GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013

Transkripsi

1 GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013 Nama Penulis : Ambi Pradiptha dan Ridwan Zahdi Sjaaf Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia Abstrak Pekerjaan yang membuat pekerjanya banyak melakukan aktivitas fisik biasanya menggunakan seluruh anggota tubuh dan membutuhkan kinerja otot yang maksimal. Aktivitas pekerjaan pekerja cuci sepeda motor dalam mencuci sepeda motor pelanggannya dalam sehari banyak dilakukan secara manual sehingga berisiko terkena bahaya ergonomic. Penelitian ini dilakukan pada pekerja cuci sepeda motor di dua tempat dengan metode yang berbeda. tempat Kedua tersebut adalah Jali Steam dan Berkah Motor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan REBA, kemudian dilakukan perbandingan antara kedua tempat tersebut. Responden sebanyak 15 orang. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat risiko pekerjaan yaitu risiko menengah (medium) 1 aktivitas kerja dan tingkat risiko tinggi (high) 5 aktivitas kerja dari 3 aktivitas pekerjaan yang ada. Dari hasil wawancara diketahui bahwa keluhan yang di rasakan pekerja cuci sepeda motor terbanyak adalah pada bagian pinggang dan punggung. Keluhan yang dirasakan berupa rasa pegal-pegal dan kesemutan. Selain risiko ergonomic, didapat juga faktor lain yang memperberat keluhan pekerja, yaitu faktor risiko pekerjaan yang terdiri dari posisi kerja, organisasi kerja dan lingkungan kerja, karakteristik individu. Kata Kunci : REBA, Tingkat Risiko Ergonomi, Faktor Risiko Pekerjaan, Tempat Cuci Sepeda Motor Informal Jali Steam dan Berkah Motor Abstract Work that makes workers much physical activity is usually using the whole body and require maximum muscle performance. Motorcycle cleaning workers activity in washing motorcycle

2 costumers in a day is done manually, so that risk of ergonomic hazards. This research was carried out on motorcycle cleaning workers in two places with different methods. The first name of motorcycle cleaning place is Jali Steam, and the second name of motorcycle cleaning place is Berkah Motor. This study was conducted to determine the level of ergonomic risk by using REBA, then do a comparison between two motorcycle cleaning place. Respondents many as 15 people. From the results, the level of risk is medium risk job is 1 work activities and the high risk level is 5 from 3 work activity. From interviews note that the complaint in motorcycle cleaning workers feel most at the waist and back. The complaints is stiffness, painful and tingling. Beside the ergonomic risk, obtained are also other factors that aggravate the grievances of workers, the risk factors of work consists of working position, work organization, and work environment also individual characteristic. Keywords : REBA, Risk Level Ergonomics, Occupational Risk Factor, Motorcycle Cleaning Wash Place Jali Steam and Berkah Motor Pendahuluan Semakin banyaknya jumlah sepeda motor yang ada di Jakarta membuat menjamurnya tempattempat pencucian sepeda motor. Dengan begitu jumlah pekerja yang dibutuhkan semakin banyak pula. Pekerjaan mencuci sepeda motor merupakan pekerjaan yang membuat seluruh bagian tubuh pekerja melakukan aktifitas fisik yang berat dan berulang. Hal ini dapat menyebabkan pekerja berisiko terkena risiko ergonomi. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh risiko ergonomi bisa memberikan dampak baik kepada para pekerja maupun pemilik usaha (OSHA, 2000). Dampak yang bisa ditimbulkan adalah menurunnya produktifitas serta kualitas kerja, tingginya tingkat absensi pekerja dan turn over pada pekerja. Gangguan kesehatan akibat risiko ergonomic merupakan salah satu penyebab utama dalam terjadinya kecelakaan dan kecacatan pekerja baik di negara maju maupun berkembang (Choobineh, et al 2007). Namun sayangnya, baik pekerja atau pemilik usaha cuci sepeda motor tidak tahu apa itu bahaya ergonomi.

3 Rumusan Masalah Risiko bahaya ergonomic yang diakibatkan oleh pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi dan mengurangi produktifitas dan efektifitas seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan. Jika dibiarkan saja dan tidak ada upaya untuk menangani dan mengatasi masalah tersebut maka hasil pekerjaan pun akan kurang memuaskan. Para pekerja tempat cuci motor, khususnya pekerja cuci sepeda motor memiliki risiko untuk terkena gangguan ini akibat pekerjaannya. Hal ini terkait dengan postur tubuh yang janggal, durasi dan frekuensi ketika mencuci sepeda motor pelanggan setiap harinya. Sebagai dasar dari upaya pengendalian risiko ergonomic pada pekerja, dilakukanlah penilaian risiko ergonomic. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran tingkat risiko ergonomic pada pekerja cuci sepeda motor. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko bahaya ergonomi menganalisis tingkat risiko ergonomi pada pekerja cuci sepeda motor di Jakarta pada tahun Tujuan Khusus Diketahuinya tingkat risiko ergonomi pada pekerja cuci sepeda motor di Jakarta Diketahuinya gambaran postur tubuh pekerja cuci sepeda motor pada saat melakukan pekerjaan mencuci sepeda motor Tinjauan Teoritis Dalam menilai risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA terdapt enam tahapan yaitu: a. Observasi pekerjaan yang akan dinilai Observasi pekerjaan dilakukan dengan pengamatan ergonomic yang meliputi penilaian tempat kerja, dampak dari tempat kerja serta posisi kerja, penggunaan alat-alat untuk bekerja dan prilaku pekerja yang berhubungan dengan risiko ergonomic. Data dari observasi tersebut disimpan dalam bentuk foto atau video.

4 b. Memilih postur yang akan dikaji Kriteria yang bisa digunakan dalam pemilihan postur yang akan dilakukan penilaian adalah sebagai berikut:: - Postur kerja yang paling sering dilakukan dengan durasi kerja yang lama - Postur dimana pekerja lama pada posisi tersebut - Postur yang membutuhkan aktivitas dan tenaga yang besar - Postur kerja yang diketahui menyebabkan ketidaknyamanan bagi pekerja - Postur janggal khususnya postur yang menggunakan kekuatan - Postur yang diketahui membutuhkan intervensi, kontrol atau perbaikan. Keputusan dalam pemilihan gambar yang akan dipilih berdasarkan satu atau lebih kriteria diatas. Kriteria dalam memutuskan postur mana yang akan dianalisa harus dilaporkan dengan disertai hasil atau rekomendsasi c. Memberikan penilaian pada postur Dalam pelaksanaannya, perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode REBA dilakukan dengan membagi 2 kelompok besar anggota tubuh yang dinilai, yaitu: Ø Kelompok A terdiri dari leher (neck), punggung (trunk), dan kaki (legs); Ø Kelompok B terdiri dari bagian lengan yang meliputi lengan atas (upper arms). Lengan bawah (lower arms) dan pergelangan tangan (wrists). Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai pada lembar pengamatan REBA sesuai dengan postur yang diobservasi. d. Proses penilaian Kelompok A (analisa postur leher, punggung dan kaki)

5 Langkah 1, menilai postur pada leher Gambar 2.3 Penilaian Postur Leher Tabel 2.1 Penilaian Postur Leher Postur Leher Nilai Penyesuaian (jika ada) Posisi 0 o 20 o 1 +1 jika postur leher disertai Fleksi atau ekstensi > 20 o 2 miring ke samping atau memutar Nilai total: nilai postur + nilai penyesuaian = nilai leher Langkah 2, menilai postur pada punggung Gambar 2.4 Penilaian Postur Punggung Tabel 2.2 Penilaian Postur pada Punggung Postur Punggung Nilai Penyesuaian (jika ada) Tegak 1 Fleksi 0 o - 20 o Ekstensi 0 o - 20 o 2 Fleksi 20 o - 60 o 3 +1 jika postur punggung disertai miring ke samping atau memutar Fleksi > 60 o 4 Nilai total: nilai postur + nilai penyesuaian = nilai punggung

6 Langkah 3, menilai postur pada kaki Gambar 2.5 Penilaian Postur Kaki Tabel 2.3 Penilaian Postur Kaki Postur Kaki Nilai Penyesuaian (jika ada) Berdiri dengan 2 tumpuan kaki 1 +1 jika lutut fleksi antara 30 o sampai 60 o Berdiri dengan 1 tumpuan kaki 2 +2 jika lutut fleksi > 60 o (tidak ketika duduk) Nilai total: nilai postur + nilai penyesuaian = nilai kaki Langkah 4, memasukkan nilai masing-masing postur ke dalam Tabel A untuk mendapatkan nilai postur A Tabel 2.4 Skor Postur Kelompok A (Tabel A) Tabel A Neck Trunk Posture Score Legs

7 Langkah 5, menambahkan nilai dari Tabel A dengan nilai beban/tenaga, jika pada pekerjaan yang diamati menggunakan tenaga. - Jika beban < 11 lbs (4.98 kg) = +0 - Jika beban 11 sampai 22 lbs ( kg) = +1 - Jika beban > 22 lbs (9.98 kg) = +2 - Penyesuaian: jika dibutuhkan tenaga besar secara cepat dan mendadak (tiba-tiba) = +1 Langkah 6, nilai yang diperoleh pada penjumlahan langkah 4 dan langkah 5 digunakan untuk mendapat kan nilai A di Tabel C. Kelompok B (postur lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan) Langkah 7, menilai postur pada lengan atas Gambar 2.6 Penilaian Postur Lengan Atas Tabel 2.5 Penilaian Postur Lengan Atas Postur Lengan Atas Nilai Penyesuaian (jika ada) Ekstensi 20 o atau fleksi 20 o 1 +1 jika posisi lengan abduksi (menjauhi tubuh) atau memutar

8 Ekstensi > 20 o atau fleksi 20 o 45 o 2 +1 jika bahu ditinggikan/terangkat -1 jika lengan bersandar Fleksi antara 45 o 90 o 3 Fleksi > 90 o 4 Nilai total: nilai postur + nilai penyesuaian = nilai lengan atas Langkah 8, menilai postur pada lengan bawah Gambar 2.7 Penilaian Postur Lengan Bawah Tabel 2.6 Penialaian Postur Lengan Bawah Postur Lengan Bawah Nilai Fleksi 60 o 100 o 1 Fleksi < 60 o atau fleksi > 100 o 2 Langkah 9, menilai postur pada pergelangan tangan Gambar 2.8 Penilaian Postur Pergelangan Tangan

9 Tabel 2.7 Penilaian Postur Pergelangan Tangan Postur Pergelangan Tangan Fleksi/ekstensi 0 o 15 o Fleksi/ekstensi > 15 o Nilai 1 2 Penyesuaian (jika ada) +1 jika posisi pergelangan tangan menyimpang/memutar Nilai total : nilai postur + nilai penyesuaian = nilai pergelangan tangan Langkah 10, memasukkan nilai masing-masing postur ke Tabel B untuk mendapatkan nilai postur B Tabel 2.8 Skor Postur Kelompok B (Tabel B) Lower Arm Tabel B 1 2 Upper Arm Score Wrists Langkah 11, menambahkan hasil nilai dari tabel dengan nilai coupling/pegangan pada objek kerja. - Jika tersedia pegangan dengan jangkauan yang baik = +0

10 - Jika pegangan ada, tapi tidak ideal untuk waktu lama = +1 - Pegangan buruk = +2 - Pegangan tidak aman, berbahaya atau tidak ada = +3 Langkah 12, menjumlahkan nilai pada langkah 10 dan langkah 11 untuk mendapatkan nilai B di Tabel C. Untuk mendapatkan nilai C, cocokkan nilai dari kolom B dengan baris pada nilai A. Tabel 2.9 Tabel C Score A (score teble + load/force score) Table C Score B (table B value + coupling score)

11 e. Menetapkan nilai akhir REBA Nilai akhir REBA diperoleh dengan menambahkan nilai dari tabel C dengan nilai aktivitas. Kategori untuk nilai aktivitas adalah: - Apabila satu atau lebih bagian tubuh tertahan dalam kondisi statis = +1 - Apabila ada gerakan kecil berulang lebih dari 4 kali/menit = +1 - Apabila ada perubahan postur secara tiba-tiba atau cepat = +1 f. Menetapkan tindakan perbaikan Hasil akhir dari penilaian REBA terbagi dalam 5 tingkat kriteria tindakan yaitu: Skor akhir 1: tingkat risiko diabaikan dan tidak ada tindakan yang dianggap perlu (action level = 0) Skor akhir 2-3: tingkat risiko rendah dan tindakan lebih lanjut mungkin diperlukan (action level = 1) Skor akhir 4-7: tingkat risiko sedang dan tindakan lebih lanjut dianggap diperlukan (action level = 2) Skor akhir dari 8-10: tingkat risiko tinggi dan tindakan lebih lanjut dianggap perlu segera dilakukan (action level = 3) Skor akhir dari 11-12: tingkat risiko sangat tinggi dan tindakan lebih lanjut diperlukan saat ini juga (action level = 4) (Stanton, et al, 2004)

12 Metodelogi Penelitian 1. Jenis dan Desain Penelitan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melakukan pendekatan secara observasional dan menggunakan desain studi cross sectional karena proses pengambilan data serta pengukuran variable-variabel penelitian dilakukan pada saat yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko ergonomi pada pekerja cuci sepeda motor. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2013 di dua tempat usaha cuci sepeda motor sektor informal yang berlokasi di DKI Jakarta 3. Objek Penelitian Objek penelitian yang diteliti untuk penilaian postur adalah seluruh aktifitas pekerjaan mencuci sepeda motor dari tahap awal sampai akhir yang dilakukan di tempat usaha cuci sepeda motor. Aktifitas pekerjaan mencuci sepeda motor terdiri dari tiga tahap yang berbeda. Tahap pertama yaitu membersihkan kotoran yang ada di sepeda motor. Tahap kedua setelah seluruh kotoran yang menempel telah turun ialah mulai membersihkan sela-sela sempit yang ada dengan menggunakan peralatan mencuci sepeda motor yang ada seperti spon busa, sikat dan kuas serta air sabun. Tahap ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian bawah sepeda motor dan bagian badan sepeda motor. Tahap ketiga ialah mengelap sepeda motor agar tidak ada lagi air yang menempel. 4. Sumber Data Penelitian Data primer penelitian ini didapatkan dari hasil kegiatan observasi, pengukuran tingkat risiko dengan lembar REBA. Observasi dilakukan dengan mengambil gambar postur tubuh dan pengamatan terhadap aktifitas kerja pekerja cuci sepeda motor. Untuk mengetahui keluhan pada bagian tubuh pekerja cuci sepeda motor digunakan metode wawancara pada pekerja. 5. Instrumen Penelitian Insturmen yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut:

13 Lembar kerja REBA dan tabel skor REBA Kamera digital untuk dokumentasi Mb Ruller untuk mengukur derajat gerakan sendi pekerja 6. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang dilakukan ialah analisis data univariat dengan menggunakan metode REBA untuk melihat gambaran faktor-faktor risiko ergonomi dan keluhan subjektif terhadap terjadinya gangguan MSDs dengan metode wawancara. Hasil Penelitian 1. Penilaian Postur Kerja Tahap I a. Pada pekerja cuci sepeda motor non hidrolik

14 b. Pada pekerja cuci sepeda motor dengan sistem hidrolik 2. Penilaian Postur Kerja Tahap II a. Pada tempat cuci sepeda motor non hidrolik

15 b. Pada tempat cuci sepeda motor dengan sistem hidrolik

16 3. Penilaian Postur Kerja Tahap III a. Pada tempat cuci sepeda motor non hidrolik

17 b. Pada tempat cuci sepeda motor dengan sistem hidrolik

18 Perbandingan Nilai Akhir REBA Setelah melakukan pengukuran dengan menggunakan REBA, maka hasil di kedua tempat tersebut kemudian dibandingkan. Pada tahap I, pekerja dengan sistem hidrolik mendapat skor REBA sebesar 8 dan termasuk dalam risiko tinggi. Sedangkan pekerja dengan sistem hidrolik mendapatkan skor 6 yang termasuk dalam risiko sedang. Untuk pekerjaan tahap II, risiko kedua pekerja sama-sama termasuk dalam risiko yang tinggi. Namun pada pekerja tanpa sistem hidrolik mendapat skor yang lebih tinggi yaitu 10. Untuk pekerjaan pada tahap III, skor REBA kedua pekerja tersebut sama yaitu 9 dan masuk kedalam risiko yang tinggi Simpulan Dari penelitian yang dilakukan di dua tempat cuci sepeda motor dengan dua sistem yang berbeda didapatkan hasil sebagai berikut:

19 Pengambilan dan hasil data yang didapatkan dari dua tempat tersebut tidak jauh berbeda tingkat risiko ergonominya berdasarkan hasil REBA Dari hasil wawancarea didapatkan keluhan yang dirasakan pada bagian tubuh pekerja dibawah usia 25 tahun lebih sedikit dibandingkan pekerja diatas usia 25 tahun Peralatan yang digunakan di dua tempat tersebut relative sama/ Saran Saran yang bisa diberikan untuk kedua tempat tersebut antara lain: 1. Pengendalian teknis Pada tempat cuci sepeda motor non hidrolik: o Memasang mesin hidrolik o Menyediakan kursi kecil yang terbuat dari bahan plastik Pada tempat cuci sepeda motor dengan sistem hidrolik o Pada tahap III sebagai pengganti mesin hidrolik dapat membuta alas yang lebih tinggi dari permukaan tanah 2. Pengendalian administratif (bagi pemilik) Melakukan rotasi atau shift kerja Memberikan waktu istirahat bagi pekerja yang baru saja beraktifitas 3. Pengendalian administratif (bagi pekerja) Melakukan perenggangan di sela-sela aktivitas kerja Melakukan istirahat menit jika merasa lelah Memperbanyak konsumsi air mineral

20 Kepustakaan Choobineh, Alireza, dkk `Musculoskeletal Problem among Workers of an Iranian Rubber Factiry`, Jurnal of Occupational Health, vol. 49, pp Tersedia pada: Bernard, B. P. (1997). Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical Review of Epidimiologic Evidence for Work-related Musculoskeletal Disorders of The Neck, Upper Extremity and Low Back. Cincinnati: NIOSH NIOSH Ergonomic Guidelens For Manual Handling. DHHS (NIOSH) Publication No Columbia. NIOSH/CDC Bridger, R. S Introduction to Ergonomics: Second Edition. New York: Taylor and Francis