penerimaan tunai dengan total biaya tunai. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total padi sawah dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. 80

104 Biaya tunai usahatani terdiri dari pembelian pupuk, penyewaan traktor, pembelian benih, pembayaran angsuran pinjaman, pembelian pestisida dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai usahatani yang paling besar adalah pada tenaga kerja luar keluarga. Sebelum adanya PUAP biaya tunai tenaga kerja luar keluarga adalah Rp ,00 dan setelah adanya PUAP mengalami penurunan sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00. Penurunan biaya tunai tersebut dikarenakan adanya pengalihan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan lahan yang menggunakan tenaga mesin (traktor). Penggunaan traktor dan pembayaran biaya angsuran pinjaman turut mempengaruhi peningkatan biaya tunai setelah adanya PUAP yang mengalami kenaikan sebesar Rp ,00. Biaya tunai sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp , 00 menjadi Rp ,00 setelah adanya program PUAP. Selain biaya tunai terdapat biaya yang diperhitungkan. Biaya ini berpengaruh pada pendapatan total usahatani. Total biaya yang diperhitungkan sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp ,00 dan setelah adanya PUAP sebesar Rp ,00 sehingga terjadi penurunan sebesar Rp ,00. Dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan didapat total biaya usahatani sebesar Rp ,00 sebelum adanya PUAP dan Rp ,00 setelah adanya PUAP. Perbandingan biaya total antara sebelum dan sesudah mengalami penurunan sebesar Rp ,00. Pendapatan rata-rata atas biaya tunai sebelum dan setelah adanya PUAP mengalami kenaikan dari Rp ,00 menjadi Rp ,00 sehingga terdapat selisih kenaikan sebesar Rp ,00. Kenaikan pendapatan ini dikarenakan adanya kenaikan produksi GKP dan penurunan biaya tenaga kerja. Pada pendapatan rata-rata atas biaya total sebelum dan setelah adanya PUAP adalah sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 sehingga terdapat selisih kenaikan sebesar Rp ,00. Untuk persentase kenaikan sebelum dan setelah adanya program PUAP dapat dilihat pada Lampiran Peningkatan pendapatan ini dikarenakan adanya penurunan biaya diperhitungkan akibat pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan pengolahan lahan yang diganti dengan tenaga mesin. 81

105 Penurunan nilai volume tenaga kerja antara sebelum dengan setelah adanya PUAP disebabkan oleh penggunaan traktor pada kegiatan pengolahan lahan setelah adanya PUAP. Pengolahan lahan menggunakan traktor memberikan pengaruh yang baik, sebab dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan hasil yang baik. Selain itu, mempercepat proses penyemaian benih dan proses usahatani lainnya. Biaya penggunaan traktor ini disewakan secara kolektif dengan rata-rata per hektar membutuhkan biaya Rp ,00. Penggunaan traktor ini dapat menghemat biaya tenaga kerja hingga Rp ,00 atau 9,78 persen. Untuk biaya upah tenaga kerja pada kegiatan usahatani yang lainnya baik sebelum dan setelah program PUAP tidak mengalami perubahan. Penambahan biaya lainnya adalah angsuran pinjaman yang dibebankan untuk dibayar pada saat panen tiba ditambahkan dengan bunga sebesar lima persen menjadi sebesar Rp ,00. Dikarenakan sebagian besar petani responden adalah pemilik lahan, maka diperlukan peralatan untuk mendukung kegiatan usahatani. Peralatan pertanian tersebut meliputi cangkul, arit, sabit, semprotan dan lain sebagainya yang digunakan untuk perawatan dan panen dengan nilai penyusutan rata-rata sebesar Rp ,00. Peningkatan pendapatan usahatani padi merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya program PUAP, dengan harapan melalui peningkatan pendapatan usahatani maka dapat membantu peningkatan kesejahteraan keluarga petani. Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa pendapatan rata-rata usahatani padi atas biaya total dengan luas lahan satu hektar mengalami peningkatan sebesar 69,22 persen. Namun persentase tersebut belum cukup untuk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara nyata pada tingkat pendapatan sebelum dan setelah memanfaatkan dana BLM-PUAP. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan 6.7 Analisis R/C Rasio Sebelum dan Setelah program PUAP Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) usahatani padi yang diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya setiap 82

106 satu satuan biaya atau usahatani yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebelum adanya program PUAP sebesar 1,34. Artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan pada usahatani dengan luas lahan satu hektar maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp.1,34. Sementara itu apabila memasukkan sejumlah biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio sebesar 1,05. Rasio dengan nilai 1,05 berarti setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp.1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp.1,05 dengan luas lahan satu hektar. Selanjutnya nilai R/C rasio dari usahatani padi atas biaya tunai setelah adanya program PUAP sebesar 1,39. Artinya setiap pengeluaran biaya usahatani sebesar Rp.1 akan didapat penerimaan sebesar Rp.1,39. Apabila memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya usahatani maka R/C rasio yang dihasilkan sebesar 1,18 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,18 Berdasarkan hasil uraian diatas dapat diinformasikan bahwa nilai kedua R/C rasio di atas baik sebelum dan setelah adanya program PUAP lebih besar dari satu yang berarti dapat dikatakan bahwa usahatani di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan layak untuk diusahakan. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Perbandingan R/C Rasio Sebelum dan Setelah Program PUAP Jenis Input Biaya Nilai Rata-rata (Rp) Nilai Rata-rata (Rp) R/C rasio Atas Biaya Tunai (A/B1) 1,34 1,39 R/C rasio Atas Biaya Total (A/C) 1,03 1,18 Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang positif antara R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total. Adanya kenaikan R/C rasio mengindikasikan bahwa usahatani yang dijalankan efektif dalam menggunakan sumber daya atau faktor produksi yang ada. Selain itu nilai R/C rasio biaya total yang lebih kecil dibandingkan dengan R/C rasio atas biaya tunai karena pada R/C rasio biaya total disertakan biaya yang diperhitungkan, sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil akhir perhitungan R/C rasio atas biaya total. 83

107 Diketahui bahwa biaya yang diperhitungkan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap biaya pengeluaran dalam usahatani padi di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan. Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan R/C rasio atas biaya tunai antara R/C rasio sebelum dengan setelah program PUAP yaitu 1,34 menjadi 1,39. Begitu juga R/C rasio atas biaya total sebelum yaitu 1,03 menjadi 1,18 setelah adanya PUAP. Terjadinya kenaikan rasio penerimaan dan biaya disebabkan adanya biaya sewa traktor dan angsuran pinjaman yang harus dilunasi saat musim tanam berakhir atau pada saat panen. Berdasarkan hasil pengujian t-hitung terhadap pendapatan usahatani atas biaya tunai para responden sebelum dan setelah menerima BLM-PUAP diperoleh nilai t-hitung sebesar -1,98. Nilai t-hitung ini lebih besar dari nilai t-tabel (1,645). Menurut kriteria uji, jika t-hitung > t-tabel pada taraf nyata lima persen (ά=0,05) maka tolak H 0. Kesimpulan hasil pengujian diperoleh bahwa ada perbedaan nyata terhadap pendapatan usahatani sebelum dan setelah memperoleh BLM-PUAP. Selain dapat dilihat dari hasil pengujian t-hitung, kesimpulan juga dapat diperoleh dengan melihat nilai signifikasi dari hasil pengujian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai signifikasi lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05, maka tolak H0. Artinya adalah pendapatan usahatani sebelum dan setelah memperoleh BLM-PUAP berbeda nyata. Hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan bersih permusim petani responden dapat dilihat pada Lampiran 6. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa perbedaan pendapatan setelah mengikuti program PUAP adalah perbedaan yang positif, dimana program PUAP berhasil meningkatkan secara nyata pendapatan masyarakat desa peserta program di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada taraf kesalahan < lima persen. Kesimpulan lainnya adalah meskipun terjadi peningkatan biaya usaha rata-rata seluruh responden akibat krisis global dengan pupuk dan obat-obatan naik ternyata mampu untuk meningkatkan pendapatan rata-rata seluruh petani peserta PUAP permusimnya melalui subsidi mendidik 84

108 Pembayaran angsuran tersebut merupakan kesepakatan dari musyawarah mufakat pengurus dengan anggota Gapoktan dengan bunga sebesar lima persen. Peningkatan pendapatan yang diikuti dengan peningkatan biaya input yang digunakan menyebabkan peningkatan kesejahteraan petani tidak dapat tercapai. Salah satu tujuan utama yang terkait dengan pelaksanaan program PUAP adalah peningkatan kesejahteraan petani yang dinilai dari peningkatan pendapatan petani. Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pendapatan secara positif atau mengalami peningkatan yang masih kecil, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para responden dalam membayar angsuran pinjaman dengan tepat waktu. Kemampuan para petani penerima BLM-PUAP dalam mengembalikan angsuran telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengatur keuangan usaha dan keluarga. Walaupun mereka belum bisa membuat pembukuan secara mendetail dan teratur. Namun hal tersebut merupakan potensi yang perlu ditingkatkan dan dijadikan dasar agar program PUAP di masa mendatang dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Kedepan pengurus Gapoktan dan penyuluh pertanian juga harus menegaskan kembali kepada para petani atau anggota Gapoktan bahwa program BLM-PUAP bukanlah program amal atau bantuan yang terkesan bagi-bagi uang. Persepsi para petani harus mampu diubah dari pemikiran yang menganggap bahwa mereka adalah objek yang harus dikasihani ke arah pemikiran yang membuat mereka termotivasi untuk menjadi petani mandiri dan sejahtera. Meninjau hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu dipertimbangkan pula peran dari para penyuluh pertanian lapangan sangat diperlukan untuk memberikan masukan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PUAP ini. Pertimbangan pentingnya penyuluh pendamping perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusianya adalah karena penyuluh pendamping memiliki peran penting dalam menghubungkan dan mentransfer baik ilmu, teknologi baru hingga pada pemberian pelatihan guna meningkatkan keterampilan para petani. Selain itu dengan adanya penyuluh pertanian pendamping yang ditempatkan di tiap desa atau Gapoktan akan memberikan efek 85

109 positif terhadap perkembangan Gapoktan sebagai lembaga sosial ekonomi perdesaan. Tujuan dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Terakhir adalah untuk meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Mekanisme pelaksanaan program PUAP ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Mulai dari tahap penyeleksian Gapoktan hingga pada pemantuan atau pengawasan pelaksanaan penyaluran serta pemanfaatan dana bantuan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, penyaluran BLM-PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan ditunjukkan dari hasil nilai persentase tunggakan yang tidak ada sama sekali, dikarenakan pembayaran pinjaman dilakukan saat panen tiba. Selain itu juga dinilai dari tingkat bunga yang relatif kecil bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut yang membuat para petani termotivasi untuk melakukan peminjaman kepada pengurus Gapoktan masing-masing desa. Salah satu tujuan utama yang terkait dengan pelaksanaan program PUAP adalah peningkatan kesejahteraan petani yang dinilai dari peningkatan pendapatan petani. Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pendapatan secara positif atau mengalami peningkatan yang masih kecil, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para responden dalam membayar angsuran pinjaman dengan tepat waktu. Kemampuan para petani penerima BLM PUAP dalam mengembalikan angsuran telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengatur keuangan usaha dan keluarga. Walaupun mereka belum bisa membuat pembukuan secara mendetail dan teratur. Namun hal tersebut merupakan potensi yang perlu ditingkatkan dan dijadikan dasar agar program PUAP di masa mendatang dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Kedepan pengurus 86

110 Gapoktan dan penyuluh pertanian juga harus menegaskan kembali kepada para petani atau anggota Gapoktan bahwa program BLM-PUAP bukanlah program amal atau bantuan yang terkesan bagi-bagi uang. Persepsi para petani harus mampu diubah dari pemikiran yang menganggap bahwa mereka adalah objek yang harus dikasihani ke arah pemikiran yang membuat mereka termotivasi untuk menjadi petani mandiri dan sejahtera. Meninjau hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu dipertimbangkan pula peran dari para penyuluh pertanian lapangan sangat diperlukan untuk memberikan masukan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PUAP ini. Pertimbangan pentingnya penyuluh pendamping perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusianya adalah karena penyuluh pendamping memiliki peran penting dalam menghubungkan dan mentransfer baik ilmu, teknologi baru hingga pada pemberian pelatihan guna meningkatkan keterampilan para petani. Selain itu dengan adanya penyuluh pertanian pendamping yang ditempatkan di tiap desa atau Gapoktan akan memberikan efek positif terhadap perkembangan Gapoktan sebagai lembaga sosial ekonomi perdesaan. Dalam pelaksanaan program PUAP evaluasi yang perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh PUAP dapat membantu permodalan petani. Untuk evaluasi program ini dapat dilihat berdasarkan desain dan implementasinya. Di nilai dari desainnya, bantuan yang diberikan melalui Gapoktan dinilai memiliki desain yang cukup baik, hanya saja perlu diberikan pemahaman dan sosialisasi yang sering kepada anggota mengenai program PUAP yang jelas. Dari data pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa dengan adanya program ini pendapatan petani meningkat, tetapi biaya input yang digunakan juga meningkat. Peningkatan biaya ini disebabkan adanya biaya angsuran pinjaman yang dibayar tunai berikut bunganya sekali pada akhir panen. Hal ini bisa saja dilakukan atau diterapkan, akan tetapi sebaiknya dicicil setiap bulan hingga saat panen tiba satu selama empat bulan. Selain itu juga penerapan pembayaran angsuran sekali pada saat panen perlu dikaji ulang ke efektivitasannya. Dalam implementasi program PUAP di Gapoktan rukun makmur dinilai cukup baik dan lancar mengenai pembayaran angsuran. Hal ini dikarenakan Gapoktan Rukun Makmur menerapkan sistem tanggung renteng yaitu sistem 87

111 yang menanggung bersama pinjaman yang apabila salah satu anggota tidak mampu membayar pinjaman, maka angsuran tersebut dibebankan secara merata kepada anggota yang lainnya. Selain itu juga, pihak Gapoktan melakukan survey lapangan langsung kepada lahan yang akan digunakan anggota untuk melakukan usaha, agar dana yang dicairkan benar-benar digunakan untuk usaha. Hal ini juga dibantu oleh penyuluh setempat dan dilakukan pembinaan setiap bulan mengenai cara pengelolaan lahan dan dana yang baik.. 88

112 VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja berkurang semenjak ada program PUAP terutama untuk kegiatan usahatani pada pengolahan lahan dikarenakan menggunakan traktor sehingga dapat mempercepat pengerjaan lahan untuk persiapan tanam benih dan bibit 2. Tahap realisasi pencairan dana BLM PUAP dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan kelengkapan aspek teknis rencana usaha yang dibuat anggota. Persentase realisasi mencapai 97 persen dengan jumlah anggota penerima mencapai 182 jiwa yang terbagi kedalam empat kelompok tani. 3. Sebanyak 86 persen atau 24 responden menggunakan dana BLM PUAP sebagai tambahan modal usahataninya. Pada proses pengajuan pinjaman sebanyak 56 persen atau 17 orang menjawab mudah, 10 orang cukup mudah dan 3 orang menjawab sulit. Tingkat bunga sebesar lima persen dibayarkan sekali pada saat angsuran terakhir yang dibayarkan pada penjualan hasil panen. 4. Berdasarkan rasio penerimaan dan biaya diperoleh bahwa terjadi kenaikan rasio pendapatan atas biaya tunai sebelum PUAP sebesar 1,03 menjadi 1,18 setelah adanya PUAP. Begitu juga dengan rasio pendapatan atas biaya tunai dari 1,34 menjadi 1,39, dengan demikian usahatani di Gapoktan Rukun Makmur efektif dan layak diusahakan semenjak adanya program PUAP. 5. Produksi padi mengalami peningkatan sebesar 395 kilogram setelah adanya program PUAP atau sebesar 9,45 persen, sehingga penerimaan naik sebesar Rp ,00. Kenaikan penerimaan diikuti kenaikan input biaya usahatani tunai sebesar Rp ,00 dikarenakan adanya biaya penggunaan traktor dan membayar angsuran pinjaman berikut bunganya pada akhir masa panen. 6. Pendapatan atas biaya tunai naik yang sebelumnya Rp ,00 menjadi Rp ,00 atau naik sebesar 22,92 persen. Sedangkan pendapatan atas biaya total naik sebelumnya Rp ,00 menjadi Rp ,00 atau selisih positif Rp ,00 7. Berdasarkan R/C rasio dapat disimpulkan bahwa desain dan implementasi dari program BLM-PUAP dinilai cukup efektif yaitu adanya kenaikan rasio penerimaan atas biaya tunai sebelum dan setelah program PUAP sebesar 22,92 persen. Begitu

113 juga dengan pendapatan atas biaya total terjadi kenaikan sebesar 83,28 persen antara sebelum dengan setelah program PUAP. Hal ini menunjukkan bahwa program BLM PUAP ini belum efektif dalam pelaksanaan di Gapoktan Rukun Makmur. 8. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired test) menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi sebelum dan sesudah berbeda nyata. Artinya secara nyata program PUAP berpengaruh terhadap pendapatan petani Saran 1. Sosialisasi secara lengkap dan menyeluruh kepada anggota baru yang dinilai masih kurang dikarenakan kesibukan pengurus Gapoktan dengan cara mengundang petugas penyuluh lapang (PPL) dan Penyelia Mitra Tani (PMT). 2. Desain program akan lebih baik jika dilakukan dan diikuti program pengembangan SDM terutama anggota Gapoktan usia produktif.implementasi program PUAP akan lebih riil terlihat apabila bentuk pinjaman diberikan berupa pembelian benih unggul yang langsung dibagikan ke anggota sesuai nilai pinjaman dan sarana produksi diadakan secara kolektif dalam rangka efektivitas harga beli yang lebih murah. 3. Mendirikan sejumlah unit-unit usaha bersama yang terkait dengan pengadaan bahanbahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan input pertanian, sehingga petani tidak perlu lagi memberli keluar desa. 89

114 DAFTAR PUSTAKA Akbar PS, Usman H Pengantar Statistik. Bumi Aksara. Jakarta Ariansyah, I Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Terhadap Pendapatan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Badan Pusat Statistik Kontribusi dan Nilai PDB Sektoral Pertanian pada PDB Nasional. (12 Juli 2009) Produksi dan Luas Lahan Tanaman Pangan di Provinsi Jawa Barat. Departemen Pertanian RI Pedoman Umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) 2008 Dewan Produksi Nasional RI Konsep-konsep Manajemen Produktivitas di Perusahaan. (15 Juli 2009) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor Daftar Desa Sasaran Program Pengembangan Usahaq Agribisnis Perdesaan (PUAP) Jiaravanon, Sumet Masa Depan Agribisnis Indonesia dalam Perspektif Seorang Praktisi. PT Charoen Pokphan Indonesia. Orasi Ilmiah. Firdaus, M Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press.Bogor. Abdi, MF Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis Dengan Pola Tanam Tumpangsari dan Monokultur. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB Hernanto F Ilimu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Mulyadi Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta. Nisfiannoor Pengantar Statistik. Jakarta: Salemba Humanika Pertiwi, M Pengaruh Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam memberdayakan Masyarakat Miskin Perkotaan. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB

115 Prihandoko, K Dampak Program PUAP Terhadap Kinerja Gapoktan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Tarmidi Efektifvitas Pengolahan Kredit Mikro Proyek Penanggulan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Miskin. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB Sagala, Z Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Soekartawi Analisis Usahatani. Jakarta. UI Press Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta:Raja Grafindo Persada Teori Ekonomi Produksi : dengan Pokok Bahasan Khusus Fungsi Produksi Coob-Douglass. Jakarta: CV Rajawali Soekartawi, Soeharjo A. Dillon JL. Hardaker JB Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI Press Suratiyah K Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Syahyuti Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian (Maret) : Umar, H Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Yulistia, N Analisis Pendapatan dan Efesiensi Produksi Usahatani Belimbing Dewa Peserta Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB 91

116 Lampiran 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (Miliar Rupiah) No Lapangan Usaha 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas & Air Bersih * I II III Total I II III Total I II III Total Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Bruto Keterangan : *Angka Sementara 90

117 Lampiran 2. Peta Kesesuaian Lahan Pertanian dan Tata Rencana Ruang Wilayah Komodit Pertanian di Kabupaten Bogor 91

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian. kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS).

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian. kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN ANGGOTA GAPOKTAN

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN ANGGOTA GAPOKTAN DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN ANGGOTA GAPOKTAN SKRIPSI M. KOKO PRIHARTONO H34076093 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Hasang Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara) SKRIPSI ZAGARUDDIN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN DAN PENGARUH PENYALURAN DANA PUAP PADA GAPOKTAN SUBUR REJEKI DENGAN PENGELOLAAN DANA BERBASIS SYARIAH

ANALISIS KERAGAAN DAN PENGARUH PENYALURAN DANA PUAP PADA GAPOKTAN SUBUR REJEKI DENGAN PENGELOLAAN DANA BERBASIS SYARIAH ANALISIS KERAGAAN DAN PENGARUH PENYALURAN DANA PUAP PADA GAPOKTAN SUBUR REJEKI DENGAN PENGELOLAAN DANA BERBASIS SYARIAH SKRIPSI FUJI LASMINI H34062960 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) Khairunnisyah Nasution Dosen Fakultas Pertanian UISU, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran penting mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Selain itu sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari konteks pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selama ini sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN Universitas Airlangga 20 Juni, 2013 Hermanto Siregar Komite Ekonomi Nasional Guru Besar dan Wakil Rektor IPB Outline 2 1. ISU DAN MASALAH

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI PADA SARASEHAN PERTANIAN DAN DEKLARASI DEWAN PIMPINAN WILAYAH PERHIMPUNAN PETANI DAN NELAYAN SEJAHTERA INDONESIA (DPW PPNSI JAWA TIMUR) Malang, 8 Juli 2007 Assalaamu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci