V ALIDISASI F AKTOR-F AKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR DDT DI DALAM T ANAH. Zainul Kamal, Herry Poernomo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V ALIDISASI F AKTOR-F AKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR DDT DI DALAM T ANAH. Zainul Kamal, Herry Poernomo"

Transkripsi

1 Prosiding Presentasi llmiah Keselamatan Radiasi dad Lingkungan Vlu, Agustus 2000 Puslitbang Keselamatan Radiasi dad Biomedika Nuklir -BATAN V ALIDISASI F AKTOR-F AKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR DDT DI DALAM T ANAH Zainul Kamal, Herry Poernomo Pusat Penelitian dad Pengembang3l1 TekIlologi Maju -Batan sy ABSTRAK VALIDISASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR DOT DI DALAM TANAH. Telab dilakukan penentuan kadar DOT dalam tanah yang dipengaruhi faktor kelembaban tanah dan intensitas penyinaran. Sejumlah tanah alami dimasukkan ke dalam tabung polietilen, dad sejumlah tanah alami yang dibuat lembab dimasukkan ke dalam tabung polietilen yang lain. Larutan DOT-C.. sebanyak 10 mi dengan aktivitas 10 ~Ci ditambahkan ke dalam masing-masing tabung tersebut, kemudian didiamkan beberapa lama di bawab penyinaran. Pada minggu ke-l sampai ke-6 cuplikan tanah diambil, digerus sampai homogen, kemudian dicacah dengan pencacah kelip cairo Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar DOT dalam tanab dalam keadaan gelap (tanpa penyinaran) selama 1 minggu < 0,1 ppb, 2 minggu 0,19 :!: 0,01 ppb, 3 minggu 1,95 :!: 0,32 ppb, 4 minggu 14,07 :!: 0,14 ppb, 5 minggu 3,67 :!: 0,21 ppb dan 6 minggu 2,28 :!: 0,09 ppb. Kadar DOT dalam tanab yang dilembabkan dalam keadaan gelap selama 1 minggu 0,25 :!: 0,07 ppb, 2 minggu 6,34 :!: 0,19 ppb, 3 minggu 9,33 :!: 0,80 ppb, 4 minggu 12,36 :!: OJ 7 ppb, 5 minggu 4,58 :!: 0,15 ppb, dad 6 minggu 2,01 :!: 0,55ppb. Kadar DOT dalam tanah alami akibat penyinaran VIS selama 1 minggu 0,79 :!: 0,08 ppb, 2 minggu 7,48 :!: 0,14 ppb, 3 minggu 4,06 :!: 0,28 ppb,4 minggu 13,16 :!:0,20 ppb, 5 minggu 5,00 :!:0,70ppb, dad 6minggu 2,03 :!:0,03 ppb. ABSTRACT THE VALIDATAllON OF INFLUENCE FACTORS TO DDT CONCENTRAllON IN SOIL. Determination concentration of DOT in humidified land's and rising intensity has been done. The amount of natural soil was filled in poliethylene tube, and the amount of humidified soil was filled in other poliethylene tube. The solution of DDT-CI4 with volume of 10 ml and activity of 10 JlCi was increased in those tube respectively, the latter it was resident for many time under shine. Sample of soil was took first week to sixthweek, it was crushed to reach homogenous, then it was counted by liquid scintillation counter. The experunent result indicate that the DDT content in the unilluminated soil for 1 week is < 0.1 ppb, for 2 weeks is 0.19 :!: 0.01 ppb, for 3 weeks is 1.95 :!: 0,32 ppb, for 4 weeks is :!: 0.14 ppb, for 5 weeks is 3.67 :!: 0.21 ppb and for 6 weeks is 2.28 :!: 0.09 ppb. The DDT content in the hulnidified soil without sun illumination for 1 week is 0.25 :!: 0.07 ppb, for 2 weeks is 6.34:!: 0.19 ppb, for 3 weeks is 9.33 :!: 0.80 ppb, for 4 weeks is :!: 0.17 ppb, for 5 weeks is 4.58 :!: 0.15 ppb and for 6 weeks is 2.01 :!: 0.55 ppb. The DDT content in the natural. soil illuminated by VIS for I week is 0.74:!: ppb, for 2 weeks is 7.48:!: 0.14 ppb, for 3 weeks is 4.06:!: 0.28 ppb, for 4 weeks is 13.16:!: 0.20 ppb, for 5 weeks is 5.00 :!: 0.70 ppb and for 6 weeks is 2.03 :!: 0.03 ppb. PENDAHULUAN DDT (DicWoro Diphenyl Trichloro ethane) merupakan insektisida kloro-orgculik yang belfwlgsi sebagai pembaslni hama tculcunan dan hama penyebar penyakit. [1] Beberapa alasan yang mendorong penggunaan DDT secara meluas antara lain karena harganya relatif murall serta daya racwl terhadap serangga cul'up tinggi yang mengakibatkan produksi ;dcu.i sektor peltanicul meningkat tajam.[2] Berbagai konu.oversi timbnl sehubungan dengan penggunaan DDT karena sifamya yang stabil dad diduga ktu.sulogenik walaupwl penelitian yang dilakuktul di USA membuktikan bahwa senyawa tersebut tidak karsinogenik. [2] Karena DDT bersifat sukar terurai, maka insektisida tersebut dilarang penggunaannya di negara-negara maju yang beriklim subtropis. negara-negara berkembtulg Yallg umwnnya terletak di daerah tropis, DDT relatif lebih mudah terurai sehingga penggwlaalnlya masih dapat diterima. [3] Di 106

2 TaIlah Tabell Kadar DDT dalam Tanah Alami dad Tanah yang Dilembabkan Tanpa Penyinaran (Dalam Keadaan Gelap) selama Satu Minggu. Kondisi Tanah KadarDDT (ppb) TaIlah alaini 0<0.1 YaIlg dilembabkail * 0,25 :t *) Kelembaban tanall dibuat secara relatif dengan menambahkan ail- ke dalam tanah sedemikian rupa sehingga deperoleh tanah lembabftanah liat Di llldonesia, kliususnya DDT diperbolehkan dipakai untuk memberantas nyarnuk penyebab penyakit malaria walaupuli diduga penyimpangan terhadap penggunaan DDT unulk pel1anian dad bahan aditif obat uyaluuk bakar masih berlangsung.[4,5] Kondisi iklim, misalltya kelembaban tanall dad tingkat intellsitas penyinaran akall mempengaruhi nasib selanjuulya DDT di tallall Indonesia yang beriklim tropis. Pada umumnya distribusi DDT di dalarn tanall dipengallllii oleh porositas tanah dad sifat kimia DDT. Teljadinya peningkatall suhu tanah akall diil--uti dengall penyusutan (shrinkage) badall tanah Yallg disebabkan oleh penguapall air yang mengisi POlipoli tallah diil--uti dengan peruraian DDT karena pallas. Dalarn kondisi Yallg lembab lnisalnya pada daerah persawahall, maka koudisi tallah Yallg bersifat aerob berubah meujadi allaerob, padallal DOT lebih mudah terurai dalalu suasalla aerob dall sukar larot dalarn an.. Kelembaban dad intensitas penyiuarall di daerali u.opis merupakan faktor-faktor Yallg mempengaruhi distribusi DDT, maka perlu dilakukall penelitiall untuk mengetahui sejauh malla pengal1lh dua faktor tersebut terhadap kadar DDT Yallg terdapat di dalarn tallall.. TATA KERJA BAHAN BahaIl penelitiail menggunakan tallah jenis regosol yang diainbil secai"a acak di Slelnatl Yogyakarta dengan kaildullgail orgailik 4,84%, N total 0,09%, P total 320 ppm, kadar air 2,8-24,6% clan ph 6,3. Semua pereaksi kimia berk.-ualitas proailal.isis buatail Merck. DDT bertanda 14C 1,1 - big UJ-klorofenil)-2,2,2 trikloroetana yang diperol.eh dari IAEA. ALAT Pencacahall dilakukan dengan alat pencacall sintilasi dail Nuclear Interprises Ltd. (batas deteksi Ulltuk DDT = 0,1 ppb). Cara kerja DDT bertailda 14C dengan aktivitas 10 ~Ci SebaIlyak lo ml dalam pelarut aseton ditambahkan ke dalain tailah YaIIg dilembabkan dan tanah alami dalam tabung polietilen, dibiarkan beberapa laina/minggu di bawah penyinaran VIS. Pada minggu ke-l sampai ke-6 sejurnlah tanah diambil, digerus homogen, ditimbang 50 g, diekstraksi dalain sokslet dengan metanol selama 3-4 jam. Eksu"ak dipekatkan sainpai 25 ml, ditambah 5 ml pennafluor, lalu dicacah. Penentuan kadar DDT dilakukail dengaii memproyeksikan basil cacah DDT dalain ekstrak terhadap kurva baku DDT. basil dail pembahasail Pembahasan pada penelitian ini meliputi pengaillh ultensitas sular, kelembaban tanah dan porositas tailah. Dalam hal ini, porositas tanah didefinisikaii sebagai perbandingan antara volmne rongga YaIlg dinotasikail sebagai volmne DDT yang teltallail di dalain tailah dengan volmne tanah. Semakin kecil UkUl"aII zarah tanah, porositas tanah selnakin besai", m,tka semakin besar volmne DDT 107 P3KRBiN-BA TAN

3 ~ yang tertahan di dalam tanah. Hal ini dapat teljadi karena tanah dengan ul'urall zarah yang kecil Tabel2 Kadar DDT (ppb) dalam Tanah Alami pada Keadaan Gelap Kadar DDT < 0, l-~ -0, 19.*- 0,0-1 1,95 :t 0,32_- 14,07 :t ,67 :t 0,21-2,28 :t 0,09 mempunyai ukui an rongga <;ultar butir butir YaIIg kecil sehingga DOT yang mengisi pori-pori akan sulit teralirkano SemakiII besar ul,.'"urail zarah tatiah, maka semakin mudah DDT teralirkano [6] Di dalarn tanah, pori -pori dapat berisi udara atau air atau udara daii air. I Apabila semua poli-pori tailah terisi udara maka disebut tailah kelmg, sedangkan apabila semua poli-poli tanah terisi air disebnt tanah YaIIg lembabo TaIlall yang lembab dan tanah yang kering mempunyai porositas yang berbeda-beda sehingga penneabilitasny~ terhadap DDT juga berbeda. Penneabilitas tanah semakin besar apabila julnlall DDT YaIIg tertahaii oleh molel--ul tanall semakin kecil dad sebaliknya. KebenaraII ini didul,.\lllg oleh data-data YaIIg disajikan pada Tabel I. Data-data pada Tabel 1 menulljukkail, bahwa dalarn tanah alami tidak ditemukan DDT SaIna sekali, beraili semua DOT teralirkail dengail sempuma tailpa hainbatail sarna sekali artiiiya tidak ada faktor retai dasio SedaIlgkaIl dalain tailah YaIIg dilembabkan, alii aii DDT tertahan oleh faktor retardasi. Di satu pihak, poli-poli tailall sudah terisi molekul air, di pihak lain DDT sukai laillt dal~n air sehingga jurnlah DDT YaIIg teilaliati oleh molekul tanahjuga besar. Pacta urnulllllya tatlall tersusull dati berbagai lapisan sehingga apabila DDT masuk ke dalarn tatlah akan terjadi konveksi, dispersi, sorpsi dati biodegradasi.<7) Pacta Joonveksi, teljadi antara lain infiltrasi, (inter flow). berbagai proses perkolasi dati alirati dakhil Infiltrasi adalah masukllya cairati ke dalarn tatiah, perkolasi adalah gerakan cairati ke bawah melalui tailah (drainase), sedangkan aliran dakhil adalah perembesan solut dalam aliran air tailah pada lapisati tatiah yang disangga oleh lapisan di bawahnya yang natitinya akan muncul kembali di penuukaail tailah di tempat yang lebih rendah. [8] Sebagai parameter untuk mengetahui pengaruh lapisati tailah terhadap.distribusi DDT, maka digunakan interval waktu pengambilan cuplikati tatiah (dat"i satu sampai enam minggu). Hasil yatig diperoleh disajikan pada Tabel 2 (dalam tanall alalni) dati Tabel 3 (dalam tanah yang dilembabkan). Data tersebut memberikan infonnasi bahwa baik dalam tanah alami maupun tanah yang dilembabkati tetjadi pola distribusi sel,lpa. DDT yang Pada minggu ke 1 sampai minggu ke-4 teljadi pellingkatan kadar DDT. Kadar DDT paling tuiggi teljadi pada minggu 4, hal ini mungkin disebabkatl DDT terdistribusi sampai ke dalam lapisati YaIlg porositasnya lebih kecil dibanding porositas taliall di lapisati atasnya sehingga DDT yang tertahall semakin besar. Selanjutnya pada minggu ke-5 dad ke-6 tetjadi pengurangan kadar DDT mellguigat jumlah DDT yang tertahan oleh molekul tanah juga berl'uraiig. Apabila data-data Tabel 2 dibandingkan dellgail data-data Tabel 3 dengan lebih menitikberatkan pada kondisi tanah,.perbedaan tingkat kelembabail temyata pada tiap minggu pengamatail, kadar DDT dalam tanah yang dilembabkati lebih besar dibandingkan kadar DDT dalaiu tan,lh alami kecuali dalam minggu ke-4, dad Tallel3 Kadar DDT (ppb) dalam Tanah yang Dilembabkan pada Keadaan Gelap dalam minggu ke-6. Untuk mengetahui lebih lanjnt pelilaku DDT di dalam tanah, maka dalam penelitian ini dilakukall pengaruh penyinaran VIS. P3KRBiN-BA T AN 108

4 Preseotasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan --- VIII, Agustus 2000 Adanya penyinarail VIS akaii mengakibatkaii kelembaban tanah berkurang dail sebagian DDT menguap dan atau tel-urai. Untuk menyederhanakan masalah maka dalain tabel 4 disajikan data-data yang merupakail basil pengainatan pengaruh sinar. VIS terhadap kadar DDT di dalain tailah alami. Data-data tersebut menunjukkan bahwa pola distribusi DDT di dalain tailah alami millp dengail pola distribusi DDT YaIIg disajikati dalatn tabel 2 dad tabel 3. Persoalall yatig mellarik dati perlu dipikirkan adalah bahwa pada tabel 4, pada minggu ke-l teljadi hambatatl illfiltrasi DDT ke dalam tanah dengan ditemukatulya kadar DDT 0,75 :t 0,08 ppb. Ada dugaail bahwa pada penyinaratl VIS teijadi penyusutan kadat" air di dalam tailall alami (kadar air dalam tanah alami 2,8-24,6%) sehingga ul'llran zarah tanah semakin kecil diil'llti dengall semaklli bertambahnya julnlall DDT YaIIg tertahail oleh molekul tatiah. Dugaan "Ii diperkuat dengail semakin meuingkaulya kadar DDT sainpai mingguke-4, kecuali pada minggu ke-3 UJada tabel 4, kadar DDT pada minggu ke-l : 0,75 :t 0,08 ppb, minggu ke-2 : 7,48 :t 0,14 ppb, minggu ke-3 : 4,06 :t 0,28 ppb dad l~inggu ke-4 : 13,16:t 0,20 ppb. KESIMPULAN Kadar DDT di dalain tanall dipengailihi oleh tingkat kelembabail tanall clan intensitas penyinarail VIS (lama penyillai'ail). te11illggi terjadi pada minggu Kadar DDT ke-4 clan pada lninggu-minggu selanjuulya semaklll berl'ul'ailg. Kadar DDT dalam tailah dalam keadaail gelap (tailpa penyinarail) selaina 1 minggu < 0,1 ppb, 2 minggu 0,19 :!:0,01 ppb, 3 m~llggu 1,95:!: 0,32 ppb, 4 millggu 14,07 :!: 0,14 ppb, 5 minggu 3,67 :!: 0,21 ppb clan 6 lninggu 2,28 :!: O,O~ ppb. Kadar DDT dalam tanah yang dilembabkan dalaill keadaail gelap selaina I minggu 0,25 :!: 0,07 ppb, 2 minggn 6,34 :!: 0,19 ppb, 3 millggu 9,33 :!: 0,80 ppb, 4 minggu 12,36:!: 0,17 ppb, 5 millggn 4,58 :!: 0,15 ppb, dan 6 minggu 2,01 :!: 0,55ppb. KadaI' DDT dalam tanah alarni akibat penyinai.ail VIS selama 1 minggu U.. 79 :!: 0,08 ppb, 2 millggu 7,48 :!: 0,14 ppb, 3 millggu 4,06 :!: 0,28 ppb, 4 millggu 13,16 :!: 0,20 ppb, 5 IniIlggu 5,00 :!: 0,70 ppb, dail 6 minggu 2,03 :!: 0,03 ppb. Tabel4 Kadar DDT (ppb) dalam DAFTARPUSTAKA Tanah Alami Akibat Pengaruh Sinar VIS. 1. FAIDllJ SYUAIB, ERRY ANWAR; ELIDA DJOHAR, "Kestabilan DDT _14 C dalam Model Ekosistem Al--uatik", Risalah Simposiwn IV Aplikasi Isotop datl Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasiollal, Jakarta Desember HASAN, A., "The Insecticide DDT', IAEA/FAO liuen-egional Training Course on Nuclear atld Related Techniques in Pesticide Reseat'ch, College Station, Texas, USA, EDWARDS, C.S., "Persistant Pesticide in the Envirolllnent", 2 nd edition, CRT Press, SEREC.EG, I.G., "Komunikasi Pribadi dalam Faidil Syuaib", Kestabilan DDT _14 C dalam Model Ekosistem Al--uatik", Risalah Simposiwn IV Aplikasi Isotop dad Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta Desember SUMATRA, M., "Residu Insektisida Kloroorgallik dalam Air Susu Ibu", Tesis Fa1 uitas Pascasaljatla, Program PascasaIjana Ilmu Lingkungatl Ekologi Manusia, Jakarta, IMAM HIDAYAT, 1977, "Karakteristik Fisik Tatlall di Sekitar Reaktor Kartini terhadap Sr- 90", Sl:TL, Yogyakarta. 7. SY AMSIAH, S., 1993, "Transpor Polutan Organik dalam Tanah", PAU UGM, Yogyakatta. DISKUSI. Suryanto, P2PN-BATAN a. Tmnpakt1ya penggw1aan kala "karakteristik" pada judul makalah anda kurang tepat. Hal ini 109 P3KRBiN-BA TAN

5 ( PreseDtasi Ilmiah KeselamataD Radiasi dad LiDgkuDgaD VIII, 23-14f\gustus 2000 disebabkan 311da h311ya rnengul'ljr konsentrasi DDT di dalarn tailah. Mohon penjelasan > b. S31.an: Karakteristik rnenjadi kollsentrasi Zainul Kamal, P2TM-BA TAN Dalcun penelitian anda dicunbil 2 faktor pengat1jh yaitu kelembaban tanah dan intensitas penyillat"atl. Apakah tidak acta kemungkinan faktor laill Yatlg dapat diteliti lagi sehingga judul validasi akatl semakin jelas. a. Karak'teristik yang ada di dalarn judul makalah sebetulnya dimaksudkail Ulltuk mengetallui keberadaan DDT di dalarn tanah berdasarkail perubahan fisis/kimia dai-i tanail- - b. SaJ-an karni terima. Tommi Zainul Kamal, P2TM-BATAN: F;t.ktor-faktor lain yang kemungkinan dapat diteliti lagi masih ada antara lain: jells tal1al1, tekstul', konsistensi, permeabilitas, faktor 1"etardasi. P3KRBiN-BA T AN 110

ISSN , A'NALISIS ZIRKONI{l

ISSN , A'NALISIS ZIRKONI{l ISSN 0852-4777, A'NALISIS ZIRKONI{l ANALISIS ZIRKONIUM SECARA SPEKTROPHOTOMETRI UV-VIS *, **Yusuf Nampira~ ***Supardi ABSTRAK Telah dilakukan analisis zirkonium menggunakan metode spektrophotometri UV-,VIS.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN ISSN Suratman dad Agus Sulistyono Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta.

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN ISSN Suratman dad Agus Sulistyono Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta. Sura/man dan Agus Sulistyono ISSN 0216.3128 355 Suratman dad Agus Sulistyono Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta. ABSTRAK Telah dipelajari bioassay H-3 dalam urin dengan destilasi reflux. Tujuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DOSIMETER TL CaSO4:Dy GELAS KAPILER UNTUK MEMANTAU DOSIS RADIASI LINGKUNGAN

KARAKTERISTIK DOSIMETER TL CaSO4:Dy GELAS KAPILER UNTUK MEMANTAU DOSIS RADIASI LINGKUNGAN 1'1 Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dad Lingkungan VIII, 23-24 Agustus 2000 Puslitbang KeselamataD Radiasi dad Biomedika Nuklir -BAT AN KARAKTERISTIK DOSIMETER TL CaSO4:Dy GELAS KAPILER

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN Kegunaan Penyimpangan Persediaan Gangguan Masa kritis / peceklik Panen melimpah Daya tahan Benih Pengendali Masalah Teknologi Susut Kerusakan Kondisi Tindakan Fasilitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG TESIS MAGISTER OLEH: MOEKHAMAD ALFIYAN NIM.25399027 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR ISSN 1979-2409 Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir (Torowati, Asminar, Rahmiati) ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI ISSN 1979-2409 PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI Noviarty, Darma Adiantoro, Endang Sukesi, Sudaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

216 ISSN IDENTIFIKASI KALSIUM BATU GINJAL YANG TERLARUT OLEB EKSTRAK BENALU PETE DENGAN METODA ANALISA PENGAKTIFAN NEUTRON (APN) :

216 ISSN IDENTIFIKASI KALSIUM BATU GINJAL YANG TERLARUT OLEB EKSTRAK BENALU PETE DENGAN METODA ANALISA PENGAKTIFAN NEUTRON (APN) : 2-1 216 ISSN 0216-128 Sunardi, dkk. IDENTIFIKASI KALSIUM BATU GINJAL YANG TERLARUT OLEB EKSTRAK BENALU PETE DENGAN METODA ANALISA PENGAKTIFAN NEUTRON (APN) : Sunardi, Zainul Kamal dad Darsono Pl!~litbang

Lebih terperinci

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Asminar ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN PENGOTOR DALAM PELET U02 SINTER. Telah dilakukan analisis pengotor

Lebih terperinci

ANALISIS PROFENOFOS DALAM KUBIS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE-LPME DENGAN INSTRUMEN HPLC UV-Vis SKRIPSI

ANALISIS PROFENOFOS DALAM KUBIS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE-LPME DENGAN INSTRUMEN HPLC UV-Vis SKRIPSI ANALISIS PROFENOFOS DALAM KUBIS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE-LPME DENGAN INSTRUMEN HPLC UV-Vis SKRIPSI RAMADHANI PUTRI PANINGKAT PROGRAM STUDI S1 KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Nurimaniwathy, Tri Suyatno BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE) ISSN 1410-697 KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE) Supriyanto C., Iswani G. PTAPB BATAN, Jl.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA ISSN 1979-2409 Validasi Metoda Analisis Isotop U-233 Dalam Standar CRM Menggunakan Spektrometer Alfa ( Noviarty, Yanlinastuti ) VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER

Lebih terperinci

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE) 224 ISSN 0216-3128 Supriyanto C., Iswani G. KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE) Supriyanto

Lebih terperinci

DALAM URANIUM DIOKSIDA

DALAM URANIUM DIOKSIDA ~ '" 86 Buku II ANALISIS GAS NITROGEN SECARA TIDAK LANGSUNG ~ Prosiding Pertemuan dan Presentasi llmiah P3TM-Batan, Yogyakarta 14-15 Juli1999 DALAM URANIUM DIOKSIDA Rachmat Pratomo, R.Didiek H, Bambang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI 246 ISSN 0216-3128 Supriyanto C., Samin UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI Supriyanto C., Samin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE LIQUID PHASE MICROEXTRACTION HPLC UV-VIS SKRIPSI

PENENTUAN KADAR SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE LIQUID PHASE MICROEXTRACTION HPLC UV-VIS SKRIPSI PENENTUAN KADAR SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE LIQUID PHASE MICROEXTRACTION HPLC UV-VIS SKRIPSI BAGAS WANTORO PROGRAM STUDI S1 KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARU:H SUHU DAN WAKTU PADA KALSINASI AMONIUM DIURANA 1r SECARA FLUIDISASI.5 j ()

PENGARU:H SUHU DAN WAKTU PADA KALSINASI AMONIUM DIURANA 1r SECARA FLUIDISASI.5 j () 264 Buku II Prosiding Perlemuan dan Presentasi /Imiah P3TM-BATAN, Yogyakarla 14-15Juli 1999 PENGARU:H SUHU DAN WAKTU PADA KALSINASI AMONIUM DIURANA 1r SECARA FLUIDISASI.5 j () Sunardjo, Budi Sulistyo,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI ISSN 1979-2409 PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI Noor Yudhi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI. Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 Tanah = Pedosfer Merupakan hasil perpaduan antara: 1. lithosfer 2. biosfer 3. hidrosfer 4. atmosfer Perpaduan/hubungan tsb digambarkan oleh Patrick, F. (1974) Komponen

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA) 216, dkk. IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT,,,,, DAN DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA), Kris Tri Basuki dan A. Purwanto P3TM BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION Iis Haryati, dan Boybul Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 20, Serpong, 15313 Email untuk korespondensi:

Lebih terperinci

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Noviarty, Dian Angraini Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Email: artynov@yahoo.co.id ABSTRAK ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses. dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di

BAB I. PENDAHULUAN. Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses. dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses penguapan dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di atmosfer, dan kemudian menjadi

Lebih terperinci

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul

Lebih terperinci

TINGKAT CEMARAN RESIDU INSEKTISIDA DI SEKIT AR PPTN P ASAR JUMA T. VIfa T. Syahrir dan Sofnie M. Chairul

TINGKAT CEMARAN RESIDU INSEKTISIDA DI SEKIT AR PPTN P ASAR JUMA T. VIfa T. Syahrir dan Sofnie M. Chairul ~ Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi danlingkungan VIII, 23-24 Agustus 2000,Puslitbang KeseIamataD Radiasi dad Biomedika Nuklir -BATAN. "'"' TINGKAT CEMARAN RESIDU INSEKTISIDA DI SEKIT AR

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

STUDI A W AL PROTOTIPE FILTER HEP A UNTUK MENGONTROL POLUSI UDARA. Bunawas, Otto Pribadi R., Gatot Suhariyono, Muslim, Muji Wiyono

STUDI A W AL PROTOTIPE FILTER HEP A UNTUK MENGONTROL POLUSI UDARA. Bunawas, Otto Pribadi R., Gatot Suhariyono, Muslim, Muji Wiyono ~Io PI"osiding Presentasi llmiah Keselarnatan Radiasi dan Lingkungan Vlll, 23-24 Agustus 2000 Pu~n~Keselarnatan Rad~dan Biornedika Nu~- BATAN STUDI A W AL PROTOTIPE FILTER HEP A UNTUK MENGONTROL POLUSI

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS Norma Nur Azizah 1, Mulyati a, Wulan Suci Pamungkas a, Mohamad Rafi a a Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 27-32

Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 27-32 Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 27-32 PENGUJIAN JUMLAH CEMARAN MIKROBA DALAM SIMPLISIA DAN EKSTRAK PEGAGAN SEBELUM DAN SETELAH PROSES PASTEURISASI SINAR GAMMA DETERMINATION OF MICROBE CONTAMINANT IN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 - Januari 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. .

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. . hinta S No.: 129/S2-TL./TPL/1999 PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. Oleh Indah NIM25397032 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGt

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur No. Parameter Sifat Fisik Metode 1. 2. 3. 4. 5. Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur Gravimetri Gravimetri pf Pengayakan Kering dan Basah Bouyoucus (Hidrometer) 6.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

Leti Nirwani, Sutarman, dan Wahyudi

Leti Nirwani, Sutarman, dan Wahyudi \1 Prosiding Presentasi llmiah Keselamatan RJidiasi dad Lingkungan VIII, 23-24 Agustus 2000 Puslitbang Keselamatan Radiasi dad Biomedika Nuklir -BATAN KONSENTRASI 228Th, 226Ra, 137Cs, DAN4 K DAERAH DI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah didapat. Dilihat dan nilai gizinya, sumber protein telur juga mudah diserap tubuh (Nuraini, 2010). Telur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH Winduwati S., Suparno, Kuat, Sugeng Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN

Lebih terperinci

3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM

3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM 3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM 3.1. PENGERTIAN ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI Semua organisme memerlukan energi untuk tumbuh, berkembang biak, bergerak dan melaksanakan fungsi-fungsi tubuhnya.

Lebih terperinci

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA Sahat M. Panggabean, Yohan, Mard!ni Pusat Pengembangan Pengelolaan Lirl1bah Radioaktif ABSTRAK, UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR PENGOTOR Fe, Cr, DAN Ni DALAM LARUTAN URANIL NITRAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ANALISIS UNSUR PENGOTOR Fe, Cr, DAN Ni DALAM LARUTAN URANIL NITRAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ANALISIS UNSUR PENGOTOR Fe, Cr, DAN Ni DALAM LARUTAN URANIL NITRAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM BOYBUL, IIS HARYATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek Gd 20, Serpong,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I)

EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I) ISSN 1410-6957 EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I) Agus Taftazani, Tri Rusmanto P3TM-BATAN ABSTRAK EVALUASI KADAR

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA V. Yulianti Susilo, G. Mondrida, S. Setiyowati, Sutari dan W. Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR),

Lebih terperinci

PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM

PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM ISSN 1979-2409 Penentuan Kestabilan Sparking Spektrometer Emisi Menggunakan Bahan Paduan Aluminium (Agus Jamaludin, Djoko Kisworo, Darma Adiantoro) PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi adalah suatu proses perusakan logam, dimana logam akan mengalami penurunan mutu (degradation) karena bereaksi dengan lingkungan baik itu secara kimia atau elektrokimia

Lebih terperinci

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI OPTIMASI ph BUFFER DAN KONSENTRASI LARUTAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DENGAN PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis SKRIPSI Oleh LAILA KHAMSATUL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat dibawah ini : Ide Studi Penurunan Fe total dan Mn dengan Saringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Zat Gizi,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh dan bioindikator pencemaran insektisida organofosfat terhadap jumlah dan keanekaragaman organisme tanah pertanian terutama bakteri tanah, dilakukan

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) Desy Triary Sandi*, M. Arifuddin, Laode Rijai Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci