PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA. Oleh : M. SANDI FACHRISAL NIM.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA. Oleh : M. SANDI FACHRISAL NIM."

Transkripsi

1 PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA Oleh : M. SANDI FACHRISAL NIM PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

2 PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA Oleh M. SANDI FACHRISAL NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

3 PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA Oleh M. SANDI FACHRISAL NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

4 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA. Nama : M. Sandi Fachrisal NIM : Program Studi Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Yuanita, SP, MP NIP Ir. Syarifuddin, MP NIP Roby, SP, MP NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Syarifuddin, MP NIP Ir. Hasanudin, MP NIP Lulus ujian pada tanggal : Juli 2013

5 ABSTRAK M. SANDI FACHRISAL. Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda (di bawah bimbingan Yuanita). Penelitian ini dilatar belakangi karena belum maksimalnya kedalaman semai yang baik pada benih kakao, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kecepatan dan keberhasilan benih kakao pada saat menyemai. Dari hasil penelitian menunjukkan dengan penyemaian di atas media saja (P 0 ), kedalaman semai 2 cm (P 1 ), dan kedalaman semai 4 cm (P 2 ) memberikan nilai persentase perkecambahan tinggi dengan persentase perkecambahan 100% dengan jumlah benih yang bekecambah 20 benih. Pada perlakuan (P 1 ) benih berkecambah hanya membutuhkan waktu 2 hari sedangkan (P 0 ) membutuhkan waktu 3 hari dan (P 2 ) membutuhkan 4 hari untuk berkecambah. Jadi perbedaan penelitian hanya pada waktu tumbuh saja di setiap perlakuan dan hasil persentasenya di kategorikan baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai untuk memastikan kedalaman semai yang baik pada benih kakao. Kata kunci : Perkecambahan, benih, kakao

6 RIWAYAT HIDUP M. Sandi Fachrisal lahir pada tanggal 6 Januari 1992 di Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Suriyadi dan Ibu Jamaliah. Tahun 1998 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 14 kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 24 tahun 2004, melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 tahun 2007, dan lulus tahun 2010 di Samarinda. Pendidikan Tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian tahun Pada tanggal 1 Maret 2013 sampai dengan 1 Mei 2013 mengikuti program praktek kerja lapang (PKL) di PT.Tritunggal Sentra Buana, Desa Saliki, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di belakang Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu dari bulan 1 Juni sampai dengan 1 Juli 2013, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ibu Yuanita, SP, MP selaku Dosen Pembimbing 2. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan Dosen Penguji I 3. Bapak Roby, SP, MP selaku Dosen Penguji II 4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 6. Seluruh staf pengajar, administrasi, dan teknisi yang ada di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan 7. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan motivasi serta semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin. Penulis,

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan.. 3 C. Hasil Yang Diharapkan. 3 II. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman kakao.4 1. Sistematika Tanaman Kakao Morfologi Tanaman Kakao Varietas Tanaman Kakao Syarat Tumbuh Tanaman Kakao.. 11 B. Perkecambahan Benih Tingkat Kemasakan Benih Ukuran Benih Dormansi Pembibitan 16 C. Media Perkecambahan Pasir METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu. 19 B. Alat dan Bahan C. Perlakuan.19 D. Prosedur Penelitian Persiapan Media Tanam Persiapan Benih Pengambilan Benih Seleksi Benih Penanaman Benih Pemeliharaan 21 E. Pengamatan dan Pengambilan Data Munculnya Kecambah.21 F. Persentase Perkecambahan 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. 23 B. Pembahasan.. 27 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. 29

9 B. Saran 29 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR GAMBAR No. Tubuh Utama Halaman 1. Gambar 1. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke Gambar 2. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke Gambar 3. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke Gambar 4. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke Gambar 5. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda 26

11 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Lampiran 1. Tabel 2 Data Harian Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Selama 12 Hari Lampiran 2. Perhitungan Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian a. Media pasir b. Benih kakao c. Penanaman benih kakao ( P 0 ).. 34 d. Penanaman benih kakao ( P 1 ).. 34 e. Penanaman benih kakao ( P 2 ).. 35 f. Pengecekan hari ke 4 ( P 0 ) 35 g. Pengecekan hari ke 4 ( P 1 ) h. Pengecekan hari ke 4 ( P 2 ) 36 i. Pengecekan hari ke 5 ( P 0 ). 37 j. Pengecekan hari ke 5 ( P 1 ) 37 k. Pengecekan hari ke 5 ( P 2 ) 38 l. Pengecekan hari ke 6 ( P 0 ) 38 m. Pengecekan hari ke 6 ( P 1 ) 39 n. Pengecekan hari ke 6 ( P 2 ) 39 o. Hasil pertumbuhan benih kakao ( P 0, P 1, P 2 ). 40

12 DAFTAR TABEL No. Tubuh Utama Halaman 1. Tabel 1. Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda.. 23

13 2 I. PENDAHULUAN Perkebunan kakao dewasa ini di Indonesia berkembang sangat pesat terutama pada perkebunan rakyat, hal ini diharapkan perkebunan kakao menempati tempat yang sama dengan komoditi perkebunan lainnya. Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani, dan sumber devisa bagi Negara. Karena itu tidak mengherankan bahwa sejak awal tahun 1980-an perkembangan kakao di Indonesia sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan pembangunan perkebunan kakao di Indonesia. Dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat, maka diharapkan masyarakat untuk melengkapi gizi agar lebih baik, dengan demikian kakao yang diolah menjadi sebuah produk akan memberikan harapan cerah karena kandungan yang terdapat dalam kakao seperti lemak nabati sangat tinggi yaitu 50%, karbohidrat 15%, terdiri dari 6% pati dan 1% gula, sebagian besar industri farmasi mempergunakan sebagai obat obatan disamping itu pula diperlukan sebagai bahan pembuat kembang gula (Susanto, 1994) Perkebunan kakao di Indonesia banyak diusahakan dengan produksi yang tinggi, namun kendala utamanya mutu yang kurang baik, terutama dari kakao rakyat. Hal ini terutama petani belum juga dapat memahami budidaya tanaman kakao sepenuhnya. Tanaman kakao memerlukan perlakuan yang agak berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, terutama dalam hal perkecambahan, untuk mendapatkan bahan tanaman biji yang kelak dapat

14 3 berproduksi tinggi, sebaiknya diperoleh dari kebun benih kakao yang telah teruji kualitasnya. Tidak hanya tinggi produksinya, tetapi juga resisten terhadap hama dan penyakit. Jika tidak terdapat kebun benih kakao, maka bahan tanaman biji dapat diperoleh dari pohon pohon terpilih diareal pertanaman kakao yang pohonnya berproduksi tinggi, bebas dari serangan hama dan penyakit, dan dapat berbuah sepanjang tahun (Sunanto, 1992). Mutu biji sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, dan curah hujan. Oleh karena itu meskipun pertumbuhan dan produksi tanaman sangat di pengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanam, tetapi harus diingat pentingnya pemilihan mutu biji yang akan di gunakan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan perkecambahan melalui benih. Pengertian perkecambahan adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik axis di dalam yang terhenti untuk selanjutnya membentuk bibit (Kamil, 1979). Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan kegiatan sel dan enzim serta naiknya tingkat respirasi benih dan tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik titik tumbuh (Sutopo, 1985).

15 4 Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menguji sejauh mana kecepatan perkecambahan benih kakao dengan kedalaman semai yang berbeda. Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan informasi kepada pembaca tentang kedalaman semai yang baik untuk benih kakao pada media pasir.

16 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman kakao Beberapa literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan Astek. Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang-orang kulit putih dibawah pimpinan Christopher Columbus (Susanto, 1994). 1. Sistematika Tanaman Kakao Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (2000) sistematika tanaman ini sebagai berikut: Divisi Anak divisi Kelas Anak Kelas Bangsa Suku Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Dialypetalae : Malvales : Sterculiaceae : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. 2. Morfologi Tanaman Kakao Menurut Susanto (1994), morfologi tanaman kakao adalah sebagai berikut: a. Akar

17 6 Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah 0-30 cm. Ujungnya membentuk cabang kecil yang susunannya ruwet. Akar tanaman kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 m ke arah samping dan 15 m ke arah bawah. b. Batang dan Cabang Tinggi batang kakao pada umur tiga tahun mencapai 1,8-3 m dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5-7 m. Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya kesamping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas). Tanaman kakao yang berasal dari biji (generatif), setelah mencapai tinggi 0,9 1,5 m akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao. Tinggi batang sampai terbentuk jorket pada umumnya sekitar 1-2 meter dari permukaan tanah. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruasnya tidak memanjang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3 6 cabang yang arah pertumbuhannya condong kesamping membentuk sudut 0 60 o dengan arah horisontal. Cabang cabang itu disebut dengan cabang

18 7 primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang lateral sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun. c. Daun Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme, Pada tunas ortotrop tangkai daunnya yaitu 7,5-10 cm, sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, tergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian yang terletak dipangkal dan ujung tangkai daun, dengan persendian ini daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing, dan pangkal daun runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen, warna daun dewasa hijau tua, panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm, Permukaan daun licin dan mengkilap. d. Bunga Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao mempunyai rumus K 5 C 5 A 5+5 G (5). Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang

19 8 tersusun dalam 2 lingkaran, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan, warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Tangkai bunga kecil tetapi panjang ( 1 1,5 cm ), daun mahkota panjangnya 6 8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang dan biasanya terdapat dua garis merah, bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih. e. Buah Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang seling, pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas, kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya pada tipe forastero permukaan kulit buah pada umumnya halus, kulitnya tipis tetapi keras. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Saat itu, ukurannya beragam, dari panjang cm, bergantung pada faktor lingkungan selama perkembangan buah. f. Biji Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah, jumlahnya beragam yaitu butir per buah, jika dipotong melintang tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling

20 9 melipat dan bagian pangkalnya menempel diporos, warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forastero. Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis yang diduga mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang kadang biji berkecambah didalam buah yang terlambat dipanen karena daging buahnya telah kering. Saat berkecambah, hipokotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup keatas permukaan tanah. Fase ini di sebut dengan fase serdadu, fase kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku bukunya sangat pendek sehingga tampak tumbuh dari satu ruas, pertumbuhan berikutnya berlangsung secara periodik dengan interval waktu tertentu. 3. Varietas Tanaman Kakao Menurut Susanto (1994), varietas kakao dapat di bagi menjadi tiga tipe yaitu : a. Criollo, termasuk kakao bermutu tinggi atau kakao mulia. Criollo mempunyai ciri ciri sebagai berikut : 1) Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah, tunas tunasnya muda umumnya berbulu.

21 10 2) Masa berbuah lambat. 3) Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit. 4) Kulit buah tipis mudah diiris. 5) Ujung buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok. 6) Tiap buah berisi biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat. 7) Endospermanya berwarna putih. 8) Proses fermentasinya lebih cepat. 9) Rasa biji tidak begitu pahit. 10) Warna buah umumnya merah dan bila sudah masak menjadi oranye. b. Forastero, umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao lindak. Tipe Forastero memiliki ciri ciri sebagai berikut : 1) Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi. 2) Masa berbuah lebih awal. 3) Umumnya di perbanyak dengan semaian hibrida. 4) Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 5) Kulit buah agak keras tetapi permukaannya halus. 6) Alur alur pada kulit buah agak dalam. 7) Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng. 8) Proses fermentasinya lebih lama. 9) Rasa biji lebih pahit. 10) Kulit buah berwarna hijau terutama yang berasal dari Amazone dan merah yang berasal dari daerah lain.

22 11 c. Trinitario, merupakan hasil persilangan antara criollo dan Forastero, dari hasil persilangan ini mutunya baik, buah dan bijinya besar, sebagai contoh adalah klon Jati Runggo. Walaupun ciri ciri bijinya seperti Criollo namun merupakan hasil persilangan. Jenis Trinitario dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu : 1) Angoleta, dengan ciri ciri sebagai berikut : a) Bentuk luar mendekati Criollo. b) Kulit luar sangat kasar, buah besar, beralur dalam. c) Biji bulat, mutu superior. d) Endospermanya berwarna ungu. 2) Cundeamor, dengan ciri ciri sebagai berikut : a) Bentuk buah seperti Angoleta. b) Kulit buah kasar, dan alur tidak dalam. c) Bijinya gepeng dan mutu superior d) Endospermanya berwarna ungu gelap 3) Amelonado, dengan ciri ciri sebagai berikut : a) Bentuk buah bulat telur. b) Kulit sedikit halus dan alurnya jelas c) Bijinya gepeng, mutu ada yang sedang dan ada yang superior. d) Endospermanya berwarna ungu 4) Calaba cillo, dengan ciri ciri sebagai barikut : a) Buahnya pendek dan bulat. b) Kulitnya sangat halus dan licin, sedangkan alur buahnya dangkal

23 12 c) Biji gepeng dan rasanya pahit. d) Endospermanya berwarna ungu. 4. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Di daerah asalnya tanaman kakao tumbuh subur di hutan-hutan dataran rendah dan hidup di bawah naungan pohon-pohon yang tinggi. Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Sedangkan angin, musim kering, dan perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap proses pembuahan tanaman kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh subur pada ketinggian m dari permukaan air laut. Tanaman kakao tidak tahan terhadap cendawan, air pada musim hujan dan juga kekeringan pada musim kemarau, sifat tanah yang baik untuk tanaman kakao yaitu memiliki unsur hara yang tinggi (Susanto, 1994). a. Faktor Iklim Iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu, kelembaban udara, sinar matahari, dan angin. 1) Curah Hujan Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara sampai dengan mm tiap tahun, curah hujan yang melebihi dari mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah. Di samping itu, akan terjadi pencucian air yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, dan ph turun.

24 13 2) Suhu Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dari permukaan air laut. Suhu maksimal untuk tanaman kakao sekitar 30 0 sampai dengan 32 0 C. Suhu yang tinggi memacu pembungaan, namun kemudian gugur, suhu yang baik pada saat pembungaan adalah sekitar 30 0 C pada siang hari dan sekitar 26 0 C pada malam hari. 3) Kelembaban Udara Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum 100%, pada siang hari 70% dan 80% pada malam hari. Kelembaban yang rendah akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen. 4) Sinar Matahari Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses fotosintesis, namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25% sampai dengan 35% dari sinar matahari penuh, sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari semakin besar yaitu 65% sampai dengan 75%. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengatur tanaman penaung. 5) Angin Daun kakao umumnya lebih besar dibanding dengan daun kopi, sehingga lebih mudah rusak bila diterpa angin kencang. Terutama daun

25 14 yang muda akan mudah robek, hal ini akan lebih berat bila sifat angin itu kering dan kencang, kecepatan angin mulai merusak dan merugikan tanaman apabila lebih dari 4 m per detik atau sekitar 15 km per tahun. b. Faktor Tanah Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao yaitu tebal lapisan tanah (solum) minimum 90 cm dan cukup gembur, mengandung humus atau bahan organik, terutama pada lapisan tanah bagian atas (sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah), memiliki kadar hara yang tinggi dan dalam keseimbangan yang baik, dan mengandung cukup udara dan air, kemiringan tanah maksimum 40 o, permukaan tanah yang miring perlu di buat teras - teras atau sengkedan. 1) Sifat Kimia Tanah Tanaman kakao tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki ph 6 7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada ph tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada ph rendah. Disamping faktor keasaman sifat kimia tanah yang juga turut perperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen, untuk itu zat pada lapisan tanah setebal 0 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur. Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan seresah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak kg/ha/tahun daun gliricida yang jatuh

26 15 memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg/ha, fosfor 1,6 kg/ha, kalium 25 kg/ha, dan magnesium 9,1 kg/ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg/hamemberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg Rp, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserite, sebaiknya tanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me/100 g contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 Me/100 g pada kedalaman 0-15 cm (Susanto, 1994). 2) Sifat Fisik Tanah Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi % fraksi liat, 50 % pasir, dan % tanah. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah, struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara didalam tanah baik sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao. Tanaman kakao menginginkan solum tanah minimal 90 cm, walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao. Kedalaman tanam efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam

27 16 rangka pertumbuhan dan serapan unsur hara yang baik (Susanto, 1994). B. Perkecambahan Benih Perkecambahan ini tidak hanya dipakai khusus untuk biji tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari benih (Kamil, 1979). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah : 1. Tingkat kemasakan benih Benih dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkat tersebut belum memilki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna. 2. Ukuran benih Di dalam penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi embrio pada saat perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak di bandingkan dengan benih yang kecil, mungkin embrionya lebih besar. 3. Dormansi Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkacambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkacambahannya. Periode

28 17 dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. 4. Pembibitan Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu : a. Dekat dengan sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik, terlindung dari angin yang kencang dan sinar matahari langsung, dan tidak terganggu oleh hama. b. Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan angin yang kencang, naungan dapat berupa tanaman hidup misalnya lamtaro dan kelapa. C. Media Perkecambahan Media yang baik untuk perkecambahan benih tanaman kakao harus mempunyai sifat fisik yang baik, kondisi fisik sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tekstur yang padat karena benih berusaha keras untuk dapat menembus ke permukaan tanah. Media yang digunakan adalah : 1. Pasir Pasir adalah butiran tanah yang lebih kecil dari kerikil juga dari batu yang beraneka ragam bentuknya. Umumnya butiran pasir terbawa air ke sungai berwarna putih, kuning dan mengkilap karena bercampur air tanah atau butiran butiran lain. Pasir mempunyai sifat antara butiran pasir yang satu dengan yang lain tidak terikat, sehingga pasir dengan mudah terbawa oleh air atau angin. Pasir mempunyai kandungan unsur hara yang cukup

29 18 kecil dan tidak sepenuhnya mampu untuk menahan air dan unsur hara ( Rismunandar, 1994). Pasir sering kali digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini pasir dianggap memedai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih dan pertumbuhan bibit tanaman kakao. Sifatnya yang mudah kering akan memudahkan pengangkatan bibit tanaman ke lapangan, selain itu keunggulan media pasir adalah kemudahan dalam penggunaan. Pasir dapat dipilih sebagai media tanam karena mempunyai pori pori yang lebih banyak, dimana pori pori tersebut sangat baik untuk aerasi dan draenase serta mempermudah akar menyerap unsur hara. Pori pori pasir yang lebih banyak dibandingkan tanah liat mudah menjadi basah dan cepat pula kering karena proses penguapan dan konsisten (ketahanan partikel terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan angin ( Dina, 1994 ).

30 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di areal Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan Manajemen Pertanian selama 1 bulan, mulai dari tanggal 1 Juni sampai dengan 1 Juli B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Alat tulis 2. Baskom dengan ukuran 25 x 30 cm, ketebalan 25 cm 3. Cangkul 4. Ayakan 5. Kamera 6. Penggaris 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Buah kakao varietas Forestero (F1) 2. Pasir 3. Air C. Perlakuan Penelitian ini disusun dalam 3 perlakuan dan terdiri dari 20 ulangan jadi jumlah benih yang di tanam adalah 60 tanaman, adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah : P 0 = Pelakuan benih ditaruh diatas media saja P 1 = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 2 cm P 2 = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 4 cm

31 20 D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Media Tanam Media yang digunakan adalah pasir karena mempunyai pori pori yang lebih banyak, dimana pori pori tersebut sangat baik untuk aerasi dan draenase serta mempermudah akar menyerap unsur hara. 2. Persiapan Benih Kakao Benih kakao berasal dari Desa Berambai dengan jenis kakao Forastero (F1). Benih kakao yang baik adalah benih yang berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang di pohon). Benih yang cukup tua mempunyai tanda - tanda sebagai berikut : a. Warnanya kuning. Pada jenis kakao yang kulit buahnya merah, yang kuning adalah alurnya. Sedangkan jenis kakao yang kulit buahnya hijau berubah menjadi kekuning - kuningan atau oranye. b. Jika buah di guncang - guncang timbul suara, yang menandakan bahwa biji-biji kakao tersebut sudah lepas dari rekatan daging buah. c. Jika buah di ketuk - ketuk dengan tangan, suaranya bergema. 3. Pengambilan Benih Kakao Buah yang sudah cukup tua dibuka dengan cara dipukul dengan alat pemukul sampai terbelah, pemukulan buah dilakukan secara hati - hati agar tidak merusak benih. Kemudian benih di keluarkan, untuk mendapatkan benih yang baik hanya pada bagian tengah atau poros buah. 4. Seleksi Benih Kakao Dari satu buah kakao pada umumnya hanya diambil butir biji, dan dipilih biji - biji yang sehat. Biji yang terpilih kemudian dibersihkan lendirnya (pulp) dengan cara meremas - remas biji dengan serbuk gergaji.

32 21 Kemudian biji tersebut dicuci dengan air, selanjutnya pembukaan kulit ari menggunakan pisau secara hati hati agar benih tidak rusak, lalu biji dicuci sampai bersih, kemudian biji siap untuk disemaikan. 5. Penyemaian Benih Kakao Masing masing baskom yang telah diisi pasir akan disemai dengan kedalaman yang berbeda yaitu benih ditaruh diatas media saja, benih disemai dengan kedalaman 2 cm, benih disemai dengan kedalaman 4 cm dengan posisi benih berdiri yaitu radikula menghadap ke bawah. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pemberantasan gulma. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, kecuali jika turun hujan penyiraman hanya sekali saja. Penyiraman hingga media menjadi lembab. E. Pengamatan dan Pengambilan Data 1. Munculnya Kecambah. Tanda bahwa benih sudah berkecambah adalah hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih menutup keatas permukaan tanah. Pengambilan data dilakukan setiap hari selama 12 hari. F. Persentase Perkecambahan Untuk mencari persentase perkecambahan menggunakan rumus menurut Kartasapoetra (2004). Persentase Perkecambahan = BYB X 100 % BYD Keterangan : BYD BYB = Jumlah benih yang di semai = Jumlah benih yang berkecambah

33 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan untuk persentase perkecambahan benih kakao dengan 3 perlakuan yaitu, P 0, P 1, dan P 2 dapat dilihat pada tabel 1, sebagai berikut : Tabel 1. Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda. No Perlakuan BYD BYB Persentase Perkecambahan (%) 1 P % 2 P % 3 P % Keterangan : P 0 P 1 P 2 BYD BYB = Benih ditaruh diatas media saja. = Benih disemai dengan kedalaman 2 cm = Benih disemai dengan kedalaman 4 cm = Jumlah benih yang disemai = Jumlah benih yang berkecambah Pada tabel menunjukkan bahwa benih disemai dengan kedalaman yang berbeda mempunyai persentase perkecambahan baik yaitu 100 %. Hasil pengamatan yang dilaksanakan untuk persentase perkecambahan benih kakao dengan 3 perlakuan yaitu, P 0, P 1, dan P 2 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

34 23 Persentase (%) Perkecambahan Benih Kakao 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% P0 P1 P2 H 4 45% 75% 25% Gambar 1. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke 4 Persentase (%) Perkecambahan Benih Kakao 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% P0 P1 P2 H 5 35% 25% 35% Gambar 2. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke - 5

35 24 35% Perkecambahan Benih Kakao 30% Persentase (%) 25% 20% 15% 10% 5% 0% P0 P1 P2 H 6 20% 0% 30% Gambar 3. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke 6 12% Perkecambahan Benih Kakao 10% Persentase (%) 8% 6% 4% 2% 0% P0 P1 P2 H 7 0% 0% 10% Gambar 4. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke - 7

36 25 Perkecambahan Benih Kakao Persentase (%) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% P0 H7 0% H6 20% H5 35% H4 45% P1 P2 0% 10% 0% 30% 25% 35% 75% 25% Gambar 5. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Keterangan: H4= Hari ke 4 H5= Hari ke 5 H6= Hari ke 6 H7= Hari ke 7 P0= Benih ditaruh diatas media saja P1= Benih disemai dengan kedalaman 2 cm P2= Benih disemai dengan kedalaman 4 cm B. Pembahasan Dari hasil penelitian persentase perkecambahan benih kakao (Theobroma cacao L) dengan kedalaman semai yang berbeda yaitu di atas media saja (P 0 ), kedalaman semai 2 cm (P 1 ), dan kedalaman semai 4 cm (P 2 )

37 26 memberikan nilai persentase perkecambahan baik dengan persentase perkecambahan 100% dengan jumlah benih yang bekecambah 20 benih. Pada perlakuan (P 0 ) benih berkecambah membutuhkan waktu 6 hari sedangkan perlakuan (P 1 ) lebih cepat berkecambah karena benih tidak terhambat oleh pasir untuk tumbuh sehingga hanya membutuhkan waktu 5 hari dan perlakuan (P 2 ) membutuhkan 7 hari untuk berkecambah karena benih sulit untuk menembus pasir. Jadi perbedaan hanya pada waktu tumbuh saja di setiap perlakuan dan hasil persentasenya di kategorikan baik. Pada semua perlakuan memberikan nilai persentase perkecambahan tinggi dengan rata - rata persentase perkecambahan 100%. Air dapat menembus masuk kedalam pasir, sehingga terjadi perombakan oleh enzim - enzim di dalam benih yang sebagian digunakan sebagai bahan penyusun pertumbuhan di daerah titik tumbuh dan sebagian lagi digunakan sebagai bahan bakar respirasi. Maka disaat itulah radikula dan plumula akan muncul ke permukaan tanah dengan cepat (Sutopo, 1985). Menurut Stein (1978) dan Ermansah (1992) kriteria % perkecambahan dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Perkecambahan dikatakan gagal bila persentase berkecambah berkisar antara 0% sampai 9%. 2. Pekecambahan dikatakan rendah bila persentase berkecambah berkisar antara 10% sampai 39%. 3. Perkecambahan dikatakan sedang bila persentase berkecambah berkisar antara 40% sampai 69%. 4. Perkecambahan dikatakan baik bila persentase berkecambah berkisar antara 70% sampai 100%.

38 27 Dari hasil yang di dapat maka semua perlakuan tersebut dalam kriteria perkecambahan dikatakan baik. Karena persentase yang di peroleh sebesar 100%. Didalam peristiwa perkecambahan ini akan terjadi beberapa proses yang berpengaruh terhadap keberhasilan pekecambahan, yaitu penyerapan air, aktifitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit biji dan kemudian membentuk tanaman kecil, selanjutnya memperkuat tubuh tanaman kecil tersebut (Junianto, 1987).

39 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Dengan perlakuan menanam benih kakao dengan kedalaman semai yang berbeda tidak ada pengaruh tehadap perkecambahan benih kakao, hanya pada waktu tumbuh saja yang berbeda. Pada perlakuan (P 1 ) benih berkecambah hanya membutuhkan waktu 5 hari sedangkan (P 0 ) membutuhkan waktu 6 hari dan (P 2 ) membutuhkan 7 hari untuk berkecambah. B. Saran Untuk penelitian perkecambahan benih kakao sebaiknya menggunakan kedalaman semai P 1 (benih disemai dengan kedalaman 2 cm) karena memberikan hasil yang baik, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut menggunakan media semai yang berbeda.

40 29 DAFTAR PUSTAKA Dina.1994.Aneka Jenis Media Tanah dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Surabaya. Ermansah Kriteria Persentase Perkecambahan Benih Kakao. Jakarta. Junianto.1987.Pengaruh Suhu Terhadap Perkecambahan Buah Kakao. Surabaya. Kamil Teknologi Benih I. Angkasa Raya. Padang. Kartasapoetra Pengolahan Benih dan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta. Rismunandar Pengetahuan Dasar tentang Perabukan. Sinar Baru. Bandung Stein Kriteria Persentase Perkecambahan Benih Kakao. Jakarta. Sunanto, H Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil dan Aspek. Jakarta. Susanto, FX Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta. Sutopo, L Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Tjitrosoepomo Morfologi Tumbuhan. Gembong. UGM. Yogyakarta.

41 31 Lampiran 1. Tabel 2. Data Harian Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Selama 12 Hari. Hari Berkecambah Jenis Perlakuan P 0 P 1 P ? BYD ? BYB Persentase Perkecambahan 100 % 100 % 100 %

42 32 Lampiran 2. Perhitungan Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda. Persentase Perkecambahan =? BYB x 100 %? BYD P 0 = 20 x 100 % = 100 % 20 P 1 = 20 x 100 % = 100 % 20 P 2 = 20 x 100 % = 100 % 20 Keterangan : P 0 P 1 P 2 = Perlakuan benih ditaruh diatas media saja = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 2 cm = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 4 cm? BYD = Jumlah benih yang disemai? BYB = Jumlah benih yang berkecambah Jadi, Persentase perkecambahan benih kakao dengan perlakuan p 0, p 1, dan p 2 memiliki persentase perkecambahan baik yaitu 100 %.

43 33 Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Gambar a. Media pasir Gambar b. Benih kakao

44 34 Gambar c. Penanaman benih kakao ( P 0 ) Gambar d. Penanaman benih kakao ( P 1 )

45 35 Gambar e. Penanaman benih kakao ( P 2 ) Gambar f. Pengecekan hari ke 4 ( P 0 )

46 36 Gambar g. Pengecekan hari ke 4 ( P 1 ) Gambar h. Pengecekan hari ke 4 ( P 2 )

47 37 Gambar i. Pengecekan hari ke 5 ( P 0 ) Gambar j. Pengecekan hari ke 5 ( P 1 )

48 38 Gambar k. Pengecekan hari ke 5 ( P 2 ) Gambar l. Pengecekan hari ke 6 ( P 0 )

49 39 Gambar m. Pengecekan hari ke 6 ( P 2 ) Gambar n. pengecekan hari ke 7 ( P 2 )

50 Gambar o. Hasil pertumbuhan benih kakao ( P 0, P 1, P 2 ) 40

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kakao Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine flavour. Kakao bulk atau kakao lindak berasal dari pohon-pohon forastero yang ditemukan di seluruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kakao menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. kakao menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kakao merupakan satu-satunya diantara 20 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Adapun sistematika tanaman kakao menurut Pusat Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Botani Tanaman Kakao Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian Utara. Penduduk yang pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kakao Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), tanaman kakao diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae;

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Tinjauan Umum Tanaman Kakao Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Family: Sterculiaceae;

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Adapun sistematika tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Adapun sistematika tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kakao merupakan satu-satunya diantara 20 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Adapun sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM (TOPSOIL DAN PASIR) PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh Abdul Muing Nim.

PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM (TOPSOIL DAN PASIR) PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh Abdul Muing Nim. 1 PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM (TOPSOIL DAN PASIR) PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh Abdul Muing Nim. 070500095 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

1 I. PENDAHULUAN Perkembangan kakao (Theobroma Cacao L) dewasa ini terutama di Indonesia tanaman kakao rakyat dan swasta berkembang pesat. Dan diharapkan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Tanaman Kakao 2.2. Morfologi Tanaman Kakao

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Tanaman Kakao 2.2. Morfologi Tanaman Kakao II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Tanaman Kakao Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian Utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kayu Afrika (Maesopsis eminii) Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun tinggi mencapai 45 m dengan batang bebas cabang 2 per 3 dari tinggi total,

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)

APLIKASI PUPUK UREA DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) 1 APLIKASI PUPUK UREA DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh SAREH MUQTASHID NIM. 070500089 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan kelas

TINJAUAN PUSTAKA. divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan kelas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tembakau termasuk golongan tanaman semusim, dalam dunia pertanian tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau diklasifikasikan sebagai berikut divisi Spermatophyta dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Stercul iaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei Usaha persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut meliputi penanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : Pendahuluan Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger ). dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM. Oleh ANDRIANI NIM

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM. Oleh ANDRIANI NIM PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM Oleh ANDRIANI NIM. 070500069 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sirsak (AnnonamuricataLinn) berasal dari wilayah Amerika tropis,

TINJAUAN PUSTAKA. Sirsak (AnnonamuricataLinn) berasal dari wilayah Amerika tropis, TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sirsak Sirsak (AnnonamuricataLinn) berasal dari wilayah Amerika tropis, meliputi Amerika Tengah dan Amerika Selatan, terutama di sekitar Peru, Argentina, hutan Amazon dan Kepulauan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAKAO SECARA BERKELANJUTAN (Ditinjau dari aspek Kesesuaian lahan) Oleh : I Made Mega

PENGEMBANGAN KAKAO SECARA BERKELANJUTAN (Ditinjau dari aspek Kesesuaian lahan) Oleh : I Made Mega PENGEMBANGAN KAKAO SECARA BERKELANJUTAN (Ditinjau dari aspek Kesesuaian lahan) Oleh : I Made Mega I.PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah dikembangkan. Menurut Wood (1975)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah dalam taksonomi adalah: Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci