BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional dan instruksional. Melalui tugas utamanya, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai; guru berada pada posisi paling depan dalam mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini berarti pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung kepada pelaksanaan tugas dan kinerja guru di samping komponen lain seperti peserta didik, kurikulum, alat dan buku-buku pelajaran, serta kondisi lingkungan sosial dan fisik. Guru merupakan faktor yang paling dominan diantara faktorfaktor lainnya karena guru sebagai pengelola pembelajaran yang dapat menentukan efektifitas pembelajaran. Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Walaupun banyak media pembelajaran yang dihasilkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun peran guru tetap tidak tergantikan. Sagala (2009:147) menyatakan bahwa kedudukan guru dipahami demikian penting sebagai ujung tombak dalam pembelajaran dan pencapaian mutu hasil belajar peserta didik. Demikian juga Sa ud (2008:54) menyatakan bahwa yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar 1

2 mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Bahkan secara tegas Tim Akhli JICA (2008:3) menyatakan bahwa apabila siswa tidak memahami sesuatu atau mendapat kesulitan dalam belajar, guru adalah pihak yang harus disalahkan. Siswa tidak dapat memahami sesuatu karena guru tidak dapat mengajar dengan baik. Senada dengan pendapat tersebut, Aunurrahman (2009:188) mengemukakan bahwa : Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting, tidak sedikit siswa yang sebelumnya memiliki hasil belajar relatif rendah, tetapi karena guru mampu merencanakan kegiatan belajar dengan baik, menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat, serta menerapkan pendekatan bimbingan belajar yang sesuai dengan kondisi siswa, ternyata mampu merubah hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik. Peran strategis guru tersebut sejalan dengan pengakuan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sekaligus sebagai agen pembelajaran. Sebagai tenaga profesional, pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Kedudukan guru sebagai agen pembelajaran berkaitan dengan peran guru dalam pembelajaran, antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. 2

3 Ketentuan tersebut selain memperkuat peran guru dalam proses pembelajaran, sekaligus mengisyaratkan bahwa sebagai tenaga profesional guru perlu memiliki kompetensi sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma pendidikan yang menempatkan manusia sebagai sumber daya yang utuh, Aunurrahman (2009:28) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu Oleh karena itu dalam proses pembelajaran bukan hanya dituntut menyampaikan materi pelajaran tetapi juga membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku. Depdiknas (2002:14) menyatakan: Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall, bukan pula sekedar penguasaan pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan siswa. Untuk mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang dapat mendorong pengembangan potensi siswa secara komprehensif, Aunurrahman (2009:28) menyarankan bahwa pembelajaran harus mampu mendorong tumbuhnya keaktifan dan kreativitas optimal dari setiap siswa. Menurut Mc 3 Mahon yang dikutip Belen dalam Jurnal Kurikulum Pendidikan dan Kebudayaan, (2008:77) belajar bukanlah proses yang hanya terjadi dalam pikiran individu, bukanlah suatu perkembangan perilaku yang pasif dibentuk oleh kekuatan eksternal. Belajar yang bermakna terjadi ketika individu terlibat dalam aktivitas sosial. Vygotsky (Belen, 2008:76) menyatakan bahwa

4 4 momen yang sangat signifikan dalam lintasan perkembangan intelektual terjadi ketika berbicara dan kegiatan praktek. Melalui kegiatan praktek seorang anak mengkonstruksi makna dalam dirinya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 Ayat (1) lebih tegas menyatakan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogis yang transparan, toleran, dan tidak arogan juga penting dalam pembelajaran. Parkey yang dikutip Aunurrahman dalam bukunya Manajemen Pendidikan Indonesia (2009:30) menyatakan bahwa suasana yang memberi kesempatan luas bagi setiap peserta didik untuk berdialog dan mempertanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan diri dan potensinya merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal tersebut penting, karena menurut (Sagala, 2009:63) membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, juga menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran hubungan peserta didik dan pendidik harus saling

5 5 menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulodo. Oleh karena itu peningkatan profesionalisme guru sangat penting karena hanya guru profesional yang akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu. Demikian pula perubahan paradigma dan sistem pendidikan tidak akan bermakna banyak bagi peningkatan mutu pendidikan bila tidak diimbangi dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai kurikulum hidup yang ada di sekolah. Sementara itu, dari beberapa pendapat para akhli atau praktisi pendidikan menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih belum sesuai harapan. Tim Akhli JICA (2008:1) menyatakan bahwa banyak guru Indonesia masih kurang memiliki kemampuan dasar untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang baik. Sedangkan Hendayana (2007:3) menyatakan bahwa: Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak ceramah. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan kurang menantang siswa untuk berpikir. Berdasarkan hasil Basline Survey Tim Monitoring Evaluasi FPMIPA UPI pada tahun 2007 terhadap kemampuan mengajar guru matematika SMP Kabupaten Sumedang pada awal pelaksanaan kegiatan lesson study berbasis MGMP, diperoleh gambaran bahwa masih terdapat proses pembelajaran yang belum dilaksanakan sesuai dengan harapan di atas. Pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional, guru menerangkan konsep, memberi contoh soal dan siswa mengerjakan sosal. Belum tampak upaya maksimal guru

6 6 untuk meningkatkan pemahaman siswa dan mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran. 90 % guru belum mempunyai kemampuan untuk membuat media sendiri. Pada Kegiatan Awal Pembelajaran, pada umumnya guru belum mampu membuka pembelajaran dengan menarik; pada kegiatan apersepsi guru kurang mengangkat masalah sehari-hari, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab secara individu, kurang sabar dalam memperoleh tanggapan dari siswa sehingga guru menjawab sendiri pertanyaannya Pada Kegiatan Inti Pembelajaran, dalam kegiatan mengeksplorasi siswa memperoleh data secara pasif dibimbing guru; alat peraga sangat minim; ada kecenderungan siswa tergantung pada informasi yang diberikan guru; kegiatan yang merangsang untuk berfikir tingkat tinggi masih kurang; tidak ada inisiatif dari siswa dalam mengajukan masalah; sebagian besar guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan ingatan; diskusi kelompok masih didominasi oleh sebagian kecil siswa; guru tidak memberikan klarifikasi dan penguatan yang memadai. Pada Kegiatan Akhir Pembelajaran, pemberian contoh dan aplikasi konsep berasal dari guru bukan dari siswa, masih ada guru yang membuat rangkuman belum melibatkan siswa, masih ada guru yang belum melakukan evaluasi baik lisan maupun tertulis, penugasan dari guru kurang mendapat perhatian dari siswa dan masih ada guru yang tidak memberikan penugasan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang dalam melaksanakan pembelajaran masih perlu

7 7 ditingkatkan. Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa kinerja mengajar mereka masih belum optimal. Kinerja mengajar guru adalah kemampuan kerja atau hasil kerja yang diperlihatkan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Salah satu tugas guru menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI, Pasal 39 Ayat (2) adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely dalam bukunya Organisasi alih bahasa Djarkasih (1990:51-53) kinerja dipengaruhi oleh (1) variabel individu, yang meliputi: kemampuan dan keterampilan, latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman) dan demografi (umur, asal-usul dan jenis kelamin); (2) variabel organisasi, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan; (3) variabel psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kepemimpinan. Apabila dikaitkan dengan kinerja mengajar guru, artinya kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh kemampuan dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja mengajar guru dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang tepat. Meningkatkan kemampuan guru dapat dilakukan melalui optimalisasi

8 8 fungsi dan peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang merupakan suatu wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis. MGMP dengan komitmen kebersamaan guru mata pelajaran merupakan wahana bertukar ide/gagasan dan pengalaman dari permasalahan pembelajaran sehari-hari. Oleh karena itu apabila dioptimalkan, MGMP dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi pembelajaran, termasuk pengembangan inisiatif dan inovasi dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. Namun sehubungan masih banyak hambatan dalam pelaksanaannya, kegiatan MGMP belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hambatan tersebut menurut Hendayana (2009:13) antara lain disebabkan pelaksanaan kegiatan tidak merefleksikan kebutuhan serta kondisi guru, kegiatan berorientasi proyek, tidak seluruh guru dapat melakukan kegiatan, kurang dukungan kepala sekolah, dan kurang dirasakan manfaatnya oleh guru. Oleh karena itu alternatif terbaik dalam mengoptimalkan peran MGMP untuk tujuan memberdayakan guru-guru dalam meningkatkan profesionalitasnya khususnya dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan Lesson study Berbasis MGMP. Melalui Lesson study Berbasis MGMP seluruh guru merencanakan teaching material (perangkat pembelajaran) bersamasama, mengajarkannya dalam kelas dan mendiskusikan hasil pembelajaran tersebut dengan guru lainnya. Hasil diskusi dijadikan sebagai bahan untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan tersebut apabila dilakukan secara terus menerus di yakini akan mampu meningkatkan kemampuan guru

9 9 dalam melaksanakan proses pembelajaran. Lesson study Berbasis MGMP adalah model pembinaan guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning yang dilakukan melalui kegiatan MGMP untuk membangun komunitas belajar di MGMP tersebut. Kegiatan ini merupakan sistem pembinaan guru secara berkelanjutan, sekaligus dapat mengatasi kelemahan sistem pelatihan yang telah dilakukan pemerintah selama ini. Pelatihan guru selama ini selain jumlahnya sangat terbatas juga tidak ada tindak lanjut hasil pelatihan kepada guru lain dan sulit diterapkan pada situasi nyata di sekolah sehingga kurang berdampak yang berarti bagi peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, apabila lesson study berbasis MGMP dikelola dengan baik diyakini dapat meningkatkan kinerja mengajar guru.hasil Endline Survey Tim Monitoring dan Evaluasi MIPA UPI pada tahun 2008 yang mengadakan Survey untuk mengetahui perubahan serta peningkatan kualitas pembelajaran Matematika dan Sains melalui kegiatan Lesson Study di Kabupaten Sumedang, menunjukan telah terbangunnya Model Kegiatan MGMP melalui Lesson Study, dengan ketercapaian sebagai berikut: a. Terdapat peningkatan keterlibatan guru dalam kegiatan MGMP b. Terdapat peningkatan kualitas kegiatan MGMP yang lebih berorientasi pada konteks pembelajaran, tetapi diskusi kearah substansi masih perlu ditingkatkan c. Terdapat peningkatan upaya kepala sekolah dalam mendorong guru untuk mengikuti kegiatan MGMP, tetapi fungsi supervisi masih belum optimal d. Terdapat peningkatan kemampuan guru dalam membuat persiapan pembelajaran (membuat alat peraga dan LKS), tetapi dalam segi kualitas masih perlu ditingkatkan e. Terdapat perubahan kecenderungan pembelajaran dari teacher center ke student center, tetapi masih belum menstimulasi kemampuan berpikir

10 siswa f. Terdapat peningkatan kemampuan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran, tetapi kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya masih perlu ditingkatkan g. Terdapat peningkatan dalam pemanfaatan laboratorium dan kualitas pembelajaran melalui kegiatan laboratorium, tetapi dalam menstimulasi keterampilan proses sains masih perlu ditingkatkan h. Terdapat peningkatan dalam mengadakan alat pembelajaran yang bersifat local material, tetapi pemamfaatan local material dalam pembelajaran masih belum optimal dan kreativitas guru dalam mengembangkan alat peraga masih perlu ditingkatkan i. Lesson Study memberi dampak pada perubahan kultur sekolah dalam mengupayakan pengelolaan dan pembelajaran yang berbasis laboratorium j. Terdapat peningkatan komitmen Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Dinas Pendidikan dalam melaksanakan program. Upaya lain dalam meningkatkan kinerja mengajar guru adalah melalui kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja mengajar guru. Bass (Hoy dan Miskel, 2001:392) menyatakan bahwa kepemimpinan sering dianggap sebagai faktor yang paling penting dalam keberhasilan atau kegagalan institusi seperti sekolah. Sebuah hasil penelitian Gibson dalam Danim (2002:145) menunjukkan bahwa keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan banyak ditentukan oleh kapasitas kepalanya, di samping adanya guru-guru yang kompeten di sekolah itu. Sergiovanni yang dikutip Totoh dalam Buletin BERMUTU (2009:3) juga menegaskan bahwa tidak ada guru yang tidak berhasil mendidik, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak mampu membuat guru berhasil mendidik. Berkaitan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja mengajar guru, hasil penelitian Wintomo (2008) yang mengadakan penelitian tentang Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan 10

11 11 Kerja terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Kabupaten Indramayu, hasilnya menunjukan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja mengajar guru sebesar 11,089%. Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah memiliki perbedaan dalam perilaku dan gaya kepemimpinan. Hal ini dipengaruhi oleh keakhlian dan pengetahuan, jenis pekerjaan atau lembaga, sifat-sifat kepribadian pemimpin, sifat-sifat kepribadian pengikut, dan sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin (Purwanto, 2008:60). Perilaku kepemimpinan (behavior leadership) menurut Yulk (2009:79) terdiri dari perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas, berorientasi hubungan dan perilaku kepemimpinan yang berorientasi perubahan. Perilaku kepemimpinan berorientasi tugas, terutama memperhatikan penyelesaian tugas, menggunakan personil dan sumber daya secara efesien, dan menyelenggarakan operasi secara teratur dan dapat diandalkan. Perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan, terutama memperhatikan perbaikan hubungan dan membantu orang, meningkatkan kerjasama tim, meningkatkan kepuasan kerja bawahan, dan membangun identifikasi dengan organisasi. Sedangkan perilaku kepemimpinan berorientasi perubahan, terutama memperhatikan perbaikan keputusan strategis; beradaptasi dengan perubahan lingkungan; meningkatkan fleksibilitas dan inovasi; membuat perubahan dibidang proses, produk atau jasa; dan mendapatkan komitmen terhadap perubahan. Ketiga jenis perilaku tersebut berinteraksi untuk bersama-sama menentukan kinerja unit kerja (Yulk, 2009:79-80).

12 12 Berdasarkan uraian di atas, penulis meyakini bahwa manajemen lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dapat berkontribusi untuk meningkatkan kinerja mengajar guru. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti hal tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja mengajar guru, namun dalam penelitian ini secara umum hanya akan menjawab pertanyaan: Bagaimana kontribusi manajemen lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru? Secara rinci penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran manajemen lesson study berbasis MGMP Matematika SMP Kabupaten Sumedang? 2. Bagaimana profil (gambaran aktual) perilaku kepemimpinan kepala SMP Kabupaten sumedang? 3. Bagaimana profil (gambaran aktual) kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang? 4. Seberapa besar kontribusi manajemen lesson study berbasis MGMP terhadap kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang? 5. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang? 6. Seberapa besar kontribusi manajemen lesson study berbasis MGMP dan

13 13 perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru matematika SMP Kabupaten Sumedang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran kontribusi manajemen lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru matematika SMP Kabupaten Sumedang. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh gambaran tentang manajemen lesson study berbasis MGMP Matematika SMP Kabupaten Sumedang 2. Mengetahui profil (gambaran aktual) perilaku kepemimpinan kepala SMP Kabupaten Sumedang. 3. Mengetahui profil (gambaran aktual) kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang. 4. Memperoleh gambaran dan mengkaji besarnya kontribusi manajemen lesson study berbasis MGMP terhadap kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang. 5. Memperoleh gambaran dan mengkaji besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang. 6. Memperoleh gambaran dan mengkaji besarnya kontribusi manajemen lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang.

14 14 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah informasi dan memperluas wawasan untuk menemukan dimensi-dimensi baru tentang peningkatan kinerja guru melalui program lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang pada akhirnya menambah khasanah keilmuan baru dalam bidang administrasi pendidikan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan kabupaten Sumedang dalam upaya meningkatkan kinerja guru secara optimal sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya. E. Kerangka Pemikiran Menururt Purwanto (2008:3), "administrasi pendidikan adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual mapun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan (Purwanto, 2008:3). Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Suhardan (2009:10) yang menyatakan bahwa administrasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang membahas pendidikan dari sudut pandang proses kerjasama dalam proses mencapai tujuan pendidikan dengan melibatkan semua aspek yang dipandang perlu dalam usaha mencapai keberhasilan.

15 15 Sedangkan menurut Departemen P dan K (Purwanto, 2008:4) : Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan, dengan menggunakan fasilitas yang tersedia baik personil, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Dari tiga definisi tersebut, pada dasarnya menunjukkan bahwa administrasi pendidikan: (1) Merupakan proses keseluruhan dan kegiatan bersama dari semua pihak/aspek yang terlibat di dalam tugas-tugas pendidikan. Semua aspek tersebut dapat berupa sumber daya manusia; material, seperti dana dan fasilitas; atau spiritual, seperti keyakinan, nilai-nilai, dan ilmu pengetahuan, (2) Segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasi dan dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efesien. Oleh karena itu administrasi pendidikan mencakup kegiatan yang luas, yang meliputi antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, yang menyangkut bidang-bidang personil, materil, dan spiritual dalam bidang pendidikan, (3) Bukan hanya sekedar kegiatan tata usaha seperti yang dilakukan di kantor tata usaha sekolah atau tata usaha kantor dinas pendidikan, dan sebagainya, tetapi garapan yang tercakup di dalam proses kegiatan administrasi pendidikan itu luas. Di sekolah misalnya, menyangkut semua kegiatan sekolah, seperti administrasi kepegawaian, administrasi kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi keuangan, administrasi sarana dan prasarana, dan sebagainya. Dari berbagai aspek yang terlibat dalam tugas-tugas pendidikan

16 16 tersebut di atas. Aspek sumber daya manusia merupakan aspek yang paling penting karena sumber daya manusia inilah yang bekerja menyusun tujuan, mengadakan inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. Armstrong dalam bukunya Strategic Human Resource Management alih bahasa Cahyati (2003:5) menyatakan bahwa sumber daya manusia merupakan aset paling berharga milik organisasi, orang-orang yang bekerja di dalam organisasi baik secara individu maupun kolektif memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi.demikian pula Samsudin (2006:21) menyatakan bahwa banyaknya keunggulan yang dimiliki organisasi, tidak akan dapat memaksimalkan produktivitas tanpa adanya komunitas karyawan yang berkeakhlian, kompeten, dan berdedikasi tinggi terhadap organisasi. Oleh karena itu manajemen sumber daya manusia sangat diperlukan, yaitu suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi (Samsudin, 2006:22). Sehingga melalui manajemen sumber daya manusia yang baik dapat diwujudkan sistem perencanaan, rekrutmen, pengembangan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi, dan pemberhentian karyawan dengan baik. Pada akhirnya dapat menghasilkan kinerja yang baik pula bagi organisasi. Dalam organisasi pendidikan, khususnya di kabupaten Sumedang, dalam pengelolaan sumber daya manusia masih banyak yang perlu ditingkatkan. Baik dari sistem perencanaan, rekrutmen pegawai, pendidikan

17 17 dan pelatihan, pengembangan karir, evaluasi kinerja, motivasi dan kepemimpinan maupun kompensasi. Namun dari sekian banyak aspek di atas, dalam penelitian ini hanya akan membahas aspek pengembangan sumber daya manusia, dalam hal ini model pembinaan guru dan aspek kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja mengajar guru. Hal ini menjadi bahasan karena berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah dan pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang serta hasil Basline Survey Tim Monitoring Evaluasi FPMIPA UPI pada tahun 2007 terhadap kemampuan mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang, diperoleh gambaran bahwa kinerja mengajar guru Matematika SMP Kabupaten Sumedang masih perlu ditingkatkan. Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional, guru menerangkan konsep, memberi contoh soal dan siswa mengerjakan sosal. Belum tampak upaya maksimal guru untuk meningkatkan pemahaman siswa dan mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran. 90 % guru belum mempunyai kemampuan untuk membuat media sendiri. Menurut Aunurrahman (2009:28) pembelajaran harus mampu mendorong tumbuhnya keaktifan dan kreativitas optimal dari setiap siswa. Demikian pula menurut Mc Mahon yang dikutip Belen dalam Jurnal Kurikulum Pendidikan dan Kebudayaan, (2008:77) belajar bukanlah proses yang hanya terjadi dalam pikiran individu, bukanlah suatu perkembangan perilaku yang pasif dibentuk oleh kekuatan eksternal. Belajar yang bermakna terjadi ketika individu terlibat dalam aktivitas sosial. Vygotsky (Belen,

18 :76) menyatakan bahwa momen yang sangat signifikan dalam lintasan perkembangan intelektual terjadi ketika berbicara dan kegiatan praktek. Melalui kegiatan praktek seorang anak mengkonstruksi makna dalam dirinya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 Ayat (1) lebih tegas menyatakan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu apabila hal tersebut dibiarkan akan berdampak kurang baik pada mutu proses dan hasil belajar siswa. Satori (1977:28) menyatakan bahwa hasil belajar yang baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik diperlukan guru yang mampu merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, melayani peserta didik yang mengalami kesulitan, mengembangkan metode dan media pembelajaran yang tepat, memanfaatkan sumber belajar, menilai proses dan hasil pembelajaran, serta memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan layanan pembelajaran. Dengan kata lain untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik diperlukan kinerja mengajar guru yang baik. Berdasarkan pendapat para akhli, kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hoy dan Miskel, Keith Davis, dan Victor Vroom, berpandangan hampir sama bahwa kinerja dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Sedangkan

19 19 menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1990:51-53) kinerja dipengaruhi oleh (1) variabel individu, yang meliputi: kemampuan dan keterampilan, latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman) dan demografi (umur, asal-usul dan jenis kelamin); (2) variabel organisasi, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan; (3) variabel psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Menurut Dale Timple yang dikutip Mangkunegara dalam bukunya Evaluasi Kinerja SDM (2009:16) kinerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena memiliki kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras. Faktor eksternal berasal dari lingkungan, misalnya perilaku; sikap dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan; fasilitas kerja; dan iklim organisasi. Dari beberapa pendapat di atas, menunjukkan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, tiga diantaranya adalah faktor kemampuan, motivasi, dan kepemimpinan. Apabila dikaitkan dengan kinerja mengajar guru maka ketiga faktor tersebut dapat meningkatkan kinerja mengajar guru. Peningkatan kemampuan guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, workshop, seminar, lokakarya, belajar mandiri, atau pembinaan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. Mengembangkan model kegiatan MGMP dengan menerapkan lesson study sebagai bentuk pengembangan

20 profesionalitas guru berkelanjutan dipandang sebagai cara yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan guru saat ini. Sebagaimana dikemukakan Lewis yang dikutip Roebyarto (2006) menyatakan bahwa Lesson Study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar serta pelajaran dikelas Kedua, Lesson Study yang di desain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif ( diunduh 17 Juni 2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah faktor kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja mengajar guru. Bass (Hoy dan Miskel, 2001:392) menyatakan bahwa kepemimpinan sering dianggap sebagai faktor yang paling penting dalam keberhasilan atau kegagalan institusi seperti sekolah. Hechinger (dalam Dirjen PMPTK, 2007:6) pernah menyatakan: Saya tidak pernah melihat sekolah yang bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk dan sekolah bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk. Saya juga menemukan sekolah yang gagal berubah menjadi sukses, sebaliknya sekolah yang sukses tiba-tiba menurun kualitasnya. Naik atau turunnya kualitas sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepala sekolahnya. Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah memiliki perbedaan dalam perilaku dan gaya kepemimpinan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan keakhlian dan pengetahuan, jenis pekerjaan atau lembaga, sifatsifat kepribadian pemimpin, sifat-sifat kepribadian pengikut, dan sangsi-sangsi 20

21 yang ada di tangan pemimpin (Purwanto, 2008:60). Perilaku kepemimpinan (behavior leadership) menurut Yulk (2009:79) terdiri dari: Perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas, berorientasi hubungan dan perilaku kepemimpinan yang berorientasi perubahan. Ketiga jenis perilaku tersebut berinteraksi untuk bersama-sama menentukan kinerja unit kerja. Secara umum, para pemimpin yang efektif harus fleksibel dan adaptif dalam menerapkan perilaku mereka saat kondisi berubah. Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya penulis gambarkan kerangka pemikiran terebut sebagai berikut: 21 ADPEN (segenap proses pengerahan dan pengintegrasian SDM, spiritual, material, untuk mencapai tujuan pendidikan) SDM (aset paling berharga milik organisasi, orang-orang yang bekerja di dalam organisasi baik secara individu maupun kolektif memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi) FENOMENA sistem perencanaan, rekrutmen pegawai, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karir, evaluasi kinerja, motivasi dan kepemimpinan,kompensasi masih perlu ditingkatkan Manajemen Lesson Study Berbasis MGMP Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Kinerja Mengajar Guru Gambar 1.1 Kerangka Pemkiran

22 22 Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis dapat mengemukakan paradigma penelitian sebagai berikut: a. diduga bahwa manajemen lesson study berbasis MGMP berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru b. diduga bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru. c. diduga bahwa manajemen lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru. Oleh karena itu semakin baik manajemen lesson study berbasis MGMP dan semakin tepat perilaku kepemimpinan kepala sekolah akan semakin tinggi pula kinerja mengajar guru. Untuk lebih jelasnya paradigma penelitian tersebut dapat diperhatikan dalam gambar berikut: Manajemen Lesson Study Berbasis MGMP (X1) Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) rx1y R X1 X2 Y r X2 Y Gambar 1.2 Paradigma Penelitian Kinerja Mengajar Guru(Y)

23 23 F. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian 1. Anggapan Dasar a. Kinerja mengajar guru adalah kemampuan kerja atau hasil kerja yang diperlihatkan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, meliputi kegiatan merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). b. Kegiatan lesson study bermanfaat meningkatkan pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya, meningkatkan kualitas rencana pembelajaran dan strategi pembelajaran (Lewis, dalam Hendayana et al, 2007:39) c. Perilaku kepemimpinan melibatkan campuran dari perilaku berorientasi tugas, berorientasi hubungan, dan berorientasi perubahan. Ketiga jenis perilaku tersebut berinteraksi untuk bersama-sama menentukan kinerja organisasi (Yulk, 2009:80). d. Kinerja dipengaruhi oleh (1) variabel individu, yang meliputi: kemampuan dan keterampilan, latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman) dan demografi (umur, asal-usul dan jenis kelamin); (2) variabel organisasi, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan; (3) variabel psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi ( Gibson, Ivancevich, dan Donnely,1990:51-53)

24 24 2. Hipotesis Penelitian a. Umum Terdapat kontribusi positif dan signifikan antara manajemen lesson study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru matematika SMP Kabupaten Sumedang b. Khusus 1) Manajemen Lesson Study berbasis MGMP berkontribusi signifikan terhadap kinerja mengajar guru matematika SMP Kabupaten Sumedang 2) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi signifikan terhadap kinerja mengajar guru matematika SMP Kabupeten Sumedang 3) Manajemen Lesson Study berbasis MGMP dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap kinerja mengajar guru matematika SMP Kabupaten Sumedang G. Definisi Operasional 1. Manajemen Lesson Study berbasis MGMP adalah pengelolaan kegiatan lesson study melalui MGMP Matematika SMP Kabupaten Sumedang. Meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

25 25 2. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah pola tindakan kepala sekolah dalam upaya mempengaruhi guru agar bekerja secara optimal guna mencapai tujuan sekolah. Perilaku tersebut meliputi perilaku yang berorientasi tugas, perilaku yang berorientasi hubungan, dan perilaku yang berorientasi perubahan. 3. Kinerja mengajar guru adalah kemampuan kerja atau hasil kerja yang diperlihatkan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Indikatornya adalah kemampuan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan penilaian, menganalisis hasil penilaian, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan. H. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei dan pendekatan deskriptif analitik. Melalui penerapan metode penelitian tersebut, diharapkan dapat diperoleh informasi yang tepat dan gambaran yang lengkap serta dianggap relevan antara permasalahan yang diteliti dengan mengukur indikator-indikator variabel penelitian melalui parameter dan teknik pengukuran statistik, sehingga diperoleh gambaran dan data tentang pola hubungan diantara variabel-variabel yang diukur. I. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru matematika SMP

26 Kabupaten Sumedang. PENGAMBILAN SAMPEL MENGGUNAKAN TEKNIK 26 PROPABILITY SAMPLING DENGAN CARA CLUSTER RANDOM SAMPLING YAITU CARA PENGAMBILAN SAMPEL BERDASARKAN DAERAH POPULASI YANG TELAH DITETAPKAN, HAL INI DILAKUKAN AGAR SETIAP WILAYAH TERWAKILI. DI SUMEDANG TERDAPAT EMPAT WILAYAH SUB RAYON SMP, YAITU SUB RAYON KOTA, TANJUNGSARI, SITURAJA, DAN CIMALAKA. DI MASING- MASING SUB RAYON MEMILIKI 2 WILAYAH (BASECUMP) MGMP MATEMATIKA. JADI JUMLAH MGMP MATEMATIKA SEKABUPATEN SUMEDANG BERJUMLAH 8 WILAYAH MGMP. DARI 8 WILAYAH TERSEBUT, 4 WILAYAH DIANTARANYA AKAN DIJADIKAN SAMPEL PENELITIAN, TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DILAKUKAN DENGAN MENGAMBIL SATU MGMP SECARA RANDOM DARI SETIAP WILAYAH SUB RAYON.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA AKDON. (2008). APLIKASI STATISTIKA DAN METODE PENELITIAN UNTUK ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN. BANDUNG: DEWA RUCHI

DAFTAR PUSTAKA AKDON. (2008). APLIKASI STATISTIKA DAN METODE PENELITIAN UNTUK ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN. BANDUNG: DEWA RUCHI DAFTAR PUSTAKA AZIS WAHAB. A. (1987). IMPLEMENTASI KONSEP PENDEKATAN TUJUAN DAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF OLEH GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KABUPATEN BANDUNG. DISERTASI DOKTOR PADA FPS IKIP BANDUNG:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui perubahan serta peningkatan kualitas pembelajaran Matematika dan Sains melalui kegiatan Lesson Study di Kabupaten Sumedang

Untuk mengetahui perubahan serta peningkatan kualitas pembelajaran Matematika dan Sains melalui kegiatan Lesson Study di Kabupaten Sumedang Untuk mengetahui perubahan serta peningkatan kualitas pembelajaran Matematika dan Sains melalui kegiatan Lesson Study di Kabupaten Sumedang Baseline dan Endline Survey dengan teknik pengambilan data: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekolah sebagai satu unit organisasi pendidikan formal merupakan wadah kerja sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu masyarakat. Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penentu pertama yang menentukan keberhasilan pembelajaran di dalam kurikulum 2013 yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi yang pesat melahirkan tantangan pada berbagai aspek kehidupan umat manusia tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berperan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY. Ida Kaniawati

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY. Ida Kaniawati PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY Ida Kaniawati e-mail : idakaniawati@yahoo.com FPMIPA UPI Permasalahan tentang Mutu Pendidikan 1. Proses pembelajaran di dalam kelas kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu negara. Negara dikatakan maju dalam segala bidang baik dalam bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga atau sarana dalam melaksanakan pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan formal, sekolah memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen yang palingmenentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian yang sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar bergantung pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam kapasitas individu, keluarga,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1..1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan proses pendidikan langsung menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS Oleh: UTIK SETYARTI Q. 100.050.196 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya kapasitas intelektual bagi generasi penerus. Oleh sebab itu, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa melalui bidang pendidikan. Masyarakat akan mampu menghadapi perubahan yang terjadi dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA 0 EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA (Kelas VII SMP N I Ngrampal) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan utnuk menciptakan kualitas individu yang memiliki karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN DI JURUSAN KIMIA FMIPA UNESA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN DI JURUSAN KIMIA FMIPA UNESA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN DI JURUSAN KIMIA FMIPA UNESA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY Achmad Lutfi Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unesa Surabaya lutfisurabaya10@yahoo.co.id ABSTRAK Guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan suatu sistim yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus digerakkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan di Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum yang terus menerus berganti menjadi fenomena yang memiliki dampak tersendiri dari berbagai pihak penyelenggara pendidikan di sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi yang beriman dan memiliki ilmu

Lebih terperinci

LILIASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UPI

LILIASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UPI LILIASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UPI (UU No 14 th 2005 Guru & Dosen) KOMPETENSI PEDAGOGI (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran) KOMPETENSI SOSIAL (berkomunikasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis terhadap pencapaian tujuan dari program-program yang telah ditetapkan oleh sekolah

BAB I PENDAHULUAN. strategis terhadap pencapaian tujuan dari program-program yang telah ditetapkan oleh sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian kompleks antara manusia yang berkaitan dengan upaya pembinaan manusia, sehingga keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI (Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat dan canggih didukung pula oleh arus globalisasi yang semakin hebat. Fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan bernegara pendidikan memegang peran sentral guna menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika dalam aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhannya sangat tinggi, hal ini berdampak kepada persaingan dalam dunia kerja penuh dengan syarat keprofesionalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh penting untuk perkembangan generasi muda sebagai penerus bangsa.pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci