Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
|
|
- Yuliani Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TANGGUNG JAWAB P.T ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO) DALAM PENGANGKUTAN BARANG DAN PENUMPANG SEBAGAI PENYELENGGARA TRANSPORTASI ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN (Studi di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang) ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: RIKI AHMAD Reg. No. 108/Pdt/02/VI-2015 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG
2 1
3 Tanggung Jawab P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) dalam Pengangkutan Barang dan Penumpang Sebagai Penyelenggara Transportasi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Studi di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang) Riki Ahmad 1, Adri 1, Yofiza Media 1 1) Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta riki.ahmad22@gmail.com ABSTRAK Indonesia is a country that consists of thousands of islands, and so we need a means of transportation to connect between the islands. In transport, the carrier shall organize transport safely and be responsible for the risk of adverse effects experienced by passengers and shippers. Based on this problem under study are: 1) How is the implementation of the agreement the transport of goods and / or passengers by sea at Pier Port Bungus Teluk Kabung Padang? 2) How is the responsibility of PT ASDP (Persero) in the transport of goods and / or passenger transport organizer angkutran as rivers, lakes and crossing the event of a default? 3) How is the implementation of the claim for damages on the PT ASDP (Persero). This study using sociological juridical approach, and data sources in the form of primary and secondary data. Data were obtained by interview and document study. Data were analyzed qualitatively. From the study it can be concluded that 1) the implementation of the transport agreement made when passengers or shippers buy tickets at the counter that has been provided and ends when the passenger or goods have arrived and unloaded at the dock destination. 2) The carrier is responsible for passengers and goods, began when the ship left the dock of departure to the destination dock. 3) filing a claim for damages in PT ASDP (Persero) is done by filling out an accident report form by attaching a ticket or mail transportation. Keywords: Responsibility, replied, Goods, Passengers Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang tersusun dari ribuan pulau besar dan kecil, yang terhubung oleh selat dan laut. Saat ini pulau yang terdaftar dan berkoordinat di Indonesia berjumlah pulau, pulau sudah memiliki nama, sedangkan pulau belum memilki nama, dan baru saja yang berpenghuni. Sehubungan dengan hal ini, dibutuhkan alat transportasi sebagai sarana penghubung yang mengangkut barang dan/atau penumpang dari satu pulau ke pulau lainnya. Pengangkutan atau pemindahan barang dan/atau penumpang menggunakan transportasi adalah untuk mencapai tempat tujuan dan menciptakan atau menaikkan utilitas atau kegunaan dari barang yang diangkut. Transportasi digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang memiliki posisi 2
4 penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. 1 Pentingnya transportasi tercermin dari penyelenggaraannya yang mempengaruhi semua aspek kehidupan nasional serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas barang dan penumpang di dalam negeri dan bahkan dari dan keluar negeri. Dalam sistem transportasi sendiri ada lima unsur pokok, yaitu: orang/barang yang membutuhkan, kendaraan sebagai alat angkutan, jalan sebagai prasarana angkutan, terminal, dan organisasi sebagai pengelola angkutan. 2 Pihak-pihak yang terlibat dalam pengangkutan ini, yaitu pihak pengangkut dan pengirim untuk pengangkutan barang dan/atau penumpang. Di dalam pengangkutan tersebut masing-masing pihak (pengangkut dan pengirim) mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kewajiban pengangkut adalah untuk mengangkut barang dan/atau penumpang sampai ke tempat tujuan dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim adalah untuk membayar uang angkutan untuk pengangkutan. 3 1 TjakranegaraSoegijatna, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Penerbit Rineka Cipta, Bandung, 1995, hlm GunawanHerry, 2014, Pengantar Transportasi Dan Logistik, PT. RajaGrafindo, Jakarta, hal angkutan.html, tanggal29 Maret 2015, WIB. 3 Pengangkutan pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 4 1. Pengangkutan darat dengan menggunakan alat angkutan kereta api atau kendaraan umum lainnya; 2. Pengangkutan udara dengan menggunakan alat angkutan pesawat; dan 3. Pengangkutan laut dengan menggunakan alat angkutan kapal. Sehubungan dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau dan sebagian besar wilayahnya berupa perairan baik laut, sungai, maupun danau, maka pengangkutan laut khususnya yang menggunakan kapal dapat untuk diandalkan guna menghubungkan antar daerah atau antar pulau. Hal ini dimungkinkan karena pengiriman barang dan/atau penumpang dengan menggunakan kapal dapat memberikan keuntungan lebih dibandingkan dengan alat angkut lain (contoh: mobil), karena dapat menghemat ongkos. Sebab kapal dapat mengangkut barang dan penumpang dengan kuota yang lebih besar. Menyadari peranan transportasi maka pelayaran sebagai salah satu moda transportasi, penyelenggaraannya harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu dan 4 Ibid.
5 mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya sarana angkutan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman, dan efisien dengan biaya yang wajar dan serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. 5 Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan yaitu PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang jasa pengangkutan laut. PT. ASDP memberikan jasa angkutan penumpang, angkutan barang dan angkutan kendaraan. Tujuan didirikannya perusahaan ini adalah untuk melaksanakan dan menunjang program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya, dan jasa transportasi khususnya. PT. ASDP mempunyai kewajiban-kewajiban dan hak, serta tanggung jawab pengangkutannya, sesuai dengan apa yang diatur dalam perjanjian pengangkutan antara pihak pengangkut dan pengirim yang berkepentingan. 6 Dalam proses pengangkutan, wanprestasi mungkin saja terjadi. Hal ini dikarenakan bahaya yang mengancam kapal dan muatannya sangat banyak, karena rute yang ditempuh merupakan sebuah lautan, yang apabila terjadi suatu masalah ataupun 5 Soegijatna, Op.Cit,hal tanggal 30 Maret 2015, WIB. 4 kecelakaan yang terjadi disaat kapal berlayar sangat sulit untuk memperoleh bantuan. Bagaimanapun juga pengangkut harus bertanggung jawab terhadap semua masalah yang menimpa tersebut. Tanggung jawab pengangkut terhadap wanprestasi yang timbul akibat dari penyelenggaraan tersebut artinya pengangkut berkewajiban bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul atas barang-barang dan/atau penumpang yang diangkutnya selama dalam jangka waktu pengangkutan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 40 ayat (1) dan (2) UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, yaitu: (1) Perusahaan angkutan diperairan bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya. (2) Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati. Perjanjian pengangkutan mewajibkan pengangkut untuk menjaga keselamatan penumpang dan/atau barang yang harus diangkut sesuai dengan bunyi pasal yang tersebut di atas. Apabila terjadi masalah atau kecelakaan terhadap kapal atau kapal mengalami gangguan, sehingga penumpang mengalami cacat dan cedera atau barang sampai di tempat tujuan dalam keadaan
6 musnah atau tidak ada atau ada akan tetapi rusak seluruhnya atau sebagian. Mengenai keterlambatan angkutan penumpang dan barang yang diangkut,baik yang disebabkan oleh kesalahan tenaga manusia atau yang bukan disebabkan oleh tenaga manusia sebagai penggerak alat transportasi tersebut, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Maka kerugian yang disebabkan karena pengangkut tersebut dapat dimintakan penggantian kerugian. Tanggung jawab pengangkut ini juga diatur dalam Pasal 468 ayat (2) KUHD, yaitu: Pengangkut harus mengganti kerugian karena tidak menyerahkan seluruhnya atau sebagian barangnya atau karena kerusakan, kecuali bila membuktikan bahwa tidak diserahkannya barang itu seluruhnya atau sebagian atau kerusakan itu adalah sifatnya, keadaannya atau cacat barangnya sendiri atau akibat kesalahan pengirim. Untuk itu peneliti akan meneliti mengenai: 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang dan penumpang melalui jalur laut di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang? 5 2. Bagaimanakah tanggung jawab P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) dalam pengangkutan barang dan penumpang sebagai penyelenggara transportasi angkutan sungai, danau dan penyeberangan apabila terjadi wanprestasi? 3. Bagaimanakah pelaksanaan pengajuan klaim ganti kerugian pada P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero)? Metode Penelitian Penelitian adalah suatu upaya manusia untuk mencari jawaban masalah yang dialami, sehingga kesulitan yang dihadapi manusia tersebut dapat diatasi. Dalam penelitian yang dicari adalah pengetahuan yang benar mengenai suatu hal atau fenomena. 7 Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis (empiris) yaitu dengan mencari data dilapangan untuk mendapatkan data primer. Disamping itu dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder. Dalam melakukan penelitian penulis melihat penerapan yang ada di lapangan tentang pelaksanaan dari 7 Hotman Pardomuan Sibuea, dan Heryberthus Sukartono, 2009, Metode Penelitian Hukum, Krakatau Book, Jakarta, hal.46.
7 ketentuan-ketentuan hukum yang ada dengan melakukan analisa terhadap persoalan yang muncul secara realita di lapangan Sumber Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dilapangan dengan melakukan wawancara dengan pengangkut dalam hal ini, nahkoda, Anak Buah Kapal (ABK), pengirim barang, ekspeditur, pimpinan PT. ASDP, serta pihak pengguna jasa angkutan berjumlah 10 orang. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang dipublikasikan oleh suatu badan atau orang yang mengumpulkan data tersebut. 9 Data ini dapat berupa bahan hukum yaitu: 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum mengikat yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilakukan. 8 SoejonoSoekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.13, RajawaliPers, Jakarta, hlm Sofyardi, makalah, 2005, Teknik Pengumpulan Data Yang Disampaikan Pada Lokakarya Teknik Penulisan Proposal Penelitian Untuk Staf Pengajar Kelompok Sosial Di Lingkungan Universitas Bung Hatta, tanggal Desember, hlm a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata); b. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD); c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 32 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan; e. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan. 2) Bahan hukum sekunder yaitu bersumber dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk melengkapi data dalam penulisan ini, penulis juga melakukan penelitian lapangan yang mendukung penulisan ini, dilakukan dengan: a. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan, dalam melakukan wawancara tersebut penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar
8 pertanyaan dalam bentuk terbuka sebagai alat pengumpul data. b. Studi Dokumen Untuk mendapatkan bahan bacaan yang berhubungan dengan penulisan ini, penulis mengumpulkan data dari bahan seperti undang-undang, buku bacaan, artikel-artikel dan jurnal-jurnal yang behubungan dengan permasalahan yang diteliti. 4. Analisis Data Dari data primer dan sekunder yang diperoleh dengan cara teknik kualitatif, maksudnya data yang muncul berwujud uraian kata-kata bukan angka-angka. Data yang diperoleh dikelompokkan dan disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti kemudian diambil suatu kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perjanjian Pengangkutan Barang dan/atau Penumpang Melalui Jalur Laut di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang Dari hasil wawancara dan pembahasan dengan Bapak Dwi Anang, selaku Supervisor P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Padang tanggal 26 Mei 2015, dapat diketahui bahwa pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang dan/atau penumpang di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang terdiri dari beberapa tahap, yaitu; a. Tahap Awal Pada tahap ini, calon penumpang dan pengirim barang atau pemilik barang membeli tiket keberangkatan di loket pembelian tiket yang telah di sediakan oleh P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang. Bagi calon penumpang yang ingin memesan tempat, bisa dengan memesannya di kantor P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Padang. Khusus bagi pengirim barang, para calon pengirim barang harus membuat surat angkutan serta memberikan keterangan dari barang yang akan diangkut seperti; faktur barang, daftar pengemasannya. Surat muatan tersebut berisikan: 1) Nama pengirim; 2) Berat dan ukuran barang yang diangkut, mereknya, dan bilangannya, serta cara penanganannya; 3) Lintasan atau tujuan pelabuhan; 4) Jumlah upah pengangkut; 5) Tanggal; 6) Paraf petugas; 7) Nama pengangkut; dan 8) Nama penerima barang. Setelah itu, pihak pengirim menyerahkan daftar muatan itu kepada pengangkut. Kemudian pihak pengangkut 7
9 menerima barang-barang muatan itu dari pengirim untuk dimasukkan ke pelabuhan atau dermaga. Pihak pengangkut kemudian memperhitungkan uang angkutan yang harus dibayarkan oleh pengirimnya. Tanggung jawab P.T ASDP ini dimulai saat barang masuk ke dalam lingkungan perusahaan angkutan penyeberangan. b. Pemuatan Penumpang Dan Barang Ke Atas Kapal Setelah semua calon penumpang dan pengirim barang membeli tiket dan telah berada di dermaga pelabuhan sesuai dengan jadwal keberangkatan yang telah ditentukan, penumpang dipersilahkan menaiki kapal yang telah disediakan oleh P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero). Dan barang telah siap untuk dimuat dan segera dinaikkan ke atas kapal yang telah tersedia di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang. Pemuatan barang sendiri diikuti dengan menyusun barang-barang berdasarkan jenis dan sifat barang atau benda tersebut, agar barang-barang yang ada tidak tercampur dan rusak. Apabila barang ditempatkan dan disusun dengan baik dan rapi, maka selama prosses pengangkutan tidak akan ada masalah atau kendala yang akan ditemui selama pengangkutan. Sebaliknya jika saat pemuatan barang, barang ditempatkan dengan tidak baik atau berantakan akan ada banyak masalah yang akan ditemui seperti dapat mengakibatkan kapal menjadi miring. 8 c. Pengangkutan Penumpang Dan Barang Pada tahap ini penumpang dan barang yang telah berada di atas kapal diangkut dari dermaga pemberangkatan menuju dermaga tempat tujuan menggunakan kapal yang telah disediakan oleh P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero). d. Tahap Akhir Pada tahap ini barang-barang dan penumpang diturunkan di dermaga tujuan dari atas kapal. Setibanya di dermaga tujuan, barang-barang dan penumpang langsung dikeluarkan melaui pintu gerbang dermaga. Segera setelah proses pembongkaran dilaksanakan pihak pengangkut kemudian melakukan pemeriksaan terhadap barang-barang yang telah dibongkar tersebut. Proses pengambilan barang oleh pihak penerima barang dari pengirim juga dilangsungkan di dermaga tersebut. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kegiatan pengangkutan barang dan/atau penumpang yang dilakukan di dermaga penyeberangan.
10 2. Tanggung Jawab P.T ASDP (Persero) Dalam Pengangkutan Barang Dan/atau Penumpang Sebagai Penyelenggara Transportasi Sungai Danau Dan Penyeberangan Apabila Terjadi Wanprestasi Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Dwi Anang, selaku Supervisor P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero), tanggung jawab P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) dalam pengangkutan barang dan/atau penumpang adalah mengantarkan atau mengangkut barang dan/atau penumpang dari dermaga keberangkatan sampai ke dermaga tujuan dengan selamat. Dalam praktiknya P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) memiliki hak dan kewajiban selama proses pengangkutan. Dari penelitian yang dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa hak P.T ASDP (Persero), yaitu: a. Menerima uang atau ongkos angkutan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan; b. Menerima biaya lain yang telah diperjanjikan (seperti biaya asuransi). Dalam praktiknya uang atau ongkos angkutan adalah uang yang dibayarkan oleh penumpang atau pengirim barang sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan sebelumnya. Mengenai harga tarif itu 9 sendiri terdiri dari dua jenis yang sesuai dengan ideologi non-liberal yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008, yaitu: a. Tarif angkutan penyeberangan kelas ekonomi Tarif angkutan penyeberangan ekonomi ini ditetapkan oleh Menteri Perhubungan yang bekerjasama dengan Pemerintah daerah setempat. Penetapan tarif melalui campur tangan pemerintah ini dimaksudkan untuk menjaga kepentingan masyarakat banyak. b. Tarif angkutan non ekonomi Mengenai tarif angkutan non ekonomi ini pemerintah tidak ikut campur tangan dalam penentuan harganya, hal ini dimaksudkan untuk mencari keuntungan dan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan penyeberangan. Sedangkan biaya lain seperti asuransi adalah biaya yang dibayarkan oleh pengirim barang apabila pengirim dan pengangkut telah sepakat untuk mengasuransikan barang-barangnya. P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) dalam proses pengangkutan memiliki kewajiban-kewajiaban, yaitu: a. P.T ASDP (Persero) wajib melengkapi dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis
11 kelaik-lautan pelayaran sebuah kapal. b. P.T ASDP (Persero) wajib mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. P.T ASDP (Persero) wajib menjaga kondisi kapal baik itu mesin maupun nahkoda dan awak kapal yang mengoperasikan kapal, sehingga kapal berlayar dengan aman dan lancar. d. P.T ASDP (Persero) wajib mengoperasikan kapal sesuai dengan jadwal keberangkatan yang ditentukan. e. P.T ASDP (Persero) wajib memberitahukan penumpang dan/atau pengirim barang apabila terjadi penundaan jadwal pemberangkatan kapal. Dalam praktiknya, pihak P.T ASDP (Persero) wajib melengkapi dan memenuhi persyaratan-persyaratan sebelum kapal berlayar. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prosedur yang dibutuhkan oleh sebuah kapal sebelum melakukan pelayaran. Saat pelayaran kenyamanan juga merupakan sesuatu yang penting, maka daripada itu P.T ASDP harus mengecek kembali kapal yang akan dioperasikan baik itu dari segi mesin maupun nahkoda dan awak yang akan mengoperasikan kapal yang akan berlayar, sehingga pengguna jasa transportasi itu sendiri tidak kecewa atas pelayanan yang diperoleh selama proses pengangkutan. Saat pelayaran kapal haruslah tepat waktu, dimana jadwal keberangkatan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan. Mengenai ketepatan jadwal keberangkatan ini sangat penting agar penumpang atau pengirim barang dapat memperkirakan kapan seharusnya ia telah berada di dermaga. Hal ini dibutuhkan bagi calon penumpang dan pengirim barang agar tidak terlambat yang menakibatkan ia ketinggalan kapal atau bahkan sebaliknya ia hadir di dermaga terlalu cepat yang mengakibatkan penumpukan barang di dermaga. Dalam praktiknya mengenai jadwal keberangkatan itu sendiri sering terjadi penundaan jadwal keberangkatan yang diakibatkan oleh cuaca yang tidak mendukung untuk kapal berlayar. Mengenai keterlambatan jadwal keberangkatan yang diakibatkan oleh cuaca ini tentu merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diperkirakan atau di luar kendali pengangkut itu sendiri. Oleh karenanya sebelum keberangkatan kapal dari dermaga keberangkatan menuju dermaga tujuan pihak P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) wajib meminta informasi dari Badan Meteorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat mengenai cuaca sepanjang jalur penyebarangan dari dermaga pemberangkatan sampai ke 10
12 dermaga tujuan. Dan apabila seandainya cuaca tidak memungkinkan untuk berlayar dan jadwal keberangkatan diundur, maka P.T ASDP wajib mengumumkan kepada calon penumpang dan pengirim barang bahwasanya jadwal keberangkatan telah diundur dikarenakan cuaca yang tidak memungkinkan untuk berlayar. Selama proses pengangkutan penumpang dan pengirim barang juga memiliki hak dan kewajiban. Penumpang dan pengirim barang sebagai pengguna jasa pengangkutan berhak mendapatkan jasa pengangkutan dan mendapati barangnya sampai di tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ongkos pengangkutan sesuai dengan tarif angkutan yang telah ditentukan. Selain itu pengirim juga wajib memberitahukan kepada pengangkut mengenai ciri-ciri umum barang yang diangkut dan cara penanganan barang tersebut serta membuat surat muatan. Mengenai bentuk-bentuk wanprestasi yang ditemui dalam perjanjian pengangkutan barang dan penumpang pada P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah: a. Penumpang mengalami sakit atau luka yang diakibatkan oleh kelalaian/kesalahan dari pihak pengangkut. b. Barang rusak, hilang atau musnah yang diakibatkan oleh kelalian/kesalahan pihak pengangkut. c. Terjadinya keterlambatan barang sampai di tempat tujuan karena kelalaian/kesalahan pengangkut. 3. Pelaksanaan Pengajuan Klaim Ganti Kerugian Pada P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) Dalam praktiknya pengangkutan melalui jalur laut yang diselenggarakan oleh P.T ASDP (Persero) tidak selalu berjalan mulus, selalu ada kendala dan masalah saat proses pengangkutan berlangsung. Kendala dan masalah tersebut dapat dikarenakan kesalahan dan kelalaian manusia maupun disebabkan oleh keadaan alam dan cuaca yang tidak mendukung untuk melakuakan pengangkutan melalui jalur laut. Mengenai masalah yang diakibatkan oleh keadaan alam dan cuaca mungkin dapat diterima oleh penumpang dan pengirim barang. Namun apabila masalah tersebut disebabkan oleh kelalaian pengangkut maka penumpang dan/atau pengirim barang dapat menuntut penggantian kerugian. Kelalai tersebut dapat mengakibatkan mesin kapal menjadi rusak atau saat penyusunan barang tidak sesuai atau ditumpuk seperti seharusnya. Atau sesaat sebelum keberangkatan kapal cuaca tiba-tiba saja menjadi tidak bersahabat 11
13 seperti ombak besar di jalur pelayaran yang membuat penundaan jadwal keberangkatan. Hal ini tentu menimbulkan kerugian bagi penumpang dan pengirim barang, yang seharusnya barangnya sudah sampai di tempat tujuan dengan aman dan selamat, namun harus ditunda dan bahkan mengalami kerusakan. Dalam hal kerugian yang diakibatkan oleh pengangkut dan apabila penumpang atau pengirim barang dapat membuktikannya. Maka P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebagai pengangkut wajib bertanggung jawab dan mengganti kerugian yang dialami oleh penumpang dan/atau pengirim barang. P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) bertanggung jawab atas penumpang dan barang yang diangkut selama proses pengangkutan sejak dari dermaga pemberangkatan sampai dengan penumpang dan barang diturunkan atau dibongkar di dermaga tujuan. Penggantian kerugian ini dapat berupa uang sesuai dengan jumlah kerugian yang dialami. Namun dalam praktiknya apabila kerugian yang dialami tidak seberapa, misalkan penumpang hanya mengalami lecet sedikit dan bisa diobati dengan pengobatan yang sederhana atau barang yang diangkut hanya mengalami rusak dan hanya mengalami kerugian ekonomi yang sedikit biasanya penumpang atau pengirim urung untuk mengajukan tuntutan ganti kerugian. Hal ini mengingat proses yang dilalui cukup panjang dan menghabiskan biaya dan tenaga yang tak sedikit pula. Dari wawancara yang dilakukan dengan Ibu Hadrawati selaku Staff SDM dan Umum P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Padang, adapun tahaptahap yang harus dilalui untuk mengajukan klaim ganti kerugian pada P.T ASDP (Persero), yaitu: a. Mengisi blanko laporan kecelakaan; b. Menujukkan bukti surat angkutan berupa tiket atau surat angkutan; c. Kemudian P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) menaksir jumlah keru gian yang harus dibayar; dan d. Kemudian P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) menyelesaikan pembayaran ganti kerugian. Mengenai pembuktian kerugiannya sendiri dapat dilakukan dengan memperlihatkan tiket atau surat angkutan kepada nahkoda kapal. Kemudian nahkoda memeriksa sendiri dan memastikan bahwa surat angkutan adalah benar adanya dan dianggap sebagai bukti telah terjadinya pengangkutan. Adapun mengenai besaran harga ganti kerugian yang dialami pengirim di bayarkan pihak pengangkut memilki mekanisme sendiri. Dalam hal kerugian yang dialami barang rusak seluruhnya maka kisaran ganti 12
14 kerugian yang dibayarkan sesuai dengan keadaan barang sesaat sebelum peristiwa terjadi. Sedangkan apabila barang rusak sebagian, maka besaran harga sesuai dengan bagian-bagian yang rusak tersebut. Dalam hal penggantian kerugian ini pengirim barang dapat memilih untuk memperbaiki barang-barang yang rusak tersebut atau menggantinya dengan uang. Dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak Dwi Anang selaku Supervisor P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Padang, dalam hal pengangkutan barang melalui jalur laut mengingat resiko yang cukup besar yang mungkin akan ditanggung oleh pengirim, pengirim biasanya mengasuransikan barangnya di perusahaan asuransi. Dan itu boleh saja untuk meminimalisir kerugian yang akan ditanggung oleh pengirim barang. Namun tidak semua pengirim barang yang mengasuransikan barang miliknya, hanya barang yang memilki nilai ekonomi tinggi saja atau barang- barang yang sangat penting bagi pengirim atau pemilik barang. Simpulan 1. Pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang dan penumpang di Dermaga Pelabuhan Bungus Teluk Kabung Padang yang terjadi antara pihak penumpang dan/atau pengirim barang 13 dengan pihak pengangkut melalui beberapa tahap, yaitu: a. Tahap Awal b. Pemuatan Penumpang Dan Barang Ke Atas Kapal c. Pengangkutan Penumpang Dan Barang d. Tahap Akhir. 2. P.T ASDP (Persero) bertanggung jawab atas penumpang dan barang saat pengangkutan penumpang dan barang dari dermaga pemberangkatan menuju dermaga tujuan dengan selamat. Selama proses pengangkutan pihak P.T ASDP Indonesia Ferry (Persesro) memiliki hak dan kewajiban. Adapun yang menjadi hak P.T ASDP (Persero), yaitu: a. Menerima uang atau ongkos angkutan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan; b. Menerima biaya lain yang telah diperjanjikan (seperti uang asuransi). Sedangkan yang menjadi kewajiban P.T ASDP (Persero), yaitu: a. P.T ASDP (Persero) wajib melengkapi dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis kelaik-lautan pelayaran sebuah kapal. b. P.T ASDP (Persero) wajib mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15 c. P.T ASDP (Persero) wajib menjaga kondisi kapal baik itu mesin maupun nahkoda dan awak kapal yang mengoperasikan kapal, sehingga kapal berlayar dengan aman dan lancar. d. P.T ASDP (Persero) wajib mengoperasikan kapal sesuai dengan jadwal keberangkatan yang ditentukan. e. P.T ASDP (Persero) wajib memberitahukan penumpang dan/atau pengirim barang apabila terjadi penundaan jadwal pemberangkatan kapal. Selain itu penumpang dan pengirim barang juga memilki hak dan kewajiban. Penumpang dan pengirim berhak mendapatkan pelayanan dari pihak pengangkut dan di antarkan dari dermaga pemberangkatan sampai ke dermaga tujuan dengan selamat. Sedangkan kewajiban penumpang dan pengirim yaitu membayar uang atau ongkos angkutan sesui dengan tarif angkutan yang telah ditentukan. 3. Prosedur yang harus dilalui untuk mendapatkan klaim ganti kerugian pada P.T ASDP (Persero), yaitu: a. Mengisi blanko kecelakaan; b. Menunjukkan bukti surat angkutan berupa tiket atau konosemen; c. Kemudian P.T ASDP (Persero) menaksir jumlah kerugian yang harus dibayarkan; dan d. Kemudian P.T ASDP Indonesia Ferry (Persero) menyelesaikan pembayaran ganti kerugian. Adapun mekanisme penggantian kerugian ini dapat berupa uang sesuai dengan jumlah kerugian yang dialami atau memperbaiki barang-barang yang rusak. Atau penumpang mengalami sakit maka biaya perawatan akan ditanggung oleh P.T ASDP (Persero). Saran 1. Sebaiknya pihak P.T ASDP (Persero) menyediakan fasilitas khusus bagi penumpang penyandang cacat seperti toilet khusus bagi penyandang cacat agar penumpang penyandang cacat dapat menikmati proses pengangkutan dengan aman dan nyaman. 2. Bagi penumpang dan pengirim barang agar tidak menyelipkan atau menyelundupkan barang-barang yang berbahaya atau diluar ketentuan pengangkutan barang-barang ke atas kapal saat proses pengangkutan dilakukan. 14
16 Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. Pihak tersebut adalah: (1) Bapak Adri, S.H., M.H, selaku Pembimbing I dan sekaligus Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta (2) Yofiza Media, S.H., M.H, selaku Pembimbing II., (3) Bapak Syafril, S.H., M.H, selaku Penguji I (4) Ibu Elyana Novira, S.H., M.H, selaku Penguji II, (5) Bapak Desmal Fajri, S.Ag., M.H, selaku Penguji III, (6) Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan moril maupun materi. (7) serta teman-teman seperjuangan. Daftar Pustaka A. Buku-buku Gunawan Herry, 2014, Pengantar Transportasi dan Logistik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. H.M.N, Purwosutjipto, 2000, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5, Djambatan, Jakarta. Hotman Pardomuan Sibeua, dan HerryberthusSukartono, 2009, Metode Penelitian Hukum, Krakatau Book, Jakarta. Muhammad Abdulkadir, 1994, Hukum Pengangkut Darat, Laut dan Udara, Cipta Aditya Bahkti, Bandung. 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, P.T Citra Aditya Bahkti, Bandung. Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.13, Rajawali Pers, Jakarta. Sution Usma Adji, dkk, 1991, Hukum Pengangkutan di Indonesia, PT Rinka Cipta, Bandung. Tjakranegara Soegijatna, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Penerbit Rineka Cipta, Bandung. B. Peraturan Perundang-undangan. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 32 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. C. Sumber Lain k-kapal.html,tanggal 5 mei tanggal 29 Maret 2015, WIB.
17 466-pulau-yang-terdaftar-danberkoordinat, tanggal 14 April 2015, WIB. Id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_di_Indo nesia, Tanggal 9 Mei 2015, WIB. Sofyardi, makalah, 2005, Teknik Pengumpulan Data Yang Disampaikan Pada Lokakarya Teknik Penulisan Proposal Penelitian Untuk Staf Pengajar Kelompok Sosial Di Lingkungan Universitas Bung Hatta, tanggal Desember, Hal tanggal 30 Maret 2015, WIB. 16
BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau-pulau besar maupun kecil, yang terhubung oleh selat dan laut. Pada saat
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT Oleh : I Gusti Agung Ayu Laksmi Astri I Dewa Made Suartha Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Jurnal ini berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA oleh I G A Wahyu Nugraha Nyoman A. Martana Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)
PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya meliputi ribuan pulau. Kondisi geografis wilayah nusantara tersebut menunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Harus diakui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang hampir setiap orang menggunakan alat transportasi untuk mereka bepergian, pada dasarnya penggunaan alat transportasi merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang
16 BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 1. Sejarah Pengangkutan Barang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN A. Pengertian dan Fungsi Pengangkutan Istilah pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dimana dunia memasuki era gobalisasi, sektor ekonomi dan perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam dunia perdagangan soal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti
17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan
Lebih terperinciTanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi
Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG
TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG Oleh Made Gede Niky Sari Sumantri I Made Dedy Priyanto I Wayan Wiryawan Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM 2.1 Pengangkut 2.1.1 Pengertian pengangkut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pengangkut adalah (1) orang yang mengangkut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah
Lebih terperinciPENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT
PENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT Oleh I Made Bagus Suardana Made Maharta Yasa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan
30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
PERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perusahaan pengangkutan di Indonesia mulai menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa yang percaya untuk menggunakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang
Lebih terperinciBAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT
BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT A. Pengertian Pengangkutan Kata pengangkutan berasal dari kata angkut yang artinya bawa atau muat dan kirimkan. Jadi pengangkutan diartikan sebagai pengangkutan
Lebih terperinciTanggung Jawab Pengangkut Terhadap Keselamatan dan Keamanan Barang Dalam Kapal
Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Keselamatan dan Keamanan Barang Dalam Kapal Dekie GG Kasenda STIH Tambun Bungai Palangka Raya Email : dekie.kasenda@gmail.com Abstract : Transportation is a very important
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, bidang transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda kehidupan perekonomian,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pasca reformasi dewasa ini telah menunjukkan perkembangan pembangunan di segala bidang, bentuk perkembangan pembangunan itu salah satunya di bidang
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT Oleh: Ni Made Trevi Radha Rani Devi I Wayan Parsa Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beribu ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan terdiri atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
Lebih terperinciJURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API. Diajukan Oleh :
JURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API Diajukan Oleh : BENEDICTUS BISMO BINTANG PRAKOSA NPM : 110510601 Program Studi Program Kekhususan
Lebih terperinciHUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA
HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA Pengangkutan Transportasi yang semakin maju dan lancarnya pengangkutan, sudah pasti akan menunjang pelaksanaan pembangunan yaitu berupa penyebaran kebutuhan pembangunan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) yang terbesar di dunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat luas Oleh karena itu, kapal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan sarana transportasi saat ini sangat penting. Mobilitas yang tinggi tidak hanya berlaku pada manusia tetapi juga pada benda/barang. Perpindahan
Lebih terperinciGANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL
GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL Oleh : Luh Gde Lina Gustiari I Wayan Suarbha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: This writing shall
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang disatukan dari beribu-ribu pulau yang membujur dari Sabang sampai Merauke, dengan letak geografis antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti hukum harus dijalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tertuang dalam Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju mundurnya perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar berupa lautan yang melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras yang merupakan hasil pengolahan dari padi merupakan sumber karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan jenis pangan lainnya, maka tidak heran beras paling banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Hukum Pengangkutan. A.1. Pengertian Pengangkutan Secara Umum
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Hukum Pengangkutan A.1. Pengertian Pengangkutan Secara Umum Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH Pengangkutan atau lebih dikenal dengan istilah transportasi di masa yang segalanya dituntut serba cepat seperti sekarang ini memiliki peran yang sangat besar.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Transportasi Menurut Warpani (1990), transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan tersebut sejalan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi
Lebih terperinciUU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP PENGANGKUTAN TERNAKMELALUI KAPAL LAUT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP PENGANGKUTAN TERNAKMELALUI KAPAL LAUT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN Oleh I Dewa Ayu Dindi Maharani Wardana Ngakan Ketut Dunia Hukum
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciDiajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI UNTUK KEPENTINGAN PIHAK KETIGA ANTARA PT. JASA RAHARJA PUTERA CABANG PADANG DENGAN DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA (DISPORA) SEBAGAI PENGELOLA KOLAM RENANG TERATAI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangkutan merupakan salah satu bidang kegiatan yang sangat vital. Hal ini disebabkan oleh keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Yang memiliki letak sangat strategis serta kekayaan alam melimpah
Lebih terperinci2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan jalan. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan dan secara ekonomi merupakan negara berkembang sangat membutuhkan jasa pengangkutan untuk menghubungkan
Lebih terperinciOleh Anak Agung Dicky Arianto I Made Udiana I Made Dedy Priyanto. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
IMPLEMENTASI PASAL 4 AYAT (1) PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 30 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENGIKATAN KENDARAAN PADA KAPAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN DI PELABUHAN PENYEBERANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari transportasi.
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB PO. CV. SUMBER REZEKI TERHADAP PENGIRIM DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Pengangkutan merupakan bagian dari perdagangan saat ini, dikenal adanya sistem baru yakni pengangkutan multimoda. Sistem
Lebih terperinciPROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI
PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI Oleh I Ketut Nova Anta Putra Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara Samudera
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015
PENGEMBANGAN PENGATURAN PENGANGKUTAN MULTIMODA DALAM HUKUM PENGANGKUTAN NIAGA DI INDONESIA 1 Oleh : Virginia Gladys Randang 2 ABSTRAK Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah
Lebih terperinciKata kunci :Upaya Hukum, Transportasi udara
1 UPAYA HUKUM ATAS KERUGIAN PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA BERJADWAL NASIONAL Oleh I Gusti Ngurah Gede Teguh Yudha Wiryawan Ni Luh Gede Astariyani Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan 1. Pengertian Pengangkutan Beberapa ahli, memberikan pengertian mengenai pengangkutan di antaranya: a. Menurut
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan telah mengatur
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB CV. PO. AYU TRANSPORT SUNGAI PENUH-JAMBITERHADAP PENUMPANG SKRIPSI DisusunSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Standar Pelayanan Berdasarkan PM 37 Tahun 2015 Standar Pelayanan Minimum adalah suatu tolak ukur minimal yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional Dengan kemajuan teknik pada masa kini, kecelakaan-kecelakaan pesawat udara relatif jarang terjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kegiatan pendukung bagi aktivitas masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan geografis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggerakkan pembangunan Indonesia. transportasi yang efektif dan efisien serta terpadu antar moda transportasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara yang mempersatukan seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dalam kehidupan masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa maupun Kota baik sebagai rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada sektor transportasi dan informasi dewasa ini menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi perdagangan luar negeri atau yang
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 5/Juni/2015
TANGGUNG JAWAB PT. EPA KARUNIA LINES DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG DENGAN KAPAL LAUT 1 Oleh : Billova M. Golose 2 ABSTRAK Penelitian ini menggunakan kajian yurudis empiris yang terutama meneliti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian a. Pengertian Umum Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perdagangan dalam masyarakat tidak dapat dilepas dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya perdagangan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN
Lebih terperinci2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr
No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PT. ADIRA FINANCE PADANG TERHADAP HILANGNYA KENDARAAN BERMOTOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN ARTIKEL
TANGGUNG JAWAB PT. ADIRA FINANCE PADANG TERHADAP HILANGNYA KENDARAAN BERMOTOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN ARTIKEL Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh: FEBRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago satate) dan negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago satate) dan negara yang dikelilingi oleh samudra (Ocean Locked Country) sehingga transportasi laut memegang peranan
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)
AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT) Oleh I Gede Parama Iswara I Wayan Wiryawan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar
Lebih terperinciBAB III PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANANAKHODA MENURUT UNDANG UNDANGNOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
BAB III PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANANAKHODA MENURUT UNDANG UNDANGNOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN A. Tindak Pidana Pelayaran Berdasarkan UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008 Tindak pidana adalah suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG 1.1 Hukum Pengangkutan 2.1.1 Pengertian Pengangkutan Dalam dunia perniagaan masalah pengangkutan memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengangkutan tersebut dijadikan sebagai suatu kebutuhan bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengangkutan atau sistem transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan lalu lintas perjalanan sehingga pengangkutan tersebut
Lebih terperinciBAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT
BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan
Lebih terperinciRUDY ARDI CANDRAWIJAYA NIM:
TANGGUNG JAWAB PT. PELAYARAN NASIONAL INDONESIA ( PELNI ) PERSERO TERHADAP KERUGIAN YANG DI DERITA PERUM BULOG PERSERO DALAM PENGANGKUTAN BERAS DI LAUT ( STUDI DI PT. PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PELNI)
Lebih terperinci