BAB IV PENUTUP. lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja.
|
|
- Liani Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu gaya bahasa yang ditemukan pada SPKSN lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja. Berdasarkan ketiga jenis gaya bahasa tersebut yang banyak ditemukan pada SPKSN lakon Séta Gugur adalah pepindhan dengan penanda kata lir, pindha, kadi, dan upamanéka. Penggunaan gaya bahasa pepindhan dengan penanda kata lir masing-masing terletak dalam sulukan pathet nem sebanyak tiga buah, pathet sanga sebanyak tiga buah, dan pathet manyura sebanyak dua buah. Pada tataran pathet nem gaya bahasa pepindhan dengan penanda kata lir terletak dalam sulukan jejer Astina, sulukan dukaning Salya, dan sulukan jejer Glagahtinunu. Sedangkan pada tataran pathet sanga terletak pada sulukan badhé jejer Wiratha, sulukan jejer Wiratha, dan sulukan perangipun Arjuna. Adapun pada tataran pathet manyura terletak pada sulukan pejahipun Rukmarata dan sulukan jejer Pertapan Suhini. Penggunaan gaya bahasa pepindhan dengan penanda kata kadi hanya ditemukan dalam sulukan pathet manyura yaitu sebanyak dua buah yang terletak pada sulukan jejer Pertapan Suhini, dan sulukan jejer Bengawan Gangga, Penggunaan gaya bahasa pepindhan dengan penanda 91
2 92 kata upamanéka dan pindha masing-masing hanya ditemukan satu buah yaitu pada tataran pathet manyura sulukan jejer Bengawan Gangga dan sulukan majengipun Bhisma perang. Dengan demikian jumlah pepindhan dalam SPKSN pada lakon Séta Gugur di semua pathet yaitu sebanyak 12 buah. Ragam gaya bahasa pepindhan pada SPKSN digunakan untuk memberikan nilai keindahan karena adanya pengibaratan atau perumpamaan yang memberikan kejelasan angan kepada penikmat, pendengar, pembaca SPKSN. Disamping itu penggunaan gaya bahasa pepindhan juga berfungsi untuk memberikan sebuah penegasan tentang peristiwa yang terjadi dalam adegan pakeliran wayang kulit lakon Séta Gugur. Pada SPKSN lakon Séta Gugur penggunaan gaya bahasa tembung éntar ditemukan dalam sulukan pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura, yang total keseluruhannya sebanyak 3 buah. Pada tataran pathet nem ditemukan dalam sulukan adegan kejoting penggalih Duryudana yaitu ungkapan retnaning bawana. Tataran pathet sanga terletak dalam sulukan adegan sowanipun Srikandi yaitu ungkapan ngambar arum. Adapun pada tataran pathet manyura terdapat pada sulukan adegan pejahipun Rukmarata yaitu ungkapan diwangkara kingkin. Fungsi dari tembung éntar yang termuat dalam SPKSN adalah sebagai suatu penegasan tentang suatu tokoh maupun peristiwa yang terjadi dalam adegan. Penggunaan gaya bahasa tembung saroja dalam SPKSN lakon Séta Gugur hanya ditemukan dalam sulukan pathet nem dan sulukan pathet manyura, yang jumlah keseluruhannya sebanyak 5 buah. Pada pathet nem, tembung saroja yang ditemukan dalam SPKSN yaitu kata guntur ketug, mrik minging, dan mangambar kongas. Sedangkan tembung saroja pada pathet manyura yaitu kata umyang
3 93 gumuruh dan wadya bala. Tembung saroja guntur ketug terletak dalam sulukan adegan dukaning Kala Srenggi, mrik minging dan mangambar kongas terletak dalam sulukan adegan jejer Astina. Adapun tembung éntar wadya bala terdapat dalam sulukan adegan perang Tegal Kuru. Diksi atau pilihan kata dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu tembung plutan, tembung garba, dan dasanama. Tembung plutan pada SPKSN lakon Séta Gugur hanya ditemukan di pathet nem sebanyak lima buah, yaitu kata Prasurama, rum, mrik, mbak, anggro, dan bang, serta dalam pathet sanga sebanyak satu buah yaitu kata swaraning. Dengan demikian jumlah keseluruhan tembung plutan yang ditemukan dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu sebanyak 7 buah. Tembung garba yang ditemukan pada SPKSN lakon Séta Gugur terletak dalam pathet nem sebanyak lima buah yaitu kata praptèng, munggwing, renggèng, nikèng, dan tekèng. Pada pathet sanga ditemukan tembung garba sebanyak dua buah yaitu kata sadpada dan sinayèng. Sedangkan dalam pathet manyura sebanyak satu buah yaitu kata winorèng. Dengan demikian jumlah keseluruhan tembung garba yang ditemukan dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu sebanyak 8 buah. Penggunaan tembung garba dalam SPKSN difungsikan untuk meringkas kata agar tidak terjadi kejanggalan bunyi dan memperindah cengkokan atau pengucapan dari sulukan sehingga akan terdengar enak jika sulukan tersebut dilagukan. Adapun fungsi dari tembung plutan dalam SPKSN berfungsi untuk memperhias pengucapan sehingga akan menimbulkan bunyi yang lebih indah apabila sulukan tersebut dilantunkan.
4 94 Pada SPKSN lakon Séta Gugur ditemukan beberapa dasanama raja, bunga, angin, mati, dan peperangan. Dasanama raja semua terletak pada pathet nem yaitu kata sri, narya, dan naléndra. Dasanama angin semua juga terletak pada pathet nem yaitu kata maruta dan samirana. Sedangkan dasanama bunga dalam SPKSN terletak pada pathet nem yaitu kata kembang, sekar, dan puspita, serta pada pathet manyura yaitu kata kusuma. Adapun dasanama bunga dalam pathet sanga kata yang didapatkan sama dengan pada pathet nem. Dasanama yang menyebut mati dalam SPKSN terdapat pada pathet nem yaitu kata léna, dan pathet manyura yaitu kata layu. Pada SPKSN dasanama peperangan hanya terdapat dalam pathet nem yaitu kata alaga, dan ayuda. Dengan demikian jumlah keseluruhan dasanama yang ditemukan dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu sebanyak 14 buah. Fungsi dari dasanama dalam SPKSN sebagai penghias sulukan agar tidak terjadi kemonotonan kata yang mengakibatkan penikmat menjadi jenuh. Selain itu penggunaan dasanama ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca atau penikmat tentang kata tertentu beserta padanannya yang memiliki makna serupa. Aspek yang berkaitan dengan bunyi pada SPKSN ditemukan beberapa perulangan bunyi yaitu purwakanthi guru swara, purwakanthi guru sastra, dan purwakanthi lumaksita. Purwakanthi guru swara yang muncul dalam SPKSN di semua pathet adalah vokal a, u, i, e. Jumlah keseluruhan purwakanthi guru swara yang ditemukan di semua pathet dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu sebanyak 10 buah. Purwakanthi guru sastra yang ditemukan dalam SPKSN di semua pathet yaitu konsonan b, d, dh, g, k, l. m, n, p, r, s, t, w, y. Jumlah keseluruhan
5 95 purwakanthi guru sastra di semua pathet yang ditemukan dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu sebanyak 33 buah. Adapun purwakanthi lumaksita yang ditemukan dalam SPKSN terletak di pathet nem dan pathet sanga. Pada pathet nem purwakanthi lumaksita yang ditemukan yaitu kata kepapag. Sedangkan pada pathet sanga purwakanthi lumaksita yang ditemukan adalah kata sinukmaya, liyep, ngambar, dan arum. Dengan demikian umlah keseluruhan purwakanthi lumaksita di semua pathet yang ditemukan dalam SPKSN lakon Séta Gugur yaitu sebanyak 5 buah 4.2 Saran Kajian stilistika dari suluk pedalangan Ki Seno Nugroho ini merupakan penelitian tahap awal yang masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu masih terbuka untuk dilakukan penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas secara komprehensif, demi pengembangan bahasa Jawa. Penelitian ini hanya sebatas membahas suluk pedalangan Ki Seno Nugroho dalam lakon Séta Gugur berdasarkan kajian stilistika sastra dalam lingkup kasusasteraan Jawa. Dengan demikian diharapkan penelitian serupa dapat dilakukan diluar ranah sastra seperti tinjauan aspek linguistik yang meliputi semantik, semiotik, wacana, sintaksis, dll. Semoga tidak hanya suluk pedalangan Ki Seno Nugroho yang dijadikan obyek, tetapi dapat mengambil obyek sulukan dalang lain. Dengan demikian akan memunculkan banyak berbagai variasi dari suluk pedalangan.
BAB I PENDAHULUAN. dengan pengertian, konsepsi bahasa yang tepat (Teeuw, 1981: 1). Artinya bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penggunaan bahasa yang khas, yang hanya dapat dipahami dengan pengertian, konsepsi bahasa yang tepat (Teeuw, 1981: 1). Artinya bahasa yang digunakan cenderung
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO
KAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO Oleh : Hesti Nur Cahyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa hestinurcahyo@gmail.com
Lebih terperinciAnalisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho
Analisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho Oleh : Eka Homsatun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ekahomsatun@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sanggit Gugurnya Bisma di dalam lakon Bisma Gugur sajian Ki Timbul Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni pedalangan dalam rangka mengubah
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.
104 BAB IV PENUTUP Lakon Anoman Mukswa merupakan lakon transisi dari wayang purwa menuju wayang madya sehingga dalam pementasannya terdapat dua jenis wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan
Lebih terperinciPENERAPAN TLUTUR DALAM PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA VERSI KI TIMBUL HADIPRAYITNA, KI SUTEDJO, KI SUGATI, DAN KI MARGIONO.
PENERAPAN TLUTUR DALAM PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA VERSI KI TIMBUL HADIPRAYITNA, KI SUTEDJO, KI SUGATI, DAN KI MARGIONO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu
BAB VI KESIMPULAN Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu tokoh pokok Antasena kemudian ditambah tokoh-tokoh baru seperti Manuwati,
Lebih terperinciTONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG
TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG Oleh: Kasidi Hp. Disampaikan dalam Sarasehan Senawangi Dalam Rangka Kongres IX Senawangi 25-26 April 2017 Jakarta PENGERTIAN AKSIOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksud, isi pikiran, dan perasaan setiap anggota masyarakat. Bahasa Jawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang berfungsi sebagai lambang identitas daerah dan alat pengungkap ide, gagasan, maksud, isi pikiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. mengungkapkan gagasan, pemikiran-pemikiran ataupun ide. Gagasan atau ide
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat atau sarana yang dipakai manusia untuk mengungkapkan gagasan, pemikiran-pemikiran ataupun ide. Gagasan atau ide tersebut dapat diungkapkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan
253 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana intertekstualitas struktur lakon dan mengapa dramatisasi diperlukan dalam sanggit lakon Hana Caraka Nabi Elia. Pertunjukan
Lebih terperinciMATA PELAJARAN : SENI PEDALANGAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK
MATA PELAJARAN : SENI PEDALANGAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK Pedagogi Inti 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesusasteraan memiliki ruang lingkup yang begitu luas dalam rangka penciptaannya atas representasi kebudayaan nusantara. Salah satu hasil ekspresi yang muncul
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP
KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, Pada dasarnya hampir setiap hari tingkah laku dan perbuatan manusia sejak bangun tidur
Lebih terperinci1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan
Bab. IV. ANALISIS GERAK PADA JEJER I ADEGAN KEDHATON - PATHET NEM (Menggunakan pendekatan hasil disertasi Primadi) 4.1. Sajian data dan analisis lengkapnya (tabulasi pembacaan/analisis terhadap gerakgerak)
Lebih terperinciPagelaran Wayang Ringkas
LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT
Lebih terperinciEtika dan Estetika Tembang Campursari Album VCD Karaoke Hits Campursari Volume 2 Oleh Cak Diqin
Etika dan Estetika Tembang Campursari Album VCD Karaoke Hits Campursari Volume 2 Oleh Cak Diqin Oleh: Wahyu Pamuji Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ayuucci@gmail.com Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.
BAB IV PENUTUP Jemblung Banyumas merupakan salah satu bentuk kesenian tradisi rakyat Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt. Muyèn merupakan kesenian macapatan yang
Lebih terperinciKISI KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA JAWA
KISI KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA JAWA No Standar Guru (SKG) 1. Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Menggunakan ragam bahasa Jawa Ngoko
Lebih terperinciETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA
ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA Oleh : Qoriatul Anief Agustina program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aniefagustina@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan
Lebih terperinciSUWUK GROPAK DALAM KARAWITAN PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA
SUWUK GROPAK DALAM KARAWITAN PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 pada Program Studi Seni Karawitan Kompetensi Pengkajian
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mengakibatkan perubahan teknik tabuhan pada beberapa instrument bonang
BAB IV KESIMPULAN Penerapan suwuk gropak dalam karawitan pakeliran gaya Yogyakarta mengakibatkan perubahan teknik tabuhan pada beberapa instrument bonang penerus, bonang barung, peking, serta penyederhanaan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI) KAJIAN BENTUK, MAKNA DAN FUNGSI PATHETAN DALAM GENDING KLENENGAN Oleh: Drs. Teguh, M. Sn. Dibiayai DIPA ISI Yogyakarta No: DIPA-023.04.2.506315/2014 tanggal
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. kulit purwa yaitu Wisnu Ratu, Arjunasasra lahir dan Sumantri Ngenger.
BAB IV PENUTUP Lakon Sokasrana ini pada dasarnya diadaptasi dari tiga lakon wayang kulit purwa yaitu Wisnu Ratu, Arjunasasra lahir dan Sumantri Ngenger. Pengadaptasian tiga lakon menjadi satu lakon dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema cerita wayang Ramayana yang diperuntukkan bagi remaja usia 15-18 tahun. Hal ini dilatar
Lebih terperinciMITOS DRUPADI DEWI BUMI DAN KESUBURAN (Dasar-dasar Perancangan Karya Seni Pedalangan)
MITOS DRUPADI DEWI BUMI DAN KESUBURAN (Dasar-dasar Perancangan Karya Seni Pedalangan) Oleh : Kasidi Jurusan Seni Pedalangan Fakultas Seni Petunjukan INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014 i Judul MITOS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. zaman Keraton Kartasura yang diciptakan oleh Mpu Ciwamurti. Nama Mpu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lakon Dewa Ruci dalam sejarah pewayangan di Jawa mulai dikenal sejak zaman Keraton Kartasura yang diciptakan oleh Mpu Ciwamurti. Nama Mpu Ciwamurti dalam disertasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seri Kebatinan Baboning Kitab Primbon merupakan buku yang berisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seri Kebatinan Baboning Kitab Primbon merupakan buku yang berisi kumpulan 10 kitab ilmu kejawen. Sepuluh kitab ilmu kejawen itu adalah Primbon Jawa Bekti Jamal, Kitab
Lebih terperinciNilai Etika dan Estetika Tembang Macapat Pupuh Dhandhanggula dalam Serat Nalawasa-Nalasatya dan Pembelajarannya di SMA
Nilai Etika dan Estetika Tembang Macapat Pupuh Dhandhanggula dalam Serat Nalawasa-Nalasatya dan Pembelajarannya di SMA Oleh: Muslikhatun Solikhah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Muslykha@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN KONSEP SEMANTIK MANTRA DALAM PRIMBON ADJIMANTRAWARA TERBITAN SOEMODIDJOJO MAHADEWA
ANALISIS DIKSI DAN KONSEP SEMANTIK MANTRA DALAM PRIMBON ADJIMANTRAWARA TERBITAN SOEMODIDJOJO MAHADEWA Yoga Wicaksono Yogafomb@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Masalah yang dikaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stilistika merupakan ilmu linguistik yang mengkaji tentang aspek gaya atau style di dalam karya sastra dengan menggunakan medium bahasa sebagai media telaahnya.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur sebagai bahan
Lebih terperinciSTILISTIKA LIRIK LAGU IDENTITAS DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN
STILISTIKA LIRIK LAGU IDENTITAS DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Lebih terperinciKAJIAN STILISTIKA KIDUNG WÊCATANTULAR KARYA SYEKH MAULANA LAWU WARTA
KAJIAN STILISTIKA KIDUNG WÊCATANTULAR KARYA SYEKH MAULANA LAWU WARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan bentuk masyarakat Heterogen, baik dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan bentuk masyarakat Heterogen, baik dari keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan, serta latar belakang sosial yang berbedabeda, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciKAJIAN STILISTIKA BABAD TANAH JAWI JILID 1-5 KARYA RADEN NGABEHI YASADIPURA I
KAJIAN STILISTIKA BABAD TANAH JAWI JILID 1-5 KARYA RADEN NGABEHI YASADIPURA I TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif
Lebih terperinciKISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JAWA
Memahami kurikulum sebagai serangkaian kompetensi yang harus dikuasai pembelajar KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JAWA Memahami kurikulum beserta komponen serta fungsinya Menjelaskan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian
BAB 3 SIMPULAN Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian dari kitab suci umat nasrani, yaitu Alkitab. Kitab Mazmur merupakan kitab terpanjang dan kitab yang paling banyak dikutip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra
Lebih terperinci\PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT
\PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT \PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT (Studi Kasus Pada Lakon Wahyu Makutharama dengan Dalang Ki Djoko Bawono di Desa Harjo Winangun, Kecamatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang
Lebih terperinci\PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT
\PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT (Studi Kasus Pada Lakon Wahyu Makutharama dengan Dalang Ki Djoko Bawono di Desa Harjo Winangun, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan dalam Acara Bersih
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek
Lebih terperinciNilai Etika dan Estetika dalam Serat Pranata Lampah-Lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton
Nilai Etika dan Estetika dalam Serat Pranata Lampah-Lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton Oleh: Umi Latifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa umilatifah4190@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak diminati pembaca, sekaligus salah satu bentuk wacana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra Padhalangan merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak diminati pembaca, sekaligus salah satu bentuk wacana yang mengungkapkan suatu kehidupan,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga
320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa
Lebih terperinciSANGGIT LAKON BISMA GUGUR SAJIAN KI TIMBUL HADIPRAYITNA. Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat S-1 Program Studi Seni Pedalangan
SANGGIT LAKON BISMA GUGUR SAJIAN KI TIMBUL HADIPRAYITNA Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat S-1 Program Studi Seni Pedalangan Diajukan oleh SUJARTOYO NIM: 0910085016 JURUSAN SENI
Lebih terperinciSTILISTIKA. Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Ali Imron Al-Ma ruf
STILISTIKA Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa Ali Imron Al-Ma ruf Persembahan untuk istri tercintaku, Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. dan ketiga buah cintaku: Afrida Putritama, Alifia
Lebih terperinciMATERI STUDI RELIGI JAWA
MATERI STUDI RELIGI JAWA Bahasa dan sastra; karya sastra Jawa Kuna yang tergolong tua; karya sastra Jawa Kuna yang bertembang; karya sastra Jawa Kuna yang tegolong muda; karya sastra yang berbahasa Jawa
Lebih terperinciKAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV
KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya
Lebih terperinciANOMAN MUKSWA. Catur Cang Pamungkas Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK
1 ANOMAN MUKSWA Catur Cang Pamungkas Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK Lakon Anoman Mukswa merupakan lakon transisi dari wayang purwa menuju wayang madya sehingga dalam pementasannya
Lebih terperinciLAKON WAHYU EKA BAWANA SAJIAN KI SRI SUSILO THENGKLENG DI SANGIRAN: KAJIAN MITOLOGI
LAKON WAHYU EKA BAWANA SAJIAN KI SRI SUSILO THENGKLENG DI SANGIRAN: KAJIAN MITOLOGI TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S2 Program Studi Pengkajian Seni Minat Pengkajian
Lebih terperinciEKSISTENSI SANGGAR SENI PEDALANGAN NGESTI BUDHAYA KARANGANYAR DALAM PENGEMBANGAN SENI TRADISI
EKSISTENSI SANGGAR SENI PEDALANGAN NGESTI BUDHAYA KARANGANYAR DALAM PENGEMBANGAN SENI TRADISI Jaka Rianto Jurusan Seni Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta Abstract Indonesian Art Institute
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dapat disebut sebagai hidangan yang sangat lezat bagi penikmat yaitu masyarakat. Sastra dihidangkan oleh sastrawan dengan keindahan kata dan kalimat yang
Lebih terperinciKAJIAN STILISTIKA LIRIK LAGU BERBAHASA JAWA KARYA NUR BAYAN
KAJIAN STILISTIKA LIRIK LAGU BERBAHASA JAWA KARYA NUR BAYAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Fakultas
Lebih terperinciJURNAL BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG
JURNAL BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG BANYUMAS PETHILAN BABAD PURBALINGGA SOKARAJA Oleh: Ragil Puspitasari 1110464012 JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengungkapkan suatu ide, pemikiran dan gagasan. Ide, pemikiran, dan gagasan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengungkapkan suatu ide, pemikiran dan gagasan. Ide, pemikiran, dan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG
BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG BANYUMAS PETHILAN BABAD PURBALINGGA SOKARAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana pada Program Studi Seni Karawitan
Lebih terperinci3ESTETIKA WAYANG. Abstrak PENDAHULUAN. Kasidi Hadiprayitno
3ESTETIKA WAYANG Kasidi Hadiprayitno Abstrak The basics are the puppet aesthetic perspective of the relation elements of beauty in the unity of the structure of the wayang. Understanding the true aesthetic
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi
Lebih terperinciPENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Oleh. ELOK DWI RATNA WULANDARI 06340011 PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
18 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis, yaitu analisis sosiokognitif. Berangkat dari pendapat van Dijk yang merupakan pendapat
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakeliran atau ringgitan adalah istilah bahasa Jawa untuk pengertian suatu pentas atau pertunjukan wayang kulit. Pentas ini menyajikan permainan ringgit wacucal
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. gaya bahasa perulangan pada antologi geguritan Garising Pepesthen karya R. Bambang Nursinggih, dapat diperoleh kesimpulan di bawah ini.
84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian analisis gaya bahasa perulangan pada antologi geguritan Garising Pepesthen karya R. Bambang Nursinggih, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinciyang di gunakan pada pertunjukan wayang seperti kelir, blencong, kepyak,
BAB II ASAL-USUL WAYANG A. Sejarah Wayang Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya dengan budaya. Di antara sekian banyak seni budaya yang ada, wayang dan seni pedalangan yang bertahan dari masa
Lebih terperinci2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Pertunjukan wayang atau biasa disebut pakêliran sudah. populer di kalangan masyarakat Jawa. Menurut data historis,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertunjukan wayang atau biasa disebut pakêliran sudah populer di kalangan masyarakat Jawa. Menurut data historis, pertunjukan wayang sudah ada pada abad IX dalam Prasasti
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA
ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna
Lebih terperinciETIKA DAN ESTETIKA CERITA MINTARAGA GANCARAN KARYA PRIJOHOETOMO
ETIKA DAN ESTETIKA CERITA MINTARAGA GANCARAN KARYA PRIJOHOETOMO Oleh: Ririh Probo Siwi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa siwiririh@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciCover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation
Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/41304 holds various files of this Leiden University dissertation Author: Emerson, Kathryn Title: Transforming wayang for contemporary audiences : dramatic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di dalam komunikasi manusia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan alat untuk menyederhanakan masalah, sehingga masalah tersebut dapat lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2004, hlm; 34). Penelitian
Lebih terperinciJurnal Buana Bastra Tahun 3. No.1 April 2016 NUANSA GENDHING DAN STRUKTUR PENCERITAAN WAYANG KULIT JAWA TIMURAN. Pana Pramulia
NUANSA GENDHING DAN STRUKTUR PENCERITAAN WAYANG KULIT JAWA TIMURAN Pana Pramulia Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Adi Buana Surabaya panapramulia@gmail.com ABSTRAK Wayang kulit Jawa Timuran
Lebih terperinciTugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT.
Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT. Fenomena ~ Wayang adalah wahana untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan
BAB IV PENUTUP Tugas Akhir dengan kompetensi penyajian adalah sebuah wadah yang pas untuk penggalian gending-gending tradisi. Langkah ini dilakukan dalam upaya pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan.
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN. Djoko Sulaksono
FILOSOFI PERTUNJUKAN WAYANG ANG PURWA Djoko Sulaksono Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Jl. Ir. Sutami No. 36 A (+62-271) 646624 Surakarta 57126 E-mail: ciptaningmintaraga@yahoo.com HP. +6285292829999
Lebih terperinciSKRIPSI KAJIAN STILISTIKA DALAM LIRIK LAGU CAMPURSARI CIPTAAN DHIMAS TEDJO
SKRIPSI KAJIAN STILISTIKA DALAM LIRIK LAGU CAMPURSARI CIPTAAN DHIMAS TEDJO Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Lebih terperinciANALISIS KOHESI LEKSIKAL SKRIPSI. Oleh Bambang Supriyadi NIM
ANALISIS KOHESI LEKSIKAL TWITTER @SBYudhoyono SKRIPSI Oleh Bambang Supriyadi NIM 09340152 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum.
PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: 0806481210 Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat
Lebih terperinciKAJIAN STILISTIKA KARYA-KARYA SASTRA KI PADMASUSASTRA PERSPEKTIF KRITIK HOLISTIK
KAJIAN STILISTIKA KARYA-KARYA SASTRA KI PADMASUSASTRA PERSPEKTIF KRITIK HOLISTIK DISERTASI Oleh Prasetyo Adi Wisnu Wibowo NIM T111108006 Komisi Promotor Promotor Ko-Promotor I Ko-Promotor II Nama Tanda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. MetodePenelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu gejala.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat
143 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Sunda yang sangat digemari bukan saja di daerah Jawa Barat, melainkan juga di daerah lain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang terdiri dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015
Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh : Mujilestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa moedjilestari09@gmail.com
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PAKELIRAN WAYANG KULIT PURWA LAKON RESI SUBALI
PAKELIRAN WAYANG KULIT PURWA LAKON RESI SUBALI Mustiko Bayu Wibowo Jurusan Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. email: Bayuwibowo20@yahoo.co.id ABSTRAK Karya ini merupakan tanggapan dari
Lebih terperinci