Rencana Strategis. Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak DUMMY RENSTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana Strategis. Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak DUMMY RENSTRA"

Transkripsi

1 Rencana Strategis Direktorat Perbibitan dan Produksi DIREKTORAT Perbibitan Dan Produksi DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

2 Rencana Strategis Direktorat Perbibitan dan Produksi DIREKTORAT Perbibitan & Produksi DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

3

4 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah proses penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Perbibitan dan Produksi (kurun waktu ) telah selesai disusun sebagai penjabaran lebih lanjut dari Renstra Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Di dalam Renstra ini kondisi umum yang menggambarkan dua direktorat yaitu Direktorat Perbibitan dan Direktorat Budidaya yang difusi menjadi Direktorat Perbibitan dan Produksi. Selanjutnya didalam renstra ini dimuat tentang visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dilakukan oleh Direktorat Perbibitan dan Produksi. Oleh karena itu secara khusus renstra memuat tentang sasaran teknis Direktorat Perbibitan dan Produksi beserta dengan UPT yang terkait arah kebijakan dan strategi, sasaran serta indikator keberhasilannya. Disampaikan pula secara rinci kegiatan-kegiatan penting Direktora Perbibitan dan Produksi untuk mencapai sasaran program pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sehingga Direktorat Perbibitan dan Produksi merupakan salah satu unsur penting pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Semoga Rencana Strategis ini dapat menjadi acuan bagi para stake holder dalam mengembangkan usaha perbibitan. Jakarta, Januari 2016 Direktur Perbibitan dan Produksi Dr. Ir. Surachman Suwardi, MP i

5 DAFTAR ISI Kata Pengatar. i Daftar Isi.. ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Kondisi Umum 2 B. Potensi dan Permasalahan.. 6 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. 14 A. Visi 14 B. Misi C. Tujuan.. 17 D. Sasaran 18 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS Arah Kebijakan Strategi Langkah Operasional Kerangka Regulasi dan Kelembagaan.. 28 BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN. 36 A. Program.. 36 B. Kegiatan. 37 BAB V PEMBIAYAAN DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Pembiayaan A. Indikator Kinerja Utama 43 BAB VI MANUAL INDIKATOR KINERJA BAB VII PENUTUP

6 BAB I PENDAHULUAN Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perbibitan dan Produksi tahun disusun sebagai penjabaran lebihlanjut dari Renstra Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun Direktorat Perbibitan dan Produksi merupakan salah satu unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diamanatkan mempunyai tugas melaksanakan perumusan, pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan penyediaan benih dan bibit ternak serta produksi ternak. Dalam kurun waktu kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan lebih difokuskan pada peningkatan produksi pangan asal ternak, daya saing peternakan dan kesejahteraan peternak. Peranan perbibitan dan produksi ternak akan semakin penting dalam pengembangan kegiatan secara umum pada pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, khususnya dalam hal peningkatan produksi pangan asal ternak dan daya saing peternakan. Rencana Strategis Direktorat Perbibitan dan Produksi tahun merupakan acuan penting bagi para perumus kebijakan dan pelaksana untuk menyusun Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK), memberikan bimbingan teknis dan evaluasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Muatan Rencana Strategis Direktorat Perbibitan dan Produksi meliputi kondisi umum, potensi dan permasalahan, visi, misi dan sasaran, arah kebijakan dan strategi, kegiatan dan pendanaan. Untuk melengkapi rencana strategis tersebut disampaikan pula arsitektur dan informasi kinerja Direktorat Perbibitan dan Produksi, baik indikator output, outcome impact dan relevansinya dengan sasaran program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Rencana Strategis Direktorat Perbibitan dan Produksi tahun adalah sebagai dokumen dan pedoman umum untuk melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Perbibitan dan Produksi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/OT.010/8/2015. Secara khusus tujuan penyusunan Rencana Strategis adalah untuk : 1

7 1. Pedoman kerja bagi aparat pusat dan daerah dalam melaksanakan kegiatan dan program perbibitan dan produksi ternak dalam kurun waktu Mewujudkan posisi Direktorat Perbibitan dan Produksi di tengah-tengah kelembagaan pemerintah yang ada. 3. Melakukan koordinasi lintas Direktorat dan lintas eselon I serta stakeholders lainnya. 4. Memfasilitasi stakeholders untuk kebutuhan pelayanan masyarakat di bidang perbibitan dan produksi. A. Kondisi Umum Pada tahun 2015 untuk kepentingan organisasi dan untuk efisiensi kelembagaan maka Direktorat Budidaya dan Direktorat Perbibitan difusikan menjadi Direktorat Perbibitan dan Produksi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/ OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Organisasi baru ini memerlukan rencana strategis, indikator sasaran kegiatan dan indikator kerja dan indikator kinerja yang baru menyesuaikan dengan organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kinerja kedua direktorat tersebut selama periode 5 tahun ( ) mencakup kinerja regulasi teknis dan kinerja operasional sebagaimana tabel 1. 2

8 Tabel 1. Kinerja Direktorat Perbibitan dan Direktorat Budidaya Direktorat Perbibitan Direktorat Budidaya Penyusunan NSPK, selama periode lima tahun telah tersusun berbagai peraturan sesuai dengan kewenangannya yaitu 1 Peraturan Pemerintah, 20 Permentan dan 30 Standar Nasional Indonesia. Selain itu, dari aspek teknis telah dilakukan penetapaan/pelepasan rumpun/galur yang dituangkan dalam 63 Keputusan Menteri Pertanian serta 12 wilayah sumber bibit ternak di tujuh provinsi pada 11 kabupaten pada dua lokasi yang ditetapkan. Dari uji zuriat telah dihasilkan 15 provenbull dan 3 calon bull yang akan di-launching pada tahun Sedangkan uji performan telah menghasilkan bibit sapi potong unggul yang terdiri dari 438 ekor bibit sapi Bali, 11 ekor bibit sapi Madura, 97 ekor bibit sapi Peranakan Ongol (PO), 63 ekor bibit sapi Sumba Ongole (SO), dan 34 ekor bibit sapi Aceh. Tahun 2011 dibentuk Lembaga Sertifikasi Produk (LS- Pro) benih dan bibit ternak bedasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.75/Permentan/OT.140/11/2011 dan tahun 2015 dalam proses akreditasi KAN dengan Nomor akreditasi awal LSPro-045-IDN tanggal 29 Juli Sampai dengan tahun 2015 LSPro telah menetapkan benih dan bibit bersertifikat terdiri dari bibit Sapi Perah 175 ekor, Sapi Brahman Indonesia 22 ekor, Sapi Bali 128 ekor, Kambing PE 56 ekor. Sedangkan untuk sertifkat semen beku 304 bull atau setara straw dan embrio 867 embrio. Bibit ternak yang belum disertifikasi oleh LSPro dan sudah sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) maka diterbitkan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) oleh Dinas Provinsi/ Kabupaten sebanyak ekor. Kinerja operasional kegiatan perbibitan ternak adalah penguatan kelompok pembibitan ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing dan domba) dan ternak non ruminansia (ayam dan itik lokal, puyuh, kelinci dan babi). Kegiatan lainnya adalah penyelamatan sapi kerbau betina produktif dan insentif sapi kerbau betina bunting serta penambahan pejantan/indukan sapi potong dan sapi perah, penguatan pembibitan sapi lokal asli di tiga pulau dan penguatan pembibitan sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing domba dan unggas di kabupaten/kota terpilih. Tahun 2012 telah tercapai swasembada semen dan telah dilakukan ekspor ke tujuh Negara. Tahun 2013 telah tercapai swasembada pejantan unggul. Penyusunan NSPK, selama periode lima tahun telah tersusun berbagai peraturan sesuai dengan kewenangannya yaitu 6 Permentan. Pengembangan budidaya ternak potong, perah, unggas dan aneka ternak dilakukan melalui kegiatankegiatan peningkatan rata-rata populasi sapi potong dengan pertumbuhan 2,6% per tahun dan produksi daging rata-rata 4,5% per tahun. Peningkatan populasi sapi perah dengan pertumbuhan 10% pertahun dan produksi susu ratarata 15% pertahun. Peningkatan populasi kerbau dengan pertumbuhan 0,12% per tahun, kambing 4% pertahun, domba 9% pertahun, ayam buras 4,47% pertahun dan itik 2,26% per tahun. Berdasarkan penetapan kinerja maka pengembangan budidaya ternak meliputi pengembangan usaha budidaya ternak sapi potong (797 kelompok); penguatan kelembagaan inseminasi buatan (IB) (396 unit); peningkatan kapasitas petugas IB, PKB dan ATR (760 orang); optimalisasi IB ( dosis); pengadaan pejantan INKA (1.035 ekor); pengembangan indukan sapi Papua dan Papua Barat (300 ekor); pengembangan sapi potong pada kegiatan UPPO (12 kelompok). Pengembangan ternak unggas dan aneka ternak meliputi pengembangan ayam lokal 665 kelompok, itik lokal 347 kelompok, puyuh 56 kelompok, kelinci 97 kelompok dan babi 242 kelompok. 3

9 Sejak tanggal 3 Agustus 2015 Direktorat Perbibitan dan Produksi secara resmi berdiri. B. Potensi dan Permasalahan Potensi dan permasalahan dilihat dari aspek lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Lingkungan strategis internal mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pembangunan perbibitan dan produksi ternak. Sedangkan pada aspek eksternal pembangunan perbibitan dan produksi ternak dipengaruhi ancaman dari luar. Tetapi pada aspek ini memungkinkan terjadinya peluang-peluang yang diberikan. Hasil analisis kedua faktor tersebut dianalisis dengan metode SWOT untuk melihat beberapa aspek internal dan eksternal yang penting yang dapat dijadikan strategi. Adapun analisis SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Analisis SWOT Sumber Daya manusia Pada aspek sumber daya manusia kekuatan yang dimiliki adalah adanya tenaga perbibitan dan produksi yang cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pejabat struktural dan fungsional di pusat dan daerah yang mampu merumuskan berbagai kebijakan, melaksanakan dan melakukan pendampingan dalam penerapan teknologi pembibitan dan produksi ternak, antara lain IB dan TE serta metode pembibitan antara lain uji zuriat sapi perah dan uji performans sapi potong. Tenaga fungsional lainnya Pengawas Mutu Pakan (Wastukan) yaitu jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan dan pengujian mutu pakan. Saat ini permasalahan yang timbul, adanya penambahan obatobatan, bahan aditif dan suplemen yang tidak sesuai pada pakan. Selain itu terdapat pakan yang mengandung cemaran fisik, biologis dan kimia sehingga kualitasnya rendah. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas ternak, kualitas produk peternakan dan kesehatan hewan dan masyarakat. Pelaku peternakan di Indonesia temasuk perbibitan dan produksi ternak dikelola oleh tenaga kerja sub sektor peternakan yang berjumlah 2,3 juta tenaga laki-laki dan 1,8 juta tenaga kerja perempuan (berdasarkan data BPS Sakernas tahun 2012). Berdasarkan tingkat pendidikan tenaga kerja tersebut hampir didominasi oleh tenaga kerja tidak sekolah, tidak tamat SD dan lulusan SD sebanyak 40%, dan didominasi oleh golongan umur tua (berumur 60 tahun ke atas). Struktur tenaga kerja ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan perbibitan dan produksi ternak di Indonesia. 4

10 Material Walaupun dari segi sumberdaya manusia cukup memadai, tetapi penyebaran tenaga tersebut tidak merata sehingga kegiatan pengembangan ternak di beberapa daerah belum sesuai dengan pengembangan kawasan peternakan. Selain itu pelatihan kompetensi tenaga-tenaga peternakan di beberapa daerah belum berlangsung secara optimal, sehingga berakibat dalam pelaksanaan kegiatan perbibitan dan produksi ternak, hal ini berdampak terhadap timbulnya usaha-usaha di bidang perbibitan yang belum banyak dilakukan oleh swasta/koperasi dan masyarakat sesuai dengan yang direncanakan. Peluang sumber daya manusia peternakan untuk bekerja masih terbuka luas dengan semakin bertambahnya populasi ternak dan banyaknya lulusan pendidikan teknis dan pendidikan informal dibidang peternakan. Usaha di bidang perbibitan ternak terbuka peluang bagi lulusan perguruan tinggi dan diploma untuk menjadi tenaga kerja perbibitan ternak yang profesional. Disamping itu kesempatan kerja semakin terbuka dengan dimulainya pasar bebas ASEAN tahun 2016 yang akan menciptakan tumbuhnya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun terdapat sejumlah ancaman terhadap SDM perbibitan dan produksi ternak dalam negeri terutama terkait dengan masuknya SDM dari luar negeri untuk ikut bekerja sebagai tenaga terdidik di Indonesia dan adanya pemberlakuan peraturan perdagangan global sesuai GATT, namun harus memenuhi standar mutu dan kompetensi. Pada aspek material kekuatan yang dimiliki oleh perbibitan dan produksi ternak adalah adanya keragaman sumberdaya genetik yang tinggi, dan sumberdaya genetik lokal serta rumpun/galur ternak yang dapat dimanfaatkan untuk produksi benih, bibit serta produksi ternak. Namun yang menjadi kelemahan adalah dalam pemanfaatan sumberdaya genetik tersebut sangat rendah sehingga masih sangat terbatas bibit berkualitas seperti yang diharapkan. Kelemahan lainnya pengendalian ternak betina produktif belum berjalan dengan baik sehingga pemotongan ternak betina produktif ataupun bunting masih terjadi. Di lain pihak komposisi umur anak, muda, dewasa, jantan ataupun betina tidak banyak berubah dari hasil Sensus , berarti selama 20 tahun, pemotongan betina produktif yang ada tidak mengganggu struktur komposisi umur, anak, muda dan dewasa. Hal tersebut diduga karena pemotongan betina yang dilakukan oleh peternak adalah betina hasil dari persilangan (final stock), betina tua dan betina yang memiliki alat reproduksi abnormal. Oleh karena itu patut dipertimbangkan pelarangan pemotongan betina produktif diutamakan untuk betina bibit, betina produktif ternak lokal/asli dan betina bunting. Keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang perbibitan dan produksi ternak (2 B/BIB Nasional, BET dan 7 B/BPTU-HPT) merupakan peluang dalam meningkatkan produksi benih dan bibit, disamping adanya penguatan dari BIB-D maupun UPT-D. B/BIB Nasional telah mampu menghasilkan sexing sperma, sedangkan BET Cipelang telah mampu menghasilkan embrio in vivo dan in vitro dan B/BPTU-HPT menghasilkan bibit unggul bersertifikat. Berlakunya pasar bebas Asean dapat merupakan ancaman dari aspek material karena memungkinkan ternak bebas masuk ke Indonesia. Oleh karena itu ternak di Indonesia perlu terus ditingkatkan mutunya ke arah standar internasional. 5

11 Adanya penyakit lintas batas negara (Trans Boundary Disease) menimbulkan ancaman bagi aspek sumberdaya perbibitan dan produksi. Adanya persilangan ternak yang tidak terarah menyebabkan menurunnya kemampuan reproduksi dan mengancam keberadaan rumpun sapi asli/lokal Indonesia. Sarana dan Prasarana Pendukung Metoda Dalam hal sarana dan prasarana pendukung baik piranti lunak (software) maupun piranti keras (hardware) perbibitan dan produksi sudah didukung oleh sarana yang memadai baik untuk sarana prasarana utama maupun pendukung. Koordinasi antar lembaga yang terkait dengan pengembangan perbibitan dan produksi ternak tersebut masih belum berjalan dengan baik sehingga sistem perbibitan dan produksi belum banyak menghasilkan hal-hal seperti yang diinginkan sesuai dengan rencana. Kebutuhan produk peternakan berupa daging, telur dan susu semakin meningkat dengan tumbuhnya kelas menengah yang menimbulkan perubahan konsumsi dan gaya hidup di Indonesia dan peluang adanya bonus demografi selama Tingkat kebutuhan produk ternak dan produknya semakin diperlukan, ketergantungan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi dari impor masih cukup tinggi terutama untuk ayam ras dan sapi perah, yang menimbulkan ancaman bagi ternak lokal. Berbagai petunjuk pelaksanaan dari Undang-undang, Keputusan Pemerintah, Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri serta Surat Keputusan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dapat dianggap sebagai Standar Operational Procedure (SOP) untuk melaksanakan kegiatan perbibitan dan produksi ternak. Diperolehnya ISO 9001:2008 pada seluruh UPT Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta ISO 17025:2005 untuk B/ BIB Nasional merupakan kekuatan bahwa metoda untuk memproduksi dan menghasilkan benih dan bibit ternak serta menguji mutu benih ternak yang diakui secara internasional. Tetapi faktor implementasi dan pengawasannya masih menjadi kelemahan sehingga masih banyak dijumpai ternak hasil persilangan yang tidak terarah. Di samping itu pelaksanaan reward dan punishment masih perlu ditingkatkan, seperti masih perlu adanya reward dalam bentuk promosi ternak yang dihasilkan oleh daerah sentra ternak, sedangkan punishment dilakukan untuk lokasi yang telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit bila melakukan persilangan ternak dalam bentuk pengurangan dukungan anggaran. Benih dan bibit ternak yang beredar belum seluruhnya bertanda SNI yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) atau belum memiliki Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB). Dari segi peluang adanya dukungan antar instansi yaitu dari Badan Litbang Pertanian, LIPI, Perguruan Tinggi, swasta/koperasi dan instansi lainnya melalui kerjasama dibidang penelitian perbibitan dan produksi ternak. Faktor yang menjadi ancaman adanya perjanjian bilateral dan pasar bebas ASEAN akhir tahun 2015 yang berpotensi menjadi kompetitor produk dalam negeri. 6

12 Dana Investasi dan Sebagai kekuatan, untuk mendukung tugas-tugas pemerintah di bidang perbibitan dan produksi ternak telah dialokasikan melalui APBN dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan terutama dalam kurun waktu 2010 sampai Dari pihak perbankan juga dikucurkan skim kredit KKP, KKPE, KUPS dan skim kredit lainnya dari perbankan daerah. Skim kredit tersebut berbunga rendah atau disubsidi oleh pemerintah sehingga meringankan bagi para peternak untuk melaksanakan usaha pembibitan dan produksinya. Sebagai kelemahan, ditunjukkan dari dukungan anggaran untuk perbibitan dan produksi ternak pada alokasi belanja yang ada belum sepenuhnya mendukung kegiatan yang berkelanjutan. Selain itu kelemahan di bidang investasi karena di bidang usaha pembibitan dan produksi bersifat jangka panjang dan beresiko. Peluang adanya peningkatan kesadaran dan taraf hidup masyarakat akan gizi yang baik serta semakin tumbuhnya PDB dan PDRB peternakan yang dalam kurun waktu cenderung lebih tinggi daripada sektor pertanian sehingga sub sektor peternakan khususnya perbibitan dan produksi ternak dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi sektor pertanian. Rendahnya minat investor dibidang pembibitan dan produksi khususnya ternak ruminansia besar menjadi ancaman untuk pengembangan usaha peternak ruminansia besar. Selain itu prioritas program pemerintah belum sepenuhnya fokus pada perbibitan tetapi pada aspek lainnya bersifat quick yielding. Berdasarkan potensi umum tersebut dihadapkan dengan analisis lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap kinerja Direktorat Perbibitan dan Produksi untuk masamasa mendatang sebagaimana digambarkan pada gambar analisis SWOT berikut ini. Dalam analisis tersebut kemudian masing-masing variabel yaitu kekuatan dan kelemahan dan peluang dan ancaman saling dipertukarkan untuk melihat strategi apa yang paling memungkinkan. Dari analisis SWOT tersebut selanjutnya dapat dirumuskan visi, misi, strategi dan tujuan sasaran untuk mencapainya. Penetapan target/sasaran harus terukur dalam tahapan yang telah digariskan dalam rencana kerja tahunan. Penyusunan rencana kerja tersebut dengan sendirinya dapat dipertanggungjawabkan karena akuntabiltasnya telah terukur. 7

13 Gambar 1. Analisis SWOT Pembibitan dan Produksi (pendekatan dari aspek manajemen) Kekuatan Peluang A n a l i s i s I n t e r n a l SDM cukup dengan 13 juta rumah tangga peternak (ST.13) Keragaman SDG Hewan Sisbitnas Kelembagaan UPT/D, swasta/ koperasi, masyarakat SOP dan ISO Alokasi APBN Kelemahan Penyebaran petugas teknis tidak merata Pelatihan kompetensi tidak berkelanjutan Pemanfaatan SDG Hewan belum optimal Bibit bersertifikat belum banyak dihasilkan Dana belum berada pada pos belanja yang tepat Pengawasan mutu benih/ bibit blm optimal Investasi perbibitan bersifat jangka panjang VISI MISI TUJUAN DAN SASARAN Pertambahan penduduk Pertambahan populasi dan produksi ternak Ketersediaan teknologi Peningkatan PDB dan masyarakat kelas menengah Lspro Benih dan Asuransi dan kredit perbankan persilangan pada lokasi perbibitan Penerapan MEA akhir 2015 Ketergantungan impor Terbatasnya minat investor perbibitan Penyakit lintas batas negara Ancaman ARAH DAN KEBIJAKAN STRATEGI A n a l i s i s E k s t e r n a l KEGIATAN, PENDANAAN DAN INDIKATOR KINERJA 8

14 Penetapan visi misi dan strategi serta langkah-langkah operasional tersebut juga memerlukan dana sesuai dengan peran yang akan dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat dan para pelaku lainnya. 9

15 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan pertimbangan dari hasil analisis SWOT maka dapat dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sebagai berikut: A. Visi Terwujudnya penyediaan benih dan bibit ternak serta peningkatan produksi dan produktivitas ternak secara berkelanjutan untuk mencapai kedaulatan pangan Visi ini menegaskan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat dan berkaitan antara penyediaan benih dan bibit ternak untuk peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Diharapkan dengan keterkaitan maka akan dihasilkan usaha peternakan dan kesehatan hewan yang berkelanjutan untuk mencapai kedaulatan pangan. B. Misi Dalam mewujudkan visi Direktorat Perbibitan dan Produksi perlu ditetapkan misi yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun kerangka pikir Perbibitan dan Produksi adalah sebagai berikut : SKLB dan Sertifikat LSPro 10

16 Pada konsep pemikiran tersebut perbibitan dan produksi dipandang sebagai bagian dari pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dalam satu kawasan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian yang menjadi sentra peternakan dan kesehatan hewan dan didalamnya terdapat usaha pengembangbiakan dan pembibitan ternak. Aktivitas pengembangbiakkan tersebut akan menghasilkan bakalan dan indukan, sedangkan aktivitas pembibitan (pengaturan perkawinan, rekording dan seleksi) akan menghasilkan indukan, bakalan dan bibit. Pada kegiatan pembibitan ternak yang menghasilkan bibit maka peran dari pengawas bibit ternak dan fungsional lainnya serta dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi/kabupaten/kota dapat mengeluarkan SKLB sesuai dengan peraturan perundangan. Langkah lebih lanjut dari bibit tersebut adalah sertifikasi oleh LSPro Benih dan Bibit. Hasil dari bibit tersebut dapat disebar kepada pelaku usaha peternakan untuk dapat dikembangkan yang hasilnya disebar kembali pada kawasan lainnya. Pada kawasan tersebut pendampingan lingkup Kementrian Pertanian (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Fungsional Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan) dan diluar Kementreian Pertanian (Perguruan Tinggi, LIPI, Lembaga Keuangan, Pemda dll). Misi Sehubungan dengan hal tersebut maka misi Direktorat Perbibitan dan Produksi adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan benih dan bibit ternak secara mandiri. Benih dihasilkan oleh BBIB Singosari, BIB Lembang dan BET Cipelang sedangkan bibit ternak dihasilkan oleh kelompok-kelompok pembibit dalam kawasan, BBPTU HPT Baturraden, BPTU HPT Indrapuri, BPTU HPT Padang Mengatas, BPTU HPT Siborong-Borong, BPTU HPT Sembawa, BPTU HPT Denpasar, BPTU HPT Pelaihari. 2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing benih, bibit dan ternak. Nilai tambah dan daya saing benih, bibit dan ternak berupa SKLB/pemberian sertifikat (kesesuaian standar) yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas yang dihasillkan. 3. Mengembangkan pembibitan dan produksi ternak berbasis sumberdaya lokal dan teknologi bioindustri. 11

17 Pengembangan dan produksi ternak dilakukan dengan pemanfaatan plasma nutfah rumpun/galur ternak murni Indonesia, demikian juga untuk teknologi yang memakai bioindustri maka teknologi tersebut ramah lingkungan dan berkelanjutan. 4. Meningkatkan profesionalisme dan integritas penyelenggaraan pelayanan publik dibidang perbibitan dan produksi ternak. Pengembangan profesionalisme dan integritas dan pelayaan publik dibidang produksi ternak merupakan bagian dari reformasi birokrasi yang telah dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. C. Tujuan Tujuan penyelenggaraan pembangunan perbibitan dan produksi ternak tahun adalah : 1. Meningkatkan pengelolaan sumber daya genetik hewan. Peningkatan ini dilakukan dengan standarisasi dan mutu ternak pada berbagai jenis ternak yaitu ruminansia potong, ruminansia perah serta unggas dan aneka ternak. Dalam hal ini tujuannya adalah melaksanakan kebijakan pengelolaan, standarisasi dan mutu ternak, penyusunan NSPK, bimbingan teknis dan evaluasi. 2. Meningkatkan pembentukan dan pengelolaan wilayah sumber bibit dan kawasan peternakan. Peningkatan pengelolaan wilayah sumber bibit dilakukan dengan mengutamakan produksi dalam negeri untuk menghasilkan produksi bibit ternak terutama khususnya di sentra produksi. Sesuai UU No 41 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mengamanatkan bahwa pemerintah membina pembentukan wilayah sumber bibit pada wilayah yang berpotensi menghasilkan ternak dengan mutu dan keragaman genetik yang tinggi, sifat produksi dan reproduksinya. 3. Meningkatkan penyediaan benih/bibit ternak bersertifikat. Untuk peningkatan penyediaan benih/bibit ternak bersertifikat maka diperlukan penerapan pembibitan benih/bibit ternak yang baik dan telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan SNI/PTM. Pada komoditas perunggasan peningkatan penyediaan bibit dan benih yang bersertifikat sudah maju, sehingga diperlukan pembinaan berkelanjutan. 12

18 4. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak. Untuk peningkatan populasi ternak dilakukan melalui peningkatan berat badan dan menekan angka kematian ternak serta meningkatkkan kelahiran. Upaya ini akan berhasil apabila seluruh fungsi-fungsi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan saling mendukung yaitu fungsi-fungsi kesehatan hewan, pakan, kesehatan masyarakat veteriner, pengolahan dan pemasaran hasil peternakan serta perbibitan dan produksi ternak. 5. Meningkatkan daya saing ekspor. Peningkatan daya saing ekspor benih dan bibit diperoleh melalui peningkatan mutu dan sertifikat. D. Sasaran Sesuai dengan indikator kegiatan yang telah ditetapkan maka sasaran Direktorat Perbibitan dan Produksi selama kurun waktu dari adalah peningkatan penyediaan benih, bibit serta produksi dan produktivitas ternak. Selain itu sasaran peningkatan daya saing peternakan adalah melalui penguatan kelembagaan pembibitan dan produksi ternak, pengelolaan wilayah sumber bibit dan kawasan peternakan, pemanfaatan dan pelestarian SDG Hewan, penetapan pelepasan rumpun galur ternak. Jaminan mutu bibit yang terdiri dari jumlah bibit bersertifikat dan jumlah bibit yang ber-sklb juga menjadi sasaran yang terkait dengan daya saing. Sasaran Direktorat Perbibitan dan Produksi Tahun adalah : 1. Peningkatan populasi ternak sapi/kerbau, kambing/domba, unggas dan aneka ternak : a. Populasi ternak sapi potong, sapi perah, dan kerbau dilakukan melalui penyediaan betina produktif, peningkatan angka kelahiran, penurunan service per conception dan calving interval. b. Populasi ternak kambing dan domba dilakukan dengan penyediaan betina produktif, peningkatan angka kelahiran. c. Populasi ternak babi dilakukan dengan penyediaan betina produktif dan peningkatan angka kelahiran babi. 13

19 d. Populasi unggas lokal dilakukan melalui peningkatan produksi telur, telur tetas dan daya tetas. Sedangkan untuk ternak itik akan dilakukan dengan cara yang sama dengan ternak unggas lokal dan e. Populasi aneka ternak lainnya dilakukan melalui penyediaan betina produktif. 2. Peningkatan produktivitas ternak a. Produktivitas daging Peingkatan produktivitas daging pada sapi potong, kerbau, kambing/domba, babi dan unggas (ayam dan itik) sasarannya adalah peningkatan bobot hidup. b. Produktivitas telur Produktivitas unggas (ayam dan itik) dengan sasaran produksi telur dan produksi telur konsumsi. c. Produktivitas susu Produktivitas susu sasarannya dihitung berdasarkan produksi sapi perah per laktasi. Secara rinci sasaran tersebut disampaikan pada indikator kinerja sasaran kegiatan (IKSK) Direktorat Perbibitan dan Produksi secara berikut. 14

20 INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN Target (IKSK) BITPRO A. Populasi ternak 1. Populasi ternak sapi dan kerbau (1a) Populasi ternak sapi potong a. Betina produktif (%) b. Angka kelahiran sapi (%) 20,83 20,85 20,90 21,00 21,15 c. Service per conception/sc sapi (indeks) 1,8 1,8 1,7 1,7 1,7 d. Calving interval/cl (bulan) (1b) Populasi ternak sapi perah a. Betina produktif (%) b. Angka kelahiran sapi (%) c. Service per conception/sc sapi (indeks) 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 d. Calving interval/cl (bulan) (1c) Populasi ternak kerbau a. Betina produktif (%) b. Angka kelahiran sapi (%) c. Calving Interval/CI sapi (bulan) Populasi ternak kambing dan domba (2a) Populasi ternak kambing a. Betina produktif (%) b. Angka kelahiran kambing(%) (2b) Populasi ternak domba a. Betina produktif (%) b. Angka kelahiran domba (%) Populasi ternak babi a. Betina produktif (%) b. Angka kelahiran babi (%) Populasi ternak unggas dan aneka ternak (4a) Populasi ternak ayam a. Produksi telur (butir) b. Produksi telur tetas(%) c. Daya Tetas lokal (%) (4b) Populasi ternak itik a. Produksi telur (butir) b. Produksi telur tetas(%) c. Daya Tetas lokal (%) B. Produktivitas 1. Produktivitas Daging a. Produktivitas ternak sapi dan kerbau (kg/ekor) 1) Sapi Bali/Madura ) Sapi persilangan/po ) Kerbau b. Produktivitas ternak sapi dan kerbau (kg/ekor) 1) Bobot potong kambing dan domba (kg/ekor) c. Produktivitas babi 1) bobot potong babi (kg/ekor) d. Produktivitas ternak unggas 1) Ayam Bobot potong ayam (kg/ekor) 1,25 1,30 1,35 1,40 1,40 2) Itik Bobot potong itik (kg/ekor) 1,30 1,35 1,40 1,50 1,50 2. Produktivitas Telur a. Ayam 1) Produksi telur (butir) ) Produksi telur konsumsi (%) b. Itik 1) Produksi telur (butir) ) Produksi telur konsumsi (%) Produktivitas Telur a. Produksi susu sapi perah (lt/ekor/laktasi) Berbagai sasaran tersebut telah menjadi kesepakatan sehingga dapat tercapai pada akhir 2019 dengan mempertimbangkan SDM yang dimiliki, sarana prasarana, ketersediaan teknologi dan dana yang memadai. 15

21 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 1. Arah Kebijakan a. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Arah kebijakan dan strategi peningkatan produksi melalui pemanfaatan secara optimal sumberdaya peternakan. Arah kebijakan ini akan ditempuh dengan langkah operasional peningkatan produksi daging melalui : 1) Peningkatan perbibitan dan produksi ternak. 2) Pengembangan pakan ternak. 3) Kesehatan hewan 4) Dukungan kelembagaan dan pengembangan usaha peternakan. 5) Dukungan manajemen dan teknis lainnya. Peningkatan komoditas peternakan bernilai dan berdaya saing Arah kebijakan ini akan ditempuh dengan langkah operasional peningkatan komoditas peternakan yang bernilai tambah dan berdaya saing melalui : 1) Peningkatan perbibitan dan produksi ternak. 2) Pengembangan pakan ternak. 3) Kesehatan Hewan. 4) Pengolahan dan pemasaran hasil peternakan. 5) Penjamin pangan asal hewan ternak. 6) Dukungan manajemen dan teknis lainnya. 16

22 b. Arah Kebijakan Direktorat Perbibitan dan Produksi PETA STRATEGI DITJEN PKH Mengacu pada arah kebijakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait dengan 1. Peningkatan produksi melalui pemanfaatan sumber daya peternakan. 2. Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing. Arah kebijakan ini oleh Direktorat Perbibitan dan Produksi, kemudian diterjemahkan dalam penjelasan gambar sebagai berikut : 17

23 Pada gambar di atas saling keterkaitan yang akan di tempuh antara peningkatan produktivitas terkait dengan peningkatan produksi mutu dan keamanan pakan serta meningkatnya status kesehatan hewan dalam level (ascading) untuk customer. Demikian juga untuk meningkat nilai tambah dan daya saing produk peternakan akan terkait dengan produksi susu, produksi daging kambing domba, ratio volume ekspor terhadap produksi peternakan strategis dan menurunya volume impor produk peternakan. Pada level stake holders akan terlihat hubungan dengan strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu meningkatnya produksi dan komoditas yang berdaya saing dan nilai tambah. Pada level internal proses pembelajaran dan pertumbuhan kebijakan Direktorat Perbibitan dan Produksi tersebut harus dapat untuk meningkatnya akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Peterankan dan Kesehatan Hewan disertai dukungan majemen dan teknis. 2. Strategi Strategi Direktorat Perbibitan dan Produksi yang telah disesuaikan dengan strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Optimalisasi reproduksi Optimalisasi reproduksi dimaksudkan untuk mendayagunakan faktor reproduksi yang ada dan dimiliki oleh ternak. Mengatasi kendala yang dihadapi untuk mencapai status reproduksinya yang normal antara lain memperpendek jarak calving interval, peningkatan s/c, penangan gangguan reproduksi. b. Pengembangan SDG Hewan dan mutu genetik ternak melalui penetapan dan pelepasan rumpun galur ternak dan pengelolaan wilayah sumber bibit. Penetapan dan pelepasan rumpun galur telah berhasil ditetapkan 72 rumpun dan dimaksudkan untuk mempertahankan plasma nutfah ternak-ternak Indonesia. Sedangkan pengelolaan wilayah sumber bibit melalui pemurnian ternak asli Indonesia misal Pulo Sapudi untuk sapi Madura, Pulau Nusa Penida untuk sapi Bali dan Pulo Raya untuk sapi Aceh. c. Pengembangan populasi ternak Pengembangan populasi ternak dilakukan dengan peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong. Dalam hal ini strategi tersebut dilakukan dengan peningkatan penyediaan benih dan bibit ruminansia potong serta penyiapan evaluasi dari norma, standar, pedoman dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis. 18

24 Demikian juga untuk ternak ruminansia perah yang akan dikembangkan peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah. d. Produksi benih dan bibit ternak Produksi benih dan bibit ternak dimaksudkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas benih dan bibhit ternak terutama di UPT/UPTD dan BIBD. Produksi benih dan bibit ternak dimaksudkan untuk menyediakan stok benih dan bibit ternak di Indonesia sehingga pengembangan pembibitan dan produksi berjalan dalam suatu sistem. e. Penguatan kawasan peternakan dan wilayah perbatasan Penguatan kawasan peternakan dan wilayah perbatasan dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya manusia, sarana prasarana dan pengadaan di wilayah pinggiran yaitu di wilayah perbatasan sesuai dengan keungulan sumber daya alamnya. f. Pendampingan penguatan peran UPTD di masyarakat. UPTD merupakan stasiun tempat dilaksanakanya prinsip perbibitan dan produksi di lapangan. Oleh karena itu diperlukan penerapan UPTD melalui pendampingan yang konsisten sehingga UPTD tersebut berfungsi sebagai stasiun pembibitan dan produksi ternak bukan sebagai tempat budidaya 3. Langkah Operasional Langkah operasional a. Optimalisasi reproduksi : penyediaan semen beku dan n2 Cair, bimtek SDM, sarana dan prasarana IB, replacement pejantan. b. Pengembangan SDG Hewan dan mutu genetik ternak : penetapan dan pelepasan rumpun galur ternak, pengelolaan wilayah sumber bibit, uji performance, uji zuriat, standarisasi, SKLB/sertifikasi. c. Pengembangan populasi ternak : pengembangan perbibitan dan produksi ternak (sapi, kerbau, kambing dan domba, unggas, babi dan kelinci). d. Produksi benih dan bibit ternak : peningkatan produksi dan produktivitas benih dan bibit ternak (UPT/UPTD/BIBD) e. Penguatan kawasan peternakan/perbatasan : penyiapan SDM, penyiapan sarana prasarana, pengadaan ternak f. Pendampingan penguatan peran UPTD di masyarakat : Secara skematis arah kebijakan, strategi dan langkah operasionalnya disampaikan tabel berikut ini : 19

25 No Kebijakan Strategi Langkah Operasional Keterangan 1 peningkatan produksi melalui pemanfaatan sumber daya peternakan Optimalisasi reproduksi Optimalisasi reproduksi : penyediaan semen beku dan n2 Cair, bimtek SDM, sarana dan prasarana IB, replacement pejantan Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing Pengembangan SDG Hewan dan mutu genetik ternak Pengembangan populasi ternak Produksi benih dan bibit ternak Penguatan kawasan peternakan dan wilayah perbatasan Pendampingan penguatan peran UPTD di masyarakat 4. Kerangka Regulasi dan kelembagaan Pengembangan SDG Hewan dan mutu genetik ternak : penetapan dan pelepasan rumpun galur ternak, pengelolaan wilayah sumber bibit, uji performance, uji zuriat, standarisasi, SKLB/ sertifikasi. Pengembangan populasi ternak : pengembangan perbibitan dan produksi ternak (sapi, kerbau, kambing dan domba, unggas, babi dan kelinci). Produksi benih dan bibit ternak : peningkatan produksi dan produktivitas benih dan bibit ternak (UPT/ UPTD/BIB Penguatan kawasan peternakan/perbatasan : penyiapan SDM, penyiapan sarana prasarana, pengadaan ternak Pendampingan penguatan peran UPTD di masyarakat Untuk pengoperasionalkan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan memerlukan piranti regulasi dan kelembagaan sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan. 1) Kerangka regulasi Kebutuhan akan regulasi dalam rangka melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan sangat diperlukan untuk pengembangan dengan pertimbangan untuk kepentingan stake holder. 20

26 Untuk ini penyusunan regulasi tersebut tidak terlepas dari aturan dan hirarki hukum yang berlaku Dalam kurun waktu Direktorat Perbibitan dan Produksi membutuhkan banyak regulasi dan deregulasi baik ditingkat pusat maupun daerah khususnya memberikaan iklim usaha yang baik bagi pengembangan usaha peternakan. Regulasi yang diperlukan menyangkut pengembangan ruminansia baik pada sapi perah, sapi potong, kambing/domba, standardisasi dan mutu ternak yang menyangkut SNI dan mutu ternak, pengelolaan sumber daya genetik hewan yang menyangkut pemanfaatan dan pelestarian SDG Hewan, unggas dan aneka ternak. Dalam rangka menumbuhkan investasi perbibitan dan produksi ternak akan dilakukan juga deregulasi dan aturan yang dianggap menghambat. 2) Kerangka kelembagaan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perbibitan dan Produksi sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit ternak serta produksi ternak. Fungsi yang diemban oleh Direktorat Perbibitan dan Produksi yaitu (1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya genetik hewan, standardisasi dan mutu ternak, ruminansia potong, ruminansia perah serta unggas dan aneka ternak; (2) pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya genetik hewan, standardisasi dan mutu ternak, ruminansia potong, ruminansia perah serta unggas dan aneka ternak; (3) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengelolaan sumber daya genetik hewan,standardisasi dan mutu ternak, ruminansia potong, ruminansia perah serta unggas dan aneka ternak; (4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan sumber daya genetik hewan,standardisasi dan mutu ternak, ruminansia potong, ruminansia perah serta unggas dan aneka ternak; (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengelolaan sumber daya genetik hewan,standardisasi dan mutu ternak, ruminansia potong, ruminansia perah serta unggas dan aneka ternak dan (5) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbibitan dan Produksi. 21

27 Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 03 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perbibitan terdiri atas: (a) Subdirektorat Pengelolaan Sumber Daya Hewan, (b) Subdirektorat Standardisasi dan Mutu, (c) Subdirektorat Ruminansia Potong, (d) Subdirektorat Ruminansia Perah, (e) Sub direktorat Unggas dan Aneka, (f) Sub Bagian Tata Usaha; dan (f) Kelompok Jabatan Fungsional. Subdirektorat Pengelolaan Sumber Daya Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan sumber daya genetik hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sub Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Genetik Hewan menyelenggara kan fungsi: (1) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan; (3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan; dan (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perumusan standar dan penerapan standar bibit dan produksi ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Standardisasi dan Mutu menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang perumusan standar dan penerapan standar bibit dan produksi ternak; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perumusan standar dan penerapan standar bibit dan produksi ternak; (3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perumusan standar dan penerapan standar bibit dan produksi ternak; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perumusan standar dan penerapan standar bibit dan produksi ternak; dan (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang perumusan standar dan penerapan standar bibit dan produksi ternak. 22

28 Subdirektorat Ruminansia Potong mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ruminansia Potong menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong; (3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong; dan (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia potong. Subdirektorat Ruminansia Perah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ruminansia Perah menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah; (3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah; dan (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi ruminansia perah. Subdirektorat Unggas dan Aneka mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi unggas dan aneka ternak. 23

29 Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ruminansia Unggas dan Aneka menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi unggas dan aneka ternak; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi unggas dan aneka ternak; (3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi unggas dan aneka ternak; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi unggas dan aneka ternak; dan (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penyediaan benih dan bibit serta produksi unggas dan aneka ternak. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perbibitan dan Produksi Kelompok jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Bibit yang dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional yang ditunjuk oleh Direktur. Tugas Pengawas Bibit yaitu menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, mengembangkan dan melaporkan kegiatan pengawasan bibit ternak yang terdiri dari pengawasan mutu bibit, pengawasan mutu benih, serta pengawasan peredaran bibit dan benih. Jenjang karir Wasbitnak diklasifikasikan sebagai fungsional keterampilan dan fungsional keahlian, sehingga dapat ditempuh melalui jenjang jabatan Pengawas Bibit Terampil dan Pengawas Bibit Ahli. Jenjang jabatan Pengawas Bibit Terampil dari yang paling rendah ke paling tinggi yaitu Pengawas Bibit Pelaksana, Pengawas Bibit Lanjutan dan Pengawas Bibit Penyelia. Sedangkan jenjang jabatan Pengawas Bibit Ahli dimulai dari Pengawas Bibit Pertama, Pengawas Bibit Muda, Pengawas Bibit Madya. Secara struktur organisasi Direktorat Perbibitan dan Produksi di masa mendatang akan terus disempurnakan menyesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan kebijakan reformasi birokrasi. Adapun struktur organisasi tersebut saat ini sampai tahun 2019 disajikan pada diagram berikut ini : 24

30 Gambar 2. Skematis Struktur Direktorat Perbibitan dan Produksi 25

31 BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN A. Program Menurut ketentuan kebijakan digariskan dalam RPJMN kepada unit eselon 1 diamanatkan untuk membuat satu program. Program pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Program Pemenuhan Pangan Asal dan Agribisnis Peternakan Rakyat. Sebagai salah satu unit kerja eselon 2 maka Direktorat Perbibitan dan Produksi Peternakan hanya mengadopsi program yang ada pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Selanjutnya program tersebut dijabarkan menjadi kegiatan penting pada Direktorat Perbibitan dan Produksi. Arah program mengarah pada 2 (dua) frasa kunci, yaitu pertama pemenuhan pangan asal ternak yang mengarah pada pencapaian peningkatan populasi dan produksi ternak (daging, telur dan susu); dan kedua, agribisnis peternakan rakyat yang mengarah pada peningkatan daya saing peternakan dan kesehatan hewan. Sasaran program ini adalah meningkatnya produksi pangan asal hewani asal ternak, daya saing dan pendapatan peternak. Program ini dilakukan dengan pendekatan ekonomis, agribisnis dan teknis. Dengan pendekatan ekonomis yaitu perbaikan tataniaga ternak dan produk ternak, mendorong insentif peternakan dan pemberdayaan peternak. Sasarannya adalah 1) peningkatan produksi daging, telur dan susu; 2) pengembangan ekspor dan daya saing yang mencakup komoditas kambing dan babi serta produk ternak berupa kulit, tanduk, semen beku dan obat hewan; 3) Nilai tukar peternak. Pendekatan agribisnis berupa penguatan kawasan dan kelembagaan peternakan, regulasi peternakan dan kesehatan hewan serta penerapan teknologi dan sistem informasi. Fokus komoditas meliputi sembilan komoditas peternakan, yaitu ; sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, ayam lokal, itik, babi dan ayam ras yang mengarah pada pengolahan. Pendekatan teknis yaitu penguatan infrastruktur pelayanan teknis peternakan dan 26

32 kesehatan hewan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal serta peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas SDM peternakan dan kesehatan hewan. B. Kegiatan Berdasarkan rencana strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sasaran strategis yang selaras (cascading) dengan Kementerian Pertanian terkait dengan : 1. Peningkatan produksi daging a. Produksi daging sapi dan kerbau 2. Peningkatan komoditas bernilai tambah dan berdaya saing a. Produksi susu b. Produksi daging kambing dan domba c. Produksi daging babi d. Ratio volume ekspor terhadap produksi pertanian strategis e. Penurunan volume impor produk peternakan strategis 3. Peningkatan kesejahteraan keluarga peternak a. PDB peternakan terhadap jumlah kerja peternakan b. Presentasi petani miskin Sasaran Program Pemenuhan Pangan Asal dan Agribisnis Peternakan Rakyat, yaitu meningkatnya produksi pangan hewani asal ternak, daya saing dan pendapatan peternak. Untuk mencapau sasaran program tersebut serta mendukung terwujudnya ke tiga sasaran strategis Kementerian Pertanian yang terkait dengan Direktorat Jenderal PKH, maka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menetapkan 6 (enam) sasaran kegiatan, yaitu : 1. Peningkatan perbibitan dan produksi ternak (produktivitas). 2. Peningkatan produksi, mutu dan keamanan pakan ternak. 3. Peningkatan status kesehatan hewan. 4. Peningkatan mutu dan keamanan produk hewan. 5. Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk peternakan. 6. Peningkatan akuntabilitas. 27

33 Dari keenam sasaran tersebut yang terkait dengan Direktorat Perbibitan dan Produksi adalah peningkatan perbibitan dan produksi ternak (produktivitas) yang dijabarkan menjadi : 1. Peningkatan produksi melalui pemanfaatan sumber daya peternakan 2. Peningkatan komoditas peternakan bernilai tambah dan berdaya saing 28

34 Indikator Kinerja Sasaran Program dan Kegiatan No Sasaran Strategi Indikator Sasaranprogram Indikator Sasaran Kegiatan 1 Peningkatan produksi daging 2 3 Peningkatan komoditas bernilai tambah dan berdaya saing Peningkatan kesejahteraan keluarga peternak Peningkatan perbibitan dan produksi ternak (produktivitas). Peningkatan produksi, mutu dan keamanan pakan ternak. Peningkatan status kesehatan hewan Peningkatan mutu dan keamanan produk hewan. Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk peternakan. Peningkatan akuntabilitas Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak sapi potong Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak sapi perah Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak kerbau Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak domba Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak kambing Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak babi Penguatan sarana dan prasarana pembibitan dan produksi ternak unggas Pengadaan pejantan/indukan lokal/ex impor sapi potong Pengembangan populasi sapi potong Pengembangan populasi sapi perah Pengembangan populasi kerbau Pengadaan dan dana pemeliharaan sarana dan prasarana UPT Perbibitan Optimalisasi Reproduksi Pengembangan populasi kambing Pengembangan populasi domba Pengembangan populasi itik Pengembangan populasi ayam lokal Pengembangan populasi babi Pengembangan populasi puyuh Pengembangan populasi kelinci Penguatan sapi/kerbau betina bunting Peningkatan kualitas bibit unggul sapi potong Peningkatan kualitas bibit unggul sapi perah Peningkatan kualitas bibit unggul kerbau Peningkatan kualitas bibit unggul kambing Peningkatan kualitas bibit unggul babi Peningkatan kualitas bibit unggul ayam Peningkatan kualitas bibit unggul itik Pendampingan pembibitan di masyarakat Fasilitas PNPB UPT Perbibitan Peningkatan kualitas semen beku Peningatan kualitas semen beku sapi (BLU) Peningkatan kualitas embrio Penggatian pejnatan Peningkatan SDM Perbibitan Penguatan bibit ternak UPTD/BIBD 29

35 Pengawalan, pembinaan dan koordinasi perbibitan dan produksi ternak di daerah. Pembinaandan koordinasi perbibitan dan produksi ternak Penggantian betina donor dan resipien Pendampingan dan pengawalan UPSUS SIWAB. Layanan Internal (overhead) Selanjutnya langkah operasional tersebut akan terkait dengan output yang digunakan dan komponen yang diperlukan. Hubungan antara komponen menjadi sub out put dan out put secara khusus disampiakan pada lampiran 1. 30

36 BAB V PEMBIAYAAN DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA A. Pembiayaan Pembiayaan untuk kegiatan perbibitan dan produksi ternak pada hakekatnya dapat berasal dari pemerintah, swasta dan swadaya peternak. Tetapi karena urusan perbibitan menjadi tugas pemerintah untuk melaksanakannya maka secara umum pembiayaanya menjadi beban penerintah sesuai dengan Undang-undang nomor 41 Tahun Pembiayaan dari APBN dan APBD Dana APBN disalurkan melalui dana pada satuan kerja pusat (KP), dana dekonsentrasi (DK) yang disalurkan melalui organisasi perangkat daerah provinsi dan dana Tugas Pembantuan (TP) pada kabupaten/kota. APBD memiliki kontribusi penting dari APBN pembibitan dan produksi dan bersinergi dengan aktivitas kegiatan untuk mendukung target pencapaian program dan fungsi perbibitan dan produksi. Secara umum anggaran yang dibutuhkan selama kurun waktu adalah sebagai berikut : 2. Pembiayaan dari sektor swasta Pembiayaan dari sektor swasta dapat berupa investasi PMA maupun PMBN, dana dari CSR (Corporate Social Responbility) dan lain sebagainya. Investasi swasta di bidang perbibitan belum banyak berkembang terutama di ruminansia besar. Sedangkan pada perunggasan sepenuh ya telah berkembang investasi swasta terutama di bidang perbibitan. 31

LAKIP. Direktorat Perbibitan Ternak Tahun 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LAKIP. Direktorat Perbibitan Ternak Tahun 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN LAKIP Direktorat Perbibitan Ternak Tahun 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Ali Rachman, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Ir. Ali Rachman, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) Direktorat Perbibitan Ternak

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN 5 2013, No.21 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONALPENGAWAS BIBIT TERNAK PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Menteri

Lebih terperinci

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian Menuju Bibit Ternak Berstandar SNI Jalan pintas program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) pada tahun 2014 dapat dicapai dengan melakukan pembatasan impor daging sapi dan sapi bakalan yang setara

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG Tahun 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG-BOGOR 1 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG Tahun 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG-BOGOR 1 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian-RI Jl. Harsono RM No. 3 Pasar

Lebih terperinci

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh No. Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Aceh Target Indikator Lainnya Target Renstra ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 1 Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal a. Pengembangan Kawasan Sapi Potong (Kelompok) 378 335 88,62 b. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 Disampaikan pada: MUSRENBANGTANNAS 2015 Jakarta, 04 Juni 2015 1 TARGET PROGRAM

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ARAH KEBIJAKAN ( KEMENTAN RI ) PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN 2015-2019 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERUBAHAN PROGRAM WAKTU PROGRAM 2010-2014 2015-2019 DALAM RANGKA

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan LAPORAN KINERJA Jl. Harsono RM No.3 Gedung C, Ragunan - Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 - Indonesia Telp : (021) 021 7815580-83, 7847319 FAX : (021)

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA Medan, Desember 2014 PENDAHULUAN Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Suamtera Utara sebagai salah

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 18 April 2017

Revisi ke 01 Tanggal : 18 April 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2017

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Januari Direktur Jenderal, Ir. Syukur Iwantoro, MS. MBA NIP

Kata Pengantar. Januari Direktur Jenderal, Ir. Syukur Iwantoro, MS. MBA NIP Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis

Lebih terperinci

iii LAPORAN KINERJA BET CIPELANG 2016 apabila dicermati BET Cipelang telah memanfaatkan anggaran dengan baik untuk hasil yang maksimal.

iii LAPORAN KINERJA BET CIPELANG 2016 apabila dicermati BET Cipelang telah memanfaatkan anggaran dengan baik untuk hasil yang maksimal. RINGKASAN EKSEKUTIF Balai Embrio Ternak Cipelang merupakan institusi yang berperan dalam penerapan bioteknologi reproduksi di Indonesia khususnya aplikasi Transfer Embrio (TE). Ternakternak yang dihasilkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016 A. DATA UMUM 1 UNIT KERJA 2 TUGAS DAN FUNGSI a. TUGAS : BPTU-HPT DENPASAR Melaksanakan pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pelestarian, pengembangan,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (Revisi II) PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

RENCANA STRATEGIS (Revisi II) PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN RENCANA STRATEGIS (Revisi II) PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015-2019 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tahun 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN TAHUNAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN TAHUNAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pada Tahun Anggaran 2014 Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF I. UMUM Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai wilayah gudang ternak sapi

Lebih terperinci

Terlampir. Terlampir

Terlampir. Terlampir KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) I. LATAR BELAKANG 1. Dalam waktu dekat akan terjadi perubahan struktur perdagangan komoditas pertanian (termasuk peternakan)

Lebih terperinci

ALTERNATIF KEBIJAKAN PERBIBITAN SAPI POTONG DALAM ERA OTONOMI DAERAH

ALTERNATIF KEBIJAKAN PERBIBITAN SAPI POTONG DALAM ERA OTONOMI DAERAH ALTERNATIF KEBIJAKAN PERBIBITAN SAPI POTONG DALAM ERA OTONOMI DAERAH SAMARIYANTO Direktur Perbibitan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan PENDAHULUAN Bibit ternak yang berasal dari plasma nutfah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Januari 2014

Kata Pengantar. Januari 2014 Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tujuan umum pembangunan peternakan, sebagaimana tertulis dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Peternakan Tahun 2010-2014, adalah meningkatkan penyediaan

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBTAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN (Revisi II-Review)

RENCANA STRATEGIS. PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN (Revisi II-Review) RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015-2019 (Revisi II-Review) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tahun 2016 KATA PENGANTAR Memasuki periode

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5. NO KOMODITAS POPULASI (EKOR) PRODUKSI DAGING (TON) 1 Sapi Potong 112.249 3.790,82 2 Sapi Perah 208 4,49 3 Kerbau 19.119 640,51 4 Kambing 377.350 235,33 5 Domba 5.238 17,30 6 Babi 6.482 24,55 7 Kuda 31

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT REALISASI RUPIAH MURNI REALISASI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI TAHUN 2016 (DATA RKT BBIB SINGOSARI TAHUN 2016) A. DATA UMUM 1 UNIT KERJA :

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI TAHUN 2016 (DATA RKT BBIB SINGOSARI TAHUN 2016) A. DATA UMUM 1 UNIT KERJA : (DATA RKT BBIB SINGOSARI TAHUN 2016) RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI TAHUN 2016 A. DATA UMUM 1 UNIT KERJA : 2 TUGAS : FUNGSI 1. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 1 1 BALAI BESAR INSEMINASI

Lebih terperinci

LEGISLASI 1 KEDOKTERAN HEWAN UB SISTEM KESEHATAN HEWAN NASIONAL DAN KEBIJAKAN BIBIT

LEGISLASI 1 KEDOKTERAN HEWAN UB SISTEM KESEHATAN HEWAN NASIONAL DAN KEBIJAKAN BIBIT LEGISLASI 1 KEDOKTERAN HEWAN UB SISTEM KESEHATAN HEWAN NASIONAL DAN KEBIJAKAN BIBIT DI EDIT DARI BERBAGAI SUMBER PRATIWI TS 6/11/2012 BIBIT DAN ZOONOSIS KH-UB 1 KESEHATAN HEWAN NASIONAL Melindungi, mengamankan,

Lebih terperinci

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan PENDAHULUAN Produksi daging sapi dan kerbau tahun 2001 berjumlah 382,3 ribu ton atau porsinya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007 MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT Disampaikan pada : Acara Seminar Nasional HPS Bogor, 21 Nopember 2007 DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No.

BAB III METODOLOGI. struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Instansi 3.1.1 Sejarah Berdiri Kementerian Pertanian terdiri dari beberapa unit Eselon I dengan tujuan struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016 - 679 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016 TENTANG UPAYA KHUSUS PERCEPATAN PENINGKATAN POPULASI SAPI DAN KERBAU BUNTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA SKPD Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timnur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis SKPD sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN DIREKTUR PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN DIREKTUR PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK SAMBUTAN DIREKTUR PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK PADA ACARA PENINJAUAN UJI COBA PERKEMBANGAN SAPI POTONG BELGIAN BLUE DI INDONESIA Yang terhormat : MARET 2018 Kepala Balai Embrio Ternak Cipelang; Rekan-rekan

Lebih terperinci

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI

Lebih terperinci

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 A. Program. Sebagai upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan peternakan ditempuh melalui 1 (satu) program utama yaitu Program Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG. (sub sektor Peternakan) Tahun

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG. (sub sektor Peternakan) Tahun RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG (sub sektor Peternakan) Tahun 2010-2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG-BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan daging sapi yang sampai saat ini masih mengandalkan pemasukan ternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 19/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PENETAPAN DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 19/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PENETAPAN DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 19/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PENETAPAN DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal. Muladno

Kata Pengantar. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal. Muladno Kata Pengantar Puji syukur kita ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 dapat tersusun,

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HPT DENPASAR

KEMENTRIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HPT DENPASAR KEMENTRIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HPT DENPASAR Jalan. Gurita III Pegok, Telepon. (0361) 721471, Faximile. (0361) 724238, Denpasar,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ditandai dengan peningkatan

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 03 Agustus 2016

Revisi ke 03 Tanggal : 03 Agustus 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) TA. 2016

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) TA. 2016 GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) TA. 2016 Kementerian Negara / Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Program Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produktifitas sapi potong secara nasional selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun dengan laju pertumbuhan sapi potong hanya mencapai

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL

SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 36/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa bibit ternak merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/Permentan/KP.240/5/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/Permentan/KP.240/5/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/Permentan/KP.240/5/2015 TENTANG PEDOMAN UJI KOMPETENSI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.05/2011 tanggal 27

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci