BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu:"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang giat-giatnya mengadakan pembangunan di semua sektor kehidupan masyarakat. Hakekat pembangunan Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial 1 Pembangunan suatu negara tercermin dalam tujuan nasional yang dibuat oleh negara tersebut. Salah satu tujuan nasional Indonesia yaitu bidang pendidikan, yang berupaya mencapai masyarakat adil dan makmur baik jasmani maupun rohani. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas guna memenuhi kebutuhan pembangunan dewasa guna ini dan masa yang akan datang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut yaitu melalui pendidikan. Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya 1 Indonesia, Undang- Undang Dasar, 2008, UUD 1945 Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Interaksar,Tangerang, hal. 4

2 untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 2 Pendidikan di Indonesia terbagai menjadi beberapa jalur pendidikan yang dijelaskan dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu Jalur pendidikan terbagi menjadi tiga jalur, yaitu jalur pendidikan formal, non-formal, dan informal. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan yang dimaksud pendidikan nonformal yaitu, jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 3 Keluarga menjadi lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, baik ditinjau dari sudut urutan waktu maupun dari sudut identitas dan tanggung jawab pendidikan yang berlangsung dalam keluarga. Keluarga yang bahagia suatu hal yang sangat penting dalam perkembangan anak. Berbeda halnya dengan anak yang tidak memiliki keluarga. Mereka hidup tanpa perlindungan orang tua ataupun sanak saudara. Pemerintah melakukan upaya pelindungan bagi anak terlantar dalam bentuk pendirian lembaga-lembaga sosial sepert panti asuhan yang didirikan oleh masyarakat dengan diawasi langsung oleh pemerintah dalam proses penyelnggaraannya. Kepmensos No. 50/HUK/2004, menjelaskan tugas panti asuhan anak yaitu memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang kurang mampu, terlantar agar potensi dan kapasitas belajarnya pulih 2 Ara Hidayat, Imam Machali, 2010, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Pustaka Educa, Bandung, hal Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3 kembali dan dapat berkembang secara wajar. 4 Bentuk keluarga yang mereka miliki di panti asuhan tentunya berbeda jika dibandingkan dengan keluarga mereka yang sesungguhnya dengan orang tua lengkap. Walaupun pada dasarnya panti asuhan bagi anak-anak asuh yang tinggal didalamnya adalah sebuah rumah dan keluarga. Peran lembaga Panti Asuhan di era global ini menjadi sangat penting. Hal itu dikarenakan lembaga ini memiliki tanggung jawab yang berat terkait dengan mempersiapkan generasi penerus bangsa ini bagi mereka yang kurang beruntung dari sisi ekonomi maupun pengasuhan orangtua serta memberikan rasa nyaman dalam konteks kesejateraan dari anak asuh itu. Kedua orang tua sangat menentukan kehidupan manusia selanjutnya dari perkembangan potensi-potensinya. Potensi anak akan berkembang sesuai dengan kesempatan dan suasana yang diberikan oleh kedua orang tuanya sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama dan juga pendidik utama dan pertama. Keluarga bagaikan sekolah pertama yang dimasuki anak-anak, sementara orang tua laksana guru pertama dan utama tempat anak belajar. Gambaran tersebut tidak selamanya mampu dirasakan oleh setiap anak. Diantara mereka ada yang terpisahkan dari orangtua yang dicintainya, ayah, ibu, saudara karena sebuah kondisi yang memaksa. Kondisi tersebut bisa dirasakan karena faktor ekonomi, baik dari mereka (anak) yang sesungguhnya tidak yatim namun kurang mampu, atau karena memang ditinggal salah satu atau bahkan 4 Indonesia, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomer : 50 / HUK / 2004 ( diakses tanggal 23 februari 2015)

4 kedua orangtua. Lebih dari itu, diantara mereka juga ada yang tidak pernah kenal siapa orangtuanya yang melahirkan dia ke dunia. Kabupaten Semarang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan memiliki luas wilayah 981,95 km 2. Panti asuhan di Kabupaten Semarang berjumlah 26, panti sosial bina remaja 1, panti sosial tresna werda sebanyak 3, panti sosial grahita sebanyak 4 dan panti sosial bina laras sebanyak 2 5. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang adalah salah satu panti asuhan khusus putri yang ada di Kabupaten Semarang, tepatnya di Kecamatan Tuntang. Panti Asuhan ini didirikan tanggal 13 Oktober 1989 berada dibawah Yayasan Aisyiyah. Bermula rumah biasa yang merupakan wakaf Almarhum Bapak H. Harmoni Dja far dari Bogor. 6 Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang terdaftar pada dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Semarang, serta berbadan hukum dan tercatat dalam akta notaris A. Dimyati, SH. No:6 Tanggal 3 Mei Panti Asuhan Putri Aisyiyah mempunyai visi dan misi yang jelas. Adapun visi Panti Asuhan Putri Aisyiyah adalah terpenuhinya hak anak yang meliputi hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan partisipasi agar dapat meraih masa depan yang lebih baik. 8 Misi panti Asuhan Putri Aisyiyah yaitu, 1. Menyelenggarakan upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak baik jasman, rohani, mental dan psikososial. 2. Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan salah, ekspoitasi dan situasi yang membahayakan anak. 5 Lyndonbaines ( diaskes 31 Juli 2015) 6 Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ( diakses 23 Juni 2015) 7 Dokumentasi Profil Khusus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang 8 Ibid, Hal. 2

5 3. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai bakat dan minatnya. 4. Membentu akhlakul karimah sesuai ajaran Al-Quran dan Al- Hadist. 9 Tujuan dan maksud didirikan Panti Asuhan Putri Aisyiyah adalah untuk mengentaskan kemiskinan dengan jalan menampung, membimbing, menyantuni anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, serta dhuafa dengan meningkatkan SDM pendidikan formal dan non formal dalam panti 10. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang berlangsung proses sosialisasi nilai-nilai hidup bermasyarakat, nilai-nilai keagamaan dan sebagaimana diharapkan akan dapat mempersiapkan mental anak-anak dalam hidup bermasyarakat nantinya. Panti asuhan Putri Aisyiyah diasuh oleh Ibu Tiara Rubiati, SHi. Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang memiliki sarana dan prasarana memadai yang disediakan untuk anak panti. Semua anak panti asuhan melakukan berbagai kegiatan layaknya di rumah, selain itu anak panti juga bersekolah bagi mereka yang usia sekolah. 1.2 Permasalahan Penelitian Anak sebagai aset bangsa yang juga harus mendapatkann perlindungan hukum. Hal ini selaras dengan Undang- Undang Dasar Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, salah satu pasal didalamnya mengatur hak anak tercantum dalam Bab II pasal 2 yang menyatakan bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan bekembang secara wajar. Selain itu anak juga berhak atas pememliharaan 9 Ibid, Hal Ibid

6 dan perlindungan baik semasa dalam kandungan ibunya maupun sudah dilahirkan. 11 Hal ini pula yang seharusnya didapat juga oleh anak panti asuhan. Mereka memiliki hak yang sama dalam hal perlindungan anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak pasal 11 menyebutkan bahwa : Usaha-usaha untuk mensejahterakan anak adalah : 1. Usaha mensejahterakan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan dan rehabilitasi. 2. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. 3. Usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar panti. 4. Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh masyarakat. 12 Sebagai wujud konkrit usaha dan kepedulian terhadap kesejahteraan anak, masyarakat mendirikan lembaga sosial kesejahteraan anak yaitu Panti Asuhan. Panti asuhan memiliki peranan dalam mensejahterakan anak asuh yang ada di dalam panti tersebut. Pengertian peranan menurut Setyadi dalam Ras Eko adalah suatu aspek dinamika berupa pola tindakan baik yang abstak maupun yang konkrit dalam organisasi. 13 Panti asuhan merupakan organisasi atau lembaga sosial dibidang kesejahteraan anak. Panti asuhan tidak hanya berfungsi sebagai tempat penampungan anak yang memberikan makan dan minum setiap hari serta 11 Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 12 Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak ( 13 Ras Eko Budi Santoso ( diakses tanggal 28 April 2015 pukul WIB

7 membiayai pendidikan mereka, akan tetapi sangat berperan penting yakni sebagai pelayan alternatif yang menggantikan fungsi keluarga yang kehilangan peranannya sebagai pembentuk watak, mental spiritual anak yang bertujuan membimbing, mendidik, mengarahkan, dan mengatur perilaku anak-anak asuhnya agar menjadi seseorang yang mandiri dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara, agar fungsi keluarga tersebut dapat dilanjutkan dan diusahakan, sehingga gangguan keluarga tersebut dapat diatasi semaksimal mungkin dan anak akan merasa hidup dalam lingkungan keluarga sendiri. Setiap anak memiliki hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang tua. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam pasal 1 ayat (12) disebutkan bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara. 14 Panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang sebelum memutuskan untuk mengasuh anak terlebih dahulu menelusuri keberadaan dan kesiapan/kapasitas pengasuhan keluarga untuk memastikan tidak ada lagi keluarga inti, keluarga besar, kerabat atau keluarga pengganti yang dapat melaksanakan fungsi pengasuhan. Mengidentifkasi keluarga yang mengalai hambatan dalam pengasuhan anak, permasalahan yang mereka hadapi serta jenis bantuan yang akan diberikan atau diifasitasi. Setiap anak memilik hak yang wajib terpenuhi, tidak terkecuali anak- anak yang tinggal dipanti asuhan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu T, beliau adalah 14 Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

8 pengasuh panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. Beliau mengatakan bahwa Jumlah Anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang sekitar 68 anak dan sebagian anak memiliki latar belakang keluarga yang rata-rata hampir sama yaitu mereka hanya memiliki satu orang tua atau bahkan sudah tidak memiliki orang tua sama sekali. Sehingga mereka tidak merasakan perhatian dan kasih sayang penuh dari orang tuanya. Selain itu, dalam masalah pendidikan anak agak kurang diperhatikan dan terlantar terutama mengenai pendidikan informalnya dan khususnya mengenai pendidikan akhlak. Bahkan sebagian dari anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang datang dengan membawa atau sedang mengemban masalah sosial yang sangat berat sehingga memerlukan penanganan intensif. 15 Anak-anak yang yang tinggal dipanti asuhan awalnya datang dengan memiliki berbagai masalah terlebih adalah masalah sosial. Masalah sosial yang sering dialami oleh anak asuh seperti anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya karena sama sekali sudah tidak memiliki orang tua, anak yang pernah mengalami trauma dan masalah-masalah sosial lain yang ada pada anak asuh. Sebagai manusia yang masih anak-anak mereka butuh mempertahankan hidup, mereka ini seharusnya panti asuhan harus lebih perhatian untuk mengangkat mereka, dan mengatakan mereka tidak layak untuk mempertahankan hidup dengan cara demikian itu, artinya bahwa panti asuhan harus tanpa alasan apapun mengentaskan anak asuh dengan memberikan fasilitasi dalam wujud bimbingan baik fisik, mental dan sosial kepada anak agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan anak yang wajar. Peran panti asuhan dalam menangani anak asuh yang pernah memiliki masalah sosial 15 Wawancara dengan Ibu T selaku pengasuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang tanggal 5 Maret 2015.

9 yang cukup berat memerlukan penanganan yang intensif. Setiap anak asuh yang tinggal dipanti asuhan memilik penanganan berbeda-beda. Penanganan yang diberikan pada anak tidaklah yang terlalu keras dan sesuai dengan apa yang anak asuh lakukan tetapi melihat usianya juga. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Al, beliau adalah ketua pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Beliau mengatakan bahwa Setiap anak asuh diberikan kebebasan pendapat mereka, ingin melanjutkan sekolah ataupun ingin bekerja diluar. panti mengarahkan anak anak asuh agar tidak salah dalam pengambilan keputusan untuk masa depan merka. Setiap anak asuh selama masih di panti diharuskan mengikut berbagai kegiatan rutin yang sudah ada. Kegiatan biasanya dimulai dari jam sampai jam 17.00, anak asuh yang sudah pulang sekolah langsung mengikut dan anak asuh yang telat pulang karena ada kegiatan disekolahnya bisa menyusul. Apabila ada anak asuh yang tidak mengikuti akan ditegur dan bisa juga diberi hukuman. 16 Panti asuhan memberikan kebebasan sesuai keinginan mereka bersekolah ataupun bekerja, akan tetapi selain memberikan kebebasan panti asuhan mengarahkan dan menasehati anak asuhnya agar tidak salah dalam mengambil keputusan mereka. Panti asuhan juga memberikan hukuman bagi anak asuh yang tidak mengikuti aturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan oleh panti asuhan. Hukuman itu diberikan agar anak asuh disiplin dan tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya, serta diharapkan anak berubah baik dalam diri meraka maupun kehidupannya sehingga mencapai keinginan dan cita-cita yang mereka inginkan. Bukan hanya anak yang memiliki keluarga utuh dan mendapatkan kasih 16 Wawancara dengan Ibu Al selaku ketua pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang tanggal 30 Maret 2015

10 sayang dari orangtanya, tetapi anak yang tinggal di panti usahan juga perlu melakukan perubahan untuk mencapai cita-citanya. Menghindari maraknya kekerasan anak dan pengadopsian ilegal, panti asuhan dalam pengasuhan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 30/HUK/2011 tentang standar nasional pengasuhan anak untuk lembaga kesejahtraan sosial menyebutkan bahwa Upaya untuk menentukan kebutuhan anak terhadap pengasuhan baik yang berbasis keluarga maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui tahapan yang bersifat berkelanjutan mulai dari pendekatan awal, asesmen, perencanaan, pelaksanaan rencana pengasuhan sampai dengan evaluasi, dan pengakhiran pelayanan. 17 Sumber dana panti asuhan diperoleh dari bantuan pemerintah, kerja sama dengan pihak donatur, serta swadaya dari kegiatan ekonomi produktiftas panti. Dana yang dialokasikan untuk kebutuhan serta keperluan yang diperlukan warga panti, salah satunya adalah untuk biaya kehidupan dan biaya sekolah anak asuh. Masing- masing anak asuh sudah memiliki anggaran sendiri untuk kebutuhan meraka baik sekolah maupun yang lainnya. Selain itu dana juga digunakan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang ada di panti asuhan. Sarana dan pasarana disediankan oleh panti asuhan yaitu sebuah gedung asrama berlantai dua yang terdapat 12 kamar, kamar mandi, aula, mushola, ruang pendidikan, ruang makan serta ruang dapur. Semua menggunakan sarana yang ada didalam panti asuhan dengan bergantian karena sarana prasarana yang ada terbatas. Sarana dan prasarana dipakai secara bersama sehingga semua 17 Indonesia, Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 30/HUK/2011 tentang standar nasional pengasuhan anak untuk lembaga kesejahtraan sosial.

11 anak wajib menjaga agar dapat dipakai dalam jangka waktu lama. Kotak P3K disediakan tetapi masih belum mempunyai ruang kesehatan khusus. Berdasarkan wawancara dengan E salah satu anak asuh yang tinggal di Panti Asuhan Putri Asyiyah, ia mengatakan bahwa Kegiatan yang dilakukan selama satu minggu itu harus diikut, kegiatan tidak hanya kerohanian tetapi juga ada kegiatan keterampilan menjahit, pra koperasi simpan pinjam, marching band, dan masih banyak lagi kegiatan yang diajarkan di panti asuhan. Selain itu kita dibebaskan untuk memilih jalur pendidikan yang kita tempuh sesuai dengan kemauan kita sendiri. 18 Berbagai kegiatan dilakukan dalam panti asuhan dan wajib diikuti seluruh anak asuh. Pemilihan jalur pendidikan dibebaskan kepada anak asuh, panti asuhan hanya menyetujui dan memberi masukan agar memilih sekolah yang biayanya yang lebih ringan. Walaupun bersekolah ditempat yang biaya ringan mereka masih bisa berprestasi, itu terlihat banyaknya piala penghargaan serta foto wisuda anak asuh. Bagi seorang anak asuh sangatlah penting perhatian berupa nasehat yang menunjang untuk kesejahteraan mereka terlebih dalam hal pendidikan. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peranan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak asuh? 18 Wawancara dengan E selaku Anak asuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang tanggal 29 Maret 2015

12 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak asuh. 1.4 Signifikansi Penelitian Signifikansi Teoritis Secara teoritis penelitian ini mendukung Levinsion yang menyatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi Signifikansi Praktis bagi: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat 1. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tentang upaya meningkatkan kesejahteraan anak asuh. 2. Anak asuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang dapat membantu mengeluarkan pendapatnya mengenai apa yang dibutuhkan untuk kesejahteraan mereka. 3. Peneliti selanjutnya yang dapat menambah pengetahuan serta sebagai referensi sesuai dengan materi yang berhubungan dengan skripsi ini. 19 Soekanto, Soerjono. 2009, Memperkenalkan Sosiologi, CV.Rajawali, Jakarta, hal. 213.

13 1.5 Keterbatasan Penelitian Menghindari ruang lingkup yang terlalu besar sehingga penelitian ini dapat terarah serta dengan adanya keterbatasan waktu pengerjaan, tenaga, dan biaya maka perlu adanya keterbatasan pnelitian, adapun keterbatasan penelitan ini adalah: 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini pada warga Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini hanya pada peranan panti asuhan dalam mensejahterakan anak asuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. yang meupakan wakaf dari Almarhum Bapak h. Harmonie Dja far dari

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. yang meupakan wakaf dari Almarhum Bapak h. Harmonie Dja far dari BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitan 4.1.1 Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang didirikan tanggal 13 Oktober 2015 dibawah naungan organisasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah-tengah masyarakat masih sangat sedikit yang memiliki perhatian pada pengasuhan dan pendidikan anak yatim adalah organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang 4.1.1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANTI ASUHAN AL-RIFDAH SEMARANG DALAM PEMENUHAN HAK ANAK SKRIPSI

PENGELOLAAN PANTI ASUHAN AL-RIFDAH SEMARANG DALAM PEMENUHAN HAK ANAK SKRIPSI PENGELOLAAN PANTI ASUHAN AL-RIFDAH SEMARANG DALAM PEMENUHAN HAK ANAK SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Universitas Negeri Semarang Oleh LINDA KHUSNUL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Proposal Pembangunan Asrama - Sekolah Yatim dan Dhu afa Ulul Azmi

Proposal Pembangunan Asrama - Sekolah Yatim dan Dhu afa Ulul Azmi Pondok Yatim & Dhu afa benar dalam membimbing Melahirkan Generasi Rabbi Radhiyya Selayang Pandang Sekolah merupakan tempat yang ditujukan untuk mendidik dan membentuk karakter anak-anak. Sekolah dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua anak dilahirkan baik dan tidak berdosa. Setiap anak masing-masing memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak-anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, akan menjadi penerus perjuangan bangsa nantinya, tetapi masih banyak sekali anakanak yang kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain. Manusia membutuhkan kerjasama antara

Lebih terperinci

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki hak untuk hidup dan mendapatkan kenyamanaan dalam kesejahteraan hidupnya. Hak tersebut merupakan hak yang seharusnya bisa dirasakan serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Peranan 2.1.1 Pengertian Peranan Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum upaya pelayanan kesejahteraan sosisal bagi anakanak terlantar diatas menjadi patokan dalam membentuk suatu lembaga pengganti peran dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. baik. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah aset bangsa yang harus dijaga dan di perhatikan dengan baik. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran tersebut. Anak adalah

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak pun dijelaskan bahwa diantaranya yakni mendapatkan hak pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak pun dijelaskan bahwa diantaranya yakni mendapatkan hak pendidikan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia. Sebagaimana dalam hadits yang berbunyi uthlubul ilma minal mahdi ilallahdi yang menunjukkan kewajiban menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak sebagai Mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan Mahluk sosial, sejak dalam kandungan sampai melahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka saat serta mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM 1 RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu melengkapi individu dengan self understanding, pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu melengkapi individu dengan self understanding, pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk kemajuan suatu negara. Negara yang maju pasti didukung pendidikan yang baik. Berawal dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisiologis: makan, minum, kebutuhan rasa aman, rasa kasih sayang,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisiologis: makan, minum, kebutuhan rasa aman, rasa kasih sayang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak lahir seseorang anak sudah memiliki berbagai kebutuhan seperti kebutuhan fisiologis: makan, minum, kebutuhan rasa aman, rasa kasih sayang, kebutuhan dihargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) yang dikeluarkan oleh Pendidikan Nasional pada bab pendahuluan, mempunyai visi mewujudkan sistem

Lebih terperinci

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN DAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif

Lebih terperinci

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang eksistensi proyek Bangsa Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Dan perjuangan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga hakikatnya merupakan salah satu unsur pokok dan sangat berpengaruh di dalam pembangunan rohani dan jasmani setiap insan manusia dalam rangka pembangunan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekian banyak ciptaannya, makhluk ciptaan yang menarik, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekian banyak ciptaannya, makhluk ciptaan yang menarik, yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara sekian banyak ciptaannya, makhluk ciptaan yang menarik, yang dapat mengidentifikasi apa yang dilakukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. disebutkan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. disebutkan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah disebutkan : Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negera Indonesia yang melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya orang tua juga merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya orang tua juga merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan diibaratkan sebagai sebuah rumah yang dapat menaungi penghuninya dari sengatan matahari dan hujan. Akan tetapi rumah tidak dapat dibangun dalam angan-angan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT telah memberikan tuntunan hidup berupa Al Qur an dan Sunnah, sebagai pedoman yang sempurna, karena dalamnya terkandung hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL I. UMUM Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa anak adalah amanah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PROPOSAL Waqaf Pembebasan Tempat Tinggal Panti Yatim dan Dhuafa Daarul Adzkar

PROPOSAL Waqaf Pembebasan Tempat Tinggal Panti Yatim dan Dhuafa Daarul Adzkar PROPOSAL Waqaf Pembebasan Tempat Tinggal Panti Yatim dan Dhuafa Daarul Adzkar Akta Notaris : Tanggal 20 Maret 2013 Nomor 5, NPWP : 31.735.805.9-429.000 KEMENKUM HAM NOMOR : AHU - 5046.AH.01.04.Tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAM BELAJAR BAGI PELAJAR DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAM BELAJAR BAGI PELAJAR DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAM BELAJAR BAGI PELAJAR DI LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN

BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN 1 BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN 3.1 Gambaran Umum Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Tunas Bangsa Pati 3.1.1 Tinjauan Historis Panti Sosial Asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hidup manusia berkembang dari mulai masa konsepsi, bayi, balita, anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa. Masa anak-anak merupakan saat yang terbaik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting bagi manusia supaya memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern dan serba canggih seperti saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi segala aspek dalam perkembangan kehidupan manusia. Informasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kaya dan miskin tidak akan pernah selesai tanpa adanya sistem berbagi. Kehidupan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kaya dan miskin tidak akan pernah selesai tanpa adanya sistem berbagi. Kehidupan yang 121 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kehidupan menjadi sandiwara, ada yang kaya dan ada yang miskin. Permasalahan kaya dan miskin tidak akan pernah selesai tanpa adanya sistem berbagi. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang berhasil di Masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang berhasil di Masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga merupakan tempat yang paling penting dimana anak akan memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di Masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara dengan jumlah panti asuhan terbesar yaitu mencapai 5000 hingga 8000 panti terdaftar dan 15.000 panti

Lebih terperinci

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan sumber daya manusia baik secara individu maupun bersama-sama bertanggung jawab untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kecenderungan prilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang anak masih mudah ditemukan. Berbagai kasus kriminal yang pernah terjadi tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (DEPAG RI, 2004: 8) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak akan menjadi motor penggerak kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang. dimilikinya untuk orang lain dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang. dimilikinya untuk orang lain dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun. Namun Allah melengkapinya dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai pengetahuan. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 A Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENGGABUNGAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman hidup setiap individu dalam berbagai lingkungan yang memiliki pengaruh positif untuk perkembangan individu sepanjang hayat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak. Dengan kata lain, secara ideal perkembangan anak akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sudah selayaknya memberikan perhatian terhadap perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 B (2) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang senantiasa berusaha untuk mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum dengan jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang ditandai dengan dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK 13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK Oleh: Sella Khoirunnisa, Ishartono & Risna Resnawaty ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya merupakan hak dari setiap anak tanpa terkecuali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara khususnya di Indonesia. Pendidikan saat ini dihadapkan pada masalah yang mendasar yaitu rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat, munculnya berbagai fenomena sosial bersumber baik dari dalam masyarakat maupun akibat

Lebih terperinci