Penanaman Konsep Bilangan Real Melalui Tugas Terstruktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penanaman Konsep Bilangan Real Melalui Tugas Terstruktur"

Transkripsi

1 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN Penanaman Konsep Bilangan Real Melalui Tugas Terstruktur Baso Intang Sappaile ) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada jurusan matematika FMIPA UNM Makassar dengan tujuan penanaman konsep bilangan real melalui tugas terstruktur. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa kesalahan yang dialami oleh mahasiswa terletak pada konsep bilangan rasional. Setelah beberapa kali diadakan pemberian tugas dan diskusi, dan kesempatan yang diberikan mahasiswa untuk bertanya, jumlah mahasiswa yang membuat kesalahan berangsur-angsur berkurang. Keaktifan mahasiswa bertanya semakin tinggi ini dapat ditunjukkan bahwa pada waktu dosen memberikan kesempatan bertanya, mahasiswa serentak mengacungkan tangan, tetapi kadang pertanyaan mahasiswa melenceng dari materi yang telah diajarkan. Secara rinci hasil-hasil yang dicapai selama dua siklus adalah (1) meningkatnya jumlah mahasiswa tidak mengalami kesalahan pada konsep bilangan rasional dengan persentase kira-kira 0%, () meningkatnya jumlah mahasiswa tidak mengalami kesalahan pada konsep logaritma dengan persentase kira-kira 15%. Selain itu, perubahan-perubahan yang terjadi adalah (1) pada proses mengajar belajar, jumlah kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan meningkat, () jumlah mahasiswa yang aktif bertanya pada saat perkuliahan berlangsung meningkat, dan (3) mahasiswa makin berani mengerjakan soal di papan tulis. Kata Kunci: Konsep dasar, Bilangan real, Tugas terstruktur. PENDAHULUAN Dalam UU No. 0 tahun 003 (3) disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu wadah untuk mengembangkan potensi peserta didik adalah lembaga pendidikan tinggi. Universitas Negeri Makassar (UNM) merupakan Lembaga Pendidikan Tinggi Negeri memiliki dua jalur penyelesaian studi, yaitu jalur program pendidikan dan jalur program non-kependidikan. Jalur program pendidikan akan menghasilkan calon-calon pendidik, baik pendidik pada jenjang pendidikan dasar, menengah maupun pada pendidikan tinggi. Pendidik yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 0 Tahun 003 (1), adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd. Dosen Matematika FMIPA UNM Makassar.

2 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN Pendidikan guru MIPA pada program S1 bertujuan menghasilkan calon guru yang akan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara konprehensif, sehingga para lulusan dapat mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan perubahan yang terjadi di tempat tugasnya. Pendidikan matematika adalah salah satu program studi pada jurusan matematika pada FMIPA UNM Makassar. Pada program studi tersebut terdapat beberapa mata kuliah matematika yang memerlukan konsep dasar antara lain konsep bilangan real. Konsep bilangan real merupakan materi dasar yang selalu digunakan oleh mahasiswa jurusan matematika pada mata kuliah-mata kuliah jurusan matematika FMIPA UNM Makassar, misalnya pada mata kuliah Kaklulus I, Kalkulus II, Statistika Matematika II, Persamaan Diferensial, Analisis Real I, dan Analisis Kompleks. Konsep bilangan real sangat penting dan harus dikuasai oleh mahasiswa jurusan matematika. Pengalaman peneliti, mahasiswa merasa kesulitan mempelajari mata kuliah jurusan, khususnya mata kuliah Kalkulus Lanjut yang dimungkinkan oleh kekurang penguasaan konsep bilangan real. Seperti yang terdapat pada materi logaritma, bilangan rasional, fungsi banyak, nilai mutlak, dan perkalian skalar. Kadang mahasiswa menjawab daerah definisi dari f(x,y) = ln(1 x y ) adalah Df = {(x,y) R 1 x - y 0}. Dengan kenyataan ini, maka untuk mendukung upaya penanaman konsep bilangan real peneliti melakukan penelitian tindakan yaitu memberikan tugas secara terstruktur dalam upaya meningkatkan penguasaan mahasiswa. Untuk itu, melalui tugas terstruktur ini mahasiswa diharapkan dapat merubah konsepsi yang sudah ada pada diri mahasiswa. Sehingga perlu rancangan kegiatan belajar mengajar yang dapat membangkitkan perubahan konseptual mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa secara aktif dan efisien. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang menyebabkan keterlibatan dosen untuk membimbing mahasiswa, dan usaha mahasiswa untuk menumbuhkan minat belajar dan perubahan miskonsepsi mahasiswa sehingga dapat menyelesaikan tugas terstruktur yang implikasinya dapat menguasai konsep bilangan real. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai adalah (1) untuk mengetahui miskonsepsi apa yang ada pada mahasiswa kaitannya dengan bilangan real, selanjutnya diperbaiki berdasarkan miskonsepsi tersebut, dan () untuk membiasakan mahasiswa belajar secara individual dan mengerjakan tugas terstruktur secara kontinu, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, khususnya mata kuliah matematika. Hasil penelitian Djaali (1993: 49) menyimpulkan bahwa prestasi belajar kelompok mahasiswa yang mengikuti perkuliahan konvensional termasuk rendah, baik mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan Matematika, Evaluasi Hasil Belajar Matematika, maupun Kalkulus Lanjut, dengan nilai rata-rata berturut-turut 39,09; 57,95; dan 45,77 dan standar deviasi berturut-turut 18,44; 15,18 dan 19,50. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana menanamkan konsep bilangan real agar mahasiswa dapat menguasai konsep yang benar dan dapat menerapkannya, dan () materi-materi mana yang merupakan miskonsepsi bagi mahasiswa?

3 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN PEMBAHASAN Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sudjana (1991: 5) mengatakan belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Sejalan dengan itu, Gie (1988: 14) yang mengatakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pada dirinya berupa penambahan dalam pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit permanen. Mempelajari matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan matematika juga berkenaan dengan ide-ide, strukturstruktur, dan hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi. Karena matematika merupakan ideide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka sebelum kita memahami simbol-simbol itu terlebih dahulu kita harus memahami ide-ide yang terkandung di dalamnya. Sinbol-simbol tersebut pada umumnya kosong dari arti. Artinya simbol-simbol tersebut dapat diberikan arti tertentu sesuai dengan semestanya. Dengan simbol-simbol yang kosong dari arti memberi peluang lebih besar kepada matematika untuk digunakan di berbagai bidang ilmu. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka belajar matematika pada hakekatnya adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dari strukturstruktur, hubungan-hubungan, dan simbol-simbol, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1989: 79). Djaali (1991: 16) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kefektifan pengajaran matematika perlu ditempuh langkah-langkah penanaman konsep sampai kepada penerapannya, yang terdiri dari tiga langkah, yaitu langkah pemahaman, langkah peguatan, dan langkah penggunaan. Untuk menanamkan konsep, rumus, atau prinsip x kepada mahasiswa, dosen matematika perlu mengetahui tingkat perkembangan intelektual atas struktur kognitif siswa yang akan mempelajari konsep, rumus, atau prinsip x itu agar strategi pengajaran yang digunakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan struktur kognitif siswa tersebut. Misalnya konsep abstrak dari matematika dengan menggunakan proposisiproposisi logik formal yang akan diajarkan kepada anak didik yang masih berada pada stadium operasioanl konkrit harus disajikan dalam bentuk yang lebih konkrit, baik dengan menggunakan gambar, benda-benda model matematika maupun dengan menggunakan contoh-contoh konkrit. Materi prasyarat bagi x harus diketahui terlebih dahulu

4 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN oleh siswa, dan proses belajar matematika yang ditempuh harus bertitik tolak dari pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hasil pemahaman terhadap x dapat dilihat dari kemampuan siswa mengemukakan, baik secara verbal maupun secara tertulis atau dengan cara memberikan contoh-contoh konkrit tentang penerapan konsep, rumus, atau prinsip x tersebut. Konsep, rumus, atau prinsip x yang telah dipahami perlu penguatan agar terjadi pengendapan. Proses pengendapan terjadi melalui penguatan. Bentuk penguatan untuk tipe belajar stimulus-respon atau asosiasi verbal adalah melalui latihan atau ulanganulangan yang teratur. Latihan atau ulangan yang teratur itu dimaksudkan untuk memantapkan hasil belajar yang telah diperoleh, dan dibedakan atas dua bentuk, yaitu (1) agar siswa mengetahui konsep, rumus, atau prinsip x secara baik dan () agar siswa terampil menggunakan konsep, rumus, atau prinsip x itu ke dalam situasi baru. Konsep, rumus, atau prinsip x yang telah dikuasai harus digunakan dalam menghadapi situasi baru. Untuk itu maka setelah siswa memahami dan menguasai konsep. Rumus, atau prinsip x tersebut, siswa harus diperhadapkan kepada berbagai hal baru yang relevan dengan penggunaan x tersebut. Masalah baru yang dihadapkan kepada siswa sesuai dengan tingkat pengembangan struktur kognitif siswa dan bermakna baginya, serta harus dapat disesuaikan dengan penggunaan konsep, rumus, atau prinsip x tersebut. Dalam hal Konstruktivis, menurut Piaget, (dalam Dahar, 1989: 159) pengetahuan sosial seperti nama hari dalam seminggu atau tanda atom dalam unsur-unsur dalam ilmu kimia dapat dipelajari secara langsung, yaitu dari pikiran guru pindah ke pikiran siswa. Namun pengetahuan fisik dan pengetahuan logik-matematika tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan lain perkataan pengetahuan fisik dan begitu pula pengetahuan logiko-matematik tidak dapat diteruskan dalam bentuk sudah jadi. Setiap anak harus membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu; pengetahuan-pengetahuan itu harus dikontruksi sendiri oleh anak melalui operasi-operasi, dan salah satu cara untuk membangun operasi ialah ekuilibrasi. Model belajar perubahan konseptual dikemukakan oleh Strik dan Posner (dalam Rahmah, 1997: 13) yang artinya belajar merupakan pemahaman suatu ide baru, menilai kebenaran ide ini, dan menilai konsistennya dengan ide yang lain. Anggapan dasarnya adalah konsepsi yang dibawa oleh pembelajar berpengaruh pada kemampuan untuk belajar dan berpengaruh pula pada ide yang akan dipelajari. Berdasarkan pengamatan, miskonsepsi mahasiswa meliputi konsep bilangan rasional, pertidaksamaan, logaritma, fungsi banyak, nilai mutlak, dan perkalian skalar. x y Contoh 1: Bilangan Rasional. Hitung lim. ( x,y) (1,1) x y x y 1 1 Mahasiswa menuliskan lim 1 (x,y) (1,1) x y 1 1 Ini terjadi pada mahasiswa dimungkinkan karena definisi bilangan rasional tidak dipahami atau mahasiswa membayangkan bahwa pembilang dan penyebut sama tanpa memperhatikan penyebut tidak boleh sama dengan nol, sehingga tetap hasilnya sama dengan satu. Hal ini karena mahasiswa tidak mengetahui atau miskonsepsi tentang bilangan real itu sendiri.

5 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN Contoh : Logaritma Misal diketahui f(x,y) = ln(1 - x - y), tentukan daerah definisi fungsi. Mahasiswa menjawab: Df = {(x,y) R 1 - x - y 0}. Ini terjadi pada mahasiswa dimungkinkan karena tidak mengerti hakekat dari logaritma itu sendiri. Sebenarnya mahasiswa harus mengetahui asal mula logaritma, sehingga untuk mengetahui syarat yang harus dipenuhi oleh logaritma mahasiswa sekurang-kurangnya mengembalikan kepada hasil dari pangkat suatu bilangan positif. Contoh 3: Fungsi banyak Misal selidiki kekontinuan fungsi f di daerah definisinya, jika x y (x,y) x y 0, f, x,y 0,0 x,y 0,0 Mahasiswa mengerjakan lim 0 0 (x,y) (0,0) dan f(0,0) = 0. karena lim f(x, y) 0dan f(0,0) = 0, maka f kontinu di (0,0). Ini terjadi pada (x,y) (0,0) mahasiswa dimungkinkan karena yang ditanyakan dalam soal adalah daerah definisi fungsi, maka mahasiswa tidak lagi mencek untuk fungsi pertama karena (x,y) (0,0). Dalam penelitian tindakan ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus dengan urutan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. Dalam perencanaan tindakan mengikuti langkah-langkah berikut. Langkah 1 a. Tim peneliti membentuk kelompok kecil, (maksimal 5 orang) tiap kelompok. b. Pertemuan ke- dan ke-3, dosen memberikan materi kuliah berdasarkan SAP-1. c. Pertemuan ke-4, 100 menit pertama pemberian tugas-1. Selanjutnya 50 menit kedua diskusi berdasarkan hasil tugas-1 dari masing-masing kelompok. Langkah a. Pertemuan ke-6, 150 menit lanjutan pemberian materi kuliah SAP-. b. Pertemuan ke-7, 100 menit pertama pemberian tugas-. Selanjutnya 50 menit kedua diskusi berdasarkan hasil tugas- dari masing-masing kelompok. c. Pertemuan ke-8, 50 menit pertama umpan balik hasil tes unit menit terakhir pemberian materi SAP-3. Langkah 3 a. Pertemuan ke-9, 150 menit lanjutan pemberian materi SAP-3. b. Pertemuan ke-10, 100 menit pertama pemberian tugas-3. Selanjutnya 50 menit kedua diskusi berdasarkan hasil tugas-3 dari masing-masing kelompok.

6 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN c. Pertemuan ke-11, 50 menit pertama umpan balik hasil tes unit menit terakhir pemberian materi SAP-4. Langkah 4 a. Pertemuan ke-1, 150 menit lanjutan pemberian materi SAP-4. b. Pertemuan ke-13, tanya jawab tentang materi yang telah disajikan pada pertemuan ke- 1. c. Pertemuan ke-14, evaluasi kegiatan proses mengajar belajar. Dalam pelaksanaan tindakan, proses pelaksanaan penelitian pada tahap siklus pertama adalah pembentukan kelompok dan selanjutnya mengajarkan materi kuliah. Pada saat mengajarkan materi-materi tersebut diselingi dengan tanya jawab. Konsep awal yang digunakan dalam materi tersebut adalah konsep bilangan real, yang memuat bilangan di bawah akar, bilangan logaritma natural, bilangan rasional. Berdasarkan hasil evaluasi, pertanyaan-pertanyaan mahasiswa pada saat dosen mengajarkan materi tertentu, sebelum dosen menjawab terlebih dosen melemparkan pertanyaan tersebut kepada mahasiswa lainnya untuk dijawab dan ditanggapi. Berdasarkan jawaban dari beberapa mahasiswa akan ditarik kesimpulan menjadi jawaban yang tepat. Sebagai contoh: menentukan daerah definisi fungsi f(x) = 16 x dan gambar Df. ln(x) Berdasarkan soal tersebut, mahasiswa belum dapat menentukan syarat yang harus dipenuhi agar 16 x R, dan ln (x) R. Sehingga mahasiswa tidak dapat menggambarkan Df di R dengan benar. Selanjutnya, memberikan tugas-1 (sebagai contoh) yang sama kepada setiap kelompok, dengan soal sebagai berikut. 1. Diketahui fungsi dua peubah f(x) = 4 x & g(x) = ln (x). Tentukan a. D = Df Dg dan gambarkan sebagai himpunan titik di bidang. b. Persamaan fungsi f + g, f - g, fog, f/g, dan g/f. c. Daerah definisi fungsi pada bagian b. x y. Selidiki apakah lim ada? ( x,y) (0,0) 4 x y Hasil pekerjaan mahasiswa dari tugas-1 dikumpulkan sebelum pertemuan berikutnya. Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh mahasiswa dari hasil tugas-1 diserahkan kepada kelompok tertentu, kemudian disuruh menuliskan hasil pekerjaannya dan kelompok lain menanggapi. Dari beberapa tanggapan yang berbeda, dosen meluruskannya. Dalam hal hasil pekerjaan tugas terstruktur, dari sembilan, pada umumnya kesalahan yang dialami oleh mahasiswa terletak pada konsep bilangan real. Untuk lebih

7 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN jelasnya dapat dicermati pada kesalahannya yang dialami oleh kedua kelompok berikut ini. Kelompok II Menentukan daerah definisi fungsi f(x,y) = 9 x dan gambar Df. Berdasarkan soal tersebut, mahasiswa belum dapat menentukan syarat yang harus dipenuhi agar 9 x R, sehingga mahasiswa tidak dapat menggambarkan Df di R dengan benar. Mahasiswa menuliskan 9 x 0. 9 x 0 (3 x)(3 + x) 0 x 3 atau x Dosen mempersilahkan kelompok lain untuk menanggapinya. Hasil tanggapan mahasiswa, sebagian besar mahasiswa yang benar dan sebagian mahasiswa tidak dapat menyatakan pendapat. Karena mahasiswa tetap benar, maka dosen memberikan menjelaskan bahwa untuk x = 3 atau x = -3 disubtitusi pada f(x,y) = 9 x tetap memberikan yang real. Sehingga untuk daerah definisi fungsi bukan x 3 atau x -3. Dalam hal refleksi hasil tugas, yaitu hasil tugas kelompok, diidentifikasi kesalahan-kesalahan yang mayoritas mahasiswa mengalami kesalahan konsep bilangan real. Hasil identifikasi tersebut dibahas bersama-sama (antar kelompok dan mahasiswa dengan dosen). Pada diskusi tersebut muncul beberapa pendapat yang masing-masing tetap mempertahankan pendapatnya dan kadang ada mahasiswa yang susah untuk menentukan pendapat. Namun setelah dosen memberikan argumen-argumen yang berkaitan dengan pendapat yang berbeda tersebut, kemudian mahasiswa dapat mengerti dan menerima dari salah satu pendapat tersebut. KESIMPULAN Kesalahan yang dialami oleh mahasiswa terletak pada konsep bilangan rasional. Setelah beberapa kali diadakan pemberian tugas dan diskusi, dan kesempatan yang diberikan mahasiswa untuk bertanya, jumlah mahasiswa yang membuat kesalahan berangsur-angsur berkurang. Keaktifan mahasiswa bertanya semakin tinggi ini dapat ditunjukkan bahwa pada waktu dosen memberikan kesempatan bertanya, mahasiswa serentak mengacungkan tangan, tetapi kadang pertanyaan mahasiswa melenceng dari materi yang telah diajarkan. Secara rinci hasil-hasil yang dicapai selama dua siklus adalah (1) meningkatnya jumlah mahasiswa tidak mengalami kesalahan pada konsep bilangan rasional dengan persentase kira-kira 0%, () meningkatnya jumlah mahasiswa tidak mengalami kesalahan pada konsep logaritma dengan persentase kira-kira 15%. Selain itu, perubahanperubahan yang terjadi adalah (1) pada proses mengajar belajar, jumlah kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan meningkat, () jumlah mahasiswa yang aktif bertanya pada saat perkuliahan berlangsung meningkat, dan (3) mahasiswa makin berani mengerjakan soal di papan tulis.

8 Jurnal Algoritma, Vol. 1, No., Desember 006, hal , ISSN DAFTAR PUSTAKA Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 0 Tahun 003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Mitra Karya, Jakarta. Djaali, Pengaruh Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Kemampuan Dasar terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sulawesi Selatan di Luar Kota Madya Ujung Pandang, (Penelitian Tahap Kedua), Makassar , Efektivitas Pengajaran pada Jurusan Matematika FPMIPA IKIP Ujung Pandang, (Penelitian), Makassar. Gie, The Liang, Cara Belajar Yang Efisien, Pusat Kemajuan Studi, Yokyakarta. Johar, Rahmah, Penerapan Model Belajar Perubahan Konseptual Dengan CLS Pada Topik Perbandingan di Kelas II SMP Khadijah Surabaya, Tesis, Program Pendidikan Matematika Pascasarjana IKIP Surabaya. Sudjana, Nana, Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

PERBAIKAN MISKONSEPSI MAHASISWA DALAM MATAKULIAH KALKULUS LANJUT MELALUI PENDEKATAN TUGAS DAN TES UNIT. Baso Intang Sappaile

PERBAIKAN MISKONSEPSI MAHASISWA DALAM MATAKULIAH KALKULUS LANJUT MELALUI PENDEKATAN TUGAS DAN TES UNIT. Baso Intang Sappaile Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 1 Januari-April 008, hal. 1-16, ISSN 0853-7399 PERBAIKAN MISKONSEPSI MAHASISWA DALAM MATAKULIAH KALKULUS LANJUT MELALUI PENDEKATAN TUGAS DAN TES UNIT Baso Intang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu teknologi yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap individu. Setiap individu dituntut untuk terus belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan dunia dibidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hak asasi bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Setiap manusia memiliki hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), baik itu di dalam maupun di luar ruang kelas. Dalam KBM seorang pendidik akan selalu berusaha

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya kesadaran manusia tentang pentingnya pendidikan maka di zaman saat ini, negara kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan kualitas pribadi bangsa. Pendidikan dapat mencakup seluruh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 SMP Negeri 3 Comal, Kab. Pemalang Abstrak Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu dari model

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULAAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karna itu dari waktu ke waktu selalu dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang handal dan terampil, serta mampu berkompetensi seraca global. Untuk mewujudkan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kualitas kehidupan tersebut akan sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Merupakan proses perubahan tingkah laku, pengembangan potensi diri, dan menambah

Lebih terperinci

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL TREFFINGER (PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas sumber daya manusia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia memerlukan suatu pendidikan. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MENGOPTIMALKAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, pendidikan memegang peran penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan masyarakat menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat, perubahan ini akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 722 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang suatu objek. Dengan ilmu hidup akan menjadi mudah dan baik, serta terangkat derajad kemuliaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat dan terarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program pembangunan nasional, karena pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 hal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan diberbagai bidang dalam rangka mencerdaskan bangsa dan tercapainya kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

KOMPETENSI MENGAJAR MINIMAL BAGI GURU BARU

KOMPETENSI MENGAJAR MINIMAL BAGI GURU BARU KOMPETENSI MENGAJAR MINIMAL BAGI GURU BARU Baso Intang Sappaile* Abstrak Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan yang diusahakan dari waktu ke waktu. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Tanpa pendidikan akan sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam usahanya meningkatkan kualitas dan martabat hidupnya, ia akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya. Usaha terpenting yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai, 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, dengan begitu perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pendidikan yang dimaksud. dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pendidikan yang dimaksud. dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal terpenting dan termasuk faktor yang urgen dalam membangun negara Indonesia, pendidikan juga merupakan faktor yang sangat menentukan bagi terlaksanannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan merupakan usaha untuk menumbuhkembangkan potensi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang efektif dalam membantu seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan manusia dalam menghasilkan cita cita di masa depan. Dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam suatu bangsa. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan canggih, dituntut sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON 40 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS III A SEMESTER II SD MUHAMMADIYAH SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Yunita Damayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: wisnie59@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus merupakan tuntutan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun. Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, maka ilmu pengetahuan dan teknologi pun menjadi semakin pesat. Kemajuan tersebut dapat terealisasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Demikan halnya dengan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci