BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Gereja sebagai tubuh Kristus menjadikan segala sesuatu berpusat dalam Kristus, Kepala Gereja, ialah satu-satunya yang memerintah jemaat dengan Firman dan Roh-Nya, sehingga tanpa Dia sia-sialah keberadaan gereja itu. Kata gereja berasal dari bahasa Portugis, yakni Igreja. Jika ditinjau dari cara pemakaiannya dewasa ini, maka gereja adalah terjemahan dari kata Gerika : kyriake, yang berarti milik Tuhan, yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, persekutuan orang yang beriman kepada Yesus Kristus. 1 Pada hakekatnya gereja merupakan persekutuan orang-orang kudus, yaitu persekutuan orang-orang yang menjadi suci kembali di hadapan Allah karena perbuatan Tuhan Yesus Kristus. 2 Kata Gereja berasal dari bahasa Yunani ekklesia (yang secara harafiah berarti mereka yang dipanggil keluar ) hampir sama dengan kata kelompok dalam arti dan penggunaannya. 3 Sebagai perkumpulan orang-orang percaya, maka gereja mempunyai ciri-ciri persamaan dengan perkumpulan duniawi lainnya. Persamaan ini nampak, misalnya dalam hal-hal sebagai berikut : mempunyai sejumlah anggota, memiliki peraturan-peraturan dan memiliki struktur serta unsur-unsur kepemimpinan di dalamnya. Di pihak lain terdapat perbedaan yang prinsipil antara gereja dengan perkumpulan duniawi tersebut. Perbedaannya terutama terletak dalam latar belakang timbulnya gereja dan kekhususan tugasnya. Terbentuknya gereja karena karya Kristus, tanpa persekutuan dengan Kristus, maka gereja itu tidak berhak disebut gereja. 4 Gereja memiliki tugas panggilannya untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani. 5 1 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1973), R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1989), Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2002), Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1972), Martin B. Dainton, Gereja dan Bergereja Apa dan Bagaimana?, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1994),

2 Berdasarkan laporan nasional survei menyeluruh gereja di Indonesia yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Studi DGI, dijelaskan bahwa masalah kepemimpinan gereja termasuk yang utama dan harus ditanggulangi secara serius oleh gereja itu sendiri dalam mewujudkan misinya. 6 Di dalam mengeksplorasi bagaimana gereja, ada dua jabatan gerejawi atau kedudukan kepemimpinan dalam gereja setempat, yaitu penatua dan diaken : a. Penatua Istilah penatua, di gereja setempat menunjukkan pada jabatan yang sama dengan uskup, penilik, gembala, dan pendeta. Hal ini dapat dilihat dengan memeriksa kata-kata Yunani yang dipergunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan para pemimpin gereja. Kata yang pertama ialah presbyteros, artinya orang tua, yang sulung, ketua-ketua. 7 Kata presbiter, diderivasi dari kata presbyteros, yang kemudian berkembang menjadi imam. 8 Sebagian orang berpandangan bahwa masing-masing gereja harus memiliki seorang pendeta saja dengan menyatakan bahwa ada dua jenis penatua, yaitu penatua yang mengajar dan penatua yang memimpin. 9 b. Diaken Jabatan diaken (diakonos) berbeda dengan jabatan penatua. Kata diakonos adalah kata yang umum, yang berarti pelayan atau hamba. Tugas-tugas diaken dapat mencakup bidang pelayanan yang umum (dibedakan dengan kepemimpinan rohani di gereja yang merupakan tanggung jawab para penatua). Salah satu tanggung jawab dewan diaken yang sangat luar biasa adalah memastikan pelayanan pastoral tidak berhenti di dalam gereja. Ketika ada pendeta yang mengundurkan diri, merekalah yang bertanggung jawab menghadirkan calon-calon yang akan menggantikan jabatan pendeta itu F. Ukur dan F. L. Cooley, Jerih dan Juang, (Jakarta : LPS-DGI, 1978), Gerhard Kittle, Theological of the New Testament, (Michigan : W. M. B. Eerdmands Publishing Coy. Grand Rapid, 1971), Dr. J. L. Ch. Abineno, Penatua Jabatannya dan Pekerjaannya, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2005), Dr. Ronald W. Leigh, Melayani dengan Efektif, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2002), Richard L. Dresselhaus, The Deacon and His Ministry, (Springfield : Gospel Publishing House, 1977),

3 Oleh sebab itu, kebanyakan gereja, diaken lebih bertindak sebagai eksekutif bisnis ketimbang hamba-hamba yang melayani. 11 Dari jabatan gerejawi ini, yang paling signifikan adalah pendeta. Seorang pendeta adalah seorang manusia biasa seperti pada umumnya warga jemaat, yang berarti memiliki kelemahan dan kekurangan manusiawinya, selain tentunya juga memiliki kelebihan-kelebihannya. Seorang pendeta tidak bisa dituntut untuk menjadi pendeta yang lain, oleh karenanya, seorang pendeta tidak dapat disbanding-bandingkan dengan pendeta yang lain yang kemudian berlanjut pada penghargaan yang berbeda pula. Jabatan pendeta adalah jabatan panggilan untuk mengabdikan seluruh hidupnya bagi tugas jabatan itu, karena pentahbisannya memiliki tanggung jawab terhadap Tuhan sendiri. Namun demikian, sebagai manusia biasa juga membuat banyak hal yang kemudian menempatkan pendeta dalam kondisi dilematis antara apa yang menjadi tuntutan dan tanggung jawab jabatannya dengan kebutuhan pribadinya. Umumnya pendeta ditempatkan pada posisi kepemimpinan gereja yang paling atas sebagai penghargaan atas predikat yang diembannya, namun bukan berarti gereja yang dipimpinnya adalah gereja miliknya sendiri yang bisa ditentukan segala-galanya. Berbicara tentang pendeta, tidak dapat kita pisahkan dengan jemaat. Pendeta dan jemaat dapat diumpamakan dengan dua sisi keping logam yang menyatu dalam satu kesatuan. Keduanya saling berhubungan dan sangat terkait. Dalam hal ini, antara pendeta dan jemaat ada suatu hubungan yang kuat yang tak dapat dipisahkan, artinya masalah kependetaan tidak dapat kita bicarakan terlepas dari hubungannya dengan jemaat atau pendeta tidak mempunyai peranan apa-apa jika tidak ada jemaat. Pendeta itu ada karena adanya jemaat. Jemaat tentunya mempunyai berbagai kepentingan dan kebutuhan. Hal inilah membuat kehadiran seorang pendeta sebagai pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting. Bervariasinya kebutuhan jemaat itu menuntut seorang pendeta untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan jemaat tersebut. Oleh sebab itu, muncullah harapan-harapan tertentu dari pihak jemaat terhadap pendeta. Misalkan seorang pendeta diharapkan sebagai tokoh panutan 11 Alexander Strauch, Diaken dalam Gereja Penguasa atau Pelayan?, (Yogyakarta : ANDI, 1992), ix. 3

4 yang dapat memberi keteladanan kepada anggota jemaat, ia dianggap yang patut dicontoh sebab ia yang lebih tahu tentang kebenaran, yang senantiasa memberitakan tentang kebenaran, yang mendasari hidupnya pada Firman Tuhan dan memberi kesaksian tentang-nya kepada semua orang, dan mengajarkan bagaimana kehidupan orang-orang beriman. Selain itu, sering terjadi masalah kepemimpinan gereja yang ikut merugikan perkembangan gereja, antara lain adanya gap (kekosongan) dalam komunikasi antara pemimpin gereja (pendeta dan Majelis Jemaat) dengan warga gereja; pemimpin gereja kurang memberi perhatian dalam soal pendidikan Agama Kristen di jemaat; pemimpin gereja kurang mempersiapkan warga jemaat dalam menghadapi tantangan sekularisme, materialisme; kadangkala pemimpin gereja tidak berusaha mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam gereja; adanya rasa tidak puas terhadap kepribadian pemimpin gereja; nampaknya kemunduran dalam jemaat belum mendapat tanggapan yang secara maksimal oleh pemimpin gereja. 12 Masalah pendeta sebagai pemimpin jemaat terdapat juga dalam Gereja Kristen Jawa (GKJ), dimana dipaparkan dalam tulisan Pdt. Broto Semedi yang berjudul Merenungkan Kembali Kewibawaan Pendeta, dikatakan bahwa dalam jemaatjemaat GKJ sekarang terdapat krisis kewibawaan pendeta. Krisis kewibawaan pendeta ini merupakan masalah serius sebab merugikan kehidupan jemaat terutama dalam hal penggembalaan dan pelayanan Firman Allah yang dilakukan oleh pendeta. Tugas pendeta pada dasarnya adalah menolong warga jemaat (sebagai manusia yang telah diselamatkan oleh Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus) untuk tidak kehilangan keselamatan yang telah diperolehnya. Jadi jika si pembawa Firman Allah dalam keberadaannya kurang dihargai maka sekaligus mengakibatkan warga jemaat akan kurang menghargai Firman Allah yang dibawakannya atau bentuk pelayanan lain yang dilakukannya. 13 Harapan inilah yang membawa jemaat kepada pemikiran bahwa pendeta adalah tokoh yang melekat dengan Firman Tuhan dengan demikian ia dilihat sebagai tokoh rohaniwan yang lebih baik dari anggota jemaat. Jemaat lalu 12 S.H. Widyapranawa, Benih yang Tumbuh, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1973), , Majalah bulanan Warta Gereja GKJ/GKI Jateng, tahun XV, 1980, no.7&8. 4

5 memikirkan tokoh yang sangat ideal dari diri pendeta dengan harapan yang tinggi dan menganggap pendeta tidak bisa berbuat salah, akhirnya keterbatasan dan kelemahannya sebagai manusia biasa tidak lagi diperhitungkan. Dalam hal ini, pendeta boleh dikatakan manusia super, terutama dalam menegakkan nilai-nilai moral dan dalam kehidupan rohani. Ideal seperti ini akan membuat anggota jemaat terlalu mengagung-agungkan pendeta, jika ia memenuhi kriteria pendeta yang ideal tersebut, tetapi juga mereka akan memprotes pendeta yang tidak dapat memenuhi kriteria pendeta ideal tersebut baik langsung maupun tidak. Ideal seperti ini menyebabkan tokoh pendeta sebagai seorang manusia biasa yang terkesampingkan. Kriteria pendeta ideal tersebut, pada dasarnya baik akan tetapi harus dipadukan dengan keberadaan pendeta sebagai manusia biasa yang bisa juga keliru atau salah. Antara ideal yang tinggi dari jemaat dengan keberadaan pendeta yang terbatas sebagai manusia biasa menyebabkan banyak kesulitan dari pihak pendeta untuk memenuhi harapan-harapan tersebut. Dari berbagai harapan yang ada itu, dapat kita lihat peranan pendeta di sini sangat penting dimana pendeta perlu lebih mengenal jemaat dengan segala kebutuhan pelayanan mereka dan mengenal diri pendeta dalam melihat kemampuan diri untuk melayani. Perlu disadari pula bahwa karena adanya harapan jemaat yang tinggi dengan kemampuan pendeta yang terbatas ia menemui banyak masalah dalam menjalankan tugasnya serta dalam hal memenuhi kriteria pendeta ideal bagi jemaat. Hal ini disebabkan disamping harapan jemaat yang terlalu ideal, harapanharapan tersebut cukup bervariasi. Karena sulitnya memenuhi harapan tersebut, maka perlu dilihat harapan yang relatif bulat, yaitu harapan yang tidak terlalu tinggi tetapi yang disesuaikan dengan kenyataan yang ada bahwa pendeta juga manusia biasa yang punya keterbatasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan definisi kriteria yaitu ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. 14 Jadi kriteria pendeta ideal ialah suatu ukuran yang menjadi dasar penilaian yang diberikan kepada seseorang yang telah menerima jabatan kependetaan dari institusi gereja 14 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Indonesia). 5

6 tertentu untuk melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan gereja. Kriteria pendeta ideal juga banyak didapati di gereja-gereja Kristen Jawa. Gereja Kristen Jawa (GKJ) merupakan gereja yang kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus yang ada di suatu tempat tertentu yang dipimpin oleh Majelis Gereja dan yang telah mampu mengatur diri sendiri, mengembangkan diri sendiri, dan membiayai diri sendiri, berdasarkan Alkitab, Pokok-Pokok Ajaran GKJ, serta Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ. 15 Oleh sebab itu, hakikat gereja GKJ dalam kesadaran sebagai bagian dari keluasan kasih penyelamatan Allah kepada seluruh ciptaan, yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya Jawa, serta warisan tradisi teologis sesuai konteksnya yang tidak bertentangan dengan alkitab, GKJ memahami diri sebagai kehidupan bersama orang percaya, yang berpusat pada Yesus Kristus, dan sekaligus jawaban manusia terhadap karya kasih penyelamatan Allah, yang di dalamnya Roh Kudus bekerja. 16 Gereja Kristen Jawa (GKJ) menggunakan sistem organisasi gereja presbiterial sinodal, dimana setiap GKJ adalah gereja Allah yang mandiri yaitu gereja yang memiliki kewenangan dan mampu mengatur diri sendiri, mengembangkan diri sendiri, dan membiayai diri sendiri yang dipimpin oleh majelis gereja yang terdiri atas penatua (presbyteros), pendeta dan diaken. 17 Gereja Kristen Jawa (GKJ) dalam sistem presbiterialnya dimana kepemimpinan dipegang oleh sebuah majelis yang terdiri dari seorang pendeta dan sejumlah presbiter atau penatua yang dipilih oleh umat. 18 Pikiran dasar dari sistem atau susunan presbiterial-sinodal ialah dapat dikatakan pimpinan atau pemerintahan gereja 19 oleh Kristus sebagai Kepala dan Tuhannya : Kepala dari tubuh-nya dan Tuhan dari jemaat-nya. Pimpinan dan 15 Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, (Salatiga : Sinode GKJ, 2005), Ceramah dalam Kursus Teologi Jemaat (KTJ) Klasis Semarang Barat, yang disampaikan oleh Pdt. Andreas Untung Wiyono, D. Min. selaku mantan ketua umum Sinode GKJ mengenai Eklesiologi GKJ tanggal 10 Juni 2016 di GKJ Semarang Barat. 17 Ibid, Andar Ismail, Awam dan Pendeta Mitra Membina Gereja, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2003), Yang dimaksudkan di sini dengan gereja ialah bukan saja gereja sebagai persekutuan, tetapi juga gereja sebagai institute atau lembaga. Pimpina n atau pemerintah gereja seperti yang dikatakan di atas dipegang oleh Kristus sebagai Kepala dan Tuhannya. Pimpinan dan pemerintahan itu Ia jalankan dengan perantaraan pejabat-pejabat gerejawi sebagai alat atau hamba-hamba-nya. 6

7 pemerintahan ini berlangsung oleh pekerjaan Firman dan Roh-Nya. 20 Dalam sistem presbiterial sinodal, GKJ menempatkan pendeta sebagai pemimpin namun juga sebagai pelayan, sebagai pemimpin yang pada hal tertentu mengatur namun juga sebagai pekerja yang harus diatur. Perlakuan ambigu ini yang seringkali menjadi benih persoalan baik bagi gereja juga bagi dirinya sendiri. Masa pelayanan jabatan pendeta di GKJ seumur hidup, kecuali oleh karena suatu sebab, jabatan tersebut diletakkan. Jabatan kependetaan diletakkan karena pendeta yang bersangkutan meninggal dunia atau ditanggalkan. Untuk studi kasus pendeta yang ditanggalkan membuat beberapa gereja-gereja Kristen Jawa memiliki kriteria pendeta yang ideal ketika hendak memanggil/mencari pendeta. 21 GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok merupakan salah satu contoh Gereja Kristen Jawa yang sedang memanggil/mencari pendeta, dimana gereja ini memiliki kriteria ideal sesosok pendeta yang berbeda. GKJ Argomulyo Salatiga merupakan Gereja Kristen Jawa yang terletak di pedesaan kota Salatiga dengan kondisi sudah dewasa 2 tahun dan belum memiliki pendeta jemaat 22, sedangkan GKJ Yeremia Depok merupakan Gereja Kristen Jawa yang berada di pinggir kota Jakarta dengan kondisi baru dewasa 23 tahun jumlah warga dewasa ± 692 jiwa dengan jumlah KK sebesar ± 215 KK 23 dan sudah memiliki satu pendeta jemaat yang melayani. Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui kriteria pendeta ideal yang dimiliki jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan jemaat GKJ Yeremia Depok dengan alasan : (1) Gereja tersebut belum memiliki pendeta atau sedang memanggil/mencari Pendeta; (2) Harapan jemaat terhadap seorang pendeta karena banyak pendeta yang ditanggalkan atau menanggalkan kependetaannya dengan permasalahan yang terjadi di gereja; (3) Banyak harapan-harapan yang ideal yang dimiliki gereja tetapi tidak ada yang memenuhi syarat. 20 Dr. J. L. Ch. Abineno, Garis-Garis Besar Hukum Gereja, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1997), Salah satu studi kasus pendeta yang ditanggalkan terjadi di sebuah gereja GKJ tahun 2014 dimana pendeta kedua di jemaat ini ditanggalkan karena pendeta tersebut memiliki hutang yang sangat banyak dan melibatkan gereja untuk membayar hutang-hutangnya. 22 Data diperoleh dari wawancara dengan Pnt. Suhardi selaku Ketua Majelis Jemaat GKJ Argomulyo Salatiga pada tanggal 1 Desember Data diperoleh dari data gereja GKJ Yeremia Depok yang tercatat di Ruang Konsistori pada tanggal 14 Mei

8 Dari latar belakang di atas, saya mengambil judul : KRITERIA PENDETA IDEAL MENURUT JEMAAT GKJ ARGOMULYO SALATIGA DAN JEMAAT GKJ YEREMIA DEPOK 1.2 RUMUSAN MASALAH Pada penelitian yang dilakukan, pokok masalah yang menjadi fokus analisis dirumuskan dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut : (a) Apa kriteria pendeta ideal menurut jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan jemaat GKJ Yeremia Depok?; (b) Apa latar belakang sosio kultural yang melahirkan kriteria pendeta ideal menurut jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan jemaat GKJ Yeremia Depok? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : (a) Untuk mendeskripsikan kriteria pendeta ideal menurut jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok; (b) Untuk menganalisis latar belakang sosio kultural yang melahirkan kriteria pendeta ideal menurut jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok. 1.4 SIGNIFIKANSI PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan, yaitu sebagai berikut : (a) Memberikan masukan bagi para calon pendeta di jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan para calon pendeta di jemaat GKJ Yeremia Depok, supaya di dalam menghayati panggilannya sebagai pendeta sesuai dengan jemaat yang memanggilnya dan mau menjadi pendeta sahabat bagi jemaatnya; (b) Memberikan masukan bagi jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan jemaat GKJ 8

9 Yeremia Depok, dimana gereja tidak hanya memiliki kriteria pendeta ideal melainkan juga gereja diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pendeta untuk membentuk karakter pendeta menjadi lebih baik seperti yang diharapkan; (c) Memberikan masukan secara khusus bagi klasis dimana jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan jemaat GKJ Yeremia Depok berada supaya membentuk tim pendampingan pendeta yang terdiri dari Pendeta emeritus, Pendeta-Pendeta utusan dari Klasis, maupun Majelis Jemaat dari klasis yang bersangkutan guna membentuk karakter pendeta (d) Memberikan masukan secara khusus bagi Sinode Gereja Kristen Jawa, bahwa ketika ingin mengirimkan calon pendeta ke jemaat GKJ yang sedang membutuhkan pendeta, alangkah baiknya ditelusuri terlebih dahulu kriteria pendeta ideal seperti apa yang jemaat inginkan, sehingga tidak melukai hati calon pendeta yang diutus. 1.5 METODE PENELITIAN Menurut Tejoyuwono Notohadiprawiro, metode merupakan suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan berkonteks yang relevan dengan maksud dan tujuan. Berkaitan dengan upaya ilmiah, Koentjaraningrat mengartikan metode sebagai seperangkat cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan. 24 metodologi. Seperangkat ilmu yang mempelajari metode ini yang disebut Menurut Manheim, sebagaimana dikutip oleh Soekamto, penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti, metodik dan teratur pada suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. 25 the careful, diligent, and exhaustive investigation of scientific subject matter, having as its aim the advancement of mankind s knowledge. Pada judul Kriteria Pendeta Ideal Menurut Jemaat GKJ Argomulyo Salatiga 24 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1973), Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta : Teras, 2009), 11. 9

10 dan Jemaat GKJ Yeremia Depok, yang dikaji ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berbasis lapangan (field research). Hal ini menurut Saifuddin Azwar, jenis penelitian kualitatif ini sebagai kegiatan ilmiah yang rasional, empiris, dan sistematis, suatu penelitian sedikitnya mempunyai lima karakteristik utama, yaitu : (a) bertujuan, artinya kegiatan penelitian tidak terlepas dari maksud dan tujuan tertentu, (b) sistematik, maksudnya langkah-langkah yang ditempuh sejak dari persiapan hingga penyelesaian laporan harus terencana dan mengikuti metodologi yang benar, (c) terkendali, maksudnya dalam batas-batas tertentu peneliti dapat menentukan fenomena-fenomena yang diamati dan memisahkannya dengan fenomena lain yang mengganggu sudut pandang teoritisnya, (d) objektif, maksudnya semua proses observasi, analisis yang dilakukan, dan kesimpulan yang diambil tidak didasari oleh subjektivitas pribadi maupun pihak lain, dan (e) tahan uji (verifiable), maksudnya penyimpulan penelitian merupakan hasil dari telaah yang dilandaskan pada teori yang koheren dan metode yang benar. 26 Selain itu, penelitian kualitatif secara umum digunakan pada ilmu-ilmu sosial dan budaya dengan karakteristik, antara lain (1) latar belakang bersifat alamiah, (2) peneliti menjadi instrument utama, bahkan subjek, (3) metode yang digunakan adalah kualitatif, (4) analisis data secara induktif; dari khusus ke umum, (5) teori dan kerangka konsepsi dari dasar; (6) bersifat deskriptif, merupakan uraian mendalam atas fakta, (7) mementingkan proses daripada hasil, (8) adanya batas atau fokus pada masalah yang diteliti, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10) desain bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan, sehingga menghasilkan kesimpulan obyektif. 27 Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara (interview) yang merupakan perangkat riset yang dipakai dalam bentuk kegiatan tanya jawab secara tidak terstruktur dengan responden untuk memahami dan mencari kedalaman analisis. Responden sebagai unit analisis terdiri dari Ketua Majelis Jemaat, aktivis, dan anggota jemaat. Wawancara merupakan kegiatan percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara yang memberikan 26 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitan,

11 jawaban atas pertanyaan tersebut dengan tujuan menggali dan mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dikehendaki. Wawancara juga diartikan sebagai interaksi sosial yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi mengenai segala sesuatu yang ditetapkan tujuannya. 28 Metode wawancara dipakai untuk melengkapi data-data dari hasil observasi partisipasi yang belum ditemukan karena sifatnya yang kasat mata, terutama data untuk mengungkapkan pandangan dan sikap subyek. Teknik analisas data yang dilakukan ialah tahap pertama, dengan mengumpulkan data-data 29 yang ditemukan di lapangan, berupa fakta sosial yang hidup maupun dokumentasi tertulis melalui observasi partisipasi, wawancara, dokumentasi. 1.6 Kerangka Penulisan Sistematika penulisan pada tesis ini disusun menjadi lima bab yang terbagi ke dalam sub tema terstruktur. Pada bab I memuat Pendahuluan yang mencakup latar belakang persoalan yang diungkapkan, rumusan masalah yang difokuskan, tujuan penelitian yang dicapai, signifikansi penelitian yang diperoleh untuk kegunaan praksis maupun empiris, metodologi penelitian yang mencakup metode penelitian, jenis penelitian dan instrument pengumpulan data yang digunakan, teknik analisis data, serta kerangka penulisan untuk mensistematisasikan laporan hasil penelitian. Pada bab II mencakup uraian mengenai Landasan konseptual yang berkaitan dengan pendeta, yang meliputi siapa itu pendeta?, pendeta dalam jabatan gereja, karakteristik pendeta, tipe kepemimpinan pendeta, fungsi utama dan tanggung jawab pendeta, tugas dan pelayanan pendeta, pegangan seorang pemimpin/pendeta. Hal yang kedua yang akan dibahas di bab II, yaitu mengenai pemimpin Jawa, yang meliputi budaya Jawa, budi pekerti pemimpin Jawa, sikap hidup orang Jawa, motivasi pemimpin Jawa, pedoman hidup pemimpin Jawa, 28 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2010), Data di sini diartikan sebagai fakta atau keterangan-keterangan yang diperoleh dari riset dengan menggunakan instrument penelitian tertentu. Data dalam penelitian merupakan segala fakta dan angka. Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1987),

12 kepemimpinan Jawa. Hal yang ketiga yang juga akan dibahas di bab II, yaitu mengenai pendeta GKJ (Gereja Kristen Jawa), yang meliputi pemahaman GKJ tentang pendeta, pandangan GKJ terhadap suku dan bahasa seorang pendeta, pandangan GKJ terhadap gender seorang pendeta, asas kepemimpinan GKJ, kewajiban pendeta GKJ, aturan GKJ terhadap proses pemanggilan pendeta. Pada Bab III berisi deskripsi objektif lokasi penelitian, yaitu kondisi GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok. Pada bab III ini berisi sejarah berdirinya GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok, perkembangan jemaat semenjak berdiri hingga saat ini menurut jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok, data-data tentang kriteria pendeta ideal menurut jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan jemaat GKJ Yeremia Depok, tahapan penjaringan pendeta yang dilakukan jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan GKJ Yeremia Depok. Pada Bab IV berisi mengenai analisa yang dikaitkan dengan teori yang ada, yang meliputi kriteria pendeta ideal kaitannya dengan jenis kelamin, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan status pernikahan, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan rentang usia, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan pendidikan, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan IPK Kelulusan, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan suku bangsa, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan kondisi kesehatan, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan gaya hidup/sikap hidup, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan domisili, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan hobi, kriteria pendeta ideal kaitannya dengan kepemimpinan. Pada Bab V merupakan penutup yang mencakup kesimpulan penelitian dan saran-saran dari hasil penelitian. 12

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini penulis mencoba memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran, yaitu : 5.1 KESIMPULAN GKJ (Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia yang ditata dalam empat tatanan dasar. Tatanan dasar itu berupa tatanan pengakuan,

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

Apa Gereja 1Uhan Itu?

Apa Gereja 1Uhan Itu? Apa Gereja 1Uhan Itu? Yesus berkata, "Aku akan mendirikanjemaatku" (Matius 16 :18). Apa yang dimaksudkannya dengan kata jemaat? Apakah pengertian murid-muridnya tentang kata ini? Mungkin saudara telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Gereja X Bandung di Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang Tionghoa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah GKJ Salatiga, jika dibandingkan dengan GKJ yang lain khususnya di Salatiga, tergolong sebagai gereja yang besar. Dari segi wilayah pelayanan GKJ Salatiga terbagi

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis. 5.1

Lebih terperinci

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik Oleh Pdt Daniel Ronda Latar Belakang Pergumulan Pendidik Profesi pendidik agama Kristen di sekolah negeri maupun swasta memiliki keistimewaan, karena dia sedang menolong kebutuhan anak didik dalam menemukan

Lebih terperinci

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL Sinode Gereja Kristen Immanuel BANDUNG 2017 DAFTAR ISI Halaman I. 1 PEMBUKAAN Pembukaan...

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Selain sebagai persekutuan orang-orang percaya, gereja dalam bentuknya adalah sebagai sebuah organisasi. Sebagaimana sebuah organisasi, maka gereja membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland

Lebih terperinci

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE (1) Logo GKJ adalah hasil keputusan Sidang Sinode XIX GKJ tahun 1989 di Manahan, Surakarta. (gambar dan makna Logo terlampir).

Lebih terperinci

Jabatan Gerejawi Dalam GMIT

Jabatan Gerejawi Dalam GMIT Jabatan Gerejawi Dalam GMIT (Sebuah Study Kritis terhadap Implementasi Sistem Presbiterial Sinodal dalam GMIT) A. Pengantar Istilah gereja yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dengan akar kata ekklesia

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! I Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! 1 Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di sebut... A Persekutuan D. Ibadah

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemikiran dan ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan. Dunia di sekitarnya juga turut merasakan perubahan tersebut, terutama mempengaruhi pola pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam organisasi 1 setiap individu mendapatkan peranan. Paling tidak ada dua peran individu dalam organisasi, yaitu peran sebagai pemimpin dan peran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran : BAB V PENUTUP Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran : 5.1 Kesimpulan Pernikahan yang harmonis, bahagia, dan terjadi sekali untuk selamanya merupakan idaman setiap orang yang menikah.

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran seorang pendeta sangat penting di dalam kehidupan sebuah gereja. Demikian juga halnya di Greja Kristen Jawi Wetan (selanjutnya disingkat GKJW). Pendeta dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel Sinode Gereja Kristen Immanuel Kompleks Istana Mekar Wangi Jl. Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung 40237 Telp. 022-87804653; Website: www.sinodegkim.com TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP 4.1. Pengantar Pada Bab IV ini penulis akan mengunakan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II untuk meninjau permasalahan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh PENELAAHAN ALKITAB Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya Pdt. Stephen Sihombing, MTh Materi Bina Pelkat GP GPIB 2 Menikah dengan 2 orang putri Sarjana Teologi dari STT Jakarta Vikaris di GPIB Mangamaseang,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang di dunia lahir dan tumbuh dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga asuh. Peran keluarga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat, bahkan disebut sebagai kekerabatan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Masalah Jemaat GKSBS Lembah Seputih merupakan jemaat yang sebagian besar pekerjaan warganya adalah di bidang pertanian. Sekelompok atau sekumpulan orang yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai pemimpin dan kepemimpinan 1 akan tetap menjadi permasalahan yang menarik, serta senantiasa menjadi bahan yang relevan

Lebih terperinci